SlideShare a Scribd company logo
ASUHAN NEONATUS,
BAYI, BALITA, ANAK
PRA SEKOLAH
MODUL
SEMESTER 3
Konsep Dasar Neonatus dan Bayi
dengan Penyulit dan Komplikasi serta
Permasalahannya
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
Nurlailis Saadah
Australia Indonesia Partnership for
Health System Strengthening
(AIPHSS)
KEGIATAN BELAJAR IV
Asuhan Neonatus dan Bayi
dengan Diare dan Obstipasi
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
2
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Pendahuluan
Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir
(neonatus) yang terbanyak disebabkan oleh
kegawat daruratan dan penyulit pada masa
neonatus, seperti bayi berat lahir rendah
(BBLR), asfixia neonatorum, sindromgawat
nafas,hiperbilirubinemia,sepsisneonatorum,
trauma lahir, dan kelainan kongenital. World
healt organization (WHO) dalam pernyataan
tentang neonatorum dunia tahun 2001
melaporkan bahwa penyebab langsung
kematian neonatus adalah infeksi (32%),
asfixia (29%), komplikasi prematuritas
(24%), Kelainan bawaan (10%), dan lain-
lain (5%). Timbulnya penyulit pada masa
neonatus ini sesungguhnya masih dapat di
cegah melalui berbagai upaya antara lain
melalui perbaikan tingkat kesehatan dan
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
ibu dan bayi baru lahir(neonatus).
Modulinidikemasdalambeberapakegiatan
belajar dalam waktu yang berbeda beda
serta tergantung banyak sedikitnya materi
yang dibahas. Adapun pembagian kegiatan
belajarnya sebagai berikut :
Kegiatan belajar 1	 : Asuhan Neonatus,
bayi, dan balita dengan Muntah dan Gumoh
Kegiatan Belajar 2	 : Asuhan Neonatus,
bayi, dan balita dengan Oral trush dan
Diaper rush
Gambar: Bayi menangis
Kegiatan Belajar 3	 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Seborrhea dan Miliariasis
Kegiatan Belajar 4	 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Diare dan Obstipasi
Kegiatan Belajar 5	 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan furunkel dan infeksi
Kegiatan Belajar 6 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Hemangioma dan Bayi Mati
Mendadak
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
3Setelah selesai mempelajari modul ini
diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan
tentang asuhan neonatus yang ada pada
kegiatan belajar di atas.
Pemahaman tentang materi ini bisa
berjalan dengan baik jika mahasiswa selain
menguasai teori minimal pernah melihat dan
mengidentifikasi kasus-kasus tentang penyulit
dan komplikasi pada neonatus.
Proses pembelajaran ini akan berjalan baik dan
lancar apabila saudara juga memahami tentang
upaya terjadinya penyulit dan komplikasi pada
bayi.
Baiklah bagi semua mahasiswa selamat belajar
semoga sukses dalam memahami materi
kuliah ini sesuai dengan tujuan yang telah di
rumuskan.
Proses pembelajaran untuk materi Deteksi
kegawatdaruratan maternal neonatal ini, dapat
berjalan dengan lancar apabila Anda mengikuti
langkah langkah belajar sebagai berikut:
a.	Mempelajari dengan seksama, cermat,
dan teliti setiap kegiatan belajar, sehingga
diperoleh pengetahuan, pemahaman yang
mendalam dan menyeluruh.
b.	Pada setiap kegiatan belajar disediakan
beberapa tugas, Tugas-tugas tersebut
sebaiknya dikerjakan sesuai dengan
petunjuk yang ada. Apabila ditemukan
kesulitan dalam penyelesaian tugas, perlu
dipelajari kembali materi kegiatan belajar
yang terkait dengan tugas-tugas yang
menyertainya.
c.	 Setelah belajar dan berlatih dengan baik,
langkah selanjutnya adalah mengerjakan
tes formatif. Hasil tes formatif sebaiknya
diteliti kembali dengan cermat. Jika sudah
yakin mengenai kebenaran hasil tes, barulah
masuk ke langkah pencocokan dengan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Selamat belajar, semoga berhasil
Gambar: Bayi menyusui
kunci jawaban yang tertera dibagian
akhir setiap kegiatan belajar.
d.	Membaca umpan balik dan tindak
lanjut. Jika hasil tes baik atau baik sekali,
kegiatan tahap belajar berikutnya
dapat ditempuh. Jika hasil tes cukup
atau kurang, tes formatif harus diulang
sekali lagi. Jika belum berhasil, maka
kegiatan belajar perlu diulang kembali,
baru melaksanakan tes formatif lagi.
e.	Jika kegiatan belajar telah diulang,
namun tes formatif masih cukup atau
kurang, perlu dilakukan konsultasi
khusus dengan dosen.
Diharapkan agar petunjuk-petunjuk diatas
dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan
sehingga Anda dapat mencapai hasil
belajar sesuai dengan harapan.
Baiklah Saudara peserta Pendidikan jarak
Jauh, selamat belajar, semoga Anda sukses
memahami pengetahuan yang diuraikan
dalam modul ini sebagai bekal bertugas
sebagai bidan di daerah dengan baik.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
4
Kegiatan
Belajar 4
Asuhan Neonatus dan Bayi dengan
Diare dan Obstipasi
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Pokok-Pokok Materi
Kemampuan akhir yang diharapkan setelah saudara menempuh kegiatan belajar ini adalah
diharapkan saudara mampu menjelaskan konsep dasar neonatus dan bayi dengan diare
dan Obstipasi
Setelah mempelajari kegiatan belajar 4 ini saudara akan mampu :
1.	 Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan neonatus dengan diare
2.	 Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan neonatus dengan obstipasi
Dalam kegiatan belajar 4 ini saudara akan mempelajari tentang:
1.	 Konsep dasar asuhan neonatus dengan diare
2.	 Konsep dasar asuhan neonatus dengan obstipasi
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
5
Uraian
Materi
Selamat siang………pada pertemuan kali ini saudara akan mempelajari tentang apa itu diare?
Dan apa itu Obstipasi…………. Silahkan saudara cermati materi berikut……..
Diare
1.	 Pengertian
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau
lendir dalam tinja (Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk. 2000).
2.	 Tanda dan Gejala
(Perawatan Anak Sakit edisi 2, Ngastiyah. 2005)
a.	 Anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat.
b.	 Nafsu makan berkurang
c.	 Tinja cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir.
d.	 Warna tinja menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu
e.	 Anus dan sekitarnya lecet.
f.		 Muntah sebelum dan atau sesudah diare.
g.	 Pada bayi, ubun-ubun besar cekung.
h.	 Tonus dan turgor kulit berkurang.
i.		 Selaput lendir mulut dan bibir kering.
3.	 Penyebab
(Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk. 2000).
1.	 Faktor infeksi
a.	 Infeksi Enteral : Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Meliputi infeksi bakteri, virus, dan parasit.
b.	 Infeksi parenteral: Infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti Otitis media akut
(OMA), tonsilitis, bronkopneumonia, dan ensefalitis.
2.	 Faktor malabsorbsi, yang terdiri dari malabsorbsi karbohidrat, lemak dan protein.
3.	 Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
4.	 Faktor psikologis, antara lain rasa takut dan cemas (biasanya dapat terjadi pada anak
yang lebih besar).
5.	 Imunodefisiensi.
Gambar : Bayi menangis
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
6
4.	 Komplikasi
(Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer
Arif, Suprohaita, dkk. 2000)
a.	Dehidrasi.
b.	 Renjatan hipovolemik.
c.	Hipokalemia (dengan gejala
meteorismus, hipotoni otot,
lemah, bradikardia, perubahan
elektrokardiogram).
d.	Hipoglikemia.
e.	Intoleransi sekunder akibat
kerusakan vili mukosa usus dan
defisiensi enzim laktase.
f.		Kejang, terjadi pada dehidrasi
hipertonik.
g.	 Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).
5.	 Penatalaksanaan/Pengobatan
(Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk. 2000)
a.	 Berikan lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi, misalnya
cairan oralit dan makanan cair seperti sup dan minuman yoghurt.
b.	 Pemberian makanan untuk mencegah kurang gizi misalnya bubur, sayur, daging atau
ikan. Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur tiap porsi. Berikan pula buah-buahan
seperti pisang.
c.	 Pemberian obat-obatan antidiare meliputi antimotilitas (misal loperamid, difenoksilat,
kodein, opium), adsorden (misal norit, kaolin, attapulgit).
6.	 Perawatannya
(Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk. 2000)
a. Bila terjadi dehidrasi ringan, berikan minum sebanyak-banyaknya, kira-kira satu gelas
setiap kali setelah pasien defekasi. Cairan harus mengandung elektrolit seperti oralit.
b.	 Jika anak terus muntah atau tidak mau minum sama sekali perlu diberikan sonde.
c.	 Bila pemberian cairan peroral tidak dapat dilakukan, dipasang infus dengan cairan Ringer
Laktat. Bila terjadi dehidrasi berat, selama empat jam pertama tetesan dipercepat.
d.	 Perhatikan tanda-tanda vital.
e.	Perhatikan frekuensi BAB anak apakah masih sering, encer atau sudah berubah
konsistensinya.
f.	Pasien diberi makanan setelah dehidrasi teratasi, makanan harus mengandung cukup
kalori, protein, mineral dan vitamin tetapi tidak menimbulkan diare kembali.
g.	 Untuk mengurangi kelelahan pasien tersebut sebaiknya dirawat di atas eltor bed, yaitu
tempat tidur dari terpal yang dilubangi di tengahnya dan di bawahnya ditempatkan
ember penampung kotoran yang telah diisi dengan desinfektan.
7.	 Kebutuhan Dasar Manusia yang Prioritas (Kebutuhan Fisiologis)
Jumlah cairan yang diberikan harus sama dengan jumlah cairan yang telah hilang melalui
diare dan atau muntah, ditambah banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urine, dan
pernafasan, dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah
yang masih terus berlangsung. Begitu pula dengan jumlah nutrisi yang diberikan harus
ditingkatkan selama diare untuk menghindari efek buruk pada status gizi penderita diare.
Gambar : Bayi menyusui
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
7
Kebutuhan energi normalnya (dalam kondisi sehat) : 1100 kalori/hari
Kebutuhan energi dalam kondisi sakit		 : >1100kalori/hari
Kaitkan dengan anatomi dan fisiologi		 : Bila masukan makanan dan cairan kurang
serta suhu tubuh tinggi maka cairan dalam tubuh akan berkurang. Untuk itu diperlukan
tambahan cairan dan elektrolit serta nutrisi. Cairan tubuh dan nutrisi yang kurang,
