Naskah ini membahas pembelajaran berbasis kompetensi sesuai Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik dan penilaian autentik. Pembelajaran kompetensi mencakup pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik sesuai Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Pembelajaran menekankan proses belajar siswa untuk mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Penilaian dilakukan secara
1. KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami panjatkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
kemurahan-Nya
naskahPendukung
pembelajaran
Kurikulum
2013
ini
dapat
diselesaikan.Naskah ini kami beri judul “Pembelajaran Berbasis Kompetensi Mata
Pelajaran dengan Pendekatan Saintifik”. Hal ini disesuaikan dengan tuntutan Kurikulum
2013 yang menekankan pada pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (saintifik) dan
penilaian autentik.
pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mengandung terjadinya proses penguasaan
pengetahuan, keterampilan dan sikap oleh subjek yang sedang belajar. Pelaksanaan
pembelajaran akan berjalan efektif apabila didahului dengan penyiapan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dikembangkan oleh guru baik secara individual
maupun kelompok yang mengacu pada Silabus. Sehubungan hal tersebut, maka naskah
ini disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan guru yang terkait dengan pengembangan
persiapan pembelajaran.
Semoga naskah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, untuk memfasilitasi
guru secara individual dan kelompok dalam mengembangkan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dan melaksanakan pembelajaran dalam berbagai modus, strategi,
dan model untuk muatan dan/atau mata pelajaran yang diampunya.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua
pihak yang telah terlibat dalam penyusunan naskah ini, yang tidak dapat kami sebutkan
satu persatu. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan jerih payah
saudara-saudara sekalian.
Dalam penyusunan naskah ini, kami akui masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan
kritik yang membangun kearah penyempurnaan naskah Pendukung pembelajaran
Kurikulum 2013 ini kami terima dengan tangan terbuka.
Akhirnya, mudah-mudahan naskah ini dapat berguna dan membantu siapa saja yang
membaca dan membutuhkan khususnya guru mata pelajaran dalam upaya peningkatan
mutu pendidikan melalui kegiatan pembelajaran.
i
2. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
I
ii
PENDAHULUAN
1.
1
2.
Tujuan..........................................................
2
3.
Ruang Lingkup.............................................
3
4.
BAB II
Latar Belakang ............................................
Landasan Hukum....... .................................
3
PEMBELAJARAN KOMPETENSI
1.
5
2.
BAB III
Pendekatan Pembelajaran Saintifik.............
Penilaian Autentik........................................
22
ANALISIS KOMPETENSI
1.
30
2.
BAB IV
Prosedur Analisis.. .........................................
Hasil Analisis Kompetensi..............................
38
PENUTUP
52
DAFTAR PUSTAKA
54
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ii
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan
secara
suasana
belajar
dan
proses pembelajaran
agar
peserta
didik
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya
dalam rangka mencapai tujuan tersebut disusun standar pendidikan nasional, terdiri
atas: standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana
prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses disebutkan bahwa setiap pendidik pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap
dan
sistematis
agar
pembelajaran
berlangsung
secara interaktif,
inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta
memberikan
kemandirian
psikologis
sesuai
ruang
yang cukup
dengan bakat,
bagi
minat,
dan
prakarsa,
kreativitas,
perkembangan
fisik
dan
serta
peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan perlu melakukan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses
pembelajaran dengan strategi yang benar untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013
tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran, menyebutkan
bahwa Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya
seluruh kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013. Kurikulum memuat apa
yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik,
sedangkan pembelajaran
merupakan cara bagaimana apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta didik.
Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan RPP yang dikembangkan oleh
guru baik secara individual maupun kelompok yang mengacu pada Silabus.
1
4. Sedangkan
Strategi
penilaian
disiapkan
untuk
memfasilitasi
guru
dalam
mengembangkan pendekatan, teknik dan instrumen penilaian hasil belajar dengan
pendekatan autentik. Penilaian memungkinkan para pendidik mampu menerapkan
program remedial bagi peserta didik yang tergolong pebelajar lambat dan program
pengayaan bagi peserta didik yang termasuk kategori pebelajar cepat.
Pemerintah telah menetapkan pelaksanaan kurikulum 2013 secara terbatas pada
1.270 SMA di 33 provinsi pada 295 kabupaten/kota mulai tahun pelajaran 2013/2014
untuk kelas X. Untuk mendukung implementasi pelaksanaan kurikulum tersebut
pemerintah telah melatih instruktur nasional (master teacher), guru inti dan guru
sasaran serta menyediakan silabus, buku guru, dan buku siswa untuk mata pelajaran
Matematika, Bahasa Indonesia, dan Sejarah. Sedangkan untuk mata pelajaran
lainnya diharapkan dapat memanfaatkan buku-buku yang ada (dari kurikulum 2006
dan buku sebelumnya), mulai menerapkan kurikulum 2013 mengacu pada silabus
yang telah disediakan.
Untuk
menyiapkan
kemampuan
guru
dalam
merancang
dan
melaksanakan
pembelajaran saintifik serta melakukan penilaiain autentik dan menggunakan
silabus
sebagai
acuan,
perlu
penjabaran
operasional
antara
lain
dalam
mengembangkan materi pembelajaran, mengembangkan langkah pembelajaran
serta merancang dan melaksanakan penilaian autentik. Oleh karena itu diperlukan
rambu-rambu yang bisa memfasilitasi guru secara individual dan kelompok dalam
mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran dalam berbagai modus, strategi,
dan model untuk muatan dan/atau mata pelajaran yang diampunya.
B.
Tujuan
Secara umum tujuan penulisan naskah ini adalah membantu guru mata pelajaran
dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan memafaatkan buku sumber
yang ada. Secara khusus naskah ini bertujuan:
Memberikan rambu-rambu bagi guru dalam menganalisis kompetensi inti dan
kompetensi dasar
1. Mengembangkan materi pembelajaran berdasarkan materi pokok dari silabus
mata pelajaran
2. Mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
3. Mengembangkan indikator pencapaian dan penilaian
4. Merancang penilaian autentik
2
5. C.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup naskah ini terdiri atas:
1. Penjelasan dan langkah-langkah pembelajaran saintifik
2. Langkah-langkah analisis kompetensi;
3. Penilaian autentik; dan
4. Hasil analisis kompetensi untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
D.
Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA-MA
8. Peraturan
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Nomor
81A
tentang
Implementasi Kurikulum
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor …. Tentang Silabus
3
6. BAB II
PEMBELAJARAN KOMPETENSI
Pembelajaran kurikulum 2013 adalah pembelajaran kompetensi dengan memperkuat
proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui
pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam
mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan
mengomunikasikan.
Karakteristik
Standar
pembelajaran pada
Kompetensi
memberikan
Lulusan
kerangka
setiap
dan
konseptual
satuan
Standar
tentang
pendidikan
Isi.
Standar
sasaran
terkait
erat
Kompetensi
pembelajaran
pada
Lulusan
yang
harus
dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan
pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi.
Sesuai
dengan
Standar
Kompetensi
Lulusan,
sasaran
pembelajaran
mencakup
pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk
setiap satuan pendidikan. Ketiga
perolehan
(proses psikologis)
ranah
yang
kompetensi
berbeda.
Sikap
tersebut
memiliki
lintasan
diperoleh
melalui
aktivitas
menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan
diperoleh
melalui
aktivitas
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati,
menanya,
mencoba,
beserta
perbedaan
standar
proses.
menalar,
lintasan
menyaji,
dan mencipta. Karaktersitik kompetensi
perolehan turut
Penguatan pendekatan
berbasis penyingkapan/penelitian
serta
mempengaruhi
karakteristik
saintifik perlu diterapkan pembelajaran
(discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong
kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun
kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
Prinsip pembelajaran
pada kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma: (1)
peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) guru sebagai satusatunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3) pendekatan
tekstual
menjadi pendekatan
ilmiah; (4) pembelajaran
proses
berbasis
sebagai
konten
penguatan penggunaan pendekatan
menjadi
pembelajaran
berbasis
kompetensi; (5) pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu; (6) pembelajaran
4
7. yang
menekankan
jawaban
tunggal
menjadi pembelajaran dengan jawaban yang
kebenarannya multi dimensi; (7) pembelajaran verbalisme menjadi keterampilan
aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills)
dan keterampilan mental (softskills); (9) pembelajaran
yang
mengutamakan
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
(10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing
ngarso
sung
tulodo), membangun kemauan
mengembangkan
kreativitas
peserta
didik
(ing
madyo mangun
karso),
dan
dalam proses pembelajaran (tut wuri
handayani); (11) pembelajaranyang berlangsung
di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,
siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas; (13) pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran;
dan (14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta
didik.
Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk
menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang
meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai
kesiapan siswa, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga
komponen (input – proses – output) tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan
hasil belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional
(instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.
A. Pendekatan Pembelajaran saintifik
Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah
saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.Model pembelajaran
yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir
sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa
(Alfred De Vito, 1989). Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu
menghasilkan kemampuan untuk belajar (Joice & Weil: 1996), bukan saja
diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih
penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh
peserta didik (Zamroni, 2000; &Semiawan, 1998).
Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir,
namum
proses
pembelajaran
dipandang
sangat
penting.
Oleh
karena
itu
5
8. pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran
berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang
mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi
secara terpadu (Beyer, 1991). Model ini menekankan pada proses pencarian
pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai
subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru
hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan
belajar. Dalam model ini peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian
pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses
sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan (scientist) dalam melakukan
penyelidikan ilmiah (Nur: 1998), dengan demikian peserta didik diarahkan untuk
menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang
diperlukan untuk kehidupannya. Fokus proses pembelajaran diarahkan pada
pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan, menemukan
dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan
(Semiawan: 1992).
Model ini juga tercakup penemuan makna (meanings), organisasi, dan struktur dari
ide
atau
gagasan,
sehingga
secara
bertahap
siswa
belajar
bagaimana
mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri
(discover) pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum,
prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi
berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi (Houston, 1988). Dengan
demikian peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus
berperan aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru
lebih berperan sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran.
Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi membangun
kompetensi dasar hidup siswa melalui pengembangan keterampilan proses sains,
sikap ilmiah, dan proses konstruksi pengetahuan secara bertahap. Keterampilan
proses sains pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning
tools) yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap
individu dalam mengembangkan diri (Chain and Evans: 1990).
1. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Ilmu-ilmu sosial (social science)
Sebelum membicarakan mengenai pendekatan ilmiah (scientific), perlu
dipahami terlebih dahulu mengenai metode ilmiah. Pada umumnya seseorang
6
9. selalu
ingin
memperoleh
pengetahuan.
Pengetahuan
dapat
merupakan
pengetahuan ilmiah dan pengetahuan tidak ilmiah.
Suatu pengetahuan ilmiah hanya dapat diperoleh dari metode ilmiah. Metode
ilmiah pada dasarnya memandang fenomena khusus (unik) dengan kajian
spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan pada simpulan. Dengan
demikian diperlukan adanya penalaran dalam rangka pencarian (penemuan).
Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus
berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan
terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.
Metode ilmiah umumnya memuat rangkaian kegiatan koleksi data atau fakta
melalui observasi dan eksperimen, kemudian memformulasi dan menguji
hipotesis. Sebenarnya apa yang kita bicarakan dengan metode ilmiah merujuk
pada: (1) adanya fakta, (2) sifat bebas prasangka, (3) sifat objektif, dan (4)
adanya analisa. Selanjutnya secara sederhana pendekatan ilmiah merupakan
suatu cara atau mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur
yang didasarkan pada suatu metode ilmiah. Ada juga yang mengartikan
pendekatan ilmiah sebagai mekanisme untuk memperoleh pengetahuan yang
didasarkan pada struktur logis. Pendekatan ilmiah ini memerlukan langkahlangkah pokok:
a) Mengamati
b) Menanya
c) Menalar
d) Mencoba
e) Membentuk jejaring
Langkah-langkah di atas boleh dikatakan sebagai pembelajaran terhadap
pengetahuan ilmiah yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis dalam
ilmu-ilmu sosial. Karena yang dikehendaki adalah jawaban mengenai faktafakta sosial, maka pendekatan dengan langkah-langkah tersebut dikatakan
sangat erat dengan metode ilmiah.
