SlideShare a Scribd company logo
1
Mengenal Ragam Tingkatan Motivasi
Dalam Beribadah
Berkali-kali saya mendengar para mubaligh, ustadz, khatib dan kyai
dalam ceramah mereka, dan membaca tulisan para penulis yang
menyatakan dengan tegas bahwa tujuan hidup kita – umat manusia ini --
hanya untuk “beribadah kepada Allah”. Karena Allah telah menciptakan
diri kita dengan tujuan utama: “untuk hanya beribadah” kepada-Nya.
Selaras dengan firman Allah,
‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬‫ت‬
ْ
‫ق‬
َ
‫ل‬
َ
‫خ‬ّ‫ن‬ِ
ْ
‫اْل‬َ‫نس‬ِ‫اإل‬َ‫و‬
ّ
‫ال‬ِ‫إ‬ِ‫ون‬‫د‬‫ب‬
ْ
‫ع‬َ ِ‫ِل‬.
“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku” (QS adz-Dzâriyât/51: 56).
Ibadah yang dimaksud dalam ayat di atas mencakup pengertian
(ibadah) mahdhah (ibadah khusus yang terstruktur, yang tata caranya sudah
ditentukan oleh Allah dan atau Rasul-Nya) dan yang ghairu mahdhah
(mustafâdah), yaitu: “setiap perbuatan baik yang bermanfaat dan diniatkan
semata karena dan untuk Allah”.
Sayid Quthb dalam tafsir Fî Zhilâl al-Qurân (VI/3387) menyatakan,
bahwa ibadah merupakan al-Wadhîfah al-Ilâhiyyah, tugas yang dibebankan
Allah kepada manusia. Jadi, ketika manusia menjalankan ibadah, maka ia
telah memfungsikan hakikat penciptaannya. Sebaliknya, manusia yang
melalaikan ibadah, berarti telah mendisfungsikan hakikat penciptaanya.
Seperti lampu yang dibeli untuk tujuan penerangan, ketika lampu itu tidak
bisa lagi menerangi, berarti telah mengalami disfungsi. Itulah analogi bagi
manusia yang enggan untuk beribadah. Dan oleh karena itu, setiap manusia
harus selalu melakukukan tajdîd an-niyyah (pembaruan niat atau motivasi),
agar dirinya tidak mengalami disorientasi di dalam hidupnya. Motivasi
(niat) setiap orang akan selalu menjadi unsur penentu dalam membangun
ibadahnya. Dan motivasi setiap orang dalam beribadah ternyata tidak
pernah sama, berkaitan dengan pengalaman dan tantangan kehidupan
masing-masing yang pernah dialaminya.
Sementara itu, para ulama membagi kualitas motivasi ibadah pada
diri manusia menjadi lima tingkatan.
2
Pertama, ‘Ibâdah al-Mukrahîn (Ibadah Orang-orang yang
Terpaksa). Ini adalah tingkat motivasi terendah. Pada tingkat ini, ibadah
hanya dipahami sebagai kewajiban. Ibarat anak Sekolah Dasar yang
mengerjakan Pekerjaan Rumah, orang yang sedang beribadah itu bukan
didorong dari dalam dirinya, melainkan karena paksaan dari luar. Malah
seringkali sekadar untuk memelihara kepantasan. Sebagaimana yang
tersebut di dalam firman Allah,
‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ْ‫م‬‫ه‬َ‫ع‬
َ
‫ن‬َ‫م‬‫ن‬
َ
‫أ‬
َ
‫ل‬َ‫ب‬
ْ
‫ق‬‫ت‬ْ‫م‬‫ه‬
ْ
‫ن‬ِ‫م‬ْ‫م‬‫ه‬‫ات‬
َ
‫ق‬
َ
‫ف‬
َ
‫ن‬
ّ
‫ال‬ِ‫إ‬ْ‫م‬‫ه‬
ّ
‫ن‬
َ
‫أ‬
ْ
‫وا‬‫ر‬
َ
‫ف‬
َ
‫ك‬
ِ
ّ
‫اّلل‬ِ‫ب‬ِ ِ‫ول‬‫س‬َ‫ر‬ِ‫ب‬َ‫و‬
َ
‫ال‬َ‫و‬
َ
‫ون‬‫ت‬
ْ
‫أ‬َ‫ي‬
َ
‫ة‬
َ
‫ال‬ ّ‫الّص‬
ّ
‫ال‬ِ‫إ‬ْ‫م‬‫ه‬َ‫و‬َ‫س‬‫ك‬
َ
‫ال‬
َ
‫ال‬َ‫و‬
َ
‫ون‬‫ق‬ِ‫ف‬‫ن‬‫ي‬
ّ
‫ال‬ِ‫إ‬ْ‫م‬‫ه‬َ‫و‬
َ
‫ون‬‫ه‬ِ‫ر‬
َ
‫َك‬.
“Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka
nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan
RasulNya dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan
malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan
rasa enggan.” (QS at-Taubah/9: 54)
Kedua, ‘Ibâdah al-‘Ummâl (Ibadah Para Pekerja). Ibadah pada
tingkat ini penuh vested interest. Ibarat seorang kuli, orang rela bekerja siang
dan malam karena mengharap upah. Digambarkan Rasulullah s.a.w. dalam
sebuah hadis riwayat Muslim, besok di hari kiamat ada tiga kelompok orang
yang menghadap Allah dengan segudang kebaikan, tetapi mereka justeru
dilemparkan Allah ke neraka. Siapa mereka? Yaitu orang-orang yang
mencitrakan dirinya sebagai asy-Syuhadâ’ (orang-orang yang mati syahid)
yang gugur di medan juang demi status pahlawan, cerdik pandai yang
sibuk mengajarkan ilmu agar disebut ulama, dan orang berharta yang selalu
berderma supaya dianggap dermawan. Kebaikan mereka tidak berharga
sama sekali di mata Allah. Sebagaima hadits berikut:
‫ت‬
ْ
‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬
َ
‫ول‬‫س‬َ‫ر‬ِ
ّ
‫اّلل‬
ّ
‫ّل‬ َ‫ص‬
ّ
‫اّلل‬ِ‫ه‬
ْ
‫ي‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬َ‫م‬
ّ
‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬‫ول‬‫ق‬
َ
‫ي‬
ّ
‫ن‬ِ‫إ‬
َ
‫ل‬ّ‫و‬
َ
‫أ‬
ِ‫اس‬ّ‫اّنل‬
َ
‫ض‬
ْ
‫ق‬‫ي‬َ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬ِ‫ق‬
ْ
‫ال‬ِ‫ة‬َ‫ام‬َ‫ي‬ِ‫ه‬
ْ
‫ي‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬‫ل‬‫ج‬َ‫ر‬
َ
‫د‬ِ‫ه‬
ْ
‫ش‬‫ت‬
ْ
‫اس‬َ ِ‫ت‬‫أ‬
َ
‫ف‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬
3
‫ه‬
َ
‫ف‬ّ‫ر‬َ‫ع‬
َ
‫ف‬‫ه‬َ‫م‬َ‫ع‬ِ‫ن‬‫ا‬َ‫ه‬
َ
‫ف‬َ‫ر‬َ‫ع‬
َ
‫ف‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬‫ا‬َ‫م‬
َ
‫ف‬َ‫ت‬
ْ
‫ل‬ِ‫م‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫يه‬ِ‫ف‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬‫ت‬
ْ
‫ل‬
َ
‫ات‬
َ
‫ق‬
َ
‫يك‬ِ‫ف‬ّ‫ّت‬َ‫ح‬‫ت‬
ْ
‫د‬ِ‫ه‬
ْ
‫ش‬‫ت‬
ْ
‫اس‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬َ‫ت‬ْ‫ب‬
َ
‫ذ‬
َ
‫ك‬
َ
‫ك‬
ّ
‫ن‬ِ‫ك‬
َ
‫ل‬َ‫و‬َ‫ت‬
ْ
‫ل‬
َ
‫ات‬
َ
‫ق‬
ْ
‫ن‬
َ
ِ‫ِل‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬‫ي‬‫يء‬ِ‫ر‬َ‫ج‬
ْ
‫د‬
َ
‫ق‬
َ
‫ف‬
َ
‫يل‬ِ‫ق‬ّ‫م‬‫ث‬َ‫ر‬ِ‫م‬‫أ‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬َ‫ب‬ ِ‫ح‬‫س‬
َ
‫ف‬
َ َ‫َع‬ِ‫ه‬ِ‫ه‬
ْ
‫ج‬َ‫و‬
ّ‫ّت‬َ‫ح‬َ ِ‫ق‬
ْ
‫ل‬‫أ‬ِ‫ف‬ِ‫ار‬ّ‫اّنل‬‫ل‬‫ج‬َ‫ر‬َ‫و‬َ‫م‬
ّ
‫ل‬َ‫ع‬
َ
‫ت‬َ‫م‬
ْ
‫ل‬ِ‫ع‬
ْ
‫ال‬‫ه‬َ‫م‬
ّ
‫ل‬َ‫ع‬َ‫و‬
َ
‫أ‬َ‫ر‬
َ
‫ق‬َ‫و‬
َ
‫آن‬ْ‫ر‬‫ق‬
ْ
‫ال‬َ ِ‫ت‬‫أ‬
َ
‫ف‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬‫ه‬
َ
‫ف‬ّ‫ر‬َ‫ع‬
َ
‫ف‬‫ه‬َ‫م‬َ‫ع‬ِ‫ن‬‫ا‬َ‫ه‬
َ
‫ف‬َ‫ر‬َ‫ع‬
َ
‫ف‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬‫ا‬َ‫م‬
َ
‫ف‬َ‫ت‬
ْ
‫ل‬ِ‫م‬َ‫ع‬
‫ا‬َ‫يه‬ِ‫ف‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬‫ت‬
ْ
‫م‬
ّ
‫ل‬َ‫ع‬
َ
‫ت‬َ‫م‬
ْ
‫ل‬ِ‫ع‬
ْ
‫ال‬‫ه‬‫ت‬
ْ
‫م‬
ّ
‫ل‬َ‫ع‬َ‫و‬‫ت‬
ْ
‫أ‬َ‫ر‬
َ
‫ق‬َ‫و‬
َ
‫يك‬ِ‫ف‬
َ
‫آن‬ْ‫ر‬‫ق‬
ْ
‫ال‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬
َ
‫ك‬َ‫ت‬ْ‫ب‬
َ
‫ذ‬
َ
‫ك‬
ّ
‫ن‬ِ‫ك‬
َ
‫ل‬َ‫و‬َ‫ت‬
ْ
‫م‬
ّ
‫ل‬َ‫ع‬
َ
‫ت‬َ‫م‬
ْ
‫ل‬ِ‫ع‬
ْ
‫ال‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬ ِ‫ِل‬‫م‬ِ‫ل‬ َ‫َع‬
َ
‫ت‬
ْ
‫أ‬َ‫ر‬
َ
‫ق‬َ‫و‬
َ
‫آن‬ْ‫ر‬‫ق‬
ْ
‫ال‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬ ِ‫ِل‬َ‫و‬‫ه‬‫ئ‬ِ‫ار‬
َ
‫ق‬
ْ
‫د‬
َ
‫ق‬
َ
‫ف‬
َ
‫يل‬ِ‫ق‬ّ‫م‬‫ث‬َ‫ر‬ِ‫م‬‫أ‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬َ‫ب‬ ِ‫ح‬‫س‬
َ
‫ف‬
َ َ‫َع‬ِ‫ه‬ِ‫ه‬
ْ
‫ج‬َ‫و‬ّ‫ّت‬َ‫ح‬َ ِ‫ق‬
ْ
‫ل‬‫أ‬ِ‫ف‬ِ‫ار‬ّ‫اّنل‬‫ل‬‫ج‬َ‫ر‬َ‫و‬َ‫ع‬ّ‫س‬َ‫و‬
ّ
‫اّلل‬ِ‫ه‬
ْ
‫ي‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬
‫اه‬ َ‫ط‬
ْ
‫ع‬
َ
‫أ‬َ‫و‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ِ‫اف‬
َ
‫ن‬
ْ
‫ص‬
َ
‫أ‬ِ‫ال‬َ‫م‬
ْ
‫ال‬ِ‫ه‬
ِ
‫لُك‬َ ِ‫ت‬‫أ‬
َ
‫ف‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬‫ه‬
َ
‫ف‬ّ‫ر‬َ‫ع‬
َ
‫ف‬‫ه‬َ‫م‬َ‫ع‬ِ‫ن‬
‫ا‬َ‫ه‬
َ
‫ف‬َ‫ر‬َ‫ع‬
َ
‫ف‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬‫ا‬َ‫م‬
َ
‫ف‬َ‫ت‬
ْ
‫ل‬ِ‫م‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫يه‬ِ‫ف‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬‫ا‬َ‫م‬‫ت‬
ْ
‫ك‬َ‫ر‬
َ
‫ت‬ْ‫ن‬ِ‫م‬‫يل‬ِ‫ب‬َ‫س‬
ّ‫ب‬ِ‫ُت‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬َ‫ق‬
َ
‫ف‬
ْ
‫ن‬‫ي‬‫ا‬َ‫يه‬ِ‫ف‬
ّ
‫ال‬ِ‫إ‬‫ت‬
ْ
‫ق‬
َ
‫ف‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬‫ا‬َ‫يه‬ِ‫ف‬
َ
‫ك‬
َ
‫ل‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬َ‫ت‬ْ‫ب‬
َ
‫ذ‬
َ
‫ك‬
َ
‫ك‬
ّ
‫ن‬ِ‫ك‬
َ
‫ل‬َ‫و‬َ‫ت‬
ْ
‫ل‬َ‫ع‬
َ
‫ف‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬ ِ‫ِل‬َ‫و‬‫ه‬‫اد‬َ‫و‬َ‫ج‬
ْ
‫د‬
َ
‫ق‬
َ
‫ف‬
َ
