SlideShare a Scribd company logo
1 of 89
Download to read offline
ESP-Environmental Support Programme
Danida
Panduan Penyusunan dan Pemeriksaan Dokumen UKL-UPL
Memprakirakan
Dampak Lingkungan
Kualitas Udara
Kualitas Udara
Memprakirakan Dampak Lingkungan:
Diterbitkan oleh
Deputi Bidang Tata Lingkungan - Kementerian Negara Lingkungan Hidup
dengan dukungan
Danish International Development Agency (DANIDA) melalui Environmental Sector Programme Phase 1
Desember 2007
Foto: Koleksi Qipra
Pengantar
Penyelenggaraan sistem Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup (AMDAL) di Indonesia masih membutuhkan berbagai penyem-
purnaan. Baik itu penyempurnaan pada aspek peraturan, aspek kelem-
bagaan, maupun aspek sumber daya manusia pelaksana AMDAL.
Selain aspek-aspek tersebut, KLH juga masih menjumpai berbagai
kekurangan pada aspek teknik pengerjaaan AMDAL. Sorotan khusus
diberikan banyak pihak terhadap lemahnya proses prakiraan dampak
lingkungan dalam kajian ANDAL. Banyak konsultan penyusun AM-
DAL mengerjakannya dengan menggunakan metodologi prakiraan
dampak yang kurang tepat.
Buku Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara ini diter-
bitkan sebagai salah satu wujud upaya KLH untuk meningkatkan
kualitas proses prakiraan dampak. Sebagaimana tercermin dari judul-
nya, buku ini memang khusus membahas prakiraan dampak terhadap
kualitas udara. Penekanan khusus diberikan pada urutan langkah ker-
ja dan output yang sebaiknya dihasilkan dari proses prakiraan dampak
kualitas udara.
Sebagai edisi pertama, buku ini tentunya masih ada kekurangan.
Tanggapan dan masukan dari para pembaca sangat diharapkan agar
KLH dapat terus menyempurnakan buku ini di edisi-edisi selanjutnya.
Menyusul buku ini, KLH akan segera menerbitkan buku-buku pan-
duan penggunaan metodologi prakiraan dampak untuk komponen-
komponen sosial, ekonomi, dan biofisik lainnya.
Sebagai penutup, KLH mengucapkan rasa penghargaan dan terima
kasih kepada Pemerintah Kerajaan Denmark (melalui Danish Interna-
tional Development Agency atau DANIDA) atas dukungannya dalam
penyusunan, pencetakan, dan penyebarluasan buku ini.
Jakarta, Desember 2007
Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Tata Lingkungan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Ir. Hermien Roosita, MM
Daftar Isi
1 MEMAHAMI PRAKIRAAN DAMPAK KUALITAS UDARA ......1
Perubahan Kualitas Udara ........................................... 2
Prakiraan Dampak Kualitas Udara ............................ 7
Tahapan Prakiraan Dampak Kualitas Udara .......... 13
2 MEMPELAJARI KARAKTERISTIK EMISI .....................................15
Identifikasi Sumber Emisi ............................................ 16
Karakterisasi Emisi ......................................................... 21
Menyeleksi Polutan Penting ....................................... 26
3 MELENGKAPI LINGKUP PRAKIRAAN DAMPAK .....................29
Membatasi Wilayah Studi ............................................ 30
Identifikasi Objek Penerima Dampak .................... 32
Mengarahkan Prakiraan Dampak ............................. 37
4 MENCERMATI WILAYAH STUDI ..................................................41
Mengukur Kualitas Udara Ambien ........................... 42
Mengenali Karakteristik Fisik Wilayah Studi ..........44
Mempelajari Kondisi Meteorologis .......................... 47
5 SIMULASI PENYEBARAN POLUTAN ..........................................53
Memilih Teknik Simulasi ...............................................54
Menghitung Konsentrasi Sebaran Polutan ........... 62
Membuat Peta Isopleth ................................................ 65
Menghitung Konsentrasi Ambien Polutan ............70
Pengarah
Hermin Roosita, Ary Sudijanto, Harni Sulistyowati, Widhi Handoyo (Kan-
tor Asisten Deputi Kajian Dampak Lingkungan, Deputi Bidang Tata Ling-
kungan, KLH)
Penyusun
Qipra Galang Kualita, yang terdiri dari: Rudy Yuwono, Sri Listyarini ,
Laksmi Wardhani (konsep & tulisan), M. Taufik Sugandi, E. Sunandar,
Zarkoni (tata letak & desain grafis), Isna Marifa, Nuraman Sjach
(dukungan editorial)
Apresiasi
Untuk Pendanaan: Danish International Development Agency (DANI-
DA) melalui Environmental Sector Program (ESP) Phase 1.
Untuk Masukan dan Substansi: Arief Sabdo Yuwono (Institut
Pertanian Bogor), Driejana (Institut Teknologi Bandung), Kardono (Ba-
dan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), Yeremiah RT (Universitas Na-
sional), Yana Mariska, Taufik Affif (Institut Teknologi Bandung)
Untuk Foto: Winarko Hadi (IATPI), Bayu R. Tribuwono (Qipra), Taufik
Ismail (Qipra), Rio Marantika (Qipra), Deasy (Qipra), Yuyun Mulyani, Eka
Jatnika, Indar Atmoko, Heri Wibowo, Sulaiman (Green Planet Indonesia)
Diterbitkan Oleh
Deputi Bidang Tata Lingkungan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Gedung A Lantai 6
Jl. D.I. Panjaitan Kav 24, Kebun Nanas, Jakarta 13410
Telp/Faks (021) 85904925
PO BOX 7777 JAT 13000
e-mail: amdal@menlh.go.id
Website: http:www.menlh.go.id
Disclaimer
Panduan ini adalah panduan lepas mengenai metodologi pra-
kiraan dampak lingkungan terhadap kualitas udara. Isi dari pan-
duan ini bukan merupakan satu-satunya metodologi yang boleh
diberlakukan. Panduan ini tidak memiliki kekuatan hukum yang
sama sebagaimana produk hukum Kementerian Negara Lingkun-
gan Hidup.
Foto: Indar Atmoko
Tentang Buku Ini
Buku ini berisi uraian dari langkah-langkah kerja yang dibutuhkan dalam melakukan prakiraan dampak lingkungan terhadap kualitas udara. Lang-
kah-langkah kerja disusun sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan kajian AMDAL.Termasuk di dalamnya adalah langkah-langkah kerja dalam tahap
pelingkupan, khususnya penyusunan dampak penting hipotetik untuk kebutuhan prakiraan dampak kualitas udara.
Buku ini tidak ditujukan untuk menguraikan aspek ke-ilmiah-an dari dispersi polutan udara secara mendalam. Untuk uraian mengenai hal itu, pem-
baca disarankan untuk mencarinya dari referensi lain yang sudah banyak tersedia.
Sasaran pembaca buku ini adalah para ahli (konsultan) pencemaran udara yang akan membantu pemrakarsa untuk memprakiraan dampak kualitas
udara sebagai bagian dari kajian ANDAL. Para anggota Komisi Penilai AMDAL juga dapat memanfaatkan informasi dari buku ini saat ingin meme-
riksa kelayakan dokumen ANDAL yang dinilainya.
KLH tidak membatasi pemrakarsa dan para tenaga ahlinya untuk menggunakan metode-metode yang disebutkan dalam buku ini. Selama pem-
rakarsa memiliki alasan yang dapat diterima Komisi Penilai AMDAL, KLH mempersilahkan pemrakarsa untuk menggunakan metode prakiraan
dampak yang diinginkannya.
Susunan Buku
Buku ini diawali dengan bagian Memahami Prakiraan Dampak Kualitas Udara yang memuat maksud, tujuan, batasan, tingkat kedalaman, dan
output dari suatu proses prakiraan dampak kualitas udara. Diharapkan pembaca nantinya dapat memiliki kesamaan pemahaman tentang proses
prakiraan dampak tersebut sebelum melangkah ke bagian-bagian lainnya. Bagian ini ditutup dengan uraian mengenai langkah-langkah kerja dari
proses prakiraan dampak kualitas udara.
Bagian selanjutnya, Mempelajari Karakteristik Emisi, mengulas langkah pertama dalam proses prakiraan dampak. Di sini dijelaskan cara meng-
identifikasi sumber-sumber emisi dan mengenali karakteristik polutan yang diemisikan. Bagian ini diakhiri dengan uraian mengenai penentuan
jenis polutan penting yang perlu diprakirakan sebarannya.
Bagian Melengkapi Lingkup Prakiraan Dampak menjelaskan bagaimana tatacara menyusun lingkup prakiraan dampak kualitas udara. Termasuk
dalam uraiannya adalah bagaimana membatasi wilayah studi, mengidentifkasi objek-objek penerima dampak, dan menentukan waktu kajian.
Sebagai penutup, bagian ini menguraikan beberapa hal yang dapat digunakan sebagai kriteria penilaian sifat penting dampak.
Jenis data dan informasi yang dibutuhkan untuk simulasi sebaran polutan akan diuraikan pada bagian Mencermati Wilayah Studi. Termasuk di
dalamnya adalah data dan informasi mengenai kualitas udara ambien, kondisi permukaan lahan, dan kondisi meteorologis wilayah studi.
Bagian selanjutnya, Simulasi Penyebaran Polutan, mengulas berbagai pilihan teknik yang dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi sebar-
an polutan yang diemisikan suatu sumber. Selain perhitungan secara manual, bagian ini juga akan memperkenalkan beberapa perangkat lunak
(software) dispersi polutan yang dapat digunakan.
Foto: Taufik Ismail
MEMAHAMI
PRAKIRAAN DAMPAK
KUALITAS UDARA
1PERUBAHAN KUALITAS UDARA ........................................................... 2
Polutan Udara ........................................................................................ 2
Pencemaran Udara .............................................................................. 3
Boks: Baku Mutu Udara Ambien ................................................. 4
Dampak Perubahan Kualitas Udara ............................................... 6
PRAKIRAAN DAMPAK KUALITAS UDARA .......................................... 7
Output Prakiraan Dampak ................................................................. 7
Boks: Kedalaman Prakiraan Dampak ......................................... 9
Kegiatan Wajib Prakiraan Dampak .................................................10
Dampak Penting Hipotetik................................................................10
Penilaian Dampak ................................................................................11
TAHAPAN PRAKIRAAN DAMPAK KUALITAS UDARA .....................13
Bagian ini akan mengajak kita untuk memahami makna dari prakiraan
dampak terhadap kualitas udara. Khususnya pemahaman dalam konteks
pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
Berbagai jenis polutan udara dan dampak-dampaknya akan dibahas di
awal bagian ini. Selanjutnya, di akhir bagian ini, kita akan menguraikan
tahap-tahap yang harus dijalani dalam memprakirakan dampak terse-
but.Termasuk juga tahap-tahap dalam proses pelingkupannya. Informasi
pada bagian ini sangat penting untuk dipahami sepenuhnya sebelum
kita melanjutkan ke uraian-uraian lain dalam buku ini.
1
Udara di sekeliling kita, atau udara ambien, memiliki
kualitas yang mudah berubah. Intensitas perubahannya
dipengaruhi oleh interaksi antar berbagai polutan yang
dilepas ke udara ambien dengan faktor-faktor meteo-
rologis (angin, suhu, hujan, cahaya matahari). Berikut ini
akan dibahas beberapa hal mendasar tentang perubah-
an kualitas udara.
POLUTAN UDARA
Polutan primer yang diemisikan oleh suatu sumber emisi
akan mengalami berbagai reaksi fisik dan kimia dengan
adanya faktor meteorologi seperti sinar matahari, kelem-
baban dan temperatur. Berbagai reaksi yang terjadi juga
dapat menyebabkan terbentuknya beberapa jenis polu-
tan sekunder (lihat gambar di bawah). Akibat dorongan
angin, polutan akan terdispersi (tersebar) mengikuti arah
angin tersebut. Sebagian polutan dalam perjalanannya
dapat terdeposisi (deposited) atau mengendap ke per-
mukaan tanah, air, bangunan, dan tanaman. Sebagian
lainnya akan tetap tersuspensi (suspended) di udara. Se-
luruh kejadian tersebut akan mempengaruhi konsentrasi
polutan-polutan di udara ambien. Atau, dengan kata lain,
mengubah kualitas udara ambien.
Sebenarnya terdapat banyak sekali jenis polutan yang
mungkin dapat mengotori udara ambien. Ada yang ber-
wujud gas, padatan, maupun cairan. Sebagian merupa-
kan polutan primer, sebagian lagi merupakan polutan
PERUBAHAN KUALITAS UDARAIlustrasi:Toppeaks
Polutan NOx
dan SO2
ber-
campur dengan air di udara
untuk menjadi hujan asam
Polutan ringan terbawa ke
tempat-tempat yang sangat
jauh dan menyebabkan
pencemaran regional
Sebagian polutan terdepo-
sisi jatuh di wilayah objek
penerima dampak
Emisi polutan akan terdispersi
mengikuti arah angin
Polutan dikeluarkan oleh
Sumber Emisi
2 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
sekunder. Walau demikian, Baku Mutu Udara Ambien
(BMUA) nasional hanya menyebutkan 9 (sembilan) jenis
polutan umum, yaitu sulfur-dioksida (SO2
), karbon-
monoksida (CO), nitrogen-dioksida (NO2
), ozon (O3
),
hidrokarbon (HC), PM10
, PM2,5
, TSP (debu), Pb (timah hi-
tam), dustfall (debu jatuh). Kesembilan polutan ini diang-
gap sebagai polutan-polutan yang memiliki pengaruh
langsung dan signifikan pada kesehatan manusia.
PENCEMARAN UDARA
Masuknya polutan ke dalam udara selalu menyebab-
kan perubahan kualitas udara. Walau demikian, masuk-
an polutan tersebut tidak selalu dapat menyebabkan
pencemaran udara. Mengacu pada definisi resminya,
pencemaran udara baru terjadi jika masukan polutan
menyebabkan mutu udara turun sampai ke tingkatan
yang menyebabkan fungsinya terhambat. Misalnya, sam-
pai ke tingkatan di mana kesehatan manusia terganggu,
atau lingkungan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Untuk mempermudah penilaian atas tercemar-tidaknya
udara, kita dapat membandingkan kualitas udara de-
ngan BMUA. Jika konsentrasi suatu polutan dalam udara
ambien sudah melampaui nilai baku mutunya, kita dapat
menyatakan bahwa udara sudah tercemar. Sebagai con-
toh, udara yang memiliki kandungan SO2
(1 jam) = 1.250
μg/Nm3
dapat dianggap sudah tercemar karena nilai itu
sudah melebihi nilai BMUA dari SO2
(1 jam) yang nilainya
900 μg/Nm3
.
Polutan digolongkan sebagai polutan primer dan
polutan sekunder. Polutan primer adalah polutan-
polutanyangdiemisikanlangsungdarisumbernya,
baik itu berasal dari a) sumber alamiah seperti ba-
dai,letusangunungberapi,semburangasalamdari
tanah, dan b) kegiatan-kegiatan manusia. Contoh
dari polutan primer adalah CO, SO2
, Cl2
, dan debu.
Di dalam udara ambien, sebagian polutan primer
akan mempertahankan bentuk senyawa aslinya.
Sementara itu sebagian lagi akan berubah bentuk
sebagai akibat adanya interaksi dengan sesama
polutan atau dengan unsur atmosfer. Polutan-
polutan yang terjadi akibat interaksi dan reaksi itu
dinamakan polutan sekunder. Contohnya adalah
O3
(ozon) dan PAN (peroxyacetyl nitrate) yang ter-
bentuk dari reaksi HC, NOx
, dan oksigen.
Ilustrasi:Toppeaks
3
Memahami Prakiraan Dampak Kualitas Udara
SULFURDIOKSIDA
Gas tidak berwarna, berbau dalam kon-
sentrasi pekat. Banyak dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar yang me-
ngandung sulfur, misalnya solar dan batu-
bara. Menyebabkan sesak nafas bahkan
kematian pada manusia dan juga pada
hewan. Pada tumbuhan, menghambat
fotosintesis, proses asimilasi dan respirasi.
Merusak cat pada bangunan akibat reak-
sinya dengan bahan dasar cat dan timbal
oksida (PbO). Gas SO2
adalah kontributor
utama hujan asam.
KARBON MONOKSIDA
Senyawa tidak berbau, tidak berasa
dan pada suhu udara normal berben-
tuk gas tidak berwarna. Dihasilkan dari
proses pembakaran bahan bakar fosil
yang tidak sempurna, seperti bensin,
minyak dan kayu bakar. Juga dipro-
duksi dari pembakaran produk-produk
alam dan sintesis, termasuk rokok.
Konsentrasi rendah dapat menyebab-
kan pusing-pusing dan keletihan, kon-
sentrasi tinggi dapat menyebabkan
kematian.
FLUORIDA
Golongan gas Halogen, berwarna
coklat, sangat reaktif, dan beracun.
Berasal dari pembakaran bahan bakar
fosil, reduksi fosfat dari tanaman, in-
dustri penghasil aluminium dan lain-
lain. Inhibitor yang dapat mencegah
kerja berbagai enzim manusia, meru-
sak sel tanaman. Konsentrasi cukup
besar di atmosfir akan mencemari air
dan tanah.
NITROGEN DIOKSIDA
Gas ini berwarna coklat keme-
rahan dan berbau tajam. Ter-
utama dari proses pembakaran
bahan bakar fosil, seperti bensin,
batubara dan gas alam. NO2
bisa
berasal dari oksidasi dengan
kandungan N dalam bahan ba-
kar dan juga oksidasi dengan N
udara karena panas. NO2
bersifat
racun terutama terhadap paru.
Paru-paru yang terkontaminasi
dengan gas NOx
akan meng-
alami pembengkakan. Pada kon-
sentrasi NO2
> 100 ppm keba-
nyakan hewan akan mati.
PemerintahRepublikIndonesiatelahmengeluarkan
Baku Mutu Udara Ambien (BMUA) di dalam Pera-
turan Pemerintah tentang Pengendalian Pencema-
ran Udara (PP Nomor 41 tahun 1999). Baku mutu ini
memiliki a) 9 parameter yang berlaku untuk menilai
kondisi udara ambien secara umum dan b) 4 para-
meter lain yang hanya berlaku untuk menilai kon-
disi udara ambien di kawasan industri kimia dasar.
Tiap parameter disertai nilai maksimalnya. Nilai-
nilai tersebut umumnya dinyatakan dalam satuan
konsentrasi, yaitu berat senyawa polutan dalam
mikrogram (μg) per meter kubik udara dalam kon-
disi normal (umumnya pada suhu 250
Celsius dan
tekanan 1 atmosfer). Kualitas udara ambien dikata-
kan baik jika konsentrasi polutan-polutannya masih
di bawah nilai baku mutunya.
Nilai BMUA disediakan untuk beberapa waktu ukur
rata-rata (averaging time). Misalnya, untuk waktu
ukur rata-rata 1 jam, nilai baku mutu NO2
adalah
400 μg/Nm3
. Nilai itu nantinya harus dibandingkan
dengan nilai rata-rata pengukuran 1 jam NO2
.
BMUA juga disertai informasi mengenai metode
analisis dan peralatan yang harus digunakan.
Baku Mutu
Udara Ambien
Boks
4 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
OZON
Pada lapisan troposfer terbentuknya
O3
akibat adanya reaksi fotokimia
pada senyawa oksida nitrogen (NOx
)
dengan bantuan sinar matahari.
Konsentrasi ozon yang tinggi da-
pat menyebabkan gangguan pada
sistem pernafasan, serangan jantung
dan kematian. Sebaliknya, di lapisan
stratosfer keberadaan ozon sangat
dibutuhkan untuk ‘menyelimuti’
permukaan bumi dari radiasi sinar
ultraviolet.
TOTAL SUSPENDED PARTICULATE
Partikulat adalah padatan atau cairan di udara
dalam bentuk asap, debu dan uap. Komposisi
dan ukuran partikulat sangat berperan dalam
menentukan pajanan. Ukuran partikulat debu
yang membahayakan kesehatan umumnya
berkisar 0,1 mikron - 10 mikron. Partikulat juga
merupakan sumber utama haze (kabut asap)
yang menurunkan visibilitas.
PM10 berukuran ≤ 10 mikron. Mengganggu
saluran pernafasan bagian atas dan me-
nyebabkan iritasi.
PM2,5 berukuran ≤ 2,5 mikron. Langsung
masuk ke dalam paru-paru dan mengendap
di alveoli.
DEBU JATUH
Partikel berukuran diatas 500 mikron.
Secara alamiah dihasilkan dari debu
tanah kering yang terbawa oleh angin
atau berasal dari muntahan letusan
gunung berapi. Juga pembakaran yang
tidak sempurna dari bahan bakar yang
mengandung senyawa karbon murni
ataubercampurdengangas-gasorganik
seperti halnya penggunaan mesin disel
yang tidak terpelihara dengan baik.
KLORIDA
Gas berwarna hijau, bau sangat me-
nyengat. Efek samping dari proses pe-
mutihan (bleaching) dan produksi zat/
senyawa organik yang mengandung
klor. Menyebabkan iritasi mata. Jika
masuk dalam jaringan paru-paru dan
bereaksi dengan ion hidrogen akan
membentuk asam klorida yang bersi-
fat sangat korosif dan menyebabkan
iritasi dan peradangan saluran perna-
fasan.
HIDROKARBON
Jika berbentuk gas di udara umumnya ter-
golong sebagai Volatile Organic Compounds
(VOC). Bentuk cair menjadi semacam kabut
minyak. Jika padatan akan membentuk debu.
Berasal dari industri plastik, resin, pigmen, zat
warna, pestisida, karet, aktivitas geothermal,
pembuangan sampah, kebakaran hutan serta
transportasi. Di udara akan bereaksi dengan
bahan lain dan membentuk Polycyclic Aroma-
tic Hidrocarbon (PAH), bila masuk dalam paru-
paru menimbulkan luka dan merangsang ter-
bentuknya sel-sel kanker.
TIMBAL
Logam lunak yang berwarna kebiru-biruan
atau abu-abu keperakan. Sangat beracun dan
menyebabkan berbagai dampak kesehatan
terutama pada anak-anak. Dapat menyebab-
kan kerusakan sistem syaraf dan pencernaan,
sedangkan berbagai bahan kimia yang men-
gandung timbal dapat menyebabkan kanker.
5
DAMPAK PERUBAHAN
KUALITAS UDARA
Berubahnya kualitas udara akan menyebabkan timbul-
nya beberapa dampak lanjutan, baik terhadap kesehat-
an manusia dan makhluk hidup lainnya, aspek estetika
udara, keutuhan bangunan, dan lainnya. Berikut ini akan
diuraikan secara singkat berbagai dampak lanjutan terse-
but.
Dampak Terhadap Kesehatan Manusia
Yang banyak terjadi adalah iritasi mata dan gangguan
Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), seperti hidung ber-
air, radang batang tenggorokan, dan bronkitis. Partikel
berukuran kecil dapat masuk sampai ke paru-paru dan
kemudian menyebar melalui sistem peredaran darah ke
seluruh tubuh. Gas CO, jika bercampur dengan hemoglo-
bin, akan mengganggu transportasi oksigen. Partikel tim-
bal akan mengganggu pembentukan sel darah merah.
DampakTerhadapTumbuhan dan Hewan
Tumbuhan di daerah berkualitas udara buruk dapat me-
ngalami berbagai jenis penyakit. Hujan asam menyebab-
kan daun memiliki bintik-bintik kuning. Hujan asam
akan menurunkan pH air sehingga kemudian mening-
katkan kelarutan logam berat misalnya merkuri (Hg) dan
seng (Zn). Akibatnya, tingkat bioakumulasi logam berat
di hewan air bertambah. Penurunan pH juga akan me-
nyebabkan hilangnya tumbuhan air dan mikroalga yang
sensitif terhadap asam.
DampakTerhadap Aspek Estetika
Bau tidak enak, debu beterbangan, udara berkabut me-
rupakan beberapa contoh gangguan estetika udara am-
bien. Bau tidak enak dapat ditimbulkan oleh emisi gas-
gas sulfida, amoniak, dan lainnya. Udara berasap kabut
(asbut) atau smoke and fog (smog) akan mengurangi jarak
pandang (visibility) kita. Hal ini sangat membahayakan
keselamatan pengendara mobil dan motor, selain juga
keselamatan penerbangan. Smog atau asbut umumnya
disebabkan oleh adanya reaksi fotokimia dari senyawa
organik volatil (VOC atau volatile organic compounds)
dengan NOx
.
DampakTerhadap Bangunan
Akibat fenomena hujan asam, air hujan dapat memiliki
pH antara 3 sampai 4. Selain menganggu tumbuhan dan
ekosistem air, hujan asam juga merusak material ba-
ngunan, seperti besi-besi baja, beton, dan batu-batuan.
Paparan air hujan asam akan menggerus permukaan
batu secara perlahan-lahan. Hal ini mudah terlihat dari
patung-patung tua yang ada di sekeliling kita. Demikian
juga pada dinding-dinding gedung yang berubah men-
jadi kehitaman.
DampakTerhadap Kondisi Iklim
Akumulasi CO2
, metana, dan N2
O dapat membentuk
lapisan tipis di troposfir. Pantulan panas matahari akan
terhambat sehingga suhu bumi pun meningkat (global
warming). Senyawa chlorofluorocarbon (CFC) dapat
menjangkau lapisan stratosfer dan memecah molekul-
molekul ozon di sana. Kerusakan lapisan ozon di stratos-
fer menyebabkan sinar UV-B matahari tidak terfilter dan
masuk ke permukaan bumi sehingga dapat mengakibat-
kan kanker kulit pada manusia yang terpapar
sinar itu.
Dampak terhadap kondisi iklim umum-
nya digolongkan sebagai dampak skala
makro. Jangkauannya mencapai
ribuan kilometer lebih. Dampak skala
makro umumnya disebabkan oleh
unsur-unsur polutan yang relatif
stabil, seperti CO2
, metana, dan
CFC. Dampak terhadap kesehat-
an manusia, aspek estetika, dan
keutuhan bangunan umumnya
terjadi dalam skala mikro dan
skala meso yang jangkauan
dampaknya dapat mencapai
ratusan kilometer.
Foto: Taufik Ismail
6 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AM-
DAL) merupakan bagian dari proses perencanaan suatu
kegiatan. Salah satu fungsinya adalah untuk mempra-
kirakan jenis dan besarnya dampak lingkungan penting
yang dapat terjadi akibat dilaksanakannya suatu rencana
kegiatan. Prakiraan dampak dilakukan pada salah satu
tahapan studi AMDAL yang disebut ANDAL (Analisis
Dampak Lingkungan Hidup).
Hasil prakiraan dampak digunakan sebagai salah satu
bahan pertimbangan untuk memutuskan kelanjutan
dari suatu rencana kegiatan. Hasil prakiraan dampak juga
dipakai untuk dasar perencanaan dari langkah-langkah
yang perlu diambil untuk mencegah atau mengendali-
kan potensi dampak tersebut.
Prakiraan dampak dalam ANDAL harus dilakukan ber-
dasarkan dampak penting hipotetik yang sudah
disepakati sebelumnya oleh Komisi Penilai AMDAL (lihat
bahasan mengenai Dampak Penting Hipotetik). Arti-
nya, dugaan-dugaan dampak penting dari emisi polutan
harus terlebih dahulu dimiliki sebelum dampak kualitas
udara dapat dilakukan, baik itu dugaan dampak di tahap
prakonstruksi, konstruksi, operasi, maupun pasca-opera-
si. Tanpa adanya dugaan dampak penting itu, proses pra-
kiraan dampak dikhawatirkan akan berlangsung tanpa
sasaran yang jelas.
Proses prakiraan dampak dilakukan dalam lingkup
wilayah studi dan lingkup waktu kajian tertentu.
Selain untuk memperjelas sasaran prakiraan dampak,
pembatasan ini dilakukan guna mengefisienkan proses
ANDAL. Penentuan dampak penting hipotetik serta ling-
kup wilayah dan waktu kajian merupakan output dari
salah satu langkah kerja AMDAL yang disebut pelingku-
pan (scoping).
Prakiraan dampak kualitas udara perlu dilakukan setidak-
nya untuk berbagai skenario prakiraan yang ditentu-
kan. Tiap-tiap skenario diharapkan akan menghasilkan
output prakiraan yang berbeda. Salah satu skenario yang
perlu dilakukan adalah skenario kejadian terburuk
(worst-case scenario). Skenario prakiraan lainnya yang
patut dipertimbangkan adalah skenario berdasarkan
perbedaan kondisi operasi dari suatu rencana kegiatan,
skenario operasi musim hujan dan musim kemarau, dan
sebagainya.
OUTPUT PRAKIRAAN DAMPAK
Output prakiraan dampak kualitas udara merupakan
konfirmasi dan pendalaman informasi dari jenis serta
besaran (magnitude) dampak penting hipotetik yang su-
PRAKIRAAN DAMPAK KUALITAS UDARA
Dokumen Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL) berisi arahan dari pro-
ses prakiraan yang akan dilakukan terhadap satu atau beberapa dugaan
dampak penting (dampak penting hipotetik). Uraian dari pelaksanaan pra-
kiraan dampak berikut hasilnya dapat dijumpai dalam dokumen Analisis
Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL). Sedangkan langkah-langkah yang
harus dilakukan permrakarsa untuk mengelola dampaknya dapat dijumpai
dalam dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL). Doku-
men Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) berisi rencana pe-
mantauan dari komponen-komponen lingkungan yang diprakirakan akan
terkena dampak.
7
Memahami Prakiraan Dampak Kualitas Udara
dah ditentukan sebelumnya. Output prakiraan dampak
kemudian perlu dinilai sifat penting-nya (significancy)
untuk menentukan apakah suatu dampak penting hipo-
tetik memang benar-benar dapat digolongkan sebagai
dampak penting (lihat bahasan mengenai Penilaian Si-
fat Dampak).
Output prakiraan dampak ditampilkan sebagai:
1. Tabel Output Prakiraan Dampak Kualitas Udara;
Tabel ini berisi nilai konsentrasi sebaran polutan
maksimal (ΔCMAX
) dan nilai konsentrasi ambien po-
lutan maksimal (CMAX
) yang kemungkinan terjadi di
lokasi-lokasi objek penerima dampak. Perlu-tidaknya
tabel itu mencantumkan kedua jenis nilai konsentrasi
tersebut ditentukan oleh tingkat kedalaman prakiraan
dampak yang dipilih (lihat Boks mengenai Kedalaman
Prakiraan Dampak). Nilai-nilai konsentrasi dihitung
berdasarkan kondisi kejadian terburuk (lihat bahasan
mengenai Skenario Prakiraan Dampak di Bagian
3). Tiap jenis polutan penting yang diemisikan harus
memiliki tabelnya sendiri.Tabel juga dibuat untuk tiap
tahun prakiraan (lihat bahasan mengenai Waktu Ka-
jian di Bagian 3).
2. Peta Isopleth Semburan; Peta ini dibuat untuk
menunjukkan peningkatan konsentrasi polutan (ΔC)
di wilayah sekitar sumber emisi sebagai akibat adanya
emisi polutan yang bergerak mengikuti tiupan angin
dominan. Garis-garis isopleth nantinya akan memiliki
wujud seperti bola semburan (plume). Nilai-nilai pe-
ningkatan konsentrasi dihitung berdasarkan kondisi
kejadian rata-rata (lihat bahasan mengenai Skenario
Prakiraan Dampak di Bagian 3). Tiap jenis polutan
penting yang diemisikan harus memiliki peta isopleth-
nya sendiri. Cara pembuatan peta isopleth ini dapat
dilihat pada Bagian 5 buku ini.
3. Peta Isopleth Wilayah Sebaran; Peta ini dibuat un-
tuk menunjukkan pola peningkatan sebaran polutan
dalam kondisi rata-rata di seluruh wilayah sebaran
dampak. Gradasi peningkatan konsentrasi rata-rata
Peta isopleth berisi garis-garis yang menghubungkan titik-titik lokasi yang akan
memiliki kesamaan konsentrasi sebaran polutan. Output prakiraan dampak
setidaknya terdiri dari peta Isopleth Semburan (gambar atas) dan Peta Isopleth
Wilayah Sebaran (gambar bawah). Peta-peta ini harus dibuat untuk tiap jenis po-
lutan penting.
Foto:KoleksiQipra
8 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
Penentuan tingkat kedalaman yang dibutuhkan dapat dipengaruhi oleh tingkat prioritas dari suatu dampak penting hipotetik
(lihat bahasan terkait). Dalam beberapa kasus, kita mungkin cukup membutuhkan prakiraan Tingkat 1 (Prakiraan Penyebaran
Polutan). Misalnya saat kita ingn memprakirakan pengaruh dari sumber emisi yang bersifat sementara seperti kegiatan kon-
struksi. Sedangkan untuk kasus lainya, kita mungkin perlu melakukan prakiraan Tingkat 2 (Prakiraan Kualitas Udara Ambien).
Misalnya saat kita ingin memprakirakan pengaruh dari sumber emisi yang bersifat kontinyu dan terus menerus. Sementara itu,
dalam dokumen-dokumen ANDAL yang ada, prakiraan Tingkat 3 (Prakiraan Dampak Lanjutan) masih jarang sekali dilakukan
secara kuantitatif. Jenis dampak lanjutan yang diprakirakan akan terjadi berikut besarannya lebih banyak dinilai secara kualitatif
di bagian Evaluasi Dampak dokumen ANDAL. Perlu tidaknya kita melakukan prakiraanTingkat 3 sebaiknya dikonfirmasikan ke
Komisi Penilai AMDAL yang berwenang.
Ada 3 (tiga) tingkat kedalaman prakiraan dampak kualitas udara yang dapat diterapkan, yaitu:
Kedalaman Prakiraan Dampak
Boks
9
Memahami Prakiraan Dampak Kualitas Udara
yang mungkin terjadi akan tervisualisasikan di peta
isopleth ini. Nilai-nilai peningkatan konsentrasi dihi-
tung berdasarkan kondisi kejadian rata-rata. Tiap jenis
polutan penting yang diemisikan harus memiliki peta
isopleth-nya sendiri. Tergantung kepada kedalaman
prakiraan yang dipilih, peta Isopleth Wilayah Sebaran
juga dapat dibuat untuk menunjukkan gradasi kon-
sentrasi ambien polutan. Cara pembuatan peta isop-
leth ini dapat dilihat pada Bagian 5 buku ini.
Perlu diingat bahwa nilai konsentrasi polutan perlu di-
sampaikan dalam suatu waktu rata-rata (averaging times).
Lebih baik lagi, kalau waktu rata-rata yang digunakan se-
suai dengan waktu rata-rata dalam kriteria penilaian sifat
pentingnya.
Output prakiraan dampak juga perlu disertai dengan in-
formasi mengenai frekuensi, durasi, dan kontinuitas dari
dampak yang akan terjadi. Informasi tersebut dibutuh-
kan agar pihak-pihak berkepentingan mengetahui bah-
wa suatu output prakiraan dampak hanya terjadi dalam
rentang waktu dan kondisi tertentu saja.
KEGIATANWAJIBPRAKIRAANDAMPAK
Prakiraan dampak kualitas udara perlu dilakukan jika
suatu rencana kegiatan Wajib AMDAL memiliki satu
atau lebih komponen kegiatan yang akan mengemisi-
kan polutan dalam jumlah dan jenis yang cukup untuk
mempengaruhi kualitas udara secara signifikan. Jika
rencana kegiatan kita tidak mengemisikan polutan yang
dapat menimbulkan dampak penting, berdasarkan ha-
sil evaluasi dampak pada proses pelingkupan, prakiraan
dampak kualitas udara tidak perlu kita lakukan.
Prakiraan dampak kualitas udara seringkali juga tetap
perlu dilakukan untuk suatu sumber komponen kegiatan
walau emisinya diduga akan berada di bawah nilai BME-
nya. Walau konsentrasinya kecil, komponen kegiatan itu
mungkin saja akan mengemisikan polutan dalam jumlah
yang besar. Dengan laju emisi yang tinggi, emisi polutan
tersebut tetap mungkin mempengaruhi kualitas udara
ambien secara signifikan.
DAMPAKPENTINGHIPOTETIK
Sepertidisebutkansebelumnya,prakiraandampakdalam
ANDAL harus dilakukan berdasarkan dugaan (hipotesa)
dampak penting yang sudah disepakati sebelumnya
oleh Komisi Penilai AMDAL. Suatu dampak penting hipo-
tetik setidaknya harus menyebutkan:
1) Komponen kegiatan penyebab dampak; Biasa dise-
but juga sebagai sumber dampak. Untuk kepenting-
Tidak seluruh jenis kegiatan wajib-AMDAL (sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Menteri KLH tentang Jenis Ren-
cana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi
Dengan AMDAL atau Per-Men KLH No. 11 Tahun 2006) ber-
potensi untuk menimbulkan dampak tehadap kualitas udara,
khususnya saat kegiatan-kegiatan itu sudah berada dalam
tahap operasi. Beberapa jenis kegiatan wajib-AMDAL yang
operasinya dikhawatirkan berdampak penting tehadap kuali-
tas udara antara lain adalah terminal terpadu, pelabuhan
atau pangkalan udara, bandar udara, industri semen, industri
pulp atau industri kertas, industri petrokimia hulu, jalan tol,
jalan raya, jalan layang, terowongan, tempat pembuangan
akhir (TPA) sampah, instalasi pengolahan air limbah domes-
tik, pertambangan mineral, batubara & panas bumi, kilang
LPG, kilang LNG, kilang minyak, Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU), dan Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD).
Foto:HeriWibowo
10 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
an prakiraan dampak kualitas udara, sumber dampak
adalah emisi polutan yang dikeluarkan dari suatu
sumber emisi.
2) Komponen lingkungan terkena dampak;Yaitu kuali-
tas udara ambien dari suatu wilayah. Untuk prakiraan
dampak Tingkat 3, kita perlu menyebutkan objek
terkena dampak dari berubahnya kualitas udara se-
bagai komponen lingkungan yang terkena dampak.
Kedua komponen di atas perlu disampaikan sespesifik
mungkin agar proses prakiraan dampak dapat dilaku-
kan dengan tepat-sasaran dan efisien. Misalnya dengan
membatasi komponen lingkungan terkena dampak
(kualitas udara ambien) hanya untuk beberapa jenis po-
lutan tertentu saja. Sumber dampak juga harus dilengkapi
dengan informasi mengenai lokasi sumber emisi dan
waktu pemunculannya (lihat bahasan mengenai Pola Pe-