Prosespembelajaran
pada
Kurikulum
2013
dilaksanakan
menggunakan
pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,
pengetahuan,
dan
keterampilan.
Dalam
proses
pembelajaran
berbasis
pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi
7
10. ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan
menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta
didik
“tahu
apa.”
Hasil
akhirnya
adalah
peningkatan
dan
keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills)
dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara
layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan.
8
11. 1) Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan
tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Dalam pembelajaran
ilmu-ilmu
sosial, pengamatan dapat dilakukan terhadap hal- hal sebagai berikut,
contoh:
Proses terbentuknya negara
interaksi sosial
Situs sejarah
Sedangkandalam pembelajaran di kelas, mengamati dapat dilakukan
melalui berbagai media yang dapat diamati siswa, misalnya: video,
gambar, grafik, bagan, dsb.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah seperti berikut ini.
Menentukan objek apa yang akan diobservasi
Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan
diobservasi
Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik
primer maupun sekunder
Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi ,
seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video
perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan
observasi, dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating
scale), catatan anekdot (anecdotal record), catatan berkala, dan alat
mekanikal (mechanical device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang
berisikan nama-nama subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan
diobservasi. Skala rentang , berupa alat untuk mencatat gejala atau
fenomena menurut tingkatannya. Catatan anekdot dapat berupa catatan
9
12. yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai kelakuan-kelakuan luar
biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.
Alat
mekanik dapat berupa berupa alat mekanik yang dapat dipakai untuk
memotret atau merekam peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan
oleh subjek atau objek yang diobservasi.
2) Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan
dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.
Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau
memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab
pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong siswa untuk
menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Artinya guru dapat
menumbuhkan sikap ingin tahu siswa, yang diekspresikan dalam bentuk
pertanyaan. Misalnya: Mengapa terjadi kasus pelanggaran HAM? Apakah
seni bangun candi itu asli Indonesia atau ada pengaruh dari luar? Dalam
hukum permintaan dinyatakan ketika harga naik maka jumlah barang yang
diminta akan turun, namun kenyataannya setiap menjelang hari raya
walaupun harga cenderung naik tetapi permintaan juga ikut naik. Mengapa
demikian?, dsb. Diusahakan setelah ada pengamatan, yang bertanya bukan
guru, tetapi yang bertanya peserta didik. Berikut manfaat / fungsi
bertanya:
Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik
tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan
ancangan untuk mencari solusinya.
Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada
peserta
didik
untuk
menunjukkan
sikap,
keterampilan,
dan
pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.
Membangkitkan
mengajukan
keterampilan
pertanyaan,
dan
peserta
memberi
didik
dalam
jawaban
berbicara,
secara
logis,
sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
10
13. Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,
mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima
pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan
toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap
dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan
berempati satu sama lain.
Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih
rendah hingga yang lebih tinggi disajikan berikut ini.
Tingkatan
Subtingkatan
Kognitif yang lebih Pengetahuan
rendah
(knowledge)
Kata-kata kunci pertanyaan
Apa...
Siapa...
Kapan...
Di mana...
Sebutkan...
Jodohkan atau pasangkan...
Persamaan kata...
Golongkan...
Berilah nama...
Dll.
Pemahaman
(comprehension)
Terangkahlah...
Bedakanlah...
Terjemahkanlah...
Simpulkan...
Bandingkan...
Ubahlah...
Berikanlah interpretasi...
Penerapan
(application
Gunakanlah...
Tunjukkanlah...
Buatlah...
Demonstrasikanlah...
Carilah hubungan...
Tulislah contoh...
11
14. Tingkatan
Subtingkatan
Kata-kata kunci pertanyaan
Siapkanlah...
Klasifikasikanlah...
Kognitif yang lebih Analisis (analysis)
tinggi
Analisislah...
Kemukakan bukti-bukti…
Mengapa…
Identifikasikan…
Tunjukkanlah sebabnya…
Berilah alasan-alasan…
Sintesis (synthesis)
Ramalkanlah…
Bentuk…
Ciptakanlah…
Susunlah…
Rancanglah...
Tulislah…
Bagaimana kita dapat
memecahkan…
Apa yang terjadi
seaindainya…
Bagaimana kita dapat
memperbaiki…
Kembangkan…
Evaluasi
(evaluation)
Berilah pendapat…
Alternatif mana yang lebih
baik…
Setujukah anda…
Kritiklah…
Berilah alasan…
Nilailah…
Bandingkan…
Bedakanlah…
12
15. 3) Menalar
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan
ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa
guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam
banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru.
Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta
empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski
penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
3.1 Cara menalar
Seperti telah dijelaskan di muka, terdapat dua cara menalar, yaitu
penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan
cara menalardengan menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut
khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif
lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik.
Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari
pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada
hal yang bersifat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola
silogisme. Cara kerja menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal
yang umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagianbagiannya yang khusus.
Ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis,
silogisme alternatif. Pada penalaran deduktif tedapat premis, sebagai
proposisi menarik simpulan. Penarikan simpulan dapat dilakukan melalui
dua cara, yaitu langsung dan tidak langsung. Simpulan secara langsung
ditarik dari satu premis, sedangkan simpulan tidak langsung ditarik dari
dua premis.
Contoh:
Akuntan publik adalah akuntan yang kegiatannya memberikan jasa
untuk kepentingan perusahaan dengan sejumlah pembayaran tertentu,
atau disebut juga akuntan ekstern.
13
16. Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja sebagai pemeriksa
atau auditor untuk pemerintah atau negara.
Akuntan pendidik adalah akuntan yang bekerja sebagai pengajar atau
dosen di perguruan tinggi.
Akuntan Intern atau Akuntan Perusahaan adalah akuntan yang bekerja
dalam perusahaan dan bertugas khusus di bidang akuntansi intern untuk
membantu pengelola perusahaan.
Simpulan Akuntan publik, Akuntan pemerintah, Akuntan pendidik,
Akuntan Intern merupakan jabatan-jabatan dalam lapangan akuntansi
pada berbagai lingkup kegiatan dan bidang garapannya.
3.2 Analogi dalam Pembelajaran
Selama proses pembelajaran, guru dan peserta didik sering kali
menemukan fenomena yang bersifat analog atau memiliki persamaan.
Dengan demikian, guru dan peserta didik adakalanya menalar secara
analogis. Analogi adalah suatu proses penalaran dalam pembelajaran
dengan cara membandingkan sifat esensial yang mempunyai kesamaan atau
persamaan.
Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran ilmu-ilmu sosial,
karena hal itu akan mempertajam daya nalar peserta didik. Seperti halnya
penalaran, analogi terdiri dari dua jenis, yaitu analogi induktif dan analogi
deklaratif. Kedua analogi itu dijelaskan berikut ini.
Analogi induktif disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua
fenomena atau gejala. Atas dasar persamaan dua gejala atau fenomena itu
ditarik simpulan bahwa apa yang ada pada fenomena atau gejala pertama
terjadi juga pada fenomena atau gejala kedua. Analogi induktif merupakan
suatu “metode menalar” yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu
simpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti
terdapat pada dua fenomena atau gejala khusus yang diperbandingkan
Contoh:
14
17. Hakekat Pergerakan Nasional bagi peserta didik adalah jiwa nasionalisme
dan ketekunan dalam belajar. Peserta didik adalah generasi muda yang
harus memiliki jiwa nasionalisme dan harus giat belajar.
Analogi deklaratif merupakan suatu “metode menalar” untuk menjelaskan
atau menegaskan sesuatu fenomena atau gejala yang belum dikenal atau
masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Analogi deklaratif ini
sangat bermanfaat karena ide-ide baru, fenomena, atau gejala menjadi
dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang
sudah diketahui secara nyata dan dipercayai.
Contoh:
Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dapat dilaksanakan karena
adanya sinergitas, saling menghargai, sikap pantang menyerah antara
golongan muda dan golongan tua. Begitu pula tercapainya suatu prestasi
disekolah tidak terlepas dari sinergitas, saling menghargai, sikap pantang
menyerah dari dewan guru, peserta didik, dan seluruh stake holder
sekolah.
3.3 Hubungan Antarfenomena
Seperti halnya penalaran dan analogi, kemampuan menghubungkan
antarfenomena atau gejala sangat penting dalam proses pembelajaran,
karena hal itu akan mempertajam daya nalar peserta didik. Disinilah esensi
bahwa guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai hubungan
antarfenomena atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat.
Hubungan
sebab-akibat
diambil
dengan
menghubungkan
satu
atau
beberapa fakta yang satu dengan satu atau beberapa fakta yang lain.Suatu
simpulan yang menjadi sebab dari satu atau beberapa fakta itu atau dapat
juga menjadi akibat dari satu atau beberapa fakta tersebut.
Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif, yang
disebut dengan penalaran induktif sebab-akibat. Penalaran induktif sebab
akibat terdiri dari tiga jenis.
Hubungansebab–akibat. Pada penalaran hubungan sebab-akibat, hal-hal
yang menjadi sebab dikemukakan terlebih dahulu, kemudian ditarik
simpulan yang berupa akibat.
15
18. Contoh:
Sehubungan adanya pembuatan jalan oleh Belanda yang melewati
makam leluhur Diponegoro, maka pecahlah perang Diponegoro melawan
Belanda 1825 – 1830 (mapel Sejarah).
Nilaisuatubarangditentukanjumlahbiaya
yangdikeluarkanuntukmenghasilkanbarangitukembali(biayareproduksi).O
lehkarenauntukmenentukannilaisuatubarangtidakberasalpadabiayaproduk
siyangpertamakali,tetapipadabiayaproduksiyangdikeluarkansekarang
(mapel Ekonomi).
Hubungan akibat–sebab. Pada penalaran hubungan akibat-sebab, hal-hal
yang menjadi akibat dikemukakan terlebih dahulu, selanjutnya ditarik
simpulan yang merupakan penyebabnya.
Contoh (Mata pelajaran Sejarah):
Perang Diponegoro 1825 – 1830 melawan Belanda, sampai-sampai
Belanda mengalami kerugian besar, dan nyaris dikalahkan, disebabkan
Belanda membuat jalan yang melewati makam leluhur Diponegoro.
Perjuang bangsa Indonesia melalui Pergerakan Nasional, mengakibatkan
diproklasikan kemerdekaan. Akibat proklamasi kemerdekaan datanglah
Sekutu yaitu Inggris dan Belanda datang ke Indonesia . Kedatangan
Sekutu yang berkeinginan menjaga status quo, tentu tidak diharapkan
oleh pemuda Indonesia, terjadilah perang.
Contoh (Mata pelajaranEkonomi)
Nilai suatu
barang ditentukan oleh jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan oleh produsen untuk membuat barang tersebut. Semakin
tinggi nilai pakai suatu barang, nilai tukarnya akan semakin tinggi.
Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, hidupnya terisolasi.
Keterisolasian itu menyebabkan mereka kehilangan akses untuk
melakukan aktivitas ekonomi, sehingga muncullah kemiskinan keluarga
yang akut. Kemiskinan keluarga yang akut menyebabkan anak-anak
mereka tidak berkesempatan menempuh pendidikan yang baik. Dampak
lanjutannya, bukan tidak mungkin terjadi kemiskinan yang terus
berlangsung secara siklikal.
16
19. Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2. Pada penalaran hubungan sebabakibat 1 –akibat 2, suatu
penyebab dapat menimbulkan serangkaian
akibat. Akibat yang pertama menjadi penyebab, sehingga menimbulkan
akibat kedua. Akibat kedua menjadi penyebab sehingga menimbulkan
akibat ketiga, dan seterusnya.
3.4 Mencoba/mengeksplorasi
Eksplorasi
adalah
upaya
awal
membangun
pengetahuan
melalui
peningkatan pemahaman atas suatu fenomena. Strategi yang digunakan
adalah memperluas dan memperdalam pengetahuan yang menerapkan
strategi belajar aktif. Pendekatan pembelajaran yang berkembang saat ini
secara empirik telah melahirkan disiplin baru pada proses belajar. Tidak
hanya berfokus pada apa yang dapat peserta didik temukan, namun sampai
pada bagaimana cara mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Istilah yang
populer untuk menggambarkan kegiatan ini adalah “explorative learning”.