‫يل‬ِ‫ق‬ّ‫م‬‫ث‬‫أ‬َ‫ر‬ِ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬
َ‫ب‬ ِ‫ح‬‫س‬
َ
‫ف‬
َ َ‫َع‬ِ‫ه‬ِ‫ه‬
ْ
‫ج‬َ‫و‬ّ‫م‬‫ث‬َ ِ‫ق‬
ْ
‫ل‬‫أ‬ِ‫ف‬‫ار‬ّ‫اّنل‬.
“Saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya
manusia yang pertama kali dihisap pada hari Kiamat ialah seseorang
yang mati syahid, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia
mengetahuinya dengan jelas, lantas Dia bertanya: 'Apa yang telah
4
kamu lakukan di dunia wahai hamba-Ku? Dia menjawab: 'Saya
berjuang dan berperang demi Engkau ya Allah sehingga saya mati
syahid.' Allah berfirman: “Kamu berdusta; sebenarnya kamu berperang
bukan karena untuk-Ku, melainkan agar kamu disebut sebagai orang
yang berani. Kini kamu telah menyandang gelar tersebut.” Kemudian
diperintahkan kepadanya supaya dicampakkan dan dilemparkan ke
dalam neraka. Dan didatangkan pula seseorang yang belajar al-Quran
dan mengajarkannya, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan
sehingga ia mengetahuinya dengan jelas, Allah bertanya: 'Apa yang
telah kamu perbuat? Dia menjawab, “Saya telah belajar ilmu dan
mengajarkannya, saya juga membaca al-Quran demi Engkau.” Allah
berfirman: “Kamu dusta, akan tetapi kamu belajar ilmu dan
mengajarkannya serta membaca al-Quran agar dikatakan seorang yang
mahir dalam membaca, dan kini kamu telah dikatakan seperti itu,
kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan
dilemparkan ke dalam neraka. Dan seorang laki-laki yang di beri
keluasan rizki oleh Allah, kemudian dia menginfakkan hartanya semua,
lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya
dengan jelas.” Allah bertanya: “Apa yang telah kamu perbuat
dengannya?” dia menjawab, 'Saya tidak meninggalkannya sedikit pun
melainkan saya infakkan harta benda tersebut di jalan yang Engkau
ridhai.” Allah berfirman: 'Dusta kamu, akan tetapi kamu melakukan
hal itu supaya kamu dikatakan seorang yang dermawan, dan kini kamu
telah dikatakan seperti itu.' Kemudian diperintahkan kepadanya supaya
dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka.” (HR Muslim
dari Abu Hurairah, Shahîh Muslim, VI/47, hadits no. 5032)
Ketiga, ‘Ibâdah at-Tujjâr (Ibadah Para Pedagang). Inilah ibadah
cara pedagang. Ibadahnya semata karena tergiur imbalan lebih besar.
Diceritakan, dalam suasana panas menyengat, Khalifah Umar bin
al-Khattab meminta segelas air. Saat air sudah terhidang, mendadak sang
khalifah menolak, sembari berkata: “Terima kasih. Aku tidak jadi minum,
agar kenikmatan yang disediakan untukku di akhirat kelak tidak
berkurang”. Terlepas dari kebenaran kisah ini, sikap Umar jelas
menunjukkan betapa ia enggan untuk melakukan sesuatu demi menerima
imbalan yang menyenangkan di dunia. Khalifah yang berjuluk Al-Fârûq itu
teringat firman Allah,
5
َ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬‫ض‬َ‫ر‬
ْ
‫ع‬‫ي‬َ‫ين‬ِ
ّ
‫اَّل‬‫وا‬‫ر‬
َ
‫ف‬
َ
‫ك‬
َ َ‫َع‬ِ‫ار‬ّ‫اّنل‬ْ‫م‬‫ت‬
ْ
‫ب‬
َ
‫ه‬
ْ
‫ذ‬
َ
‫أ‬
ْ‫م‬‫ك‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ي‬ َ‫ط‬ِ‫ف‬‫م‬‫ك‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫ح‬‫ا‬َ‫ي‬
ْ
‫ن‬ّ‫اّدل‬‫م‬‫ت‬
ْ
‫ع‬َ‫ت‬
ْ
‫م‬َ‫ت‬
ْ
‫اس‬َ‫و‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬َ‫م‬ْ‫و‬َ ْ
‫اِل‬
َ
‫ف‬
َ
‫ن‬ْ‫و‬َ‫ز‬
ْ
‫ُت‬َ‫اب‬
َ
‫ذ‬َ‫ع‬ِ‫ون‬‫ه‬
ْ
‫ال‬‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ْ‫م‬‫نت‬‫ك‬
َ
‫ت‬
َ
‫ون‬ ِ‫ِب‬
ْ
‫ك‬َ‫ت‬ ْ‫س‬ِ‫ف‬ِ‫ض‬ْ‫ر‬
َ
‫اِل‬
ِ
ْ
‫ي‬
َ
‫غ‬ِ‫ب‬ِ‫ق‬َْ
‫اْل‬‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬َ‫و‬ْ‫م‬‫نت‬‫ك‬
َ
‫ون‬‫ق‬‫س‬
ْ
‫ف‬
َ
‫ت‬.
“Dan ingatlah ketika orang-orang kafir dihadapkan ke neraka. Kepada
mereka dikatakan, kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam
kehidupan dunia dan kamu telah bersenang-senang dengannya. Maka
hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan karena kamu
telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu
telah fasik.” (QS al-Ahqâf/46: 20).
Keempat, ‘Ibâdah al-Muthî’în (Ibadah Orang-orang yang Taat).
Kualitasnya lebih bagus dari tiga tingkat sebelumnya. Motivasi ibadah pada
tingkat ini adalah ketundukan kepada Allah. Ibadah bukan lagi karena
paksaan dari luar, melainkan sudah tumbuh dari dalam. Bukan karena takut
ancaman atau mengharap imbalan, melainkan karena ingin “balas jasa” atas
segala nikmat dan karunia Allah kepada dirinya. Juga didorong keyakinan
bahwa hikmah dan manfaat ibadah akan kembali kepada diri manusia. Ikrar
hatinya,
ْ
‫ل‬‫ق‬
ّ
‫ن‬ِ‫إ‬ِ‫ت‬
َ
‫ال‬ َ‫ص‬ِ‫ك‬‫س‬‫ن‬َ‫و‬َ‫اي‬َ‫ي‬
ْ َ
‫َم‬َ‫و‬ِ‫ات‬َ‫م‬َ‫م‬َ‫و‬
ِ
ِ‫ّلل‬ِ‫ب‬َ‫ر‬
َ‫ي‬ِ‫م‬
َ
‫ال‬َ‫ع‬
ْ
‫ال‬.
“Katakanlah (hai Muhammad): “Sungguh shalatku, ibadahku,
hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan sekalian alam.” (QS
al-An’âm/6: 162).
Kelima, ‘Ibâdah al-Mutaladzidzîn (Ibadah Para Penikmat Ibadah),
inilah puncak motivasi ibadah seorang hamba. Pada tingkat ini, ibadah tidak
lagi untuk “balas jasa” apalagi karena tergiur pernik-pernik dunia. Ada
6
kelezatan ibadah yang tiada tara. Sekejap saja waktu senyap dari ibadah,
muncullah gemuruh rindu dan cinta yang menyesakkan dada. Ia telah
keranjingan untuk beribadah kepada Sang Maha Segalanya.
Sesungguhnya ibadah itu memiliki rasa nikmat, kebahagiaan dan
ketenteraman yang hanya bisa diketahui oleh orang yang merasakannya.
Bahkan, kesempurnaan ibadah seseorang ditandai kalau dia bisa merasakan
bahwa ibadah itu nikmat. Karenanya, ia akan mengesampingkan segala
kenikmatan dunia seisinya untuk mencapai kenikmatan tersebut.
Kenikmatan ibadah merupakan buah dari keimanan yang
menancap kuat dalam diri seorang hamba, lalu dibuktikannya dengan
melaksanakan amal shalih. Maka dalam ibadah yang didasari iman dan
muncul dari keimanan, akan selalu bisa melahirkan kenikmatan dan
kelezatan serta kebahagiaan.
Nabi s.a.w. pernah bersabda berkaitan dengan kenikmatan ibadah
ini,
َ
‫اق‬
َ
‫ذ‬َ‫م‬
ْ
‫ع‬ َ‫ط‬ِ‫ان‬َ‫يم‬ِ‫اإل‬ْ‫ن‬َ‫م‬َ ِ‫ض‬َ‫ر‬ِ
ّ
‫اّلل‬ِ‫ب‬‫ا‬ً‫ب‬َ‫ر‬ِ‫م‬
َ
‫ال‬
ْ
‫س‬ِ‫اإل‬ِ‫ب‬َ‫و‬‫ا‬
ً
‫ين‬ِ‫د‬
‫د‬ّ‫م‬َ‫ح‬‫م‬ِ‫ب‬َ‫و‬
ً
‫وال‬‫س‬َ‫ر‬.
“Pasti akan merasakan manisnya iman orang yang ridha terhadap
Allah sebagai Rabb, Islam sebagai dîn/aturan hidup, dan Muhammad
s.a.w. sebagai rasul.” (HR. Muslim dari al-‘Abbas bin ‘Abdul
Muthallib, Shahîh Muslim, I/46, 160).
Kenikmatan ibadah merupakan buah dari keimanan yang
menancap kuat dalam diri seorang hamba lalu dibuktikannya dengan
melaksanakan amal shalih.
Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, kalau tiga keridhaan ini ada
dalam diri seseorang maka dia menjadi orang yang benar-benar jujur dalam
beriman. Hal ini sesuai dengan firman Allah,
7
‫ا‬َ‫م‬
ّ
‫ن‬ِ‫إ‬
َ
‫ون‬‫ن‬ِ‫م‬
ْ
‫ؤ‬‫م‬
ْ
‫ال‬َ‫ين‬ِ
ّ
‫اَّل‬‫وا‬‫ن‬َ‫َم‬‫آ‬ِ
ّ
‫اّلل‬ِ‫ب‬ِ ِ‫ول‬‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ّ‫م‬‫ث‬ْ‫م‬
َ
‫ل‬
َ
‫ت‬ْ‫ر‬َ‫ي‬‫وا‬‫اب‬
‫وا‬‫د‬
َ
‫اه‬َ‫ج‬َ‫و‬ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬
ْ
‫م‬
َ
‫أ‬ِ‫ب‬ْ‫م‬ِ‫ه‬ ِ‫س‬‫ف‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬َ‫و‬ِ‫ف‬ِ‫يل‬ِ‫ب‬َ‫س‬ِ
ّ
‫اّلل‬
َ
‫ك‬ِ
َ
‫وَل‬‫أ‬‫م‬‫ه‬
َ
‫ون‬‫ق‬ِ‫د‬‫ا‬ ّ‫الّص‬.
“Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka
yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak
ragu-ragu lagi, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di
jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS al-
Hujurât/49: 15)
Dalam ash-Shahîhain, dari Anas bin Malik, dinyatakan bahwa
Rasulullah s.a.w. bersabda,
‫ث‬
َ
‫ال‬
َ
‫ث‬ْ‫ن‬َ‫م‬ّ‫ن‬‫ك‬ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬
َ
‫د‬َ‫ج‬َ‫و‬َ‫ح‬
َ
‫ة‬َ‫و‬
َ
‫ال‬ِ‫ان‬َ‫يم‬ِ‫اإل‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬
َ
‫ون‬‫ك‬َ‫ي‬
ّ
‫اّلل‬‫ول‬‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ّ‫ب‬َ‫ح‬
َ
‫أ‬ِ‫ه‬ْ َ
‫ِل‬ِ‫إ‬‫ا‬ّ‫م‬ِ‫م‬‫ا‬َ‫م‬‫اه‬َ‫و‬ِ‫س‬،
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬َ‫و‬ّ‫ب‬ِ‫ُي‬َ‫ء‬ْ‫ر‬َ‫م‬
ْ
‫ال‬
َ
‫ال‬‫ه‬ّ‫ب‬ِ‫ُي‬
ّ
‫ال‬ِ‫إ‬،ِ
ّ
ِ‫ّلل‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬َ‫و‬َ‫ه‬َ‫ر‬
ْ
‫ك‬َ‫ي‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬
َ
‫ود‬‫ع‬
َ
‫ي‬ِ‫ف‬ِ‫ر‬
ْ
‫ف‬‫ك‬
ْ
‫ال‬‫ا‬َ‫م‬
َ
‫ك‬
‫ه‬َ‫ر‬
ْ
‫ك‬َ‫ي‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬
َ
‫ف‬
َ
‫ذ‬
ْ
‫ق‬‫ي‬ِ‫ف‬ِ‫ار‬ّ‫اّنل‬.
“tiga hal yangt erdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan
manisnya iman: Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain
keduanya, tidaklah ia mencintai seseorang kecuali karena Allah, dan ia
benci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya
sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (HR al-
Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, I/10, hadits no. 16; HR Muslim,
Shahîh Muslim, I/48, hadits no. 174, dari Anas bin Malik).
Dalam riwayat Imam Ahmad, dari Abu Razin al-‘Uqaili r.a.,
dinyatakan:
8
‫ت‬
ْ
‫ي‬
َ
‫ت‬
َ
‫أ‬
َ
‫ول‬‫س‬َ‫ر‬ِ
ّ
‫اّلل‬
ّ
‫ّل‬ َ‫ص‬
ّ
‫اّلل‬ِ‫ه‬
ْ
‫ي‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬َ‫م‬
ّ
‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬‫ت‬
ْ
‫ل‬‫ق‬
َ
‫ف‬‫ا‬َ‫ي‬
َ
‫ول‬‫س‬َ‫ر‬
ِ
ّ
‫اّلل‬
َ
‫ف‬
ْ
‫ي‬
َ
‫ك‬ِ‫ي‬
ْ
‫ُي‬
ّ
‫اّلل‬
َ
‫ت‬ْ‫و‬َ‫م‬
ْ
‫ال‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬‫ا‬َ‫م‬
َ
‫أ‬
َ
‫ت‬ْ‫ر‬َ‫ر‬َ‫م‬‫ض‬ْ‫ر‬
َ
‫أ‬ِ‫ب‬ْ‫ن‬ِ‫م‬
َ
‫ك‬ ِ‫ض‬ْ‫ر‬
َ
‫أ‬‫ة‬َ‫ب‬ِ‫د‬
ْ
‫ُم‬
َ
‫ت‬ْ‫ر‬َ‫ر‬َ‫م‬ّ‫م‬‫ث‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬
ً
‫ة‬َ‫ب‬ َ‫ّص‬
ْ
‫ُم‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬ْ‫م‬َ‫ع‬
َ
‫ن‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬
َ
‫ك‬ِ‫ل‬
َ
‫ذ‬
َ
‫ك‬
‫ور‬‫ش‬
ّ
‫الّن‬‫ا‬
َ
‫ق‬
َ
‫ل‬
َ
‫ول‬‫س‬َ‫ار‬َ‫ي‬ِ
ّ
‫اّلل‬‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬‫ان‬َ‫يم‬ِ
ْ
‫اإل‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬
َ
‫د‬َ‫ه‬
ْ
‫ش‬
َ
‫ت‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬
َ
‫ال‬َ َ
‫ل‬ِ‫إ‬
ّ
‫اّلل‬
ّ
‫ال‬ِ‫إ‬‫ه‬
َ
‫د‬
ْ
‫ح‬َ‫و‬
َ
‫ال‬
َ
‫يك‬ِ
َ
‫َش‬
َ
‫ل‬
ّ
‫ن‬
َ
‫أ‬َ‫و‬‫ا‬
ً
‫د‬ّ‫م‬
َ
‫َم‬‫ه‬‫د‬
ْ
‫ب‬
َ
‫ع‬
‫ول‬‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬َ‫و‬
َ
‫ون‬‫ك‬َ‫ي‬
ّ
‫اّلل‬‫ول‬‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ّ‫ب‬َ‫ح‬
َ
‫أ‬
َ
‫ك‬ْ َ
‫ِل‬ِ‫إ‬‫ا‬ّ‫م‬ِ‫م‬
‫ا‬َ‫م‬‫اه‬َ‫و‬ِ‫س‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬َ‫و‬
َ
‫ق‬َ‫ر‬
ْ
‫ُت‬ِ‫ار‬ّ‫اّنل‬ِ‫ب‬َ‫ح‬
َ
‫أ‬ّ‫ب‬
َ
‫ك‬ْ َ
‫ِل‬ِ‫إ‬ْ‫ن‬ِ‫م‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬َ‫ك‬ِ
ْ
‫ْش‬‫ت‬
ِ
ّ
‫اّلل‬ِ‫ب‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬َ‫و‬ّ‫ب‬ِ‫ُت‬َ ْ
‫ي‬
َ
‫غ‬‫ي‬ِ‫ذ‬‫ب‬ َ‫س‬
َ
‫ن‬
َ
‫ال‬‫ه‬ّ‫ب‬ِ‫ُت‬
ّ
‫ال‬ِ‫إ‬ِ
ّ
ِ‫ّلل‬ّ‫ز‬َ‫ع‬
ّ
‫ل‬َ‫ج‬َ‫و‬
‫ا‬
َ
‫ذ‬ِ‫إ‬
َ
‫ف‬َ‫ت‬
ْ
‫ن‬‫ك‬
َ
‫ك‬ِ‫ل‬
َ
‫ذ‬
َ
‫ك‬
ْ
‫د‬
َ
‫ق‬
َ
‫ف‬
َ
‫ل‬
َ
‫خ‬
َ
‫د‬ّ‫ب‬‫ح‬ِ‫ان‬َ‫يم‬ِ
ْ
‫اإل‬ِ‫ف‬
َ
‫ك‬ِ‫ب‬
ْ
‫ل‬
َ
‫ق‬
‫ا‬َ‫م‬
َ
‫ك‬
َ
‫ل‬
َ
‫خ‬
َ
‫د‬ّ‫ب‬‫ح‬ِ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬
ْ
‫ال‬ِ‫آن‬
ْ
‫م‬
ّ
‫لّظ‬ِ‫ل‬ِ‫ف‬ِ‫م‬ْ‫و‬َ ْ
‫اِل‬ِ‫ظ‬ِ‫ئ‬‫ا‬
َ
‫ق‬
ْ
‫ال‬
ْ
‫ل‬‫ق‬‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬
َ
‫ول‬‫س‬َ‫ر‬ِ
ّ
‫اّلل‬
َ
‫ف‬
ْ
‫ي‬
َ
‫ك‬ِ‫ل‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬ِ‫ب‬َ‫م‬
َ
‫ل‬
ْ
‫ع‬
َ
‫أ‬
ِ
‫ّن‬
َ
‫أ‬‫ن‬ِ‫م‬
ْ
‫ؤ‬‫م‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ن‬ِ‫م‬
ِ‫ت‬ّ‫م‬‫أ‬ْ‫و‬
َ
‫أ‬ِ‫ه‬ِ‫ذ‬
َ
‫ه‬ِ‫ة‬ّ‫م‬
ْ
‫اِل‬‫د‬
ْ
‫ب‬
َ
‫ع‬‫ل‬َ‫م‬
ْ
‫ع‬
َ
‫ي‬
ً
‫ة‬
َ
‫ن‬ َ‫س‬َ‫ح‬‫م‬
َ
‫ل‬
ْ
‫ع‬َ‫ي‬
َ
‫ف‬‫ا‬َ‫ه‬
ّ
‫ن‬
َ
‫أ‬
‫ة‬
َ
‫ن‬ َ‫س‬َ‫ح‬
ّ
‫ن‬
َ
‫أ‬َ‫و‬َ ّ
‫اّلل‬ّ‫ز‬َ‫ع‬
ّ
‫ل‬َ‫ج‬َ‫و‬ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫از‬َ‫ج‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬‫ا‬ً ْ
‫ي‬
َ
‫خ‬
َ
‫ال‬َ‫و‬‫ل‬َ‫م‬
ْ
‫ع‬
َ
‫ي‬
ً
‫ة‬َ‫ئ‬ِ‫ّي‬َ‫س‬‫م‬
َ
‫ل‬
ْ
‫ع‬َ‫ي‬
َ
‫ف‬‫ا‬َ‫ه‬
ّ
‫ن‬
َ
‫أ‬‫ة‬َ‫ئ‬ِ‫ّي‬َ‫س‬َ‫ر‬
َ
‫ف‬
ْ
‫غ‬َ‫ت‬
ْ
‫اس‬َ‫و‬َ ّ
‫اّلل‬ّ‫ز‬َ‫ع‬
ّ
‫ل‬َ‫ج‬َ‫و‬‫ا‬َ‫ه‬
ْ
‫ن‬ِ‫م‬
‫م‬
َ
‫ل‬
ْ
‫ع‬َ‫ي‬َ‫و‬‫ه‬
ّ
‫ن‬
َ
‫أ‬
َ
‫ال‬‫ر‬ِ‫ف‬
ْ
‫غ‬
َ
‫ي‬
ّ
‫ال‬ِ‫إ‬َ‫و‬‫ه‬
ّ
‫ال‬ِ‫إ‬َ‫و‬‫ه‬َ‫و‬‫ن‬ِ‫م‬
ْ
‫ؤ‬‫م‬.
9
“Saya menemui Rasulullah s.a.w. lalu saya berkata: Wahai Rasulullah,
bagaimana Allah menghidupkan orang yang mati, apa bukti tersebut
bagi makhluq-Nya? (Rasulullah s.a.w.) menjawab, “Apa kalian pernah
melewati suatu tanah yang tandus lalu kalian melewatinya dalam
keadaan subur?” (Abu Razin) berkata; “Ya.” Lalu (Rasulullah s.a.w.)
bersabda: “Begitulah fenomena kebangkitan.” (Abu Razin) berkata;
Wahai Rasulullah, apakah iman itu? Beliau bersabda: “Kamu bersaksi
bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah, Yang Maha Esa,
tidak ada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-
Nya. Allah dan Rasul-Nya lebih kamu sukai daripada selainnya. Ia
dibakar dengan neraka lebih dia sukai daripada menyekutukan Allah.
Kamu mencintai orang yang tidak punya kekerabatan denganmu, kamu
tidakmencintainya kecuali hanya karena Allah ‘Azza wa Jalla. Jika
kamu seperti itu, kecintaan kepada iman telah masuk dalam hatimu,
sebagaimana masuknya air kepada orang yang haus pada hari yang
sangat panas. Saya bertanya, Wahai Rasulullah, bagaimana saya
mengetahui bahwa saya adalah seorang mukmin?. Beliau bersabda:
“Tidaklah dari umatku, atau dari umat ini seorang hamba yang
mengerjakan kebaikan, lalu dia mengetahui bahwa hal itu adalah
kebaikan, ia sadar bahwa Allah ‘Azza wa Jalla akan membalasnya
dengan kebaikan, dia tidak melakukan kejelekan dan dia mengetahui
bahwa itu adalah kejelekan, lalu dia meminta ampunan kepada Allah
‘Azza wa Jalla, dan dia sadar bahwa tidak ada yang mengampuni selain
Dia kecuali orang yang mukmin.” (HR Ahmad bin Hanbal dari Abu
Razin al-‘Uqaili, Musnad Ahmad ibn Hanbal, IV/11, hadits no.
16239)
Makna manisnya iman adalah kenikmatan yang dirasakan ketika
melaksanakan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, meskipun harus
menanggung beban berat dalam melaksanakan sesuatuyang diharapkan
akan memeroleh ridha dari Allah 'Azza wa Jalla, serta mengutamakan hal
tersebut atas tawaran ‘kelezatan’ duniawi.
Inilah yang dirasakan Rasulullah s.a.w.. Beliau sudah dijamin oleh
Allah Allah akan masuk surga, tetapi beliau secara terus-menerus
melaksanakan shalatnya dengan kesungguhan yang tinggi, sampai
dikisahkan oleh para sahabatnya bahwa ‘pernah kaki beliau bengkak’
karena terlalu lama melaksanakan shalat. Hal ini juga terjadi pada Ali bin
Abi Thalib yang karena begitu menikmati shalatnya, sampai pernah minta
agar anak panah yang menancap di badannya dicabut ketika sedang
10
melaksanakan shalat. Sementara itu, Abdurrahman bin Auf, saudagar kaya,
sekaligus satu dari sepuluh sahabat yang mendapat ‘garansi’ surga dari
Rasulullah s.a.w., bahkan dengan ‘ikhlas’ membagikan tiga ‘kantung’ berisi
uang hasil keuntungan dagangnya kepada mereka yang membutuhkan.
Nah, setelah kita baca tulisan di atas, bertanyalah kepada diri kita
masing-masing: “Dimanakah posisi kita dalam beribadah?” Silakan
menjawab dengan sejujur-jujurnya.
(Dikutip dan diselaraskan dari tulisan M. Husnaini, Mahasiswa Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya, dalam,
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/02/17/mid9mn-apa-
motivasi-kita-beribadah)

