1. Praktikum Pencemaran Udara
(Hujan Asam)
Praktikum 1 dan 2
Pencemaran Udara (Hujan Asam) Terhadap Perkecambahan Biji
Kacang Hijau dan Acacia mangium Willd.
Judul Percobaan : Pencemaran udara (hujan asam) terhadap perkecambahan biji
kacang hijau dan tanaman cepat tumbuh Acacia mangium
Willd (tanaman kehutanan)
Tujuan :
- Mengetahui pencemaran udara (hujan asam) dan pencamaran air terhadap
perkecambahan biji kacang hijau dan tanaman Acacia mangium Willd
- Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji kacang
hijau dan tanaman Acacia mangium Willd
- Mengamati perbedaan perkecambahan biji kacang hijau dan tanaman tanaman
Acacia mangium Willd terhadap salah satu faktor pembentuk hujan asam
dengan konsentrasi yang berbeda-beda
- Mengetahui sistem perkecambahan kacang hijau dan pertumbuhan tanaman
Acacia mangium Willd
- Mengetahui penyebab, dampak, dan proses terjadinya hujan asam
TINJAUAN TEORITIS
PENCEMARAN UDARA
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik,kimia ,atau
biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
hewan, dan tumbuhan, menganggu estetika dan kenyamanan atau merusak
property (Syukri, 1999).
Pencemaran udara dibedakan menjadi dua yaitu, pencemar primer dan pencemar
sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang di timbulkan
langsung dari sumber pencemaran udara.Karbonmonoksida adalah sebuah contoh
dari pencemar udara primer karena dia merupakan hasil dari
pembakaran.Pencemaran sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari
reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam (smog
fotokimia) adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder. Sumber alami
meliputi gunung berapi,rawa-rawa, kebakaran hutan,dan nitrifikasi serta
2. 2
denitrifikasi biologi. Sumber-sumber lain meliputi transportasi, amonia,
kebocoran tangki klor, uap pelarut organik serta timbulan gas metana dari lahan
uruk.
Dampak Polusi Udara
- Dampak Kesehatan, dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah
ISNA (Infeksi saluran napas atas), termasuk didalamnya asma, bronkritis, dan
gangguan pernapasan lainnya.
- Dampak terhadap Tanaman, tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat
pencemaran udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan
penyakit, antara lain kloosis, nekrosis, dan bintik hitam. Patikulat yang
terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.
PENCEMARAN AIR
Pencemaran air didefenisikan sebagai perubahan langsung atau tidak langsung
terhadap keadaan air dari keadaan normal menjadi keadaan air yang berbahaya
atau berpotensi menyebabkan penyakit atau gangguan bagi kehidupan makhluk
hidup (Tjasyono, B., 2003). Perubahan langsung atau tidak langsung ini dapat
berupa perubahan kimia, fisika, biologi dan radioaktif. Ada beberapa indikator
pencemaran air yaitu :
1 Adanya perubahan suhu air.
2 Adanya perubahan tingkat keasaman, basa, dan garam (salinitas) air.
3 Adanya perubahan warna, bau, dan rasa pada air.
4 Terdapat mikroorganisme di dalam air
POLUSI UDARA TERHADAP PERKECAMBAHAN
Salah satu dampak negatif dari kemajuan ilmu dan teknologi yang tidak
digunakan dengan benar adalah terjadinya polusi (pencemaran air). Polusi adalah
peristiwa masuknya zat, energi, unsure, atau komponen lain yang merugikan ke
dalam lingkungan akibat aktivitas manusia atau proses alami dan segala sesuatu
yang menyebabkan polusi disebut polutan (Tjasyono,B. 2003). Sesuai benda dapat
dikatakan polutan bila :
1. Kadarnya melebihi batas normal
2. Berada pada tempat
Perkecambahan
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan selalu tumbuhan khususnya
tumbuhan berbiji, dalam tahap ini embrio di dalam biji yang diselimuti berada
pada kondisi dormanis (mengalami sejumlah perubahan fisiologi yang
menyebabkan menjadi tumbuhan muda).
Proses Perkecambahan
Perkecambahan di awali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik
tanah, udara, maupun media lainnya.
3. 3
Perubahan yang diamati adalah ukuran biji yang disebut tahap embibis. Biji
menyerap air dari lingkungan sekitar baik tanah maupun udara. Efek yang terjadi
adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar dan biji
melunak.
Perubahan pengendalian ini merangsang pembelahan sel dibagian yang aktif
melakukan mitosis, seperti di bagian ujung radikula. Akibatnya ukuran radikula
makin besardan kebutuhannya tidak terpenuhi maka tanaman tersebut bisa
mengalami dormansi (Dyarmo, 2001).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses perkecambahan yaitu :
1. Faktor bibit ungggul
Bibit yang baik merupakan faktor yang paling utama dalam proses
perkecambahan dimana bibit-bibit ini yang dapat tumbuh dengan baik saat
melakukan penelitian percobaan.
2. Faktor suhu / temperatur lingkungan
Tinggi rendahnya suhu menjadi salah satu factor yang menentukan tubuh
kembangnya reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu
yang baik bagi tumbuhan antara 22o
C – 37o
C.
3. Faktor kelembapan
Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi tumbuhan serta
perkembangannya. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan
dimana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangannya
penguapan.