Pendekatan belajar yang eksploratif tidak hanya berfokus pada bagaimana
mentransfer ilmu pengetahuan, pemahaman, dan interpretasi, namun
harus diimbangi dengan peningkatan mutu materi ajar. Informasi tidak
hanya disusun oleh guru. Perlu ada keterlibatan peserta didik untuk
memperluas, memperdalam, atau menyusun informasi atas inisiatifnya.
Dalam hal ini peserta didik menyusun dan memvalidasi informasi sebagai
input bagi kegiatan belajar. Peta Konsep yang dikembangkan menunjukan
kompleksitas
kegiatan
eksplorasi
dalam
proses
pembelajaran
yang
mengharuskan adanya proses dialog yang : (1) interaktif (2) adaptif,
interaktif dan reflektif (3) menggambarkan tingkat-tingkat penguasaan
pokok bahasan (4) menggambarkan level kegiatan yang berkaitan dengan
meningkatkan keterampilan menyelesaikan tugas sehingga memperoleh
pengalaman yang bermakna.
Mengintegrasikan pendekatan ini dengan lima faktor yang menyebabkan
kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna, yaitu belajar aktif,
belajar konstruktif, belajar intens, belajar autentik, dan kolaboratif yang
menegaskan
pernyataan
bahwa
pembelajaran
eksploratif
lebih
menekankan pada pengalaman belajar dari pada pada materi pelajaran.
Eksplorasi merupakan proses kerja dalam memfasilitasi proses belajar
peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu. Peserta didik menghubungkan
17
20. pikiran
yang
terdahulu
dengan
pengalaman
belajarnya.
Mereka
menggambarkan pemahaman yang mendalam untuk memberikan respon
yang mendalam juga. Bagaimana membedakan peran masing-masing dalam
kegiatan belajar bersama. Mereka melakukan pembagian tugas seperti
dalam
tugas
merekam,
mencari
informasi
melalui
internet
serta
memberikan respon kreatif dalam berdialog. Di samping itu peserta didik
menindaklanjuti penelusuran informasi dengan membandingkan hasil
telaah. Secara kolektif, mereka juga dapat mengembangkan hasil
penelusuran
informasi
dalam
bentuk
grafik,
tabel,
diagram
serta
mempresentasikan gagasan yang dimiliki.
Pelaksanaan kegiatan mencoba/eksplorasi pada mata pelajaran ilmu-ilmu
sosial dapat dilakukan melalui kerja sama dalam kelompok kecil. Bersama
teman sekelompoknya peserta didik dalam menelusuri informasi yang
mereka butuhkan, merumuskan masalah dalam kehidupan nyata, berpikir
kritis untuk menerapkan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan yang nyata
dan bermakna. Melalui kegiatan mencoba/eksplorasi peserta didik dapat
mengembangkan pengalaman belajar, meningkatkan penguasaan ilmu-ilmu
sosial, serta menerapkannya untuk menjawab fenomena yang ada. Peserta
didik juga dapat mengeksploitasi informasi untuk memperoleh manfaat
tertentu sebagai produk belajar.
3.5 Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari
sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya
merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan
dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara
baik dan disengaja untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka
mencapai tujuan bersama.
Pada pembelajaran kolaboratif
kewenangan guru lebih bersifat direktif
atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif.
Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah peribadi,
maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka
berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam situasi
kolaboratif
itu,
peserta
didik
berinteraksi
dengan
empati,
saling
menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing.
18
21. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkin
peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara
bersama-sama.
Tantangan baru dinamika kehidupan yang makin kompleks menuntut
aktivitas pembelajaran bukan sekedar mengulang fakta dan fenomena
keseharian yang dapat diduga melainkan mampu menjangkau pada situasi
baru yang tak terduga.Dengan dukungan kemajuan teknologi dan seni,
pembelajaran diharapkan mendorong kemampuan berpikir siswa hingga
situasi baru yang tak terduga.
Agar
pembelajaran
terus
menerus
membangkitkan
kreativitas
dan
keingintahuan siswa, kegiatan pembelajaran kompetensi dilakukan dengan
langkah sebagai berikut:
1. Menyajikan atau mengajak siswa mengamati fakta atau fenomena
baik secara langsung dan/ atau rekonstruksi sehingga siswa mencari
informasi,
membaca,
melihat,
mendengar,
atau
menyimak
fakta/fenomena tersebut
2. Memfasilitasi diskusi dan Tanya jawab dalam menemukan konsep,
prinsip, hukum, dan teori
3. Mendorong siswa aktif mencoba melalui kegiatan eksperimen
4. Memaksimalkan pemanfaatan tekonologi dalam mengolah data,
mengembangkan penalaran dan memprediksi fenomena
5. Memberi kebebasan dan tantangan kreativitas dalam presentasi
dengan aplikasi baru yang terduga sampai tak terduga
Macam-macam Pembelajaran Kolaboratif
Banyak metode yang dipakai dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif.
Beberapa di antaranya dijelaskan berikut ini:
JP = Jigsaw Proscedure.
Pembelajaran dilakukan dengan cara peserta didik sebagai anggota
suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda mengenai suatu pokok
bahasan. Agar masing-masing peserta didik anggota dapat memahami
keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang
menyeluruh. Penilaian didasari pada rata-rata skor tes kelompok.
STAD = Student Team Achievement Divisions.
19
22. Peserta didik dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok
kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok bertindak saling
membelajarkan.
Fokusnya
adalah
keberhasilan
seorang
akan
berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula
keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan
individu peserta didik lainnya. Penilaian didasari pada pencapaian hasil
belajar individual maupun kelompok peserta didik
CI = Complex Instruction
Titik tekan metode ini
berorientasi
pada
matematika,
dan
adalam pelaksanaan suatu proyek yang
penemuan,
ilmu
khususnya
pengetahuan
dalam
sosial.
bidang
Fokusnya
sains,
adalah
menumbuhkembangkan ketertarikan semua peserta didik sebagai
anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya
digunakan dalam pembelajaran yang bersifat bilingual (menggunakan
dua bahasa) dan di antara para peserta didik yang sangat heterogen.
Penilaian didasari pada proses dan hasil kerja kelompok.
TAI = Team Accelerated Instruction.
Metode
ini
merupakan
kooperatif/kolaboratif
dengan
kombinasi
antara
pembelajaran
pembelajaran
individual.
Secara
bertahap, setiap peserta didik sebagai anggota kelompok diberi soalsoal yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih dulu. Setelah itu
dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok. Jika soal tahap
pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap peserta didik
mengerjakan soal-soal berikutnya. Namun jika seorang peserta didik
belum dapat menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus
menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal
disusun berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasari pada
hasil belajar individual maupun kelompok.
CLS = Cooperative Learning Stuctures.
Pada penerapan metode pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk
dengan anggota dua peserta didik (berpasangan). Seorang peserta
didik bertindak sebagai tutor dan yang lain menjadi tutee. Tutor
mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tutee. Bila jawaban
20
23. tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan
terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan
sebelumnya, kedua peserta didik yang saling berpasangan itu berganti
peran.
LT = Learning Together.
Pada metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan peserta
didik yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya
menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian
didasarkan pada hasil kerja kelompok.
TGT = Teams-Games-Tournament.
Pada metode ini, setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para
anggota suatu kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain
sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian didasari
pada jumlah nilai yang diperoleh kelompok peserta didik.
GI = Group Investigation.
Pada
metode
ini
semua
anggota
kelompok
dituntut
untuk
merencanakan suatu penelitian beserta perencanaan pemecahan
masalah yang dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang akan
dikerjakan dan siapa saja yang akan melaksanakannya berikut
bagaimana perencanaan penyajiannya di depan forum kelas. Penilaian
didasari pada proses dan hasil kerja kelompok.
AC = Academic-Constructive Controversy.
Pada metode ini setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya
untuk berada dalam situasi konflik intelektual yang dikembangkan
berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota
sekelompok
maupun
dengan
anggota
kelompok
lain.
Kegiatan
pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan pengembangan
kualitas
pemecahan
masalah,
pemikiran
kritis,
pertimbangan,
hubungan antarpribadi, kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian
didasarkan pada kemampuan setiap anggota maupun kelompok
mempertahankan posisi yang dipilihnya.
21
24. CIRC = Cooperative Integrated Reading and Composition.
Pada
metode
pembelajaran
ini
mirip
dengan
TAI.
Metode
pembelajaran ini menekankan pembelajaran membaca, menulis dan
tata bahasa. Dalam pembelajaran ini, para peserta didik saling menilai
kemampuan membaca, menulis dan tata bahasa, baik secara tertulis
maupun lisan di dalam kelompoknya
Siswa dapat membentuk jejaring yang lebih luas dengan menginformasikan/
berbagi tentang
hasil penugasan, proyek atau makalah melalui berbagai
media.
B. Penilaian Autentik
Penilaian autentik (authentic assessment) menurut beberapa sumber sebagaimana
tertulis dalam Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 adalah sebagai
berikut: (1) American Library Association mendefinisikan sebagai proses evaluasi
untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada
aktivitas yang relevan dalam pembelajaran; (2) Newton Public School, mengartikan
penilaian autentik sebagai penilaian atas produk dan kinerja yang berhubungan
dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik; dan (3) Wiggins mendefinisikan
penilaian autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang
mencerminkan
prioritas
dan
tantangan
yang
ditemukan
dalam
aktivitas-
aktivitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel,
memberikan analisis oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antar sesama
melalui debat, dan sebagainya.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific
approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena
penilaian semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta
didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring,
dan lain-lain. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau
kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka
yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Karenanya, penilaian autentik
sangat relevan dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran di SMA.
Penilaian autentik merupakan pendekatan dan instrumen asesmen yang memberikan
kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk menerapkan pengetahuan,
22
25. keterampilan, dan sikap yang sudah dimilikinya dalam bentuk tugas: membaca dan
meringkasnya, eksperimen, mengamati, survei, projek, makalah, membuat multi
media, membuat karangan, dan diskusi kelas.
Penilaian autentik adalah penilaian kinerja, termasuk di dalamnya penilaian
portofolio dan penilaian projek. Penilaian autentik disebut juga penilaian responsif,
suatu metode untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki
ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki
bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Penilaian autentik dapat diterapkan
dalam berbagai bidang ilmu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya,
dengan orientasi utamanya pada proses dan hasil pembelajaran.
Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan
program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling.
Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk
memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhi Standar Penilaian Pendidikan.
Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk
menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian sikap dilakukan melalui
observasi/pengamatan menggunakan jurnal, penilaian diri, dan/atau penilaian antar
teman. Penilaian pengetahuan melalui tes tertulis, tes lisan, dan/atau penugasan.
Penilaian keterampilan melalui tes praktik, penilaian proyek, dan penilaian
portofolio.
1. Pengamatan Sikap
Penilaian sikap melalui pengamatan dapat menggunakan jurnal, penilaian diri,
dan penilaian antar teman. Jurnal adalah catatan pendidik yang sistematis di
dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan
dan kelemahan peserta didik berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal dapat
memuat penilaian siswa terhadap aspek tertentu secara kronologis. Kriteria
penilaian jurnal adalah sbb:
Mengukur capaian kompetensi sikap yang penting.
Sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator.
Menggunakan format yang sederhana dan mudah diisi/digunakan.
Dapat dibuat rekapitulasi tampilan sikap peserta didik secara kronologis.
Memungkinkan untuk dilakukannya pencatatan yang sistematis, jelas dan
komunikatif.
23
26. Format pencatatan memudahkan dalam pemaknaan terhadap tampilan sikap
peserta didik
menuntun guru untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan peserta
didik.
Penilaian-diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja.
Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta
untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat
pencapaian
kompetensi
yang
dipelajarinya
dalam
mata
pelajaran
tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi
kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian ranah sikap Misalnya, peserta didik
diminta mengungkapkan curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu
berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan; Penilaian ranah
keterampilan Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai kecakapan atau
keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau
acuan yang telah disiapkan; Penilaian ranah pengetahuan Misalnya, peserta
didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir
sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu berdasarkan atas
kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Teknik penilaian-diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif. Pertama,
menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari
kekuatan dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih
peserta didik berperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju
secara personal.