munculan Emisi di Bagian 2).
Kedalaman prakiraan dampak yang akan digunakan juga
perlu tercermin dari pernyataan dampak penting hipo-
tetik. Untuk prakiraan Tingkat 3, komponen lingkungan
terkena dampak harus menyebutkan jenis dampak lanjut-
an yang dapat terjadi pada objek penerima dampak. Mi-
salnya, kesehatan penduduk desa khususnya menyang-
kut penyakit ISPA. Atau, produktivitas tanaman kentang
di daerah pertanian di suatu desa.
Dampak penting hipotetik, sesuai Pedoman Penyusun-
an Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(Peraturan Menteri LH No. 08 Tahun 2006), perlu dikla-
sifikasikan dan diberikan tingkat prioritasnya. Tingkat
prioritas tersebut akan mempengaruhi penentuan keda-
laman prakiraan dampak dari suatu dampak penting
hipotetik. Dampak penting hipotetik dengan prioritas
rendah dapat saja menggunakan prakiraan Tingkat 1.
Sebaliknya, dampak penting hipotetik dengan prioritas
tinggi sebaiknya menggunakan prakiraan Tingkat 3.
PENILAIANDAMPAK
Sepertidisebutkansebelumnya,outputprakiraandampak
perlu dipelajari untuk dinilai penting atau tidaknya
dampak tersebut. Penilaian sifat penting dampak di-
lakukan terhadap kriteria penilaian yang disepakati sebe-
lumnya. Beberapa kriteria penilaian yang dapat diguna-
kan antara lain adalah BMUA, nilai Tambahan Polutan
Maksimal (lihat bahasan terkait di Bagian 3), nilai Indeks
Standar Pencemaran Udara (ISPU), luas wilayah yang
kualitas udaranya akan berubah secara signifikan, jumlah
manusia terkena dampak, dan sebagainya.
Penyimpulan penting-tidaknya suatu dampak juga mem-
pertimbangkan besaran dampak yang dapat terjadi.
Besaran dampak tersebut dihitung dengan memban-
dingkan hasil prakiraan kualitas udara (jika komponen
Contoh dari salah satu pernyataan dampak penting hipotetik adalah
sumber dampak: emisi SO2
dan HC dari alat berat yang digunakan di
lokasi pertambangan, komponen lingkungan terkena dampak: kualitas
udara ambien desa Sugiharjo (khususnya menyangkut SO2
dan HC), de-
ngan obyek penerima dampaknya adalah penduduk desa tersebut..
ilustrasi:Topppeaks
Sumber Dampak:
EMISI SO2
& HC
Komponen Lingkungan Terkena Dampak:
KUALITAS UDARA AMBIEN
Obyek Penerima Dampak
Pemukiman Desa Sugiharjo
11
Memahami Prakiraan Dampak Kualitas Udara
kegiatan jadi dilaksanakan) dengan rona dasar kualitas
udara (backgroundconcentration) di tahun prakiraan yang
sama. Untuk mendapatkan rona dasar kualitas udara di
suatu tahun prakiraan, perlu dilakukan prakiraan kualitas
udara dengan asumsi bahwa komponen kegiatan terse-
but tidak dilaksanakan (prakiraan nir-kegiatan).
Output prakiraan dampak juga perlu dinilai untuk sifat
pengaruh dampak-nya. Sederhananya adalah untuk
penilaian positif atau negatifnya dampak penting terse-
but. Suatu komponen kegiatan dinilai dapat membawa
dampak negatif, jika emisi polutannya diduga akan me-
nyebabkan kualitas udara menjadi lebih buruk. Seba-
liknya, komponen kegiatan itu dinilai dapat berdampak
positif, jika emisi polutannya diduga akan menyebabkan
kualitas udara menjadi lebih baik. Tentunya jika diban-
dingkan dengan kualitas udara nir-kegiatan di waktu
kajian (tahun prakiraan) yang sama. Banyak penyusun
AMDAL saat ini tidak melakukan prakiraan kualitas udara
nir-kegiatan. Jadi, penilaian besar-kecilnya dampak dini-
lai dengan mengacu kepada kualitas udara saat ini (rona
lingkungan awal). Hal ini dapat dibenarkan selama kita
yakin bahwa kualitas udara nir-kegiatan akan tetap sama
(statis) untuk tahun prakiraan yang kita pilih.
Suatu jalan pintas bawah-tanah (underpass) akan dibuat untuk memperlancar arus kendaraan bermotor di suatu kawasan yang kondisi lalu-
lintasnya sudah sangat padat. Konsentrasi CO (rata-rata 24 jam) di kawasan itu saat ini sudah mencapai nilai 7.000 μg/Nm3
. Saat underpass
beroperasiditahun2010, jumlahkendaraanbermotoryangmelintasikawasanitudiprakirakanakanmeningkat50persendarijumlahnyasaatini.
Akibatnya, walau jalan underpass sudah beroperasi, konsentrasi CO di kawasan itu diprakirakan tetap akan meningkat menjadi 10.000 μg/ Nm3
.
Untuk menilai positif-negatifnya dampak penting dari pembangunan underpass tersebut, prakiraan dampak nir-kegiatan di tahun 2010 juga
dilakukan. Dengan asumsi underpass tidak jadi didirikan, maka diprakirakan kemacetan jalan akan sering terjadi. Laju kendaraan akan tersendat
sehingga emisi CO akan lebih besar untuk jumlah kendaraan di tahun 2010 yang sama. Oleh karena itu, hasilnya menunjukkan konsentrasi CO di
kawasan itu diprakirakan akan meningkat menjadi 13.000 μg/Nm3
. Perbandingan konsentrasi CO di tahun 2010 antara kedua kondisi itu (dengan
dan tanpa underpass) menunjukkan adanya jalan underpass justru akan membuat kualitas udara di kawasan tersebut menjadi lebih baik. De-
ngan demikian dapat disimpulkan bahwa keberadaan underpass akan membawa dampak positif.
InfoGrafis:Zarkoni
12 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
TAHAPANPRAKIRAANDAMPAKKUALITASUDARA
Berikut ini adalah tahapan lengkap dari proses prakiraan
dampak kualitas udara. Mengacu ke tatalaksana penger-
jaan AMDAL, kedua tahap awal dalam diagram berikut
merupakan bagian dari proses pelingkupan. Hasilnya
dituangkan sebagai bagian dari dokumen KA-ANDAL.
Tahap-tahap selanjutnya merupakan bagian dari proses
prakiraan dampak yang baik proses maupun outputnya
dituangkan sebagai bagian dari dokumen ANDAL.
Memilih Teknik Simulasi
Menghitung Konsentrasi Sebaran Polutan
Membuat Peta Isopleth
Menghitung Konsentrasi Ambien Polutan
Membatasi Wilayah Studi
Identifikasi Obyek Penerima Dampak
Mengarahkan Prakiraan Dampak
Identifikasi Sumber Emisi
Karakterisasi Emisi
Menyeleksi Polutan Penting
Mengukur Kualitas Udara Ambien
Mengenali Karakteristik Fisik Wilayah Studi
Mempelajari Kondisi Meteorologis
13
Memahami Prakiraan Dampak Kualitas Udara
Foto: Bayu Rizky
MEMPELAJARI
KARAKTERISTIK EMISI
2IDENTIFIKASI SUMBER EMISI ................................................................16
Jenis Sumber Emisi ..............................................................................17
Lokasi Sumber Emisi ...........................................................................17
Dimensi Sumber Emisi .......................................................................19
Waktu Keberadaan Sumber Emisi ..................................................19
KARAKTERISASI EMISI ............................................................................21
Jenis dan Jumlah Polutan ................................................................. 21
Boks: Faktor Emisi ...................................................................22
Pola Pemunculan Emisi ..................................................................... 24
MENSELEKSI POLUTAN PENTING ........................................................26
Kriteria Batas Polutan Penting ........................................................ 26
Faktor Kekhawatiran Masyarakat ...................................................27
Proses prakiraan dampak hanya dapat dilakukan setelah kita mengenali
karakteristik emisi polutan dari rencana kegiatan kita dengan baik. Cer-
mati dokumen perencanaan yang ada berikut denahnya. Dari situ, kita
dapat mengidentifikasi berbagai sumber emisi yang akan ada. Dapatkan
seluruh jenis polutan yang akan diemisikan, sebelum kita mengestimasi
jumlah-jumlahnya. Langkah terakhir dari tahap ini adalah pemilihan po-
lutan-polutan penting yang nantinya akan diprakirakan sebarannya.
15
Sumber emisi adalah komponen-komponen atau
bagian-bagian dari suatu rencana kegiatan yang nanti-
nya akan mengemisikan polutan ke udara ambien. Untuk
prakiraan dampak kualitas udara yang komprehensif, kita
perlu mengidentifikasi seluruh sumber emisi yang akan
ada di dalam rencana kegiatan. Tahapan identifikasi sum-
ber emisi ini sebaiknya dilakukan pada tahap penentuan
dampak potensial di awal proses pelingkupan.
Identifikasi sumber emisi dapat dilakukan dengan mem-
pelajari dokumen rancangan teknis dan jadwal pelaksa-
naannya. Adanya denah (layout) rencana kegiatan dapat
mempermudah pengidentifikasian komponen-kom-
ponen kegiatan sumber emisi. Selain itu, sumber emisi
dapat juga diidentifikasi dengan mempelajari kegiatan
lain yang sejenis dengan rencana kegiatan kita.
Informasi dari suatu sumber emisi perlu juga dileng-
kapi dengan keterangan mengenai lokasi, dimensi, dan
waktu keberadaan dari sumber emisi tersebut. Informasi-
IDENTIFIKASI SUMBER EMISI
Suatu rencana kegiatan dapat saja memiliki lebih dari satu sumber emisi (multiple sources). Operasi kegiatan pertambangan, misalnya, memiliki
beberapa aktivitas sumber emisi. Contohnya, komponen kegiatan peledakan guna menyingkirkan lapisan tanah permukaan, komponen kegiatan
pengangkutan batuan (ore) dengan menggunakan alat berat dan truk pengangkut, komponen kegiatan penggerusan batuan, dan komponen
kegiatan ekstraksi mineral dari batuan tersebut.
Foto:KoleksiQipra
16 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
informasi tersebut nantinya sangat dibutuhkan dalam
pemodelan penyebaran polutan.
JENIS SUMBER EMISI
Banyak jenis komponen kegiatan yang dapat menjadi
sumber emisi. Baik itu komponen-komponen kegiatan
dalam tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, mau-
pun pasca-operasi. Beberapa komponen kegiatan yang
seringkali menjadi sumber emisi dari suatu rencana ke-
giatan dapat dilihat pada tabel di halaman berikutnya.
Suatu rencana kegiatan mungkin saja memiliki sumber
emisi bergerak (mobile source) dan sumber emisi tidak-
bergerak (stationary source). Dengan pola pengelom-
pokan yang lain, sumber-sumber emisi dari suatu ren-
cana kegiatan dapat saja terdiri dari sumber titik (point
source), sumber ruang (volume source), sumber area
(area source), dan sumber garis (line source). Salah satu
contoh sumber titik yang banyak terdapat dalam suatu
rencana kegiatan adalah cerobong (stack).
Banyak komponen kegiatan mengeluarkan emisi yang
tergolong sebagai emisi liar (fugitive emission). Disebut
demikian karena polutan-polutan akan langsung terlepas
ke udara tanpa melalui sistem penangkapan polutan dan
pelepasan terkendali di suatu titik, seperti cerobong atau
ventilasi udara. Beberapa contoh emisi liar adalah emisi
polutan dari aktivitas konstruksi, tangki penyimpanan
cairan (storage tanks) terbuka, timbunan bahan baku
(stockpile) terbuka, lokasi penurunan dan pemuatan ba-
rang (loading area), pelapisan aspal, instalasi pengolahan
air limbah, menara pendingin (cooling towers), kebocoran
alat, lahan terbuka yang tererosi oleh angin (open area
wind erosion), dan sebagainya.
Keberadaan perangkat pengendali polusi udara di
suatu sumber emisi juga sebaiknya diinformasikan ka-
rena nantinya sangat mempengaruhi perhitungan esti-
masi jumlah polutan. Saat ini umumnya cerobong sudah
direncanakan lengkap dengan perangkat pengendali
polusi udara. Perangkat tersebut bertugas untuk me-
ngurangi jumlah emisi polutan sampai ke tingkat kualitas
yang diinginkan.
LOKASI SUMBER EMISI
Lokasi sumber emisi, khususnya sumber titik, dapat di-
nyatakan dalam sistem koordinat Cartesian. Untuk
sumber wilayah dan sumber garis, kita perlu menyebut-
kan koordinat dari bagian sumber emisi yang letaknya
paling dekat dengan suatu obyek penerima dampak.
Koordinat titik terdekat itu nantinya digunakan dalam
perhitungan jarak dengan obyek penerima dampak.
Dalam rencana pengembangan jalan raya, sumber emisi penting di tahap operasi adalah kendaraan-kendaraan bermotor yang melintasi
jalan tersebut. Sumber emisi ini dapat digolongkan sebagai sumber emisi bergerak, sekaligus juga sumber garis.
Foto:TaufikIsmail
17
Mempelajari Karakteristik Emisi
18 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
Elevasi sumber emisi menunjukkan jarak vertikal (atau
bedatinggi)antarasumberemisi,khususnyatitiklepasan-
nya, dengan suatu bidang acuan atau elevasi + 0,0 meter.
Sebagai bidang acuan dapat digunakan elevasi permu-
kaan tanah atau elevasi muka-laut. Informasi mengenai
elevasi sumber emisi sangat perlu diperhatikan terutama
jika beda tingginya dengan penerima dampak dianggap
siginifikan. Misalnya, sumber emisi ada di puncak bukit
sementara penerima dampak ada di kaki bukit. Atau, mi-
salnya sumber emisi merupakan cerobong yang tinggi-
nya mencapai puluhan meter.
DIMENSI SUMBER EMISI
Dimensi sumber emisi perlu diketahui untuk kepenti-
ngan berbagai hal. Jika sumber emisi merupakan suatu
cerobong, informasi dimensi sumber dibutuhkan antara
lain untuk menghitung tinggi kepulan (plume rise). Jika
sumber emisi merupakan sumber wilayah atau sumber
ruang, informasi tentang dimensi sumber emisi dibutuh-
kan untuk menghitung jumlah emisi.
Informasi dimensi yang dibutuhkan antara lain adalah:
Untuk cerobong: tinggi, diameter lubang dasar dan
lubang atas (bagian lepasan).
Untuk sumber wilayah: luas wilayah tersebut.
Untuk sumber garis: panjang dan lebar ruas jalan.
Ada baiknya informasi tentang dimensi sumber emisi di-
sampaikan bersama diagram teknisnya.
WAKTUKEBERADAAN SUMBER EMISI
Informasi mengenai kapan suatu sumber emisi kira-kira
akan dilaksanakan, dibangun, atau dioperasikan sangat
berguna nantinya saat kita ingin menentukan batas wak-
tu kajian (lihat bahasan terkait di Bagian 4 dari buku ini).
Waktu keberadaan sumber emisi sebaiknya disampaikan
sespesifik mungkin, misalnya menyebutkan bulan dan ta-
hun dari rencana keberadaannya. Jadi, tidak hanya seke-
dar menyebutkan bahwa sumber emisi akan ada di tahap
prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca-operasi.
Waktu keberadaan dari tiap-tiap sumber emisi dapat di-
peroleh dari jadwal pelaksanaan rencana kegiatan kita.
Dari jadwal tersebut, kita juga dapat mengetahui durasi
dari kelangsungan komponen kegiatan sumber emisi.
Perlu diingat bahwa mungkin saja beberapa sumber emi-
si akan dilaksanakan dalam rentang waktu yang sama.
Posisi sumber emisi sebaiknya dinya-
takan dalam koordinat 3 dimensi X, Y,
Z. Ada baiknya nilai X dan Y menggu-
nakan acuan sistem koordinat univer-
sal, seperti UTM (Universal Transverse
Mercator). Untuk nilai sumbu Z, kita
bisa menggunakan elevasi muka-laut
sebagai acuan. Dalam banyak kasus,
posisi sumber emisi seringkali diang-
gap sebagai titik acuan dan diberikan
kordinat lokal 0,0. Demikian pula da-
lam sistem kordinat relatif yang diper-
hitungkan berdasarkan arah mata
angin.
Info Grafis: Koleksi Qipra
19
Mempelajari Karakteristik Emisi
Jika waktu keberadaannya bersamaan, ada kemungkin-
an emisi dari sumber-sumber itu nantinya perlu diaku-
mulasikan. Informasi waktu keberadaan sumber emisi
dan informasi waktu pemunculan emisi (lihat bahasan
mengenai Pola Pemunculan Emisi) diperlukan untuk
memastikan apakah sumber-sumber emisi yang ada di
suatu rencana kegiatan dapat dianggap sebagai sumber
majemuk (multiple sources).
Hasil identifikasi sumber emisi cerobong harus mencakup lokasi
dan elevasi dasar cerobong, tinggi cerobong, diameter cerobong,
dan keberadaan perangkat pengendali polusi udara. Kapan cero-
bong itu mulai dioperasikan juga merupakan salah satu informasi
yang perlu kita ketahui.
Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah merupakan salah satu contoh dari
sumber ruang (volume source), khususnya jika TPA tersebut memiliki timbun-
an yang tinggi. Hasil dari identifikasi sumber emisi harus menyebutkan bentuk,
luas, tinggi, atau volume dari TPA tersebut. Emisi TPA merupakan salah satu
contoh emisi fugitive atau emisi polutan yang tidak terkendali melalui cero-
bong atau sistem ventilasi udara.
Foto:Sulaiman
20 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
KARAKTERISASI EMISI
Karakteristik emisi ditunjukkan oleh jenis dan jumlah po-
lutan yang dikandungnya, selain juga pola pemunculan
emisinya. Berikut ini adalah uraian mengenai karakteristik
emisi dan cara-cara untuk mengestimasinya.
JENIS DAN JUMLAH POLUTAN
Seluruh jenis polutan yang dikeluarkan dari tiap sumber
emisi harus diidentifikasi dan diestimasi jumlahnya. Infor-
masi mengenai jenis dan jumlah polutan seringkali sudah
tersedia di dokumen rancangan teknis dari rencana ke-
giatan bersangkutan. Namun demikian, jika informasi itu
belum tersedia, ada beberapa cara yang dapat kita gu-
nakan untuk memprakirakannya. Beberapa di antaranya
diuraikan berikut ini.
Estimasi dari Informasi Sumber Sejenis
Data hasil pemantauan dari sumber emisi sejenis
dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam mempra-
kirakan jenis dan jumlah polutan dari suatu sumber
emisi. Sebelum menggunakan cara ini, kita tentu ha-
rus memastikan dulu bahwa sumber emisi sejenis itu
memiliki rincian proses dan bahan baku yang serupa
dengan sumber emisi kita. Beda skala kegiatan juga
harus diperhatikan guna menghindari perhitungan
yang tidak tepat (underestimation atau overestima-
tion).
Estimasi dengan Faktor Emisi
Cara ini tergolong praktis sehingga sering sekali di-
gunakan. Nilai Faktor Emisi (lihat boks untuk uraian
lebih lengkap mengenai Faktor Emisi) dari berbagai
sumber emisi saat ini mudah dijumpai di berbagai
referensi. Salah satu referensi yang paling populer
adalah AP 42 Compilation of Air Pollutant Emis-
sion Factors (Fifth Edition) yang diterbitkan USEPA
(the United States Environmental Protection Agency).
Beberapa di antaranya adalah sumber-sumber emisi
dari kegiatan pembuangan sampah, kegiatan sektor
perminyakan, kegiatan industri kimia, industri per-
kayuan, makanan dan minuman, industri perkayuan,
Jumlah polutan umumnya dinyatakan sebagai laju emisi (emission rate) yang menunjukkan berat polutan yang diemisikan dalam satu unit
waktu. Misalnya, laju emisi SO2
dari suatu pembangkit listrik tenaga uap besarnya adalah 40 ton/tahun.
Foto:HeriWibowo
21
Mempelajari Karakteristik Emisi
Nilai Faktor Emisi banyak digunakan sebagai dasar perhitungan laju emisi dengan menggunakan rumus berikut:
Q = EF x A x (1 – ER/100)
Dimana, Q (emission rate atau laju emisi) adalah jumlah polutan yang diemisikan per satuan waktu; EF (emission factor) atau faktor emisi; A
(rate of activity) adalah intensitas kegiatan per satuan waktu; dan ER (emission reduction efficiency, dalam %) adalah efisiensi pengurangan
polutan dari sistem pengendali emisi yang digunakan.
Ilustrasi berikut menunjukkan penggunaan Faktor Emisi untuk menghitung besaran emisi.
Kegiatan konstruksi apartemen menggunakan genset 35 kW yang digunakan
10 jam per hari. Genset ini menggunakan bensin tanpa timbal. Dengan ang-
ka rata-rata konsumsi bensin 315 g/kWH, maka genset itu diperkirakan akan
membutuhkan 13,5 liter/jam. Jika genset dioperasikan selama 40 hari, maka
emisi genset itu diprakirakan akan memiliki karakteristik sebagai berikut.
- Intensitas kegiatan (A) = (35 kW) x (10 jam/hari) x (40 hari) = 14.000 kW-jam
atau 14.000 kWH
- Efisiensi pengurangan polutan (ER) = 0 %
- Untuk PM10
, dengan faktor emisi (EF) = 4,38 x 10-4
kg PM10
/kWH, maka
Q = (4,38 x 10-4
kg PM10
/kWH) x 14.000 kWH = 6,132 kg PM10
Tabel di samping menunjukkan hasil lengkap prakiraan laju emisi Genset ter-
masuk polutan-polutan lain.
Faktor Emisi (emission factor) menunjukkan perkiraan jumlah polutan yang akan diemisikan oleh tiap unit komponen
kegiatan dari suatu sumber emisi. Nilai Faktor Emisi ditampilkan dalam satuan berat polutan per unit berat, volume, jarak,
atau durasi dari komponen kegiatan yang mengemisikan polutan tersebut. Beberapa contoh nilai Faktor Emisi berikut
satuannya dapat dilihat pada tabel berikut.
Faktor Emisi
Boks
22 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
industri logam, dan kendaraan bermotor. Kelemahan
dari perhitungan cara ini adalah akurasi nilai Faktor
Emisi-nya sendiri. Tidak semua nilai sudah diuji den-
gan menggunakan metode uji yang sahih.
Beberapa referensi faktor emisi juga sudah tersedia
untuk emisi liar. Salah satunya adalah buku Fugitive
Emission di Area Kegiatan Industri (2005) yang dike-
luarkan oleh KLH.
Estimasi dengan Baku Mutu Emisi
Baku mutu emisi (BME) menunjukkan konsentrasi
maksimal dari beberapa polutan penting yang boleh
diemisikan oleh suatu kegiatan. Penggunaan BME
untuk mengestimasi jumlah polutan hanya dapat di-
gunakan jika kita yakin bahwa emisi rencana kegiatan
nantinya tidak akan melampaui nilai BME-nya. Jum-
lah emisi polutan dihitung dengan mengalikan nilai
BME dari suatu polutan (CBME
) dengan debit emisi (qvol
atau volumetric emission flowrate) sebagaimana terli-
hat dari persamaan berikut :
Q = CBME
x qvol
Kelemahannya, cara ini hanya dapat digunakan untuk
jenis-jenis polutan yang tercantum di BME, seperti
Amoniak (NH3
), Sulfur-Dioksida (SO2
), Nitrogen-Diok-
sida (NO2
), dan Partikulat.
Estimasi dengan Keseimbangan-Massa
Secara ilmiah, cara ini sangat dapat dipertanggung-
jawabkan. Walau demikian, cara ini membutuhkan
informasi yang sangat lengkap tentang bahan baku
dan produk yang terlibat dalam proses dari suatu
rencana kegiatan. Pendekatan keseimbangan-masa
ini tepat untuk digunakan jika sebagian besar bahan
baku akan terbuang nantinya sebagai polutan udara.
Sebaliknya, pendekatan ini tidak tepat untuk diguna-
kan jika kita tahu bahwa sebagian besar bahan baku
akan habis terkonsumsi atau bereaksi dengan senya-
wa kimia lain. Perlu juga diwaspadai bahwa cara ini
bisa saja menghasilkan nilai estimasi emisi yang kon-
sentrasinya ternyata melebihi BME.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak (KEP-
13/MENLH/3/1995) menyediakan BME yang
dikhususkan untuk industri besi dan baja, indus-
tri pulp dan kertas, pembangkit listrik tenaga
uap berbahan bakar batubara, dan industri se-
men. Selain itu, Kepmen ini juga menyediakan
BME untuk jenis kegiatan lainnya. Untuk sumber
bergerak, KLH menyediakan BME-nya dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
tentang ambang batas emisi gas buang ken-
daraan bermotor (KEP-35/MENLH/10/1993).
23
Mempelajari Karakteristik Emisi
Estimasi dengan Software Khusus
Banyak perangkat lunak (software) saat ini tersedia
untuk membantu kita dalam mengestimasi laju emisi
dari berbagai jenis sumber. Beberapa di antaranya
adalah 1) WATER9 untuk estimasi jumlah polutan
dari sistem jaringan, tangki penyimpanan, dan ins-
talasi pengolahan air limbah, 2) LandfillGEM (the
Landfill Gas Emissions Model), untuk estimasi jumlah
metana, karbondioksida, dan senyawa organik lain-
nya yang diemisikan suatu TPA (landfill) sampah, 3)
TANKS untuk estimasi jumlah volatile organic com-
pound (VOC) dan polutan udara bahan beracun dan
berbahaya (B3) dari tangki penyimpanannya. Web-
site USEPA memberikan kesempatan bagi kita untuk
men-download beberapa software secara gratis.
Perlu diingat bahwa tiap rencana kegiatan umumnya
memiliki laju emisi yang berfluktuasi. Untuk kepentingan
prakiraan dampak kajian ANDAL, ada baiknya kita meng-
gunakan jumlah polutan yang maksimal (QMAX
). Khusus-
nya jika kita ingin melakukan prakiraan dampak untuk
skenario kejadian terburuk (lihat bahasan mengenai Ske-
nario Prakiraan di Bagian 3). Penggunaan jumlah polu-
tan dalam kondisi minimal dapat memberikan kita hasil
prakiraan yang mungkin menyesatkan.
Juga perlu diingat bahwa prakiraan dampak akan dilaku-
kan guna mendapatkan nilai konsentrasi di waktu rata-
rata (averaging times) tertentu. Untuk itu, nilai jumlah po-
lutan yang digunakan juga harus merupakan nilai untuk
waktu rata-rata yang sama.
POLA PEMUNCULAN EMISI
Pola pemunculan emisi akan sangat berpengaruh ter-
hadap pola penyebaran polutan dan dampak yang di-
timbulkannya. Pola pemunculan emisi ditunjukkan oleh
waktu, durasi, dan kontinuitas pemunculan emisi. Untuk
sumber cerobong, informasi tentang kecepatan, debit,
dan temperatur emisi juga dapat dianggap sebagai
bagian dari pola pemunculan emisi.
Waktu pemunculan emisi sangat mempengaruhi pola
penyebaran polutan. Polutan yang diemisikan di malam
hari umumnya akan tersebar lebih jauh dibandingkan
polutan yang diemisikan di siang hari. Munculnya emisi
hampir selalu mengikuti waktu keberadaan sumber
emisi. Emisi akan muncul umumnya tidak lama setelah
Emisikendaraanmotorhanyaakankeluardisaatmesinmotor
hidup. Saat mesin motor mati, tidak lama kemudian biasanya
emisi knalpot juga terhenti. Polutan penting dalam emisi mo-
tor,sebagaimanaemisikendaraanbermotoryangmengguna-
kan bahan bakar bensin lainnya, terdiri dari CO, HC, dan NOx
.
Foto:TaufikIsmail
24 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
dimulainya suatu kegiatan sumber emisi. Saat kegiatan
itu dihentikan, tidak lama kemudian biasanya emisi juga
terhenti.
Informasi mengenai waktu pemunculan emisi juga sa-
ngat dibutuhkan dalam memastikan apakah sumber-
sumber emisi yang ada di suatu rencana kegiatan dapat
dianggap sebagai sumber majemuk (multiple sources).
Durasi pemunculan emisi akan mempengaruhi jumlah
polutan yang diemisikan. Semakin lama durasi emisi,
semakin banyak juga polutan yang diemisikan. Durasi
pemunculan emisi juga hampir selalu mengikuti durasi
keberadaan sumber emisi. Informasi ini juga dibutuhkan
sebagai salah satu bahan pertimbangan saat kita melaku-
kan penilaian sifat penting dari suatu dugaan dampak.
Kontinuitas pemunculan emisi akan mempengaruhi
pola penyebaran dari polutan yang diemisikan. Sebagai
contoh, emisi CO dari sumber lalu-lintas jalan raya akan
memiliki pola penyebaran yang berbeda dengan emisi
CO dari sumber pabrik yang beroperasi secara kontinu.
Kontinuitas pemunculan emisi tentunya juga mempe-
ngaruhi potensi dampak yang dapat ditimbulkannya.
Emisi polutan yang tidak kontinyu seringkali dianggap
memiliki potensi dampak yang lebih kecil dibandingkan
emisi polutan yang kontinu.
Kecepatan lepasan emisi (stack exit velocity) menun-
jukkan cepat atau lambatnya emisi polutan keluar dari
sumbernya. Informasi kecepatan lepasan emisi lebih ba-
nyak dibutuhkan dalam prakiraan dampak dari sumber
cerobong. Khususnya untuk menghitung tinggi kepulan
(plume rise) emisi yang dikeluarkan dari suatu cerobong.
Debit emisi (volumetric emission flowrate) menunjukkan
volume emisi yang dikeluarkan per satuan waktu. Untuk
suatu cerobong, debit emisi merupakan hasil perkalian
antara kecepatan lepasan emisi dengan luas penampang
cerobong.
Suhu lepasan emisi (exit temperature) menunjukkan
suhu dari aliran emisi saat meninggalkan sumbernya.
Tingginya suhu lepasan emisi, sama halnya dengan ke-
cepatan lepasan emisi, akan mempengaruhi tinggi kepu-
lan emisi dari suatu cerobong. Dalam penggunaannya,
suhu emisi lebih banyak dinyatakan dalam derajat Kel-
vin (0
K).
Emisi dari suatu TPA akan terus ada walau operasinya sudah dihentikan. Durasi pemunculan emisi gas metana dan karbondioksida
bisa mencapai waktu 30 tahun setelah TPA itu berhenti beroperasi.
Ilustrasi:Zarchoney&Toppeaks
25
Mempelajari Karakteristik Emisi
Pertama-tama, perlu disadari bahwa tidak semua polu-
tan yang akan diemisikan dapat menimbulkan dampak
penting. Jika lajunya kecil atau durasi pemunculannya
singkat, suatu emisi polutan kemungkinan besar tidak
akan terlalu mempengaruhi kualitas udara ambien sam-
pai ke tingkatan yang signifikan. Atau, kecil kemungkin-
an emisi polutan tersebut akan menyebabkan kualitas
udara melampaui BMUA. Untuk alasan efisiensi, prakiraan
dampak dari polutan yang jumlahnya sedikit tidak selalu
perlu dilakukan. Lebih baik kita memusatkan perhatian
pada prakiraan dampak dari polutan-polutan yang jum-
lahnya besar saja. Kita dapat menyebut polutan yang
perlu diprakirakan dampaknya sebagai polutan penting.
Ada beberapa cara yang dapat dipertimbangkan sebagai
dasar penyeleksian polutan penting ini. Salah satunya
adalah dengan membandingkan nilai konsentrasi maksi-
mal (ΔCMAX
) dari sebaran polutan dengan nilai Tambahan
Polutan Maksimal (TPM, lihat bahasan terkait di Bagian
3) untuk tiap-tiap polutan yang diemisikan. Perangkat lu-
nak SCREEN3 (lihat bahasan mengenai Pilihan Software
Dispersi Polutan di Bagian 5). dapat digunakan untuk
mempermudah perolehan nilai ΔCMAX
tersebut. Cara lain-
nya adalah dengan menggunakan Kriteria Batas Polu-
tan Penting (KBPP) sebagaimana akan dibahas berikut
ini. Dasar-dasar pertimbangan dalam penyeleksian po-
lutan penting perlu disampaikan kepada Komisi Penilai
AMDAL untuk disepakati.
KRITERIA BATAS POLUTAN PENTING
Seleksi polutan penting akan lebih mudah jika kita me-
miliki Kriteria Batas Polutan Penting (KBPP) yang menye-
butkan jumlah minimal emisi polutan-polutan yang perlu
diprakirakan dampaknya dalam ANDAL. Jika kita menge-
misikan suatu polutan dalam jumlah melebihi nilai KBPP,
maka kita harus melakukan prakiraan dampak untuk po-
lutan tersebut.
KLH atau intansi-instansi lingkungan di daerah belum
mengeluarkan kriteria batas polutan penting ini. Walau
demikian ada beberapa contoh kriteria batas polutan
penting yang dapat digunakan sebagai pembanding.
Salah satunya adalah Criteria of Significant Pollutant Emis-
sionIncreasesRequiringImpactAssessment yang dikeluar-
kanolehNewJerseyDepartmentofEnvironmentalProtec-
tion (lihat tabel di halaman berikut).
Kriteria Batas Polutan Penting sebaiknya didiskusikan
dengan pemerintah-pemerintah kota dan kabupaten di
Indonesia. Besarnya nilai kriteria untuk tiap daerah seha-
rusnya berbeda-beda tergantung status mutu udara am-
bien dari tiap daerah.
MENSELEKSI POLUTAN PENTING
Tidak semua polutan yang akan diemisikan perlu diprakirakan
dampaknya,khususnya,polutanyanglajuemisinyasangatsedikit.
Dalam panduan prosedur prakiraan dampak kualitas udara di be-
berapa negara lain, tahap ini disebut sebagai screening. Dalam
tatalaksana pengerjaan AMDAL, tahapan seleksi polutan penting
ini dapat diberlakukan sebagai bagian dari penentuan dampak
penting hipotetik dalam proses pelingkupan.
26 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
FAKTOR KEKHAWATIRAN MASYARAKAT
Ada beberapa faktor lain yang perlu kita pertimbang-
kan sebelum kita benar-benar mengabaikan prakiraan
dampak dari polutan-polutan yang jumlahnya sedikit.
Salah satunya adalah faktor persepsi atau kekhawatiran
masyarakatsekitar. SesuaiaturanmengenaiKeterlibatan
Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses
AMDAL (Kepka Bapedal No. 08 Tahun 2000), tatalaksana
AMDAL memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk
menyampaikan masukan kepada pemrakarsa. Mungkin
saja salah satu masukannya menyangkut kekhawatiran
terhadap keberadaan dan sebaran dari suatu jenis polu-
tan. Walaupun jumlahnya sedikit, ada baiknya kita me-
nanggapi kekhawatiran itu dan kemudian melakukan
prakiraan dampak dari polutan itu. Hasilnya mungkin saja
dapat digunakan untuk meyakinkan masyarakat sekitar
bahwa dampak yang mereka khawatirkan tidak akan per-
nah ada.
Keterangan:
a. Bila tinggi cerobong/keluaran kurang dari 20 meter.
b. Bila tinggi cerobong/keluaran lebih besar atau sama dengan
20 meter.
Kekhawatiran masyarakat terhadap emisi dioksin dari suatu insinerator selalu saja ada. Walau jumlahnya kecil, kita tetap perlu melakukan
prakiraan penyebaran polutan itu. Hasilnya diharapkan dapat lebih meyakinkan masyarakat tentang besar-kecilnya dampak emisi dioksin
di tempat mereka bermukim.
Foto:KoleksiQipra
27
Mempelajari Karakteristik Emisi
Foto: Winarko Hadi
MELENGKAPI LINGKUP
PRAKIRAAN DAMPAK
3MEMBATASI WILAYAH STUDI ................................................................30
Tinjauan Kondisi Geografis ...............................................................30
Acuan Nilai Tambahan Polutan Maksimal ...................................30
IDENTIFIKASI OBJEK PENERIMA DAMPAK ........................................32
Sumber Informasi .................................................................................32
Lokasi Objek Penerima Dampak .....................................................33
Informasi Pelengkap ............................................................................36
MENGARAHKAN PRAKIRAAN DAMPAK ............................................37
Waktu Kajian ...........................................................................................37
Skenario Prakiraan Dampak ..............................................................37
Kriteria Penilaian Sifat Penting .........................................................38
Dari tahap sebelumnya, kita sudah mendapatkan informasi mengenai
karakteristik emisi yang ada dalam suatu rencana kegiatan. Di tahap ini,
proses pelingkupan prakiraan dampak kualitas udara akan dilengkapi.
Langkahnya, pertama, wilayah studi perlu ditentukan. Kedua, objek-ob-
jek penerima dampak di dalamnya diidentifikasi. Dengan ditentukannya
waktu kajian, skenario prakiraan, dan juga kriteria penilaian sifat penting
dampak, proses pelingkupan dapat dianggap selesai.
29
Prakiraan dampak kualitas udara dilakukan untuk meng-
konfirmasi berbagai dampak penting hipotetik yang
mungkin terjadi di dalam wilayah studi. Khusus untuk
permasalahan dampak kualitas udara, batas wilayah stu-
di merupakan batas terjauh dari suatu area yang kualitas
udara ambiennya masih mungkin terpengaruh secara
signifikan oleh sebaran polutan.
Perlu diingat bahwa di tahap pelingkupan, wilayah studi
didefinisikan dengan menggunakan data yang terbatas.
Perhitungannya dilakukan dengan sangat konservatif
guna memaksimalkan luas wilayah studi. Dengan demiki-
an, wilayah studi tidak dapat langsung diartikan sebagai
wilayah sebaran dampak. Baru dalam kajian ANDAL, di-
mana data aktual sudah tersedia, kita dapat mendefinisi-
kan wilayah sebaran dampak yang lebih akurat.
Batas wilayah studi prakiraan dampak kualitas udara da-