4. Faktor cahaya matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan
fotosintesis. Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman
itu tampak pucat dan warnan tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi)
5. Faktor hormon
Hormon pada tumbuhan juga merangsang peranan penting dalam proses
perkecambahan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu
perpanjangan sel, hormon giberelin untuk memanjangkan dan pembelahan sel,
hormone sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel (Diopin,V., 1997) .
TANAMAN CEPAT TUMBUH Acacia Mangium Willd
Acacia mangium Willd termasuk jenis Legum yang tumbuh cepat, tidak
memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi dan tidak begitu terpengaruh oleh
jenis tanahnya. Kayunya bernilai ekonomi karena merupakan bahan yang baik
untuk finir serta perabot rumah yang menarik seperti: lemari, kusen pintu, dan
jendela serta baik untuk bahan bakar. Tanaman Acacia mangium Willd yang
berumur tujuh dan delapan tahun menghasilkan kayu yang dapat dibuat untuk
papan partikel yang baik. Faktor yang lain yang mendorong pengembangan jenis
ini adalah sifat pertumbuhan yang cepat. Pada lahan yang baik, umur 9 tahun telah
mencapai tinggi 23 meter dengan rata-rata kenaikan diameter 2 - 3 meter dengan
hasil produksi 415 m3
/ha atau rata-rata 46 m3
/ha/tahun. Pada areal yang ditumbuhi
alang-alang umur 13 tahun mencapai tinggi 25 meter dengan diameter rata-rata 27
4. 4
cm serta hasil produksi rata-rata 20 m3
/ha/tahun. Kayu Acacia mangium Willd
termasuk dalam kelas kuat III-IV, berat 0,56 - 0,60 dengan nilai kalori rata-rata
antara 4800 - 4900 k.cal/kg (Irwanto, 2007).
Keterangan botani
Acacia mangium Willd termasuk dalam sub famili Mimosoideae, famili
Leguminosae dan ordo Rosales. Pada umumnya Acacia mangium Willd mencapai
tinggi lebih dari 15 meter, kecuali pada tempat yang kurang menguntungkan akan
tumbuh lebih kecil antara 7 – 10 meter. Pohon Acacia mangium Willd yang tua
biasanya berkayu keras, kasar, beralur longitudinal dan warnanya bervariasi mulai
dari coklat gelap sampai terang. Dapat dikemukakan pula bahwa bibit Acacia
mangium Willd yang baru berkecambah memiliki daun majemuk yang terdiri dari
banyak anak daun. Daun ini sama dengan sub famili Mimosoideae misalnya
Paraseanthes falcataria, Leucaena sp, setelah tumbuh beberapa minggu Acacia
mangium Willd tidak menghasilkan lagi daun sesungguhnya tetapi tangkai daun
sumbu utama setiap daun majemuk tumbuh melebar dan berubah menjadi
phyllodae atau pohyllocladus yang dikenal dengan daun semu, phyllocladus
kelihatan seperti daun tumbuh umumnya. Bentuknya sederhana tulang daunnya
paralel dan besarnya sekitar 25 cm x 10 cm (Irwanto, 2007).
Tempat tumbuh
Tempat tumbuh terdiri dari penyebaran dan persyaratan tempat tumbuh (Irwanto,
2007) adalah sebagai berikut ini:
1. Penyebaran. Acacia mangium Willd tumbuh secara alami di Maluku dengan
jenis Melaleuca leucadendron. Selain itu terdapat pula di pantai Australia
bagian utara, Papua bagian selatan (Fak-fak di Aguada (Babo) dan Tomage
(Rokas, Kepulauan Aru, Maluku dan Seram bagian barat).
2. Persyaratan tempat tumbuh. Acacia mangium Willd tidak memiliki
persyaratan tumbuh yang tinggi, dapat tumbuh pada lahan miskin dan tidak
subur. Acacia mangium Willd dapat tumbuh baik pada lahan yang mengalami
erosi, berbatu dan tanah Alluvial serta tanah yang memiliki pH rendah (4,2).
Tumbuh pada ketinggian antara 30 - 130 m dpl, dengan curah hujan bervariasi
antara 1.000 mm - 4.500 mm setiap tahun. Seperti jenis pionir yang cepat
tumbuh dan berdaun lebar, jenis Acacia mangium Willd sangat membutuhkan
sinar matahari, apabila mendapatkan naungan akan tumbuh kurang sempurna
dengan bentuk tinggi dan kurus.
Hama dan penyakit.
Hama penyakit merupakan sebagian dari kendala dalam Acacia mangium Willd
(Irwanto, 2007): Adanya semut (Componotus sp) dan rayap (Coptotermes sp)
yang membuat sarang pada bagian dalam kayu Acacia mangium Willd,
mengakibatkan menurunnya kualitas kayu. Dari hasil pengamatan didapatkan
Acacia mangium Willd terserang oleh Xystrocera sp. famili Cerambicidae yang
biasa menggerek kayu Paraserianthes falcataria, selain itu sejenis ulat belum
diketahui jenisnya telah menyebabkan gugurnya daun Acacia mangium Willd.
Beberapa jensi serangga Acacia mangium Willd:
5. 5
a. Ropica grisepsparsa, menyerang bagian batang
b. Platypus sp, menyerang bagian batang
c. Xylosandrus semipacus, menyerang bagian batang
d. Pterotama plagiopheles, menyerang daun.
e. Ulat pelipat daun, menyerang daun.