Penilaian antar teman adalah penilaian yang dilakukan terhadap sikap seorang
peserta didik oleh seorang (atau lebih) peserta didik lainnya dalam suatu kelas
atau rombongan belajar. Penilaian ini merupakan bentuk penilaian untuk melatih
peserta didik penilai menjadi pembelajar yang baik.Instrumen sesuai dengan
kompetensi
dan indikator yang akan diukur. Kriteria penilaian antar teman
adalah sbb:
•
Indikator dapat dilakukan melalui pengamatan oleh peserta didik
•
Kriteria penilaian dirumuskan secara simpel atau sederhana
•
Menggunakan bahasa lugas dan dapat dipahami peserta didik
•
Menggunakan format penilaian sederhana dan mudah digunakan oleh peserta
didik
24
27. •
Kriteria penilaian yang digunakan jelas, tidak berpotensi munculnya
penafsiran makna ganda/berbeda
•
Indikator menunjukkan sikap peserta didik dalam situasi yang nyata atau
sebenarnya
•
Instrumen dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid)
•
memuat indikator kunci atau esensial yang menunjukkan penguasaan satu
kompetensi peserta didik
•
Indikator menunjukkan sikap yang dapat diukur
•
Mampu memetakan sikap peserta didik dari kemampuan pada level terendah
sampai kemampuan tertinggi.
2. Tes tertulis.
Penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes tertulis
terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban terdiri
dari
pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-
akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat
atau pendek, dan uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu
mengingat,
memahami,
mengorganisasikan,
menerapkan,
menganalisis,
mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atasmateri yang sudah dipelajari.
Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga
mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan
jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap
terbuka memperoleh nilai yang sama. Tes tersulis berbentuk esai biasanya
menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response)
atau jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada
bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada
guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih
tinggi atau kompleks.
3. Tes Lisan.
Tes lisan adalah tes yang menuntut siswa memberikan jawaban secara lisan.
Pelaksanaan Tes lisan dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara
langsung antara pendidik dan peserta didik. Kriteria Tes lisan adalah sbb:
25
28. Tes lisan dapat digunakan jika sesuai dengan kompetensi pada taraf
pengetahuan yang hendak dinilai.
Pertanyaan tidak boleh keluar dari bahan ajar yang ada.
Pertanyaan diharapkan dapat mendorong siswa dalam mengkontruksi
jawabannya sendiri.
disusun dari pertanyaan yang sederhana ke pertanyaan yang komplek.
4. Penilaian Melalui Penugasan.
Instrumen penugasan dapat berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang harus
dikerjakan oleh peserta didik, baik secara individu atau kelompok, sesuai dengan
karakteristik tugas. Kriteria penugasan adalah sbb:
Tugas mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar.
Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik.
Tugas dapat dikerjakan selama proses pembelajaran atau merupakan bagian
dari pembelajaran mandiri.
Pemberian tugas disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik.
Materi penugasan harus sesuai dengan cakupan kurikulum.
Penugasan ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menunjukkan kompetensi individualnya meskipun tugas diberikan
secara kelompok.
Untuk tugas kelompok, perlu dijelaskan rincian tugas setiap anggota.
Tugasharusbersifat adil (tidak bias gender atau latar belakang sosial
ekonomi).
Tampilan kualitas hasil tugas yang diharapkan disampaikan secara jelas.
Penugasan harus mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.
5. Tes Praktik.
Tes praktik dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam
melakukan sesuatu. Penilaian digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi
yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktik di
laboratorium, praktik salat, praktik olahraga, bermain peran, memainkan alat
musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi, dan sebagainya. (Juknis PHB PPMP
Kemdikbud, 2013). Kriteria Tes Praktik adalah sbb:
Tugas mengarahkan peserta didik untuk menunjukkan capaian hasil belajar.
Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik.
Mencantumkan waktu/kurun waktu pengerjaan tugas.
26
29. Sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik,
Sesuai dengan konten/cakupan kurikulum
Tugasbersifat adil (tidak bias gender dan latar belakang sosial ekonomi)
Task untuk Tes Praktik, diperlukan penyusunan rubrik penilaian, rubrik tersebut
harus memenuhi syarat sbb:
Rubrik dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid).
Rubrik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diamati (observasi).
Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diukur.
Rubrik dapat memetakan kemampuan peserta didik.
Rubrik menilai aspek-aspek penting pada proyek peserta didik.
6. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap
tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu
tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh
peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek
bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan
lain-lain.
Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh
kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.
Karena itu, pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang
memerlukan perhatian khusus dari guru.
Keterampilan
peserta
didik
dalam
memilih
topik,
mencari
dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas
informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
Orisinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau
dihasilkan oleh peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, danproduk proyek.
Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi
penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis
data, dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen
27
30. daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan
dalam bentuk poster atau tertulis.
Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus.
Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan
bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud
meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk.
Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria
yang harus dipenuhi
untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada
apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.
7. Penilaian Portofolio
Penilaian
portofolio
merupakan
penilaian
atas
kumpulan
artefak
yang
menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata.
Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara
perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta
didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik
dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta
didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai),
atau informasi lain yang releban dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu.Fokus penilaian portofolio
adalahkumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada satu
periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski
dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Memalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau
kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun
atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan,
resensi buku/ literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar
penilaian itu, guru dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai
dengan tuntutan pembelajaran.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti
berikut ini.
Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan
dibuat.
28
31. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah
bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang
sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama
dokumen portofolio yang dihasilkan.
Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian
portofolio.
29
32. BAB III
ANALISIS KOMPETENSI
A.
Prosedur Analisis
Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada pencapaian kompetensi
yang dirumuskan dalam standar kompetensi lulusan, komptensi inti dan
kompetensi dasar. Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam
menyiapkan pembelajaran adalah melakukan analisis pada ketiga kompetensi
itu. Dari analisis itulah akan diperoleh penjabaran materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan penilaian yang diperlukan.
Standar kompetensi lulusan adalah muara utama pencapaian yang dituju
semua mata pelajaran pada jenjang tertentu. Sedangkan kompetensi inti adalah
pijakan pertama pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada tingkat
kompetensi tertentu. Penjabaran kompetensi inti untuk tiap mata pelajaran
tersaji dalam rumusan kompetensi dasar.
Rumusan standar kompetensi lulusan seperti yang tercantum pada
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013 untuk
tingkat SMA adalah sebagai berikut.
Dimensi
Sikap
Pengetahuan
Keterampilan
Kualifikasi Kemampuan
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,
berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam
ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang
dipelajari di sekolah secara mandiri.
Kompetensi inti tingkat SMA terdiri atas dua tingkatan, yaitu tingkat
kompetensi ke lima yang mencakup kelas X dan kelas XI, dan tingkat kompetensi
ke enam untuk kelas XII. Rumusan kompetensi yang relelevan bagi kelas X sesuai
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi adalah sebagai berikut.
30
33. Kompetensi
Deskripsi Kompetensi
Sikap Spiritual
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya
Sikap Sosial
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara
efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai
dengan kaidah keilmuan
Pengetahuan
Keterampilan
Hubungan empat kompetensi inti dalam lingkup standar kompetensi
lulusan adalah sebagai berikut:
Prosedur analisis kompetensi inti (KI) dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
31
34. 1)
Melakukan linierisasi kompetensi dasar dari KI 3 dan KI 4 sesuai materi
pokok.
2)
Mengembangkan kompetensi dasar dari KI 3 dan materi pokok (silabus)
menjadi materi pembelajaran yang terdiri atas: fakta, konsep, prinsip,
dan prosedur
3)
Mengembangkan
kompetensi
dasar
dari
KI
4
menjadi
indicator
keterampilan yang terkait dengan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.
Tahapan penyusunan indikator dari tingkat yang terendah sampai
tertinggi, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan
mencipta.
4)
Mengembangkan
menanya,
alternatif
mencoba,
pembelajaran
mengasosiasi,
dan
mulai
dari
mengamati,
mengomunikasikan
yang
diperlukan untuk mengembangkan sikap sosial dan sikap religius.
5)
Menyusun indikator sikap dari KI 2 dan KI 1 yang relevan
6)
Merancang penilaian yang diperlukan
Prosedur analisis dapat diilustrasikan dengan diagram berikut ini.
Materi
Pokok
(Silabus)
Materi
Pembelajar
an
Fakta,
Konsep,
Prinsip, dan
Prosedur
Penillaian
(Silabus)
Alternatif
Kegiatan
Pembelajara
n:
Mengamati,
Menanya,
Mencoba,
Mengasosias
i, dan
Mengomunik
asikan
Indikator
Sikap,
Pengethua
n, dan
Keterampil
an untuk
Penilaian
Lulusan
yang :
Cerdas,
Kreatif,
Produktif,
dan
Bertanggun
g jawab
Pembelajara
n (Silabus)
1. Mengembangkan Materi Pembelajaran
Pengembangan materi pembelajaran merujuk pada materi pokok dalam silabus
dan kompetensi dasar yang termuat dalam kompetensi inti ke tiga (pengetahuan).
32
35. Dalam penjabaran materi pembelajaran tetap diperlukan untuk melihat linierisasi
dengan kompetensi inti ke empat (keterampilan).
Hasil pengembangan materi pembelajaran dikelompokan dalam empat kategori,
yaitu:
a) Fakta, yaitu kejadian atau peristiwa yang dapat dilihat, didengar, dibaca,
disentuh, atau diamati. Yang merupakan materi fakta misalnya ketika guru
akan mengajarkan materi tentang kontrol diri, maka materi faktanya adalah
kegiatan-kegiatan yang menggambarkan sikap kontrol diri atau sebaliknya
seperti maraknya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah (fakta positif) atau
masih adanya kegiatan perkelahian pelajar (fakta negatif).
b) Konsep, merupakan ide yang mempersatukan fakta-fakta atau dengan kata
lain konsep merupakan suatu penghubung antara fakta-fakta yang saling
berhubungan. Contoh konsep tentang sholat sunnah (kelompok sholat seperti
sholat rawatib, sholat tahajud, sholat dhuha, sholat sunah fajar) adalah sholat
yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak
berdoa.Konsep adalah kristalisasi dari fakta yang telah didefinisikan.
c) Prinsip, merupakan generalisasi tentang hubungan antara konsep-konsep yang
berkaitan.. Contoh yang merupakan prinsip adalah jika manusia bersyukur
maka akan ditambah ni’mat. Prinsip yang menghubungkan adalah konsep
manusia, konsep syukur, dan konsep bertambah ni’mat. Termasuk ke dalam
kategori prinsip adalah hokum, teori, dan azas.
d) Prosedur, merupkan sederatan langkah yang bertahap dan sistematis dalam
menerapkan prinsip. Langkah prosedural merupakan bagian dari kompetensi
pada aspek keterampilan. Contoh yang merupakan materi prosedur adalah
kaifiyat wudhu, kaifiyat sholat, kaifiyat haji, kaifiyat pengurusan jenazah dsb.
Yang kesemuanya memiliki urut-urutan sudah baku dan tidak bisa diubahubah.
2. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dikembangkan dengan pendekatan saintifik yaitu
mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan
a)
Mengamati
(Observasi)
adalah
kegiatan
yang
dilakukan
dengan
memaksimalkan pancaindra dengan cara melihat, mendengar, membaca,
menyentuh, atau menyimak. Yang diamati adalah materi yang berbentuk
fakta, yaitu fenomena atau beristiwa dalam bentuk gambar, video, rekaman
suara, atau fakta langsung yang bisa disentuh, dilihat, dan sebagainya.
33
36. Kegiatan observasi
dalam proses pembelajaran mendorong keterlibatan
peserta didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami
bentuk keterlibatan peserta didik dalam observasi tersebut.
Observasi biasa (common observation). Pada observasi biasa untuk
kepentingan pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang
sepenuhnya melakukan observasi (complete observer). Di sini peserta
didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi
yang diamati.