pat ditentukan dengan beberapa cara. Dua di antaranya
adalah dengan 1) meninjau kondisi geografis dari wilayah
di sekitar sumber emisi dan 2) menggunakan acuan nilai
Tambahan Polutan Maksimal (TPM). Berikut ini adalah
uraian dari kedua cara tersebut.
TINJAUAN KONDISI GEOGRAFIS
Keberadaan perbukitan, pegunungan, hutan, dan laut
dapat mempengaruhi arah dan laju sebaran polutan.
Dalam kondisi meteorologis tertentu keberadaan objek-
objek geografis tersebut dapat memerangkap polutan
sehingga tidak tersebar lebih jauh lagi.
Pembatasan wilayah studi berdasarkan keberadaan
objek-objek geografis ini layak digunakan jika memang
objek-objek geografis pembatas berada tidak jauh dari
sumber emisi. Misalnya, dalam jarak kurang dari 10 km.
ACUAN NILAI TAMBAHAN POLUTAN
MAKSIMAL
Adanya tambahan polutan (pollutant increase) di suatu
lokasi dapat menyebabkan konsentrasi ambien polu-
tan itu melebihi nilai baku mutu udara ambien (BMUA).
Jumlah tambahan maksimal bagi suatu polutan agar nilai
BMUA tidak terlampaui disebut nilai Tambahan Polutan
Maksimal (TPM atau maximum pollutant increase). Ba-
tas wilayah studi yang ditentukan berdasarkan nilai TPM
merupakan suatu lingkaran yang 1) titik pusatnya adalah
sumber emisi dan 2) radiusnya merupakan jarak sebaran
polutan terjauh yang konsentrasinya menyamai nilai TPM.
Besar-kecilnya nilai TPM di suatu wilayah seharusnya di-
tentukan oleh pemerintah daerah setelah mempertim-
bangkan kualitas udara ambien di wilayah itu. Jika kon-
MEMBATASI WILAYAH STUDI
Nilai Tambahan Polutan Maksimal (TPM) untuk suatu
polutan di suatu wilayah ditentukan dengan mem-
pertimbangkan selisih antara konsentrasi ambien po-
lutan saat ini (CO
) di wilayah tersebut dengan nilai ba-
tas konsentrasi maksimalnya, misalnya sebagaimana
diatur di Baku Mutu Udara Ambien (CBMUA
).
30 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
sentrasi ambien polutan di suatu wilayah sudah tinggi
(mendekati nilai BMUA) maka nilai TPM untuk polutan itu
seharusnya rendah. Sebaliknya, jika konsentrasi ambien
polutan di suatu wilayah masih rendah (jauh di bawah
nilai BMUA) maka nilai TPM-nya dapat saja lebih besar.
Oleh karena pemerintah daerah umumnya belum memi-
liki nilai TPM untuk daerahnya, maka Pemrakarsa bisa
saja mengusulkan besaran nilai TPM tersebut. Tentunya
setelah mempertimbangkan data dari konsentrasi am-
bien polutan penting di sekitar tapak rencana kegiatan-
nya. Usulan nilai TPM perlu disetujui terlebih dahulu oleh
Komisi Penilai AMDAL sebelum digunakan dalam penen-
tuan batas wilayah studi.
Jika data konsentrasi ambien polutan belum ada maka
Pemrakarsa dapat saja mengusulkan nilai TPM yang be-
sarnya proporsional terhadap nilai BMUA untuk suatu po-
lutan. Sebagai contoh, nilai TPM sama dengan 20% dari
nilai BMUA. Jadi, jika nilai BMUA CO (1 jam) 6000 μg/Nm3
maka nilaiTPM CO adalah 1200 μg/Nm3
(1 jam). Di negara
lain, khususnya untuk daerah yang kualitas udaranya sa-
ngat dilindungi, nilai TPM dapat mencapai seperduapu-
luh (5%) dari nilai BMUA.
Simulasi untuk menentukan jarak, setelah nilai TPM di-
sepakati, dapat dilakukan secara manual maupun de-
ngan berbagi permodelan seperti model dispersi Gauss
dan model kotak (box model) tergantung pada jenis
sumber emisi (titik, garis atau area), ketersediaan data
meteorologi dan sumber emisi. Program ini dapat digu-
nakan apabila data yang digunakan sebagai input (teru-
tama data karakteristik emisi dan sumber serta data me-
teorologi) tersedia dengan lengkap. Program komputer
SCREEN3 banyak digunakan untuk kepentingan ini (lihat
bahasan terkait di Bagian 5). Sebagaimana nanti akan
dibahas lebih lanjut, program SCREEN3 merupakan salah
satu program yang sangat praktis. Dengan mengasumsi-
kan kondisi udara sangat stabil (kelas stabilitas atmosfer
F), kita dapat memperoleh jarak terjauh yang cenderung
konservatif sehingga aman untuk digunakan sebagai ja-
rak batas TPM .
Titik TPM terjauh didapat setelah kita melakukan simu-
lasi sebaran dari polutan penting yang memiliki laju
emisi terbesar. Simulasi dilakukan berdasarkan asumsi
kondisi terburuk (worst case). Artinya, simulasi dilaku-
kan untuk kondisi atmosfer stabil (kelas stabilitas F)
dengan menggunakan kecepatan angin tertinggi yang
dijumpai. Wilayah studi kemudian dibuat dengan mem-
buat lingkaran dimana lokasi sumber emisi merupakan
titik pusatnya dan jarak titik TPM terjauh merupakan
radiusnya.
31
Melengkapi Lingkup Prakiraan Dampak
Setelah batasan wilayah studi diperoleh, kita dapat me-
mulai identifikasi objek-objek di dalam wilayah tersebut
yang kemungkinan dapat menerima dampak lanjut-
an dari berubahnya kualitas udara. Objek penerima
dampak tersebut dapat merupakan objek biotik mau-
pun objek abiotik. Dalam literatur asing, objek penerima
dampak perubahan kualitas udara sering disebut sebagai
Air Sensitive Receptor (ASR).
Guna mengarahkan proses identifikasinya, kita perlu
mengetahui berbagai jenis dampak lanjutan yang dapat
ditimbulkan oleh polutan-polutan udara. Banyak refe-
rensi tersedia mengenai dampak lanjutan yang mungkin
ditimbulkan oleh tiap jenis polutan.
Penyebutan objek-objek penerima dampak dengan rinci,
terutama untuk prakiraan dampak Tingkat 3,
akan sangat membantu. Contoh, pe-
nyebutan nama bangunan atau jenis
tanaman yang berpotensi terke-
na dampak. Dengan adanya
rincian informasi tersebut,
data rona lingkungan
awal yang kita bu-
tuhkan nantinya hanya data yang terkait dengan rincian
objek itu saja.
Satu sumber emisi sangat mungkin akan berpengaruh
terhadap beberapa objek penerima dampak sekaligus.
Tidak hanya mempengaruhi objek sejenis tetapi juga ob-
jek yang berbeda. Misalnya, emisi pabrik semen kemung-
kinan besar dapat mempengaruhi manusia, tanaman,
dan bangunan yang berada di sekitarnya.
Prakiraan dampak kualitas udara juga seringkali dilaku-
kan untuk waktu prakiraan yang jauh ke depan. Misalnya,
untuk waktu 5 tahun dari sekarang di saat suatu pabrik
kertas baru mulai dapat dioperasikan. Objek-objek yang
ada 5 tahun mendatang mungkin sekali berbeda dengan
objek-objek yang ada saat ini. Mungkin saja nantinya
akan ada kawasan permukiman baru atau rumah sakit
baru di dekat rencana kegiatan kita.
SUMBER INFORMASI
Objek-objek penerima dampak dapat teridentifikasi
dengan mengamati peta-peta wilayah yang mencakup
wilayah studi kita. Salah satunya adalah peta tataguna
lahan yang menunjukkan keberadaan kawasan pemuki-
IDENTIFIKASI OBJEK PENERIMA DAMPAK
Candi dan bangunan kuno lainnya merupakan salah satu jenis objek
penerima dampak yang perlu dicermati. Contoh objek-objek pene-
rima dampak lainnya kawasan pemukiman, lahan budidaya (per-
tanian, perkebunan, peternakan), industri, hotel atau tempat pengi-
napan lainnya, obyek wisata, sarana pendidikan, perpustakaan,
perkantoran, pertokoan, sarana olahraga, sarana budaya, rumah
sakit, bandar udara, sarana ibadah, tumbuhan dan hewan langka.
Foto: Winarko Hadi
32 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
man, perkebunan, persawahan, kawasan industri, ban-
dara, pelabuhan laut, tempat wisata, dan lain-lainnya.
Biasanya peta berskala 1:10.000 sudah cukup dapat di-
andalkan.
Sumber informasi lain yang cukup baik adalah laporan
status kondisi wilayah yang dibuat oleh kantor kelurahan
atau kecamatan setempat. Laporan-laporan demikian bi-
asanya bersifat tahunan. Informasi yang ada di dalamnya
cukup lengkap. Selain data demografi, informasi geogra-
fis dan lingkungan biasanya juga tersedia.
Ada baiknya, dalam proses konsultasi masyarakat di ta-
happelingkupanini,kitajugamenanyakankemasyarakat
sekitar tentang keberadaan suatu jenis objek yang dikha-
watirkan dapat terpengaruh oleh sebaran emisi nantinya.
Masyarakat setempat merupakan sumber informasi yang
dapat diandalkan. Mereka biasanya memiliki pengeta-
huan lebih akurat tentang keberadaan objek-objek di
sekitar tempat tinggalnya.
Keberadaan rencana objek-objek baru di masa datang
dapat diperoleh dari instansi perencanaan pembangun-
an atau penanaman modal di suatu daerah. Dokumen
rencana perkembangan wilayah dan peta rencana umum
tataruang juga dapat membantu.
LOKASI OBJEK PENERIMA DAMPAK
Objek-objek penerima dampak yang teridentifikasi perlu
dilengkapi dengan informasi mengenai lokasi dan ele-
vasinya. Sama halnya dengan lokasi sumber emisi, lokasi
objek penerima dampak dapat dinyatakan dalam sistem
koordinat Cartesian. Kesamaan sistem koordinat antara
lokasi sumber emisi dan objek penerima dampak akan
mempermudah kita saat ingin menghitung jarak antara
objek tersebut dengan sumber emisinya. Lokasi objek
juga dapat dinyatakan dalam sistem grid jika objek
tersebut merupakan objek wilayah seperti lahan perta-
nian, danau, atau kawasan permukiman.
Penting juga disebutkan sudut arah dari lokasi objek
penerima dampak relatif terhadap sumber emisi (lihat
ilustrasi di halaman berikut). Arah dari objek penerima
dampak ini dibutuhkan saat kita ingin memilih data angin
yang akan digunakan dalam perhitungan konsentrasi
sebaran polutan rata-rata di lokasi objek tersebut. Con-
toh, jika suatu perkampungan terletak di sebelah timur
sumber emisi maka kita harus menggunakan data arah
angin barat untuk menghitung konsentrasi rata-rata dari
sebaran polutan di perkampungan tersebut.
Proses konsultasi masyarakat di tahap pelingkupan, sebagaimana diatur dalam aturan Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi
dalam Proses AMDAL, dapat kita manfaatkan untuk mendapatkan informasi dari masyarakat setempat tentang keberadaan objek-objek di
wilayah mereka.
Foto:KoleksiQipra
33
Melengkapi Lingkup Prakiraan Dampak
Koordinat Relatif
Dalam perhitungan konsentrasi sebaran polutan, ter-
utama untuk sumber tunggal, kita seringkali perlu meng-
gunakan sistem koordinat relatif. Dalam sistem koordi-
nat relatif, garis sumbu absis-nya (sumbu x) harus selalu
paralel dengan garis arah mata angin. Cara mengkonversi
nilai koordinat lokal ke nilai koordinat relatif dapat dilihat
pada ilustrasi berikut.
Koordinat Polar
Selain pola koordinat Cartesian, kita juga dapat meng-
gunakan sistem koordinat polar. Sistem koordinat ini
Lokasi objek penerima dampak se-
baiknya dinyatakan dalam sistem
koordinatyangsamadengansumber
emisi. Jarak objek antara keduanya
kemudian dapat dihitung dengan
menggunakan rumus matematis
sederhana. Ilustrasi di atas juga
menunjukkan arah mata angin dari
lokasi objek penerima dampak relatif
terhadap lokasi sumber emisi.
InfoGrafis:Qipra
34 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
memiliki serangkaian garis konsentris yang berjarak
sama. Sumber emisi diletakkan di titik pusat lingkaran.
Beberapa perangkat lunak pemodelan dispersi polutan
mendukung penggunaan sistem koordinat polar ini.
Elevasi
Suatu objek penerima dampak dapat saja memiliki eleva-
si yang berbeda dengan sumber emisi. Perbedaan elevasi
antara keduanya sangat penting untuk diketahui. Walau
berjarak sama, objek-objek penerima dampak yang ber-
beda elevasi akan memiliki nilai hasil prakiraan sebaran
polutan yang berbeda. Semakin besar beda elevasinya,
semakin berbeda nilai hasil prakiraannya.
Terkadanguntuksuatuobjekpenerimadampakkitaperlu
memprakirakan konsentrasi sebaran polutan di beberapa
titik yang berbeda elevasi. Tiap titik penerima dampak
Suatu objek penerima dampak yang dinyatakan
dalam sistem koordinat lokal dapat dikonversi ke
sistem kordinat relatif sebagai berikut.
- Pindahkan titik x = 0 dan y = 0 ke posisi sum-
ber emisi. Dengan demikian, sekarang sumber
emisi memiliki kordinat x’ = 0 dan y’ = 0.
- Putar garis sumbu x’ searah jarum jam sampai
garis itu paralel garis arah angin.
35
Melengkapi Lingkup Prakiraan Dampak
yang memiliki ketinggian dari muka tanah ini (flagpole
receptors) harus diketahui elevasinya. Konsentrasi sebar-
an polutan kemudian akan dihitung untuk elevasi titik
penerima dampak tersebut. Dan, bukan elevasi dasar dari
objek penerima dampak.
INFORMASI PELENGKAP
Informasi lain mengenai objek penerima dampak yang
juga dibutuhkan adalah:
Besaran objek; Misalnya luas lahan untuk objek
wilayah, jumlah penduduk di suatu permukiman, atau
jumlah bangunan di suatu perkampungan. Informasi
besaran objek ini seringkali dibutuhkan sebagai salah
satu bahan pertimbangan saat kita melakukan penilai-
an sifat penting dampak.
Waktu keberadaan objek; Biasanya dinyatakan dalam
tahun di mana suatu objek ada. Hal ini sangat penting
khususnya jika objek kita merupakan objek masa da-
tang. Dengan kata lain, objek itu belum ada saat kajian
AMDAL dilakukan.
Informasi pelengkap lainnya adalah nama atau identitas
dari suatu objek penerima dampak. Misalnya, nama kom-
plek pemukiman, nama bangunan, nama objek wisata.
Pencantuman identitas ini dibutuhkan guna mencegah
kesalahpahaman dalam proses prakiraan dampak.
Sistem koordinat polar dapat juga digunakan sebagai pengganti
sistem koordinat Cartesian. Walau demikian, sistem ini lebih baik di-
gunakan jika sumber emisi hanya satu. Jika sumber emisinya lebih
dari satu, kita akan memiliki beberapa lingkaran dengan titik pusat
yang berbeda. Penggambarannya akan terlalu rumit.
Objek yang sedang dalam tahap konstruksi perlu diwaspadai ke-
mungkinannya nanti menjadi salah satu obyek terkena dampak.
Foto:Taufik
36 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
MENGARAHKAN PRAKIRAAN DAMPAK
Dengan teridentifikasinya berbagai objek penerima
dampak, pendefinisian dampak-dampak penting hipote-
tik sudah dapat dianggap lengkap. Walau demikian, pro-
ses prakiraan dampak belum dapat dilakukan sebelum
waktu kajian, skenario prakiraan, dan kriteria penilaian
sifat penting ditentukan. Berikut ini akan dibahas ketiga
hal tersebut.
WAKTU KAJIAN
Waktu kajian merupakan waktu yang dampak dan kon-
disi lingkungannya ingin diprakirakan. Waktu kajian se-
ring juga disebut sebagai tahun prakiraan (assessment
year) karena selama ini kebanyakan pihak menggunakan
tahun sebagai dasar satuan waktu dalam melakukan pra-
kiraan dampak. Hasil prakiraan dampak nantinya hanya
berlaku spesifik untuk waktu-waktu kajian yang sudah
ditentukan saja.
Pada prinsipnya, waktu kajian ditentukan dengan mem-
pertimbangkan tahun-tahun dimana dampak yang me-
nonjol diduga akan terjadi. Dampak demikian dapat dia-
kibatkan antara lain oleh:
dimulainya kelangsungan komponen kegiatan yang
tergolong sebagai sumber emisi polutan penting (lihat
uraian Waktu Keberadaan Sumber Emisi di Bagian
2),
munculnyaobjekbaruyangdapatterpengaruholehse-
baran polutan (lihat uraian Objek Penerima Dampak
di bagian ini),
diberlakukannya kebijakan baru yang dapat mem-
pengaruhi penilaian kita terhadap dampak penting
hipotetik, seperti adanya rencana pemberlakuan re-
visi BMUA, BME, maupun pembaharuan rencana tata
ruang.
SKENARIO PRAKIRAAN DAMPAK
Skenario prakiraan dampak antara lain terdiri dari 2 (dua)
jenis, yaitu:
Prakiraan dampak dari perubahan kualitas udara perlu dilakukan di tahun dimana akan ada suatu kegiatan lain yang diduga akan terpengaruh
oleh emisi polutan. Sebagai contoh, keberadaan bangunan apartemen yang mungkin baru ada beberapa tahun setelah kegiatan kita berope-
rasi.
Foto:BayuRizky
37
Melengkapi Lingkup Prakiraan Dampak
Skenariokondisiterburuk(worst-casescenario);mem-
berikan hasil prakiraan konsentrasi polutan maksimal
yang kemungkinan dapat terjadi di lokasi objek peneri-
ma dampak. Kalkulasi sebaran dampak untuk skenario
kondisi terburuk ini dilakukan dengan menggunakan
(1) laju emisi polutan maksimal (QMAX
) dan (2) kom-
binasi pasangan nilai kecepatan angin rata-rata de-
ngan kelas stabilitas atmosfer. Perlu dipahami bah-
wa konsentrasi polutan maksimal di lokasi-lokasi yang
berbeda akan diperoleh pada kombinasi kecepatan
angin dan stabilitas yang berbeda-beda (lihat bahasan
mengenai Stabilitas Atmosfer di Bagian 4). Simulasi
dengan menggunakan skenario ini dibutuhkan dalam
pembuatan Tabel Output Prakiraan Dampak Kuali-
tas Udara (untuk Konsentrasi Maksimal) yang merupa-
kan salah satu output prakiraan dampak (lihat bahasan
terkait di Bagian 1).
Skenario kondisi rata-rata; memberikan hasil pra-
kiraan kualitas udara ambien yang menunjukkan nilai
konsentrasi rata-rata di lokasi-lokasi yang ditentukan.
Simulasi sebaran dampak dilakukan dengan menggu-
nakan (1) laju emisi polutan rata-rata (QAVE
), (2) nilai
kecepatan angin rata-rata (untuk masing-masing
arah) dan kelas stabilitas atmosfernya. Simulasi dengan
menggunakan skenario ini dibutuhkan dalam pem-
buatan Peta Isopleth Sebaran Polutan yang merupa-
kan salah satu output prakiraan dampak (lihat bahasan
terkait di Bagian 1).
Pada prakiraan Tingkat 3, hasil prakiraan kualitas udara
untuk skenario kondisi umum dan skenario kondisi ter-
buruk perlu diikuti dengan kalkulasi untuk mengkonfir-
masi berbagai dampak lanjutannya.
KRITERIA PENILAIAN SIFAT PENTING
Hasil prakiraan dampak nanti akan dinilai sifat penting-
nya terhadap kriteria penilaian tertentu (lihat bahasan
Penilaian Dampak di Bagian 1). Beberapa kriteria yang
patut dipertimbangkan adalah sebagai berikut.
Batas maksimal konsentrasi ambien polutan sesuai
BMUA nasional khususnya untuk prakiraan dampak
Dengan adanya informasi mengenai waktu kajian, kita sudah memiliki lingkup prakiraan dampak yang lengkap. Contohnya adalah sumber dampak:
emisi partikulat dan SO2
dari pabrik kertas, komponen lingkungan terkena dampak: kualitas udara, khususnya menyangkut konsentrasi TSP dan SO2
,
di wilayah 1) candi Tunggadewo, 2) perumahan Bunga Swarga; waktu kajian: 1) tahun 2015 saat pabrik mulai beroperasi, dan 2) tahun 2020 saat
kapasitas pabrik akan ditingkatkan.
Objek penerima dampak 2
Perumahan Bunga Swarga
Objek penerima dampak 1
Candi Tunggadewo
Sumber Emisi
Ilustrasi: Toppeaks
38 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
Tingkat 2,
Batas maksimal peningkatan konsentrasi polutan,
atau nilai Tambahan Polutan Maksimal yang sebaiknya
ditetapkan dalam kebijakan pengendalian kualitas
udara di suatu daerah.
Batas konsentrasi pemaparan Indeks Standar Pence-
maran Udara atau ISPU (sebagaimana diatur dalam
Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997).
Nilai batas konsentrasi ambien polutan sebagaimana
tercantum dalam 1) referensi ilmiah tentang dampak-
dampak lanjutan terhadap manusia, flora, fauna, ban-
gunan, iklim global dapat terjadi, 2) standar kualitas
udara ambien dari negara-negara lain; khususnya un-
tuk jenis-jenis polutan yang tidak tercantum dalam
BMUA Indonesia, dan 3) kajian-kajian ANDAL yang su-
dah dilakukan untuk daerah tersebut.
Luas wilayah yang kualitas udaranya akan berubah se-
cara signifikan, jumlah manusia yang tinggal di wilayah
tersebut, atau tingkat kerusakan yang dapat terjadi
terhadap flora, fauna, dan bangunan, dan panjang-
pendeknya rentang waktu perubahan kualitas udara.
Perlu diingatkan kembali bahwa nilai-nilai konsentrasi
maksimal dalam BMUA selalu disertai dengan waktu ukur
rata-ratanya (lihat boks mengenai Baku Mutu Udara Am-
bien di Bagian 1). Oleh karena itu, jika BMUA digunakan
sebagai kriteria penilaian sifat penting dampak, kita ha-
rus memastikan bahwa nilai hasil prakiraan dampak di-
peroleh untuk waktu rata-rata yang sama. Misalnya, jika
nilai baku mutu NO2
(1 jam) digunakan sebagai kriteria
penilaian sifat penting dampak, seluruh prakiraan dam-
pak harus dilakukan untuk waktu rata-rata 1 jam.
Juga perlu diingatkan bahwa kriteria penilaian yang akan
digunakan harus disepakati terlebih dahulu oleh Komisi
Penilai AMDAL yang berwenang. Dan, ada baiknya kri-
teria penilaian sifat penting ini perlu disebutkan dalam
dokumen KA-ANDAL.
Luas dari suatu wilayah, atau jumlah rumah dan penduduk di dalamnya, merupakan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penen-
tuan kriteria sifat penting.
Foto:BPLHDJawaBarat
39
Foto: Koleksi Qipra
MENCERMATI
WILAYAH STUDI
4MENGUKUR KUALITAS UDARA AMBIEN ...........................................42
Polutan Sasaran ....................................................................................42
Pengambilan Sampel ......................................................................... 43
MENGENALI KARAKTERISTIK FISIK WILAYAH STUDI .................... 44
Kondisi Geografis .................................................................................44
Tataguna Lahan ....................................................................................45
MEMPELAJARI KONDISI METEOROLOGIS ........................................47
Arah dan Kecepatan Angin .............................................................. 47
Boks: Membaca Windrose .................................................... 48
Suhu dan Tekanan Udara ..................................................................48
Stabilitas Atmosfer .............................................................................. 49
Tinggi Campuran ................................................................................. 51
Mengatasi Keterbatasan Data .........................................................51
Wilayah studi dan seluruh objek penerima dampak di dalamnya sudah kita
ketahui. Artinya, sekarang data wilayah studi sudah dapat dikumpulkan
dengan lebih efisien. Selain untuk informasi rona lingkungan awal, data
wilayah studi nantinya dibutuhkan sebagai masukan dalam simulasi pe-
nyebaran polutan. Jenis data wilayah studi yang perlu dikumpulkan juga
ditentukan oleh jenis polutan, kedalaman prakiraan dampak, dan kriteria
sifat penting yang dipilih sebelumnya.
41
Kita perlu memiliki data kualitas udara ambien untuk
kepentingan prakiraan dampak kualitas udara. Jika data
tersebut belum tersedia maka kita perlu mengukurnya
sendiri. Dalam hubungannya dengan dampak penting
hipotetik data kualitas udara ambien tersebut akan dibu-
tuhkan untuk hal-hal berikut.
Dasar proyeksi kualitas udara untuk suatu tahun
prakiraan. Seperti disebutkan sebelumnya, kita juga
perlu memprakirakan kualitas udara nir-kegiatan un-
tuk suatu tahun prakiraan (lihat bahasan mengenai
Penilaian Dampak di Bagian 1). Jika diasumsikan pe-
ningkatan jumlah polutan di suatu wilayah adalah x %
per tahun, maka konsentrasi ambien polutan di suatu
tahun prakiraan (CO,Ti
) dapat dihitung dengan persa-
maan berikut:
CO,Ti
= CO,To
x (1 + x/100)(To – Ti)
Dalam persamaan di atas, CO,To
adalah konsentrasi am-
bien polutan di tahun awal (To
). Perlu diperhatikan cara
ini memerlukan data historik pemantauan kualitas
udara lebih dari 5 tahun.
Penentuan batas maksimal konsen-
trasi sebaran polutan; Konsentrasi dasar
(background condition) polutan di suatu
tahun prakiraan, kita dapat menghitung
jumlah maksimal sebaran polutan yang
masih diterima oleh suatu wilayah agar
nilai BMUA-nya tidak terlampaui. Jumlah
maksimal ini dapat dijadikan nilai TPM
bagi suatu wilayah (lihat bahasan menge-
nai Acuan Nilai Tambahan Polutan Mak-
simal di Bagian 3).
Kalkulasi prakiraan konsentrasi ambien
polutan. Dibutuhkan khususnya untuk
prakiraan dampak tingkat 2. Nilai konsen-
trasi ambien polutan di suatu tahun pra-
kiraan nantinya akan dijumlahkan dengan konsentrasi
sebaran polutan dari sumber-sumber emisi yang mem-
pengaruhinya (lihat bahasan mengenai Menghitung
Konsentrasi Ambien Polutan di Bagian 5).
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu dipahami se-
belum kita melakukan pengukuran kualitas udara am-
bien.
POLUTAN SASARAN
Pengukuran kualitas udara hanya perlu dilakukan untuk
jenis-jenis polutan penting saja. Itulah keuntungan dari
penyusunan dampak penting hipotetik yang rinci se-
hingga jenis-jenis polutan pentingnya sudah disebutkan
secara spesifik sejak awal. Polutan-polutan lain, walaupun
termasuk sebagai polutan yang ditentukan BMUA, tidak
selalu perlu diukur jika memang tidak termasuk sebagai
polutan penting yang dihasilkan sumber emisinya. Pe-
nentuan jenis polutan yang akan diukur tentunya perlu
disepakati dulu oleh Komisi Penilai AMDAL.
Tiap jenis polutan membutuhkan metode analisis yang
berbeda. Metode yang layak digunakan sudah tercantum
MENGUKUR KUALITAS UDARA AMBIEN
42 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
di BMUA (lihat tabel berikut). Misalnya SO2
(Sulfur-Dioksi-
da) menggunakan metode analisis pararosanilin dengan
peralatan spektrofotometer. Hidrokarbon (HC) menggu-
nakan analisis dengan alat flame ionization detector de-
ngan peralatan gas chromatograph. Analisis tentu harus
dilakukan di laboratorium yang sudah terakreditasi.
PENGAMBILAN SAMPEL
Hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan
rencana pengambilan sampel (sampling) adalah lokasi,
waktu, metode, dan alat sampling.
Lokasi Sampling. Sampling perlu dilakukan di lokasi-
lokasi objek penerima dampak yang sudah disebutkan
dalam dampak penting hipotetik. Lokasi sampling harus
dapat mewakili (representatif) luas dan kondisi objek
penerima dampak. Ketinggian lokasi sampling juga harus
disesuaikan dengan elevasi dari titik amatan kita di suatu
objek penerima dampak. Selain konsentrasi ambien di
permukaan tanah (groundlevel concentration), tidak ja-
rang kita juga membutuhkan data kualitas udara ambien
di elevasi lainnya. Misalnya, saat ingin menilai pengaruh
emisi terhadap kualitas udara dari bagian atas bangunan
tinggi.
Waktu Sampling. Untuk kepentingan AMDAL, sampling
perlu dilakukan guna mendapatkan nilai konsentrasi
ambien polutan yang maksimal. Misalnya, saat kondisi
lalu-lintas di suatu wilayah sedang ramai, atau di saat ke-
cepatan angin sedang rendah. Dengan demikian, dapat
diketahui pengaruh paling ekstrim dari suatu sumber
emisi terhadap objek penerima dampak. Waktu sampling
harus dicatat berikut kondisi iklim saat sampling dilaku-
kan. Perlu dipahami bahwa penentuan waktu rata-rata
(averaging times) akan mempengaruhi durasi pelaksa-
naan sampling. Seperti disebutkan sebelumnya, pemi-
lihan waktu rata-rata untuk tiap jenis polutan sebaiknya
mengikuti waktu yang tercantum dalam BMUA.
Perencanaan sampling harus dilakukan sebaik-baiknya agar kita dapat terhindar dari pengeluaran biaya yang tidak perlu.
Foto:YuyunMulyani
43
Mencermati Wilayah Studi
Kondisi permukaan lahan dari suatu wilayah studi dapat
mempengaruhi kondisi meteorologis di atasnya. Dan,
pada akhirnya kondisi meteorologis wilayah studi akan
mempengaruhi pola sebaran polutan. Beberapa karak-
teristik fisik wilayah studi yang perlu dikenali antara lain
adalah kondisi geografis, kontur lahan, tataguna lahan,
dan keberadaan bangunan tinggi. Informasi tentang
karakterstik fisik wilayah studi ini nantinya akan dibu-
tuhkan sebagai masukan data (data-input) dalam peng-
gunaan perangkat lunak (software) pemodelan dispersi
penyebaran polutan (lihat Bagian 5). Berikut ini adalah
penjelasan mengenai beberapa aspek karakteristik fisik
wilayah studi tersebut.
KONDISI GEOGRAFIS
Keberadaan laut atau badan air luas lainnya, dan tanah
dengan kontur berbeda akan menimbulkan variasi kon-
disi meteorologis di dalam wilayah studi.
Permukaan air yang luas, seperti laut dan danau, akan
menyebabkan suhu udara di atasnya berbeda dengan suhu
udara di permukaan tanah. Di siang hari, suhu udara di atas
permukaan air akan terlambat memanas dibandingkan
suhu udara di atas permukaan tanah. Tekanan udara
di atas daratan menjadi lebih rendah sehingga angin ber-
gerak dari laut ke darat di siang hari. Di malam hari, hal
sebaliknya akan terjadi. Tekanan udara di atas daratan
menjadi lebih tinggi sehingga angin akan bertiup ke arah
laut (lihat gambar di bawah) .
Tanah dengan kontur tinggi, seperti bukit, gunung,
dan sejenisnya, juga akan menyebabkan perubahan arah
angin di dalam wilayah studi. Di siang hari, pemanasan
lembah akan menyebabkan angin bertiup ke puncak gu-
nung. Sebaliknya di malam hari, suhu dingin di puncak
gunung akan menyebabkan angin bertiup ke dasar gu-
nung (lihat gambar di halaman berikutnya).
MENGENALIKARAKTERISTIKFISIKWILAYAHSTUDI
Pengaruh Laut Terhadap Mata Angin
angin laut
(siang hari)
angin darat
(malam hari)
Ilustrasi:Toppeaks
44 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
Perubahan arah angin ini tentu akan diikuti dengan per-
ubahan arah sebaran polutan. Di siang hari, keberadaan
laut dan lereng gunung akan menghambat pergerakan
polutan ke arahnya. Sebaliknya di malam hari, pergera-
kan polutan ke arah laut dan lereng gunung akan se-
makin cepat.
Tanahdengankonturtinggibiasadisebutsebagaiwilayah
dengan elevated terrain. Jika konturnya melebihi titik
lepasan emisi, tanah tersebut dapat digolongkan sebagai
wilayah dengan complex terrain. Sebaliknya, wilayah
yang kontur tanahnya rata dapat disebut sebagai wilayah
dengan flat terrain.
TATAGUNA LAHAN
Wilayah studi digolongkan sebagai wilayah perkotaan
(urban) dan wilayah pedesaan (rural). Wilayah urban
diasumsikan selalu memiliki lebih banyak bangunan. Aki-
batnya, laju angin akan terhambat dan arahnya juga akan
terpengaruh. Hal demikian tentu juga diikuti dengan
penurunan laju perjalanan polutan. Beberapa kriteria
penentu apakah wilayah studi kita termasuk daerah rural
atau urban antara lain adalah:
Tutupan vegetasi: wilayah dianggap rural jika tutupan
vegetasinya lebih besar dari 35 %. Untuk kepentingan
pemodelan, wilayah seperti perumahan dengan lahan
luas, lapangan golf, taman kota yang luas, daerah per-
tanian, lahan terbuka, dan permukaan air seringkali
dianggap memiliki karakteristik yang sama dengan ru-
ral.
Jumlah penduduk: wilayah dianggap rural jika popu-
Pengaruh Lahan Berkontur
Tinggi Terhadap Mata Angin
angin lembah
(siang hari)
angin Gunung
(malam hari)
Ilustrasi:Toppeaks
45
Mencermati Wilayah Studi
lasi penduduknya lebih kecil dari 750 orang per kilo-
meter persegi. Dan, dianggap urban jika populasinya
lebih besar dari 750 orang per kilometer persegi.
Untuk suatu wilayah studi yang setengah lebih wilayah-
nya tergolong sebagai wilayah urban, maka keseluruhan
wilayah studi tersebut dapat dianggap sebagai wilayah
urban. Begitu juga sebaliknya untuk wilayah rural.
Keberadaan gedung tinggi dapat mempengaruhi arah
dan kecepatan angin. Angin pasti akan mengitari ba-
ngunan yang berdiri di jalur perlintasannya, baik secara
horizontal maupun vertikal. Setelah melewati gedung
tinggi, angin akan tertarik kembali ke jalur semulanya.
Hal ini akan menimbulkan efek tarikan-gedung (build-
ing downwash) yang dapat meningkatkan konsentrasi se-
baran polutan di bagian hilir bawah gedung. Sementara
itu, gedung-gedung tinggi yang saling berdekatan dapat
menimbulkan efek lorong-angin (windtunelling) yang
akan meningkatkan kecepatan angin.
Wilayah urban (foto kiri) memiliki jumlah bangunan yang lebih rapat, sedangkan wilayah rural (foto kanan) memiliki kerapatan vegetasi
yang lebih tinggi
Efek tarikan-gedung (building downwash) akan tim-
bul jika aliran polutan bertemu dengan gedung tinggi.
Foto:Sulaiman
ilustrasi: Toppeaks
46 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
MEMPELAJARI KONDISI METEOROLOGIS
Pada prinsipnya, data meteorologis yang paling baik un-
tuk digunakan adalah data yang 1) diambil dari stasium
terdekat dengan lokasi rencana kegiatan atau objek pe-
nerima dampak, 2) memiliki rentang waktu rekam (time-
series) yang panjang, dan 3) waktu rata-rata (averaging
times) yang pendek. Untuk penggunaan pemodelan rinci
(refined modeling), data meteorologis yang digunakan
adalah data dengan waktu rata-rata 1 jam untuk waktu
rekam selama 5 tahun (jika diambil dari stasiun terdekat).
Pemodelan rinci juga membutuhkan data atmosfer yang
bersifat spasial, khususnya untuk wilayah studi yang
luas. Sayangnya, data meteorologis seperti itu hampir
mustahil untuk didapat di Indonesia. Keterbatasan data
meteorologis memang akhirnya menyulitkan kita untuk
melakukan prakiraan sebaran polutan yang rinci.
Berikut ini akan dibahas beberapa jenis data meteorolo-
gis yang dibutuhkan dalam prakiraan sebaran polutan.
ARAH DAN KECEPATAN ANGIN
Angin merupakan penentu arah dan jauhnya polutan
akan tersebar. Tiupan angin barat akan mengakibatkan
polutan bergerak ke arah timur. Tiupan angin kencang
akan membuat polutan mampu menjangkau objek
penerima dampak yang lebih jauh. Walau demikian, se-
bagaimana ditunjukkan dalam formula dispersi Gaussian
(lihat boks terkait di Bagian 5), semakin kencang angin
bertiup maka semakin rendah konsentrasi sebaran polu-
tan (ΔC) di suatu titik.
Angin bertiup dari berbagai arah. Jarang ada daerah yang
tidak pernah menerima angin dari suatu arah tertentu.
Dengandemikian,tidakadasatupunlokasidisekitarsum-
ber emisi yang sebenarnya terbebas dari sebaran polu-
tan. Sebagai contoh, walaupun data menunjukkan angin
dari utara sumber emisi merupakan angin dominan, kita
tidak dapat beranggapan bahwa wilayah di bagian utara
sumber emisi tersebut sebagai wilayah bebas dampak.
Ada saatnya nanti angin akan bertiup dari selatan. Hal ini
dengan mudah dapat terlihat dari gambar-gambar wind-
rose yang ada (lihat boks berikut).
Kecepatan angin biasanya diukur pada ketinggian
standar, yaitu 10 meter (U10
). Untuk kepenting-
an pemodelan, kita butuh kecepatan angin pada
ketinggian lepasan emisi (Zem
). Misalnya, pemodelan
sumber cerobong membutuhkan kecepatan angin di
ujung cerobong. Untuk mendapatkan nilai kecepatan
angin pada ketinggian lepasan emisi (Uem
), kita dapat
menggunakan rumus di ilustrasi ini. Konstanta p da-
lam rumus tersebut mencerminkan tingkat kekasaran
permukaan lahan sesuai kondisi tataguna lahan (lihat
tabel di halaman selanjutnya).
Info Grafis: Koleksi Qipra
47
Mencermati Wilayah Studi
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA
MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA

More Related Content

What's hot

Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AnaerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AnaerobikJoy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan TeknisSistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan TeknisJoy Irman
 
Sosialisasi muatan PP 22 tahun 2021 (terkait pl)
Sosialisasi muatan PP 22 tahun 2021 (terkait pl)Sosialisasi muatan PP 22 tahun 2021 (terkait pl)
Sosialisasi muatan PP 22 tahun 2021 (terkait pl)Heri Romansyah
 
SNI 19-7119.9-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 9: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.9-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 9: Penentuan Lokasi Pengambi...SNI 19-7119.9-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 9: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.9-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 9: Penentuan Lokasi Pengambi...Muhamad Imam Khairy
 
Sistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisSistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisJoy Irman
 
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...Muhamad Imam Khairy
 
Metode AOP untuk Mengolah Limbah Resi Cair
Metode AOP untuk Mengolah Limbah Resi CairMetode AOP untuk Mengolah Limbah Resi Cair
Metode AOP untuk Mengolah Limbah Resi CairYuke Puspita
 
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan LumpurPerencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan LumpurJoy Irman
 
Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah
Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA SampahTata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah
Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA SampahJoy Irman
 
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah Joy Irman
 
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...Muhamad Imam Khairy
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikJoy Irman
 
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) SampahRehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampahinfosanitasi
 
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat KerjaSNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat KerjaMuhamad Imam Khairy
 
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)Joy Irman
 
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)Oswar Mungkasa
 

What's hot (20)

Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AnaerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan TeknisSistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
 
Sosialisasi muatan PP 22 tahun 2021 (terkait pl)
Sosialisasi muatan PP 22 tahun 2021 (terkait pl)Sosialisasi muatan PP 22 tahun 2021 (terkait pl)
Sosialisasi muatan PP 22 tahun 2021 (terkait pl)
 
SNI 19-7119.9-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 9: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.9-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 9: Penentuan Lokasi Pengambi...SNI 19-7119.9-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 9: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.9-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 9: Penentuan Lokasi Pengambi...
 
Sistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisSistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
Sistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
 
Sni 6774 2008.air bersih
Sni 6774 2008.air bersihSni 6774 2008.air bersih
Sni 6774 2008.air bersih
 
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6: Penentuan Lokasi Pengambi...
 
Metode AOP untuk Mengolah Limbah Resi Cair
Metode AOP untuk Mengolah Limbah Resi CairMetode AOP untuk Mengolah Limbah Resi Cair
Metode AOP untuk Mengolah Limbah Resi Cair
 
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan LumpurPerencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
 
Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah
Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA SampahTata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah
Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah
 
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
 
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...
SNI 19-7117.2-2005 tentang Emisi Gas Buang - Sumber Tidak Bergerak - Bagian 2...
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
 
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) SampahRehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
 
Sosialisasi PPPU.pptx
Sosialisasi PPPU.pptxSosialisasi PPPU.pptx
Sosialisasi PPPU.pptx
 
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat KerjaSNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
 
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)
 
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
 

Viewers also liked

Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkunganPencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungandaffashafwan
 
Evaluasi dampak amdal
Evaluasi dampak amdalEvaluasi dampak amdal
Evaluasi dampak amdalEka Iriadenta
 
Efek Rumah Kaca dan Pemanasan Global
Efek Rumah Kaca dan Pemanasan GlobalEfek Rumah Kaca dan Pemanasan Global
Efek Rumah Kaca dan Pemanasan GlobalSiti Farida
 
Ekologi Lingkungan-PENCEMARAN LINGKUNGAN dan UPAYA PENCEGAHAN
Ekologi Lingkungan-PENCEMARAN LINGKUNGAN danUPAYA PENCEGAHANEkologi Lingkungan-PENCEMARAN LINGKUNGAN danUPAYA PENCEGAHAN
Ekologi Lingkungan-PENCEMARAN LINGKUNGAN dan UPAYA PENCEGAHANsuningterusberkarya
 
Rekling04 pencemaran
Rekling04 pencemaranRekling04 pencemaran
Rekling04 pencemaranArif Rahman
 
transportasi air grand union canal uk
transportasi air grand union canal uktransportasi air grand union canal uk
transportasi air grand union canal ukPepy Anastasia
 
Amdal sosial makassar town squere
Amdal sosial makassar town squereAmdal sosial makassar town squere
Amdal sosial makassar town squereGhaziyah Ghandy
 
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanik
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanikITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanik
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanikFransiska Puteri
 
Pengelolaan limbah industri farmasi
Pengelolaan limbah industri farmasiPengelolaan limbah industri farmasi
Pengelolaan limbah industri farmasihusnul khotimah
 
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
 
Atmosfer dan pencemaran udara
Atmosfer dan pencemaran udaraAtmosfer dan pencemaran udara
Atmosfer dan pencemaran udaraHotnida D'kanda
 
Parameter kualitas dan analisis udara
Parameter kualitas dan analisis udaraParameter kualitas dan analisis udara
Parameter kualitas dan analisis udaraHotnida D'kanda
 
Pengetahuan lingkungan, Tentang pencemaran limbah oleh minyak bumi arief char...
Pengetahuan lingkungan, Tentang pencemaran limbah oleh minyak bumi arief char...Pengetahuan lingkungan, Tentang pencemaran limbah oleh minyak bumi arief char...
Pengetahuan lingkungan, Tentang pencemaran limbah oleh minyak bumi arief char...Arief Charismw
 
standar profesi sanitarin
standar profesi sanitarinstandar profesi sanitarin
standar profesi sanitarinmuryan
 
Teknik Lingkungan - Herly CP
Teknik Lingkungan - Herly CPTeknik Lingkungan - Herly CP
Teknik Lingkungan - Herly CPncip48
 
Identifikasi, prediksi dan evaluasi dampak terhadap pencemaran
Identifikasi, prediksi dan evaluasi dampak terhadap pencemaranIdentifikasi, prediksi dan evaluasi dampak terhadap pencemaran
Identifikasi, prediksi dan evaluasi dampak terhadap pencemaranGusti Rusmayadi
 
Ekologi Lingkungan-PENCEMARAN LINGKUNGAN dan UPAYA PENCEGAHAN
Ekologi Lingkungan-PENCEMARAN LINGKUNGAN danUPAYA PENCEGAHANEkologi Lingkungan-PENCEMARAN LINGKUNGAN danUPAYA PENCEGAHAN
Ekologi Lingkungan-PENCEMARAN LINGKUNGAN dan UPAYA PENCEGAHANsuningterusberkarya
 
Kulaitas Bensin, Bilangan Oktan dan Dampak pembakaran minyak terhadap lingkungan
Kulaitas Bensin, Bilangan Oktan dan Dampak pembakaran minyak terhadap lingkunganKulaitas Bensin, Bilangan Oktan dan Dampak pembakaran minyak terhadap lingkungan
Kulaitas Bensin, Bilangan Oktan dan Dampak pembakaran minyak terhadap lingkunganRizqi Solekhah
 

Viewers also liked (20)

Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkunganPencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan
 
KONTRIBUTOR PENCEMAR UDARA
KONTRIBUTOR PENCEMAR UDARAKONTRIBUTOR PENCEMAR UDARA
KONTRIBUTOR PENCEMAR UDARA
 
Evaluasi dampak amdal
Evaluasi dampak amdalEvaluasi dampak amdal
Evaluasi dampak amdal
 
Efek Rumah Kaca dan Pemanasan Global
Efek Rumah Kaca dan Pemanasan GlobalEfek Rumah Kaca dan Pemanasan Global
Efek Rumah Kaca dan Pemanasan Global
 
Ekologi Lingkungan-PENCEMARAN LINGKUNGAN dan UPAYA PENCEGAHAN
Ekologi Lingkungan-PENCEMARAN LINGKUNGAN danUPAYA PENCEGAHANEkologi Lingkungan-PENCEMARAN LINGKUNGAN danUPAYA PENCEGAHAN
Ekologi Lingkungan-PENCEMARAN LINGKUNGAN dan UPAYA PENCEGAHAN
 
Rekling04 pencemaran
Rekling04 pencemaranRekling04 pencemaran
Rekling04 pencemaran
 
Ppt global warming
Ppt global warmingPpt global warming
Ppt global warming
 
transportasi air grand union canal uk
transportasi air grand union canal uktransportasi air grand union canal uk
transportasi air grand union canal uk
 
Amdal sosial makassar town squere
Amdal sosial makassar town squereAmdal sosial makassar town squere
Amdal sosial makassar town squere
 
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanik
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanikITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanik
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanik
 
Pengelolaan limbah industri farmasi
Pengelolaan limbah industri farmasiPengelolaan limbah industri farmasi
Pengelolaan limbah industri farmasi
 
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
 
Atmosfer dan pencemaran udara
Atmosfer dan pencemaran udaraAtmosfer dan pencemaran udara
Atmosfer dan pencemaran udara
 
Parameter kualitas dan analisis udara
Parameter kualitas dan analisis udaraParameter kualitas dan analisis udara
Parameter kualitas dan analisis udara
 
Pengetahuan lingkungan, Tentang pencemaran limbah oleh minyak bumi arief char...
Pengetahuan lingkungan, Tentang pencemaran limbah oleh minyak bumi arief char...Pengetahuan lingkungan, Tentang pencemaran limbah oleh minyak bumi arief char...
Pengetahuan lingkungan, Tentang pencemaran limbah oleh minyak bumi arief char...
 
standar profesi sanitarin
standar profesi sanitarinstandar profesi sanitarin
standar profesi sanitarin
 
Teknik Lingkungan - Herly CP
Teknik Lingkungan - Herly CPTeknik Lingkungan - Herly CP
Teknik Lingkungan - Herly CP
 
Identifikasi, prediksi dan evaluasi dampak terhadap pencemaran
Identifikasi, prediksi dan evaluasi dampak terhadap pencemaranIdentifikasi, prediksi dan evaluasi dampak terhadap pencemaran
Identifikasi, prediksi dan evaluasi dampak terhadap pencemaran
 
Ekologi Lingkungan-PENCEMARAN LINGKUNGAN dan UPAYA PENCEGAHAN
Ekologi Lingkungan-PENCEMARAN LINGKUNGAN danUPAYA PENCEGAHANEkologi Lingkungan-PENCEMARAN LINGKUNGAN danUPAYA PENCEGAHAN
Ekologi Lingkungan-PENCEMARAN LINGKUNGAN dan UPAYA PENCEGAHAN
 
Kulaitas Bensin, Bilangan Oktan dan Dampak pembakaran minyak terhadap lingkungan
Kulaitas Bensin, Bilangan Oktan dan Dampak pembakaran minyak terhadap lingkunganKulaitas Bensin, Bilangan Oktan dan Dampak pembakaran minyak terhadap lingkungan
Kulaitas Bensin, Bilangan Oktan dan Dampak pembakaran minyak terhadap lingkungan
 

Similar to MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA

PERHITUNGAN FREKUENSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI BANDAR UDARA SYAMSUD...
PERHITUNGAN FREKUENSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI BANDAR UDARA SYAMSUD...PERHITUNGAN FREKUENSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI BANDAR UDARA SYAMSUD...
PERHITUNGAN FREKUENSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI BANDAR UDARA SYAMSUD...mariaseptiamemorini
 
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...Aulia Rahma
 
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...Aulia Rahma
 
Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (3)Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (3)Eko Supriyadi
 
ASPEK_LINGKUNGAN_STUDI_KELAYAKAN_BISNIS.docx.pdf
ASPEK_LINGKUNGAN_STUDI_KELAYAKAN_BISNIS.docx.pdfASPEK_LINGKUNGAN_STUDI_KELAYAKAN_BISNIS.docx.pdf
ASPEK_LINGKUNGAN_STUDI_KELAYAKAN_BISNIS.docx.pdfViscaBarca4
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdfAnonymous6yIobha8QY
 
Tugas bps3280 21_s15005
Tugas bps3280 21_s15005Tugas bps3280 21_s15005
Tugas bps3280 21_s15005Intan Siagian
 
audit energy andry swantana
audit energy andry swantanaaudit energy andry swantana
audit energy andry swantanaAndry Swantana
 
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidro
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidroModul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidro
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidroDede Heryadi
 
Buku Panduan LCA Indonesia untuk PROPER
Buku Panduan LCA Indonesia untuk PROPERBuku Panduan LCA Indonesia untuk PROPER
Buku Panduan LCA Indonesia untuk PROPERArief54888
 
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...Muhamad Imam Khairy
 
Integrasi SMK3 dan ISO dan OHSAS
Integrasi SMK3 dan ISO dan OHSASIntegrasi SMK3 dan ISO dan OHSAS
Integrasi SMK3 dan ISO dan OHSASAl Marson
 
analisis prinsip kerja open pan evaporimeter
analisis prinsip kerja open pan evaporimeteranalisis prinsip kerja open pan evaporimeter
analisis prinsip kerja open pan evaporimeterAhmad Kanzu Firdaus
 
deepwater drilling.pptx
deepwater drilling.pptxdeepwater drilling.pptx
deepwater drilling.pptxcemjakarta
 
Tugas kromatografi
Tugas kromatografiTugas kromatografi
Tugas kromatografidienshiva
 

Similar to MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA (20)

Bacaan hari ini
Bacaan hari iniBacaan hari ini
Bacaan hari ini
 
PERHITUNGAN FREKUENSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI BANDAR UDARA SYAMSUD...
PERHITUNGAN FREKUENSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI BANDAR UDARA SYAMSUD...PERHITUNGAN FREKUENSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI BANDAR UDARA SYAMSUD...
PERHITUNGAN FREKUENSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI BANDAR UDARA SYAMSUD...
 
