SlideShare a Scribd company logo
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL)
Rancangan ini digunakan bila satuan percobaan
dikelompokkan secara berarti, banyaknya satuan dalam setiap
kelompok sama dengan banyaknya perlakuan. Grup demikian
ini dinamakan kelompok (block) atau ulangan (replication).
Tujuan pengelompokkan ini adalah untuk memperoleh satuan
percobaan yang seseragam mungkin dalam setiap kelompok,
sehingga beda yang teramati sebagian besar disebabkan oleh
perlakuan. Keragaman antar satuan percobaan dalam kelompok
yang berbeda secara rata-rata akan berbeda daripada
keragaman antarsatuan dalam kelompok yang sama bila tidak
diberikan perlakuan. Idealnya, keragaman antarsatuan
percobaan dapat dikendalikan, sehingga keragaman
antarkelompok tidak mempengaruhi beda antarnilai-tengah
perlakuan, karena setiap perlakuan muncul sama seringnya
dalam setiap kelompok (Steel and Torrie,1991).
Dalam percobaan lapang, setiap kelompok biasanya
terdiri atas sekumpulan petak yang berbentuk hampir bujur
sangkar. Begitu pula dalam banyak percobaan peternakan,
ternak-ternak dimasukkan ke dalam grup atau kelompok
berdasarkan ciri-ciri seperti bobot awal, kondisi ternak,
keturunan, jenis kelamin, atau umur, seperti pada tahap laktasi
atau produksi susu pada sapi perah (Steel and Torrie,1991).
Selama berlangsungnya percobaan, semua satuan dalam
kelompok harus diperlakukan seseragam mungkin dalam
segala hal kecuali perlakuan. Perubahan teknik percobaan atau
kondisi lain yang mungkin mempengaruhi hasil harus
dilakukan pada seluruh keompok. Misalnya bila pemanenan
hasil dilakukan pada suatu periode waktu, seua petak dalam
satu blok harus dipanen pada hari yang sama. Bila yang
melakukan pengamatan tidak satu orang dan ada
kecenderungan bahwa pengamatan pada petak yang sama
2
mungkin berbeda dari orang yang satu ke orang yang lain, dan
bila dari setiap satuan percobaan diambil satu pengamatan,
maka satu orang harus mengamati satu kelompok seluruhnya.
Sekali lagi, bila banyaknya pengamatan per satuan percobaan
sama dengan banyaknya orang yang bertugas mengamati, maka
setiap petugas harus melakukan satu pengamatan pada setiap
satuan percobaan. Cara ini membantu mengendalikan
keragaman dalam kelompok, yang berarti pula galat percobaan.
Dan cara ini tidak mempengaruhi beda antarnilai-tengah
perlakuan. Keragaman antarkelompok dapat dipisahkan dari
galat percobaan (Steel and Torrie,1991).
Dalam rancangan acak kelompok lengkap, setiap unit
percobaan diklasifikasikan menurut kelompok yang
mengandung satuan percobaan itu dan perlakuan yang
diberikan, sehingga merupakan klasifikasi dua arah. Setiap
perlakuan muncul sekali dalam setiap kelompok dan setiap
perlakuan mengandung semua perlakuan. Pengelompokkan
tersebut dalam usaha memperkecil galat atau umumnya disebut
pengendalian galat (error control). Kelompok dan perlakuan
ortogonal satu dengan lainnya. Artinya setiap perlakuan
muncul sama seringnya dalam setiap kelompok. Jika kelompok
dan perlakuan tidak saling ortogonal maka keragaman antar
keragaman antarkelompok akan mempengaruhi beda
antarnilai-tengah perlakuan, sehingga keragaman antarsatuan
percobaan di dalam kelompok besar yang mengakibatkan
besarnya galat percobaan (Steel and Torrie,1991).
2.1.1.Keuntungan dan kelemahan penggunaan RAK
RAK mempunyai banyak kelebihan dibandingkan
dengan rancangan-rancangan lainnya. Satuan percobaan
dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok, sehingga
diperoleh presisi dan efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan rancangan acak lengkap. Tidak ada batas terhadap
banyaknya perlakuan atau kelompok. Bila perlakuan tertentu
memerlukan ulangan ekstra, itu dapat diberikan pada dua atau
3
lebih satuan percobaan per kelompok dengan pengacakan yang
sesuai. Analisis datanya sederhana. Bila karena sesuatu hal,
data dari satu kelompok atau perlakuan tertentu hilang atau
tidak dapat digunakan, data itu dapat dibuang tanpa
menimbulkan komplikasi dalam analisisnya. Bila data dari
satuan percobaan tertentu hilang, yang hilang itu dapat diduga
dengan mudah tanpa kehilangan kesederhanaan
perhitungannya. Bila galat percobaannya heterogen, komponen
tak bias yang dapat digunakan untuk pembandingan tertentu
dapat diperoleh (Steel and Torrie,1991).
Menurut Steel dan Torrie (1991), kerugian RAK adalah
apabila keragaman antarsatuan percobaan di dalam kelompok
besar maka galat percobaan juga besar. Dan menurut
Yitnosumarto (1993), kerugian RAK adalah apabila andaian
adanya gradien satu arah tidak terpenuhi, presisi dan
efisiensinya justru lebih rendah dibandingkan dengan RAL,
yang disebabkan karena kurangnya derajat bebas untuk galat
percobaan.
2.1.2.Model Linier untuk RAK
Dengan satu pengamatan per petak percobaan maka
model linier untuk RAK adalah (Gasperzs, 1991):
π‘Œπ‘–π‘— = πœ‡ + πœπ‘– + 𝛽𝑗 + πœ€π‘–π‘— (2.1)
i = 1, 2, ..., p
j = 1, 2, ..., r
di mana
π‘Œπ‘–π‘— = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i kelompok ke-j
πœ‡ = nilai tengah umum
πœπ‘– = pengaruh perlakuan ke-i
𝛽𝑗 = pengaruh keompok ke-j
πœ€π‘–π‘— = galat percobaan pada perlakuan ke-i kelompok ke-j
p = banyaknya perlakuan
r = banyaknya kelompok
Penerapan Metode Kuadrat Terkecil (MKT) memberikan
persamaan normal (Yitnosumarto, 1993):
4
(i) π‘Ÿπ‘πœ‡Μ‚ + π‘Ÿ βˆ‘ πœΜ‚ 𝑖
𝑝
𝑖=1 + π‘βˆ‘ 𝛽̂𝑗
π‘Ÿ
𝑗=1 = βˆ‘ βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘—
π‘Ÿ
𝑗=1
𝑝
𝑖=1
(ii) π‘Ÿπœ‡Μ‚ + π‘ŸπœΜ‚π‘– + βˆ‘ 𝛽̂𝑗
π‘Ÿ
𝑗=1 = βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘—
π‘Ÿ
𝑗=1 (2.2)
(iii) π‘πœ‡Μ‚ + βˆ‘ πœΜ‚ 𝑖
𝑝
𝑖=1 + 𝑝𝛽̂𝑗 = βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘—
𝑝
𝑖=1
di mana πœ‡Μ‚, πœΜ‚, dan 𝛽̂ adalah penduga (tak bias) untuk πœ‡, 𝜏, dan
𝛽.
Jika model tetap yang digunakan dalam RAK maka perlu
diasumsikan berikut (Gasperzs, 1991):
𝐸( πœπ‘–) = πœπ‘–
𝐸( πœπ‘–
2) = πœπ‘–
2
𝐸(𝛽𝑗) = 𝛽𝑗
𝐸(𝛽𝑗
2
) = 𝛽𝑗
2
(2.3)
βˆ‘ πœΜ‚ 𝑖
𝑝
𝑖=1 = βˆ‘ 𝛽̂𝑗
π‘Ÿ
𝑗=1 = 0
πœ€π‘–π‘—~𝑁𝐼𝐷(0, 𝜎2)
diperoleh penduga πœ‡, 𝜏, dan 𝛽
(i) πœ‡Μ‚ = βˆ‘ βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘—
π‘Ÿ
𝑗=1
𝑝
𝑖=1 π‘Ÿπ‘β„ = π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™
(ii) πœΜ‚ 𝑖 = βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘—
π‘Ÿ
𝑗=1 π‘Ÿβ„ βˆ’ πœ‡Μ‚ = π‘ŒΜ…π‘–βˆ™ βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™ (2.4)
(iii) 𝛽̂𝑗 = βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘—
𝑝
𝑖=1 𝑝⁄ βˆ’ πœ‡Μ‚ = π‘ŒΜ…βˆ™π‘— βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™
2.1.3.Analisis Ragam untuk RAK
Analisis ragam merupakan suatu analisis yang