More Related Content

What's hot

Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)Marhamah Saleh
 
Fiqh - Muamalah
Fiqh - MuamalahFiqh - Muamalah
Fiqh - Muamalah
Anisah Rofihandrini
 
Surat perjanjian jual beli mobil
Surat perjanjian jual beli mobilSurat perjanjian jual beli mobil
Surat perjanjian jual beli mobil
elianaermizal
 
Surat peryataan pencabutan laporan kepolisian
Surat peryataan pencabutan laporan kepolisianSurat peryataan pencabutan laporan kepolisian
Surat peryataan pencabutan laporan kepolisian
Operator Warnet Vast Raha
 
Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)
Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)
Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)
Anto Apriyanto, M.E.I.
 
Kandungan surat al muthaffifin
Kandungan surat al muthaffifinKandungan surat al muthaffifin
Kandungan surat al muthaffifinprofetik
 
Surat keterangan menikah
Surat keterangan menikahSurat keterangan menikah
Surat keterangan menikahAbru Niipook
 
Thaharah, hadas, najis
Thaharah, hadas, najisThaharah, hadas, najis
Thaharah, hadas, najis
novipujikhasanah123
 
Iman-kepada-hari-akhir
Iman-kepada-hari-akhirIman-kepada-hari-akhir
Iman-kepada-hari-akhir
Dyan Rachmawati
 
Ppt sumber hukum islam
Ppt sumber hukum islamPpt sumber hukum islam
Ppt sumber hukum islam
khumairoh
 
Surat pernyataan cerai
Surat pernyataan ceraiSurat pernyataan cerai
Surat pernyataan cerai
Mas Ae
 
Pcc Pengantar Koperasi Syariah 2
Pcc Pengantar Koperasi Syariah 2Pcc Pengantar Koperasi Syariah 2
Pcc Pengantar Koperasi Syariah 2
Pristiyanto SS
 
Ruang Lingkup Perbankan Syariah
Ruang Lingkup Perbankan SyariahRuang Lingkup Perbankan Syariah
Ruang Lingkup Perbankan SyariahAri Munandar
 
Surat pernyataan ikrar talak
Surat pernyataan ikrar talakSurat pernyataan ikrar talak
Surat pernyataan ikrar talakBukhari Hari
 
Surat keterangan tanah dan bangunan
Surat keterangan tanah dan bangunanSurat keterangan tanah dan bangunan
Surat keterangan tanah dan bangunan
Pemerintah Pauh
 
Surat kuasa pembukaan rekening bank
Surat kuasa pembukaan rekening bankSurat kuasa pembukaan rekening bank
Surat kuasa pembukaan rekening bank
alijaya singebate
 

What's hot (20)

Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
 
Fiqh - Muamalah
Fiqh - MuamalahFiqh - Muamalah
Fiqh - Muamalah
 
Surat perjanjian jual beli mobil
Surat perjanjian jual beli mobilSurat perjanjian jual beli mobil
Surat perjanjian jual beli mobil
 
Pengantar studi islam
Pengantar studi islamPengantar studi islam
Pengantar studi islam
 
Surat peryataan pencabutan laporan kepolisian
Surat peryataan pencabutan laporan kepolisianSurat peryataan pencabutan laporan kepolisian
Surat peryataan pencabutan laporan kepolisian
 
Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)
Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)
Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)
 
Kandungan surat al muthaffifin
Kandungan surat al muthaffifinKandungan surat al muthaffifin
Kandungan surat al muthaffifin
 
Surat keterangan menikah
Surat keterangan menikahSurat keterangan menikah
Surat keterangan menikah
 
contoh Surat jual beli tanah
contoh Surat jual beli tanahcontoh Surat jual beli tanah
contoh Surat jual beli tanah
 
Thaharah, hadas, najis
Thaharah, hadas, najisThaharah, hadas, najis
Thaharah, hadas, najis
 
Iman-kepada-hari-akhir
Iman-kepada-hari-akhirIman-kepada-hari-akhir
Iman-kepada-hari-akhir
 
Ppt sumber hukum islam
Ppt sumber hukum islamPpt sumber hukum islam
Ppt sumber hukum islam
 
Power point shalat
Power point shalatPower point shalat
Power point shalat
 
Surat pernyataan cerai
Surat pernyataan ceraiSurat pernyataan cerai
Surat pernyataan cerai
 
Pcc Pengantar Koperasi Syariah 2
Pcc Pengantar Koperasi Syariah 2Pcc Pengantar Koperasi Syariah 2
Pcc Pengantar Koperasi Syariah 2
 
Ruang Lingkup Perbankan Syariah
Ruang Lingkup Perbankan SyariahRuang Lingkup Perbankan Syariah
Ruang Lingkup Perbankan Syariah
 
Surat pernyataan ikrar talak
Surat pernyataan ikrar talakSurat pernyataan ikrar talak
Surat pernyataan ikrar talak
 
Surat keterangan tanah dan bangunan
Surat keterangan tanah dan bangunanSurat keterangan tanah dan bangunan
Surat keterangan tanah dan bangunan
 
AKTA JUAL BELI ( CONTOH )
AKTA JUAL BELI  ( CONTOH )AKTA JUAL BELI  ( CONTOH )
AKTA JUAL BELI ( CONTOH )
 
Surat kuasa pembukaan rekening bank
Surat kuasa pembukaan rekening bankSurat kuasa pembukaan rekening bank
Surat kuasa pembukaan rekening bank
 

Similar to Mengenal tingkatan motivasi dalam beribadah

Mengenal ragam tingkatan motivasi
Mengenal ragam tingkatan motivasiMengenal ragam tingkatan motivasi
Mengenal ragam tingkatan motivasiMuhsin Hariyanto
 
Menimbang sosok ideal seorang da
Menimbang sosok ideal seorang daMenimbang sosok ideal seorang da
Menimbang sosok ideal seorang daMuhsin Hariyanto
 
ZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdf
ZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdfZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdf
ZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdf
LongMarch2
 
Keutamaan menunaikan ibadah haji
Keutamaan menunaikan ibadah hajiKeutamaan menunaikan ibadah haji
Keutamaan menunaikan ibadah haji
فرليان شاه زائس
 
Pendapat para-imam-abu-hanifah-tentang-masalah-tauhid-1-2
Pendapat para-imam-abu-hanifah-tentang-masalah-tauhid-1-2Pendapat para-imam-abu-hanifah-tentang-masalah-tauhid-1-2
Pendapat para-imam-abu-hanifah-tentang-masalah-tauhid-1-2Ra Hardianto
 
Asas Adab-Adab Al-Quran.pptx
Asas Adab-Adab Al-Quran.pptxAsas Adab-Adab Al-Quran.pptx
Asas Adab-Adab Al-Quran.pptx
ubadahlokman1
 
Pentingnya Niat dan Ngaji
Pentingnya Niat dan NgajiPentingnya Niat dan Ngaji
Pentingnya Niat dan Ngaji
Erwin Wahyu
 
Kuncitadabbural quran-101015030655-phpapp01
Kuncitadabbural quran-101015030655-phpapp01Kuncitadabbural quran-101015030655-phpapp01
Kuncitadabbural quran-101015030655-phpapp01DAINAM INDONESIA PT.
 
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
SitiJubaidah16
 
01 pentingnya niat yang benar nasihat ustadz
01 pentingnya niat yang benar   nasihat ustadz01 pentingnya niat yang benar   nasihat ustadz
01 pentingnya niat yang benar nasihat ustadz
mentari senja
 
Membangun budaya ungguم dan memimpin
Membangun budaya ungguم dan memimpinMembangun budaya ungguم dan memimpin
Membangun budaya ungguم dan memimpinMuhsin Hariyanto
 
02 Urgensi Niat yang Benar.pdf
02 Urgensi Niat yang Benar.pdf02 Urgensi Niat yang Benar.pdf
02 Urgensi Niat yang Benar.pdf
KataBagus
 
Rezeki dari Allah
Rezeki dari AllahRezeki dari Allah
Rezeki dari Allah
nailah krnia
 
Mengajarkan anak tauhid
Mengajarkan anak tauhidMengajarkan anak tauhid
Mengajarkan anak tauhid
najimi tan
 
Saya Mestilah Muslim Dari Sudut Ibadah
Saya Mestilah Muslim Dari Sudut IbadahSaya Mestilah Muslim Dari Sudut Ibadah
Saya Mestilah Muslim Dari Sudut Ibadah
Tarbiyyah Kreatif
 
Pentingnya Niat yang Benar.pptx
Pentingnya Niat yang Benar.pptxPentingnya Niat yang Benar.pptx
Pentingnya Niat yang Benar.pptx
Agussoleh17
 
RESUME BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI )
RESUME  BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI ) RESUME  BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI )
RESUME BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI )
أحمد رمضان
 

Similar to Mengenal tingkatan motivasi dalam beribadah (20)

Mengenal ragam tingkatan motivasi
Mengenal ragam tingkatan motivasiMengenal ragam tingkatan motivasi
Mengenal ragam tingkatan motivasi
 
Menimbang sosok ideal seorang da
Menimbang sosok ideal seorang daMenimbang sosok ideal seorang da
Menimbang sosok ideal seorang da
 
ZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdf
ZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdfZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdf
ZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdf
 
Keutamaan menunaikan ibadah haji
Keutamaan menunaikan ibadah hajiKeutamaan menunaikan ibadah haji
Keutamaan menunaikan ibadah haji
 
Tabarruk
TabarrukTabarruk
Tabarruk
 
Pendapat para-imam-abu-hanifah-tentang-masalah-tauhid-1-2
Pendapat para-imam-abu-hanifah-tentang-masalah-tauhid-1-2Pendapat para-imam-abu-hanifah-tentang-masalah-tauhid-1-2
Pendapat para-imam-abu-hanifah-tentang-masalah-tauhid-1-2
 
Asas Adab-Adab Al-Quran.pptx
Asas Adab-Adab Al-Quran.pptxAsas Adab-Adab Al-Quran.pptx
Asas Adab-Adab Al-Quran.pptx
 
S lide kunci tadabbur qur'an
S lide kunci tadabbur qur'anS lide kunci tadabbur qur'an
S lide kunci tadabbur qur'an
 
Pentingnya Niat dan Ngaji
Pentingnya Niat dan NgajiPentingnya Niat dan Ngaji
Pentingnya Niat dan Ngaji
 
Kuncitadabbural quran-101015030655-phpapp01
Kuncitadabbural quran-101015030655-phpapp01Kuncitadabbural quran-101015030655-phpapp01
Kuncitadabbural quran-101015030655-phpapp01
 
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
 
01 pentingnya niat yang benar nasihat ustadz
01 pentingnya niat yang benar   nasihat ustadz01 pentingnya niat yang benar   nasihat ustadz
01 pentingnya niat yang benar nasihat ustadz
 
Membangun budaya ungguم dan memimpin
Membangun budaya ungguم dan memimpinMembangun budaya ungguم dan memimpin
Membangun budaya ungguم dan memimpin
 
02 Urgensi Niat yang Benar.pdf
02 Urgensi Niat yang Benar.pdf02 Urgensi Niat yang Benar.pdf
02 Urgensi Niat yang Benar.pdf
 
Rezeki dari Allah
Rezeki dari AllahRezeki dari Allah
Rezeki dari Allah
 
Mengajarkan anak tauhid
Mengajarkan anak tauhidMengajarkan anak tauhid
Mengajarkan anak tauhid
 
Saya Mestilah Muslim Dari Sudut Ibadah
Saya Mestilah Muslim Dari Sudut IbadahSaya Mestilah Muslim Dari Sudut Ibadah
Saya Mestilah Muslim Dari Sudut Ibadah
 
Tafsir al alaq 1-5
Tafsir al alaq 1-5Tafsir al alaq 1-5
Tafsir al alaq 1-5
 
Pentingnya Niat yang Benar.pptx
Pentingnya Niat yang Benar.pptxPentingnya Niat yang Benar.pptx
Pentingnya Niat yang Benar.pptx
 
RESUME BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI )
RESUME  BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI ) RESUME  BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI )
RESUME BUKU ZIKIR ( USMAN SAID SARQOWI )
 

More from Muhsin Hariyanto

Fenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserlFenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserl
Muhsin Hariyanto
 
Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01
Muhsin Hariyanto
 
Membuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunciMembuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunci
Muhsin Hariyanto
 
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’alaTawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Muhsin Hariyanto
 
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharramPuasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Muhsin Hariyanto
 
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Muhsin Hariyanto
 
Jalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulisJalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulis
Muhsin Hariyanto
 
Meraih haji mabrur
Meraih haji mabrurMeraih haji mabrur
Meraih haji mabrur
Muhsin Hariyanto
 
Politik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politikPolitik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politik
Muhsin Hariyanto
 
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulamaMenimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Muhsin Hariyanto
 
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosialMembangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Muhsin Hariyanto
 
Menjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halalMenjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halal
Muhsin Hariyanto
 
Lailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta maknaLailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta makna
Muhsin Hariyanto
 