Amdal pak anam
Amdal pak anamAmdal pak anam
Amdal pak anam
 
Week 06.a adkl
Week 06.a   adklWeek 06.a   adkl
Week 06.a adkl
 
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...
 
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...
 
Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (3)Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (3)
 
ASPEK_LINGKUNGAN_STUDI_KELAYAKAN_BISNIS.docx.pdf
ASPEK_LINGKUNGAN_STUDI_KELAYAKAN_BISNIS.docx.pdfASPEK_LINGKUNGAN_STUDI_KELAYAKAN_BISNIS.docx.pdf
ASPEK_LINGKUNGAN_STUDI_KELAYAKAN_BISNIS.docx.pdf
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
 
Program kontrol mutu
Program kontrol mutuProgram kontrol mutu
Program kontrol mutu
 
Tugas bps3280 21_s15005
Tugas bps3280 21_s15005Tugas bps3280 21_s15005
Tugas bps3280 21_s15005
 
audit energy andry swantana
audit energy andry swantanaaudit energy andry swantana
audit energy andry swantana
 
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidro
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidroModul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidro
Modul pelatihan studi kelayakan pembangunan mikrohidro
 
Buku Panduan LCA Indonesia untuk PROPER
Buku Panduan LCA Indonesia untuk PROPERBuku Panduan LCA Indonesia untuk PROPER
Buku Panduan LCA Indonesia untuk PROPER
 
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...
SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat...
 
Makalah amdal
Makalah amdalMakalah amdal
Makalah amdal
 
Integrasi SMK3 dan ISO dan OHSAS
Integrasi SMK3 dan ISO dan OHSASIntegrasi SMK3 dan ISO dan OHSAS
Integrasi SMK3 dan ISO dan OHSAS
 
analisis prinsip kerja open pan evaporimeter
analisis prinsip kerja open pan evaporimeteranalisis prinsip kerja open pan evaporimeter
analisis prinsip kerja open pan evaporimeter
 
deepwater drilling.pptx
deepwater drilling.pptxdeepwater drilling.pptx
deepwater drilling.pptx
 
Tugas kromatografi
Tugas kromatografiTugas kromatografi
Tugas kromatografi
 

More from Furqaan Hamsyani

Lampiran5__22-24 ekonomi pencemaran udara
  Lampiran5__22-24 ekonomi pencemaran udara  Lampiran5__22-24 ekonomi pencemaran udara
Lampiran5__22-24 ekonomi pencemaran udaraFurqaan Hamsyani
 
Daftar pustaka ekonomi pencemaran udara
  Daftar pustaka ekonomi pencemaran udara  Daftar pustaka ekonomi pencemaran udara
Daftar pustaka ekonomi pencemaran udaraFurqaan Hamsyani
 
Perencanaan+lingkungan furqaan
Perencanaan+lingkungan furqaanPerencanaan+lingkungan furqaan
Perencanaan+lingkungan furqaanFurqaan Hamsyani
 
Perencanaan lingkungan furqaan hamsyani
Perencanaan lingkungan  furqaan hamsyaniPerencanaan lingkungan  furqaan hamsyani
Perencanaan lingkungan furqaan hamsyaniFurqaan Hamsyani
 
Praktikum pencemaran udara asli
Praktikum pencemaran udara asli  Praktikum pencemaran udara asli
Praktikum pencemaran udara asli Furqaan Hamsyani
 
Perencanaan+lingkungan furqaan
Perencanaan+lingkungan furqaanPerencanaan+lingkungan furqaan
Perencanaan+lingkungan furqaanFurqaan Hamsyani
 
7-daftar tabel ekonomi pencemaran udara
  7-daftar tabel ekonomi pencemaran udara  7-daftar tabel ekonomi pencemaran udara
7-daftar tabel ekonomi pencemaran udaraFurqaan Hamsyani
 
Ekonomi teknik dan lingkungan furqaan hamsyani
Ekonomi teknik dan lingkungan  furqaan hamsyaniEkonomi teknik dan lingkungan  furqaan hamsyani
Ekonomi teknik dan lingkungan furqaan hamsyaniFurqaan Hamsyani
 
proposal penguatan lab k3 dan kesling ps ml politani
proposal  penguatan lab k3 dan kesling ps ml politaniproposal  penguatan lab k3 dan kesling ps ml politani
proposal penguatan lab k3 dan kesling ps ml politaniFurqaan Hamsyani
 
Proposal pembentukan lab k3 dan kesling Politani
Proposal pembentukan lab k3 dan kesling PolitaniProposal pembentukan lab k3 dan kesling Politani
Proposal pembentukan lab k3 dan kesling PolitaniFurqaan Hamsyani
 
Bab 1 ekonomi pencemaran udara
  Bab 1 ekonomi pencemaran udara  Bab 1 ekonomi pencemaran udara
Bab 1 ekonomi pencemaran udaraFurqaan Hamsyani
 
8-daftar gambar ekonomi pencemaran udara
  8-daftar gambar ekonomi pencemaran udara  8-daftar gambar ekonomi pencemaran udara
8-daftar gambar ekonomi pencemaran udaraFurqaan Hamsyani
 
6-daftar isi ekonomi pencemaran udara
  6-daftar isi ekonomi pencemaran udara  6-daftar isi ekonomi pencemaran udara
6-daftar isi ekonomi pencemaran udaraFurqaan Hamsyani
 
5-kata pengantar ekonomi pencemaran udara
  5-kata pengantar ekonomi pencemaran udara  5-kata pengantar ekonomi pencemaran udara
5-kata pengantar ekonomi pencemaran udaraFurqaan Hamsyani
 

More from Furqaan Hamsyani (20)

Cover p2 m3
Cover  p2 m3Cover  p2 m3
Cover p2 m3
 
Lampiran5__22-24 ekonomi pencemaran udara
  Lampiran5__22-24 ekonomi pencemaran udara  Lampiran5__22-24 ekonomi pencemaran udara
Lampiran5__22-24 ekonomi pencemaran udara
 
Daftar pustaka ekonomi pencemaran udara
  Daftar pustaka ekonomi pencemaran udara  Daftar pustaka ekonomi pencemaran udara
Daftar pustaka ekonomi pencemaran udara
 
Praktikum 1 hujan asam
Praktikum 1 hujan asamPraktikum 1 hujan asam
Praktikum 1 hujan asam
 
Praktikum 2 debu
Praktikum 2 debuPraktikum 2 debu
Praktikum 2 debu
 
Materi peraturan
Materi peraturanMateri peraturan
Materi peraturan
 
Praktek mahasiswa ml
Praktek mahasiswa mlPraktek mahasiswa ml
Praktek mahasiswa ml
 
Perencanaan+lingkungan furqaan
Perencanaan+lingkungan furqaanPerencanaan+lingkungan furqaan
Perencanaan+lingkungan furqaan
 
Perencanaan lingkungan furqaan hamsyani
Perencanaan lingkungan  furqaan hamsyaniPerencanaan lingkungan  furqaan hamsyani
Perencanaan lingkungan furqaan hamsyani
 
Mp sdm lh furqaan
Mp sdm lh furqaanMp sdm lh furqaan
Mp sdm lh furqaan
 
Praktikum pencemaran udara asli
Praktikum pencemaran udara asli  Praktikum pencemaran udara asli
Praktikum pencemaran udara asli
 
Perencanaan+lingkungan furqaan
Perencanaan+lingkungan furqaanPerencanaan+lingkungan furqaan
Perencanaan+lingkungan furqaan
 
7-daftar tabel ekonomi pencemaran udara
  7-daftar tabel ekonomi pencemaran udara  7-daftar tabel ekonomi pencemaran udara
7-daftar tabel ekonomi pencemaran udara
 
Ekonomi teknik dan lingkungan furqaan hamsyani
Ekonomi teknik dan lingkungan  furqaan hamsyaniEkonomi teknik dan lingkungan  furqaan hamsyani
Ekonomi teknik dan lingkungan furqaan hamsyani
 
proposal penguatan lab k3 dan kesling ps ml politani
proposal  penguatan lab k3 dan kesling ps ml politaniproposal  penguatan lab k3 dan kesling ps ml politani
proposal penguatan lab k3 dan kesling ps ml politani
 
Proposal pembentukan lab k3 dan kesling Politani
Proposal pembentukan lab k3 dan kesling PolitaniProposal pembentukan lab k3 dan kesling Politani
Proposal pembentukan lab k3 dan kesling Politani
 
Bab 1 ekonomi pencemaran udara
  Bab 1 ekonomi pencemaran udara  Bab 1 ekonomi pencemaran udara
Bab 1 ekonomi pencemaran udara
 
8-daftar gambar ekonomi pencemaran udara
  8-daftar gambar ekonomi pencemaran udara  8-daftar gambar ekonomi pencemaran udara
8-daftar gambar ekonomi pencemaran udara
 
6-daftar isi ekonomi pencemaran udara
  6-daftar isi ekonomi pencemaran udara  6-daftar isi ekonomi pencemaran udara
6-daftar isi ekonomi pencemaran udara
 
5-kata pengantar ekonomi pencemaran udara
  5-kata pengantar ekonomi pencemaran udara  5-kata pengantar ekonomi pencemaran udara
5-kata pengantar ekonomi pencemaran udara
 