menurunkan kerja organ tubuh karena distribusi terganggu.
Obstipasi
1.	 Pengertian
Necel(Desember2007)obstipasiberasaldaribahasalatin.Obberartiintheway=perjalanan.
Stipare berarti to compress = menekan
Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan oleh
terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus). Gejala antara obstipasi
dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi).
Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya. Konstipasi
disebabkan selain dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi
karena adanya obstruksi intestinal.
Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal. Pada bayi baru lahir
biasanya buang air besar 2-3 x sehari tergantung jenis susu yang dikonsumsi akan tetapi
masih mungkin normal bila buang air besar 36-48 jam sekali asal konsistensi tinja normal.
Obstipasi adalah pengeluaran mekonium tidak terjadi pada 24 jam pertama sesudah
kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada feses yang menyangkut konsistensi feses
dan frekuensi berhajat. Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka
waktu tiap 3-5 hari, kadang disertai adanya perasaan perut peuh akibat adanya feses atau
gas dalam perut.
Obstipasiadalahpenimbunanfesesyangkerasakibatadanyapenyakitatauadanyaobstruksi
pada saluran cerna. Bisa juga didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama
3 hari atau lebih (Endang Khoirunnisa, 2010).
Lebih dari 90% bayi baru lahir akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama,
sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal
ini tidak terjadi, maka harus dipikirkan adanya obstipasi. Akan tetapi harus diingat bahwa
ketidakteraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi karena pada bayi yang menyusu pada
ibunya dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama 5-7 hari dan tidak menunjukkan adanya
gangguan karena feses akan dikeluarkan dalam jumlah yang banyak sewaktu defekasi. Hal
Gambar : Mengganti popok bayi
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
8
ini masih dikatakan normal. Dengan bertambahnya usia dan variasi dalam dietnya akan
menyebabkan defekasi menjadi lebih jarang dan fesesnya lebih keras (Endang Khoirunnisa,
2010).
Obstipasi atau sembelit adalah tidak buang air besar pada lima hari atau lebih. Obstipasi
menetapterutamajikamulaitimbulsebelumbayimencapaiusia1bulan,biasamenunjukkan
gangguan yang serius. Misalnya penyakit Hirshspung (kelainan saraf yang disertai dengan
usus yang berukuran besar) atau kelenjar tiroid yang kurang aktif. (Wati Nur M, 2010; 108-
109).
2.	 Etiologi
a.	 Menurut Endang Khoirunnisa (2010), obstipasi pada anak dapat disebabkan oleh hal-hal
berikut :
1.	 Kebiasaan makanan
Obstipasi dapat timbul bila feses terlalu kecil untuk membangkitkan keinginan
untukbuang air besar. Keadaan ini terjadi akibat dari kelaparan, dehidrasi dan
mengkonsumsi makanan yang kurang selulosa.
2.	Hypothyroidisme
	 Obstipasi merupakan gejala dai dua keadaan, yaitu kreatinisme dan myodem yang
menyebabkan tidak cukupnya ekskresi hormon tiroid sehingga semua proses
metabolisme berkurang.
3.	 Keadaan-keadaan mental
	 Faktor kejiwaan memegang peranan penting terhadap terjadinya obstipasi, terutama
depresi berat yang tidak memedulikan keinginannya untuk buang air besar. Biasanya
terjadi pada anak usia 1-2 tahun. Jika pada anak usia 1-2 tahun pernah mengalami
buang air besar yang keras dan terasa nyeri, maka mereka cenderung tidak mau buang
air besar untuk beberapa hari, bahkan beberapa minggu sampai beberapa bulan
sesudahnya karena takut mengalami kesukaran lagi. Dengan tertahannya feses dalam
beberapa hari/minggu/bulan, maka akan mengakibatkan kotoran menjadi keras dan
menjadi terasa nyeri, sehingga anak menjadi semakin malas buang air besar. Kondisi
anak dengan keterbelakangan mental juga merupakan penyebab terjadinya obstipasi
karena anak dilatih untuk buang air besar.
4.	 Penyakit organik
	 Obstipasi bisa terjadi berganti-ganti dengan diare pada kasus karsinoma kolon dan
divertikulus. Obstipasi bisa terjadi bila terasa nyeri saat buang air besar dan sengaja
dihindari seperti pada fistula ani atau wasir yang mengalami thrombosis.
5.	 Kelainan congenital
	 Adanya penyakit seperti atresia, stenosis, megakolon aganglionik kogenital (Penyakit
Hirshsprung). Obstruksi bolus usus illeus mekonium, atau sumbatan mekonium. Hal
ini dicurigai terjadi pada neonatus yang tidak mengeluarkan mekonium dala 36 jam
pertama.
6.	 Penyebab lain
Gambar : Bayi menangis
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
9
	 Penyebab lainnya adalah diet yang salah, tidak mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat selulosa sehingga bisa mendorong terjadinya peristaltik atau pada
anak setelah sakit atau sedang sakit dimana anak masih kekurangan cairan.
b.	 Obstipasi disebabkan juga karena sebagai berikut :
1.	 Penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan bayi muda
kurang mengandung air / gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua biasanya karena
makanan yang kurang mengandung polisakarida atau serat.
2.	 Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirshsprung yang
berarti usus tidak melakukan gerakan peristaltik.
3.	 Sering menahan terselit karena nyeri saat buang air besar.
4.	 Obstipasi akibat obstruksi dari instralumen usus meliputi akbat adanya kanker dalam
dinding usus.
5.	 Obstipasi akibat obstruksi dari instralumen usus, biasanya akibat penekanan usus
oleh massa intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan
rectum.
c.	 Penyebab faktor non organik :
1.	Kurang makanan yang tinggi serat
2.	Kurang cairan
3.	Penggunaan obat atau zat kimiawi tertentu seperti antihistamin, anticholinergic dan
opioids.
4.	Kelainan hormonal/metabolik
5.	Kelainan psikososial
6.	Perubahan / kurang exercise
d.	 Penyebab faktor organik :
1.	 Tanda kelainan organ (mikrocolon, prolaps rectum, struktur anus, tumor)
2.	 Kelainan otot dasar panggul
3.	 Kelainan persyarafan : M. Hirschprung
4.	 Kelainan dalam rongga panggul
5.	 Obstruksi mekanik : atresia ani, stenosis ani, obtruksi usus
3.	 Gejala
a.	 Pada neonatus jika tidakmengeluarkan
mekonium dalam 36 jam pertama,
pada bayi jika tidak mengeluarkan feses
selama 3 hari lebih.
b.	 Sakit dan kejang pada perut.
c.	Pada pemeriksaan rectal, jari akan
merasa jepitan udar dan mekonium
yang menyemprot
d.	 Feses besar dan tidak dapat digerakkan
dalam rectum
e.	 Feses keras
f.	 Bising usus yang janggal
g.	Merasa tidak enak badan dan sakit
kepala.
h.	 Terdapat luka pada anus
i.	 Sering menangis
j.	 Susah tidur
Gambar : Bayi diperiksa kesehatannya
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
10
k.	Gelisah
l.	 Perut kembung
m.	Kadang-kadang muntah
n.	 Abdomen distensi dan Anoreksia
o.	 Frekuensi BAB kurang dari normal
p.	 Menyusu/makan/minum kurang
4.	 Patofisiologi dan Patogenesis
Pada keadaan normal sebagian besar rektum dalam keadaan kosong kecuali bila adanya
refleks masa dari kolon yang mendorong feses ke dalam rectum yang terjadi sekali atau
dua kali sehari. Hal tersebut memberikan stimulus pada arkus aferen dan refleks defekasi.
Dengan adanya stimulus pada arkus aferen tersebut akan menyebabkan kontraksi otot
dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi. Mekanisme usus yang normal terdiri atas 3
faktor, yaitu sebagai berikut :
a.	 Asupan cairn yang adekuat
b.	 Kegiatan fisik dan mental
c.	 Jumlah asupan makanan berserat
Dalam keadaan normal, ketika bahan makan yang akan dicerna memasuki kolon, air dan
elektrolit diabsorsbsi melewati membran penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat
pada perubahan bentuk feses, dari bentuk cair menjadi bahan yang lunak dan berbentuk.
Ketika feses melewati rectum, feses menekan dinding rectum dan merangsang untuk
defekasi. Apabila anak tidak mengonsumsi cairan secara adekuat, produk pencernaan lebih
kering dan padat, serta tidak dapat dengan segera digerakkan oleh gerakan peristaltik
menuju rektum, sehingga penyerapan terjadi terus menerus dan feses menjadi semakin
kering, padat dan susah dikeluarkan, serta menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit ini dapat
menyebabkan anak malas atau tidak mau buang air besar yang dapat menyebabkan
kemungkinan berkembangnya luka. Proses dapat terjadi bila anak kurang beraktivitas,
menurunnya peristaltik usus, dan lain- lain. Hal tersebut menyebabkan sisa metabolisme
berjalan lambat yang kemungkinan akan terjadi penyerapan air yang berlebihan (Endang
Khoirrunnisa, 2010)
Bahan makanan berserat sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan
pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran pencernaan menuju ke saluran yang
lebih besar. Sumbatan pada usus dapat juga menyebabkan obstipasi (Endang Khoirunnisa,
2010)
5.	 Pembagian
a.	 Obstipasi obstruksi total
Gambar : Bayi makan makanan yang sehat
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
11
	Memiliki ciri tidak keluarnya feses atau flatus dan pada pemeriksaan colok dubur di
dapatkan rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi terdapat pada rectum.
b.	 Obstipasi obstruksi parsial
	Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari tetapi kemudian
dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi parsial kurang darurat
daripada obstruksi total.
c.	 Obstipasi akut
	Rektum tetap mempertahankan tonusnya dan defeksi timbul secara mudah dengan
stimulasi laksatif, supositoria, atau enema (Endang Khoirunnisa, 2010)
d.	 Obstipasi kronik
	Rektum tidak kosong dan dindingnya mengalami peregangan berlebihan secara kronik,
sehingga tambahan feses yang datang mencapai tempat ini tidak menyebabkan rectum
meregang lebih lanjut. Reseptor sensorik tidak memberikan respons pada dinding
rektum lebih lanjut, flaksid dan tidak mampu untuk berkontraksi secara efektif (Endang
Khoirunnisa, 2010).
6.	 Diagnosa
Obstipasi di diagnosa melalui
cara :
a.	Anamnesa
Riwayat penyakit
difokuskan pada gagal
untuk mengeluarkan feses
maupun gas. Perlu untuk
menentukan apakah
termasuk obstruksi total
atau partial. Anamnesa
ditujuakan untuk menggali
lebih dalam riwayat