Pengguguran daun pada anakan Acacia mangium Willd disebabkan oleh
Hyponeces squamosus tetapi pohon dapat tumbuh kembali. Seperti pada Acacia
yang lain, Acacia mangium Willd juga muda terserang oleh hama terutama pada
masa sapihan dan anakan (Irwanto, 2007).
ALAT & BAHAN
A. Perkecambahan Dengan Kacang Hijau
1. ALAT
NO NAMA ALAT JUMLAH
1 Mistar/meteran 10 buah
2 Aqua cup 10 buah
3 Timbangan elektrik 1 buah
4 Beaker gelas 10 buah
5 Kamera digital 10 buah
6 Sarung tangan karet 50 buah
2. BAHAN
NO NAMA BAHAN JUMLAH
1 Tissue Putih Secukupnya
2 Kacang Hijau 100 Biji
3 Air suling 1000 ml
4 Larutan Asam ( HNO3 )
- 0,05 %
- 0,1 %
- 0,5 %
20 ml
20 ml
20 ml
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Praktikan membuat larutan asam HNO3 dengan konsentrasi 0,05 %; 0,1 %;
dan 0,5 %.
2. Praktikan menyediakan 40 ml air suling (H2O) sebagai kontrol.
3. Praktikan memasukkan 20 ml air suling (H2O) dan larutan asam HNO3 0,05
%; 0,1 %; dan 0,5 % kedalam masing-masing aqua cup yang telah disediakan.
4. Praktikan memasukkan 10 butir kacang hijau kedalam masing-masing aqua
cup yang telah diisi air suling dan HNO3.
5. Praktikan membiarkan kacang hijau tersebut terendam dalam masing-masing
larutan selama satu hari (bukti foto).
6. 6
6. Kemudian, pada hari ke-2 air larutan dibuang dan kacang hijau ditempatkan di
atas tissue putih pada aqua cup.
7. Praktikan kemudian mengamati perubahan pada kacang hijau selama 3 hari.
Sebagai parameter, praktikan mengukur panjang akar dari tiap kacang hijau
tersebut (bukti foto).
8. Praktikan mencatat hasil perubahan kacang hijau dalam sebuah tabel.
B. Tanaman Acacia mangium Willd
1. ALAT
NO NAMA ALAT JUMLAH
1 Mistar 10 buah
2 Kaca pembesar 10 buah
3 Kamera digital 5 buah
4 Beaker gelas 10 buah
5 Sarung tangan karet 50 buah
6 Masker 50 buah
7 Alat penyemprot 20 buah
8 Botol minuman ukuran
1 liter
20 buah
2. BAHAN
NO NAMA BAHAN JUMLAH
1 Acacia mangium Willd 50 pohon
2 Air suling 10000 ml
3 Larutan Asam ( HNO3 )
- 0,05 %
- 0,1 %
- 0,5 %
200 ml
200 ml
200 ml
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Praktikan membuat larutan asam HNO3 dengan konsentrasi 0,05 %; 0,1 %;
dan 0,5 %.
2. Praktikan menyediakan 400 ml air suling (H2O) sebagai kontrol.
3. Praktikan memasukkan 200 ml air suling (H2O) dan larutan asam HNO3 0,05
%; 0,1 %; dan 0,5 % kedalam masing – masing botol minuman ukuran 1 liter
yang telah disediakan.
4. Praktikan sebagai parameter: pengamatan pengukuran tinggi pohon dan akar
serta pengamatan pada daun (bukti foto) tanaman Acacia mangium Willd awal
sebelum penyemprotan air suling dan HNO3.
5. Praktikan sebagai parameter adalah pengamatan dan pengukuran tinggi pohon
serta pengamatan pada daun (bukti foto) tanaman Acacia mangium Willd
sesudah penyemprotan air suling dan HNO3 pada hari ke-3, ke-6, dan ke-9.
7. 7
6. Praktikan sebagai parameter adalah pengamatan dan pengukuran akar (bukti
foto) tanaman Acacia mangium Willd sesudah penyemprotan air suling dan
HNO3 pada hari ke-11.
7. Praktikan mencatat hasil perubahan kacang hijau dalam sebuah tabel.
PEMBAHASAN
Senyawa Asam Nitrat (HNO3)
Senyawa asam nitrat (HNO3) adalah sejenis cairan korosif yang tak berwarna dan
merupakan asam beracun yang dapat menyebabkan luka bakar.larutanasam nitrat
dengan kandungan asam nitrat lebih dari 86 % disebut sebagai asam nitrat berasap
yang terdiri dari dua jenis asam yaitu asam nitrat berasap putih dan asam nitrat
berasap merah.
Asam nitrat murni 100 % merupakan cairan tidak berwarna dan membeku pada
suhu -42o
C dan mendidih pada 83o
C. Ketika mendidih pada suhu kamar, terdapat
dekomposisi (penguraian) sebagian dengan pembentukan nitrogen dioksida
susudah reaksi :
4HNO3 2H2O + 4NO2 + O2 …… ( 72O
C )
yang berarti asam nitrat anhidrat disimpan dibawah 00
C untuk menghindari
penguraian. Pada umumnya asam nitrat tidak menyumbangkan protonnya (tidak
membebaskan ion hidrogen) pada reaksi dengan logam dan garam yang
dihasilkannya biasanya berada dalam keadaan teroksidasi yang lebih tinggi,
karenanya pengkaratan (korosi) bisa terjadi. Asam nitrat bereaksi dengan hebat
dan sebagian besar bahan-bahan organic dan reaksinya dapat bersifat eksplosif.