Observasi terkendali (controlled observation). Seperti halnya observasi
biasa, pada observasi terkendali untuk kepentingan pembelajaran,
peserta didiksama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek,
atau situasi yang diamati.Mereka juga tidak memiliki hubungan apa pun
dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Namun demikian,
berbeda dengan observasi biasa, pada observasi terkendali pelaku atau
objek
yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang
dikhususkan. Karena itu, pada pembelajaran dengan observasi terkendali
termuat nilai-nilai percobaan atau eksperimen
atas diri pelaku atau
objek yang diobservasi.
Observasi
partisipatif
(participant
observation).
Pada
observasi
partisipatif, peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku
atau objek yang diamati. Observasi semacam ini mengharuskan peserta
didik melibatkan diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati.
b)
Menanya adalah proses mengkonstruksi pengetahuan berupa konsep, prinsip
dan prosedur melalui diskusi kelompok atau diskusi kelas. Dalam kegiatan
menanya, siswa mengembangkan keterampilan lisan dan tertulis dalam
merumuskan pertanyaan, mulai pertanyaan sederhana dan pendek hingga
pertanyaan kompleks dan kritis. Untuk mendorong hasil yang efektif dan
efisien proses menanya dalam diskusi harus disiapkan oleh guru, antara lain:
tujuan dan hasil kegiatan dirumuskan dengan jelas; prosedur dan alokasi
waktu diskusi ditentukan; jika diperlukan tersedia lembar kerja diskusi;
diberikan apresiasi yang cukup kepada siswa yang aktif berpartisipasi.
c)
Mencoba
adalah
proses
kegiatan
memperkuat
pemahaman
faktual,
konseptual, dan prosedural melalui kegiatan langsung mengumpulkan data.
Kegiatan mencoba dapat dilakukan dalam dua jenis, yaitu mencoba
prinsip/prosedur seperti yang diperoleh melalui diskusi, dan mencoba
34
37. mengaplikasikan prinsip/prosedur pada situasi baru. Kegiatan mencoba dapat
dilakukan dalam bentuk ekperimen, tugas projek, atau tugas produk.
Pada kegiatan mencoba jenis pertama, data yang diperoleh digunakan untuk
memverifikasi
prinsip/prosedur
yang
dipelajari.
Kegiatan
ini
akan
meningkatkan kebermaknaan belajar (meaningfull learning) bagi siswa.
Mereka menjadi lebih yakin dengan pengetahuan yang dimiliki yang
dibuktikan melalui data-data yang diperoleh.Pada kegiatan mencoba jenis ke
dua merupakan kelanjutan dari jenis yang pertama. Setelah proses mencoba
yang pertama merupakan bagian dari kegiatan membangun pengetahuan
konseptual dan prosedural dapat dilanjutkan dengan kegiatan mencoba jenis
kedua untuk mengaplikasikannya dalam situasi baru. Data baru yang
diperoleh
mendorong
membuktikan
pemikiran
prinsip/prosedur
lebih
yang
tinggi
karena
diketahui
bukan
melainkan
sekedar
mencoba
menerapkan dalam situasi baru.Untuk kegiatan jenis kedua diperlukan
kreativitas dan inovasi guru merancang dan mendesainya, serta mencobanya
agar prosedur dan data yang diharapkan dapat diterima (acceptable) secara
keilmuan.
d)
Mengasosiasi atau menalar adalah kegiatan berpikir tingkat tinggi terhadap
data yang didapat melalui kegiatan mencoba. Termasuk dalam kategori
mengasosiasi
adalah
mengelompokkan,
menyajikan
menghubungkan,
data
secara
merumuskan,
sistematis,
memilah,
menyimpulkan
dan
menafsirkan. Kegiatan mengasosiasi dapat dirancang dan didesain dengan
menggunakan lembar kerja ekperimen sehingga lebih terbimbing dan terarah
sesuai dengan tujuan dan sasaran pembelajaran. Pada kegiatan tugas proyek
dan tugas produk umumnya tidak memerlukan lembar kerja karena siswa
lebih bebas dalam berkreasi dan berinovasi.
e)
Mengomunikasikan adalah hasil akhir dari kegiatan pembelajaran dimana
siswa mampu mengekpresikan sikap, pengetahuan, dan keterampilannya
dalam bentuk lisan, tulisan, atau karya yang relevan. Kegiatan ini menjadi
sarana agar siswa terbiasa berbicara, menulis, atau membuat karya tertentu
untuk menyampaikan gagasan/ide, pengalaman, dan kesan dan lain
sebagainya termasuk dengan melibatkan emosi dan idealismenya. Untuk
mengurangi kendala waktu terutama jika bentuk kegiatan presentasi yang
digunakan, guru harus menjadwalkan secara efektif dengan membagi peran
35
38. dan alokasi waktu kegiatan dalam satu semester/satu tahun, sehingga setiap
siswa mendapat kesempatan yang proporsional.
Kegiatan
mengomunikasikan
juga
membuka
ruang
bagi
siswa
mengungkapkannya dalam struktur tidak formal sehingga mereka bebas
berekpresi menuangkan inovasi dan kreativitasnya.Membuat blog, membuat
laporan deskriptif, dan membuat video kegaitan dengan memanfaatkan
website dan internet adalah bentuk komunikasi dengan struktur yang tidak
terlalu formal.
3. Merumuskan indikator pencapaian
Dalam penyusunan indikator pencapaian perlu diperhatikan hal-hal berikut ini
(1) Indikator dirumuskan
dengan kata kerja operasional yang terukur,
didalamnya terdapat dua unsur, yiatu tingkat kompetensi dan konten
(pengetahuandan keterampilan)
(2) Penyusunan indikator mengacu pada kompetensi inti, kompetensi dasar,
materi pokok, kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam silabus
(3) Tingkat kompetensi indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal
yang tercantum pada kompetensi dasar maupun kompetensi inti dan dapat
dikembangkan hingga ke tingkat yang paling tinggi untuk mencapai target
pencapaian kompetensi sesuai dengan karakteristik dan daya dukung
sekolah dan lingkungannya
(4) Tingkat kompetensi pada aspek sikap adalah menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati, dan mengamalkan
(5) Tingkat kompetensi pada aspek pengetahuan adalah mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevalasi, dan mengkreasi
(6) Tingkat kompetensi pada aspek keterampilan adalah mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta
(7) Keseluruhan indikator yang disusun memadai untuk mencapai kompetensi
dasar, kompetensi inti, dan standar kompetensi lulusan
4. Mengembangkan alternatif penilaian (Penilaian Autentik)
a) Aspek sikap melalui pengamatan, yaltu penilaian diri, penilaian sebaya, jurnal
Penilaian sikap melalui pengematan dengan menggunakan lembar pengamatan
atau
daftar
cheklist
pengamatan
yang
memuat
aspek
sikap
yang
daiamati.Rincian aspek sikap yang diamati merujuk pada indikator sikap yang
dijabarkan dari KI-1 dan KI-2 pada saat dilakukan analisis kompetensi.Penilaian
36
39. sikap dilakukan sebagai upaya mengembangkan sikap sosial dan sikap religius
dalam rangka pengembangan nilai karakter bangsa.
Pemilihan aspek sikap yang diamati pada setiap materi pokok harus menjadi
bagian dari keseluruhan pencapaian sikap yang bermuara pada pencapaian
standar kopetensi lulusan tentang sikap, yaitu “
mengamalkan
ajaran
agama
Menghayati
yang dianutnya” dan “Menghayati
dan
dan
mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”.
Oleh karena itu, pengembangan sikap pada mata pelajaran pendidikan agama
dan budi pekerti dengan fokus utama pengembangan sikap religius (hablum
minallah) dan sikap social (hablum minannas). Guru pendidikan agama dan
budi pekerti perlu memetakan sikap yang dikembangkan pada setiap materi
pokok sesuai dengan relevansi dan karakteristik yang tersirat dari rumusan KD3 dan KD-4.
Penilaian sikap juga berkaitan erat dengan aktivitas siswa pada saat
pengamatan dilakukan.Pengamatan sikap dapat dilakukan pada saat diskusi
kelompok, kegiatan presentasi, atau kegiatan praktik dan tugas projek. Berikut
ini contoh aspek pengamatan sikap sesuai dengan aktivitas siswa
Aktivitas Siswa
Aspek Sikap Yang Diamati
Diskusi Kelompok
Presentasi
Tugas Projek
Kerjasama
Komunikasi
Kedisiplinan
Ketelitian
Kejujuran
Kepedulian
Tanggungjawab
37
40. b) Aspek pengetahuan melalui tes tulis, tes lesan, penugasan
c) Aspek keterampilan melalui tes praktik, kinerja dan portofolio
B.
Hasil Analisis Kompetensi
1. Hasil Linierisasi Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar (KD 3)
Kompetensi Dasar (KD 4)
Materi Pokok
(Dalam Silabus)
3.1 Menganalisis Q.S. AlAnfal (8) : 72); Q.S. AlHujurat (49) : 12; dan QS
Al-Hujurat (49) : 10; serta
hadits tentang kontrol
diri (mujahadah an-nafs),
prasangka baik
(husnuzzhan), dan
persaudaraan (ukhuwah).
3.2 Memahami manfaat dan
hikmah kontrol diri
(mujahadah an-nafs),
prasangka baik
(husnuzzhan) dan
persaudaraan (ukhuwah),
dan menerapkannya
dalam kehidupan.
4.1.1 Membaca Q.S. Al-Anfal 1. Q.S. Al-Anfal
(8) : 72); Q.S. Al(8): 72; Q.S.
Hujurat (49) : 12; dan
Al-Hujurat
Q.S. Al-Hujurat (49) : 10
(49): 12 dan
sesuai dengan kaidah
10 serta
tajwid dan makhrajul
hadits
huruf.
terkaitperilak
4.1.2Mendemonstrasikan
u kontrol diri
hafalan Q.S. Al-Anfal
(mujahadah
(8) : 72); Q.S. Alan-nafs),
Hujurat (49) : 12; QS
prasangka
Al-Hujurat (49) : 10,
baik
dengan lancar.
(husnuzzhan),
dan
persaudaraan
(ukhuwah)
3.3Menganalisis Q.S. Al-Isra’
(17) : 32, dan Q.S. AnNur (24) : 2, serta hadits
tentang larangan
pergaulan bebas dan
perbuatan zina.
3.4Memahami manfaat dan
hikmah larangan
pergaulan bebas dan
perbuatan zina.
3.5 Memahami makna
Asmaul Husna: (alKariim, al-Mu’min, alWakiil, al-Matiin, alJaami’, al-‘Adl, dan alAkhiir).
4.2.1 Membaca Q.S. Al-Isra’
(17) : 32, dan Q.S. AnNur (24) : 2 sesuai
dengan kaidah tajwid
dan makhrajul huruf.
4.2.2Mendemonstrasikan
hafalan Q.S. Al-Isra’
(17) : 32, dan Q.S. AnNur (24) : 2 dengan
lancar.
4.3 Berperilaku yang
mencontohkan
keluhuran budi, kokoh
pendirian, pemberi rasa
aman, tawakal dan
perilaku adil sebagai
implementasi dari
pemahaman makna
Asmaul Husna (alKariim, al-Mu’min, alWakiil, al-Matiin, alJaami’, al-‘Adl, dan alAkhiir)
2. Perilaku
menghindarka
n diri dari
pergaulan
bebas dan
perbuatan
zina.
3. Iman kepada
Allah SWT
(Asmaul
Husna: alKariim, alMu’min, alWakiil, alMatiin, alJaami’, al‘Adl, dan alAkhiir)
38
41. 3.6 Memahami makna
beriman kepada
malaikat-malaikat Allah
SWT.
4.4 Berperilaku yang
4. Imankepada
mencerminkan kesadaran
Malaikat
beriman kepada Malaikatmalaikat Allah SWT
3.7 Memahami Q.S. AtTaubah (9) : 122 dan
hadits terkait tentang
semangat menuntut
ilmu, menerapkan dan
menyampaikan nya
kepada sesama.
3.8 Memahami kedudukan
Al-Quran, Hadits, dan
Ijtihad sebagai sumber
hukum Islam.
3.9 Memahami pengelolaan
wakaf.