penyakit terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi.
Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeripada perut, dan masalah sistemik
lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis
dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat obstipasi neoplasma.
b.	 Pemeriksaan fisik
Pemeriksan abdomen standart seperti inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi untuk
melihat apakah ada masa abdomen, nyeri abdomen, dan adanya distensi kolon.
Obstruksi usus pada fase lanjut tidak terdengar bising usus. Pemeriksaan region femoral
dan inguinal untuk melihat apakah ada hernia atau tidak. Obstruksi kolon dapat terjadi
akibat herniainguinal kolon sigmoid. Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk
mengidentifkasikelainanrectumyangmungkinmenyebabkanobstruksidanmemberikan
gambaran tentang isi rectum.
c.	 Pemeriksaan penunjang
1).	 Laboratorium (feses rutin, khusus)
2).	Pemeiksaan Hb
3).	Pemeriksaan urine
4).	Radiologi (foto polos, kontras dengan enema)
5).	Manometri
6).	USG
d.	 Pencitraan dengan CT scan, USG, X rays dengan atau tanpa bahan kontras.
Pencitraan untuk melihat apakah ada dilatasi kolon. Dilatasi kolon tanpa udara
memandakan obstruksi total dan dilatasi kolon dengan terdapat udara memandakan
Gambar : Bayi yang sedang diperiksa fisiknya
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
12
partial obstruksi parsial. Pencitraan ini
dapat dilakukan untuk menentukan letak
obstruksi dan penyebab obstruksi.
Laboratorum seperti pemeriksaan
elektrolit darah (mengetahui dehidrasi
dan ketidak seimbangan elektrolit),
hematokrit (apakah ada anemia yang
dihubungkan dengan perdarahan usus
misal akibat neoplasma), hitung leukosit
(mengetahui infeksi usus). Endoskopi
untuk melihat bagian dalam kolon dan
menentukan sebab obstipasi.
7.	 Komplikasi
Menurut Endang Khoirunnisa (2010),
komplikasi yang bisa terjadi pada penderita obstipasi adalah sebagai berikut :
a.	Perdarahan
b.	Ulserasi
c.	Obstruksi
d.	 Diare intermitten
e.	 Distensi kolon akan menghilang jika ada sensasi regangan rectum yang mengawali proses
defekasi
8.	 Manajemen Terapi
Berikut adalah penilaian yang perlu dilakukan pada saat melakukan menejemen kebidanan
menurut Endang Khoirunnisa (2010):
a.	 Penilaian asupan makanan dan cairan
b.	 Penilaian dari kebiasaan usus (kebiasaan pola makan)
c.	 Penilaian penapakan stress emosional pada anak yang dapat mempengaruhi pola
defekasi bayi.
9.	 Penanganan
a.	 Perawatan medis
Meliputi resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit tubuh, nasograstis
decompression pada obstruksi parah untuk mencegah muntah da aspirasi, dan
pengobatan lain untuk mencegah semakin parahnya sakit.
b.	Operasi
Untuk mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab obstruksi, dan untuk mencegah
perforasi usus akibat tekanan tinggi. Ostipasi obstruksi total bersifat sangat urgent
untuk dilakukan tindakan segera dimana jika terlambat dilakukan dapat mengakibatkan
perforasi usus karena peningkatan tekanan feses yang besar.
c.	Diet
Pada obstruksi total dianjurkan tidak makan apa-apa, pada obstruksi parsial dapat
diberikan makanan cair dan obat-obatan.
10.	Penatalaksanaan
a.	 Mencari penyebab obstipasi (Endang Khoirunnisa, 2010).
b.	 Menegakkan kecuali kebiasaan defekasi yang normal dengan mempertahankan gizi,
tambahan cairan, dan kondisi psikis (Endang Khoirunnisa, 2010)
c.	Pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk
menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rectum bisa dilakukan engan
Gambar : Bayi akan dioperasi
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
13disimpaksi digital, enema minyak zaitun, dan laksatif (Endang Khoirunnisa,2010).
d.	 Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung makanan yang banyak serat,
buah – buahan dan sayur-sayuran
e.	 Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya bila diperlukan saja.
f.		 Peningkatan intake cairan.
g.	 Bila diduga terdapat penyakit Hirschprung dapat dilakukan test tekanan usus. Jika hasil
positif maka dilakukan tindakan pembedahan untuk selanjutnya.
h.	 Penggantian hormone tyroid untuk tingkat hormone tyroid yang rendah.
i.		 Suplemen kalsiun untuk tingkat kalsium abnormal
j.		 Banyak minum
k.	Latihan
l.		 Cegah makanan dan obat yang menyebabkan konstipasi
m.	ASI lebih baik dari susu formula
n.	 Kolaborasi untuk intervensi bedah jika ada indikasi
o.	 Perawatan kulit peranal
p.	 Bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula atau ASI yang memadai bisa
diberi 1 sendok teh sirup jagung ringan pada botol pagi dan malam hari.
q.	 Apel atau jus prem efektif bagi bayi antara 2 bulan dan 4 bulan.
r.		 Bayi antara 4 bulan dan 1 tahun dapat sembuh dengan sereal serat tinggi atau jus
alpokat, buah prem kering atau buah prem.
s.	 Anak usia lebih dari 1 tahun sebaiknya diberi makan serat tinggi seperti buah-buahan,
kacang polong, sereal, keripik graham, buncis dan bayam.
Asuhan neonatus dan bayi dengan diare :
a.	 Beritahu ibu untuk selalu memberikan ASI-nya agar bayi tidak mengalami dehidrasi.
b.	 Beritahu ibu untuk makan makanan yang kaya serat seperti sayuran dan buah-buahan.
c.	 Beritahu ibu untuk menambah asupan cairan agar ASI nya memiliki kandunangan air yang
lebih agar dapat memperlancar BAB pada bayi.
Asuhan Neonatus dan Bayi Dengan Obstipasi
Pengkajian
1. Data subyektif
1). Tidak BAB selama 3 hari
2). Sakit pada perut
3). Feses keras
4). Sakit kepala
5). Sering menangis
6). Susah tidur
7). Gelisah
8). Perut kembung
9). Kadang-kadang muntah
Gambar : Ibu memberikan ASI
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
14
Diare adalah defekasi lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa darah dan lender dalam tinja
sedangkan obstipasi adalah terhalangnya pergerakan feces dalam usus.
Obstipasi adalah bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan
feses dalam usus ( adanya obstruksi usus). Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip
dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari
konstipasi berdasarkan penyebabnya. Konstipasi disebabkan selain dari obstruksi inestinal
sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi intestinal.
Rangkuman
10). Tidak nafsu makan dan minum
2. Diagnosa Masalah
Bayi usia 1 bulan, KU bayi baik dengan obstipasi
Intervensi
a.	 Informasikan pada ibu hasil pemeriksaan
b.	 Anjurka ibu memberikan asi yang adekuat
c.	 Anjurka ibu banyak makan-makanan yang berserat
d.	 Anjuka ibu menghentikan pemakaian obat diare
e.	 Berikan terapi obat
f.		 Anjurka kunjungan ulang
Implementasi
1.	 Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan
kesadaran	 : baik
TTV 		 :
S 		 : 37oC
RR 		 : 40x/menit
N 		 : 120x/menit
2.	 Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin tanpa dijadwalkan.
3.	 Menganjurkan ibu banyak makan-makanan yang berserat yaitu makan sayur dan buah
yang hijau.
4.	 Menganjurkan ibu menghentikan pemakaian obat diare, karena asupan makanan yang
diperoleh bayi di dapat dari asupan makanan ibunya.
5.	 Memberikan terapi obat berupa Lactulose 5 ml selama 3 hari pertama.
6.	 Menganjurkan ibu untuk kembali 3 hari lagi kalau BAB bayi belum juga keluar.
Evaluasi
1.	 Ibu tidak nampak cemas lagi
2.	 Ibu dapat menjelaskan kembali penjelasan yang diberikan
3.	 Ibu paham dan mau melakukan apa yang dianjuran.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
15
Petunjuk:
•	 Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
•	 Pilihlah :
A.	 Jika jawaban 1,2 dan 3 benar
B.	 Jika jawaban 1 dan 3 benar
C.	 Jika jawaban 2 dan 4 benar
D.	 Jika hanya 4 saja yang benar
E.	 Jika semua benar
1.	 Penyebab diare pada anak adalah sebagai berikut :
1. Faktor infeksi				
2. Makanan basi, beracun, alergi
3. Faktor mal absorbsi
4. Faktor psikologis
2.	 Tanda dan gejala pasti diare adaah di bawah ini :
1.	 Mual mual tetapi tidak muntah
2.	 Pada bayi ubun2 besar cekung
3.	 Bibir pecah-pecah
4.	 Anus sedikit lecet
3.	 Pernyataan dibawah ini merupakan komplikasi diare, bukan termasuk didalamnya adalah :
A.	 Renjatan hipovolemik			
B.	Hipoglikemi				
C.	Hipokalemia
D.	Dehidrasi
E.	Hipoksia
4.	 Macam cairan yang bisa diberikan pada anak yang mengalami diare adalah:
1.	 Larutan gula garam		
2.	 Teh encer
3.	 Air tajin	
4.	 Sus tanpa gula
5.	 Tanda dan gejala diare pada bayi adalah
1.	 Anak kejang, gelisah		
2.	 Nafsu makan berkurang
3. Tinja encer	
Evaluasi
Formatif
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
16
4. Anus sekitarnya lecet
6.	 Komplikasi diare antara lain :
1.	Dehidrasi			
2.	 Renjatan hipovolemik
3.	Hipoglikemia	
4.	Kejang
7.	 Penyebab dari pada bayi menali :
A.	Malabsorsi			
B.	 Makanan basi		
C.	 Immaodefisiensi
D.	OMP
E.	 Faktor psikologis
8.	 Etiologi obstipasi antara lain :
1.	 Membiasakan makan
2.	Hyperthyroidisme
3.	Hipotyroidisme
4.	 Gangguan pencernaan
9.	 Penyebab obstipasi dari faktor non organik adalah :
A.	 Kurang makanan tinggi serat
B.	 Kelainan hormonal
C.	 Kelainan otot dasar panggul
D.	 Kelainan psikososial
E.	 Kurang exersial
10.	Gejala obstipasi pada bayi
1.	 Susah tidur		
2.	Gelisah
3.	 Perut kembung	
4.	 4. Sering menangis
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
17
Tugas
Mandiri
Buatlah laporan bagaimana saudara membedakan BAB yang terjadi pada bayi termasuk dalam
katagori diare dari sudut konsistensi, frekuensi maupun baunya.
Amati kejadianobstipasidisekelilingsaudara,biasanyaterjadikarenaapa,cobaandaidentifikasi
dan buat laporanya
Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian
akhir Kegiatan Belajar 4, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban
yang benar adalah:
90% - 100%		 : baik sekali
80% - 89%		 : baik
70% -79%		 : cukup
kurang dari 70%	 : kurang
Kalau Anda memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Anda Bagus! Anda telah
menyelesaikan Kegiatan Belajar 4 ini dan dapat melanjutkan pada kegiatan belajar 5.
Tetapi jika pencapaian Anda kurang dari 80%, maka sebaiknya ulangilah Kegiatan Belajar 4,
terutama bagian-bagian yang belum Anda kuasai!
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KUNCI JAWABAN
1.	 E
2.	 B
3.	 E
4.	 A
5.	 E
6.	 E
7.	 D
8.	 C
9.	 C
10.	E