Reaksi dapat terjadi dengan semua logam kecuali deret logam mulia atau alat
tertentu. Asam nitrat dibuat dengan mencampurkan nitrogen oksida (NO2) dengan
air dan menghasilkan asam nitrat yang sangat murni.
Perkecambahan Kacang Hijau
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat proses perkecambahan
kacang hijau pada tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1. Hasil Penelitian Pengukuran Panjang Akar Kacang Hijau.
Nomor
Kacang
HIjau
Hari Ke- Hari Ke-2 Hari Ke-3
H2O
0,05
%
0,1
%
0,5% H2O
0,05
%
0,1
%
0,5% H2O
0,05
%
0,1
%
0,5%
1 0,1 - - - 0,2 - - - 1,1 - - -
2 0,3 - - - 0,4 - - - 1,8 - - -
3 - - - - 0,5 - - - 1,2 - - -
4 0,5 - - - 0,9 - - - 1,9 - - -
5 0,4 - - - 0,5 - - - 1,7 - - -
6 0,3 - - - 0,6 - - - 1,2 - - -
8. 8
Tabel 1. Lanjutan...
Nomor
Kacang
HIjau
Hari Ke- Hari Ke-2 Hari Ke-3
H2O
0,05
%
0,1
%
0,5% H2O
0,05
%
0,1
%
0,5% H2O
0,05
%
0,1
%
0,5%
7 0,1 - - - 0,5 - - - 1,3 - - -
8 0,2 - - - 0,4 - - - 1,1 - - -
9 0,3 - - - 0,7 - - - 1,7 - - -
10 0,6 - - - 0,9 - - - 2,1 - - -
Jumlah 2,8 - - - 5,6 - - - 15,1 - - -
Rata-rata 0,28 - - - 0,56 - - - 1,51 - - -
Pembahasan Pada H2O (Air) :
1. Pada hari pertama, semua kacang hijau mulai berkecambah dan mengeluarkan
akar dengan rata-rata panjang akar kacang hijau adalah 0,28 cm; terkecuali
kacang hijau ketiga tidak terlihat perkecambahan dan mengeluarkan akar.
2. Pada hari kedua, baru tampak pertumbuhan pada kacang hijau ketiga dengan
panjang akar 0,5 cm dengan total semua kacang hijau mulai berkecambah dan
mengeluarkan akar adalah 5,6 cm dengan rata-rata panjang akar kacang hijau
adalah 0,56 cm dengan rata-rata pertumbuhan panjang akar kacang hijau
adalah 0,28 cm.
3. Demikian halnya pada hari ketiga, dimana semua kacang hijau mulai hari
pertama sampai dengan kacang hijau hari ke tiga bertambah akar sebesar 1,51
dengan selisih pertambahan akar kacang hijau pada hari ke dua adalah 0,95 cm
dan hari pertama adalah 1,23 cm.
Pembahasan Pada Larutan HNO3 Dengan Air Suling:
Pada larutan air suling dan HNO3 0,05 %; 0,5 %; dan 0,1 % dengan kacang hijau
yang diletakkan kedalam masing-masing aqua cup dan didiamkan selama 1 hari
tidak mengalami perkecambahan serta pertumbuhan akar atau tidak menunjukkan
adanya pertumbuhan pada kacang hijau. Pada hari ketiga, biji kacang hijau
menjadi berwarna coklat dan sangat lunak dalam arti mengalami proses
pembusukkan. Hal tersebut dikarenakan oleh larutan asam HNO3 yang merusak
proses perkembangan dan pertumbuhan pada perkecambahan biji kacang hijau.
Pertumbuhan Acacia mangium Willd
Dari hasil praktikum penyiraman HNO3 dengan air suling yang telah dilakukan
dapat dilihat proses pertumbuhan Acacia mangium Willd pada tabel 2 dan tabel 3,
dibawah ini:
9. 9
Tabel 2. Hasil Penelitian Pengukuran Panjang (m) Batang Acacia mangium
Willd Umur 1 Tahun
Anakan
Acacia
mangium
Hari Ke-3 Hari Ke-6 Hari Ke-9
H2O
0,05
%
0,1
%
0,5% H2O
0,05
%
0,1
%
0,5% H2O
0,05
%
0,1
%
0,5%
1 2,52 2,38 2,36 2,33 2,86 2,40 2,37 2,33 2,93 2,41 2,37 2,33
2 2,61 2,47 2,45 2,42 2,95 2,49 2,46 2,42 3,02 2,50 2,46 2,42
3 2,36 2,22 2,20 2,17 2,70 2,24 2,21 2,17 2,77 2,25 2,21 2,17
4 2,70 2,56 2,54 2,51 3,04 2,58 2,55 2,51 3,11 2,59 2,55 2,51
5 2,53 2,39 2,37 2,34 2,87 2,41 2,38 2,34 2,94 2,42 2,38 2,34
Jumlah 12,72 12,02 11,92 11,77 14,42 12,13 11,96 11,76 14,77 12,19 11,95 11,76
Rata-rata 2,54 2,40 2,38 2,35 2,88 2,43 2,39 2,35 2,95 2,44 2,39 2,35
Pada hari ke-3, ke-6 ke-9, rata-rata panjang semua Acacia mangium Willd adalah
2,54 m; 2,88 m; dan 2,95 m; sedangkan yang disiram HNO3 dengan konsentrasi
yang berbeda mengalami pertambahan panjang yang lebih lambat dari H2O,
demikian halnya dengan pengamatan batang tidak terjadi perubahan yang
signifikan antara yang disiram dengan HNO3 dan H2O.