Belajar memberi maaf
Belajar memberi maafBelajar memberi maaf
Belajar memberi maaf
Muhsin Hariyanto
 
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihKebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
Muhsin Hariyanto
 
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezekiIstighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Muhsin Hariyanto
 
Bermuhammadiyah
BermuhammadiyahBermuhammadiyah
Bermuhammadiyah
Muhsin Hariyanto
 
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Muhsin Hariyanto
 
Mimpi, apa maknanya
Mimpi, apa maknanyaMimpi, apa maknanya
Mimpi, apa maknanya
Muhsin Hariyanto
 
Strategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyahStrategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyah
Muhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Fenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserlFenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserl
 
Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01
 
Membuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunciMembuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunci
 
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’alaTawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
 
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharramPuasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
 
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
 
Jalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulisJalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulis
 
Meraih haji mabrur
Meraih haji mabrurMeraih haji mabrur
Meraih haji mabrur
 
Politik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politikPolitik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politik
 
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulamaMenimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
 
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosialMembangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
 
Menjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halalMenjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halal
 
Lailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta maknaLailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta makna
 
Belajar memberi maaf
Belajar memberi maafBelajar memberi maaf
Belajar memberi maaf
 
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihKebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
 
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezekiIstighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
 
Bermuhammadiyah
BermuhammadiyahBermuhammadiyah
Bermuhammadiyah
 
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
 
Mimpi, apa maknanya
Mimpi, apa maknanyaMimpi, apa maknanya
Mimpi, apa maknanya
 
Strategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyahStrategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyah
 