More Related Content

What's hot

Modul 7 kb 2
Modul 7   kb 2Modul 7   kb 2
Modul 7 kb 2
pjj_kemenkes
 
Modul 5 kb 2
Modul 5    kb 2Modul 5    kb 2
Modul 5 kb 2
pjj_kemenkes
 
Modul 7 kb 3
Modul 7   kb 3Modul 7   kb 3
Modul 7 kb 3
pjj_kemenkes
 
Modul 5 kb 3
Modul 5    kb 3Modul 5    kb 3
Modul 5 kb 3
pjj_kemenkes
 
Modul 5 kb 1
Modul 5    kb 1Modul 5    kb 1
Modul 5 kb 1
pjj_kemenkes
 
Modul 5 kb 4
Modul 5    kb 4Modul 5    kb 4
Modul 5 kb 4
pjj_kemenkes
 
Modul 7 kb 5
Modul 7   kb 5Modul 7   kb 5
Modul 7 kb 5
pjj_kemenkes
 
Modul 6 kb 1 asuhan neonatus dan bayi dengan muntah dan gumoh
Modul 6 kb 1   asuhan neonatus dan bayi dengan muntah dan gumohModul 6 kb 1   asuhan neonatus dan bayi dengan muntah dan gumoh
Modul 6 kb 1 asuhan neonatus dan bayi dengan muntah dan gumoh
pjj_kemenkes
 
Modul 7 kb 4 asuhan neonatus dan bayi dengan obstruksi billiaris dan hernia...
Modul 7 kb 4   asuhan neonatus dan bayi dengan obstruksi billiaris dan hernia...Modul 7 kb 4   asuhan neonatus dan bayi dengan obstruksi billiaris dan hernia...
Modul 7 kb 4 asuhan neonatus dan bayi dengan obstruksi billiaris dan hernia...
pjj_kemenkes
 
Modul 6 kb 2 asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trush
Modul 6 kb 2   asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trushModul 6 kb 2   asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trush
Modul 6 kb 2 asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trush
pjj_kemenkes
 
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan PenatalaksanaannyaKB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
pjj_kemenkes
 
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehatModul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
pjj_kemenkes
 
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahirKb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
pjj_kemenkes
 
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan PenatalaksanaannyaKB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
pjj_kemenkes
 
Modul 6 kb 5 asuhan neonatus dan bayi dengan bisulan (furunkel) dan infeksi
Modul 6 kb 5   asuhan neonatus dan bayi dengan bisulan (furunkel) dan infeksiModul 6 kb 5   asuhan neonatus dan bayi dengan bisulan (furunkel) dan infeksi
Modul 6 kb 5 asuhan neonatus dan bayi dengan bisulan (furunkel) dan infeksi
pjj_kemenkes
 
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirKb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
pjj_kemenkes
 
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan PenatalaksanaannyaKB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
pjj_kemenkes
 
Praktikum 1 Deteksi Dini
Praktikum 1 Deteksi DiniPraktikum 1 Deteksi Dini
Praktikum 1 Deteksi Dini
pjj_kemenkes
 
KB 2 Komplikasi Kehamilan
KB 2 Komplikasi KehamilanKB 2 Komplikasi Kehamilan
KB 2 Komplikasi Kehamilan
pjj_kemenkes
 
Kb 2 penilaian dan klasifikasi penyakit pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun
Kb 2 penilaian dan klasifikasi penyakit pada anak usia 2 bulan sampai 5  tahunKb 2 penilaian dan klasifikasi penyakit pada anak usia 2 bulan sampai 5  tahun
Kb 2 penilaian dan klasifikasi penyakit pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun
pjj_kemenkes
 

What's hot (20)