Tabel 3. Hasil Penelitian Pengamatan Dan Jumlah Daun Acacia Mangium
Willd Umur 1 Tahun
Anakan
Acacia
mangium
Hari Ke-3 Hari Ke-6 Hari Ke-9
H2O
0,05
%
0,1
%
0,5% H2O
0,05
%
0,1
%
0,5% H2O
0,05
%
0,1
%
0,5%
1 25 25 25 25 28 23 23 23 30 22 22 22
2 24 24 24 24 27 22 22 22 29 21 21 21
3 26 26 26 26 29 24 24 24 31 23 23 23
4 23 23 23 23 26 21 21 21 28 20 20 20
5 23 23 23 23 26 21 21 21 28 20 20 20
Jumlah 121 121 121 121 136 111 111 111 146 106 106 106
Rata-rata 24 24 24 24 27 22 22 22 29 21 21 21
Pada hari ke-3, ke-6 ke-9, jumlah daun Acacia mangium Willd adalah 24 m; 27 m;
dan 29 m; sedangkan yang disiram HNO3 dengan konsentrasi yang berbeda
mengalami pertambahan helai daun yang lebih sedikit dari H2O, demikian halnya
dengan pengamatan helai daun terjadi perubahan antara yang disiram dengan
HNO3 terdapat lapisan tipis seperti lilin pada helai daun dan mengalami perubahan
warna menjadi coklat dari pada yang disiram dengan H2O.
10. 10
PROSES PERSIAPAN PENANAMAN ACACIA MANGIUM WILLD
SECARA UMUM
Persiapan lapangan
Persiapan lapangan, merupakan proses yang terdiri dari penataan lapangan,
pembersihan lapangan, dan pengolahan tanah dengan penjelasan sebagai berikut
ini: (Irwanto, 2007)
1 Penataan lapangan. Penataan areal penanaman dimaksudkan untuk mengatur
tempat dan waktu, pengawasan serta keperluan pengelolaan hutan lebih lanjut.
Areal dibagi menjadi blok-blok tata hutan dan blok dibagi menjadi peta-petak
tata hutan. Unit-unit ini ditandai dengan patok dan digambar di atas peta
dengan skala 1 : 10.000. Batas-batas blok dapat dipakai berupa batas alam
seperti sungai, punggung bukit atau batas buatan seperti jalan, patok kayu atau
beton.
2 Pembersihan lapangan. Beberapa kegiatan yang dilakukan sebelum
penanaman meliputi :
a. Menebang pohon-pohon sisa dan meninggalkan pohon yang di larang
ditebang
b. Mengumpulkan semak belukar, alang-alang dan rumput-rumputan
c. Sampah-sampah yang telah terkumpul dibakar.
3 Pengolahan tanah. Pengolahan tanah diperlukan pada tanah-tanah yang padat
dengan cara sebagai berikut :
a. Tanah dicangkul sedalam 20 - 25 cm kemudian dibalik
b. Bungkalan-bungkalan tanah dihancurkan, akar-akar dikumpulkan, dijemur
dan dibakar
c. Tanah pada jalur-jalur tanaman dihaluskan dan dibersihkan, kemudian
dibuat lubang tanaman
Penanaman dan pemeliharaan.
Prose penanaman terdiri dari pengangkutan bibit, waktu penanaman, teknik
penanaman sedangkan pemeliharan terdiri dari penyiangan, penyulaman,
pendangiran, pemupukkan untuk lebih jelasnya dapat dilihat penjelasan berikut
dibawah ini: (Irwanto, 2007)
1. Pengangkutan bibit. Pengangkutan bibit dari persemaian ke lokasi
penanaman harus dilakukan dengan hati-hati agar bibit tidak mengalami
kerusakan selama dalam perjalanan. Bibit yang telah diseleksi dimasukan ke
dalam peti atau keranjang dan disarankan agar bibit tidak ditumpuk. Bibit
disusun rapat hingga tidak bergerak jika dibawa. Jumlah bibit yang diangkut
ke lapangan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan menanam. Bibit yang
diangkut diusahakan bibit yang sehat dan segar. Hindarkan bibit dari panas
matahari dan supaya disimpan di tempat teduh dan terlindung.
2. Waktu penanaman. Penanaman dilakukan setelah hujan lebat pada musim
hujan, yaitu dalam bulan Oktober sampai Januari. Pengamatan mulainya hujan
lebat sangat perlu, karena bibit yang baru ditanam menghendaki banyak air
dan udara lembab. Bibit yang ditanam ke lapangan adalah bibit yang telah
berumur 3-4 bulan di bedeng sapih dengan ukuran tinggi 25-30 cm.
11. 11
3. Teknik penanaman. Bibit ditanam tegak sedalam leher akar. Apabila terdapat
akar cabang yang menerobos keluar dari tanah dalam kantong plastik,
dipotong aga tidak tertanam terlipat dalam lubang tanaman. Sebelum ditanam,
tanah dalam kantong plastik dipadatkan lalu kantong plastik dibuka Informasi
lebih lanjut perlahan-lahan, tanah serta bibit di keluarkan baru ditanam. Bibit
ditanam berdiri tegak pada lubang yang telah dibuat pada setiap ajir, kemudian
diisi dengan tanah gembur sampai leher akar. Tanah yang ada di sekelilingnya
ditekan agar menjadi padat.