menguraikan variansi total ke dalam komponen-komponennya.
Untuk itu dengan mempertimbangkan model (1) dan
mengganti parameter-parameternya dengan penduganya,
sehingga diperoleh (Yitnosumarto, 1993):
π‘Œπ‘–π‘— = πœ‡Μ‚ + πœΜ‚ 𝑖 + 𝛽̂𝑗 + πœ€Μ‚π‘–π‘—
π‘Œπ‘–π‘— βˆ’ πœ‡Μ‚ = πœΜ‚ 𝑖 + 𝛽̂𝑗 + πœ€Μ‚π‘–π‘—
π‘Œπ‘–π‘— βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™ = ( π‘ŒΜ…π‘–βˆ™ βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™) + (π‘ŒΜ…βˆ™π‘— βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™) + (π‘Œπ‘–π‘— βˆ’ π‘ŒΜ…π‘–βˆ™ βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™π‘— + π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™)
dengan mengkuadratkan dan menjumlahkan menurut i dan j,
maka diperoleh:
5
βˆ‘ βˆ‘ (π‘Œπ‘–π‘— βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™)
2π‘Ÿ
𝑗=1
𝑝
𝑖=1 = π‘Ÿ βˆ‘ ( π‘ŒΜ…π‘–βˆ™ βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™)2𝑝
𝑖=1 + 𝑝 βˆ‘ (π‘ŒΜ…βˆ™π‘— βˆ’π‘Ÿ
𝑗=1
π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™)
2
+ βˆ‘ βˆ‘ (π‘Œπ‘–π‘— βˆ’ π‘ŒΜ…π‘–βˆ™ βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™π‘— +π‘Ÿ
𝑗=1
𝑝
𝑖=1
π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™)
2
di mana
βˆ‘ βˆ‘ (π‘Œπ‘–π‘— βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™)
2π‘Ÿ
𝑗=1
𝑝
𝑖=1 menunjukkan keragaman total
(terkoreksi),
π‘Ÿ βˆ‘ ( π‘ŒΜ…π‘–βˆ™ βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™)2𝑝
𝑖=1 menunjukkan keragaman perlakuan,
𝑝 βˆ‘ (π‘ŒΜ…βˆ™π‘— βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™)
2π‘Ÿ
𝑗=1 menunjukkan keragaman kelompok (blok),
βˆ‘ βˆ‘ (π‘Œπ‘–π‘— βˆ’ π‘ŒΜ…π‘–βˆ™ βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™π‘— + π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™)
2π‘Ÿ
𝑗=1
𝑝
𝑖=1 menunjukkan keragaman galat
percobaan.
Persamaan tersebut merupakan penguraian dari Jumlah
Kuadrat Total (JKT) menjadi penjumlahan dari Jumlah
Kuadrat Kelompok (JKK), Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP),
dan Jumlah Kuadrat Galat (JKG). Nilai harapan untuk masing-
masing Jumlah Kuadrat (JK) dapat diuraikan sebagai berikut
(Walpole, 1995):
𝐸( 𝐽𝐾𝐾) = 𝐸 (𝑝 βˆ‘ (π‘ŒΜ…βˆ™π‘— βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™)
2π‘Ÿ
𝑗=1 )
= 𝑝𝐸(βˆ‘ π‘ŒΜ…βˆ™π‘—
2π‘Ÿ
𝑗=1 βˆ’ π‘Ÿπ‘ŒΜ…βˆ™βˆ™
2
)
= 𝑝 (βˆ‘ 𝐸(π‘ŒΜ…βˆ™π‘—
2
)π‘Ÿ
𝑗=1 βˆ’ π‘ŸπΈ( π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™
2))
= 𝑝 (βˆ‘ (
𝜎2
𝑝
+ (πœ‡ + 𝛽𝑗 )
2
)π‘Ÿ
𝑗=1 βˆ’ π‘Ÿ(
𝜎2
π‘π‘Ÿ
+ πœ‡2
))
= 𝑝 (
π‘ŸπœŽ2
𝑝
+ π‘Ÿπœ‡2
+ 2πœ‡βˆ‘ 𝛽𝑗
π‘Ÿ
𝑗=1 + βˆ‘ 𝛽𝑗
2π‘Ÿ
𝑗 =1 βˆ’
𝜎2
𝑝
βˆ’ π‘Ÿπœ‡2
)
= 𝑝 (
π‘ŸπœŽ2
𝑝
+ βˆ‘ 𝛽𝑗
2π‘Ÿ
𝑗=1 βˆ’
𝜎2
𝑝
)
= ( π‘Ÿ βˆ’ 1) 𝜎2
+ 𝑝 βˆ‘ 𝛽𝑗
2π‘Ÿ
𝑗=1 (2.5)
Dengan cara yang sama diperoleh nilai harapan untuk JKP dan
JKG sebagai berikut:
𝐸( 𝐽𝐾𝑃) = ( 𝑝 βˆ’ 1) 𝜎2
+ π‘Ÿ βˆ‘ πœπ‘–
2𝑝
𝑖=1 (2.6)
𝐸( 𝐽𝐾𝐺) = ( 𝑝 βˆ’ 1)( π‘Ÿ βˆ’ 1) 𝜎2
(2.7)
Kuadrat Tengah (KT) masing-masing komponen merupakan
JK komponen tersebut dibagi dengan derajat bebasnya,
6
sehingga nilai harapan KT masing-masing komponen sebagai
berikut:
𝐸( 𝐾𝑇𝐾) = 𝜎2
+
𝑝
( π‘Ÿβˆ’1)
βˆ‘ 𝛽𝑗
2π‘Ÿ
𝑗=1
𝐸( 𝐾𝑇𝑃) = 𝜎2
+
π‘Ÿ
( π‘βˆ’1)
βˆ‘ πœπ‘–
2𝑝
𝑖=1
𝐸( 𝐽𝐾𝐺) = 𝜎2
(2.8)
2.1.4.Asumsi-Asumsi yang Mendasari Analisis Ragam
Analisis ragam merupakan suatu teknik statistika. Oleh
karena itu, asumsi-asumsi yang dikehendaki oleh teknik
tersebut harus dipenuhi agar pemakaiannya terhadap suatu
gugus data dapat dianggap sah (Yitnisumarto, 1993):
Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis
ragam adalah sebagai berikut:
1. Galat-galat percobaan harus menyebar normal.
2. Galat-galat percobaan harus mempunyai ragam umum,
katakanlah 𝜎2
3. Pengaruh perlakuan dan lingkungan harus bersifat aditif.
4. Galat percobaan harus bebas sesamanya, artinya bahwa
peluang galat suatu pengamatan harus tidak teantung
pada nilai galat pengamatan yang lain.
Keempat asumsi dapat diringkas menjadi πœ€π‘–π‘—~𝑁𝐼(0, 𝜎2),
yang berarti galat percobaan menyebar secara normal dan
bebas satu sama lain dengan nilai tengah nol dan ragam 𝜎2
.
Tidak terpenuhinya satu atau beberapa asumsi dapat
mempengaruhi taraf nyata dan kepekaan dari uji F. Tidak
terpenuhinya salah satu asumsi sering diikuti juga oleh tidak
terpenuhinya asumsi yang lain. Oleh karena itu, sebaiknya
dilakukan pengujian terhadap seluruh asumsi, bukan hanya
salah satu asumsi saja (Yitnosumarto, 1993).
2.1.5.Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pada rancangan acak kelompok
digunakan statistik uji F. Statistik uji untuk menguji 𝐻0 ∢ 𝜏1 =
7
𝜏2 = β‹― = 𝜏 𝑝 = 0 terhadap 𝐻1 ∢ paling tidak ada satu πœπ‘– β‰ 
0( 𝑖 = 1,2, β‹―, 𝑝) adalah (Lehman, 1986)
𝐹 =
𝐾𝑇𝑃
𝐾𝑇𝐺
(2.11)
Daerah kritis untuk menguji 𝐻0 terhadap 𝐻1 adalah tolak 𝐻0
jika 𝐹 > 𝐹𝛼;( π‘βˆ’1);( π‘βˆ’1)( π‘Ÿβˆ’1). Statistik uji untuk menguji 𝐻0 ∢
𝛽1 = 𝛽2 = β‹― = π›½π‘Ÿ = 0 terhadap 𝐻1 ∢ paling tidak ada satu
𝛽𝑗 β‰  0( 𝑗 = 1,2, β‹―, π‘Ÿ) adalah
𝐹 =
𝐾𝑇𝐾
𝐾𝑇𝐺
(2.12)
dengan
𝐾𝑇𝑃 =
π‘Ÿ βˆ‘ ( π‘ŒΜ…π‘–βˆ™βˆ’π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™)2𝑝
𝑖=1
( π‘βˆ’1)
, 𝐾𝑇𝐾 =
𝑝 βˆ‘ ( π‘ŒΜ…βˆ™π‘—βˆ’π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™)
2π‘Ÿ
𝑗=1
( π‘Ÿβˆ’1)
, dan 𝐾𝑇𝐺 =
βˆ‘ βˆ‘ ( π‘ŒΜ…π‘–π‘— βˆ’π‘ŒΜ…π‘– βˆ™βˆ’π‘ŒΜ…βˆ™π‘—+π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™)
2π‘Ÿ
𝑗=1
𝑝
𝑖=1
( π‘βˆ’1)( π‘Ÿβˆ’1)
.
Daerah kritis untuk menguji 𝐻0 terhadap 𝐻1 adalah tolak 𝐻0
jika 𝐹 > 𝐹𝛼;( π‘Ÿβˆ’1);( π‘βˆ’1)( π‘Ÿβˆ’1). Dari uraian di atas dapat diringkas
dalam suatu tabel analisis ragam untuk rancangan acak
kelompok pada tabel 1 (Barner,1994).
Tabel 2.1.Tabel analisis ragam untuk rancangan acak
kelompok
Sumber
Keragaman
db JK KT E(KT) F
Kelompok (r-1) JKK KTK 𝜎2 +
𝑝
( π‘Ÿ βˆ’ 1)
βˆ‘ 𝛽𝑗
2
π‘Ÿ
𝑗=1
𝐾𝑇𝐾
𝐾𝑇𝐺
Perlakuan (p-1) JKP KTP 𝜎2 +
π‘Ÿ
( 𝑝 βˆ’ 1)
βˆ‘ πœπ‘–
2
𝑝
𝑖=1
𝐾𝑇𝑃
𝐾𝑇𝐺
Galat (r-1)(p-1) JKG KTG 𝜎2
Total (pr-1) JKT
2.2. Kuasa Uji Analisis Ragam
Seperti dikemukakan sebelumnya, dalam analisis ragam, total
keragaman diuraikan menjadi dua bagian penting, yaitu keragaman
antar sampel yang mengukur keragaman yang beraturan dan acak,
dan keragaman dalam sampel yang hanya mengukur keragaman
8
acak. Yang kemudian menjadi masalah adalah jika keragaman dalam
sampel begitu besar, sehingga uji yang dipakai tidak lagi peka
terhadap perbedaan sesungguhnya antara p rataan perlakuan.
Kepekaan uji menggambarkan kemampuan uji menemukan
perbedaan dalam rataan populasi dan diukur oleh kuasa uji tersebut.
Jadi, kuasa uji analisis ragam dapat ditafsirkan sebagai peluang
statistik-F berada di daerah kritis, padahal sesungguhnya hipotesis
nol tersebut salah dan bahwa rataan perlakuan sesungguhnya adalah
berbeda (Walpole dan Myers, 1995).