Modul 7 kb 2
Modul 7   kb 2Modul 7   kb 2
Modul 7 kb 2
 
Modul 5 kb 2
Modul 5    kb 2Modul 5    kb 2
Modul 5 kb 2
 
Modul 7 kb 3
Modul 7   kb 3Modul 7   kb 3
Modul 7 kb 3
 
Modul 5 kb 3
Modul 5    kb 3Modul 5    kb 3
Modul 5 kb 3
 
Modul 5 kb 1
Modul 5    kb 1Modul 5    kb 1
Modul 5 kb 1
 
Modul 5 kb 4
Modul 5    kb 4Modul 5    kb 4
Modul 5 kb 4
 
Modul 7 kb 5
Modul 7   kb 5Modul 7   kb 5
Modul 7 kb 5
 
Modul 6 kb 1 asuhan neonatus dan bayi dengan muntah dan gumoh
Modul 6 kb 1   asuhan neonatus dan bayi dengan muntah dan gumohModul 6 kb 1   asuhan neonatus dan bayi dengan muntah dan gumoh
Modul 6 kb 1 asuhan neonatus dan bayi dengan muntah dan gumoh
 
Modul 7 kb 4 asuhan neonatus dan bayi dengan obstruksi billiaris dan hernia...
Modul 7 kb 4   asuhan neonatus dan bayi dengan obstruksi billiaris dan hernia...Modul 7 kb 4   asuhan neonatus dan bayi dengan obstruksi billiaris dan hernia...
Modul 7 kb 4 asuhan neonatus dan bayi dengan obstruksi billiaris dan hernia...
 
Modul 6 kb 2 asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trush
Modul 6 kb 2   asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trushModul 6 kb 2   asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trush
Modul 6 kb 2 asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trush
 
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan PenatalaksanaannyaKB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
 
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehatModul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
 
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahirKb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
 
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan PenatalaksanaannyaKB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
 
Modul 6 kb 5 asuhan neonatus dan bayi dengan bisulan (furunkel) dan infeksi
Modul 6 kb 5   asuhan neonatus dan bayi dengan bisulan (furunkel) dan infeksiModul 6 kb 5   asuhan neonatus dan bayi dengan bisulan (furunkel) dan infeksi
Modul 6 kb 5 asuhan neonatus dan bayi dengan bisulan (furunkel) dan infeksi
 
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirKb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
 
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan PenatalaksanaannyaKB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
 
Praktikum 1 Deteksi Dini
Praktikum 1 Deteksi DiniPraktikum 1 Deteksi Dini
Praktikum 1 Deteksi Dini
 
KB 2 Komplikasi Kehamilan
KB 2 Komplikasi KehamilanKB 2 Komplikasi Kehamilan
KB 2 Komplikasi Kehamilan
 
Kb 2 penilaian dan klasifikasi penyakit pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun
Kb 2 penilaian dan klasifikasi penyakit pada anak usia 2 bulan sampai 5  tahunKb 2 penilaian dan klasifikasi penyakit pada anak usia 2 bulan sampai 5  tahun
Kb 2 penilaian dan klasifikasi penyakit pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun
 

Similar to Modul 6 kb 4

Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropikKb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
pjj_kemenkes
 
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirKb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
pjj_kemenkes
 
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahirKb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
pjj_kemenkes
 
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasiKb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
pjj_kemenkes
 
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaan
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaanKb 3 pertolongan pertama kecelakaan
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaan
pjj_kemenkes
 
Modul 2 kdk ii
Modul 2 kdk iiModul 2 kdk ii
Modul 2 kdk ii
pjj_kemenkes
 
Modul 4
Modul 4Modul 4
Modul 4
pjj_kemenkes
 
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahirKb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
pjj_kemenkes
 
Kb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infusKb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infus
pjj_kemenkes
 
Kb 3 rujukan kasus kegawatdaruratan neonatal
Kb 3 rujukan kasus kegawatdaruratan neonatalKb 3 rujukan kasus kegawatdaruratan neonatal
Kb 3 rujukan kasus kegawatdaruratan neonatal
pjj_kemenkes
 
KB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Komplikasi Persalinan dan PenatalaksanaannyaKB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannya
pjj_kemenkes
 
KB 3 Mengidentifikasi Komplikasi Nifas
KB 3 Mengidentifikasi Komplikasi NifasKB 3 Mengidentifikasi Komplikasi Nifas
KB 3 Mengidentifikasi Komplikasi Nifas
pjj_kemenkes
 
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
pjj_kemenkes
 
Kb 2 resusitasi pada dewasa
Kb 2 resusitasi pada dewasaKb 2 resusitasi pada dewasa
Kb 2 resusitasi pada dewasa
pjj_kemenkes
 
Kb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanKb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatan
pjj_kemenkes
 
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutKb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
pjj_kemenkes
 
KB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 2 Komplikasi Nifas dan PenatalaksanaannyaKB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannya
pjj_kemenkes
 
Kb 1 mtbs 2 bulan sampai 5 tahun
Kb 1 mtbs 2 bulan sampai 5 tahunKb 1 mtbs 2 bulan sampai 5 tahun
Kb 1 mtbs 2 bulan sampai 5 tahun
pjj_kemenkes
 
Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahpjj_kemenkes
 
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakitModul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
pjj_kemenkes
 

Similar to Modul 6 kb 4 (20)

Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropikKb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
 
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirKb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
 
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahirKb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
 
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasiKb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
 
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaan
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaanKb 3 pertolongan pertama kecelakaan
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaan
 
Modul 2 kdk ii
Modul 2 kdk iiModul 2 kdk ii
Modul 2 kdk ii
 
Modul 4
Modul 4Modul 4
Modul 4
 
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahirKb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
 
Kb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infusKb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infus
 
Kb 3 rujukan kasus kegawatdaruratan neonatal
Kb 3 rujukan kasus kegawatdaruratan neonatalKb 3 rujukan kasus kegawatdaruratan neonatal
Kb 3 rujukan kasus kegawatdaruratan neonatal
 
KB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Komplikasi Persalinan dan PenatalaksanaannyaKB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannya
 
KB 3 Mengidentifikasi Komplikasi Nifas
KB 3 Mengidentifikasi Komplikasi NifasKB 3 Mengidentifikasi Komplikasi Nifas
KB 3 Mengidentifikasi Komplikasi Nifas
 
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
 
Kb 2 resusitasi pada dewasa
Kb 2 resusitasi pada dewasaKb 2 resusitasi pada dewasa
Kb 2 resusitasi pada dewasa
 
Kb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanKb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatan
 
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutKb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
 
KB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 2 Komplikasi Nifas dan PenatalaksanaannyaKB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 2 Komplikasi Nifas dan Penatalaksanaannya
 
Kb 1 mtbs 2 bulan sampai 5 tahun
Kb 1 mtbs 2 bulan sampai 5 tahunKb 1 mtbs 2 bulan sampai 5 tahun
Kb 1 mtbs 2 bulan sampai 5 tahun
 
Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
 
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakitModul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
Modul 6 pedoman praktek lab. anak sakit
 

More from pjj_kemenkes

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
pjj_kemenkes
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
pjj_kemenkes
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
pjj_kemenkes
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
pjj_kemenkes
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
pjj_kemenkes
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
pjj_kemenkes
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
pjj_kemenkes
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
pjj_kemenkes
 

More from pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 

Recently uploaded

Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan txPRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
rrherningputriganisw
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
AFMLS
 
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
ReniAnjarwati
 
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
meta emilia surya dharma
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
Fracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.pptFracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.ppt
ResidenUrologiRSCM
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 

Recently uploaded (20)

Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan txPRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
 
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
 
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
Fracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.pptFracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.ppt
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 