Mengenal tingkatan motivasi dalam beribadah

  • 1. 1 Mengenal Ragam Tingkatan Motivasi Dalam Beribadah Berkali-kali saya mendengar para mubaligh, ustadz, khatib dan kyai dalam ceramah mereka, dan membaca tulisan para penulis yang menyatakan dengan tegas bahwa tujuan hidup kita – umat manusia ini -- hanya untuk “beribadah kepada Allah”. Karena Allah telah menciptakan diri kita dengan tujuan utama: “untuk hanya beribadah” kepada-Nya. Selaras dengan firman Allah, ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬‫ت‬ ْ ‫ق‬ َ ‫ل‬ َ ‫خ‬ّ‫ن‬ِ ْ ‫اْل‬َ‫نس‬ِ‫اإل‬َ‫و‬ ّ ‫ال‬ِ‫إ‬ِ‫ون‬‫د‬‫ب‬ ْ ‫ع‬َ ِ‫ِل‬. “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” (QS adz-Dzâriyât/51: 56). Ibadah yang dimaksud dalam ayat di atas mencakup pengertian (ibadah) mahdhah (ibadah khusus yang terstruktur, yang tata caranya sudah ditentukan oleh Allah dan atau Rasul-Nya) dan yang ghairu mahdhah (mustafâdah), yaitu: “setiap perbuatan baik yang bermanfaat dan diniatkan semata karena dan untuk Allah”. Sayid Quthb dalam tafsir Fî Zhilâl al-Qurân (VI/3387) menyatakan, bahwa ibadah merupakan al-Wadhîfah al-Ilâhiyyah, tugas yang dibebankan Allah kepada manusia. Jadi, ketika manusia menjalankan ibadah, maka ia telah memfungsikan hakikat penciptaannya. Sebaliknya, manusia yang melalaikan ibadah, berarti telah mendisfungsikan hakikat penciptaanya. Seperti lampu yang dibeli untuk tujuan penerangan, ketika lampu itu tidak bisa lagi menerangi, berarti telah mengalami disfungsi. Itulah analogi bagi manusia yang enggan untuk beribadah. Dan oleh karena itu, setiap manusia harus selalu melakukukan tajdîd an-niyyah (pembaruan niat atau motivasi), agar dirinya tidak mengalami disorientasi di dalam hidupnya. Motivasi (niat) setiap orang akan selalu menjadi unsur penentu dalam membangun ibadahnya. Dan motivasi setiap orang dalam beribadah ternyata tidak pernah sama, berkaitan dengan pengalaman dan tantangan kehidupan masing-masing yang pernah dialaminya. Sementara itu, para ulama membagi kualitas motivasi ibadah pada diri manusia menjadi lima tingkatan.
  • 2. 2 Pertama, ‘Ibâdah al-Mukrahîn (Ibadah Orang-orang yang Terpaksa). Ini adalah tingkat motivasi terendah. Pada tingkat ini, ibadah hanya dipahami sebagai kewajiban. Ibarat anak Sekolah Dasar yang mengerjakan Pekerjaan Rumah, orang yang sedang beribadah itu bukan didorong dari dalam dirinya, melainkan karena paksaan dari luar. Malah seringkali sekadar untuk memelihara kepantasan. Sebagaimana yang tersebut di dalam firman Allah, ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ْ‫م‬‫ه‬َ‫ع‬ َ ‫ن‬َ‫م‬‫ن‬ َ ‫أ‬ َ ‫ل‬َ‫ب‬ ْ ‫ق‬‫ت‬ْ‫م‬‫ه‬ ْ ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫م‬‫ه‬‫ات‬ َ ‫ق‬ َ ‫ف‬ َ ‫ن‬ ّ ‫ال‬ِ‫إ‬ْ‫م‬‫ه‬ ّ ‫ن‬ َ ‫أ‬ ْ ‫وا‬‫ر‬ َ ‫ف‬ َ ‫ك‬ ِ ّ ‫اّلل‬ِ‫ب‬ِ ِ‫ول‬‫س‬َ‫ر‬ِ‫ب‬َ‫و‬ َ ‫ال‬َ‫و‬ َ ‫ون‬‫ت‬ ْ ‫أ‬َ‫ي‬ َ ‫ة‬ َ ‫ال‬ ّ‫الّص‬ ّ ‫ال‬ِ‫إ‬ْ‫م‬‫ه‬َ‫و‬َ‫س‬‫ك‬ َ ‫ال‬ َ ‫ال‬َ‫و‬ َ ‫ون‬‫ق‬ِ‫ف‬‫ن‬‫ي‬ ّ ‫ال‬ِ‫إ‬ْ‫م‬‫ه‬َ‫و‬ َ ‫ون‬‫ه‬ِ‫ر‬ َ ‫َك‬. “Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.” (QS at-Taubah/9: 54) Kedua, ‘Ibâdah al-‘Ummâl (Ibadah Para Pekerja). Ibadah pada tingkat ini penuh vested interest. Ibarat seorang kuli, orang rela bekerja siang dan malam karena mengharap upah. Digambarkan Rasulullah s.a.w. dalam sebuah hadis riwayat Muslim, besok di hari kiamat ada tiga kelompok orang yang menghadap Allah dengan segudang kebaikan, tetapi mereka justeru dilemparkan Allah ke neraka. Siapa mereka? Yaitu orang-orang yang mencitrakan dirinya sebagai asy-Syuhadâ’ (orang-orang yang mati syahid) yang gugur di medan juang demi status pahlawan, cerdik pandai yang sibuk mengajarkan ilmu agar disebut ulama, dan orang berharta yang selalu berderma supaya dianggap dermawan. Kebaikan mereka tidak berharga sama sekali di mata Allah. Sebagaima hadits berikut: ‫ت‬ ْ ‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬ َ ‫ول‬‫س‬َ‫ر‬ِ ّ ‫اّلل‬ ّ ‫ّل‬ َ‫ص‬ ّ ‫اّلل‬ِ‫ه‬ ْ ‫ي‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬َ‫م‬ ّ ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬‫ول‬‫ق‬ َ ‫ي‬ ّ ‫ن‬ِ‫إ‬ َ ‫ل‬ّ‫و‬ َ ‫أ‬ ِ‫اس‬ّ‫اّنل‬ َ ‫ض‬ ْ ‫ق‬‫ي‬َ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬ِ‫ق‬ ْ ‫ال‬ِ‫ة‬َ‫ام‬َ‫ي‬ِ‫ه‬ ْ ‫ي‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬‫ل‬‫ج‬َ‫ر‬ َ ‫د‬ِ‫ه‬ ْ ‫ش‬‫ت‬ ْ ‫اس‬َ ِ‫ت‬‫أ‬ َ ‫ف‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬
  • 3. 3 ‫ه‬ َ ‫ف‬ّ‫ر‬َ‫ع‬ َ ‫ف‬‫ه‬َ‫م‬َ‫ع‬ِ‫ن‬‫ا‬َ‫ه‬ َ ‫ف‬َ‫ر‬َ‫ع‬ َ ‫ف‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬‫ا‬َ‫م‬ َ ‫ف‬َ‫ت‬ ْ ‫ل‬ِ‫م‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫يه‬ِ‫ف‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬‫ت‬ ْ ‫ل‬ َ ‫ات‬ َ ‫ق‬ َ ‫يك‬ِ‫ف‬ّ‫ّت‬َ‫ح‬‫ت‬ ْ ‫د‬ِ‫ه‬ ْ ‫ش‬‫ت‬ ْ ‫اس‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬َ‫ت‬ْ‫ب‬ َ ‫ذ‬ َ ‫ك‬ َ ‫ك‬ ّ ‫ن‬ِ‫ك‬ َ ‫ل‬َ‫و‬َ‫ت‬ ْ ‫ل‬ َ ‫ات‬ َ ‫ق‬ ْ ‫ن‬ َ ِ‫ِل‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬‫ي‬‫يء‬ِ‫ر‬َ‫ج‬ ْ ‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫ف‬ َ ‫يل‬ِ‫ق‬ّ‫م‬‫ث‬َ‫ر‬ِ‫م‬‫أ‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬َ‫ب‬ ِ‫ح‬‫س‬ َ ‫ف‬ َ َ‫َع‬ِ‫ه‬ِ‫ه‬ ْ ‫ج‬َ‫و‬ ّ‫ّت‬َ‫ح‬َ ِ‫ق‬ ْ ‫ل‬‫أ‬ِ‫ف‬ِ‫ار‬ّ‫اّنل‬‫ل‬‫ج‬َ‫ر‬َ‫و‬َ‫م‬ ّ ‫ل‬َ‫ع‬ َ ‫ت‬َ‫م‬ ْ ‫ل‬ِ‫ع‬ ْ ‫ال‬‫ه‬َ‫م‬ ّ ‫ل‬َ‫ع‬َ‫و‬ َ ‫أ‬َ‫ر‬ َ ‫ق‬َ‫و‬ َ ‫آن‬ْ‫ر‬‫ق‬ ْ ‫ال‬َ ِ‫ت‬‫أ‬ َ ‫ف‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬‫ه‬ َ ‫ف‬ّ‫ر‬َ‫ع‬ َ ‫ف‬‫ه‬َ‫م‬َ‫ع‬ِ‫ن‬‫ا‬َ‫ه‬ َ ‫ف‬َ‫ر‬َ‫ع‬ َ ‫ف‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬‫ا‬َ‫م‬ َ ‫ف‬َ‫ت‬ ْ ‫ل‬ِ‫م‬َ‫ع‬ ‫ا‬َ‫يه‬ِ‫ف‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬‫ت‬ ْ ‫م‬ ّ ‫ل‬َ‫ع‬ َ ‫ت‬َ‫م‬ ْ ‫ل‬ِ‫ع‬ ْ ‫ال‬‫ه‬‫ت‬ ْ ‫م‬ ّ ‫ل‬َ‫ع‬َ‫و‬‫ت‬ ْ ‫أ‬َ‫ر‬ َ ‫ق‬َ‫و‬ َ ‫يك‬ِ‫ف‬ َ ‫آن‬ْ‫ر‬‫ق‬ ْ ‫ال‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬ َ ‫ك‬َ‫ت‬ْ‫ب‬ َ ‫ذ‬ َ ‫ك‬ ّ ‫ن‬ِ‫ك‬ َ ‫ل‬َ‫و‬َ‫ت‬ ْ ‫م‬ ّ ‫ل‬َ‫ع‬ َ ‫ت‬َ‫م‬ ْ ‫ل‬ِ‫ع‬ ْ ‫ال‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬ ِ‫ِل‬‫م‬ِ‫ل‬ َ‫َع‬ َ ‫ت‬ ْ ‫أ‬َ‫ر‬ َ ‫ق‬َ‫و‬ َ ‫آن‬ْ‫ر‬‫ق‬ ْ ‫ال‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬ ِ‫ِل‬َ‫و‬‫ه‬‫ئ‬ِ‫ار‬ َ ‫ق‬ ْ ‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫ف‬ َ ‫يل‬ِ‫ق‬ّ‫م‬‫ث‬َ‫ر‬ِ‫م‬‫أ‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬َ‫ب‬ ِ‫ح‬‫س‬ َ ‫ف‬ َ َ‫َع‬ِ‫ه‬ِ‫ه‬ ْ ‫ج‬َ‫و‬ّ‫ّت‬َ‫ح‬َ ِ‫ق‬ ْ ‫ل‬‫أ‬ِ‫ف‬ِ‫ار‬ّ‫اّنل‬‫ل‬‫ج‬َ‫ر‬َ‫و‬َ‫ع‬ّ‫س‬َ‫و‬ ّ ‫اّلل‬ِ‫ه‬ ْ ‫ي‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬ ‫اه‬ َ‫ط‬ ْ ‫ع‬ َ ‫أ‬َ‫و‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ِ‫اف‬ َ ‫ن‬ ْ ‫ص‬ َ ‫أ‬ِ‫ال‬َ‫م‬ ْ ‫ال‬ِ‫ه‬ ِ ‫لُك‬َ ِ‫ت‬‫أ‬ َ ‫ف‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬‫ه‬ َ ‫ف‬ّ‫ر‬َ‫ع‬ َ ‫ف‬‫ه‬َ‫م‬َ‫ع‬ِ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ه‬ َ ‫ف‬َ‫ر‬َ‫ع‬ َ ‫ف‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬‫ا‬َ‫م‬ َ ‫ف‬َ‫ت‬ ْ ‫ل‬ِ‫م‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫يه‬ِ‫ف‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬‫ا‬َ‫م‬‫ت‬ ْ ‫ك‬َ‫ر‬ َ ‫ت‬ْ‫ن‬ِ‫م‬‫يل‬ِ‫ب‬َ‫س‬ ّ‫ب‬ِ‫ُت‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬َ‫ق‬ َ ‫ف‬ ْ ‫ن‬‫ي‬‫ا‬َ‫يه‬ِ‫ف‬ ّ ‫ال‬ِ‫إ‬‫ت‬ ْ ‫ق‬ َ ‫ف‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬‫ا‬َ‫يه‬ِ‫ف‬ َ ‫ك‬ َ ‫ل‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬َ‫ت‬ْ‫ب‬ َ ‫ذ‬ َ ‫ك‬ َ ‫ك‬ ّ ‫ن‬ِ‫ك‬ َ ‫ل‬َ‫و‬َ‫ت‬ ْ ‫ل‬َ‫ع‬ َ ‫ف‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬ ِ‫ِل‬َ‫و‬‫ه‬‫اد‬َ‫و‬َ‫ج‬ ْ ‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫ف‬ َ ‫يل‬ِ‫ق‬ّ‫م‬‫ث‬‫أ‬َ‫ر‬ِ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬ َ‫ب‬ ِ‫ح‬‫س‬ َ ‫ف‬ َ َ‫َع‬ِ‫ه‬ِ‫ه‬ ْ ‫ج‬َ‫و‬ّ‫م‬‫ث‬َ ِ‫ق‬ ْ ‫ل‬‫أ‬ِ‫ف‬‫ار‬ّ‫اّنل‬. “Saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya manusia yang pertama kali dihisap pada hari Kiamat ialah seseorang yang mati syahid, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas, lantas Dia bertanya: 'Apa yang telah