4.5Menceritakan tokoh-tokoh
teladan dalam semangat
mencari ilmu
5. Semangat
menuntut
ilmu dan
menyampaika
nnya kepada
sesama
4.6 Menyajikan macammacam sumber hukum Islam.
6. Sumber
Hukum Islam
4.7.1 Menyajikan dalil
tentang ketentuan waqaf.
4.7.2 Menyajikan pengelolaan
wakaf.
7. Pengelolaan
wakaf
3.10 Memahami substansi
dan strategi dakwah
Rasullullah SAW di
Mekah.
4.8. Mendeskripsikan
substansi dan strategi
dakwah Rasullullah SAW
di Mekah.
8. Meneladani
Perjuangan
Rasulullah
SAW di Mekah
3.11 Memahami substansi
dan strategi dakwah
Rasullullah SAW di
Madinah.
4.9 Mendeskripsikan
substansi dan strategi
dakwah Rasullullah SAW
di Madinah.
9. Meneladani
Perjuangan
Rasulullah
SAW di
Madinah
39
42. Contoh Hasil Analisis Kompetensi Dasar
Aspek
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Materi
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Sikap
Indikator
4.1.1 Membaca
Q.S. Al-Anfal (8) :
72); Q.S. AlHujurat (49) : 12;
dan Q.S. AlHujurat (49) : 10
sesuai dengan
kaidah tajwid dan
makhrajul huruf.
4.1.2Mendemonstrasikan hafalan
Q.S. Al-Anfal (8) :
72); Q.S. AlHujurat (49) : 12;
QS Al-Hujurat (49)
: 10, dengan
lancar.
3.1 Menganalisis
Q.S. Al-Anfal (8) :
72); Q.S. AlHujurat (49) : 12;
dan QS Al-Hujurat
(49) : 10; serta
hadits tentang
kontrol diri
(mujahadah annafs), prasangka
baik
(husnuzzhan), dan
persaudaraan
(ukhuwah).
3.2 Memahami
manfaat dan
hikmah kontrol
10. Q.S. Al-Anfal
(8): 72; Q.S. AlHujurat (49): 12 dan
10 serta hadits
terkaitperilaku
kontrol diri
(mujahadah annafs), prasangka
baik (husnuzzhan),
dan persaudaraan
(ukhuwah)
Fakta:
- Adanya
radikalisme,
ekstrimisme
dan
eksklusivisme.
(Kontrol diri)
- Adanya
perkelahian
pelajar dan
anarkisme
(kontrol diri)
- Kegiatan
ekstrakurikuler
di sekolah
(kontrol diri)
- Kisah
husnuzhon
- Kisah yahudi
buta yang
menghina Nabi
(husnuzhon)
Konsep:
- kontrol diri
(mujahadah annafs
- prasangka baik
(husnuzzhan)
- persaudaraan
(ukhuwah)
Prinsip
- Manfaat
mujahadah,
husnuzhon dan
Mengamati
- Menyimak bacaan,
membaca,
mengidentifikasi hukum
bacaan (tajwid), dan
mencermati kandungan
Q.S. Al-Anfal (8): 72; Q.S.
Al-Hujurat (49):12; dan
Q.S. Al-Hujurat (49):10
serta hadits terkait.
- Mencermati manfaat dan
hikmah kontrol diri
(mujahadah an-nafs),
prasangka baik
(husnuzzhan) dan
persaudaraan (ukhuwah)
melalui tayangan video
atau media lainnya.
Menanya
- Menanyakan cara
membaca Q.S. Al-Anfal
(8): 72; Q.S. Al-Hujurat
(49): 12 dan 10,
- Mengajukan pertanyaan
terkait hukum tajwid,
asbabun nuzul, dan isi
kandungan Q.S. Al-Anfal
(8) : 72); Q.S. Al-Hujurat
(49) : 12; dan Q.S. AlHujurat (49) : 10, serta
hadits terkait.
Mengumpulkan
data/eksplorasi
- Mendiskusikan cara
membaca Q.S. Al-Anfal
(8): 72; Q.S. Al-Hujurat
1. Menunjukan
sikap ilmiah
pada saat
berdiskusi
2. Menunjukan
sikap positif
dalam diskusi
kelompok
3. menampilkan
perilaku
kontrol diri
(mujahadah
an-nafs),
prasangka
baik
(husnuzzhan),
dan
persaudaraan
(ukhuwah
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Keterampilan
Pengetahuan
Penilaian
Indikator
Observasi
- Mengidentifikasi
- Kegiatan
tajwid Q.S. AlAnfal (8) : 72); Q.S.
Diskusi
Al-Hujurat (49) :
Aspek yang
12; dan Q.S. Aldinilai: sikap
Hujurat (49) :
ilmiah
10dengan benar
1.Objektif
- Menyimpulkan
2.Kritis
intisari Q.S. AlAnfal (8) : 72); Q.S.
- Presentasi
Al-Hujurat (49) :
hasil
12; dan Q.S. Aldiskusi.aspek
Hujurat (49) : 10
yang dinilai
- Mengidentifikasi
sikap individu
hikmah dan manfat
:
perilaku kontrol
- Tanggung
diri (mujahadah
an-nafs), prasangka
jawab
baik (husnuzzhan),
- Peduli
dan persaudaraan
- Responsif
(ukhuwah)
- Santun
- kerjasama
- cinta damai
- memberi
solusi
Penilaian
Tes tulis
Uraian
Indikator
Penilaian
1. Menyalin Q.S.
Tes Lisan,
Al-Anfal (8):
aspek yang
72); Q.S. Aldinilai:
Hujurat
makharijul
(49):12; dan
huruf dan
Q.S. Altajwid
Hujurat
(49):10
2. Membaca Q.S. Portofolio
Al-Anfal (8) : - Hasil Menyalin
72); Q.S. Al- Hasil tulisan
Hujurat (49) :
berupa
12; dan Q.S.
makalah, aspek
Al-Hujurat
yang dinilai:
(49) : 10
- Latar
sesuai dengan
kaidah tajwid
belakang
dan
masalah
makhrajul
- Rumusan
huruf
Masalah
3. Mendemonstr
- Deskripsi
asikan
- Simpulan
hafalan Q.S.
Al-Anfal (8) :
72); Q.S. AlPerformance :
Hujurat (49) :
Presentasi
12; QS Almakalah, aspek
Hujurat (49) :
yang dinilai:
10, dengan
- penguasaan
lancar.
materi
4. Membuat
makalah
- sistematika
tentangperila
- penyampaian
ku kontrol diri - penggunaan
(mujahadah
bahasa
an-nafs),
40
43. diri (mujahadah
an-nafs),
prasangka baik
(husnuzzhan) dan
persaudaraan
(ukhuwah), dan
menerapkannya
dalam kehidupan
ukhuwah
- Hikmah
mujahadah,
husnuzhon dan
ukhuwah
-
-
-
-
4.2.1 Membaca
Q.S. Al-Isra’ (17) :
32, dan Q.S. AnNur (24): 2 sesuai
dengan kaidah
tajwid dan
makhrajul huruf.
4.2.2Mendemonst
rasikan hafalan
Q.S. Al-Isra’ (17) :
32, dan Q.S. AnNur (24) : 2
dengan lancar.
3.3Menganalisis
Q.S. Al-Isra’ (17) :
11. Perilaku
menghindarkan diri
dari pergaulan
bebas dan
perbuatan zina.
Fakta:
- Kebiasaan
Pergaulan
bebas di
sebagian
kalangan
remaja
Konsep:
- pergaulan
bebas
- perilaku
berzina
Prinsip
-
-
(49): 12 dan 10 sesuai
dengan hukum bacaan
tajwid;
Menterjemahkan Q.S. AlAnfal (8): 72; Q.S. AlHujurat (49): 12 dan 10
serta hadits terkait;
Menganalisis asbabun
nuzul/wurud dan
kandungan Q.S. Al-Anfal
(8): 72); Q.S. Al-Hujurat
(49):12; dan Q.S. AlHujurat (49):10 serta
hadits terkait.
Mengasosiasi
Membuat kesimpulan dari
kandungan Q.S. Al-Anfal
(8): 72); Q.S. Al-Hujurat
(49):12; dan Q.S. AlHujurat (49):10 serta
hadits terkait.
Mengkomunikasikan:
Mendemonstrasikan
bacaan (hafalan),
menyampaikan hasil
diskusi tentang Q.S. AlAnfal (8): 72; Q.S. AlHujurat (49): 12 dan 10
serta hadits terkait
secara individu maupun
kelompok
Mengamati
Menyimak bacaan,
mengidentifikasi
hukum bacaan
(tajwid), dan
mencermati
kandungan Q.S. AlIsra’ (17): 32, dan
Q.S. An-Nur (24): 2,
serta hadits terkait.
Mencermati manfaat
dan hikmah larangan
pergaulan bebas dan
perbuatan zina
melalui tayangan
prasangka
baik
(husnuzzhan),
dan
persaudaraan
(ukhuwah)
5. Mempresentasikan makalah
tentangperila
ku kontrol diri
(mujahadah
an-nafs),
prasangka
baik
(husnuzzhan),
dan
persaudaraan
(ukhuwah)
1. Menunjukan
sikap ilmiah
pada saat
berdiskusi
2. Menunjukan
sikap positif
dalam
diskusi
kelompok
3. menampilka
n perilaku
menghindar
kan diri dari
pergaulan
bebas dan
Observasi
- Mengidentifikasi
- Kegiatan
tajwid Q.S. Al-Isra’
(17) : 32, dan Q.S.
Diskusi
An-Nur (24) :
Aspek yang
2dengan benar
dinilai: sikap
- Menyimpulkan
ilmiah
intisari Q.S. Al-Isra’
1.Objektif
(17) : 32, dan Q.S.
2.Kritis
An-Nur (24) : 2
- Mengidentifikasi
- Presentasi
perilaku
hasil
menghindarkan diri
diskusiaspek
dari pergaulan
yang dinilai
bebas dan
sikap individu
perbuatan zina
Tes tulis
Uraian
1. Menyalin
Q.S. Al-Isra’
(17) : 32,
dan Q.S. AnNur (24) : 2
- kemampuan
memanfaatk
an media
presentasi
- kemampuan
mempertaha
nkan dan
menanggapi
pertanyaan
atau
sanggahan
Tes Lisan,
aspek yang
dinilai:
makharijul
huruf dan
tajwid
2. Membaca Q.S.
Al-Isra’ (17) :
32, dan Q.S.
Portofolio
An-Nur (24): 2 - Hasil Menyalin
sesuai dengan - Hasil tulisan
kaidah tajwid
berupa
dan
makalah, aspek
makhrajul
yang dinilai:
huruf
41
44. 32, dan Q.S. AnNur (24) : 2, serta
hadits tentang
larangan
pergaulan bebas
dan perbuatan
zina.
3.4Memahami
manfaat dan
hikmah larangan
pergaulan bebas
dan perbuatan
zina.
3.5 Memahami
makna Asmaul
Husna: (al-Kariim,
al-Mu’min, alWakiil, al-Matiin,
al-Jaami’, al-‘Adl,
dan al-Akhiir).
- Manfaat
larangan
pergaulan
bebas dan
perbuatan zina
- Hikmah
larangan
pergaulan
bebas dan
perbuatan zina
12. Iman kepada
Allah SWT (Asmaul
Husna: al-Kariim,
al-Mu’min, alWakiil, al-Matiin,
al-Jaami’, al-‘Adl,
dan al-Akhiir)
Fakta:
- Kisah
Keteguhan iman
Bilal
- film dukun dan
paranormal.
- Menjamurnya
kelompok
-
-
video atau media
lainnya.
Menanya
Menanyakan cara
membaca hukum
tajwid, asbabun
nuzul, dan isi
kandungan Q.S. AlIsra’ (17): 32, dan
Q.S. An-Nur (24): 2,
serta hadits terkait
Mengumpulkan
data/eksplorasi
Mendiskusikan cara
membaca sesuai
dengan tajwid,
menganalisis asbabun
nuzul/wurud dan
kandungan Q.S. AlIsra’ (17): 32, dan
Q.S. An-Nur (24): 2,
serta hadits terkait
Mengasosiasi
Membuat kesimpulan
dari kandungan Q.S.