Modul 6 kb 4

  • 1. ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, ANAK PRA SEKOLAH MODUL SEMESTER 3 Konsep Dasar Neonatus dan Bayi dengan Penyulit dan Komplikasi serta Permasalahannya Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Jakarta 2015 Nurlailis Saadah Australia Indonesia Partnership for Health System Strengthening (AIPHSS) KEGIATAN BELAJAR IV Asuhan Neonatus dan Bayi dengan Diare dan Obstipasi
  • 2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Pendahuluan Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (neonatus) yang terbanyak disebabkan oleh kegawat daruratan dan penyulit pada masa neonatus, seperti bayi berat lahir rendah (BBLR), asfixia neonatorum, sindromgawat nafas,hiperbilirubinemia,sepsisneonatorum, trauma lahir, dan kelainan kongenital. World healt organization (WHO) dalam pernyataan tentang neonatorum dunia tahun 2001 melaporkan bahwa penyebab langsung kematian neonatus adalah infeksi (32%), asfixia (29%), komplikasi prematuritas (24%), Kelainan bawaan (10%), dan lain- lain (5%). Timbulnya penyulit pada masa neonatus ini sesungguhnya masih dapat di cegah melalui berbagai upaya antara lain melalui perbaikan tingkat kesehatan dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir(neonatus). Modulinidikemasdalambeberapakegiatan belajar dalam waktu yang berbeda beda serta tergantung banyak sedikitnya materi yang dibahas. Adapun pembagian kegiatan belajarnya sebagai berikut : Kegiatan belajar 1 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Muntah dan Gumoh Kegiatan Belajar 2 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Oral trush dan Diaper rush Gambar: Bayi menangis Kegiatan Belajar 3 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Seborrhea dan Miliariasis Kegiatan Belajar 4 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Diare dan Obstipasi Kegiatan Belajar 5 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan furunkel dan infeksi Kegiatan Belajar 6 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Hemangioma dan Bayi Mati Mendadak
  • 3. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 3Setelah selesai mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan neonatus yang ada pada kegiatan belajar di atas. Pemahaman tentang materi ini bisa berjalan dengan baik jika mahasiswa selain menguasai teori minimal pernah melihat dan mengidentifikasi kasus-kasus tentang penyulit dan komplikasi pada neonatus. Proses pembelajaran ini akan berjalan baik dan lancar apabila saudara juga memahami tentang upaya terjadinya penyulit dan komplikasi pada bayi. Baiklah bagi semua mahasiswa selamat belajar semoga sukses dalam memahami materi kuliah ini sesuai dengan tujuan yang telah di rumuskan. Proses pembelajaran untuk materi Deteksi kegawatdaruratan maternal neonatal ini, dapat berjalan dengan lancar apabila Anda mengikuti langkah langkah belajar sebagai berikut: a. Mempelajari dengan seksama, cermat, dan teliti setiap kegiatan belajar, sehingga diperoleh pengetahuan, pemahaman yang mendalam dan menyeluruh. b. Pada setiap kegiatan belajar disediakan beberapa tugas, Tugas-tugas tersebut sebaiknya dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang ada. Apabila ditemukan kesulitan dalam penyelesaian tugas, perlu dipelajari kembali materi kegiatan belajar yang terkait dengan tugas-tugas yang menyertainya. c. Setelah belajar dan berlatih dengan baik, langkah selanjutnya adalah mengerjakan tes formatif. Hasil tes formatif sebaiknya diteliti kembali dengan cermat. Jika sudah yakin mengenai kebenaran hasil tes, barulah masuk ke langkah pencocokan dengan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Selamat belajar, semoga berhasil Gambar: Bayi menyusui kunci jawaban yang tertera dibagian akhir setiap kegiatan belajar. d. Membaca umpan balik dan tindak lanjut. Jika hasil tes baik atau baik sekali, kegiatan tahap belajar berikutnya dapat ditempuh. Jika hasil tes cukup atau kurang, tes formatif harus diulang sekali lagi. Jika belum berhasil, maka kegiatan belajar perlu diulang kembali, baru melaksanakan tes formatif lagi. e. Jika kegiatan belajar telah diulang, namun tes formatif masih cukup atau kurang, perlu dilakukan konsultasi khusus dengan dosen. Diharapkan agar petunjuk-petunjuk diatas dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan sehingga Anda dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan harapan. Baiklah Saudara peserta Pendidikan jarak Jauh, selamat belajar, semoga Anda sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam modul ini sebagai bekal bertugas sebagai bidan di daerah dengan baik.
  • 4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 4 Kegiatan Belajar 4 Asuhan Neonatus dan Bayi dengan Diare dan Obstipasi Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok-Pokok Materi Kemampuan akhir yang diharapkan setelah saudara menempuh kegiatan belajar ini adalah diharapkan saudara mampu menjelaskan konsep dasar neonatus dan bayi dengan diare dan Obstipasi Setelah mempelajari kegiatan belajar 4 ini saudara akan mampu : 1. Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan neonatus dengan diare 2. Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan neonatus dengan obstipasi Dalam kegiatan belajar 4 ini saudara akan mempelajari tentang: 1. Konsep dasar asuhan neonatus dengan diare 2. Konsep dasar asuhan neonatus dengan obstipasi
  • 5. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 5 Uraian Materi Selamat siang………pada pertemuan kali ini saudara akan mempelajari tentang apa itu diare? Dan apa itu Obstipasi…………. Silahkan saudara cermati materi berikut…….. Diare 1. Pengertian Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja (Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk. 2000). 2. Tanda dan Gejala (Perawatan Anak Sakit edisi 2, Ngastiyah. 2005) a. Anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat. b. Nafsu makan berkurang c. Tinja cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir. d. Warna tinja menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu e. Anus dan sekitarnya lecet. f. Muntah sebelum dan atau sesudah diare. g. Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. h. Tonus dan turgor kulit berkurang. i. Selaput lendir mulut dan bibir kering. 3. Penyebab (Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk. 2000). 1. Faktor infeksi a. Infeksi Enteral : Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi bakteri, virus, dan parasit. b. Infeksi parenteral: Infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti Otitis media akut (OMA), tonsilitis, bronkopneumonia, dan ensefalitis. 2. Faktor malabsorbsi, yang terdiri dari malabsorbsi karbohidrat, lemak dan protein. 3. Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan. 4. Faktor psikologis, antara lain rasa takut dan cemas (biasanya dapat terjadi pada anak yang lebih besar). 5. Imunodefisiensi. Gambar : Bayi menangis
  • 6. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 6 4. Komplikasi (Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk. 2000) a. Dehidrasi. b. Renjatan hipovolemik. c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram). d. Hipoglikemia. e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase. f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik. g. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik). 5. Penatalaksanaan/Pengobatan (Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk. 2000) a. Berikan lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi, misalnya cairan oralit dan makanan cair seperti sup dan minuman yoghurt. b. Pemberian makanan untuk mencegah kurang gizi misalnya bubur, sayur, daging atau ikan. Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur tiap porsi. Berikan pula buah-buahan seperti pisang. c. Pemberian obat-obatan antidiare meliputi antimotilitas (misal loperamid, difenoksilat, kodein, opium), adsorden (misal norit, kaolin, attapulgit). 6. Perawatannya (Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk. 2000) a. Bila terjadi dehidrasi ringan, berikan minum sebanyak-banyaknya, kira-kira satu gelas setiap kali setelah pasien defekasi. Cairan harus mengandung elektrolit seperti oralit. b. Jika anak terus muntah atau tidak mau minum sama sekali perlu diberikan sonde. c. Bila pemberian cairan peroral tidak dapat dilakukan, dipasang infus dengan cairan Ringer Laktat. Bila terjadi dehidrasi berat, selama empat jam pertama tetesan dipercepat. d. Perhatikan tanda-tanda vital. e. Perhatikan frekuensi BAB anak apakah masih sering, encer atau sudah berubah konsistensinya. f. Pasien diberi makanan setelah dehidrasi teratasi, makanan harus mengandung cukup kalori, protein, mineral dan vitamin tetapi tidak menimbulkan diare kembali. g. Untuk mengurangi kelelahan pasien tersebut sebaiknya dirawat di atas eltor bed, yaitu tempat tidur dari terpal yang dilubangi di tengahnya dan di bawahnya ditempatkan ember penampung kotoran yang telah diisi dengan desinfektan. 7. Kebutuhan Dasar Manusia yang Prioritas (Kebutuhan Fisiologis) Jumlah cairan yang diberikan harus sama dengan jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan atau muntah, ditambah banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urine, dan pernafasan, dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung. Begitu pula dengan jumlah nutrisi yang diberikan harus ditingkatkan selama diare untuk menghindari efek buruk pada status gizi penderita diare. Gambar : Bayi menyusui