Dalam analisis ragam, tujuan utamanya ialah menguji hipotesis
keragaman rataan perlakuan.
Nilai harapan kuadrat tengah untuk perlakuan, kelompok, dan
galat percobaan seperti pada persamaan (2.8). Jadi, untuk
penyimpangan tertentu dari hipotesis nol, yang diukur dengan ...,
untuk perlakuan, dan ..., untuk kelompok, nilai ... yang besar
menurunkan peluang memperolah nilai .... yang jatuh pada daerah
kritis tersebut.
Kepekaan uji menggambarkan kemampuan uji menemukan
perbedaan dalam rataan populasi dan diukur oleh kuasa uji tersebut,
yang tidak lain adalah .... Jadi, kuasa uji analisis ragam dapat
didefinisikan sebagai peluang statistik
Dalam analisis ragam, kuasa uji tergantung pada distribusi
nisbah F di bawah hipotesis bahwa rataan perlakuan berbeda. Karena
itu, diperlukan distribusi
2.3. Data Hilang dalam RAKL
Sering kali suatu hasil pengamatan hilang atau sengaja
dihilangkan karena sebab tertentu. Data (pengamatan) yang
hilang dapat terjadi karena kerusakan yang tidak dapat
dihindari pada unit percobaan. Data yang hilang
mengakibatkan timbulnya masalah dalam analisis karena
perlakuan tidak lagi bersifat ortogonal terhadap ulangan,
sehingga tidak semua perlakuan diterapkan pada setiap
ulangan. Ortogonal yang dimaksud di sini adalah sifat
keseimbangan atau sifat simetris pada rancangan percobaan.
Kehilangan sifat seimbang dapat menyebabkan hilangnya sifat
persaingan antara sesama perlakuan dalam tiap ulangan. Oleh
9
karena itu, penting dilakukan pendugaan terhadap data hilang
(Montgomery, 1984).
Yitnosumarto (1993) mengatakan bahwa salah satu
keuntungan penggunaan rancangan acak kelompok adalah jika
ada satu atau lebih amatan yang hilang (atau senganja
dihilangkan dengan alasan yang dapat diterima) analisis ragam
untuk data tersebut masih dapat dilakukan.
Untuk memudahkan pembahasan digunakan notasi-notasi
sebagai berikut.
Xij : menyatakan data pada perlakuan ke-i kelompok ke-j hilang.
di : banyaknya data hilang pada perlakuan ke-i.
cj : banyaknya data hilang pada kelompok ke-j.
Misalkan dalam penelitian ini ada k buah data hilang, maka :
π‘˜ = βˆ‘ 𝑑𝑖
𝑝
𝑖=1
= βˆ‘ 𝑐𝑗
π‘Ÿ
𝑗=1
(2.13)
dengan
Ti : total perlakuan ke i dengan di buah data hilang,
Bj : total kelompok ke j dengan cj buah data hilang,
D : total seluruh pengamatan dengan k buah data hilang.
Data hilang pada kelompok yang sama dinamakan kelompok sekutu,
dan jika data hilang pada perlakuan yang sama dinamakan perlakuan
sekutu, sehingga yang hilang data Xgh, akan mempunyai (ch-1)
kelompok sekutu, (dg-1) perlakuan sekutu dan (k-(ch+dg-1) tanpa
sekutu.
𝐽𝐾𝐺 = βˆ‘ βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘—
2π‘Ÿ
𝑗=1
𝑝
𝑖=1 βˆ’
1
π‘Ÿ
βˆ‘ π‘Œπ‘–βˆ™
2𝑝
𝑖=1 βˆ’
1
𝑝
βˆ‘ π‘Œβˆ™π‘—
2π‘Ÿ
𝑗=1 +
π‘Œβˆ™βˆ™
2
π‘π‘Ÿ
= βˆ‘ βˆ‘ π‘Œπ‘– 𝑗
2
𝑗≠𝑗′𝑖≠𝑖′ + βˆ‘ βˆ‘ 𝑋𝑖′ 𝑗′
2
𝑗′𝑖′ βˆ’
1
π‘Ÿ
[βˆ‘ (βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘—π‘— )
2
𝑖 +
βˆ‘ ( 𝑇𝑖 + βˆ‘ 𝑋 𝑖𝑗′𝑗′ )
2
𝑖 ]βˆ’
1
𝑝
[βˆ‘ (βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘—π‘– )
2
𝑗 + βˆ‘ ( 𝐡𝑗 +𝑗
βˆ‘ 𝑋𝑖′ 𝑗𝑖′ )
2
] +
1
π‘π‘Ÿ
[ 𝐷 + βˆ‘ βˆ‘ 𝑋𝑖𝑗𝑗′𝑖′ ]
2
= βˆ‘ βˆ‘ 𝑋𝑖′ 𝑗′
2
𝑗′𝑖′ βˆ’
1
π‘Ÿ
βˆ‘ ( 𝑇𝑖 + βˆ‘ 𝑋𝑖𝑗′𝑗′ )
2
𝑖 βˆ’
1
𝑝
βˆ‘ ( 𝐡𝑗 +𝑗
βˆ‘ 𝑋𝑖′ 𝑗𝑖′ )
2
+
1
π‘π‘Ÿ
( 𝐷 + βˆ‘ βˆ‘ 𝑋 𝑖′ 𝑗′𝑗′𝑖′ )
2
+ 𝑅 (2.14)
dengan R konstanta yang tidak mengandung Xij.
2.4. Metode Biggers
10
Biggers (1959) menyatakan suatu metode yang berdasarkan
pada metode Yates untuk menganalisis data hilang dalam rancangan
percobaan. Pada dasarnya metode Biggers digunakan untuk
mengestimasi untuk 𝑋𝑖𝑗, yaitu 𝑋̂𝑖𝑗 ditentukan sedemikian sehingga
JKG persamaan (2.14) minimum. Hal ini dilakukan dengan
mengambil turunan dari JKG terhadap 𝑋𝑖𝑗 dan menyamakan dengan
nol. Andaikan data yang hilang tersebut adalah π‘‹π‘”β„Ž,
𝐽𝐾𝐺 = π‘‹π‘”β„Ž
2
βˆ’
1
π‘Ÿ
( 𝑇𝑔 + βˆ‘ 𝑋 𝑔𝑗′𝑗′ )
2
βˆ’
1
𝑝
( π΅β„Ž + βˆ‘ π‘‹π‘–β€²β„Žπ‘–β€² )2 +
1
π‘π‘Ÿ
( 𝐷 + π‘‹π‘”β„Ž)
2
+ 𝑅
πœ•π½πΎπΊ
πœ•π‘‹Μ‚ π‘”β„Ž
= 0
⇔ π‘π‘Ÿπ‘‹Μ‚ π‘”β„Ž βˆ’ 𝑝 βˆ‘ 𝑋 𝑔𝑗′𝑗′ βˆ’ π‘Ÿ βˆ‘ π‘‹π‘–β€²β„Žπ‘–β€² + βˆ‘ βˆ‘ 𝑋 𝑖′ 𝑗′𝑗′𝑖′ = 𝑝𝑇𝑔 +
π‘Ÿπ΅β„Ž βˆ’ 𝐷 (2.15)
Persamaan (2.15) dikelompokkan dalam suku-suku yang
berhubungan dengan kelompok sekutu, perlakuan sekutu dan tanpa
sekutu sebagai berikut.
⟺ π‘π‘Ÿπ‘‹Μ‚ π‘”β„Ž βˆ’ 𝑝(βˆ‘ 𝑋𝑖𝑗 + 𝑋̂ π‘”β„Žπ‘—β€²,π‘—β‰ β„Ž ) βˆ’ π‘Ÿ(βˆ‘ 𝑋𝑖𝑗 + 𝑋̂ π‘”β„Žπ‘–β€²,𝑖≠𝑔 ) +
(βˆ‘ βˆ‘ 𝑋𝑖𝑗𝑗′,π‘—β‰ β„Žπ‘–β€²,𝑖≠𝑔 + βˆ‘ π‘‹π‘–β„Žπ‘–β€²,𝑖≠𝑔 + βˆ‘ 𝑋𝑔𝑗𝑗′,π‘—β‰ β„Ž + 𝑋̂ π‘”β„Ž) =
𝑝𝑇𝑔 + π‘Ÿπ΅β„Ž βˆ’ 𝐷
⇔ ( 𝑝 βˆ’ 1)( π‘Ÿ βˆ’ 1) 𝑋̂ π‘”β„Ž + (1 βˆ’ 𝑝) βˆ‘ 𝑋𝑔𝑗𝑗′,π‘—β‰ β„Ž + (1 βˆ’
π‘Ÿ) βˆ‘ π‘‹π‘–β„Žπ‘–β€²,𝑖≠𝑔 + βˆ‘ βˆ‘ 𝑋𝑖𝑗𝑗′,π‘—β‰ β„Žπ‘–β€²,𝑖≠𝑔 = 𝑝𝑇𝑔 + π‘Ÿπ΅β„Ž βˆ’ 𝐷 (2.16)
Analog untuk (k-1) data hilang yang lain. Sehingga diperoleh k buah
persamaan yang analog dengan (2.15) dan (2.16). Bila ditulis dalam
bentuk matriks:
𝑨 π‘˜Γ—π‘˜ 𝑿 π‘˜Γ—1 = 𝑸 π‘˜Γ—1 (2.17)
dengan
Ak x k: matriks simetri dengan elemen-elemen (p-1)(r-1) untuk
kelompok dan perlakuan yang bersesuaian, (1-p) untuk
perlakuan yang bersesuaian, (1-r) untuk kelompok yang
bersesuaian dan 1 untuk lainnya. Matriks ini merupakan
matriks nonsingular,
Xk x 1: matriks dari data yang hilang,
Qk x 1: matriks nilai pTg + rBh – D dari persamaan yang bersesuaian.
Dari persamaan (2.17) diperoleh :
𝑿̂ π‘˜Γ—1 = π‘¨βˆ’1 𝑸 (2.18)
11
Untuk memperjelas matriks Apxp , misalkan dalam percobaan ini ada
4 data yang hilang, yaitu : Xkk , Xkl , Xmk dan Xst Elemen-elemen
dari Apxp ditentukan sebagai berikut.
Subkrip kk kl mk st
kk (a-1)(b-1) 1-a 1-b 1
kl 1-a (a-1)(b-1) 1 1
mk 1-b 1 (a-1)(b-1) 1
st 1 1 1 (a-1)(b-1)
A X = Q
2.5. Analisis Variansi Alternatif.
Untuk mengatasi bias dilakukan analisis variansi alternatif
(Steel dan Torrie, 1989), dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Dari data seadanya (data tidak lengkap karena beberapa data
hilang), dihitung
π½πΎπ‘‡βˆ— = βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘—
2
𝑖,𝑗 βˆ’
(βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘—π‘–,𝑗 )
2
𝑁
,
π½πΎπΎβˆ— = βˆ‘
π‘Œβˆ™π‘—
2
𝑛 𝑗
𝑗 βˆ’
(βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘—π‘–,𝑗 )
2
𝑁
, (2.19)
𝑁 = βˆ‘ π‘›βˆ™π‘—π‘—
di mana nj adalah banyaknya perlakuan yang muncul
(dicobakan) pada kelompok ke-j. JKK* ini selanjutnya disebut
sebagai jumlah kuadrat kelompok yang mengabaikan
perlakuan.
2. Setelah data hilang diestimasi, dimasukan data tersebut
bersesuaian dengan data hilang kemudian dihitung jumlah
kuadrat galat (JKG) menggunakan persamaan (2.2).
3. Selanjutnya dihitung jumlah kuadrat perlakuan setelah
dikoreksi terhadap kelompok (JKP*) dengan rumus : JKP*
= JKT* - JKK* - JKG. Akan diperoleh tabel anova alternatif
seperti pada Tabel 2.2.
      