MEMPRAKIRAKAN DAMPAK KUALITAS UDARA

  • 1. ESP-Environmental Support Programme Danida Panduan Penyusunan dan Pemeriksaan Dokumen UKL-UPL Memprakirakan Dampak Lingkungan Kualitas Udara
  • 2.
  • 3.
  • 4. Kualitas Udara Memprakirakan Dampak Lingkungan: Diterbitkan oleh Deputi Bidang Tata Lingkungan - Kementerian Negara Lingkungan Hidup dengan dukungan Danish International Development Agency (DANIDA) melalui Environmental Sector Programme Phase 1 Desember 2007
  • 5. Foto: Koleksi Qipra Pengantar Penyelenggaraan sistem Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) di Indonesia masih membutuhkan berbagai penyem- purnaan. Baik itu penyempurnaan pada aspek peraturan, aspek kelem- bagaan, maupun aspek sumber daya manusia pelaksana AMDAL. Selain aspek-aspek tersebut, KLH juga masih menjumpai berbagai kekurangan pada aspek teknik pengerjaaan AMDAL. Sorotan khusus diberikan banyak pihak terhadap lemahnya proses prakiraan dampak lingkungan dalam kajian ANDAL. Banyak konsultan penyusun AM- DAL mengerjakannya dengan menggunakan metodologi prakiraan dampak yang kurang tepat. Buku Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara ini diter- bitkan sebagai salah satu wujud upaya KLH untuk meningkatkan kualitas proses prakiraan dampak. Sebagaimana tercermin dari judul- nya, buku ini memang khusus membahas prakiraan dampak terhadap kualitas udara. Penekanan khusus diberikan pada urutan langkah ker- ja dan output yang sebaiknya dihasilkan dari proses prakiraan dampak kualitas udara. Sebagai edisi pertama, buku ini tentunya masih ada kekurangan. Tanggapan dan masukan dari para pembaca sangat diharapkan agar KLH dapat terus menyempurnakan buku ini di edisi-edisi selanjutnya. Menyusul buku ini, KLH akan segera menerbitkan buku-buku pan- duan penggunaan metodologi prakiraan dampak untuk komponen- komponen sosial, ekonomi, dan biofisik lainnya. Sebagai penutup, KLH mengucapkan rasa penghargaan dan terima kasih kepada Pemerintah Kerajaan Denmark (melalui Danish Interna- tional Development Agency atau DANIDA) atas dukungannya dalam penyusunan, pencetakan, dan penyebarluasan buku ini. Jakarta, Desember 2007 Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Tata Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup Ir. Hermien Roosita, MM
  • 6. Daftar Isi 1 MEMAHAMI PRAKIRAAN DAMPAK KUALITAS UDARA ......1 Perubahan Kualitas Udara ........................................... 2 Prakiraan Dampak Kualitas Udara ............................ 7 Tahapan Prakiraan Dampak Kualitas Udara .......... 13 2 MEMPELAJARI KARAKTERISTIK EMISI .....................................15 Identifikasi Sumber Emisi ............................................ 16 Karakterisasi Emisi ......................................................... 21 Menyeleksi Polutan Penting ....................................... 26 3 MELENGKAPI LINGKUP PRAKIRAAN DAMPAK .....................29 Membatasi Wilayah Studi ............................................ 30 Identifikasi Objek Penerima Dampak .................... 32 Mengarahkan Prakiraan Dampak ............................. 37 4 MENCERMATI WILAYAH STUDI ..................................................41 Mengukur Kualitas Udara Ambien ........................... 42 Mengenali Karakteristik Fisik Wilayah Studi ..........44 Mempelajari Kondisi Meteorologis .......................... 47 5 SIMULASI PENYEBARAN POLUTAN ..........................................53 Memilih Teknik Simulasi ...............................................54 Menghitung Konsentrasi Sebaran Polutan ........... 62 Membuat Peta Isopleth ................................................ 65 Menghitung Konsentrasi Ambien Polutan ............70
  • 7. Pengarah Hermin Roosita, Ary Sudijanto, Harni Sulistyowati, Widhi Handoyo (Kan- tor Asisten Deputi Kajian Dampak Lingkungan, Deputi Bidang Tata Ling- kungan, KLH) Penyusun Qipra Galang Kualita, yang terdiri dari: Rudy Yuwono, Sri Listyarini , Laksmi Wardhani (konsep & tulisan), M. Taufik Sugandi, E. Sunandar, Zarkoni (tata letak & desain grafis), Isna Marifa, Nuraman Sjach (dukungan editorial) Apresiasi Untuk Pendanaan: Danish International Development Agency (DANI- DA) melalui Environmental Sector Program (ESP) Phase 1. Untuk Masukan dan Substansi: Arief Sabdo Yuwono (Institut Pertanian Bogor), Driejana (Institut Teknologi Bandung), Kardono (Ba- dan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), Yeremiah RT (Universitas Na- sional), Yana Mariska, Taufik Affif (Institut Teknologi Bandung) Untuk Foto: Winarko Hadi (IATPI), Bayu R. Tribuwono (Qipra), Taufik Ismail (Qipra), Rio Marantika (Qipra), Deasy (Qipra), Yuyun Mulyani, Eka Jatnika, Indar Atmoko, Heri Wibowo, Sulaiman (Green Planet Indonesia) Diterbitkan Oleh Deputi Bidang Tata Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Gedung A Lantai 6 Jl. D.I. Panjaitan Kav 24, Kebun Nanas, Jakarta 13410 Telp/Faks (021) 85904925 PO BOX 7777 JAT 13000 e-mail: amdal@menlh.go.id Website: http:www.menlh.go.id Disclaimer Panduan ini adalah panduan lepas mengenai metodologi pra- kiraan dampak lingkungan terhadap kualitas udara. Isi dari pan- duan ini bukan merupakan satu-satunya metodologi yang boleh diberlakukan. Panduan ini tidak memiliki kekuatan hukum yang sama sebagaimana produk hukum Kementerian Negara Lingkun- gan Hidup. Foto: Indar Atmoko
  • 8. Tentang Buku Ini Buku ini berisi uraian dari langkah-langkah kerja yang dibutuhkan dalam melakukan prakiraan dampak lingkungan terhadap kualitas udara. Lang- kah-langkah kerja disusun sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan kajian AMDAL.Termasuk di dalamnya adalah langkah-langkah kerja dalam tahap pelingkupan, khususnya penyusunan dampak penting hipotetik untuk kebutuhan prakiraan dampak kualitas udara. Buku ini tidak ditujukan untuk menguraikan aspek ke-ilmiah-an dari dispersi polutan udara secara mendalam. Untuk uraian mengenai hal itu, pem- baca disarankan untuk mencarinya dari referensi lain yang sudah banyak tersedia. Sasaran pembaca buku ini adalah para ahli (konsultan) pencemaran udara yang akan membantu pemrakarsa untuk memprakiraan dampak kualitas udara sebagai bagian dari kajian ANDAL. Para anggota Komisi Penilai AMDAL juga dapat memanfaatkan informasi dari buku ini saat ingin meme- riksa kelayakan dokumen ANDAL yang dinilainya. KLH tidak membatasi pemrakarsa dan para tenaga ahlinya untuk menggunakan metode-metode yang disebutkan dalam buku ini. Selama pem- rakarsa memiliki alasan yang dapat diterima Komisi Penilai AMDAL, KLH mempersilahkan pemrakarsa untuk menggunakan metode prakiraan dampak yang diinginkannya. Susunan Buku Buku ini diawali dengan bagian Memahami Prakiraan Dampak Kualitas Udara yang memuat maksud, tujuan, batasan, tingkat kedalaman, dan output dari suatu proses prakiraan dampak kualitas udara. Diharapkan pembaca nantinya dapat memiliki kesamaan pemahaman tentang proses prakiraan dampak tersebut sebelum melangkah ke bagian-bagian lainnya. Bagian ini ditutup dengan uraian mengenai langkah-langkah kerja dari proses prakiraan dampak kualitas udara. Bagian selanjutnya, Mempelajari Karakteristik Emisi, mengulas langkah pertama dalam proses prakiraan dampak. Di sini dijelaskan cara meng- identifikasi sumber-sumber emisi dan mengenali karakteristik polutan yang diemisikan. Bagian ini diakhiri dengan uraian mengenai penentuan jenis polutan penting yang perlu diprakirakan sebarannya. Bagian Melengkapi Lingkup Prakiraan Dampak menjelaskan bagaimana tatacara menyusun lingkup prakiraan dampak kualitas udara. Termasuk dalam uraiannya adalah bagaimana membatasi wilayah studi, mengidentifkasi objek-objek penerima dampak, dan menentukan waktu kajian. Sebagai penutup, bagian ini menguraikan beberapa hal yang dapat digunakan sebagai kriteria penilaian sifat penting dampak. Jenis data dan informasi yang dibutuhkan untuk simulasi sebaran polutan akan diuraikan pada bagian Mencermati Wilayah Studi. Termasuk di dalamnya adalah data dan informasi mengenai kualitas udara ambien, kondisi permukaan lahan, dan kondisi meteorologis wilayah studi. Bagian selanjutnya, Simulasi Penyebaran Polutan, mengulas berbagai pilihan teknik yang dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi sebar- an polutan yang diemisikan suatu sumber. Selain perhitungan secara manual, bagian ini juga akan memperkenalkan beberapa perangkat lunak (software) dispersi polutan yang dapat digunakan.
  • 10. MEMAHAMI PRAKIRAAN DAMPAK KUALITAS UDARA 1PERUBAHAN KUALITAS UDARA ........................................................... 2 Polutan Udara ........................................................................................ 2 Pencemaran Udara .............................................................................. 3 Boks: Baku Mutu Udara Ambien ................................................. 4 Dampak Perubahan Kualitas Udara ............................................... 6 PRAKIRAAN DAMPAK KUALITAS UDARA .......................................... 7 Output Prakiraan Dampak ................................................................. 7 Boks: Kedalaman Prakiraan Dampak ......................................... 9 Kegiatan Wajib Prakiraan Dampak .................................................10 Dampak Penting Hipotetik................................................................10 Penilaian Dampak ................................................................................11 TAHAPAN PRAKIRAAN DAMPAK KUALITAS UDARA .....................13 Bagian ini akan mengajak kita untuk memahami makna dari prakiraan dampak terhadap kualitas udara. Khususnya pemahaman dalam konteks pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Berbagai jenis polutan udara dan dampak-dampaknya akan dibahas di awal bagian ini. Selanjutnya, di akhir bagian ini, kita akan menguraikan tahap-tahap yang harus dijalani dalam memprakirakan dampak terse- but.Termasuk juga tahap-tahap dalam proses pelingkupannya. Informasi pada bagian ini sangat penting untuk dipahami sepenuhnya sebelum kita melanjutkan ke uraian-uraian lain dalam buku ini. 1
  • 11. Udara di sekeliling kita, atau udara ambien, memiliki kualitas yang mudah berubah. Intensitas perubahannya dipengaruhi oleh interaksi antar berbagai polutan yang dilepas ke udara ambien dengan faktor-faktor meteo- rologis (angin, suhu, hujan, cahaya matahari). Berikut ini akan dibahas beberapa hal mendasar tentang perubah- an kualitas udara. POLUTAN UDARA Polutan primer yang diemisikan oleh suatu sumber emisi akan mengalami berbagai reaksi fisik dan kimia dengan adanya faktor meteorologi seperti sinar matahari, kelem- baban dan temperatur. Berbagai reaksi yang terjadi juga dapat menyebabkan terbentuknya beberapa jenis polu- tan sekunder (lihat gambar di bawah). Akibat dorongan angin, polutan akan terdispersi (tersebar) mengikuti arah angin tersebut. Sebagian polutan dalam perjalanannya dapat terdeposisi (deposited) atau mengendap ke per- mukaan tanah, air, bangunan, dan tanaman. Sebagian lainnya akan tetap tersuspensi (suspended) di udara. Se- luruh kejadian tersebut akan mempengaruhi konsentrasi polutan-polutan di udara ambien. Atau, dengan kata lain, mengubah kualitas udara ambien. Sebenarnya terdapat banyak sekali jenis polutan yang mungkin dapat mengotori udara ambien. Ada yang ber- wujud gas, padatan, maupun cairan. Sebagian merupa- kan polutan primer, sebagian lagi merupakan polutan PERUBAHAN KUALITAS UDARAIlustrasi:Toppeaks Polutan NOx dan SO2 ber- campur dengan air di udara untuk menjadi hujan asam Polutan ringan terbawa ke tempat-tempat yang sangat jauh dan menyebabkan pencemaran regional Sebagian polutan terdepo- sisi jatuh di wilayah objek penerima dampak Emisi polutan akan terdispersi mengikuti arah angin Polutan dikeluarkan oleh Sumber Emisi 2 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
  • 12. sekunder. Walau demikian, Baku Mutu Udara Ambien (BMUA) nasional hanya menyebutkan 9 (sembilan) jenis polutan umum, yaitu sulfur-dioksida (SO2 ), karbon- monoksida (CO), nitrogen-dioksida (NO2 ), ozon (O3 ), hidrokarbon (HC), PM10 , PM2,5 , TSP (debu), Pb (timah hi- tam), dustfall (debu jatuh). Kesembilan polutan ini diang- gap sebagai polutan-polutan yang memiliki pengaruh langsung dan signifikan pada kesehatan manusia. PENCEMARAN UDARA Masuknya polutan ke dalam udara selalu menyebab- kan perubahan kualitas udara. Walau demikian, masuk- an polutan tersebut tidak selalu dapat menyebabkan pencemaran udara. Mengacu pada definisi resminya, pencemaran udara baru terjadi jika masukan polutan menyebabkan mutu udara turun sampai ke tingkatan yang menyebabkan fungsinya terhambat. Misalnya, sam- pai ke tingkatan di mana kesehatan manusia terganggu, atau lingkungan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk mempermudah penilaian atas tercemar-tidaknya udara, kita dapat membandingkan kualitas udara de- ngan BMUA. Jika konsentrasi suatu polutan dalam udara ambien sudah melampaui nilai baku mutunya, kita dapat menyatakan bahwa udara sudah tercemar. Sebagai con- toh, udara yang memiliki kandungan SO2 (1 jam) = 1.250 μg/Nm3 dapat dianggap sudah tercemar karena nilai itu sudah melebihi nilai BMUA dari SO2 (1 jam) yang nilainya 900 μg/Nm3 . Polutan digolongkan sebagai polutan primer dan polutan sekunder. Polutan primer adalah polutan- polutanyangdiemisikanlangsungdarisumbernya, baik itu berasal dari a) sumber alamiah seperti ba- dai,letusangunungberapi,semburangasalamdari tanah, dan b) kegiatan-kegiatan manusia. Contoh dari polutan primer adalah CO, SO2 , Cl2 , dan debu. Di dalam udara ambien, sebagian polutan primer akan mempertahankan bentuk senyawa aslinya. Sementara itu sebagian lagi akan berubah bentuk sebagai akibat adanya interaksi dengan sesama polutan atau dengan unsur atmosfer. Polutan- polutan yang terjadi akibat interaksi dan reaksi itu dinamakan polutan sekunder. Contohnya adalah O3 (ozon) dan PAN (peroxyacetyl nitrate) yang ter- bentuk dari reaksi HC, NOx , dan oksigen. Ilustrasi:Toppeaks 3 Memahami Prakiraan Dampak Kualitas Udara
  • 13. SULFURDIOKSIDA Gas tidak berwarna, berbau dalam kon- sentrasi pekat. Banyak dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang me- ngandung sulfur, misalnya solar dan batu- bara. Menyebabkan sesak nafas bahkan kematian pada manusia dan juga pada hewan. Pada tumbuhan, menghambat fotosintesis, proses asimilasi dan respirasi. Merusak cat pada bangunan akibat reak- sinya dengan bahan dasar cat dan timbal oksida (PbO). Gas SO2 adalah kontributor utama hujan asam. KARBON MONOKSIDA Senyawa tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berben- tuk gas tidak berwarna. Dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar fosil yang tidak sempurna, seperti bensin, minyak dan kayu bakar. Juga dipro- duksi dari pembakaran produk-produk alam dan sintesis, termasuk rokok. Konsentrasi rendah dapat menyebab- kan pusing-pusing dan keletihan, kon- sentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian. FLUORIDA Golongan gas Halogen, berwarna coklat, sangat reaktif, dan beracun. Berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, reduksi fosfat dari tanaman, in- dustri penghasil aluminium dan lain- lain. Inhibitor yang dapat mencegah kerja berbagai enzim manusia, meru- sak sel tanaman. Konsentrasi cukup besar di atmosfir akan mencemari air dan tanah. NITROGEN DIOKSIDA Gas ini berwarna coklat keme- rahan dan berbau tajam. Ter- utama dari proses pembakaran bahan bakar fosil, seperti bensin, batubara dan gas alam. NO2 bisa berasal dari oksidasi dengan kandungan N dalam bahan ba- kar dan juga oksidasi dengan N udara karena panas. NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Paru-paru yang terkontaminasi dengan gas NOx akan meng- alami pembengkakan. Pada kon- sentrasi NO2 > 100 ppm keba- nyakan hewan akan mati. PemerintahRepublikIndonesiatelahmengeluarkan Baku Mutu Udara Ambien (BMUA) di dalam Pera- turan Pemerintah tentang Pengendalian Pencema- ran Udara (PP Nomor 41 tahun 1999). Baku mutu ini memiliki a) 9 parameter yang berlaku untuk menilai kondisi udara ambien secara umum dan b) 4 para- meter lain yang hanya berlaku untuk menilai kon- disi udara ambien di kawasan industri kimia dasar. Tiap parameter disertai nilai maksimalnya. Nilai- nilai tersebut umumnya dinyatakan dalam satuan konsentrasi, yaitu berat senyawa polutan dalam mikrogram (μg) per meter kubik udara dalam kon- disi normal (umumnya pada suhu 250 Celsius dan tekanan 1 atmosfer). Kualitas udara ambien dikata- kan baik jika konsentrasi polutan-polutannya masih di bawah nilai baku mutunya. Nilai BMUA disediakan untuk beberapa waktu ukur rata-rata (averaging time). Misalnya, untuk waktu ukur rata-rata 1 jam, nilai baku mutu NO2 adalah 400 μg/Nm3 . Nilai itu nantinya harus dibandingkan dengan nilai rata-rata pengukuran 1 jam NO2 . BMUA juga disertai informasi mengenai metode analisis dan peralatan yang harus digunakan. Baku Mutu Udara Ambien Boks 4 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
  • 14. OZON Pada lapisan troposfer terbentuknya O3 akibat adanya reaksi fotokimia pada senyawa oksida nitrogen (NOx ) dengan bantuan sinar matahari. Konsentrasi ozon yang tinggi da- pat menyebabkan gangguan pada sistem pernafasan, serangan jantung dan kematian. Sebaliknya, di lapisan stratosfer keberadaan ozon sangat dibutuhkan untuk ‘menyelimuti’ permukaan bumi dari radiasi sinar ultraviolet. TOTAL SUSPENDED PARTICULATE Partikulat adalah padatan atau cairan di udara dalam bentuk asap, debu dan uap. Komposisi dan ukuran partikulat sangat berperan dalam menentukan pajanan. Ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar 0,1 mikron - 10 mikron. Partikulat juga merupakan sumber utama haze (kabut asap) yang menurunkan visibilitas. PM10 berukuran ≤ 10 mikron. Mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan me- nyebabkan iritasi. PM2,5 berukuran ≤ 2,5 mikron. Langsung masuk ke dalam paru-paru dan mengendap di alveoli. DEBU JATUH Partikel berukuran diatas 500 mikron. Secara alamiah dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa oleh angin atau berasal dari muntahan letusan gunung berapi. Juga pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa karbon murni ataubercampurdengangas-gasorganik seperti halnya penggunaan mesin disel yang tidak terpelihara dengan baik. KLORIDA Gas berwarna hijau, bau sangat me- nyengat. Efek samping dari proses pe- mutihan (bleaching) dan produksi zat/ senyawa organik yang mengandung klor. Menyebabkan iritasi mata. Jika masuk dalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan membentuk asam klorida yang bersi- fat sangat korosif dan menyebabkan iritasi dan peradangan saluran perna- fasan. HIDROKARBON Jika berbentuk gas di udara umumnya ter- golong sebagai Volatile Organic Compounds (VOC). Bentuk cair menjadi semacam kabut minyak. Jika padatan akan membentuk debu. Berasal dari industri plastik, resin, pigmen, zat warna, pestisida, karet, aktivitas geothermal, pembuangan sampah, kebakaran hutan serta transportasi. Di udara akan bereaksi dengan bahan lain dan membentuk Polycyclic Aroma- tic Hidrocarbon (PAH), bila masuk dalam paru- paru menimbulkan luka dan merangsang ter- bentuknya sel-sel kanker. TIMBAL Logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan. Sangat beracun dan menyebabkan berbagai dampak kesehatan terutama pada anak-anak. Dapat menyebab- kan kerusakan sistem syaraf dan pencernaan, sedangkan berbagai bahan kimia yang men- gandung timbal dapat menyebabkan kanker. 5
  • 15. DAMPAK PERUBAHAN KUALITAS UDARA Berubahnya kualitas udara akan menyebabkan timbul- nya beberapa dampak lanjutan, baik terhadap kesehat- an manusia dan makhluk hidup lainnya, aspek estetika udara, keutuhan bangunan, dan lainnya. Berikut ini akan diuraikan secara singkat berbagai dampak lanjutan terse- but. Dampak Terhadap Kesehatan Manusia Yang banyak terjadi adalah iritasi mata dan gangguan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), seperti hidung ber- air, radang batang tenggorokan, dan bronkitis. Partikel berukuran kecil dapat masuk sampai ke paru-paru dan kemudian menyebar melalui sistem peredaran darah ke seluruh tubuh. Gas CO, jika bercampur dengan hemoglo- bin, akan mengganggu transportasi oksigen. Partikel tim- bal akan mengganggu pembentukan sel darah merah. DampakTerhadapTumbuhan dan Hewan Tumbuhan di daerah berkualitas udara buruk dapat me- ngalami berbagai jenis penyakit. Hujan asam menyebab- kan daun memiliki bintik-bintik kuning. Hujan asam akan menurunkan pH air sehingga kemudian mening- katkan kelarutan logam berat misalnya merkuri (Hg) dan seng (Zn). Akibatnya, tingkat bioakumulasi logam berat di hewan air bertambah. Penurunan pH juga akan me- nyebabkan hilangnya tumbuhan air dan mikroalga yang sensitif terhadap asam. DampakTerhadap Aspek Estetika Bau tidak enak, debu beterbangan, udara berkabut me- rupakan beberapa contoh gangguan estetika udara am- bien. Bau tidak enak dapat ditimbulkan oleh emisi gas- gas sulfida, amoniak, dan lainnya. Udara berasap kabut (asbut) atau smoke and fog (smog) akan mengurangi jarak pandang (visibility) kita. Hal ini sangat membahayakan keselamatan pengendara mobil dan motor, selain juga keselamatan penerbangan. Smog atau asbut umumnya disebabkan oleh adanya reaksi fotokimia dari senyawa organik volatil (VOC atau volatile organic compounds) dengan NOx . DampakTerhadap Bangunan Akibat fenomena hujan asam, air hujan dapat memiliki pH antara 3 sampai 4. Selain menganggu tumbuhan dan ekosistem air, hujan asam juga merusak material ba- ngunan, seperti besi-besi baja, beton, dan batu-batuan. Paparan air hujan asam akan menggerus permukaan batu secara perlahan-lahan. Hal ini mudah terlihat dari patung-patung tua yang ada di sekeliling kita. Demikian juga pada dinding-dinding gedung yang berubah men- jadi kehitaman. DampakTerhadap Kondisi Iklim Akumulasi CO2 , metana, dan N2 O dapat membentuk lapisan tipis di troposfir. Pantulan panas matahari akan terhambat sehingga suhu bumi pun meningkat (global warming). Senyawa chlorofluorocarbon (CFC) dapat menjangkau lapisan stratosfer dan memecah molekul- molekul ozon di sana. Kerusakan lapisan ozon di stratos- fer menyebabkan sinar UV-B matahari tidak terfilter dan masuk ke permukaan bumi sehingga dapat mengakibat- kan kanker kulit pada manusia yang terpapar sinar itu. Dampak terhadap kondisi iklim umum- nya digolongkan sebagai dampak skala makro. Jangkauannya mencapai ribuan kilometer lebih. Dampak skala makro umumnya disebabkan oleh unsur-unsur polutan yang relatif stabil, seperti CO2 , metana, dan CFC. Dampak terhadap kesehat- an manusia, aspek estetika, dan keutuhan bangunan umumnya terjadi dalam skala mikro dan skala meso yang jangkauan dampaknya dapat mencapai ratusan kilometer. Foto: Taufik Ismail 6 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
  • 16. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AM- DAL) merupakan bagian dari proses perencanaan suatu kegiatan. Salah satu fungsinya adalah untuk mempra- kirakan jenis dan besarnya dampak lingkungan penting yang dapat terjadi akibat dilaksanakannya suatu rencana kegiatan. Prakiraan dampak dilakukan pada salah satu tahapan studi AMDAL yang disebut ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan Hidup). Hasil prakiraan dampak digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk memutuskan kelanjutan dari suatu rencana kegiatan. Hasil prakiraan dampak juga dipakai untuk dasar perencanaan dari langkah-langkah yang perlu diambil untuk mencegah atau mengendali- kan potensi dampak tersebut. Prakiraan dampak dalam ANDAL harus dilakukan ber- dasarkan dampak penting hipotetik yang sudah disepakati sebelumnya oleh Komisi Penilai AMDAL (lihat bahasan mengenai Dampak Penting Hipotetik). Arti- nya, dugaan-dugaan dampak penting dari emisi polutan harus terlebih dahulu dimiliki sebelum dampak kualitas udara dapat dilakukan, baik itu dugaan dampak di tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, maupun pasca-opera- si. Tanpa adanya dugaan dampak penting itu, proses pra- kiraan dampak dikhawatirkan akan berlangsung tanpa sasaran yang jelas. Proses prakiraan dampak dilakukan dalam lingkup wilayah studi dan lingkup waktu kajian tertentu. Selain untuk memperjelas sasaran prakiraan dampak, pembatasan ini dilakukan guna mengefisienkan proses ANDAL. Penentuan dampak penting hipotetik serta ling- kup wilayah dan waktu kajian merupakan output dari salah satu langkah kerja AMDAL yang disebut pelingku- pan (scoping). Prakiraan dampak kualitas udara perlu dilakukan setidak- nya untuk berbagai skenario prakiraan yang ditentu- kan. Tiap-tiap skenario diharapkan akan menghasilkan output prakiraan yang berbeda. Salah satu skenario yang perlu dilakukan adalah skenario kejadian terburuk (worst-case scenario). Skenario prakiraan lainnya yang patut dipertimbangkan adalah skenario berdasarkan perbedaan kondisi operasi dari suatu rencana kegiatan, skenario operasi musim hujan dan musim kemarau, dan sebagainya. OUTPUT PRAKIRAAN DAMPAK Output prakiraan dampak kualitas udara merupakan konfirmasi dan pendalaman informasi dari jenis serta besaran (magnitude) dampak penting hipotetik yang su- PRAKIRAAN DAMPAK KUALITAS UDARA Dokumen Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL) berisi arahan dari pro- ses prakiraan yang akan dilakukan terhadap satu atau beberapa dugaan dampak penting (dampak penting hipotetik). Uraian dari pelaksanaan pra- kiraan dampak berikut hasilnya dapat dijumpai dalam dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL). Sedangkan langkah-langkah yang harus dilakukan permrakarsa untuk mengelola dampaknya dapat dijumpai dalam dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL). Doku- men Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) berisi rencana pe- mantauan dari komponen-komponen lingkungan yang diprakirakan akan terkena dampak. 7 Memahami Prakiraan Dampak Kualitas Udara
  • 17. dah ditentukan sebelumnya. Output prakiraan dampak kemudian perlu dinilai sifat penting-nya (significancy) untuk menentukan apakah suatu dampak penting hipo- tetik memang benar-benar dapat digolongkan sebagai dampak penting (lihat bahasan mengenai Penilaian Si- fat Dampak). Output prakiraan dampak ditampilkan sebagai: 1. Tabel Output Prakiraan Dampak Kualitas Udara; Tabel ini berisi nilai konsentrasi sebaran polutan maksimal (ΔCMAX ) dan nilai konsentrasi ambien po- lutan maksimal (CMAX ) yang kemungkinan terjadi di lokasi-lokasi objek penerima dampak. Perlu-tidaknya tabel itu mencantumkan kedua jenis nilai konsentrasi tersebut ditentukan oleh tingkat kedalaman prakiraan dampak yang dipilih (lihat Boks mengenai Kedalaman Prakiraan Dampak). Nilai-nilai konsentrasi dihitung berdasarkan kondisi kejadian terburuk (lihat bahasan mengenai Skenario Prakiraan Dampak di Bagian 3). Tiap jenis polutan penting yang diemisikan harus memiliki tabelnya sendiri.Tabel juga dibuat untuk tiap tahun prakiraan (lihat bahasan mengenai Waktu Ka- jian di Bagian 3). 2. Peta Isopleth Semburan; Peta ini dibuat untuk menunjukkan peningkatan konsentrasi polutan (ΔC) di wilayah sekitar sumber emisi sebagai akibat adanya emisi polutan yang bergerak mengikuti tiupan angin dominan. Garis-garis isopleth nantinya akan memiliki wujud seperti bola semburan (plume). Nilai-nilai pe- ningkatan konsentrasi dihitung berdasarkan kondisi kejadian rata-rata (lihat bahasan mengenai Skenario Prakiraan Dampak di Bagian 3). Tiap jenis polutan penting yang diemisikan harus memiliki peta isopleth- nya sendiri. Cara pembuatan peta isopleth ini dapat dilihat pada Bagian 5 buku ini. 3. Peta Isopleth Wilayah Sebaran; Peta ini dibuat un- tuk menunjukkan pola peningkatan sebaran polutan dalam kondisi rata-rata di seluruh wilayah sebaran dampak. Gradasi peningkatan konsentrasi rata-rata Peta isopleth berisi garis-garis yang menghubungkan titik-titik lokasi yang akan memiliki kesamaan konsentrasi sebaran polutan. Output prakiraan dampak setidaknya terdiri dari peta Isopleth Semburan (gambar atas) dan Peta Isopleth Wilayah Sebaran (gambar bawah). Peta-peta ini harus dibuat untuk tiap jenis po- lutan penting. Foto:KoleksiQipra 8 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
  • 18. Penentuan tingkat kedalaman yang dibutuhkan dapat dipengaruhi oleh tingkat prioritas dari suatu dampak penting hipotetik (lihat bahasan terkait). Dalam beberapa kasus, kita mungkin cukup membutuhkan prakiraan Tingkat 1 (Prakiraan Penyebaran Polutan). Misalnya saat kita ingn memprakirakan pengaruh dari sumber emisi yang bersifat sementara seperti kegiatan kon- struksi. Sedangkan untuk kasus lainya, kita mungkin perlu melakukan prakiraan Tingkat 2 (Prakiraan Kualitas Udara Ambien). Misalnya saat kita ingin memprakirakan pengaruh dari sumber emisi yang bersifat kontinyu dan terus menerus. Sementara itu, dalam dokumen-dokumen ANDAL yang ada, prakiraan Tingkat 3 (Prakiraan Dampak Lanjutan) masih jarang sekali dilakukan secara kuantitatif. Jenis dampak lanjutan yang diprakirakan akan terjadi berikut besarannya lebih banyak dinilai secara kualitatif di bagian Evaluasi Dampak dokumen ANDAL. Perlu tidaknya kita melakukan prakiraanTingkat 3 sebaiknya dikonfirmasikan ke Komisi Penilai AMDAL yang berwenang. Ada 3 (tiga) tingkat kedalaman prakiraan dampak kualitas udara yang dapat diterapkan, yaitu: Kedalaman Prakiraan Dampak Boks 9 Memahami Prakiraan Dampak Kualitas Udara
  • 19. yang mungkin terjadi akan tervisualisasikan di peta isopleth ini. Nilai-nilai peningkatan konsentrasi dihi- tung berdasarkan kondisi kejadian rata-rata. Tiap jenis polutan penting yang diemisikan harus memiliki peta isopleth-nya sendiri. Tergantung kepada kedalaman prakiraan yang dipilih, peta Isopleth Wilayah Sebaran juga dapat dibuat untuk menunjukkan gradasi kon- sentrasi ambien polutan. Cara pembuatan peta isop- leth ini dapat dilihat pada Bagian 5 buku ini. Perlu diingat bahwa nilai konsentrasi polutan perlu di- sampaikan dalam suatu waktu rata-rata (averaging times). Lebih baik lagi, kalau waktu rata-rata yang digunakan se- suai dengan waktu rata-rata dalam kriteria penilaian sifat pentingnya. Output prakiraan dampak juga perlu disertai dengan in- formasi mengenai frekuensi, durasi, dan kontinuitas dari dampak yang akan terjadi. Informasi tersebut dibutuh- kan agar pihak-pihak berkepentingan mengetahui bah- wa suatu output prakiraan dampak hanya terjadi dalam rentang waktu dan kondisi tertentu saja. KEGIATANWAJIBPRAKIRAANDAMPAK Prakiraan dampak kualitas udara perlu dilakukan jika suatu rencana kegiatan Wajib AMDAL memiliki satu atau lebih komponen kegiatan yang akan mengemisi- kan polutan dalam jumlah dan jenis yang cukup untuk mempengaruhi kualitas udara secara signifikan. Jika rencana kegiatan kita tidak mengemisikan polutan yang dapat menimbulkan dampak penting, berdasarkan ha- sil evaluasi dampak pada proses pelingkupan, prakiraan dampak kualitas udara tidak perlu kita lakukan. Prakiraan dampak kualitas udara seringkali juga tetap perlu dilakukan untuk suatu sumber komponen kegiatan walau emisinya diduga akan berada di bawah nilai BME- nya. Walau konsentrasinya kecil, komponen kegiatan itu mungkin saja akan mengemisikan polutan dalam jumlah yang besar. Dengan laju emisi yang tinggi, emisi polutan tersebut tetap mungkin mempengaruhi kualitas udara ambien secara signifikan. DAMPAKPENTINGHIPOTETIK Sepertidisebutkansebelumnya,prakiraandampakdalam ANDAL harus dilakukan berdasarkan dugaan (hipotesa) dampak penting yang sudah disepakati sebelumnya oleh Komisi Penilai AMDAL. Suatu dampak penting hipo- tetik setidaknya harus menyebutkan: 1) Komponen kegiatan penyebab dampak; Biasa dise- but juga sebagai sumber dampak. Untuk kepenting- Tidak seluruh jenis kegiatan wajib-AMDAL (sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri KLH tentang Jenis Ren- cana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan AMDAL atau Per-Men KLH No. 11 Tahun 2006) ber- potensi untuk menimbulkan dampak tehadap kualitas udara, khususnya saat kegiatan-kegiatan itu sudah berada dalam tahap operasi. Beberapa jenis kegiatan wajib-AMDAL yang operasinya dikhawatirkan berdampak penting tehadap kuali- tas udara antara lain adalah terminal terpadu, pelabuhan atau pangkalan udara, bandar udara, industri semen, industri pulp atau industri kertas, industri petrokimia hulu, jalan tol, jalan raya, jalan layang, terowongan, tempat pembuangan akhir (TPA) sampah, instalasi pengolahan air limbah domes- tik, pertambangan mineral, batubara & panas bumi, kilang LPG, kilang LNG, kilang minyak, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), dan Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD). Foto:HeriWibowo 10 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