  • 7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 7 Kebutuhan energi normalnya (dalam kondisi sehat) : 1100 kalori/hari Kebutuhan energi dalam kondisi sakit : >1100kalori/hari Kaitkan dengan anatomi dan fisiologi : Bila masukan makanan dan cairan kurang serta suhu tubuh tinggi maka cairan dalam tubuh akan berkurang. Untuk itu diperlukan tambahan cairan dan elektrolit serta nutrisi. Cairan tubuh dan nutrisi yang kurang, menurunkan kerja organ tubuh karena distribusi terganggu. Obstipasi 1. Pengertian Necel(Desember2007)obstipasiberasaldaribahasalatin.Obberartiintheway=perjalanan. Stipare berarti to compress = menekan Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus). Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya. Konstipasi disebabkan selain dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi karena adanya obstruksi intestinal. Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal. Pada bayi baru lahir biasanya buang air besar 2-3 x sehari tergantung jenis susu yang dikonsumsi akan tetapi masih mungkin normal bila buang air besar 36-48 jam sekali asal konsistensi tinja normal. Obstipasi adalah pengeluaran mekonium tidak terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada feses yang menyangkut konsistensi feses dan frekuensi berhajat. Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap 3-5 hari, kadang disertai adanya perasaan perut peuh akibat adanya feses atau gas dalam perut. Obstipasiadalahpenimbunanfesesyangkerasakibatadanyapenyakitatauadanyaobstruksi pada saluran cerna. Bisa juga didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hari atau lebih (Endang Khoirunnisa, 2010). Lebih dari 90% bayi baru lahir akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi, maka harus dipikirkan adanya obstipasi. Akan tetapi harus diingat bahwa ketidakteraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi karena pada bayi yang menyusu pada ibunya dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama 5-7 hari dan tidak menunjukkan adanya gangguan karena feses akan dikeluarkan dalam jumlah yang banyak sewaktu defekasi. Hal Gambar : Mengganti popok bayi
  • 8. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 8 ini masih dikatakan normal. Dengan bertambahnya usia dan variasi dalam dietnya akan menyebabkan defekasi menjadi lebih jarang dan fesesnya lebih keras (Endang Khoirunnisa, 2010). Obstipasi atau sembelit adalah tidak buang air besar pada lima hari atau lebih. Obstipasi menetapterutamajikamulaitimbulsebelumbayimencapaiusia1bulan,biasamenunjukkan gangguan yang serius. Misalnya penyakit Hirshspung (kelainan saraf yang disertai dengan usus yang berukuran besar) atau kelenjar tiroid yang kurang aktif. (Wati Nur M, 2010; 108- 109). 2. Etiologi a. Menurut Endang Khoirunnisa (2010), obstipasi pada anak dapat disebabkan oleh hal-hal berikut : 1. Kebiasaan makanan Obstipasi dapat timbul bila feses terlalu kecil untuk membangkitkan keinginan untukbuang air besar. Keadaan ini terjadi akibat dari kelaparan, dehidrasi dan mengkonsumsi makanan yang kurang selulosa. 2. Hypothyroidisme Obstipasi merupakan gejala dai dua keadaan, yaitu kreatinisme dan myodem yang menyebabkan tidak cukupnya ekskresi hormon tiroid sehingga semua proses metabolisme berkurang. 3. Keadaan-keadaan mental Faktor kejiwaan memegang peranan penting terhadap terjadinya obstipasi, terutama depresi berat yang tidak memedulikan keinginannya untuk buang air besar. Biasanya terjadi pada anak usia 1-2 tahun. Jika pada anak usia 1-2 tahun pernah mengalami buang air besar yang keras dan terasa nyeri, maka mereka cenderung tidak mau buang air besar untuk beberapa hari, bahkan beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudahnya karena takut mengalami kesukaran lagi. Dengan tertahannya feses dalam beberapa hari/minggu/bulan, maka akan mengakibatkan kotoran menjadi keras dan menjadi terasa nyeri, sehingga anak menjadi semakin malas buang air besar. Kondisi anak dengan keterbelakangan mental juga merupakan penyebab terjadinya obstipasi karena anak dilatih untuk buang air besar. 4. Penyakit organik Obstipasi bisa terjadi berganti-ganti dengan diare pada kasus karsinoma kolon dan divertikulus. Obstipasi bisa terjadi bila terasa nyeri saat buang air besar dan sengaja dihindari seperti pada fistula ani atau wasir yang mengalami thrombosis. 5. Kelainan congenital Adanya penyakit seperti atresia, stenosis, megakolon aganglionik kogenital (Penyakit Hirshsprung). Obstruksi bolus usus illeus mekonium, atau sumbatan mekonium. Hal ini dicurigai terjadi pada neonatus yang tidak mengeluarkan mekonium dala 36 jam pertama. 6. Penyebab lain Gambar : Bayi menangis
  • 9. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 9 Penyebab lainnya adalah diet yang salah, tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung serat selulosa sehingga bisa mendorong terjadinya peristaltik atau pada anak setelah sakit atau sedang sakit dimana anak masih kekurangan cairan. b. Obstipasi disebabkan juga karena sebagai berikut : 1. Penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan bayi muda kurang mengandung air / gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua biasanya karena makanan yang kurang mengandung polisakarida atau serat. 2. Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirshsprung yang berarti usus tidak melakukan gerakan peristaltik. 3. Sering menahan terselit karena nyeri saat buang air besar. 4. Obstipasi akibat obstruksi dari instralumen usus meliputi akbat adanya kanker dalam dinding usus. 5. Obstipasi akibat obstruksi dari instralumen usus, biasanya akibat penekanan usus oleh massa intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum. c. Penyebab faktor non organik : 1. Kurang makanan yang tinggi serat 2. Kurang cairan 3. Penggunaan obat atau zat kimiawi tertentu seperti antihistamin, anticholinergic dan opioids. 4. Kelainan hormonal/metabolik 5. Kelainan psikososial 6. Perubahan / kurang exercise d. Penyebab faktor organik : 1. Tanda kelainan organ (mikrocolon, prolaps rectum, struktur anus, tumor) 2. Kelainan otot dasar panggul 3. Kelainan persyarafan : M. Hirschprung 4. Kelainan dalam rongga panggul 5. Obstruksi mekanik : atresia ani, stenosis ani, obtruksi usus 3. Gejala a. Pada neonatus jika tidakmengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi jika tidak mengeluarkan feses selama 3 hari lebih. b. Sakit dan kejang pada perut. c. Pada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan udar dan mekonium yang menyemprot d. Feses besar dan tidak dapat digerakkan dalam rectum e. Feses keras f. Bising usus yang janggal g. Merasa tidak enak badan dan sakit kepala. h. Terdapat luka pada anus i. Sering menangis j. Susah tidur Gambar : Bayi diperiksa kesehatannya
  • 10. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 10 k. Gelisah l. Perut kembung m. Kadang-kadang muntah n. Abdomen distensi dan Anoreksia o. Frekuensi BAB kurang dari normal p. Menyusu/makan/minum kurang 4. Patofisiologi dan Patogenesis Pada keadaan normal sebagian besar rektum dalam keadaan kosong kecuali bila adanya refleks masa dari kolon yang mendorong feses ke dalam rectum yang terjadi sekali atau dua kali sehari. Hal tersebut memberikan stimulus pada arkus aferen dan refleks defekasi. Dengan adanya stimulus pada arkus aferen tersebut akan menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi. Mekanisme usus yang normal terdiri atas 3 faktor, yaitu sebagai berikut : a. Asupan cairn yang adekuat b. Kegiatan fisik dan mental c. Jumlah asupan makanan berserat Dalam keadaan normal, ketika bahan makan yang akan dicerna memasuki kolon, air dan elektrolit diabsorsbsi melewati membran penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat pada perubahan bentuk feses, dari bentuk cair menjadi bahan yang lunak dan berbentuk. Ketika feses melewati rectum, feses menekan dinding rectum dan merangsang untuk defekasi. Apabila anak tidak mengonsumsi cairan secara adekuat, produk pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat dengan segera digerakkan oleh gerakan peristaltik menuju rektum, sehingga penyerapan terjadi terus menerus dan feses menjadi semakin kering, padat dan susah dikeluarkan, serta menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit ini dapat menyebabkan anak malas atau tidak mau buang air besar yang dapat menyebabkan kemungkinan berkembangnya luka. Proses dapat terjadi bila anak kurang beraktivitas, menurunnya peristaltik usus, dan lain- lain. Hal tersebut menyebabkan sisa metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan akan terjadi penyerapan air yang berlebihan (Endang Khoirrunnisa, 2010) Bahan makanan berserat sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran pencernaan menuju ke saluran yang lebih besar. Sumbatan pada usus dapat juga menyebabkan obstipasi (Endang Khoirunnisa, 2010) 5. Pembagian a. Obstipasi obstruksi total Gambar : Bayi makan makanan yang sehat