    
    
   οƒΊ
οƒΊ
οƒΊ
οƒΊ

οƒΉ
οƒͺ
οƒͺ
οƒͺ
οƒͺ






ο€½
οƒΊ
οƒΊ
οƒΊ
οƒΊ

οƒΉ
οƒͺ
οƒͺ
οƒͺ
οƒͺ


οƒΊ
οƒΊ
οƒΊ
οƒΊ

οƒΉ
οƒͺ
οƒͺ
οƒͺ
οƒͺ


ο€­ο€­
ο€­ο€­ο€­
ο€­ο€­ο€­
ο€­ο€­ο€­ο€­
DrBpT
DrBpT
DrBpT
DrBpT
X
X
X
X
rp
rpr
rpp
rprp
ts
km
lk
kk
st
mk
kl
kk
11111
11111
11111
11111
12
Tabel 2.2. Tabel Anova Alternatif RAKL dengan k Buah Data
Hilang.
Sumber
Keragaman
db JK KT Fhitung
Kelompok
mengabaikan
perlakuan
r-1 JKK* πΎπ‘‡πΎβˆ— =
π½πΎπΎβˆ—
( π‘Ÿ βˆ’ 1)
πΎπ‘‡πΎβˆ—
πΎπ‘‡πΊβˆ—
Perlakuan
terkoreksi
p-1 JKP* πΎπ‘‡π‘ƒβˆ— =
π½πΎπ‘ƒβˆ—
( 𝑝 βˆ’ 1)
πΎπ‘‡π‘ƒβˆ—
πΎπ‘‡πΊβˆ—
Galat
pr-p-
b+1-k
JKG πΎπ‘‡πΊβˆ— =
π½πΎπΊβˆ—
( π‘π‘Ÿ βˆ’ 𝑝 βˆ’ π‘Ÿ + 1 βˆ’ π‘˜)
Total pr-1-k
Kriteria uji : tolak H0 jika Fhitung > Ftabel yang bersesuaian.

More Related Content

What's hot

Distribusi sampling
Distribusi samplingDistribusi sampling
Distribusi sampling
Stephanie Isvirastri
Β 
Teori produksi
Teori produksiTeori produksi
Teori produksi
dewi_mayangsari
Β 
Ekonomi teknik annual worth
Ekonomi teknik annual worthEkonomi teknik annual worth
Ekonomi teknik annual worthTika Rahmawati
Β 
Rancangan Faktorial 2k
Rancangan Faktorial 2kRancangan Faktorial 2k
Rancangan Faktorial 2k
Arning Susilawati
Β 
08. data hilang (missing data)
08. data hilang (missing data)08. data hilang (missing data)
08. data hilang (missing data)Jauhar Anam
Β 
Surplus Produsen dan Surplus Konsumen
Surplus Produsen dan Surplus KonsumenSurplus Produsen dan Surplus Konsumen
Surplus Produsen dan Surplus KonsumenDyah Arya Purnama Dewi
Β 
Kuliah pemilihan model_terbaik_m14_dan_15
Kuliah pemilihan model_terbaik_m14_dan_15Kuliah pemilihan model_terbaik_m14_dan_15
Kuliah pemilihan model_terbaik_m14_dan_15Roudlotul Jannah
Β 
Istilah istilah dalam rancangan percobaan
Istilah istilah dalam rancangan percobaanIstilah istilah dalam rancangan percobaan
Istilah istilah dalam rancangan percobaanIr. Zakaria, M.M
Β 
Materi ekonomi teknik 1
Materi ekonomi teknik 1Materi ekonomi teknik 1
Materi ekonomi teknik 1
Pangeran Rasa
Β 
Distribusi Frekuensi Dalam Statistika Deskriptif
Distribusi Frekuensi Dalam Statistika DeskriptifDistribusi Frekuensi Dalam Statistika Deskriptif
Distribusi Frekuensi Dalam Statistika Deskriptif
Anggi Lestari
Β 
6.1. PENGUKURAN WAKTU KERJA TIDAK LANGSUNG METODE MTM
6.1. PENGUKURAN WAKTU KERJA TIDAK LANGSUNG METODE MTM6.1. PENGUKURAN WAKTU KERJA TIDAK LANGSUNG METODE MTM
6.1. PENGUKURAN WAKTU KERJA TIDAK LANGSUNG METODE MTM
Universitas Qomaruddin, Gresik, Indonesia
Β 
Analisis varian dua arah
Analisis varian dua arahAnalisis varian dua arah
Analisis varian dua arah
Tri Supadmi
Β 
Matematika ekonomi - non linier terfinalyty
Matematika ekonomi - non linier terfinalytyMatematika ekonomi - non linier terfinalyty
Matematika ekonomi - non linier terfinalyty
DevinSetiawan1
Β 
Regresi Non Linear
Regresi Non LinearRegresi Non Linear
Regresi Non Linear
Fahrul Usman
Β 
Pemodelan model optimasi
Pemodelan model optimasiPemodelan model optimasi
Pemodelan model optimasi
Chan Rizky
Β 
Penelitian Operasional 1 - Pendahuluan
Penelitian Operasional 1 - PendahuluanPenelitian Operasional 1 - Pendahuluan
Penelitian Operasional 1 - Pendahuluan
Universitas Qomaruddin, Gresik, Indonesia
Β 
Input output edit akhir
Input output edit akhirInput output edit akhir
Input output edit akhir
Shahnaz Acrydiena
Β 
Materi p12 parametrik_analisis of varians (anova)
Materi p12 parametrik_analisis of varians (anova)Materi p12 parametrik_analisis of varians (anova)
Materi p12 parametrik_analisis of varians (anova)
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
Β 
Peubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuPeubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinu
Anderzend Awuy
Β 
3 potensial listrik1 (ok)
3 potensial listrik1 (ok)3 potensial listrik1 (ok)
3 potensial listrik1 (ok)
Mario Yuven
Β 

What's hot (20)

Distribusi sampling
Distribusi samplingDistribusi sampling
Distribusi sampling
Β 
Teori produksi
Teori produksiTeori produksi
Teori produksi
Β 
Ekonomi teknik annual worth
Ekonomi teknik annual worthEkonomi teknik annual worth
Ekonomi teknik annual worth
Β 
Rancangan Faktorial 2k
Rancangan Faktorial 2kRancangan Faktorial 2k
Rancangan Faktorial 2k
Β 
08. data hilang (missing data)
08. data hilang (missing data)08. data hilang (missing data)
08. data hilang (missing data)
Β 
Surplus Produsen dan Surplus Konsumen
Surplus Produsen dan Surplus KonsumenSurplus Produsen dan Surplus Konsumen
Surplus Produsen dan Surplus Konsumen
Β 
Kuliah pemilihan model_terbaik_m14_dan_15
Kuliah pemilihan model_terbaik_m14_dan_15Kuliah pemilihan model_terbaik_m14_dan_15
Kuliah pemilihan model_terbaik_m14_dan_15
Β 
Istilah istilah dalam rancangan percobaan
Istilah istilah dalam rancangan percobaanIstilah istilah dalam rancangan percobaan
Istilah istilah dalam rancangan percobaan
Β 
Materi ekonomi teknik 1
Materi ekonomi teknik 1Materi ekonomi teknik 1
Materi ekonomi teknik 1
Β 
Distribusi Frekuensi Dalam Statistika Deskriptif
Distribusi Frekuensi Dalam Statistika DeskriptifDistribusi Frekuensi Dalam Statistika Deskriptif
Distribusi Frekuensi Dalam Statistika Deskriptif
Β 
6.1. PENGUKURAN WAKTU KERJA TIDAK LANGSUNG METODE MTM
6.1. PENGUKURAN WAKTU KERJA TIDAK LANGSUNG METODE MTM6.1. PENGUKURAN WAKTU KERJA TIDAK LANGSUNG METODE MTM
6.1. PENGUKURAN WAKTU KERJA TIDAK LANGSUNG METODE MTM
Β 
Analisis varian dua arah
Analisis varian dua arahAnalisis varian dua arah
Analisis varian dua arah
Β 
Matematika ekonomi - non linier terfinalyty
Matematika ekonomi - non linier terfinalytyMatematika ekonomi - non linier terfinalyty
Matematika ekonomi - non linier terfinalyty
Β 
Regresi Non Linear
Regresi Non LinearRegresi Non Linear
Regresi Non Linear
Β 
Pemodelan model optimasi
Pemodelan model optimasiPemodelan model optimasi
Pemodelan model optimasi
Β 
Penelitian Operasional 1 - Pendahuluan
Penelitian Operasional 1 - PendahuluanPenelitian Operasional 1 - Pendahuluan
Penelitian Operasional 1 - Pendahuluan
Β 
Input output edit akhir
Input output edit akhirInput output edit akhir
Input output edit akhir
Β 
Materi p12 parametrik_analisis of varians (anova)
Materi p12 parametrik_analisis of varians (anova)Materi p12 parametrik_analisis of varians (anova)
Materi p12 parametrik_analisis of varians (anova)
Β 
Peubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuPeubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinu
Β 
3 potensial listrik1 (ok)
3 potensial listrik1 (ok)3 potensial listrik1 (ok)
3 potensial listrik1 (ok)
Β 