  • 20. an prakiraan dampak kualitas udara, sumber dampak adalah emisi polutan yang dikeluarkan dari suatu sumber emisi. 2) Komponen lingkungan terkena dampak;Yaitu kuali- tas udara ambien dari suatu wilayah. Untuk prakiraan dampak Tingkat 3, kita perlu menyebutkan objek terkena dampak dari berubahnya kualitas udara se- bagai komponen lingkungan yang terkena dampak. Kedua komponen di atas perlu disampaikan sespesifik mungkin agar proses prakiraan dampak dapat dilaku- kan dengan tepat-sasaran dan efisien. Misalnya dengan membatasi komponen lingkungan terkena dampak (kualitas udara ambien) hanya untuk beberapa jenis po- lutan tertentu saja. Sumber dampak juga harus dilengkapi dengan informasi mengenai lokasi sumber emisi dan waktu pemunculannya (lihat bahasan mengenai Pola Pe- munculan Emisi di Bagian 2). Kedalaman prakiraan dampak yang akan digunakan juga perlu tercermin dari pernyataan dampak penting hipo- tetik. Untuk prakiraan Tingkat 3, komponen lingkungan terkena dampak harus menyebutkan jenis dampak lanjut- an yang dapat terjadi pada objek penerima dampak. Mi- salnya, kesehatan penduduk desa khususnya menyang- kut penyakit ISPA. Atau, produktivitas tanaman kentang di daerah pertanian di suatu desa. Dampak penting hipotetik, sesuai Pedoman Penyusun- an Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Peraturan Menteri LH No. 08 Tahun 2006), perlu dikla- sifikasikan dan diberikan tingkat prioritasnya. Tingkat prioritas tersebut akan mempengaruhi penentuan keda- laman prakiraan dampak dari suatu dampak penting hipotetik. Dampak penting hipotetik dengan prioritas rendah dapat saja menggunakan prakiraan Tingkat 1. Sebaliknya, dampak penting hipotetik dengan prioritas tinggi sebaiknya menggunakan prakiraan Tingkat 3. PENILAIANDAMPAK Sepertidisebutkansebelumnya,outputprakiraandampak perlu dipelajari untuk dinilai penting atau tidaknya dampak tersebut. Penilaian sifat penting dampak di- lakukan terhadap kriteria penilaian yang disepakati sebe- lumnya. Beberapa kriteria penilaian yang dapat diguna- kan antara lain adalah BMUA, nilai Tambahan Polutan Maksimal (lihat bahasan terkait di Bagian 3), nilai Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU), luas wilayah yang kualitas udaranya akan berubah secara signifikan, jumlah manusia terkena dampak, dan sebagainya. Penyimpulan penting-tidaknya suatu dampak juga mem- pertimbangkan besaran dampak yang dapat terjadi. Besaran dampak tersebut dihitung dengan memban- dingkan hasil prakiraan kualitas udara (jika komponen Contoh dari salah satu pernyataan dampak penting hipotetik adalah sumber dampak: emisi SO2 dan HC dari alat berat yang digunakan di lokasi pertambangan, komponen lingkungan terkena dampak: kualitas udara ambien desa Sugiharjo (khususnya menyangkut SO2 dan HC), de- ngan obyek penerima dampaknya adalah penduduk desa tersebut.. ilustrasi:Topppeaks Sumber Dampak: EMISI SO2 & HC Komponen Lingkungan Terkena Dampak: KUALITAS UDARA AMBIEN Obyek Penerima Dampak Pemukiman Desa Sugiharjo 11 Memahami Prakiraan Dampak Kualitas Udara
  • 21. kegiatan jadi dilaksanakan) dengan rona dasar kualitas udara (backgroundconcentration) di tahun prakiraan yang sama. Untuk mendapatkan rona dasar kualitas udara di suatu tahun prakiraan, perlu dilakukan prakiraan kualitas udara dengan asumsi bahwa komponen kegiatan terse- but tidak dilaksanakan (prakiraan nir-kegiatan). Output prakiraan dampak juga perlu dinilai untuk sifat pengaruh dampak-nya. Sederhananya adalah untuk penilaian positif atau negatifnya dampak penting terse- but. Suatu komponen kegiatan dinilai dapat membawa dampak negatif, jika emisi polutannya diduga akan me- nyebabkan kualitas udara menjadi lebih buruk. Seba- liknya, komponen kegiatan itu dinilai dapat berdampak positif, jika emisi polutannya diduga akan menyebabkan kualitas udara menjadi lebih baik. Tentunya jika diban- dingkan dengan kualitas udara nir-kegiatan di waktu kajian (tahun prakiraan) yang sama. Banyak penyusun AMDAL saat ini tidak melakukan prakiraan kualitas udara nir-kegiatan. Jadi, penilaian besar-kecilnya dampak dini- lai dengan mengacu kepada kualitas udara saat ini (rona lingkungan awal). Hal ini dapat dibenarkan selama kita yakin bahwa kualitas udara nir-kegiatan akan tetap sama (statis) untuk tahun prakiraan yang kita pilih. Suatu jalan pintas bawah-tanah (underpass) akan dibuat untuk memperlancar arus kendaraan bermotor di suatu kawasan yang kondisi lalu- lintasnya sudah sangat padat. Konsentrasi CO (rata-rata 24 jam) di kawasan itu saat ini sudah mencapai nilai 7.000 μg/Nm3 . Saat underpass beroperasiditahun2010, jumlahkendaraanbermotoryangmelintasikawasanitudiprakirakanakanmeningkat50persendarijumlahnyasaatini. Akibatnya, walau jalan underpass sudah beroperasi, konsentrasi CO di kawasan itu diprakirakan tetap akan meningkat menjadi 10.000 μg/ Nm3 . Untuk menilai positif-negatifnya dampak penting dari pembangunan underpass tersebut, prakiraan dampak nir-kegiatan di tahun 2010 juga dilakukan. Dengan asumsi underpass tidak jadi didirikan, maka diprakirakan kemacetan jalan akan sering terjadi. Laju kendaraan akan tersendat sehingga emisi CO akan lebih besar untuk jumlah kendaraan di tahun 2010 yang sama. Oleh karena itu, hasilnya menunjukkan konsentrasi CO di kawasan itu diprakirakan akan meningkat menjadi 13.000 μg/Nm3 . Perbandingan konsentrasi CO di tahun 2010 antara kedua kondisi itu (dengan dan tanpa underpass) menunjukkan adanya jalan underpass justru akan membuat kualitas udara di kawasan tersebut menjadi lebih baik. De- ngan demikian dapat disimpulkan bahwa keberadaan underpass akan membawa dampak positif. InfoGrafis:Zarkoni 12 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
  • 22. TAHAPANPRAKIRAANDAMPAKKUALITASUDARA Berikut ini adalah tahapan lengkap dari proses prakiraan dampak kualitas udara. Mengacu ke tatalaksana penger- jaan AMDAL, kedua tahap awal dalam diagram berikut merupakan bagian dari proses pelingkupan. Hasilnya dituangkan sebagai bagian dari dokumen KA-ANDAL. Tahap-tahap selanjutnya merupakan bagian dari proses prakiraan dampak yang baik proses maupun outputnya dituangkan sebagai bagian dari dokumen ANDAL. Memilih Teknik Simulasi Menghitung Konsentrasi Sebaran Polutan Membuat Peta Isopleth Menghitung Konsentrasi Ambien Polutan Membatasi Wilayah Studi Identifikasi Obyek Penerima Dampak Mengarahkan Prakiraan Dampak Identifikasi Sumber Emisi Karakterisasi Emisi Menyeleksi Polutan Penting Mengukur Kualitas Udara Ambien Mengenali Karakteristik Fisik Wilayah Studi Mempelajari Kondisi Meteorologis 13 Memahami Prakiraan Dampak Kualitas Udara
  • 24. MEMPELAJARI KARAKTERISTIK EMISI 2IDENTIFIKASI SUMBER EMISI ................................................................16 Jenis Sumber Emisi ..............................................................................17 Lokasi Sumber Emisi ...........................................................................17 Dimensi Sumber Emisi .......................................................................19 Waktu Keberadaan Sumber Emisi ..................................................19 KARAKTERISASI EMISI ............................................................................21 Jenis dan Jumlah Polutan ................................................................. 21 Boks: Faktor Emisi ...................................................................22 Pola Pemunculan Emisi ..................................................................... 24 MENSELEKSI POLUTAN PENTING ........................................................26 Kriteria Batas Polutan Penting ........................................................ 26 Faktor Kekhawatiran Masyarakat ...................................................27 Proses prakiraan dampak hanya dapat dilakukan setelah kita mengenali karakteristik emisi polutan dari rencana kegiatan kita dengan baik. Cer- mati dokumen perencanaan yang ada berikut denahnya. Dari situ, kita dapat mengidentifikasi berbagai sumber emisi yang akan ada. Dapatkan seluruh jenis polutan yang akan diemisikan, sebelum kita mengestimasi jumlah-jumlahnya. Langkah terakhir dari tahap ini adalah pemilihan po- lutan-polutan penting yang nantinya akan diprakirakan sebarannya. 15
  • 25. Sumber emisi adalah komponen-komponen atau bagian-bagian dari suatu rencana kegiatan yang nanti- nya akan mengemisikan polutan ke udara ambien. Untuk prakiraan dampak kualitas udara yang komprehensif, kita perlu mengidentifikasi seluruh sumber emisi yang akan ada di dalam rencana kegiatan. Tahapan identifikasi sum- ber emisi ini sebaiknya dilakukan pada tahap penentuan dampak potensial di awal proses pelingkupan. Identifikasi sumber emisi dapat dilakukan dengan mem- pelajari dokumen rancangan teknis dan jadwal pelaksa- naannya. Adanya denah (layout) rencana kegiatan dapat mempermudah pengidentifikasian komponen-kom- ponen kegiatan sumber emisi. Selain itu, sumber emisi dapat juga diidentifikasi dengan mempelajari kegiatan lain yang sejenis dengan rencana kegiatan kita. Informasi dari suatu sumber emisi perlu juga dileng- kapi dengan keterangan mengenai lokasi, dimensi, dan waktu keberadaan dari sumber emisi tersebut. Informasi- IDENTIFIKASI SUMBER EMISI Suatu rencana kegiatan dapat saja memiliki lebih dari satu sumber emisi (multiple sources). Operasi kegiatan pertambangan, misalnya, memiliki beberapa aktivitas sumber emisi. Contohnya, komponen kegiatan peledakan guna menyingkirkan lapisan tanah permukaan, komponen kegiatan pengangkutan batuan (ore) dengan menggunakan alat berat dan truk pengangkut, komponen kegiatan penggerusan batuan, dan komponen kegiatan ekstraksi mineral dari batuan tersebut. Foto:KoleksiQipra 16 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
  • 26. informasi tersebut nantinya sangat dibutuhkan dalam pemodelan penyebaran polutan. JENIS SUMBER EMISI Banyak jenis komponen kegiatan yang dapat menjadi sumber emisi. Baik itu komponen-komponen kegiatan dalam tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, mau- pun pasca-operasi. Beberapa komponen kegiatan yang seringkali menjadi sumber emisi dari suatu rencana ke- giatan dapat dilihat pada tabel di halaman berikutnya. Suatu rencana kegiatan mungkin saja memiliki sumber emisi bergerak (mobile source) dan sumber emisi tidak- bergerak (stationary source). Dengan pola pengelom- pokan yang lain, sumber-sumber emisi dari suatu ren- cana kegiatan dapat saja terdiri dari sumber titik (point source), sumber ruang (volume source), sumber area (area source), dan sumber garis (line source). Salah satu contoh sumber titik yang banyak terdapat dalam suatu rencana kegiatan adalah cerobong (stack). Banyak komponen kegiatan mengeluarkan emisi yang tergolong sebagai emisi liar (fugitive emission). Disebut demikian karena polutan-polutan akan langsung terlepas ke udara tanpa melalui sistem penangkapan polutan dan pelepasan terkendali di suatu titik, seperti cerobong atau ventilasi udara. Beberapa contoh emisi liar adalah emisi polutan dari aktivitas konstruksi, tangki penyimpanan cairan (storage tanks) terbuka, timbunan bahan baku (stockpile) terbuka, lokasi penurunan dan pemuatan ba- rang (loading area), pelapisan aspal, instalasi pengolahan air limbah, menara pendingin (cooling towers), kebocoran alat, lahan terbuka yang tererosi oleh angin (open area wind erosion), dan sebagainya. Keberadaan perangkat pengendali polusi udara di suatu sumber emisi juga sebaiknya diinformasikan ka- rena nantinya sangat mempengaruhi perhitungan esti- masi jumlah polutan. Saat ini umumnya cerobong sudah direncanakan lengkap dengan perangkat pengendali polusi udara. Perangkat tersebut bertugas untuk me- ngurangi jumlah emisi polutan sampai ke tingkat kualitas yang diinginkan. LOKASI SUMBER EMISI Lokasi sumber emisi, khususnya sumber titik, dapat di- nyatakan dalam sistem koordinat Cartesian. Untuk sumber wilayah dan sumber garis, kita perlu menyebut- kan koordinat dari bagian sumber emisi yang letaknya paling dekat dengan suatu obyek penerima dampak. Koordinat titik terdekat itu nantinya digunakan dalam perhitungan jarak dengan obyek penerima dampak. Dalam rencana pengembangan jalan raya, sumber emisi penting di tahap operasi adalah kendaraan-kendaraan bermotor yang melintasi jalan tersebut. Sumber emisi ini dapat digolongkan sebagai sumber emisi bergerak, sekaligus juga sumber garis. Foto:TaufikIsmail 17 Mempelajari Karakteristik Emisi
  • 27. 18 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
  • 28. Elevasi sumber emisi menunjukkan jarak vertikal (atau bedatinggi)antarasumberemisi,khususnyatitiklepasan- nya, dengan suatu bidang acuan atau elevasi + 0,0 meter. Sebagai bidang acuan dapat digunakan elevasi permu- kaan tanah atau elevasi muka-laut. Informasi mengenai elevasi sumber emisi sangat perlu diperhatikan terutama jika beda tingginya dengan penerima dampak dianggap siginifikan. Misalnya, sumber emisi ada di puncak bukit sementara penerima dampak ada di kaki bukit. Atau, mi- salnya sumber emisi merupakan cerobong yang tinggi- nya mencapai puluhan meter. DIMENSI SUMBER EMISI Dimensi sumber emisi perlu diketahui untuk kepenti- ngan berbagai hal. Jika sumber emisi merupakan suatu cerobong, informasi dimensi sumber dibutuhkan antara lain untuk menghitung tinggi kepulan (plume rise). Jika sumber emisi merupakan sumber wilayah atau sumber ruang, informasi tentang dimensi sumber emisi dibutuh- kan untuk menghitung jumlah emisi. Informasi dimensi yang dibutuhkan antara lain adalah: Untuk cerobong: tinggi, diameter lubang dasar dan lubang atas (bagian lepasan). Untuk sumber wilayah: luas wilayah tersebut. Untuk sumber garis: panjang dan lebar ruas jalan. Ada baiknya informasi tentang dimensi sumber emisi di- sampaikan bersama diagram teknisnya. WAKTUKEBERADAAN SUMBER EMISI Informasi mengenai kapan suatu sumber emisi kira-kira akan dilaksanakan, dibangun, atau dioperasikan sangat berguna nantinya saat kita ingin menentukan batas wak- tu kajian (lihat bahasan terkait di Bagian 4 dari buku ini). Waktu keberadaan sumber emisi sebaiknya disampaikan sespesifik mungkin, misalnya menyebutkan bulan dan ta- hun dari rencana keberadaannya. Jadi, tidak hanya seke- dar menyebutkan bahwa sumber emisi akan ada di tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca-operasi. Waktu keberadaan dari tiap-tiap sumber emisi dapat di- peroleh dari jadwal pelaksanaan rencana kegiatan kita. Dari jadwal tersebut, kita juga dapat mengetahui durasi dari kelangsungan komponen kegiatan sumber emisi. Perlu diingat bahwa mungkin saja beberapa sumber emi- si akan dilaksanakan dalam rentang waktu yang sama. Posisi sumber emisi sebaiknya dinya- takan dalam koordinat 3 dimensi X, Y, Z. Ada baiknya nilai X dan Y menggu- nakan acuan sistem koordinat univer- sal, seperti UTM (Universal Transverse Mercator). Untuk nilai sumbu Z, kita bisa menggunakan elevasi muka-laut sebagai acuan. Dalam banyak kasus, posisi sumber emisi seringkali diang- gap sebagai titik acuan dan diberikan kordinat lokal 0,0. Demikian pula da- lam sistem kordinat relatif yang diper- hitungkan berdasarkan arah mata angin. Info Grafis: Koleksi Qipra 19 Mempelajari Karakteristik Emisi
  • 29. Jika waktu keberadaannya bersamaan, ada kemungkin- an emisi dari sumber-sumber itu nantinya perlu diaku- mulasikan. Informasi waktu keberadaan sumber emisi dan informasi waktu pemunculan emisi (lihat bahasan mengenai Pola Pemunculan Emisi) diperlukan untuk memastikan apakah sumber-sumber emisi yang ada di suatu rencana kegiatan dapat dianggap sebagai sumber majemuk (multiple sources). Hasil identifikasi sumber emisi cerobong harus mencakup lokasi dan elevasi dasar cerobong, tinggi cerobong, diameter cerobong, dan keberadaan perangkat pengendali polusi udara. Kapan cero- bong itu mulai dioperasikan juga merupakan salah satu informasi yang perlu kita ketahui. Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah merupakan salah satu contoh dari sumber ruang (volume source), khususnya jika TPA tersebut memiliki timbun- an yang tinggi. Hasil dari identifikasi sumber emisi harus menyebutkan bentuk, luas, tinggi, atau volume dari TPA tersebut. Emisi TPA merupakan salah satu contoh emisi fugitive atau emisi polutan yang tidak terkendali melalui cero- bong atau sistem ventilasi udara. Foto:Sulaiman 20 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
  • 30. KARAKTERISASI EMISI Karakteristik emisi ditunjukkan oleh jenis dan jumlah po- lutan yang dikandungnya, selain juga pola pemunculan emisinya. Berikut ini adalah uraian mengenai karakteristik emisi dan cara-cara untuk mengestimasinya. JENIS DAN JUMLAH POLUTAN Seluruh jenis polutan yang dikeluarkan dari tiap sumber emisi harus diidentifikasi dan diestimasi jumlahnya. Infor- masi mengenai jenis dan jumlah polutan seringkali sudah tersedia di dokumen rancangan teknis dari rencana ke- giatan bersangkutan. Namun demikian, jika informasi itu belum tersedia, ada beberapa cara yang dapat kita gu- nakan untuk memprakirakannya. Beberapa di antaranya diuraikan berikut ini. Estimasi dari Informasi Sumber Sejenis Data hasil pemantauan dari sumber emisi sejenis dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam mempra- kirakan jenis dan jumlah polutan dari suatu sumber emisi. Sebelum menggunakan cara ini, kita tentu ha- rus memastikan dulu bahwa sumber emisi sejenis itu memiliki rincian proses dan bahan baku yang serupa dengan sumber emisi kita. Beda skala kegiatan juga harus diperhatikan guna menghindari perhitungan yang tidak tepat (underestimation atau overestima- tion). Estimasi dengan Faktor Emisi Cara ini tergolong praktis sehingga sering sekali di- gunakan. Nilai Faktor Emisi (lihat boks untuk uraian lebih lengkap mengenai Faktor Emisi) dari berbagai sumber emisi saat ini mudah dijumpai di berbagai referensi. Salah satu referensi yang paling populer adalah AP 42 Compilation of Air Pollutant Emis- sion Factors (Fifth Edition) yang diterbitkan USEPA (the United States Environmental Protection Agency). Beberapa di antaranya adalah sumber-sumber emisi dari kegiatan pembuangan sampah, kegiatan sektor perminyakan, kegiatan industri kimia, industri per- kayuan, makanan dan minuman, industri perkayuan, Jumlah polutan umumnya dinyatakan sebagai laju emisi (emission rate) yang menunjukkan berat polutan yang diemisikan dalam satu unit waktu. Misalnya, laju emisi SO2 dari suatu pembangkit listrik tenaga uap besarnya adalah 40 ton/tahun. Foto:HeriWibowo 21 Mempelajari Karakteristik Emisi
  • 31. Nilai Faktor Emisi banyak digunakan sebagai dasar perhitungan laju emisi dengan menggunakan rumus berikut: Q = EF x A x (1 – ER/100) Dimana, Q (emission rate atau laju emisi) adalah jumlah polutan yang diemisikan per satuan waktu; EF (emission factor) atau faktor emisi; A (rate of activity) adalah intensitas kegiatan per satuan waktu; dan ER (emission reduction efficiency, dalam %) adalah efisiensi pengurangan polutan dari sistem pengendali emisi yang digunakan. Ilustrasi berikut menunjukkan penggunaan Faktor Emisi untuk menghitung besaran emisi. Kegiatan konstruksi apartemen menggunakan genset 35 kW yang digunakan 10 jam per hari. Genset ini menggunakan bensin tanpa timbal. Dengan ang- ka rata-rata konsumsi bensin 315 g/kWH, maka genset itu diperkirakan akan membutuhkan 13,5 liter/jam. Jika genset dioperasikan selama 40 hari, maka emisi genset itu diprakirakan akan memiliki karakteristik sebagai berikut. - Intensitas kegiatan (A) = (35 kW) x (10 jam/hari) x (40 hari) = 14.000 kW-jam atau 14.000 kWH - Efisiensi pengurangan polutan (ER) = 0 % - Untuk PM10 , dengan faktor emisi (EF) = 4,38 x 10-4 kg PM10 /kWH, maka Q = (4,38 x 10-4 kg PM10 /kWH) x 14.000 kWH = 6,132 kg PM10 Tabel di samping menunjukkan hasil lengkap prakiraan laju emisi Genset ter- masuk polutan-polutan lain. Faktor Emisi (emission factor) menunjukkan perkiraan jumlah polutan yang akan diemisikan oleh tiap unit komponen kegiatan dari suatu sumber emisi. Nilai Faktor Emisi ditampilkan dalam satuan berat polutan per unit berat, volume, jarak, atau durasi dari komponen kegiatan yang mengemisikan polutan tersebut. Beberapa contoh nilai Faktor Emisi berikut satuannya dapat dilihat pada tabel berikut. Faktor Emisi Boks 22 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
  • 32. industri logam, dan kendaraan bermotor. Kelemahan dari perhitungan cara ini adalah akurasi nilai Faktor Emisi-nya sendiri. Tidak semua nilai sudah diuji den- gan menggunakan metode uji yang sahih. Beberapa referensi faktor emisi juga sudah tersedia untuk emisi liar. Salah satunya adalah buku Fugitive Emission di Area Kegiatan Industri (2005) yang dike- luarkan oleh KLH. Estimasi dengan Baku Mutu Emisi Baku mutu emisi (BME) menunjukkan konsentrasi maksimal dari beberapa polutan penting yang boleh diemisikan oleh suatu kegiatan. Penggunaan BME untuk mengestimasi jumlah polutan hanya dapat di- gunakan jika kita yakin bahwa emisi rencana kegiatan nantinya tidak akan melampaui nilai BME-nya. Jum- lah emisi polutan dihitung dengan mengalikan nilai BME dari suatu polutan (CBME ) dengan debit emisi (qvol atau volumetric emission flowrate) sebagaimana terli- hat dari persamaan berikut : Q = CBME x qvol Kelemahannya, cara ini hanya dapat digunakan untuk jenis-jenis polutan yang tercantum di BME, seperti Amoniak (NH3 ), Sulfur-Dioksida (SO2 ), Nitrogen-Diok- sida (NO2 ), dan Partikulat. Estimasi dengan Keseimbangan-Massa Secara ilmiah, cara ini sangat dapat dipertanggung- jawabkan. Walau demikian, cara ini membutuhkan informasi yang sangat lengkap tentang bahan baku dan produk yang terlibat dalam proses dari suatu rencana kegiatan. Pendekatan keseimbangan-masa ini tepat untuk digunakan jika sebagian besar bahan baku akan terbuang nantinya sebagai polutan udara. Sebaliknya, pendekatan ini tidak tepat untuk diguna- kan jika kita tahu bahwa sebagian besar bahan baku akan habis terkonsumsi atau bereaksi dengan senya- wa kimia lain. Perlu juga diwaspadai bahwa cara ini bisa saja menghasilkan nilai estimasi emisi yang kon- sentrasinya ternyata melebihi BME. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak (KEP- 13/MENLH/3/1995) menyediakan BME yang dikhususkan untuk industri besi dan baja, indus- tri pulp dan kertas, pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batubara, dan industri se- men. Selain itu, Kepmen ini juga menyediakan BME untuk jenis kegiatan lainnya. Untuk sumber bergerak, KLH menyediakan BME-nya dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang ambang batas emisi gas buang ken- daraan bermotor (KEP-35/MENLH/10/1993). 23 Mempelajari Karakteristik Emisi
  • 33. Estimasi dengan Software Khusus Banyak perangkat lunak (software) saat ini tersedia untuk membantu kita dalam mengestimasi laju emisi dari berbagai jenis sumber. Beberapa di antaranya adalah 1) WATER9 untuk estimasi jumlah polutan dari sistem jaringan, tangki penyimpanan, dan ins- talasi pengolahan air limbah, 2) LandfillGEM (the Landfill Gas Emissions Model), untuk estimasi jumlah metana, karbondioksida, dan senyawa organik lain- nya yang diemisikan suatu TPA (landfill) sampah, 3) TANKS untuk estimasi jumlah volatile organic com- pound (VOC) dan polutan udara bahan beracun dan berbahaya (B3) dari tangki penyimpanannya. Web- site USEPA memberikan kesempatan bagi kita untuk men-download beberapa software secara gratis. Perlu diingat bahwa tiap rencana kegiatan umumnya memiliki laju emisi yang berfluktuasi. Untuk kepentingan prakiraan dampak kajian ANDAL, ada baiknya kita meng- gunakan jumlah polutan yang maksimal (QMAX ). Khusus- nya jika kita ingin melakukan prakiraan dampak untuk skenario kejadian terburuk (lihat bahasan mengenai Ske- nario Prakiraan di Bagian 3). Penggunaan jumlah polu- tan dalam kondisi minimal dapat memberikan kita hasil prakiraan yang mungkin menyesatkan. Juga perlu diingat bahwa prakiraan dampak akan dilaku- kan guna mendapatkan nilai konsentrasi di waktu rata- rata (averaging times) tertentu. Untuk itu, nilai jumlah po- lutan yang digunakan juga harus merupakan nilai untuk waktu rata-rata yang sama. POLA PEMUNCULAN EMISI Pola pemunculan emisi akan sangat berpengaruh ter- hadap pola penyebaran polutan dan dampak yang di- timbulkannya. Pola pemunculan emisi ditunjukkan oleh waktu, durasi, dan kontinuitas pemunculan emisi. Untuk sumber cerobong, informasi tentang kecepatan, debit, dan temperatur emisi juga dapat dianggap sebagai bagian dari pola pemunculan emisi. Waktu pemunculan emisi sangat mempengaruhi pola penyebaran polutan. Polutan yang diemisikan di malam hari umumnya akan tersebar lebih jauh dibandingkan polutan yang diemisikan di siang hari. Munculnya emisi hampir selalu mengikuti waktu keberadaan sumber emisi. Emisi akan muncul umumnya tidak lama setelah Emisikendaraanmotorhanyaakankeluardisaatmesinmotor hidup. Saat mesin motor mati, tidak lama kemudian biasanya emisi knalpot juga terhenti. Polutan penting dalam emisi mo- tor,sebagaimanaemisikendaraanbermotoryangmengguna- kan bahan bakar bensin lainnya, terdiri dari CO, HC, dan NOx . Foto:TaufikIsmail 24 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
  • 34. dimulainya suatu kegiatan sumber emisi. Saat kegiatan itu dihentikan, tidak lama kemudian biasanya emisi juga terhenti. Informasi mengenai waktu pemunculan emisi juga sa- ngat dibutuhkan dalam memastikan apakah sumber- sumber emisi yang ada di suatu rencana kegiatan dapat dianggap sebagai sumber majemuk (multiple sources). Durasi pemunculan emisi akan mempengaruhi jumlah polutan yang diemisikan. Semakin lama durasi emisi, semakin banyak juga polutan yang diemisikan. Durasi pemunculan emisi juga hampir selalu mengikuti durasi keberadaan sumber emisi. Informasi ini juga dibutuhkan sebagai salah satu bahan pertimbangan saat kita melaku- kan penilaian sifat penting dari suatu dugaan dampak. Kontinuitas pemunculan emisi akan mempengaruhi pola penyebaran dari polutan yang diemisikan. Sebagai contoh, emisi CO dari sumber lalu-lintas jalan raya akan memiliki pola penyebaran yang berbeda dengan emisi CO dari sumber pabrik yang beroperasi secara kontinu. Kontinuitas pemunculan emisi tentunya juga mempe- ngaruhi potensi dampak yang dapat ditimbulkannya. Emisi polutan yang tidak kontinyu seringkali dianggap memiliki potensi dampak yang lebih kecil dibandingkan emisi polutan yang kontinu. Kecepatan lepasan emisi (stack exit velocity) menun- jukkan cepat atau lambatnya emisi polutan keluar dari sumbernya. Informasi kecepatan lepasan emisi lebih ba- nyak dibutuhkan dalam prakiraan dampak dari sumber cerobong. Khususnya untuk menghitung tinggi kepulan (plume rise) emisi yang dikeluarkan dari suatu cerobong. Debit emisi (volumetric emission flowrate) menunjukkan volume emisi yang dikeluarkan per satuan waktu. Untuk suatu cerobong, debit emisi merupakan hasil perkalian antara kecepatan lepasan emisi dengan luas penampang cerobong. Suhu lepasan emisi (exit temperature) menunjukkan suhu dari aliran emisi saat meninggalkan sumbernya. Tingginya suhu lepasan emisi, sama halnya dengan ke- cepatan lepasan emisi, akan mempengaruhi tinggi kepu- lan emisi dari suatu cerobong. Dalam penggunaannya, suhu emisi lebih banyak dinyatakan dalam derajat Kel- vin (0 K). Emisi dari suatu TPA akan terus ada walau operasinya sudah dihentikan. Durasi pemunculan emisi gas metana dan karbondioksida bisa mencapai waktu 30 tahun setelah TPA itu berhenti beroperasi. Ilustrasi:Zarchoney&Toppeaks 25 Mempelajari Karakteristik Emisi
  • 35. Pertama-tama, perlu disadari bahwa tidak semua polu- tan yang akan diemisikan dapat menimbulkan dampak penting. Jika lajunya kecil atau durasi pemunculannya singkat, suatu emisi polutan kemungkinan besar tidak akan terlalu mempengaruhi kualitas udara ambien sam- pai ke tingkatan yang signifikan. Atau, kecil kemungkin- an emisi polutan tersebut akan menyebabkan kualitas udara melampaui BMUA. Untuk alasan efisiensi, prakiraan dampak dari polutan yang jumlahnya sedikit tidak selalu perlu dilakukan. Lebih baik kita memusatkan perhatian pada prakiraan dampak dari polutan-polutan yang jum- lahnya besar saja. Kita dapat menyebut polutan yang perlu diprakirakan dampaknya sebagai polutan penting. Ada beberapa cara yang dapat dipertimbangkan sebagai dasar penyeleksian polutan penting ini. Salah satunya adalah dengan membandingkan nilai konsentrasi maksi- mal (ΔCMAX ) dari sebaran polutan dengan nilai Tambahan Polutan Maksimal (TPM, lihat bahasan terkait di Bagian 3) untuk tiap-tiap polutan yang diemisikan. Perangkat lu- nak SCREEN3 (lihat bahasan mengenai Pilihan Software Dispersi Polutan di Bagian 5). dapat digunakan untuk mempermudah perolehan nilai ΔCMAX tersebut. Cara lain- nya adalah dengan menggunakan Kriteria Batas Polu- tan Penting (KBPP) sebagaimana akan dibahas berikut ini. Dasar-dasar pertimbangan dalam penyeleksian po- lutan penting perlu disampaikan kepada Komisi Penilai AMDAL untuk disepakati. KRITERIA BATAS POLUTAN PENTING Seleksi polutan penting akan lebih mudah jika kita me- miliki Kriteria Batas Polutan Penting (KBPP) yang menye- butkan jumlah minimal emisi polutan-polutan yang perlu diprakirakan dampaknya dalam ANDAL. Jika kita menge- misikan suatu polutan dalam jumlah melebihi nilai KBPP, maka kita harus melakukan prakiraan dampak untuk po- lutan tersebut. KLH atau intansi-instansi lingkungan di daerah belum mengeluarkan kriteria batas polutan penting ini. Walau demikian ada beberapa contoh kriteria batas polutan penting yang dapat digunakan sebagai pembanding. Salah satunya adalah Criteria of Significant Pollutant Emis- sionIncreasesRequiringImpactAssessment yang dikeluar- kanolehNewJerseyDepartmentofEnvironmentalProtec- tion (lihat tabel di halaman berikut). Kriteria Batas Polutan Penting sebaiknya didiskusikan dengan pemerintah-pemerintah kota dan kabupaten di Indonesia. Besarnya nilai kriteria untuk tiap daerah seha- rusnya berbeda-beda tergantung status mutu udara am- bien dari tiap daerah. MENSELEKSI POLUTAN PENTING Tidak semua polutan yang akan diemisikan perlu diprakirakan dampaknya,khususnya,polutanyanglajuemisinyasangatsedikit. Dalam panduan prosedur prakiraan dampak kualitas udara di be- berapa negara lain, tahap ini disebut sebagai screening. Dalam tatalaksana pengerjaan AMDAL, tahapan seleksi polutan penting ini dapat diberlakukan sebagai bagian dari penentuan dampak penting hipotetik dalam proses pelingkupan. 26 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
  • 36. FAKTOR KEKHAWATIRAN MASYARAKAT Ada beberapa faktor lain yang perlu kita pertimbang- kan sebelum kita benar-benar mengabaikan prakiraan dampak dari polutan-polutan yang jumlahnya sedikit. Salah satunya adalah faktor persepsi atau kekhawatiran masyarakatsekitar. SesuaiaturanmengenaiKeterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL (Kepka Bapedal No. 08 Tahun 2000), tatalaksana AMDAL memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menyampaikan masukan kepada pemrakarsa. Mungkin saja salah satu masukannya menyangkut kekhawatiran terhadap keberadaan dan sebaran dari suatu jenis polu- tan. Walaupun jumlahnya sedikit, ada baiknya kita me- nanggapi kekhawatiran itu dan kemudian melakukan prakiraan dampak dari polutan itu. Hasilnya mungkin saja dapat digunakan untuk meyakinkan masyarakat sekitar bahwa dampak yang mereka khawatirkan tidak akan per- nah ada. Keterangan: a. Bila tinggi cerobong/keluaran kurang dari 20 meter. b. Bila tinggi cerobong/keluaran lebih besar atau sama dengan 20 meter. Kekhawatiran masyarakat terhadap emisi dioksin dari suatu insinerator selalu saja ada. Walau jumlahnya kecil, kita tetap perlu melakukan prakiraan penyebaran polutan itu. Hasilnya diharapkan dapat lebih meyakinkan masyarakat tentang besar-kecilnya dampak emisi dioksin di tempat mereka bermukim. Foto:KoleksiQipra 27 Mempelajari Karakteristik Emisi
  • 38. MELENGKAPI LINGKUP PRAKIRAAN DAMPAK 3MEMBATASI WILAYAH STUDI ................................................................30 Tinjauan Kondisi Geografis ...............................................................30 Acuan Nilai Tambahan Polutan Maksimal ...................................30 IDENTIFIKASI OBJEK PENERIMA DAMPAK ........................................32 Sumber Informasi .................................................................................32 Lokasi Objek Penerima Dampak .....................................................33 Informasi Pelengkap ............................................................................36 MENGARAHKAN PRAKIRAAN DAMPAK ............................................37 Waktu Kajian ...........................................................................................37 Skenario Prakiraan Dampak ..............................................................37 Kriteria Penilaian Sifat Penting .........................................................38 Dari tahap sebelumnya, kita sudah mendapatkan informasi mengenai karakteristik emisi yang ada dalam suatu rencana kegiatan. Di tahap ini, proses pelingkupan prakiraan dampak kualitas udara akan dilengkapi. Langkahnya, pertama, wilayah studi perlu ditentukan. Kedua, objek-ob- jek penerima dampak di dalamnya diidentifikasi. Dengan ditentukannya waktu kajian, skenario prakiraan, dan juga kriteria penilaian sifat penting dampak, proses pelingkupan dapat dianggap selesai. 29