4. Pemeliharaan. Meliputi kegiatan penyiangan, penyulaman, pendangiran dan
pemupukan, kegiatan pemeliharaan dilakukan tiga bulan sekali selama 2 tahun
stelah penanaman di lapangan.
a. Penyiangan. Kegiatan ini bertujuan untuk membebaskan tanaman pokok
dan belukar dan tumbuhan pengganggu lainnya. Oleh karena itu
penyiangan dilakukan terutama pada tahun pertama dan kedua.
Penyiangan dikerjakan sepanjang kiri-kanan larikan tanaman selebar 50
cm.
b. Penyulaman. Penyulaman dilakukan pada tahun pertama selama musim
hujan. Tanaman yang mati atau merana disulam dengan bibit dari
persemaian dan diulang selama hujan masih cukup. Apabila lahan di
sekitar tanaman sangat terbuka maka dapat diberi mulsa.
c. Pendangiran. Kegiatan ini dilaksanakan bersama dengan penyiangan di
mana tanah di sekitar tanaman akan digemburkan lebih kurang seluas
lubang tanam
d. Pemupukan. Pemupukan diberikan setelah dilakukan penyiangan dan
pendangiran, pupuk ditaburkan di sekeliling tanaman Akasia mengikuti
alur lubang tanaman dan ditimbun tanah. Pupuk yang digunakan dapat
merupakan campuran yang membentuk kandungan NPK dapat pula
digunakan urea; TSP; KCL dengan perbandingan 1 : 2 : 1. Pemberian
pupuk disesuaikan dengan pengalaman dalam pemberian pupuk.
HUJAN ASAM
Pengertian Hujan Asam
Hujan asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6.
Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida
(CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah.
Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan
mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.
Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam
bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen
membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer
dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitra yang mudah
larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan
meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya
bagi kehidupan ikan dan tanaman.
12. 12
Penyebab Hujan Asam
Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2)
dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran. Akan
tetapi sekitar 50% SO2 yang ada di atmosfer diseluruh dunia terjadi secara alami,
misalnya dari letusan gunung berapi maupun kebakaran hutan secara alami.
Sedangkan 50% lainnya berasal dari kegiatan manusia, misalnya akibat
pembakaran BBF, peleburan logam dan pembangkit listrik. Minyak bumi
mengadung belerang antara 0,1% sampai 3% dan batubara 0,4% sampai 5%.
Waktu BBF di bakar, belerang tersebut beroksidasi menjadi belerang dioksida
(SO2) dan lepas di udara. Oksida belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam
sulfat (Soemarmoto O, 1992)
Proses Pembentukan Hujan Asam
Hujan asam ini dapat terbentuk akibat dari proses reaksi gas yang mengandung
sulfat. Sulfat dioksida (SO2) yang bereaksi dengan Oksigen (O2) dengan bantuan
dari sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari.
Proses ini akan menghasilkan sulfat trioksida (SO3) yang menyatu setelah reaksi
tersebut, yakni melalui air laut yang naik ke udara dengan tujuan menghasilkan
asam sulfida (H2SO4), proses ini kemudian menyatu dengan gas yang terdapat di
udaraseperti amonia yang menghasilkan susunan partikel baru yaitu asam sulfat
amonia.
Partikel yang tersisa dan mengendap di udara akan membentuk tetesan halus yang
dipindahkan oleh angin dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Ketika tempat
jatuhnya air hujan sudah tepat, maka tetesan asam belerang (sulfat) dan butiran-
butiran sulfat amonia akan terurai di air hujan dan jatuh ke permukaan bumi
menjadi hujan asam.
Hujan asam tidak baik untuk lingkungan hidup (ekosistem) dan sangat berbahaya
jika digunakan oleh manusia, karena air hujan asam mempunyai rasa yang sangat
pahit dan dapat meningkatkan kadar keasaman air.
Nitrogen Oksida (NO) bersama sulfat oksida (SO) merupakan bagian dalam
pembentukan hujan asam. Nitrogen oksida akan mengubah oksigen dan sinar
ultraviolet menjadi asam nitrogen. Seperti zat yang lainnya, ia akan tersisa di
udara bersama hembusan angin serta mendapatkan tempat yang cocok untuk
hujan deras, kemudia terurai membentuk hujan asam yang terasa pedas dan
menyengat.
Dampak Hujan Asam
Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan
bersifat global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam
memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada
lingkungan abiotik, antara lain :
1. Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang
bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling
pertama mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau
memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang. Ini
13. 13
disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang secara signifikan berdampak
pada keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua danau yang terkena
hujan asam akan menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan jenis batuan
dan tanah yang dapat membantu menetralkan keasaman.
2. Tumbuhan dan Hewan
Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu
kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk
tumbuh. Serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium, yang
akan bercampur didalam nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh
tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun
berguguran, selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan dan
mati. Seperti halnya danau, Hutan juga mempunyai kemampuan untuk
menetralisir hujan asam dengan jenis batuan dan tanah yang dapat mengurangi
tingkat keasaman.