Similar to Metode Biggers

RANCANGAN ACAK KELOMPOK
RANCANGAN ACAK KELOMPOKRANCANGAN ACAK KELOMPOK
RANCANGAN ACAK KELOMPOK
Arning Susilawati
Β 
Makalah uji normalitas dan homogenitas
Makalah uji normalitas dan homogenitasMakalah uji normalitas dan homogenitas
Makalah uji normalitas dan homogenitas
Aisyah Turidho
Β 
Makalah Distribusi Binomial
Makalah Distribusi BinomialMakalah Distribusi Binomial
Makalah Distribusi Binomial
Jenny Givany
Β 
APG Pertemuan 7 : Manova
APG Pertemuan 7 : ManovaAPG Pertemuan 7 : Manova
APG Pertemuan 7 : Manova
Rani Nooraeni
Β 
Anova 1way & uji lanjut
Anova 1way & uji lanjutAnova 1way & uji lanjut
Anova 1way & uji lanjut
Suci Agustina
Β 
Anova Satu Jalur
Anova Satu JalurAnova Satu Jalur
Anova Satu Jalur
Ellin Juniarti
Β 
07. rak
07. rak07. rak
07. rak
Amalia Sahoed
Β 
EXPERIMENTAL DESIGN (suatu pendekatan teoritis dari analisis statistika)
EXPERIMENTAL DESIGN (suatu pendekatan teoritis dari analisis statistika)EXPERIMENTAL DESIGN (suatu pendekatan teoritis dari analisis statistika)
EXPERIMENTAL DESIGN (suatu pendekatan teoritis dari analisis statistika)
Muhammad Eko
Β 
manova-dan-anakova.pdf
manova-dan-anakova.pdfmanova-dan-anakova.pdf
manova-dan-anakova.pdf
AhmadRiduanRiduan
Β 
ANOVA dll.pptx
ANOVA dll.pptxANOVA dll.pptx
ANOVA dll.pptx
samrul2
Β 
Rancangan acak lengkap (RAL)
Rancangan acak lengkap (RAL)Rancangan acak lengkap (RAL)
Rancangan acak lengkap (RAL)
Muhammad Eko
Β 
DOC-20221214-WA0001..pptx
DOC-20221214-WA0001..pptxDOC-20221214-WA0001..pptx
DOC-20221214-WA0001..pptx
DIKANIOHANIFPURNOMO2
Β 
Rancangan acak kelompok
Rancangan acak kelompokRancangan acak kelompok
Rancangan acak kelompok
Ignazio Hadi Saragih
Β 
RAL (Rancangan Acak Lengkap)
RAL (Rancangan Acak Lengkap)RAL (Rancangan Acak Lengkap)
RAL (Rancangan Acak Lengkap)blueray11
Β 
analisis varians
analisis varians analisis varians
analisis varians
Susand Susand
Β 
Ade caca
Ade cacaAde caca
Ade caca
Ade Suleman Yusuf
Β 
Rumus statistik
Rumus statistikRumus statistik
Rumus statistik
Aprisal Noer
Β 

Similar to Metode Biggers (20)

RANCANGAN ACAK KELOMPOK
RANCANGAN ACAK KELOMPOKRANCANGAN ACAK KELOMPOK
RANCANGAN ACAK KELOMPOK
Β 
Makalah uji normalitas dan homogenitas
Makalah uji normalitas dan homogenitasMakalah uji normalitas dan homogenitas
Makalah uji normalitas dan homogenitas
Β 
Makalah Distribusi Binomial
Makalah Distribusi BinomialMakalah Distribusi Binomial
Makalah Distribusi Binomial
Β 
APG Pertemuan 7 : Manova
APG Pertemuan 7 : ManovaAPG Pertemuan 7 : Manova
APG Pertemuan 7 : Manova
Β 
Anova 1way & uji lanjut
Anova 1way & uji lanjutAnova 1way & uji lanjut
Anova 1way & uji lanjut
Β 
Anova Satu Jalur
Anova Satu JalurAnova Satu Jalur
Anova Satu Jalur
Β 
07. rak
07. rak07. rak
07. rak
Β 
07. rak
07. rak07. rak
07. rak
Β 
07. rak
07. rak07. rak
07. rak
Β 
07. rak
07. rak07. rak
07. rak
Β 
EXPERIMENTAL DESIGN (suatu pendekatan teoritis dari analisis statistika)
EXPERIMENTAL DESIGN (suatu pendekatan teoritis dari analisis statistika)EXPERIMENTAL DESIGN (suatu pendekatan teoritis dari analisis statistika)
EXPERIMENTAL DESIGN (suatu pendekatan teoritis dari analisis statistika)
Β 
manova-dan-anakova.pdf
manova-dan-anakova.pdfmanova-dan-anakova.pdf
manova-dan-anakova.pdf
Β 
ANOVA dll.pptx
ANOVA dll.pptxANOVA dll.pptx
ANOVA dll.pptx
Β 
Rancangan acak lengkap (RAL)
Rancangan acak lengkap (RAL)Rancangan acak lengkap (RAL)
Rancangan acak lengkap (RAL)
Β 
DOC-20221214-WA0001..pptx
DOC-20221214-WA0001..pptxDOC-20221214-WA0001..pptx
DOC-20221214-WA0001..pptx
Β 
Rancangan acak kelompok
Rancangan acak kelompokRancangan acak kelompok
Rancangan acak kelompok
Β 
RAL (Rancangan Acak Lengkap)
RAL (Rancangan Acak Lengkap)RAL (Rancangan Acak Lengkap)
RAL (Rancangan Acak Lengkap)
Β 
analisis varians
analisis varians analisis varians
analisis varians
Β 
Ade caca
Ade cacaAde caca
Ade caca
Β 
Rumus statistik
Rumus statistikRumus statistik
Rumus statistik
Β 

Recently uploaded

Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
Β 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
opkcibungbulang
Β 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
Β 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
Β 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
Β 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
MsElisazmar
Β 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
Β 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remajamateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
DewiInekePuteri
Β 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
Β 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
Β 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
Β 
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Thahir9
Β 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
Β 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
Β 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
Β 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
Β 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
fildiausmayusuf1
Β 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
Β 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
Β 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
Β 

Recently uploaded (20)

Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Β 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
Β 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
Β 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Β 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
Β 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Β 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Β 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remajamateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
Β 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Β 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Β 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
Β 
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Β 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Β 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Β 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Β 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Β 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
Β 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Β 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Β 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Β 