  • 39. Prakiraan dampak kualitas udara dilakukan untuk meng- konfirmasi berbagai dampak penting hipotetik yang mungkin terjadi di dalam wilayah studi. Khusus untuk permasalahan dampak kualitas udara, batas wilayah stu- di merupakan batas terjauh dari suatu area yang kualitas udara ambiennya masih mungkin terpengaruh secara signifikan oleh sebaran polutan. Perlu diingat bahwa di tahap pelingkupan, wilayah studi didefinisikan dengan menggunakan data yang terbatas. Perhitungannya dilakukan dengan sangat konservatif guna memaksimalkan luas wilayah studi. Dengan demiki- an, wilayah studi tidak dapat langsung diartikan sebagai wilayah sebaran dampak. Baru dalam kajian ANDAL, di- mana data aktual sudah tersedia, kita dapat mendefinisi- kan wilayah sebaran dampak yang lebih akurat. Batas wilayah studi prakiraan dampak kualitas udara da- pat ditentukan dengan beberapa cara. Dua di antaranya adalah dengan 1) meninjau kondisi geografis dari wilayah di sekitar sumber emisi dan 2) menggunakan acuan nilai Tambahan Polutan Maksimal (TPM). Berikut ini adalah uraian dari kedua cara tersebut. TINJAUAN KONDISI GEOGRAFIS Keberadaan perbukitan, pegunungan, hutan, dan laut dapat mempengaruhi arah dan laju sebaran polutan. Dalam kondisi meteorologis tertentu keberadaan objek- objek geografis tersebut dapat memerangkap polutan sehingga tidak tersebar lebih jauh lagi. Pembatasan wilayah studi berdasarkan keberadaan objek-objek geografis ini layak digunakan jika memang objek-objek geografis pembatas berada tidak jauh dari sumber emisi. Misalnya, dalam jarak kurang dari 10 km. ACUAN NILAI TAMBAHAN POLUTAN MAKSIMAL Adanya tambahan polutan (pollutant increase) di suatu lokasi dapat menyebabkan konsentrasi ambien polu- tan itu melebihi nilai baku mutu udara ambien (BMUA). Jumlah tambahan maksimal bagi suatu polutan agar nilai BMUA tidak terlampaui disebut nilai Tambahan Polutan Maksimal (TPM atau maximum pollutant increase). Ba- tas wilayah studi yang ditentukan berdasarkan nilai TPM merupakan suatu lingkaran yang 1) titik pusatnya adalah sumber emisi dan 2) radiusnya merupakan jarak sebaran polutan terjauh yang konsentrasinya menyamai nilai TPM. Besar-kecilnya nilai TPM di suatu wilayah seharusnya di- tentukan oleh pemerintah daerah setelah mempertim- bangkan kualitas udara ambien di wilayah itu. Jika kon- MEMBATASI WILAYAH STUDI Nilai Tambahan Polutan Maksimal (TPM) untuk suatu polutan di suatu wilayah ditentukan dengan mem- pertimbangkan selisih antara konsentrasi ambien po- lutan saat ini (CO ) di wilayah tersebut dengan nilai ba- tas konsentrasi maksimalnya, misalnya sebagaimana diatur di Baku Mutu Udara Ambien (CBMUA ). 30 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
  • 40. sentrasi ambien polutan di suatu wilayah sudah tinggi (mendekati nilai BMUA) maka nilai TPM untuk polutan itu seharusnya rendah. Sebaliknya, jika konsentrasi ambien polutan di suatu wilayah masih rendah (jauh di bawah nilai BMUA) maka nilai TPM-nya dapat saja lebih besar. Oleh karena pemerintah daerah umumnya belum memi- liki nilai TPM untuk daerahnya, maka Pemrakarsa bisa saja mengusulkan besaran nilai TPM tersebut. Tentunya setelah mempertimbangkan data dari konsentrasi am- bien polutan penting di sekitar tapak rencana kegiatan- nya. Usulan nilai TPM perlu disetujui terlebih dahulu oleh Komisi Penilai AMDAL sebelum digunakan dalam penen- tuan batas wilayah studi. Jika data konsentrasi ambien polutan belum ada maka Pemrakarsa dapat saja mengusulkan nilai TPM yang be- sarnya proporsional terhadap nilai BMUA untuk suatu po- lutan. Sebagai contoh, nilai TPM sama dengan 20% dari nilai BMUA. Jadi, jika nilai BMUA CO (1 jam) 6000 μg/Nm3 maka nilaiTPM CO adalah 1200 μg/Nm3 (1 jam). Di negara lain, khususnya untuk daerah yang kualitas udaranya sa- ngat dilindungi, nilai TPM dapat mencapai seperduapu- luh (5%) dari nilai BMUA. Simulasi untuk menentukan jarak, setelah nilai TPM di- sepakati, dapat dilakukan secara manual maupun de- ngan berbagi permodelan seperti model dispersi Gauss dan model kotak (box model) tergantung pada jenis sumber emisi (titik, garis atau area), ketersediaan data meteorologi dan sumber emisi. Program ini dapat digu- nakan apabila data yang digunakan sebagai input (teru- tama data karakteristik emisi dan sumber serta data me- teorologi) tersedia dengan lengkap. Program komputer SCREEN3 banyak digunakan untuk kepentingan ini (lihat bahasan terkait di Bagian 5). Sebagaimana nanti akan dibahas lebih lanjut, program SCREEN3 merupakan salah satu program yang sangat praktis. Dengan mengasumsi- kan kondisi udara sangat stabil (kelas stabilitas atmosfer F), kita dapat memperoleh jarak terjauh yang cenderung konservatif sehingga aman untuk digunakan sebagai ja- rak batas TPM . Titik TPM terjauh didapat setelah kita melakukan simu- lasi sebaran dari polutan penting yang memiliki laju emisi terbesar. Simulasi dilakukan berdasarkan asumsi kondisi terburuk (worst case). Artinya, simulasi dilaku- kan untuk kondisi atmosfer stabil (kelas stabilitas F) dengan menggunakan kecepatan angin tertinggi yang dijumpai. Wilayah studi kemudian dibuat dengan mem- buat lingkaran dimana lokasi sumber emisi merupakan titik pusatnya dan jarak titik TPM terjauh merupakan radiusnya. 31 Melengkapi Lingkup Prakiraan Dampak
  • 41. Setelah batasan wilayah studi diperoleh, kita dapat me- mulai identifikasi objek-objek di dalam wilayah tersebut yang kemungkinan dapat menerima dampak lanjut- an dari berubahnya kualitas udara. Objek penerima dampak tersebut dapat merupakan objek biotik mau- pun objek abiotik. Dalam literatur asing, objek penerima dampak perubahan kualitas udara sering disebut sebagai Air Sensitive Receptor (ASR). Guna mengarahkan proses identifikasinya, kita perlu mengetahui berbagai jenis dampak lanjutan yang dapat ditimbulkan oleh polutan-polutan udara. Banyak refe- rensi tersedia mengenai dampak lanjutan yang mungkin ditimbulkan oleh tiap jenis polutan. Penyebutan objek-objek penerima dampak dengan rinci, terutama untuk prakiraan dampak Tingkat 3, akan sangat membantu. Contoh, pe- nyebutan nama bangunan atau jenis tanaman yang berpotensi terke- na dampak. Dengan adanya rincian informasi tersebut, data rona lingkungan awal yang kita bu- tuhkan nantinya hanya data yang terkait dengan rincian objek itu saja. Satu sumber emisi sangat mungkin akan berpengaruh terhadap beberapa objek penerima dampak sekaligus. Tidak hanya mempengaruhi objek sejenis tetapi juga ob- jek yang berbeda. Misalnya, emisi pabrik semen kemung- kinan besar dapat mempengaruhi manusia, tanaman, dan bangunan yang berada di sekitarnya. Prakiraan dampak kualitas udara juga seringkali dilaku- kan untuk waktu prakiraan yang jauh ke depan. Misalnya, untuk waktu 5 tahun dari sekarang di saat suatu pabrik kertas baru mulai dapat dioperasikan. Objek-objek yang ada 5 tahun mendatang mungkin sekali berbeda dengan objek-objek yang ada saat ini. Mungkin saja nantinya akan ada kawasan permukiman baru atau rumah sakit baru di dekat rencana kegiatan kita. SUMBER INFORMASI Objek-objek penerima dampak dapat teridentifikasi dengan mengamati peta-peta wilayah yang mencakup wilayah studi kita. Salah satunya adalah peta tataguna lahan yang menunjukkan keberadaan kawasan pemuki- IDENTIFIKASI OBJEK PENERIMA DAMPAK Candi dan bangunan kuno lainnya merupakan salah satu jenis objek penerima dampak yang perlu dicermati. Contoh objek-objek pene- rima dampak lainnya kawasan pemukiman, lahan budidaya (per- tanian, perkebunan, peternakan), industri, hotel atau tempat pengi- napan lainnya, obyek wisata, sarana pendidikan, perpustakaan, perkantoran, pertokoan, sarana olahraga, sarana budaya, rumah sakit, bandar udara, sarana ibadah, tumbuhan dan hewan langka. Foto: Winarko Hadi 32 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
  • 42. man, perkebunan, persawahan, kawasan industri, ban- dara, pelabuhan laut, tempat wisata, dan lain-lainnya. Biasanya peta berskala 1:10.000 sudah cukup dapat di- andalkan. Sumber informasi lain yang cukup baik adalah laporan status kondisi wilayah yang dibuat oleh kantor kelurahan atau kecamatan setempat. Laporan-laporan demikian bi- asanya bersifat tahunan. Informasi yang ada di dalamnya cukup lengkap. Selain data demografi, informasi geogra- fis dan lingkungan biasanya juga tersedia. Ada baiknya, dalam proses konsultasi masyarakat di ta- happelingkupanini,kitajugamenanyakankemasyarakat sekitar tentang keberadaan suatu jenis objek yang dikha- watirkan dapat terpengaruh oleh sebaran emisi nantinya. Masyarakat setempat merupakan sumber informasi yang dapat diandalkan. Mereka biasanya memiliki pengeta- huan lebih akurat tentang keberadaan objek-objek di sekitar tempat tinggalnya. Keberadaan rencana objek-objek baru di masa datang dapat diperoleh dari instansi perencanaan pembangun- an atau penanaman modal di suatu daerah. Dokumen rencana perkembangan wilayah dan peta rencana umum tataruang juga dapat membantu. LOKASI OBJEK PENERIMA DAMPAK Objek-objek penerima dampak yang teridentifikasi perlu dilengkapi dengan informasi mengenai lokasi dan ele- vasinya. Sama halnya dengan lokasi sumber emisi, lokasi objek penerima dampak dapat dinyatakan dalam sistem koordinat Cartesian. Kesamaan sistem koordinat antara lokasi sumber emisi dan objek penerima dampak akan mempermudah kita saat ingin menghitung jarak antara objek tersebut dengan sumber emisinya. Lokasi objek juga dapat dinyatakan dalam sistem grid jika objek tersebut merupakan objek wilayah seperti lahan perta- nian, danau, atau kawasan permukiman. Penting juga disebutkan sudut arah dari lokasi objek penerima dampak relatif terhadap sumber emisi (lihat ilustrasi di halaman berikut). Arah dari objek penerima dampak ini dibutuhkan saat kita ingin memilih data angin yang akan digunakan dalam perhitungan konsentrasi sebaran polutan rata-rata di lokasi objek tersebut. Con- toh, jika suatu perkampungan terletak di sebelah timur sumber emisi maka kita harus menggunakan data arah angin barat untuk menghitung konsentrasi rata-rata dari sebaran polutan di perkampungan tersebut. Proses konsultasi masyarakat di tahap pelingkupan, sebagaimana diatur dalam aturan Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL, dapat kita manfaatkan untuk mendapatkan informasi dari masyarakat setempat tentang keberadaan objek-objek di wilayah mereka. Foto:KoleksiQipra 33 Melengkapi Lingkup Prakiraan Dampak
  • 43. Koordinat Relatif Dalam perhitungan konsentrasi sebaran polutan, ter- utama untuk sumber tunggal, kita seringkali perlu meng- gunakan sistem koordinat relatif. Dalam sistem koordi- nat relatif, garis sumbu absis-nya (sumbu x) harus selalu paralel dengan garis arah mata angin. Cara mengkonversi nilai koordinat lokal ke nilai koordinat relatif dapat dilihat pada ilustrasi berikut. Koordinat Polar Selain pola koordinat Cartesian, kita juga dapat meng- gunakan sistem koordinat polar. Sistem koordinat ini Lokasi objek penerima dampak se- baiknya dinyatakan dalam sistem koordinatyangsamadengansumber emisi. Jarak objek antara keduanya kemudian dapat dihitung dengan menggunakan rumus matematis sederhana. Ilustrasi di atas juga menunjukkan arah mata angin dari lokasi objek penerima dampak relatif terhadap lokasi sumber emisi. InfoGrafis:Qipra 34 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
  • 44. memiliki serangkaian garis konsentris yang berjarak sama. Sumber emisi diletakkan di titik pusat lingkaran. Beberapa perangkat lunak pemodelan dispersi polutan mendukung penggunaan sistem koordinat polar ini. Elevasi Suatu objek penerima dampak dapat saja memiliki eleva- si yang berbeda dengan sumber emisi. Perbedaan elevasi antara keduanya sangat penting untuk diketahui. Walau berjarak sama, objek-objek penerima dampak yang ber- beda elevasi akan memiliki nilai hasil prakiraan sebaran polutan yang berbeda. Semakin besar beda elevasinya, semakin berbeda nilai hasil prakiraannya. Terkadanguntuksuatuobjekpenerimadampakkitaperlu memprakirakan konsentrasi sebaran polutan di beberapa titik yang berbeda elevasi. Tiap titik penerima dampak Suatu objek penerima dampak yang dinyatakan dalam sistem koordinat lokal dapat dikonversi ke sistem kordinat relatif sebagai berikut. - Pindahkan titik x = 0 dan y = 0 ke posisi sum- ber emisi. Dengan demikian, sekarang sumber emisi memiliki kordinat x’ = 0 dan y’ = 0. - Putar garis sumbu x’ searah jarum jam sampai garis itu paralel garis arah angin. 35 Melengkapi Lingkup Prakiraan Dampak
  • 45. yang memiliki ketinggian dari muka tanah ini (flagpole receptors) harus diketahui elevasinya. Konsentrasi sebar- an polutan kemudian akan dihitung untuk elevasi titik penerima dampak tersebut. Dan, bukan elevasi dasar dari objek penerima dampak. INFORMASI PELENGKAP Informasi lain mengenai objek penerima dampak yang juga dibutuhkan adalah: Besaran objek; Misalnya luas lahan untuk objek wilayah, jumlah penduduk di suatu permukiman, atau jumlah bangunan di suatu perkampungan. Informasi besaran objek ini seringkali dibutuhkan sebagai salah satu bahan pertimbangan saat kita melakukan penilai- an sifat penting dampak. Waktu keberadaan objek; Biasanya dinyatakan dalam tahun di mana suatu objek ada. Hal ini sangat penting khususnya jika objek kita merupakan objek masa da- tang. Dengan kata lain, objek itu belum ada saat kajian AMDAL dilakukan. Informasi pelengkap lainnya adalah nama atau identitas dari suatu objek penerima dampak. Misalnya, nama kom- plek pemukiman, nama bangunan, nama objek wisata. Pencantuman identitas ini dibutuhkan guna mencegah kesalahpahaman dalam proses prakiraan dampak. Sistem koordinat polar dapat juga digunakan sebagai pengganti sistem koordinat Cartesian. Walau demikian, sistem ini lebih baik di- gunakan jika sumber emisi hanya satu. Jika sumber emisinya lebih dari satu, kita akan memiliki beberapa lingkaran dengan titik pusat yang berbeda. Penggambarannya akan terlalu rumit. Objek yang sedang dalam tahap konstruksi perlu diwaspadai ke- mungkinannya nanti menjadi salah satu obyek terkena dampak. Foto:Taufik 36 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
  • 46. MENGARAHKAN PRAKIRAAN DAMPAK Dengan teridentifikasinya berbagai objek penerima dampak, pendefinisian dampak-dampak penting hipote- tik sudah dapat dianggap lengkap. Walau demikian, pro- ses prakiraan dampak belum dapat dilakukan sebelum waktu kajian, skenario prakiraan, dan kriteria penilaian sifat penting ditentukan. Berikut ini akan dibahas ketiga hal tersebut. WAKTU KAJIAN Waktu kajian merupakan waktu yang dampak dan kon- disi lingkungannya ingin diprakirakan. Waktu kajian se- ring juga disebut sebagai tahun prakiraan (assessment year) karena selama ini kebanyakan pihak menggunakan tahun sebagai dasar satuan waktu dalam melakukan pra- kiraan dampak. Hasil prakiraan dampak nantinya hanya berlaku spesifik untuk waktu-waktu kajian yang sudah ditentukan saja. Pada prinsipnya, waktu kajian ditentukan dengan mem- pertimbangkan tahun-tahun dimana dampak yang me- nonjol diduga akan terjadi. Dampak demikian dapat dia- kibatkan antara lain oleh: dimulainya kelangsungan komponen kegiatan yang tergolong sebagai sumber emisi polutan penting (lihat uraian Waktu Keberadaan Sumber Emisi di Bagian 2), munculnyaobjekbaruyangdapatterpengaruholehse- baran polutan (lihat uraian Objek Penerima Dampak di bagian ini), diberlakukannya kebijakan baru yang dapat mem- pengaruhi penilaian kita terhadap dampak penting hipotetik, seperti adanya rencana pemberlakuan re- visi BMUA, BME, maupun pembaharuan rencana tata ruang. SKENARIO PRAKIRAAN DAMPAK Skenario prakiraan dampak antara lain terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu: Prakiraan dampak dari perubahan kualitas udara perlu dilakukan di tahun dimana akan ada suatu kegiatan lain yang diduga akan terpengaruh oleh emisi polutan. Sebagai contoh, keberadaan bangunan apartemen yang mungkin baru ada beberapa tahun setelah kegiatan kita berope- rasi. Foto:BayuRizky 37 Melengkapi Lingkup Prakiraan Dampak
  • 47. Skenariokondisiterburuk(worst-casescenario);mem- berikan hasil prakiraan konsentrasi polutan maksimal yang kemungkinan dapat terjadi di lokasi objek peneri- ma dampak. Kalkulasi sebaran dampak untuk skenario kondisi terburuk ini dilakukan dengan menggunakan (1) laju emisi polutan maksimal (QMAX ) dan (2) kom- binasi pasangan nilai kecepatan angin rata-rata de- ngan kelas stabilitas atmosfer. Perlu dipahami bah- wa konsentrasi polutan maksimal di lokasi-lokasi yang berbeda akan diperoleh pada kombinasi kecepatan angin dan stabilitas yang berbeda-beda (lihat bahasan mengenai Stabilitas Atmosfer di Bagian 4). Simulasi dengan menggunakan skenario ini dibutuhkan dalam pembuatan Tabel Output Prakiraan Dampak Kuali- tas Udara (untuk Konsentrasi Maksimal) yang merupa- kan salah satu output prakiraan dampak (lihat bahasan terkait di Bagian 1). Skenario kondisi rata-rata; memberikan hasil pra- kiraan kualitas udara ambien yang menunjukkan nilai konsentrasi rata-rata di lokasi-lokasi yang ditentukan. Simulasi sebaran dampak dilakukan dengan menggu- nakan (1) laju emisi polutan rata-rata (QAVE ), (2) nilai kecepatan angin rata-rata (untuk masing-masing arah) dan kelas stabilitas atmosfernya. Simulasi dengan menggunakan skenario ini dibutuhkan dalam pem- buatan Peta Isopleth Sebaran Polutan yang merupa- kan salah satu output prakiraan dampak (lihat bahasan terkait di Bagian 1). Pada prakiraan Tingkat 3, hasil prakiraan kualitas udara untuk skenario kondisi umum dan skenario kondisi ter- buruk perlu diikuti dengan kalkulasi untuk mengkonfir- masi berbagai dampak lanjutannya. KRITERIA PENILAIAN SIFAT PENTING Hasil prakiraan dampak nanti akan dinilai sifat penting- nya terhadap kriteria penilaian tertentu (lihat bahasan Penilaian Dampak di Bagian 1). Beberapa kriteria yang patut dipertimbangkan adalah sebagai berikut. Batas maksimal konsentrasi ambien polutan sesuai BMUA nasional khususnya untuk prakiraan dampak Dengan adanya informasi mengenai waktu kajian, kita sudah memiliki lingkup prakiraan dampak yang lengkap. Contohnya adalah sumber dampak: emisi partikulat dan SO2 dari pabrik kertas, komponen lingkungan terkena dampak: kualitas udara, khususnya menyangkut konsentrasi TSP dan SO2 , di wilayah 1) candi Tunggadewo, 2) perumahan Bunga Swarga; waktu kajian: 1) tahun 2015 saat pabrik mulai beroperasi, dan 2) tahun 2020 saat kapasitas pabrik akan ditingkatkan. Objek penerima dampak 2 Perumahan Bunga Swarga Objek penerima dampak 1 Candi Tunggadewo Sumber Emisi Ilustrasi: Toppeaks 38 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
  • 48. Tingkat 2, Batas maksimal peningkatan konsentrasi polutan, atau nilai Tambahan Polutan Maksimal yang sebaiknya ditetapkan dalam kebijakan pengendalian kualitas udara di suatu daerah. Batas konsentrasi pemaparan Indeks Standar Pence- maran Udara atau ISPU (sebagaimana diatur dalam Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997). Nilai batas konsentrasi ambien polutan sebagaimana tercantum dalam 1) referensi ilmiah tentang dampak- dampak lanjutan terhadap manusia, flora, fauna, ban- gunan, iklim global dapat terjadi, 2) standar kualitas udara ambien dari negara-negara lain; khususnya un- tuk jenis-jenis polutan yang tidak tercantum dalam BMUA Indonesia, dan 3) kajian-kajian ANDAL yang su- dah dilakukan untuk daerah tersebut. Luas wilayah yang kualitas udaranya akan berubah se- cara signifikan, jumlah manusia yang tinggal di wilayah tersebut, atau tingkat kerusakan yang dapat terjadi terhadap flora, fauna, dan bangunan, dan panjang- pendeknya rentang waktu perubahan kualitas udara. Perlu diingatkan kembali bahwa nilai-nilai konsentrasi maksimal dalam BMUA selalu disertai dengan waktu ukur rata-ratanya (lihat boks mengenai Baku Mutu Udara Am- bien di Bagian 1). Oleh karena itu, jika BMUA digunakan sebagai kriteria penilaian sifat penting dampak, kita ha- rus memastikan bahwa nilai hasil prakiraan dampak di- peroleh untuk waktu rata-rata yang sama. Misalnya, jika nilai baku mutu NO2 (1 jam) digunakan sebagai kriteria penilaian sifat penting dampak, seluruh prakiraan dam- pak harus dilakukan untuk waktu rata-rata 1 jam. Juga perlu diingatkan bahwa kriteria penilaian yang akan digunakan harus disepakati terlebih dahulu oleh Komisi Penilai AMDAL yang berwenang. Dan, ada baiknya kri- teria penilaian sifat penting ini perlu disebutkan dalam dokumen KA-ANDAL. Luas dari suatu wilayah, atau jumlah rumah dan penduduk di dalamnya, merupakan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penen- tuan kriteria sifat penting. Foto:BPLHDJawaBarat 39
  • 50. MENCERMATI WILAYAH STUDI 4MENGUKUR KUALITAS UDARA AMBIEN ...........................................42 Polutan Sasaran ....................................................................................42 Pengambilan Sampel ......................................................................... 43 MENGENALI KARAKTERISTIK FISIK WILAYAH STUDI .................... 44 Kondisi Geografis .................................................................................44 Tataguna Lahan ....................................................................................45 MEMPELAJARI KONDISI METEOROLOGIS ........................................47 Arah dan Kecepatan Angin .............................................................. 47 Boks: Membaca Windrose .................................................... 48 Suhu dan Tekanan Udara ..................................................................48 Stabilitas Atmosfer .............................................................................. 49 Tinggi Campuran ................................................................................. 51 Mengatasi Keterbatasan Data .........................................................51 Wilayah studi dan seluruh objek penerima dampak di dalamnya sudah kita ketahui. Artinya, sekarang data wilayah studi sudah dapat dikumpulkan dengan lebih efisien. Selain untuk informasi rona lingkungan awal, data wilayah studi nantinya dibutuhkan sebagai masukan dalam simulasi pe- nyebaran polutan. Jenis data wilayah studi yang perlu dikumpulkan juga ditentukan oleh jenis polutan, kedalaman prakiraan dampak, dan kriteria sifat penting yang dipilih sebelumnya. 41
  • 51. Kita perlu memiliki data kualitas udara ambien untuk kepentingan prakiraan dampak kualitas udara. Jika data tersebut belum tersedia maka kita perlu mengukurnya sendiri. Dalam hubungannya dengan dampak penting hipotetik data kualitas udara ambien tersebut akan dibu- tuhkan untuk hal-hal berikut. Dasar proyeksi kualitas udara untuk suatu tahun prakiraan. Seperti disebutkan sebelumnya, kita juga perlu memprakirakan kualitas udara nir-kegiatan un- tuk suatu tahun prakiraan (lihat bahasan mengenai Penilaian Dampak di Bagian 1). Jika diasumsikan pe- ningkatan jumlah polutan di suatu wilayah adalah x % per tahun, maka konsentrasi ambien polutan di suatu tahun prakiraan (CO,Ti ) dapat dihitung dengan persa- maan berikut: CO,Ti = CO,To x (1 + x/100)(To – Ti) Dalam persamaan di atas, CO,To adalah konsentrasi am- bien polutan di tahun awal (To ). Perlu diperhatikan cara ini memerlukan data historik pemantauan kualitas udara lebih dari 5 tahun. Penentuan batas maksimal konsen- trasi sebaran polutan; Konsentrasi dasar (background condition) polutan di suatu tahun prakiraan, kita dapat menghitung jumlah maksimal sebaran polutan yang masih diterima oleh suatu wilayah agar nilai BMUA-nya tidak terlampaui. Jumlah maksimal ini dapat dijadikan nilai TPM bagi suatu wilayah (lihat bahasan menge- nai Acuan Nilai Tambahan Polutan Mak- simal di Bagian 3). Kalkulasi prakiraan konsentrasi ambien polutan. Dibutuhkan khususnya untuk prakiraan dampak tingkat 2. Nilai konsen- trasi ambien polutan di suatu tahun pra- kiraan nantinya akan dijumlahkan dengan konsentrasi sebaran polutan dari sumber-sumber emisi yang mem- pengaruhinya (lihat bahasan mengenai Menghitung Konsentrasi Ambien Polutan di Bagian 5). Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu dipahami se- belum kita melakukan pengukuran kualitas udara am- bien. POLUTAN SASARAN Pengukuran kualitas udara hanya perlu dilakukan untuk jenis-jenis polutan penting saja. Itulah keuntungan dari penyusunan dampak penting hipotetik yang rinci se- hingga jenis-jenis polutan pentingnya sudah disebutkan secara spesifik sejak awal. Polutan-polutan lain, walaupun termasuk sebagai polutan yang ditentukan BMUA, tidak selalu perlu diukur jika memang tidak termasuk sebagai polutan penting yang dihasilkan sumber emisinya. Pe- nentuan jenis polutan yang akan diukur tentunya perlu disepakati dulu oleh Komisi Penilai AMDAL. Tiap jenis polutan membutuhkan metode analisis yang berbeda. Metode yang layak digunakan sudah tercantum MENGUKUR KUALITAS UDARA AMBIEN 42 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
  • 52. di BMUA (lihat tabel berikut). Misalnya SO2 (Sulfur-Dioksi- da) menggunakan metode analisis pararosanilin dengan peralatan spektrofotometer. Hidrokarbon (HC) menggu- nakan analisis dengan alat flame ionization detector de- ngan peralatan gas chromatograph. Analisis tentu harus dilakukan di laboratorium yang sudah terakreditasi. PENGAMBILAN SAMPEL Hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan rencana pengambilan sampel (sampling) adalah lokasi, waktu, metode, dan alat sampling. Lokasi Sampling. Sampling perlu dilakukan di lokasi- lokasi objek penerima dampak yang sudah disebutkan dalam dampak penting hipotetik. Lokasi sampling harus dapat mewakili (representatif) luas dan kondisi objek penerima dampak. Ketinggian lokasi sampling juga harus disesuaikan dengan elevasi dari titik amatan kita di suatu objek penerima dampak. Selain konsentrasi ambien di permukaan tanah (groundlevel concentration), tidak ja- rang kita juga membutuhkan data kualitas udara ambien di elevasi lainnya. Misalnya, saat ingin menilai pengaruh emisi terhadap kualitas udara dari bagian atas bangunan tinggi. Waktu Sampling. Untuk kepentingan AMDAL, sampling perlu dilakukan guna mendapatkan nilai konsentrasi ambien polutan yang maksimal. Misalnya, saat kondisi lalu-lintas di suatu wilayah sedang ramai, atau di saat ke- cepatan angin sedang rendah. Dengan demikian, dapat diketahui pengaruh paling ekstrim dari suatu sumber emisi terhadap objek penerima dampak. Waktu sampling harus dicatat berikut kondisi iklim saat sampling dilaku- kan. Perlu dipahami bahwa penentuan waktu rata-rata (averaging times) akan mempengaruhi durasi pelaksa- naan sampling. Seperti disebutkan sebelumnya, pemi- lihan waktu rata-rata untuk tiap jenis polutan sebaiknya mengikuti waktu yang tercantum dalam BMUA. Perencanaan sampling harus dilakukan sebaik-baiknya agar kita dapat terhindar dari pengeluaran biaya yang tidak perlu. Foto:YuyunMulyani 43 Mencermati Wilayah Studi
  • 53. Kondisi permukaan lahan dari suatu wilayah studi dapat mempengaruhi kondisi meteorologis di atasnya. Dan, pada akhirnya kondisi meteorologis wilayah studi akan mempengaruhi pola sebaran polutan. Beberapa karak- teristik fisik wilayah studi yang perlu dikenali antara lain adalah kondisi geografis, kontur lahan, tataguna lahan, dan keberadaan bangunan tinggi. Informasi tentang karakterstik fisik wilayah studi ini nantinya akan dibu- tuhkan sebagai masukan data (data-input) dalam peng- gunaan perangkat lunak (software) pemodelan dispersi penyebaran polutan (lihat Bagian 5). Berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa aspek karakteristik fisik wilayah studi tersebut. KONDISI GEOGRAFIS Keberadaan laut atau badan air luas lainnya, dan tanah dengan kontur berbeda akan menimbulkan variasi kon- disi meteorologis di dalam wilayah studi. Permukaan air yang luas, seperti laut dan danau, akan menyebabkan suhu udara di atasnya berbeda dengan suhu udara di permukaan tanah. Di siang hari, suhu udara di atas permukaan air akan terlambat memanas dibandingkan suhu udara di atas permukaan tanah. Tekanan udara di atas daratan menjadi lebih rendah sehingga angin ber- gerak dari laut ke darat di siang hari. Di malam hari, hal sebaliknya akan terjadi. Tekanan udara di atas daratan menjadi lebih tinggi sehingga angin akan bertiup ke arah laut (lihat gambar di bawah) . Tanah dengan kontur tinggi, seperti bukit, gunung, dan sejenisnya, juga akan menyebabkan perubahan arah angin di dalam wilayah studi. Di siang hari, pemanasan lembah akan menyebabkan angin bertiup ke puncak gu- nung. Sebaliknya di malam hari, suhu dingin di puncak gunung akan menyebabkan angin bertiup ke dasar gu- nung (lihat gambar di halaman berikutnya). MENGENALIKARAKTERISTIKFISIKWILAYAHSTUDI Pengaruh Laut Terhadap Mata Angin angin laut (siang hari) angin darat (malam hari) Ilustrasi:Toppeaks 44 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
  • 54. Perubahan arah angin ini tentu akan diikuti dengan per- ubahan arah sebaran polutan. Di siang hari, keberadaan laut dan lereng gunung akan menghambat pergerakan polutan ke arahnya. Sebaliknya di malam hari, pergera- kan polutan ke arah laut dan lereng gunung akan se- makin cepat. Tanahdengankonturtinggibiasadisebutsebagaiwilayah dengan elevated terrain. Jika konturnya melebihi titik lepasan emisi, tanah tersebut dapat digolongkan sebagai wilayah dengan complex terrain. Sebaliknya, wilayah yang kontur tanahnya rata dapat disebut sebagai wilayah dengan flat terrain. TATAGUNA LAHAN Wilayah studi digolongkan sebagai wilayah perkotaan (urban) dan wilayah pedesaan (rural). Wilayah urban diasumsikan selalu memiliki lebih banyak bangunan. Aki- batnya, laju angin akan terhambat dan arahnya juga akan terpengaruh. Hal demikian tentu juga diikuti dengan penurunan laju perjalanan polutan. Beberapa kriteria penentu apakah wilayah studi kita termasuk daerah rural atau urban antara lain adalah: Tutupan vegetasi: wilayah dianggap rural jika tutupan vegetasinya lebih besar dari 35 %. Untuk kepentingan pemodelan, wilayah seperti perumahan dengan lahan luas, lapangan golf, taman kota yang luas, daerah per- tanian, lahan terbuka, dan permukaan air seringkali dianggap memiliki karakteristik yang sama dengan ru- ral. Jumlah penduduk: wilayah dianggap rural jika popu- Pengaruh Lahan Berkontur Tinggi Terhadap Mata Angin angin lembah (siang hari) angin Gunung (malam hari) Ilustrasi:Toppeaks 45 Mencermati Wilayah Studi
  • 55. lasi penduduknya lebih kecil dari 750 orang per kilo- meter persegi. Dan, dianggap urban jika populasinya lebih besar dari 750 orang per kilometer persegi. Untuk suatu wilayah studi yang setengah lebih wilayah- nya tergolong sebagai wilayah urban, maka keseluruhan wilayah studi tersebut dapat dianggap sebagai wilayah urban. Begitu juga sebaliknya untuk wilayah rural. Keberadaan gedung tinggi dapat mempengaruhi arah dan kecepatan angin. Angin pasti akan mengitari ba- ngunan yang berdiri di jalur perlintasannya, baik secara horizontal maupun vertikal. Setelah melewati gedung tinggi, angin akan tertarik kembali ke jalur semulanya. Hal ini akan menimbulkan efek tarikan-gedung (build- ing downwash) yang dapat meningkatkan konsentrasi se- baran polutan di bagian hilir bawah gedung. Sementara itu, gedung-gedung tinggi yang saling berdekatan dapat menimbulkan efek lorong-angin (windtunelling) yang akan meningkatkan kecepatan angin. Wilayah urban (foto kiri) memiliki jumlah bangunan yang lebih rapat, sedangkan wilayah rural (foto kanan) memiliki kerapatan vegetasi yang lebih tinggi Efek tarikan-gedung (building downwash) akan tim- bul jika aliran polutan bertemu dengan gedung tinggi. Foto:Sulaiman ilustrasi: Toppeaks 46 Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Udara
  • 56. MEMPELAJARI KONDISI METEOROLOGIS Pada prinsipnya, data meteorologis yang paling baik un- tuk digunakan adalah data yang 1) diambil dari stasium terdekat dengan lokasi rencana kegiatan atau objek pe- nerima dampak, 2) memiliki rentang waktu rekam (time- series) yang panjang, dan 3) waktu rata-rata (averaging times) yang pendek. Untuk penggunaan pemodelan rinci (refined modeling), data meteorologis yang digunakan adalah data dengan waktu rata-rata 1 jam untuk waktu rekam selama 5 tahun (jika diambil dari stasiun terdekat). Pemodelan rinci juga membutuhkan data atmosfer yang bersifat spasial, khususnya untuk wilayah studi yang luas. Sayangnya, data meteorologis seperti itu hampir mustahil untuk didapat di Indonesia. Keterbatasan data meteorologis memang akhirnya menyulitkan kita untuk melakukan prakiraan sebaran polutan yang rinci. Berikut ini akan dibahas beberapa jenis data meteorolo- gis yang dibutuhkan dalam prakiraan sebaran polutan. ARAH DAN KECEPATAN ANGIN Angin merupakan penentu arah dan jauhnya polutan akan tersebar. Tiupan angin barat akan mengakibatkan polutan bergerak ke arah timur. Tiupan angin kencang akan membuat polutan mampu menjangkau objek penerima dampak yang lebih jauh. Walau demikian, se- bagaimana ditunjukkan dalam formula dispersi Gaussian (lihat boks terkait di Bagian 5), semakin kencang angin bertiup maka semakin rendah konsentrasi sebaran polu- tan (ΔC) di suatu titik. Angin bertiup dari berbagai arah. Jarang ada daerah yang tidak pernah menerima angin dari suatu arah tertentu. Dengandemikian,tidakadasatupunlokasidisekitarsum- ber emisi yang sebenarnya terbebas dari sebaran polu- tan. Sebagai contoh, walaupun data menunjukkan angin dari utara sumber emisi merupakan angin dominan, kita tidak dapat beranggapan bahwa wilayah di bagian utara sumber emisi tersebut sebagai wilayah bebas dampak. Ada saatnya nanti angin akan bertiup dari selatan. Hal ini dengan mudah dapat terlihat dari gambar-gambar wind- rose yang ada (lihat boks berikut). Kecepatan angin biasanya diukur pada ketinggian standar, yaitu 10 meter (U10 ). Untuk kepenting- an pemodelan, kita butuh kecepatan angin pada ketinggian lepasan emisi (Zem ). Misalnya, pemodelan sumber cerobong membutuhkan kecepatan angin di ujung cerobong. Untuk mendapatkan nilai kecepatan angin pada ketinggian lepasan emisi (Uem ), kita dapat menggunakan rumus di ilustrasi ini. Konstanta p da- lam rumus tersebut mencerminkan tingkat kekasaran permukaan lahan sesuai kondisi tataguna lahan (lihat tabel di halaman selanjutnya). Info Grafis: Koleksi Qipra 47 Mencermati Wilayah Studi