Pencemaran udara telah menghambat fotosintesis dan immobilisasi hasil
fotosintesis dengan pembentukan metabolit sekunder yang potensial beracun.
Sebagai akibatnya akar kekurangan energi, karena hasil fotosintesis tertahan di
tajuk. Sebaliknya tahuk mengakumulasikan zat yang potensial beracun
tersebut. Dengan demikian pertumbuhan akar dan mikoriza terhambat
sedangkan daunpun menjadi rontok. Pohon menjadi lemah dan mudah
terserang penyakit dan hama. Penurunan pH tanah akibat deposisi asam juga
menyebabkan terlepasnya aluminium dari tanah dan menimbulkan keracunan.
Akar yang halus akan mengalami nekrosis sehingga penyerapan hara dan iar
terhambat. Hal ini menyebabkan pohon kekurangan air dan hara serta akhirnya
mati. Hanya tumbuhan tertentu yang dapat bertahan hidup pada daerah
tersebut, hal ini akan berakibat pada hilangnya beberapa spesies. Ini juga
berarti bahwa keragaman hayati tamanan juga semakin menurun.
Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau coklat pada
permukaan daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan kematian tumbuhan tersebut. Menurut Soemarmoto (1992), dari
analisis daun yang terkena deposisi asam menunjukkan kadar magnesium
yang rendah. Sedangkan magnesium merupakan salah satu nutrisi assensial
bagi tanaman. Kekurangan magnesium disebabkan oleh pencucian magnesium
dari tanah karena pH yang rendah dan kerusakan daun meyebabkan pencucian
magnesium di daun.
Sebagaimana tumbuhan, hewan juga memiliki ambang toleransi terhadap
hujan asam. Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan langsung mati saat
pH tanah meningkat karena sifat hewan mikroskopis adalah sangat spesifik
dan rentan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim. Spesies hewan yang
lain juga akan terancam karena jumlah produsen (tumbuhan) semakin sedikit.
Berbagai penyakit juga akan terjadi pada hewan karena kulitnya terkena air
dengan keasaman tinggi. Hal ini jelas akan menyebabkan kepunahan spesies.
3. Kesehatan Manusia
Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti, namun belum
ada yang nyata berhubungan langsung dengan pencemaran udara khususnya
oleh senyawa NO3 dan SO2. Kesulitan yang dihadapi dkarenakan banyaknya
14. 14
faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang, termasuk faktor kepekaan
seseorang terhadap pencemaran yang terjadi. Misalnya balita, orang berusia
lanjut, orang dengan status gizi buruk relatif lebih rentan terhadap pencemaran
udara dibandingkan dengan orang yang sehat.
Berdasarkan hasil penelitian, sulphur dioxide yang dihasilkan oleh hujan asam
juga dapat bereaksi secara kimia didalam udara, dengan terbentuknya partikel
halus suphate, yang mana partikel halus ini akan mengikat dalam paru-paru
yang akan menyebabkan penyakit pernapasan. Selain itu juga dapat
mempertinggi resiko terkena kanker kulit karena senyawa sulfat dan nitrat
mengalami kontak langsung dengan kulit.
4. Korosi
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa
material seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta
logam. Ancaman serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument
termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan
melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan yang telah
menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan.
Upaya Pengendalian Deposisi Asam
Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar yang
mengandung sedikit zat pencemaran, menghindari terbentuknya zat pencemar saar
terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan
penghematan energi.
A. Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah
Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Masalahnya ialah sampai
saat ini Indonesia sangat tergantung dengan minyak bumi dan batubara,
sedangkan minyak bumi merupakan sumber bahan bakar dengan kandungan
belerang yang tinggi.
Penggunaan gas asam akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan
tetapi kebocoran gas ini dapat menambah emisi metan. Usaha lain yaitu
dengan menggunakan bahan bakar non-belerang misalnya metanol, etanol dan
hidrogen. Akan tetapi penggantian jenis bahan bakar ini haruslah dilakukan
dengan hati-hati, jika tidak akan menimbulkan masalah yang lain. Misalnya
pembakaran metanol menghasilkan dua sampai lima kali formaldehide
daripada pembakaran bensin. Zat ini mempunyai sifat karsinogenik (pemicu
kanker).
B. Mengurangi kandungan Belerang sebelum Pembakaran
Kadar belarang dalam bahan bakar dapat dikurangi dengan menggunakan
teknologi tertentu. Dalam proses produksi, misalnya batubara, batubara
diasanya dicuci untukk membersihkan batubara dari pasir, tanah dan kotoran
lain, serta mengurangi kadar belerang yang berupa pirit (belerang dalam
bentuk besi sulfida( sampai 50-90% (Soemarmoto, 1992).
C. Pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran
Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan NOx pada waktu
pembakaran telah dikembangkan. Slah satu teknologi ialah lime injection in
15. 15
multiple burners (LIMB). Dengan teknologi ini, emisi SO2 dapat dikurangi
sampai 80% dan NOx 50%.
Caranya dengan menginjeksikan kapur dalam dapur pembakaran dan suhu
pembakaran diturunkan dengan alat pembakar khusus. Kapur akan bereaksi
dengan belerang dan membentuk gipsum (kalsium sulfat dihidrat). Penuruna
suhu mengakibatkan penurunan pembentukan NOx baik dari nitrogen yang
ada dalam bahan bakar maupun dari nitrogen udara.