Al-Isra’ (17): 32, dan
Q.S. An-Nur (24): 2,
serta hadits terkait
Mengkomunikasikan:
Mendemonstrasikan
bacaan (hafalan),
menyampaikan hasil
diskusi tentang Q.S.
Al-Isra’ (17): 32, dan
Q.S. An-Nur (24): 2,
serta hadits terkait
secara individu
maupun kelompok
Mengamati:
Mencermati bacaan
teks tentang Asmaul
Husna(al-Kariim, alMu’min, al-Wakiil, alMatiin, al-Jaami’, al‘Adl, dan al-Akhiir)
Meyimak penjelasan
perbuatan
zina.
1. Menunjukan
sikap ilmiah
pada saat
berdiskusi
2. Menunjukan
sikap positif
dalam diskusi
kelompok
:
-
Santun
peduli
kerjasama
memberi
solusi
Observasi
- Kegiatan
Diskusi
Aspek yang
dinilai: sikap
ilmiah
1.Objektif
sesuai dengan Q.S.
Al-Isra’ (17) : 32,
dan Q.S. An-Nur
(24) : 2
Menjelaskan
Tes tulis
pengertian iman
- Soal Uraian
kepada Allah.
Menjelaskan
pengertian tauhid
rububiyah dan
tauhid uluhiyah
Membedakan
3. Mendemonstr
asikan
hafalan Q.S.
Al-Isra’ (17) :
32, dan Q.S.
An-Nur (24) :
2 dengan
lancar
4. Menganalisis
Q.S. Al-Isra’
(17) : 32, dan
Q.S. An-Nur
(24) : 2
5. Membuat
makalah
tentangperga
ulan bebas
dan
perbuatan
zina
6. Mempresentasikan makalah
tentangperga
ulan bebas
dan
perbuatan
zina
1. Membuat
makalah
tentangasmau
l husna
2. Mempresentasikan makalah
tentangasmau
l husna
- Latar
belakang
masalah
- Rumusan
Masalah
- Deskripsi
- Simpulan
Performance :
Presentasi
makalah, aspek
yang dinilai:
- penguasaan
materi
- sistematika
- penyampaian
- penggunaan
bahasa
- kemampuan
memanfaatk
an media
presentasi
- kemampuan
mempertaha
nkan dan
menanggapi
pertanyaan
atau
sanggahan
Portofolio
Hasil tulisan
berupa
makalah, aspek
yang dinilai:
- Latar
belakang
42
45. 4.3 Berperilaku
yang
mencontohkan
keluhuran budi,
kokoh pendirian,
pemberi rasa
aman, tawakal
dan perilaku adil
sebagai
implementasi dari
pemahaman
makna Asmaul
Husna (al-Kariim,
al-Mu’min, alWakiil, al-Matiin,
al-Jaami’, al-‘Adl,
dan al-Akhiir)
majelis ta’lim
- Kisahkisah
tentang
keluhuran budi,
kokoh
pendirian,
pemberi rasa
aman, tawakal
dan perilaku
adil.
Konsep:
- Iman kepada
Allah (Tauhid
Rububiyah ,
Uluhiyah dan
Ubudiyah)
- Asmaul Husna :
(al-Kariim, alMu’min, alWakiil, alMatiin, alJaami’, al-‘Adl,
dan al-Akhiir)
Prinsip :
- Contoh-contoh
Perilaku
keluhuran budi,
kokoh
pendirian,
pemberi rasa
aman, tawakal
dan perilaku
adil sebagai
implementasi
dari
pemahaman
makna Asmaul
Husna
-
-
-
-
-
materi di atas melalui
tayangan video atau
media lainnya.
Menanya (memberi
stimulus agar peserta
didik bertanya) :
Mengapa Allah memiliki
nama yang begitu
banyak?
Apa yang harus
dilakukan oleh umat
Islam terkait namanama Allah yang indah
itu?
Mengumpulkan
data/eksplorasi
Peserta didik
mendiskusikan makna
dan contoh perilaku
keluhuran budi, kokoh
pendirian, pemberi rasa
aman, tawakal dan
perilaku adil sebagai
implementasi dari
pemahaman makna
Asmaul Husna (alKariim, al-Mu’min, alWakiil, al-Matiin, alJaami’, al-‘Adl, dan alAkhiir)
Guru mengamati
perilaku keluhuran
budi, kokoh pendirian,
pemberi rasa aman,
tawakal dan perilaku
adil melalui lembar
pengamatan di sekolah.
Guru berkolaborasi
dengan orang tua untuk
mengamati perilaku
keluhuran budi, kokoh
pendirian, pemberi rasa
aman, tawakal dan
perilaku adil di rumah.
Mengasosiasi
Membuat kesimpulan
3. menampilkan
perilaku
keluhuran
budi, kokoh
pendirian,
pemberi rasa
aman,
tawakal dan
perilaku adil
sebagai
implementasi
dari
pemahaman
makna
Asmaul Husna
(al-Kariim,
al-Mu’min,
al-Wakiil, alMatiin, alJaami’, al‘Adl, dan alAkhiir).
2.Kritis
- Presentasi
hasil
diskusiaspek
yang dinilai
sikap individu
:
- Santun
- peduli
- kerjasama
- cinta damai
- proaktif
- responsif
- kegiatan
selama
disekolah,
aspek yang
dinilai:
- keluhuran
budi
- Kokoh
pendirian
- Pemberi
rasa aman
- Tawakal
- adil
tauhid rububiyah
dan tauhid
uluhiyah
Menjelaskan arti
7 sifat Allah
dalam Asmaul
Husna.
masalah
- Rumusan
Masalah
- Deskripsi
- Simpulan
Performance :
Presentasi
makalah, aspek
yang dinilai:
- penguasaan
materi
- sistematika
- penyampaian
- penggunaan
bahasa
- kemampuan
memanfaatk
an media
presentasi
- kemampuan
mempertaha
nkan dan
menanggapi
pertanyaan
atau
sanggahan
43
46. materi di atas.
Mengkomunikasikan
Mempresentasikan
/menyampaikan hasil
diskusi tentang materi
di atas.
3.6 Memahami
makna beriman
kepada malaikatmalaikat Allah
SWT.
4.3 Berperilaku
yang
mencerminkan
kesadaran
beriman kepada
Malaikat-malaikat
Allah SWT
13. Imankepada
Malaikat
Fakta:
- Kisah suyatno
(suami yang
mengurus istri
belasan tahun)
- Kebiasaan
menjaga hutan,
laut, sungai.
- Kisah tentang
kejujuran
- Kisah tentang
kedisiplinan
- Kisah tentang
tanggung jawab
Konsep:
- Iman
- Malaikat
- Pengertian
Iman kepada
Malaikat
Prinsip
- Contoh-contoh
perilaku yang
mencerminkan
kesadaran
beriman kepada
Malaikatmalaikat Allah.
-
-
-
-
-
-
-
Mengamati
Mencermati bacaan
teks tentangmakna
dan contoh perilaku
beriman kepada
malaikat-malaikat
Allah SWT
Meyimak penjelasan
materi di atas melalui
tayangan vidio atau
media lainnya.
Menanya (memberi
stimulus agar peserta
didik bertanya)
Mengapa kita harus
beriman kepada
malaikat?
Apa yang harus
dilakukan oleh orang
yang beriman kepada
malaikat?
Mengumpulkan
data/eksplorasi
Peserta didik
mendiskusikan makna
dan contoh perilaku
beriman kepada
Malaikat.
Guru mengamati
perilaku beriman
kepada Malaikat
melalui lembar
pengamatan di
sekolah.
Guru berkolaborasi
dengan orang tua
untuk mengamati
perilaku beriman
1. Menunjukan
sikap ilmiah
pada saat
berdiskusi
2. Menunjukan
sikap positif
dalam diskusi
kelompok
3. menampilkan
perilaku yang
mencerminka
n kesadaran
beriman
kepada
Malaikatmalaikat
Allah SWT
Observasi
- Kegiatan
Diskusi
Aspek yang
dinilai: sikap
ilmiah
1.Objektif
2.Kritis
- Presentasi
hasil
diskusiaspek
yang dinilai
sikap individu
:
- Jujur
- Disiplin
- Tanggung
jawab
- Responsif
- Santun
- peduli
- kerjasama
- menghargai
- Menjelaskan
pengertian beriman
kepada Malaikat
- Menjelaskan tandatanda beriman
kepada Malaikat.
- Menjelaskan
contoh-contoh
perilaku beriman
kepada Malaikat
- Menampilkan
contoh-contoh
perilaku beriman
kepada malaikat.
- Membedakan orang
yang beriman dan
tidak beriman
kepada Malaikat
Tes tulis
Soal Uraian
1. Membuat
makalah
tentangperila
ku yang
mencerminkan kesadaran
beriman
kepada
Malaikatmalaikat
Allah SWT
2. Mempresentasikan makalah
tentangperila
ku yang
mencerminkan kesadaran
beriman
kepada
Malaikatmalaikat
Allah SWT
Portofolio
Hasil tulisan
berupa
makalah, aspek
yang dinilai:
- Latar
belakang
masalah
- Rumusan
Masalah
- Deskripsi
- Simpulan
Performance :
Presentasi
makalah, aspek
yang dinilai:
- penguasaan
materi
- sistematika
- penyampaian
- penggunaan
bahasa
- kemampuan
memanfaatk
an media
presentasi
- kemampuan
mempertaha
nkan dan
menanggapi
pertanyaan
atau
44
47. 3.7 Memahami
Q.S. At-Taubah (9)
: 122 dan hadits
terkait tentang
semangat
menuntut ilmu,
menerapkan dan
menyampaikan
nya kepada
sesama.
4.5Menceritakan
tokoh-tokoh
teladan dalam
semangat mencari
ilmu
14. Semangat
menuntut ilmu dan
menyampaikannya
kepada sesama
Fakta:
- Semangat
menuntut ilmu
di kalangan
pelajar.
- Banyaknya
pelajar
Indonesia yang
mendapat
Prestasi di
tingkat
Internasional
- Anak desa yang
berprestasi
(walaupun
banyak
rintangan)
- Kisah tentang
tokoh-tokoh
teladan dalam
semangat
mencari ilmu.
Konsep:
- Semangat
- Ilmu
- Semangat
menuntut ilmu
Prinsip
- Nama-nama
-
-
-
-
kepada Malaikat di
rumah.
Mengasosiasi
Membuat kesimpulan
tentang makna
beriman kepada
malaikat-malaikat
Allah SWT.
Mengkomunikasikan
Mempresentasikan
/menyampaikan hasil
diskusi tentang
beriman kepada
malaikat-malaikat
Allah SWT.
Mengamati
Mencermati bacaan
teks tentang Q.S. AtTaubah (9) : 122 dan
hadits terkait tentang
semangat menuntut
ilmu, menerapkan dan
menyampaikan nya
kepada sesama
Meyimak penjelasan
materi di atas melalui
tayangan vidio atau
media lainnya.
Menanya (memberi
stimulus agar peserta
didik bertanya)
Mengapa harus
menuntut ilmu?
Bagaimana cara
menyampaikan ilmu
kepada sesama?
Mengumpulkan
data/eksplorasi
Peserta didik
mendiskusikan makna
dan contoh semangat
menuntut ilmu,
menerapkan dan
menyampaikannya
kepada sesama
sebagai implementasi
sanggahan
1. Menunjukan
sikap ilmiah
pada saat
berdiskusi
2. Menunjukan
sikap positif
dalam diskusi
kelompok
3. menampilkan
perilaku
semangat
menuntut
ilmu,
menerapkan
dan
menyampaika
n nya kepada
sesama
Observasi
- Kegiatan
Diskusi
Aspek yang
dinilai: sikap
ilmiah
1.Objektif
2.Kritis
- Presentasi
hasil
diskusiaspek
yang dinilai
sikap individu
:
- Jujur
- Disiplin
- Tanggung
jawab
- Proaktif
-Menyalin Q.S. AtTaubah (9) : 122
dan hadits terkait
tentang semangat
menuntut ilmu,
menerapkan dan
menyampaikan
nya kepada
sesama
-Mengidentifikasi
tajwid Q.S. AtTaubah (9) : 122
-Menyimpulkan
intisari Q.S. AtTaubah (9) : 122
Tes tulis
Soal Uraian
1. Membuat
makalah
tentangsem
angat
menuntut
ilmu,
menerapkan
dan
menyampai
kan nya
kepada
sesama.