  • 11. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 11 Memiliki ciri tidak keluarnya feses atau flatus dan pada pemeriksaan colok dubur di dapatkan rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi terdapat pada rectum. b. Obstipasi obstruksi parsial Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi parsial kurang darurat daripada obstruksi total. c. Obstipasi akut Rektum tetap mempertahankan tonusnya dan defeksi timbul secara mudah dengan stimulasi laksatif, supositoria, atau enema (Endang Khoirunnisa, 2010) d. Obstipasi kronik Rektum tidak kosong dan dindingnya mengalami peregangan berlebihan secara kronik, sehingga tambahan feses yang datang mencapai tempat ini tidak menyebabkan rectum meregang lebih lanjut. Reseptor sensorik tidak memberikan respons pada dinding rektum lebih lanjut, flaksid dan tidak mampu untuk berkontraksi secara efektif (Endang Khoirunnisa, 2010). 6. Diagnosa Obstipasi di diagnosa melalui cara : a. Anamnesa Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk mengeluarkan feses maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah termasuk obstruksi total atau partial. Anamnesa ditujuakan untuk menggali lebih dalam riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi. Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeripada perut, dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat obstipasi neoplasma. b. Pemeriksaan fisik Pemeriksan abdomen standart seperti inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi untuk melihat apakah ada masa abdomen, nyeri abdomen, dan adanya distensi kolon. Obstruksi usus pada fase lanjut tidak terdengar bising usus. Pemeriksaan region femoral dan inguinal untuk melihat apakah ada hernia atau tidak. Obstruksi kolon dapat terjadi akibat herniainguinal kolon sigmoid. Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk mengidentifkasikelainanrectumyangmungkinmenyebabkanobstruksidanmemberikan gambaran tentang isi rectum. c. Pemeriksaan penunjang 1). Laboratorium (feses rutin, khusus) 2). Pemeiksaan Hb 3). Pemeriksaan urine 4). Radiologi (foto polos, kontras dengan enema) 5). Manometri 6). USG d. Pencitraan dengan CT scan, USG, X rays dengan atau tanpa bahan kontras. Pencitraan untuk melihat apakah ada dilatasi kolon. Dilatasi kolon tanpa udara memandakan obstruksi total dan dilatasi kolon dengan terdapat udara memandakan Gambar : Bayi yang sedang diperiksa fisiknya
  • 12. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 12 partial obstruksi parsial. Pencitraan ini dapat dilakukan untuk menentukan letak obstruksi dan penyebab obstruksi. Laboratorum seperti pemeriksaan elektrolit darah (mengetahui dehidrasi dan ketidak seimbangan elektrolit), hematokrit (apakah ada anemia yang dihubungkan dengan perdarahan usus misal akibat neoplasma), hitung leukosit (mengetahui infeksi usus). Endoskopi untuk melihat bagian dalam kolon dan menentukan sebab obstipasi. 7. Komplikasi Menurut Endang Khoirunnisa (2010), komplikasi yang bisa terjadi pada penderita obstipasi adalah sebagai berikut : a. Perdarahan b. Ulserasi c. Obstruksi d. Diare intermitten e. Distensi kolon akan menghilang jika ada sensasi regangan rectum yang mengawali proses defekasi 8. Manajemen Terapi Berikut adalah penilaian yang perlu dilakukan pada saat melakukan menejemen kebidanan menurut Endang Khoirunnisa (2010): a. Penilaian asupan makanan dan cairan b. Penilaian dari kebiasaan usus (kebiasaan pola makan) c. Penilaian penapakan stress emosional pada anak yang dapat mempengaruhi pola defekasi bayi. 9. Penanganan a. Perawatan medis Meliputi resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit tubuh, nasograstis decompression pada obstruksi parah untuk mencegah muntah da aspirasi, dan pengobatan lain untuk mencegah semakin parahnya sakit. b. Operasi Untuk mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab obstruksi, dan untuk mencegah perforasi usus akibat tekanan tinggi. Ostipasi obstruksi total bersifat sangat urgent untuk dilakukan tindakan segera dimana jika terlambat dilakukan dapat mengakibatkan perforasi usus karena peningkatan tekanan feses yang besar. c. Diet Pada obstruksi total dianjurkan tidak makan apa-apa, pada obstruksi parsial dapat diberikan makanan cair dan obat-obatan. 10. Penatalaksanaan a. Mencari penyebab obstipasi (Endang Khoirunnisa, 2010). b. Menegakkan kecuali kebiasaan defekasi yang normal dengan mempertahankan gizi, tambahan cairan, dan kondisi psikis (Endang Khoirunnisa, 2010) c. Pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rectum bisa dilakukan engan Gambar : Bayi akan dioperasi
  • 13. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 13disimpaksi digital, enema minyak zaitun, dan laksatif (Endang Khoirunnisa,2010). d. Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung makanan yang banyak serat, buah – buahan dan sayur-sayuran e. Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya bila diperlukan saja. f. Peningkatan intake cairan. g. Bila diduga terdapat penyakit Hirschprung dapat dilakukan test tekanan usus. Jika hasil positif maka dilakukan tindakan pembedahan untuk selanjutnya. h. Penggantian hormone tyroid untuk tingkat hormone tyroid yang rendah. i. Suplemen kalsiun untuk tingkat kalsium abnormal j. Banyak minum k. Latihan l. Cegah makanan dan obat yang menyebabkan konstipasi m. ASI lebih baik dari susu formula n. Kolaborasi untuk intervensi bedah jika ada indikasi o. Perawatan kulit peranal p. Bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula atau ASI yang memadai bisa diberi 1 sendok teh sirup jagung ringan pada botol pagi dan malam hari. q. Apel atau jus prem efektif bagi bayi antara 2 bulan dan 4 bulan. r. Bayi antara 4 bulan dan 1 tahun dapat sembuh dengan sereal serat tinggi atau jus alpokat, buah prem kering atau buah prem. s. Anak usia lebih dari 1 tahun sebaiknya diberi makan serat tinggi seperti buah-buahan, kacang polong, sereal, keripik graham, buncis dan bayam. Asuhan neonatus dan bayi dengan diare : a. Beritahu ibu untuk selalu memberikan ASI-nya agar bayi tidak mengalami dehidrasi. b. Beritahu ibu untuk makan makanan yang kaya serat seperti sayuran dan buah-buahan. c. Beritahu ibu untuk menambah asupan cairan agar ASI nya memiliki kandunangan air yang lebih agar dapat memperlancar BAB pada bayi. Asuhan Neonatus dan Bayi Dengan Obstipasi Pengkajian 1. Data subyektif 1). Tidak BAB selama 3 hari 2). Sakit pada perut 3). Feses keras 4). Sakit kepala 5). Sering menangis 6). Susah tidur 7). Gelisah 8). Perut kembung 9). Kadang-kadang muntah Gambar : Ibu memberikan ASI
  • 14. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 14 Diare adalah defekasi lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa darah dan lender dalam tinja sedangkan obstipasi adalah terhalangnya pergerakan feces dalam usus. Obstipasi adalah bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus ( adanya obstruksi usus). Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya. Konstipasi disebabkan selain dari obstruksi inestinal sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi intestinal. Rangkuman 10). Tidak nafsu makan dan minum 2. Diagnosa Masalah Bayi usia 1 bulan, KU bayi baik dengan obstipasi Intervensi a. Informasikan pada ibu hasil pemeriksaan b. Anjurka ibu memberikan asi yang adekuat c. Anjurka ibu banyak makan-makanan yang berserat d. Anjuka ibu menghentikan pemakaian obat diare e. Berikan terapi obat f. Anjurka kunjungan ulang Implementasi 1. Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan kesadaran : baik TTV : S : 37oC RR : 40x/menit N : 120x/menit 2. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin tanpa dijadwalkan. 3. Menganjurkan ibu banyak makan-makanan yang berserat yaitu makan sayur dan buah yang hijau. 4. Menganjurkan ibu menghentikan pemakaian obat diare, karena asupan makanan yang diperoleh bayi di dapat dari asupan makanan ibunya. 5. Memberikan terapi obat berupa Lactulose 5 ml selama 3 hari pertama. 6. Menganjurkan ibu untuk kembali 3 hari lagi kalau BAB bayi belum juga keluar. Evaluasi 1. Ibu tidak nampak cemas lagi 2. Ibu dapat menjelaskan kembali penjelasan yang diberikan 3. Ibu paham dan mau melakukan apa yang dianjuran.
  • 15. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 15 Petunjuk: • Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! • Pilihlah : A. Jika jawaban 1,2 dan 3 benar B. Jika jawaban 1 dan 3 benar C. Jika jawaban 2 dan 4 benar D. Jika hanya 4 saja yang benar E. Jika semua benar 1. Penyebab diare pada anak adalah sebagai berikut : 1. Faktor infeksi 2. Makanan basi, beracun, alergi 3. Faktor mal absorbsi 4. Faktor psikologis 2. Tanda dan gejala pasti diare adaah di bawah ini : 1. Mual mual tetapi tidak muntah 2. Pada bayi ubun2 besar cekung 3. Bibir pecah-pecah 4. Anus sedikit lecet 3. Pernyataan dibawah ini merupakan komplikasi diare, bukan termasuk didalamnya adalah : A. Renjatan hipovolemik B. Hipoglikemi C. Hipokalemia D. Dehidrasi E. Hipoksia 4. Macam cairan yang bisa diberikan pada anak yang mengalami diare adalah: 1. Larutan gula garam 2. Teh encer 3. Air tajin 4. Sus tanpa gula 5. Tanda dan gejala diare pada bayi adalah 1. Anak kejang, gelisah 2. Nafsu makan berkurang 3. Tinja encer Evaluasi Formatif
  • 16. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 16 4. Anus sekitarnya lecet 6. Komplikasi diare antara lain : 1. Dehidrasi 2. Renjatan hipovolemik 3. Hipoglikemia 4. Kejang 7. Penyebab dari pada bayi menali : A. Malabsorsi B. Makanan basi C. Immaodefisiensi D. OMP E. Faktor psikologis 8. Etiologi obstipasi antara lain : 1. Membiasakan makan 2. Hyperthyroidisme 3. Hipotyroidisme 4. Gangguan pencernaan 9. Penyebab obstipasi dari faktor non organik adalah : A. Kurang makanan tinggi serat B. Kelainan hormonal C. Kelainan otot dasar panggul D. Kelainan psikososial E. Kurang exersial 10. Gejala obstipasi pada bayi 1. Susah tidur 2. Gelisah 3. Perut kembung 4. 4. Sering menangis
  • 17. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 17 Tugas Mandiri Buatlah laporan bagaimana saudara membedakan BAB yang terjadi pada bayi termasuk dalam katagori diare dari sudut konsistensi, frekuensi maupun baunya. Amati kejadianobstipasidisekelilingsaudara,biasanyaterjadikarenaapa,cobaandaidentifikasi dan buat laporanya Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian akhir Kegiatan Belajar 4, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban yang benar adalah: 90% - 100% : baik sekali 80% - 89% : baik 70% -79% : cukup kurang dari 70% : kurang Kalau Anda memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Anda Bagus! Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 4 ini dan dapat melanjutkan pada kegiatan belajar 5. Tetapi jika pencapaian Anda kurang dari 80%, maka sebaiknya ulangilah Kegiatan Belajar 4, terutama bagian-bagian yang belum Anda kuasai! . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . KUNCI JAWABAN 1. E 2. B 3. E 4. A 5. E 6. E 7. D 8. C 9. C 10. E