Pemisahan polutan dapat dilakukan menggunakan penyerap batu kapur atau
Ca(OH)2. Gas buang dari cerobong dimasukkan ke dalam fasilitas FGD. Ke
dalam alat ini kemudian disemprotkan udara sehingga SO2 dalam gas buang
teroksidasi oleh oksigen menjadi SO3. Gas buang selanjutnya "didinginkan"
dengan air, sehingga SO3 bereaksi dengan air (H2O) membentuk asam sulfat
(H2SO4). Asam sulfat selanjutnya direaksikan dengan Ca(OH)2 sehingga
diperoleh hasil pemisahan berupa gipsum (gypsum). Gas buang yang keluar
dari sistem FGD sudah terbebas dari oksida sulfur. Hasil samping proses FGD
disebut gipsum sintetis karena memiliki senyawa kimia yang sama dengan
gipsum alam.
D. Pengendalian Setelah Pembakaran
Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran.
Teknologi yang sudah banyak dipakai ialah fle gas desulfurization (FGD)
Prinsip teknologi ini ialah untuk mengikat SO2 di dalam gas limbah di
cerobong asap dengan absorben, yang disebut scubbing. Dengan cara ini 70-
95% SO2 yang terbentuk dapat diikat. Kerugian dari cara ini ialah
terbentuknya limbah. Akan tetapi limbah itu dapat pula diubah menjadi
gipsum yang dapat digunakan dalam berbagai industri. Cara lain ialah dengan
menggunakan amonia sebagai zat pengikatnya sehingga limbah yang
dihasilkan dapat dipergunakan sebagi pupuk.
Selain dapat mengurangi sumber polutan penyebab hujan asam, gipsum yang
dihasilkan melalui proses FGD ternyata juga memiliki nilai ekonomi karena
dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misal untuk bahan bangunan.
Sebagai bahan bangunan, gipsum tampil dalam bentuk papan gipsum (gypsum
boards) yang umumnya dipakai sebagai plafon atau langit-langit rumah
(ceiling boards), dinding penyekat atau pemisah ruangan (partition boards)
dan pelapis dinding (wall boards).
E. Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce)
Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang,
dimana produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang
sehingga jumlah sampah atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi.
Teknologi yang digunakan juga harus diperhatikan, teknologi yang berpotensi
mengeluarkan emisi hendaknya diganti dengan teknologi yang lebih baik dan
bersifat ramah lingkungan. Hal ini juga berkaitan dengan perubahan gaya
hidup, kita sering kali berlomba membeli kendaraan pribadi, padahal
transportasilah yang merupakan penyebab tertinggi pencemaran udara. Oleh
karena itu kita harus memenuhi kadar baku mutu emisi, baik di industri
maupun transportasi.
16. 16
GAMBAR-GAMBAR AKIBAT DARI HUJAN ASAM
Gambar 1. Kematian Ikan Akibat Dari Tingginya Kadar Asam Di Air
Gambar 2a.Kerusakan Tanaman Akibat Hujan Asam
26. 26
KESIMPULAN
1. Pada percobaan dengan HNO3 merupakan sebagian dari larutan asam
penyebab hujan asam yang membawa dampak buruk terutama pada tumbuhan
perkecambahan kacang hijau dimana dapat dilihat dari proses perkecambahan
kacang hijau yang mengalami proses pembusukan yang pada akhirnya
menyebabkan kematian missal sedangkan pada pertumbuhan Acacia mangium
Willd mengalami hal serupa dengan bertahap sehingga pada akhirnya
mengalami kematian.
2. Pada kacang hijau yang ditetesin larutan HNO3 pekat (konsentrasi tinggi) pada
aqua cup dengan air suling yang didalamnya mengalami perubahan kacang
dari yang berwarna hijau menjadi berwarna cokelat.
3. Kacang hijau yang ditetesi larutan HNO3 pekat (konsentrasi tinggi) pada aqua
cup dengan air suling yang didalamnya kacang hijau menjadi lunak & lembek
karena keasaman yang diserap kacang akan mematikan nutrisi dan
menonaktifkan enzim pada perkecambahan, sedangkan pada pertumbuhan
Acacia mangium Willd mengalami perubahan pada penyiraman konsentrasi
HNO3 dengan air suling yang tinggi.
4. Terlihat bahwa perbandingan perkecambahan kacang hijau dan pertumbuhan
Acacia mangium Willd pada H2O lebih subur dibandingkan ditetesin larutan
asam atau yang disiram dengan HNO3 yang ditandai dengan pertambahan
kecambah dan pertumbuhan Acacia mangium Willd pada H2O yang sangat
pesat dan subur.
5. Pada percobaan kacang hijau dan pertumbuhan Acacia mangium Willd dapat
disimpulkan bahwa tanaman/tumbuhan memiliki batas atau ambang ketahanan
lingkungan yang ekstrem.
DAFTAR PUSTAKA
Diopin, V. 1997. Pengantar Morfologi Tumbuhan Edisi ke Dua. Yogyakarta:
UGM
Dyarmo. 2001. Lingkungan Hidup. Jakarta: UI
Irwanto, 2007. Budidaya Tanaman Kehutanan, Yogyakarta
Soemarmoto, Otto. 1992. Indonesia dalam Kancah Isu Lingkungan Global.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Tjasyono, B. 2003. Biologi Universitas. Bandung: ITB
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.