2. Mempresent
a-sikan
makalah
tentangsem
angat
menuntut
ilmu,
menerapkan
dan
menyampai
kan nya
kepada
sesama.
Portofolio
Hasil tulisan
berupa
makalah, aspek
yang dinilai:
- Latar
belakang
masalah
- Rumusan
Masalah
- Deskripsi
- Simpulan
Performance :
Presentasi
makalah, aspek
yang dinilai:
- penguasaan
materi
- sistematika
- penyampaian
- penggunaan
bahasa
- kemampuan
memanfaatk
an media
presentasi
45
48. tokoh-tokoh
teladan dalam
semangat
mencari ilmu
-
-
3.8 Memahami
kedudukan AlQuran,
Hadits, dan
Ijtihad
sebagai
sumber
hukum Islam.
4.6 Menyajikan
macam-
15. Sumber Hukum
Islam
Fakta:
- Maraknya
lembaga tahfidz
quran
- Penerapan
syariat Islam di
Aceh
- Banyaknya
daerah yang
memberlakukan
-
-
pemahaman
kandungan Q.S. atTaubah (9) : 122 dan
hadits terkait.
Guru mengamati
perilaku contoh
semangat menuntut
ilmu, menerapkan dan
menyaampaikannya
kepada sesama
melalui lembar
pengamatan di
sekolah.
Guru berkolaborasi
dengan orang tua
untuk mengamati
perilaku semangat
menuntut ilmu,
menerapkan dan
menyaampaikannya
kepada sesama di
rumah.
Mengasosiasi
Membuat kesimpulan
tentang semangat
menuntut ilmu dan
menyampaikannya
kepada sesama.
Mengkomunikasikan
Mempresentasikan
/menyampaikan hasil
diskusi tentang
semangat menuntut
ilmu dan
menyampaikannya
kepada sesama.
Mengamati
Mencermati bacaan teks
tentangkedudukan alQuran, al-Hadits, dan
Ijtihad sebagai sumber
hukum Islam
Meyimak penjelasan
materi tersebut di atas
melalui tayangan video
atau media lainnya.
- kemampuan
mempertaha
nkan dan
menanggapi
pertanyaan
atau
sanggahan
1. Menunjukan
sikap ilmiah
pada saat
berdiskusi
2. Menunjukan
sikap positif
dalam diskusi
kelompok
Observasi
- Kegiatan
Diskusi
Aspek yang
dinilai: sikap
ilmiah
1.Objektif
2.Kritis
- Presentasi
Menjelaskan
pengertian AlQuran, Al-Hadits,
dan Ijtihad sebagai
sumber hukum
Islam
Menjelaskan
kedudukan AlQuran, Al-Hadits,
dan Ijtihad sebagai
Tes tulis
- Soal Uraian
1. Membuat
makalah
tentangmac
am-macam
sumber
hukum
Islam.
2. Mempresentasikan
makalah
Portofolio
Hasil tulisan
berupa
makalah, aspek
yang dinilai:
- Latar
belakang
masalah
- Rumusan
46
49. macam
sumber
hukum Islam
Perda sesuai
hukum Islam
Konsep:
- Sumber hukum
Islam
- Al-Qur’an
- Hadits
- Ijtihad
Prinsip
- macam-macam
sumber hukum
Islam
-
-
-
-
-
-
-
Menanya (memberi
stimulus agar peserta
didik bertanya)
Mengapa Al-Quran,
Hadits, dan Ijtihad
sebagai sumber hukum
Islam?
Apa yang anda pahami
tenang Al-Quran,
Hadits, dan Ijtihad ?
Mengumpulkan
data/eksplorasi
Peserta didik
mendiskusikan makna
Al-Quran, Hadits, dan
Ijtihad sebagai sumber
hukum Islam
Guru mengamati
perilaku berpegang
teguh kepada Al-Quran,
Hadits, dan Ijtihad
sebagai sumber hukum
Islam
Guru berkolaborasi
dengan orang tua untuk
mengamati perilaku
berpegang teguh kepada
Al-Quran, Hadits, dan
Ijtihad di rumah.
Mengasosiasi
Membuat kesimpulan
tentang sumber hukum
Islam.
Mengkomunikasikan:
Mempresentasikan
/menyampaikan hasil
diskusi tentang sumber
hukum Islam.
hasil
sumber hukum
Islam
diskusiaspek
Menjelaskan fungsi
yang dinilai
Al-Quran, Al-Hadits,
sikap individu
dan Ijtihad sebagai
:
sumber hukum
- Disiplin
Islam.
- Tanggung
Menjelaskan fungsi
Al-Hadits terhadap
jawab
Al-Quran.
- Santun
Menjelaskan
- peduli
macam-macam Al- kerjasama
Hadits.
Menunjukkan
contoh-contoh
perilaku sesuai
hukum taklifi.
tentangmac
am-macam
sumber
hukum
Islam.
Masalah
- Deskripsi
- Simpulan
Performance :
Presentasi
makalah, aspek
yang dinilai:
- penguasaan
materi
- sistematika
- penyampaian
- penggunaan
bahasa
- kemampuan
memanfaatk
an media
presentasi
- kemampuan
mempertaha
nkan dan
menanggapi
pertanyaan
atau
sanggahan
47
50. 3.9 Memahami
pengelolaan
wakaf.
4.7.1 Menyajikan
dalil tentang
ketentuan waqaf.
4.7.2 Menyajikan
pengelolaan
wakaf.
16. Pengelolaan
wakaf
Fakta:
- Banyaknya
mesjid yang
dibangun di
atas tanah
wakaf
- Tanah wakaf
yang digunakan
untuk tempat
pemakaman
- Maraknya
lembaga dan
perorangan
yang
mewakafkan
hartanya
- Kegiatan aksi
wakaf al-Quran
Konsep:
- Pengertian
wakaf
- Dalil ketentuan
wakaf
-
-
-
-
Prinsip:
- Pengelolaan
wakaf
Prosedur :
- Tatacara
Pengelolaan
wakaf
3.10 Memahami
substansi dan
strategi dakwah
Rasullullah SAW
di Mekah.
4.8.
Mendeskripsikan
17. Meneladani
Perjuangan
Rasulullah SAW di
Mekah
-
-
Fakta:
- Film sejarah
perjuangan
Rasulullah
periode mekkah
Konsep:
-
-
Mengamati
Mencermati bacaan
teks tentang
pengertian, ketentuan
dan hal-hal yang
berkaitan dengan
pengelolaan wakaf.
Meyimak penjelasan
materi di atas melalui
tayangan vidio atau
media lainnya.
Menanya (memberi
stimulus agar peserta
didik bertanya)
Mengapa waqaf harus
dikelola?
Bagaimana cara
mengelola wakaf?
Mengumpulkan
data/eksplorasi
Peserta didik
mendiskusikan makna
dan ketentuan wakaf
serta
pengeloalaannya.
Mengasosiasi
Membuat kesimpulan
materi pengelolaan
wakaf.
Mengkomunikasikan
Mempresentasikan
/menyampaikan hasil
diskusi tentang materi
pengelolaan wakaf.
1. Menunjukan
sikap ilmiah
pada saat
berdiskusi
2. Menunjukan
sikap positif
dalam diskusi
kelompok
3. menampilkan
perilaku
wakaf dalam
kehidupan
sehari-hari.
Mengamati
Mencermati bacaan
teks tentang substansi
dan strategi dakwah
Rasullullah SAW
Meyimak penjelasan
materi tersebut di
1. Menunjukan
sikap ilmiah
pada saat
berdiskusi
2. Menunjukan
sikap positif
dalam diskusi
Observasi
- Kegiatan
Diskusi
Aspek yang
dinilai: sikap
ilmiah
1.Objektif
2.Kritis
- Presentasi
hasil
diskusiaspek
yang dinilai
sikap individu
:
- Santun
- peduli
- kerjasama
- responsif
- proaktif
Menjelaskan
perundangundangan tentang
pengelolaan wakaf.
Menjelaskan
ketentuan syar’i
wakaf.
Mampu
menyebutkan
contoh pengelolaan
wakaf
Mampu menerapkan
ketentuan
perundangundangan tentang
wakaf.
Tes tulis
Soal Uraian
Observasi
- Kegiatan
Diskusi
Aspek yang
dinilai: sikap
ilmiah
Menceritakan
sejarah dakwah
Rasulullah pada
periode Mekkah.
Menjelaskan
pengaruh dakwah
Rasulullah SAW
Tes tulis
- Soal Uraian
1. Membuat
makalah
tentangpenge
lolaan wakaf
2. Mempresentasikan
makalah
tentangpenge
lolaan wakaf
1. Membuat
makalah
tentangsubsta
nsi dan
strategi
dakwah
Rasullullah
Portofolio
Hasil tulisan
berupa
makalah, aspek
yang dinilai:
- Latar
belakang
masalah
- Rumusan
Masalah
- Deskripsi
- Simpulan
Performance :
Presentasi
makalah, aspek
yang dinilai:
- penguasaan
materi
- sistematika
- penyampaian
- penggunaan
bahasa
- kemampuan
memanfaatk
an media
presentasi
- kemampuan
mempertaha
nkan dan
menanggapi
pertanyaan
atau
sanggahan
Portofolio
Hasil tulisan
berupa
makalah, aspek
yang dinilai:
- Latar
48
51. substansi dan
strategi dakwah
Rasullullah SAW
di Mekah.
- Dakwah
- Mekkah
- Dakwah
Rasulullah di
Mekkah
Prinsip
- substansi
dakwah
Rasullullah
SAW di Mekah.
- strategi dakwah
Rasullullah
SAW di Mekah.
-
-
-
-
-
-
3.11 Memahami
18. Meneladani
Fakta:
atas melalui tayangan
vidio atau media
lainnya.
Menanya (memberi
stimulus agar peserta
didik bertanya)
Apa substansi dakwah
Rasulullah di Mekah?
Apa strategi dakwah
Rasulullah di Mekah?
Mengumpulkan
data/eksplorasi
Peserta didik
mendiskusikan
substansi dan strategi
dakwah Rasullullah
SAW di Mekah.
Guru mengamati
perilaku tangguh dan
semangat
menegakkan
kebenaran dalam
kehidupan sehari-hari.
Guru berkolaborasi
dengan orang tua
untuk mengamati
perilaku tangguh dan
semangat
menegakkan
kebenaran dalam
kehidupan sehariharidi rumah.
Mengasosiasi
Membuat kesimpulan
tentang substansi dan
strategi dakwah
Rasullullah SAW di
Mekah.
Mengkomunikasikan
Mempresentasikan
/menyampaikan hasil
diskusi tentang
substansi dan strategi
dakwah Rasullullah
SAW di Mekah.
Mengamati
kelompok
3. menampilkan
sikap tangguh
dan semangat
menegakkan
kebenaran
dalam
kehidupan
sehari-hari
sebagai
implementasi
dari
pemahaman
tentang
strategi
dakwah
Rasulullah
SAW di
Mekah.
1.Objektif
2.Kritis
- Presentasi
hasil
diskusiaspek
yang dinilai
sikap individu
:
- Peduli
- Santun
- Cinta
damai
- Peduli
- Responsif
- proaktif
terhadap umat.
Menjelaskan
substansi dakwah
Rasulullah
periode Makkah.
Menjelaskan
strategi dakwah
Rasulullah
periode Makkah.
1. Menunjukan
Observasi
Menjelaskan latar
SAW di
Mekah
2. Mempresentasikan
makalah
tentangsubsta
nsi dan
strategi
dakwah
Rasullullah
SAW di
Mekah
Tes tulis
belakang
masalah
- Rumusan
Masalah
- Deskripsi
- Simpulan
1. Membuat
Portofolio
Performance :
Presentasi
makalah, aspek
yang dinilai:
- penguasaan
materi
- sistematika
- penyampaian
- penggunaan
bahasa
- kemampuan
memanfaatk
an media
presentasi
- kemampuan
mempertaha
nkan dan
menanggapi
pertanyaan
atau
sanggahan
49