Metode Biggers

  • 1. 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) Rancangan ini digunakan bila satuan percobaan dikelompokkan secara berarti, banyaknya satuan dalam setiap kelompok sama dengan banyaknya perlakuan. Grup demikian ini dinamakan kelompok (block) atau ulangan (replication). Tujuan pengelompokkan ini adalah untuk memperoleh satuan percobaan yang seseragam mungkin dalam setiap kelompok, sehingga beda yang teramati sebagian besar disebabkan oleh perlakuan. Keragaman antar satuan percobaan dalam kelompok yang berbeda secara rata-rata akan berbeda daripada keragaman antarsatuan dalam kelompok yang sama bila tidak diberikan perlakuan. Idealnya, keragaman antarsatuan percobaan dapat dikendalikan, sehingga keragaman antarkelompok tidak mempengaruhi beda antarnilai-tengah perlakuan, karena setiap perlakuan muncul sama seringnya dalam setiap kelompok (Steel and Torrie,1991). Dalam percobaan lapang, setiap kelompok biasanya terdiri atas sekumpulan petak yang berbentuk hampir bujur sangkar. Begitu pula dalam banyak percobaan peternakan, ternak-ternak dimasukkan ke dalam grup atau kelompok berdasarkan ciri-ciri seperti bobot awal, kondisi ternak, keturunan, jenis kelamin, atau umur, seperti pada tahap laktasi atau produksi susu pada sapi perah (Steel and Torrie,1991). Selama berlangsungnya percobaan, semua satuan dalam kelompok harus diperlakukan seseragam mungkin dalam segala hal kecuali perlakuan. Perubahan teknik percobaan atau kondisi lain yang mungkin mempengaruhi hasil harus dilakukan pada seluruh keompok. Misalnya bila pemanenan hasil dilakukan pada suatu periode waktu, seua petak dalam satu blok harus dipanen pada hari yang sama. Bila yang melakukan pengamatan tidak satu orang dan ada kecenderungan bahwa pengamatan pada petak yang sama
  • 2. 2 mungkin berbeda dari orang yang satu ke orang yang lain, dan bila dari setiap satuan percobaan diambil satu pengamatan, maka satu orang harus mengamati satu kelompok seluruhnya. Sekali lagi, bila banyaknya pengamatan per satuan percobaan sama dengan banyaknya orang yang bertugas mengamati, maka setiap petugas harus melakukan satu pengamatan pada setiap satuan percobaan. Cara ini membantu mengendalikan keragaman dalam kelompok, yang berarti pula galat percobaan. Dan cara ini tidak mempengaruhi beda antarnilai-tengah perlakuan. Keragaman antarkelompok dapat dipisahkan dari galat percobaan (Steel and Torrie,1991). Dalam rancangan acak kelompok lengkap, setiap unit percobaan diklasifikasikan menurut kelompok yang mengandung satuan percobaan itu dan perlakuan yang diberikan, sehingga merupakan klasifikasi dua arah. Setiap perlakuan muncul sekali dalam setiap kelompok dan setiap perlakuan mengandung semua perlakuan. Pengelompokkan tersebut dalam usaha memperkecil galat atau umumnya disebut pengendalian galat (error control). Kelompok dan perlakuan ortogonal satu dengan lainnya. Artinya setiap perlakuan muncul sama seringnya dalam setiap kelompok. Jika kelompok dan perlakuan tidak saling ortogonal maka keragaman antar keragaman antarkelompok akan mempengaruhi beda antarnilai-tengah perlakuan, sehingga keragaman antarsatuan percobaan di dalam kelompok besar yang mengakibatkan besarnya galat percobaan (Steel and Torrie,1991). 2.1.1.Keuntungan dan kelemahan penggunaan RAK RAK mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan rancangan-rancangan lainnya. Satuan percobaan dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok, sehingga diperoleh presisi dan efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan rancangan acak lengkap. Tidak ada batas terhadap banyaknya perlakuan atau kelompok. Bila perlakuan tertentu memerlukan ulangan ekstra, itu dapat diberikan pada dua atau
  • 3. 3 lebih satuan percobaan per kelompok dengan pengacakan yang sesuai. Analisis datanya sederhana. Bila karena sesuatu hal, data dari satu kelompok atau perlakuan tertentu hilang atau tidak dapat digunakan, data itu dapat dibuang tanpa menimbulkan komplikasi dalam analisisnya. Bila data dari satuan percobaan tertentu hilang, yang hilang itu dapat diduga dengan mudah tanpa kehilangan kesederhanaan perhitungannya. Bila galat percobaannya heterogen, komponen tak bias yang dapat digunakan untuk pembandingan tertentu dapat diperoleh (Steel and Torrie,1991). Menurut Steel dan Torrie (1991), kerugian RAK adalah apabila keragaman antarsatuan percobaan di dalam kelompok besar maka galat percobaan juga besar. Dan menurut Yitnosumarto (1993), kerugian RAK adalah apabila andaian adanya gradien satu arah tidak terpenuhi, presisi dan efisiensinya justru lebih rendah dibandingkan dengan RAL, yang disebabkan karena kurangnya derajat bebas untuk galat percobaan. 2.1.2.Model Linier untuk RAK Dengan satu pengamatan per petak percobaan maka model linier untuk RAK adalah (Gasperzs, 1991): π‘Œπ‘–π‘— = πœ‡ + πœπ‘– + 𝛽𝑗 + πœ€π‘–π‘— (2.1) i = 1, 2, ..., p j = 1, 2, ..., r di mana π‘Œπ‘–π‘— = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i kelompok ke-j πœ‡ = nilai tengah umum πœπ‘– = pengaruh perlakuan ke-i 𝛽𝑗 = pengaruh keompok ke-j πœ€π‘–π‘— = galat percobaan pada perlakuan ke-i kelompok ke-j p = banyaknya perlakuan r = banyaknya kelompok Penerapan Metode Kuadrat Terkecil (MKT) memberikan persamaan normal (Yitnosumarto, 1993):
  • 4. 4 (i) π‘Ÿπ‘πœ‡Μ‚ + π‘Ÿ βˆ‘ πœΜ‚ 𝑖 𝑝 𝑖=1 + π‘βˆ‘ 𝛽̂𝑗 π‘Ÿ 𝑗=1 = βˆ‘ βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘— π‘Ÿ 𝑗=1 𝑝 𝑖=1 (ii) π‘Ÿπœ‡Μ‚ + π‘ŸπœΜ‚π‘– + βˆ‘ 𝛽̂𝑗 π‘Ÿ 𝑗=1 = βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘— π‘Ÿ 𝑗=1 (2.2) (iii) π‘πœ‡Μ‚ + βˆ‘ πœΜ‚ 𝑖 𝑝 𝑖=1 + 𝑝𝛽̂𝑗 = βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘— 𝑝 𝑖=1 di mana πœ‡Μ‚, πœΜ‚, dan 𝛽̂ adalah penduga (tak bias) untuk πœ‡, 𝜏, dan 𝛽. Jika model tetap yang digunakan dalam RAK maka perlu diasumsikan berikut (Gasperzs, 1991): 𝐸( πœπ‘–) = πœπ‘– 𝐸( πœπ‘– 2) = πœπ‘– 2 𝐸(𝛽𝑗) = 𝛽𝑗 𝐸(𝛽𝑗 2 ) = 𝛽𝑗 2 (2.3) βˆ‘ πœΜ‚ 𝑖 𝑝 𝑖=1 = βˆ‘ 𝛽̂𝑗 π‘Ÿ 𝑗=1 = 0 πœ€π‘–π‘—~𝑁𝐼𝐷(0, 𝜎2) diperoleh penduga πœ‡, 𝜏, dan 𝛽 (i) πœ‡Μ‚ = βˆ‘ βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘— π‘Ÿ 𝑗=1 𝑝 𝑖=1 π‘Ÿπ‘β„ = π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™ (ii) πœΜ‚ 𝑖 = βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘— π‘Ÿ 𝑗=1 π‘Ÿβ„ βˆ’ πœ‡Μ‚ = π‘ŒΜ…π‘–βˆ™ βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™ (2.4) (iii) 𝛽̂𝑗 = βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘— 𝑝 𝑖=1 𝑝⁄ βˆ’ πœ‡Μ‚ = π‘ŒΜ…βˆ™π‘— βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™ 2.1.3.Analisis Ragam untuk RAK Analisis ragam merupakan suatu analisis yang menguraikan variansi total ke dalam komponen-komponennya. Untuk itu dengan mempertimbangkan model (1) dan mengganti parameter-parameternya dengan penduganya, sehingga diperoleh (Yitnosumarto, 1993): π‘Œπ‘–π‘— = πœ‡Μ‚ + πœΜ‚ 𝑖 + 𝛽̂𝑗 + πœ€Μ‚π‘–π‘— π‘Œπ‘–π‘— βˆ’ πœ‡Μ‚ = πœΜ‚ 𝑖 + 𝛽̂𝑗 + πœ€Μ‚π‘–π‘— π‘Œπ‘–π‘— βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™ = ( π‘ŒΜ…π‘–βˆ™ βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™) + (π‘ŒΜ…βˆ™π‘— βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™) + (π‘Œπ‘–π‘— βˆ’ π‘ŒΜ…π‘–βˆ™ βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™π‘— + π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™) dengan mengkuadratkan dan menjumlahkan menurut i dan j, maka diperoleh:
  • 5. 5 βˆ‘ βˆ‘ (π‘Œπ‘–π‘— βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™) 2π‘Ÿ 𝑗=1 𝑝 𝑖=1 = π‘Ÿ βˆ‘ ( π‘ŒΜ…π‘–βˆ™ βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™)2𝑝 𝑖=1 + 𝑝 βˆ‘ (π‘ŒΜ…βˆ™π‘— βˆ’π‘Ÿ 𝑗=1 π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™) 2 + βˆ‘ βˆ‘ (π‘Œπ‘–π‘— βˆ’ π‘ŒΜ…π‘–βˆ™ βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™π‘— +π‘Ÿ 𝑗=1 𝑝 𝑖=1 π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™) 2 di mana βˆ‘ βˆ‘ (π‘Œπ‘–π‘— βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™) 2π‘Ÿ 𝑗=1 𝑝 𝑖=1 menunjukkan keragaman total (terkoreksi), π‘Ÿ βˆ‘ ( π‘ŒΜ…π‘–βˆ™ βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™)2𝑝 𝑖=1 menunjukkan keragaman perlakuan, 𝑝 βˆ‘ (π‘ŒΜ…βˆ™π‘— βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™) 2π‘Ÿ 𝑗=1 menunjukkan keragaman kelompok (blok), βˆ‘ βˆ‘ (π‘Œπ‘–π‘— βˆ’ π‘ŒΜ…π‘–βˆ™ βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™π‘— + π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™) 2π‘Ÿ 𝑗=1 𝑝 𝑖=1 menunjukkan keragaman galat percobaan. Persamaan tersebut merupakan penguraian dari Jumlah Kuadrat Total (JKT) menjadi penjumlahan dari Jumlah Kuadrat Kelompok (JKK), Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP), dan Jumlah Kuadrat Galat (JKG). Nilai harapan untuk masing- masing Jumlah Kuadrat (JK) dapat diuraikan sebagai berikut (Walpole, 1995): 𝐸( 𝐽𝐾𝐾) = 𝐸 (𝑝 βˆ‘ (π‘ŒΜ…βˆ™π‘— βˆ’ π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™) 2π‘Ÿ 𝑗=1 ) = 𝑝𝐸(βˆ‘ π‘ŒΜ…βˆ™π‘— 2π‘Ÿ 𝑗=1 βˆ’ π‘Ÿπ‘ŒΜ…βˆ™βˆ™ 2 ) = 𝑝 (βˆ‘ 𝐸(π‘ŒΜ…βˆ™π‘— 2 )π‘Ÿ 𝑗=1 βˆ’ π‘ŸπΈ( π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™ 2)) = 𝑝 (βˆ‘ ( 𝜎2 𝑝 + (πœ‡ + 𝛽𝑗 ) 2 )π‘Ÿ 𝑗=1 βˆ’ π‘Ÿ( 𝜎2 π‘π‘Ÿ + πœ‡2 )) = 𝑝 ( π‘ŸπœŽ2 𝑝 + π‘Ÿπœ‡2 + 2πœ‡βˆ‘ 𝛽𝑗 π‘Ÿ 𝑗=1 + βˆ‘ 𝛽𝑗 2π‘Ÿ 𝑗 =1 βˆ’ 𝜎2 𝑝 βˆ’ π‘Ÿπœ‡2 ) = 𝑝 ( π‘ŸπœŽ2 𝑝 + βˆ‘ 𝛽𝑗 2π‘Ÿ 𝑗=1 βˆ’ 𝜎2 𝑝 ) = ( π‘Ÿ βˆ’ 1) 𝜎2 + 𝑝 βˆ‘ 𝛽𝑗 2π‘Ÿ 𝑗=1 (2.5) Dengan cara yang sama diperoleh nilai harapan untuk JKP dan JKG sebagai berikut: 𝐸( 𝐽𝐾𝑃) = ( 𝑝 βˆ’ 1) 𝜎2 + π‘Ÿ βˆ‘ πœπ‘– 2𝑝 𝑖=1 (2.6) 𝐸( 𝐽𝐾𝐺) = ( 𝑝 βˆ’ 1)( π‘Ÿ βˆ’ 1) 𝜎2 (2.7) Kuadrat Tengah (KT) masing-masing komponen merupakan JK komponen tersebut dibagi dengan derajat bebasnya,
  • 6. 6 sehingga nilai harapan KT masing-masing komponen sebagai berikut: 𝐸( 𝐾𝑇𝐾) = 𝜎2 + 𝑝 ( π‘Ÿβˆ’1) βˆ‘ 𝛽𝑗 2π‘Ÿ 𝑗=1 𝐸( 𝐾𝑇𝑃) = 𝜎2 + π‘Ÿ ( π‘βˆ’1) βˆ‘ πœπ‘– 2𝑝 𝑖=1 𝐸( 𝐽𝐾𝐺) = 𝜎2 (2.8) 2.1.4.Asumsi-Asumsi yang Mendasari Analisis Ragam Analisis ragam merupakan suatu teknik statistika. Oleh karena itu, asumsi-asumsi yang dikehendaki oleh teknik tersebut harus dipenuhi agar pemakaiannya terhadap suatu gugus data dapat dianggap sah (Yitnisumarto, 1993): Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis ragam adalah sebagai berikut: 1. Galat-galat percobaan harus menyebar normal. 2. Galat-galat percobaan harus mempunyai ragam umum, katakanlah 𝜎2 3. Pengaruh perlakuan dan lingkungan harus bersifat aditif. 4. Galat percobaan harus bebas sesamanya, artinya bahwa peluang galat suatu pengamatan harus tidak teantung pada nilai galat pengamatan yang lain. Keempat asumsi dapat diringkas menjadi πœ€π‘–π‘—~𝑁𝐼(0, 𝜎2), yang berarti galat percobaan menyebar secara normal dan bebas satu sama lain dengan nilai tengah nol dan ragam 𝜎2 . Tidak terpenuhinya satu atau beberapa asumsi dapat mempengaruhi taraf nyata dan kepekaan dari uji F. Tidak terpenuhinya salah satu asumsi sering diikuti juga oleh tidak terpenuhinya asumsi yang lain. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan pengujian terhadap seluruh asumsi, bukan hanya salah satu asumsi saja (Yitnosumarto, 1993). 2.1.5.Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis pada rancangan acak kelompok digunakan statistik uji F. Statistik uji untuk menguji 𝐻0 ∢ 𝜏1 =
  • 7. 7 𝜏2 = β‹― = 𝜏 𝑝 = 0 terhadap 𝐻1 ∢ paling tidak ada satu πœπ‘– β‰  0( 𝑖 = 1,2, β‹―, 𝑝) adalah (Lehman, 1986) 𝐹 = 𝐾𝑇𝑃 𝐾𝑇𝐺 (2.11) Daerah kritis untuk menguji 𝐻0 terhadap 𝐻1 adalah tolak 𝐻0 jika 𝐹 > 𝐹𝛼;( π‘βˆ’1);( π‘βˆ’1)( π‘Ÿβˆ’1). Statistik uji untuk menguji 𝐻0 ∢ 𝛽1 = 𝛽2 = β‹― = π›½π‘Ÿ = 0 terhadap 𝐻1 ∢ paling tidak ada satu 𝛽𝑗 β‰  0( 𝑗 = 1,2, β‹―, π‘Ÿ) adalah 𝐹 = 𝐾𝑇𝐾 𝐾𝑇𝐺 (2.12) dengan 𝐾𝑇𝑃 = π‘Ÿ βˆ‘ ( π‘ŒΜ…π‘–βˆ™βˆ’π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™)2𝑝 𝑖=1 ( π‘βˆ’1) , 𝐾𝑇𝐾 = 𝑝 βˆ‘ ( π‘ŒΜ…βˆ™π‘—βˆ’π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™) 2π‘Ÿ 𝑗=1 ( π‘Ÿβˆ’1) , dan 𝐾𝑇𝐺 = βˆ‘ βˆ‘ ( π‘ŒΜ…π‘–π‘— βˆ’π‘ŒΜ…π‘– βˆ™βˆ’π‘ŒΜ…βˆ™π‘—+π‘ŒΜ…βˆ™βˆ™) 2π‘Ÿ 𝑗=1 𝑝 𝑖=1 ( π‘βˆ’1)( π‘Ÿβˆ’1) . Daerah kritis untuk menguji 𝐻0 terhadap 𝐻1 adalah tolak 𝐻0 jika 𝐹 > 𝐹𝛼;( π‘Ÿβˆ’1);( π‘βˆ’1)( π‘Ÿβˆ’1). Dari uraian di atas dapat diringkas dalam suatu tabel analisis ragam untuk rancangan acak kelompok pada tabel 1 (Barner,1994). Tabel 2.1.Tabel analisis ragam untuk rancangan acak kelompok Sumber Keragaman db JK KT E(KT) F Kelompok (r-1) JKK KTK 𝜎2 + 𝑝 ( π‘Ÿ βˆ’ 1) βˆ‘ 𝛽𝑗 2 π‘Ÿ 𝑗=1 𝐾𝑇𝐾 𝐾𝑇𝐺 Perlakuan (p-1) JKP KTP 𝜎2 + π‘Ÿ ( 𝑝 βˆ’ 1) βˆ‘ πœπ‘– 2 𝑝 𝑖=1 𝐾𝑇𝑃 𝐾𝑇𝐺 Galat (r-1)(p-1) JKG KTG 𝜎2 Total (pr-1) JKT 2.2. Kuasa Uji Analisis Ragam Seperti dikemukakan sebelumnya, dalam analisis ragam, total keragaman diuraikan menjadi dua bagian penting, yaitu keragaman antar sampel yang mengukur keragaman yang beraturan dan acak, dan keragaman dalam sampel yang hanya mengukur keragaman
  • 8. 8 acak. Yang kemudian menjadi masalah adalah jika keragaman dalam sampel begitu besar, sehingga uji yang dipakai tidak lagi peka terhadap perbedaan sesungguhnya antara p rataan perlakuan. Kepekaan uji menggambarkan kemampuan uji menemukan perbedaan dalam rataan populasi dan diukur oleh kuasa uji tersebut. Jadi, kuasa uji analisis ragam dapat ditafsirkan sebagai peluang statistik-F berada di daerah kritis, padahal sesungguhnya hipotesis nol tersebut salah dan bahwa rataan perlakuan sesungguhnya adalah berbeda (Walpole dan Myers, 1995). Dalam analisis ragam, tujuan utamanya ialah menguji hipotesis keragaman rataan perlakuan. Nilai harapan kuadrat tengah untuk perlakuan, kelompok, dan galat percobaan seperti pada persamaan (2.8). Jadi, untuk penyimpangan tertentu dari hipotesis nol, yang diukur dengan ..., untuk perlakuan, dan ..., untuk kelompok, nilai ... yang besar menurunkan peluang memperolah nilai .... yang jatuh pada daerah kritis tersebut. Kepekaan uji menggambarkan kemampuan uji menemukan perbedaan dalam rataan populasi dan diukur oleh kuasa uji tersebut, yang tidak lain adalah .... Jadi, kuasa uji analisis ragam dapat didefinisikan sebagai peluang statistik Dalam analisis ragam, kuasa uji tergantung pada distribusi nisbah F di bawah hipotesis bahwa rataan perlakuan berbeda. Karena itu, diperlukan distribusi 2.3. Data Hilang dalam RAKL Sering kali suatu hasil pengamatan hilang atau sengaja dihilangkan karena sebab tertentu. Data (pengamatan) yang hilang dapat terjadi karena kerusakan yang tidak dapat dihindari pada unit percobaan. Data yang hilang mengakibatkan timbulnya masalah dalam analisis karena perlakuan tidak lagi bersifat ortogonal terhadap ulangan, sehingga tidak semua perlakuan diterapkan pada setiap ulangan. Ortogonal yang dimaksud di sini adalah sifat keseimbangan atau sifat simetris pada rancangan percobaan. Kehilangan sifat seimbang dapat menyebabkan hilangnya sifat persaingan antara sesama perlakuan dalam tiap ulangan. Oleh
  • 9. 9 karena itu, penting dilakukan pendugaan terhadap data hilang (Montgomery, 1984). Yitnosumarto (1993) mengatakan bahwa salah satu keuntungan penggunaan rancangan acak kelompok adalah jika ada satu atau lebih amatan yang hilang (atau senganja dihilangkan dengan alasan yang dapat diterima) analisis ragam untuk data tersebut masih dapat dilakukan. Untuk memudahkan pembahasan digunakan notasi-notasi sebagai berikut. Xij : menyatakan data pada perlakuan ke-i kelompok ke-j hilang. di : banyaknya data hilang pada perlakuan ke-i. cj : banyaknya data hilang pada kelompok ke-j. Misalkan dalam penelitian ini ada k buah data hilang, maka : π‘˜ = βˆ‘ 𝑑𝑖 𝑝 𝑖=1 = βˆ‘ 𝑐𝑗 π‘Ÿ 𝑗=1 (2.13) dengan Ti : total perlakuan ke i dengan di buah data hilang, Bj : total kelompok ke j dengan cj buah data hilang, D : total seluruh pengamatan dengan k buah data hilang. Data hilang pada kelompok yang sama dinamakan kelompok sekutu, dan jika data hilang pada perlakuan yang sama dinamakan perlakuan sekutu, sehingga yang hilang data Xgh, akan mempunyai (ch-1) kelompok sekutu, (dg-1) perlakuan sekutu dan (k-(ch+dg-1) tanpa sekutu. 𝐽𝐾𝐺 = βˆ‘ βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘— 2π‘Ÿ 𝑗=1 𝑝 𝑖=1 βˆ’ 1 π‘Ÿ βˆ‘ π‘Œπ‘–βˆ™ 2𝑝 𝑖=1 βˆ’ 1 𝑝 βˆ‘ π‘Œβˆ™π‘— 2π‘Ÿ 𝑗=1 + π‘Œβˆ™βˆ™ 2 π‘π‘Ÿ = βˆ‘ βˆ‘ π‘Œπ‘– 𝑗 2 𝑗≠𝑗′𝑖≠𝑖′ + βˆ‘ βˆ‘ 𝑋𝑖′ 𝑗′ 2 𝑗′𝑖′ βˆ’ 1 π‘Ÿ [βˆ‘ (βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘—π‘— ) 2 𝑖 + βˆ‘ ( 𝑇𝑖 + βˆ‘ 𝑋 𝑖𝑗′𝑗′ ) 2 𝑖 ]βˆ’ 1 𝑝 [βˆ‘ (βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘—π‘– ) 2 𝑗 + βˆ‘ ( 𝐡𝑗 +𝑗 βˆ‘ 𝑋𝑖′ 𝑗𝑖′ ) 2 ] + 1 π‘π‘Ÿ [ 𝐷 + βˆ‘ βˆ‘ 𝑋𝑖𝑗𝑗′𝑖′ ] 2 = βˆ‘ βˆ‘ 𝑋𝑖′ 𝑗′ 2 𝑗′𝑖′ βˆ’ 1 π‘Ÿ βˆ‘ ( 𝑇𝑖 + βˆ‘ 𝑋𝑖𝑗′𝑗′ ) 2 𝑖 βˆ’ 1 𝑝 βˆ‘ ( 𝐡𝑗 +𝑗 βˆ‘ 𝑋𝑖′ 𝑗𝑖′ ) 2 + 1 π‘π‘Ÿ ( 𝐷 + βˆ‘ βˆ‘ 𝑋 𝑖′ 𝑗′𝑗′𝑖′ ) 2 + 𝑅 (2.14) dengan R konstanta yang tidak mengandung Xij. 2.4. Metode Biggers
  • 10. 10 Biggers (1959) menyatakan suatu metode yang berdasarkan pada metode Yates untuk menganalisis data hilang dalam rancangan percobaan. Pada dasarnya metode Biggers digunakan untuk mengestimasi untuk 𝑋𝑖𝑗, yaitu 𝑋̂𝑖𝑗 ditentukan sedemikian sehingga JKG persamaan (2.14) minimum. Hal ini dilakukan dengan mengambil turunan dari JKG terhadap 𝑋𝑖𝑗 dan menyamakan dengan nol. Andaikan data yang hilang tersebut adalah π‘‹π‘”β„Ž, 𝐽𝐾𝐺 = π‘‹π‘”β„Ž 2 βˆ’ 1 π‘Ÿ ( 𝑇𝑔 + βˆ‘ 𝑋 𝑔𝑗′𝑗′ ) 2 βˆ’ 1 𝑝 ( π΅β„Ž + βˆ‘ π‘‹π‘–β€²β„Žπ‘–β€² )2 + 1 π‘π‘Ÿ ( 𝐷 + π‘‹π‘”β„Ž) 2 + 𝑅 πœ•π½πΎπΊ πœ•π‘‹Μ‚ π‘”β„Ž = 0 ⇔ π‘π‘Ÿπ‘‹Μ‚ π‘”β„Ž βˆ’ 𝑝 βˆ‘ 𝑋 𝑔𝑗′𝑗′ βˆ’ π‘Ÿ βˆ‘ π‘‹π‘–β€²β„Žπ‘–β€² + βˆ‘ βˆ‘ 𝑋 𝑖′ 𝑗′𝑗′𝑖′ = 𝑝𝑇𝑔 + π‘Ÿπ΅β„Ž βˆ’ 𝐷 (2.15) Persamaan (2.15) dikelompokkan dalam suku-suku yang berhubungan dengan kelompok sekutu, perlakuan sekutu dan tanpa sekutu sebagai berikut. ⟺ π‘π‘Ÿπ‘‹Μ‚ π‘”β„Ž βˆ’ 𝑝(βˆ‘ 𝑋𝑖𝑗 + 𝑋̂ π‘”β„Žπ‘—β€²,π‘—β‰ β„Ž ) βˆ’ π‘Ÿ(βˆ‘ 𝑋𝑖𝑗 + 𝑋̂ π‘”β„Žπ‘–β€²,𝑖≠𝑔 ) + (βˆ‘ βˆ‘ 𝑋𝑖𝑗𝑗′,π‘—β‰ β„Žπ‘–β€²,𝑖≠𝑔 + βˆ‘ π‘‹π‘–β„Žπ‘–β€²,𝑖≠𝑔 + βˆ‘ 𝑋𝑔𝑗𝑗′,π‘—β‰ β„Ž + 𝑋̂ π‘”β„Ž) = 𝑝𝑇𝑔 + π‘Ÿπ΅β„Ž βˆ’ 𝐷 ⇔ ( 𝑝 βˆ’ 1)( π‘Ÿ βˆ’ 1) 𝑋̂ π‘”β„Ž + (1 βˆ’ 𝑝) βˆ‘ 𝑋𝑔𝑗𝑗′,π‘—β‰ β„Ž + (1 βˆ’ π‘Ÿ) βˆ‘ π‘‹π‘–β„Žπ‘–β€²,𝑖≠𝑔 + βˆ‘ βˆ‘ 𝑋𝑖𝑗𝑗′,π‘—β‰ β„Žπ‘–β€²,𝑖≠𝑔 = 𝑝𝑇𝑔 + π‘Ÿπ΅β„Ž βˆ’ 𝐷 (2.16) Analog untuk (k-1) data hilang yang lain. Sehingga diperoleh k buah persamaan yang analog dengan (2.15) dan (2.16). Bila ditulis dalam bentuk matriks: 𝑨 π‘˜Γ—π‘˜ 𝑿 π‘˜Γ—1 = 𝑸 π‘˜Γ—1 (2.17) dengan Ak x k: matriks simetri dengan elemen-elemen (p-1)(r-1) untuk kelompok dan perlakuan yang bersesuaian, (1-p) untuk perlakuan yang bersesuaian, (1-r) untuk kelompok yang bersesuaian dan 1 untuk lainnya. Matriks ini merupakan matriks nonsingular, Xk x 1: matriks dari data yang hilang, Qk x 1: matriks nilai pTg + rBh – D dari persamaan yang bersesuaian. Dari persamaan (2.17) diperoleh : 𝑿̂ π‘˜Γ—1 = π‘¨βˆ’1 𝑸 (2.18)
  • 11. 11 Untuk memperjelas matriks Apxp , misalkan dalam percobaan ini ada 4 data yang hilang, yaitu : Xkk , Xkl , Xmk dan Xst Elemen-elemen dari Apxp ditentukan sebagai berikut. Subkrip kk kl mk st kk (a-1)(b-1) 1-a 1-b 1 kl 1-a (a-1)(b-1) 1 1 mk 1-b 1 (a-1)(b-1) 1 st 1 1 1 (a-1)(b-1) A X = Q 2.5. Analisis Variansi Alternatif. Untuk mengatasi bias dilakukan analisis variansi alternatif (Steel dan Torrie, 1989), dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Dari data seadanya (data tidak lengkap karena beberapa data hilang), dihitung π½πΎπ‘‡βˆ— = βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘— 2 𝑖,𝑗 βˆ’ (βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘—π‘–,𝑗 ) 2 𝑁 , π½πΎπΎβˆ— = βˆ‘ π‘Œβˆ™π‘— 2 𝑛 𝑗 𝑗 βˆ’ (βˆ‘ π‘Œπ‘–π‘—π‘–,𝑗 ) 2 𝑁 , (2.19) 𝑁 = βˆ‘ π‘›βˆ™π‘—π‘— di mana nj adalah banyaknya perlakuan yang muncul (dicobakan) pada kelompok ke-j. JKK* ini selanjutnya disebut sebagai jumlah kuadrat kelompok yang mengabaikan perlakuan. 2. Setelah data hilang diestimasi, dimasukan data tersebut bersesuaian dengan data hilang kemudian dihitung jumlah kuadrat galat (JKG) menggunakan persamaan (2.2). 3. Selanjutnya dihitung jumlah kuadrat perlakuan setelah dikoreksi terhadap kelompok (JKP*) dengan rumus : JKP* = JKT* - JKK* - JKG. Akan diperoleh tabel anova alternatif seperti pada Tabel 2.2.                     οƒΊ οƒΊ οƒΊ οƒΊ  οƒΉ οƒͺ οƒͺ οƒͺ οƒͺ       ο€½ οƒΊ οƒΊ οƒΊ οƒΊ  οƒΉ οƒͺ οƒͺ οƒͺ οƒͺ   οƒΊ οƒΊ οƒΊ οƒΊ  οƒΉ οƒͺ οƒͺ οƒͺ οƒͺ   ο€­ο€­ ο€­ο€­ο€­ ο€­ο€­ο€­ ο€­ο€­ο€­ο€­ DrBpT DrBpT DrBpT DrBpT X X X X rp rpr rpp rprp ts km lk kk st mk kl kk 11111 11111 11111 11111
  • 12. 12 Tabel 2.2. Tabel Anova Alternatif RAKL dengan k Buah Data Hilang. Sumber Keragaman db JK KT Fhitung Kelompok mengabaikan perlakuan r-1 JKK* πΎπ‘‡πΎβˆ— = π½πΎπΎβˆ— ( π‘Ÿ βˆ’ 1) πΎπ‘‡πΎβˆ— πΎπ‘‡πΊβˆ— Perlakuan terkoreksi p-1 JKP* πΎπ‘‡π‘ƒβˆ— = π½πΎπ‘ƒβˆ— ( 𝑝 βˆ’ 1) πΎπ‘‡π‘ƒβˆ— πΎπ‘‡πΊβˆ— Galat pr-p- b+1-k JKG πΎπ‘‡πΊβˆ— = π½πΎπΊβˆ— ( π‘π‘Ÿ βˆ’ 𝑝 βˆ’ π‘Ÿ + 1 βˆ’ π‘˜) Total pr-1-k Kriteria uji : tolak H0 jika Fhitung > Ftabel yang bersesuaian.