  • 4. 4 kamu lakukan di dunia wahai hamba-Ku? Dia menjawab: 'Saya berjuang dan berperang demi Engkau ya Allah sehingga saya mati syahid.' Allah berfirman: “Kamu berdusta; sebenarnya kamu berperang bukan karena untuk-Ku, melainkan agar kamu disebut sebagai orang yang berani. Kini kamu telah menyandang gelar tersebut.” Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. Dan didatangkan pula seseorang yang belajar al-Quran dan mengajarkannya, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas, Allah bertanya: 'Apa yang telah kamu perbuat? Dia menjawab, “Saya telah belajar ilmu dan mengajarkannya, saya juga membaca al-Quran demi Engkau.” Allah berfirman: “Kamu dusta, akan tetapi kamu belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Quran agar dikatakan seorang yang mahir dalam membaca, dan kini kamu telah dikatakan seperti itu, kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. Dan seorang laki-laki yang di beri keluasan rizki oleh Allah, kemudian dia menginfakkan hartanya semua, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas.” Allah bertanya: “Apa yang telah kamu perbuat dengannya?” dia menjawab, 'Saya tidak meninggalkannya sedikit pun melainkan saya infakkan harta benda tersebut di jalan yang Engkau ridhai.” Allah berfirman: 'Dusta kamu, akan tetapi kamu melakukan hal itu supaya kamu dikatakan seorang yang dermawan, dan kini kamu telah dikatakan seperti itu.' Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka.” (HR Muslim dari Abu Hurairah, Shahîh Muslim, VI/47, hadits no. 5032) Ketiga, ‘Ibâdah at-Tujjâr (Ibadah Para Pedagang). Inilah ibadah cara pedagang. Ibadahnya semata karena tergiur imbalan lebih besar. Diceritakan, dalam suasana panas menyengat, Khalifah Umar bin al-Khattab meminta segelas air. Saat air sudah terhidang, mendadak sang khalifah menolak, sembari berkata: “Terima kasih. Aku tidak jadi minum, agar kenikmatan yang disediakan untukku di akhirat kelak tidak berkurang”. Terlepas dari kebenaran kisah ini, sikap Umar jelas menunjukkan betapa ia enggan untuk melakukan sesuatu demi menerima imbalan yang menyenangkan di dunia. Khalifah yang berjuluk Al-Fârûq itu teringat firman Allah,
  • 5. 5 َ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬َ‫و‬‫ض‬َ‫ر‬ ْ ‫ع‬‫ي‬َ‫ين‬ِ ّ ‫اَّل‬‫وا‬‫ر‬ َ ‫ف‬ َ ‫ك‬ َ َ‫َع‬ِ‫ار‬ّ‫اّنل‬ْ‫م‬‫ت‬ ْ ‫ب‬ َ ‫ه‬ ْ ‫ذ‬ َ ‫أ‬ ْ‫م‬‫ك‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ي‬ َ‫ط‬ِ‫ف‬‫م‬‫ك‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫ح‬‫ا‬َ‫ي‬ ْ ‫ن‬ّ‫اّدل‬‫م‬‫ت‬ ْ ‫ع‬َ‫ت‬ ْ ‫م‬َ‫ت‬ ْ ‫اس‬َ‫و‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬َ‫م‬ْ‫و‬َ ْ ‫اِل‬ َ ‫ف‬ َ ‫ن‬ْ‫و‬َ‫ز‬ ْ ‫ُت‬َ‫اب‬ َ ‫ذ‬َ‫ع‬ِ‫ون‬‫ه‬ ْ ‫ال‬‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ْ‫م‬‫نت‬‫ك‬ َ ‫ت‬ َ ‫ون‬ ِ‫ِب‬ ْ ‫ك‬َ‫ت‬ ْ‫س‬ِ‫ف‬ِ‫ض‬ْ‫ر‬ َ ‫اِل‬ ِ ْ ‫ي‬ َ ‫غ‬ِ‫ب‬ِ‫ق‬َْ ‫اْل‬‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬َ‫و‬ْ‫م‬‫نت‬‫ك‬ َ ‫ون‬‫ق‬‫س‬ ْ ‫ف‬ َ ‫ت‬. “Dan ingatlah ketika orang-orang kafir dihadapkan ke neraka. Kepada mereka dikatakan, kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan dunia dan kamu telah bersenang-senang dengannya. Maka hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik.” (QS al-Ahqâf/46: 20). Keempat, ‘Ibâdah al-Muthî’în (Ibadah Orang-orang yang Taat). Kualitasnya lebih bagus dari tiga tingkat sebelumnya. Motivasi ibadah pada tingkat ini adalah ketundukan kepada Allah. Ibadah bukan lagi karena paksaan dari luar, melainkan sudah tumbuh dari dalam. Bukan karena takut ancaman atau mengharap imbalan, melainkan karena ingin “balas jasa” atas segala nikmat dan karunia Allah kepada dirinya. Juga didorong keyakinan bahwa hikmah dan manfaat ibadah akan kembali kepada diri manusia. Ikrar hatinya, ْ ‫ل‬‫ق‬ ّ ‫ن‬ِ‫إ‬ِ‫ت‬ َ ‫ال‬ َ‫ص‬ِ‫ك‬‫س‬‫ن‬َ‫و‬َ‫اي‬َ‫ي‬ ْ َ ‫َم‬َ‫و‬ِ‫ات‬َ‫م‬َ‫م‬َ‫و‬ ِ ِ‫ّلل‬ِ‫ب‬َ‫ر‬ َ‫ي‬ِ‫م‬ َ ‫ال‬َ‫ع‬ ْ ‫ال‬. “Katakanlah (hai Muhammad): “Sungguh shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan sekalian alam.” (QS al-An’âm/6: 162). Kelima, ‘Ibâdah al-Mutaladzidzîn (Ibadah Para Penikmat Ibadah), inilah puncak motivasi ibadah seorang hamba. Pada tingkat ini, ibadah tidak lagi untuk “balas jasa” apalagi karena tergiur pernik-pernik dunia. Ada
  • 6. 6 kelezatan ibadah yang tiada tara. Sekejap saja waktu senyap dari ibadah, muncullah gemuruh rindu dan cinta yang menyesakkan dada. Ia telah keranjingan untuk beribadah kepada Sang Maha Segalanya. Sesungguhnya ibadah itu memiliki rasa nikmat, kebahagiaan dan ketenteraman yang hanya bisa diketahui oleh orang yang merasakannya. Bahkan, kesempurnaan ibadah seseorang ditandai kalau dia bisa merasakan bahwa ibadah itu nikmat. Karenanya, ia akan mengesampingkan segala kenikmatan dunia seisinya untuk mencapai kenikmatan tersebut. Kenikmatan ibadah merupakan buah dari keimanan yang menancap kuat dalam diri seorang hamba, lalu dibuktikannya dengan melaksanakan amal shalih. Maka dalam ibadah yang didasari iman dan muncul dari keimanan, akan selalu bisa melahirkan kenikmatan dan kelezatan serta kebahagiaan. Nabi s.a.w. pernah bersabda berkaitan dengan kenikmatan ibadah ini, َ ‫اق‬ َ ‫ذ‬َ‫م‬ ْ ‫ع‬ َ‫ط‬ِ‫ان‬َ‫يم‬ِ‫اإل‬ْ‫ن‬َ‫م‬َ ِ‫ض‬َ‫ر‬ِ ّ ‫اّلل‬ِ‫ب‬‫ا‬ً‫ب‬َ‫ر‬ِ‫م‬ َ ‫ال‬ ْ ‫س‬ِ‫اإل‬ِ‫ب‬َ‫و‬‫ا‬ ً ‫ين‬ِ‫د‬ ‫د‬ّ‫م‬َ‫ح‬‫م‬ِ‫ب‬َ‫و‬ ً ‫وال‬‫س‬َ‫ر‬. “Pasti akan merasakan manisnya iman orang yang ridha terhadap Allah sebagai Rabb, Islam sebagai dîn/aturan hidup, dan Muhammad s.a.w. sebagai rasul.” (HR. Muslim dari al-‘Abbas bin ‘Abdul Muthallib, Shahîh Muslim, I/46, 160). Kenikmatan ibadah merupakan buah dari keimanan yang menancap kuat dalam diri seorang hamba lalu dibuktikannya dengan melaksanakan amal shalih. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, kalau tiga keridhaan ini ada dalam diri seseorang maka dia menjadi orang yang benar-benar jujur dalam beriman. Hal ini sesuai dengan firman Allah,
  • 7. 7 ‫ا‬َ‫م‬ ّ ‫ن‬ِ‫إ‬ َ ‫ون‬‫ن‬ِ‫م‬ ْ ‫ؤ‬‫م‬ ْ ‫ال‬َ‫ين‬ِ ّ ‫اَّل‬‫وا‬‫ن‬َ‫َم‬‫آ‬ِ ّ ‫اّلل‬ِ‫ب‬ِ ِ‫ول‬‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ّ‫م‬‫ث‬ْ‫م‬ َ ‫ل‬ َ ‫ت‬ْ‫ر‬َ‫ي‬‫وا‬‫اب‬ ‫وا‬‫د‬ َ ‫اه‬َ‫ج‬َ‫و‬ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ ْ ‫م‬ َ ‫أ‬ِ‫ب‬ْ‫م‬ِ‫ه‬ ِ‫س‬‫ف‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬َ‫و‬ِ‫ف‬ِ‫يل‬ِ‫ب‬َ‫س‬ِ ّ ‫اّلل‬ َ ‫ك‬ِ َ ‫وَل‬‫أ‬‫م‬‫ه‬ َ ‫ون‬‫ق‬ِ‫د‬‫ا‬ ّ‫الّص‬. “Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu lagi, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS al- Hujurât/49: 15) Dalam ash-Shahîhain, dari Anas bin Malik, dinyatakan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda, ‫ث‬ َ ‫ال‬ َ ‫ث‬ْ‫ن‬َ‫م‬ّ‫ن‬‫ك‬ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ ‫د‬َ‫ج‬َ‫و‬َ‫ح‬ َ ‫ة‬َ‫و‬ َ ‫ال‬ِ‫ان‬َ‫يم‬ِ‫اإل‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬ َ ‫ون‬‫ك‬َ‫ي‬ ّ ‫اّلل‬‫ول‬‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ّ‫ب‬َ‫ح‬ َ ‫أ‬ِ‫ه‬ْ َ ‫ِل‬ِ‫إ‬‫ا‬ّ‫م‬ِ‫م‬‫ا‬َ‫م‬‫اه‬َ‫و‬ِ‫س‬، ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬َ‫و‬ّ‫ب‬ِ‫ُي‬َ‫ء‬ْ‫ر‬َ‫م‬ ْ ‫ال‬ َ ‫ال‬‫ه‬ّ‫ب‬ِ‫ُي‬ ّ ‫ال‬ِ‫إ‬،ِ ّ ِ‫ّلل‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬َ‫و‬َ‫ه‬َ‫ر‬ ْ ‫ك‬َ‫ي‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬ َ ‫ود‬‫ع‬ َ ‫ي‬ِ‫ف‬ِ‫ر‬ ْ ‫ف‬‫ك‬ ْ ‫ال‬‫ا‬َ‫م‬ َ ‫ك‬ ‫ه‬َ‫ر‬ ْ ‫ك‬َ‫ي‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬ َ ‫ف‬ َ ‫ذ‬ ْ ‫ق‬‫ي‬ِ‫ف‬ِ‫ار‬ّ‫اّنل‬. “tiga hal yangt erdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya iman: Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, tidaklah ia mencintai seseorang kecuali karena Allah, dan ia benci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (HR al- Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, I/10, hadits no. 16; HR Muslim, Shahîh Muslim, I/48, hadits no. 174, dari Anas bin Malik). Dalam riwayat Imam Ahmad, dari Abu Razin al-‘Uqaili r.a., dinyatakan:
  • 8. 8 ‫ت‬ ْ ‫ي‬ َ ‫ت‬ َ ‫أ‬ َ ‫ول‬‫س‬َ‫ر‬ِ ّ ‫اّلل‬ ّ ‫ّل‬ َ‫ص‬ ّ ‫اّلل‬ِ‫ه‬ ْ ‫ي‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬َ‫م‬ ّ ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬‫ت‬ ْ ‫ل‬‫ق‬ َ ‫ف‬‫ا‬َ‫ي‬ َ ‫ول‬‫س‬َ‫ر‬ ِ ّ ‫اّلل‬ َ ‫ف‬ ْ ‫ي‬ َ ‫ك‬ِ‫ي‬ ْ ‫ُي‬ ّ ‫اّلل‬ َ ‫ت‬ْ‫و‬َ‫م‬ ْ ‫ال‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬‫ا‬َ‫م‬ َ ‫أ‬ َ ‫ت‬ْ‫ر‬َ‫ر‬َ‫م‬‫ض‬ْ‫ر‬ َ ‫أ‬ِ‫ب‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ ‫ك‬ ِ‫ض‬ْ‫ر‬ َ ‫أ‬‫ة‬َ‫ب‬ِ‫د‬ ْ ‫ُم‬ َ ‫ت‬ْ‫ر‬َ‫ر‬َ‫م‬ّ‫م‬‫ث‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ ً ‫ة‬َ‫ب‬ َ‫ّص‬ ْ ‫ُم‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬ْ‫م‬َ‫ع‬ َ ‫ن‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬ َ ‫ك‬ِ‫ل‬ َ ‫ذ‬ َ ‫ك‬ ‫ور‬‫ش‬ ّ ‫الّن‬‫ا‬ َ ‫ق‬ َ ‫ل‬ َ ‫ول‬‫س‬َ‫ار‬َ‫ي‬ِ ّ ‫اّلل‬‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬‫ان‬َ‫يم‬ِ ْ ‫اإل‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬ َ ‫د‬َ‫ه‬ ْ ‫ش‬ َ ‫ت‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬ َ ‫ال‬َ َ ‫ل‬ِ‫إ‬ ّ ‫اّلل‬ ّ ‫ال‬ِ‫إ‬‫ه‬ َ ‫د‬ ْ ‫ح‬َ‫و‬ َ ‫ال‬ َ ‫يك‬ِ َ ‫َش‬ َ ‫ل‬ ّ ‫ن‬ َ ‫أ‬َ‫و‬‫ا‬ ً ‫د‬ّ‫م‬ َ ‫َم‬‫ه‬‫د‬ ْ ‫ب‬ َ ‫ع‬ ‫ول‬‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬َ‫و‬ َ ‫ون‬‫ك‬َ‫ي‬ ّ ‫اّلل‬‫ول‬‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ّ‫ب‬َ‫ح‬ َ ‫أ‬ َ ‫ك‬ْ َ ‫ِل‬ِ‫إ‬‫ا‬ّ‫م‬ِ‫م‬ ‫ا‬َ‫م‬‫اه‬َ‫و‬ِ‫س‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬َ‫و‬ َ ‫ق‬َ‫ر‬ ْ ‫ُت‬ِ‫ار‬ّ‫اّنل‬ِ‫ب‬َ‫ح‬ َ ‫أ‬ّ‫ب‬ َ ‫ك‬ْ َ ‫ِل‬ِ‫إ‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬َ‫ك‬ِ ْ ‫ْش‬‫ت‬ ِ ّ ‫اّلل‬ِ‫ب‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬َ‫و‬ّ‫ب‬ِ‫ُت‬َ ْ ‫ي‬ َ ‫غ‬‫ي‬ِ‫ذ‬‫ب‬ َ‫س‬ َ ‫ن‬ َ ‫ال‬‫ه‬ّ‫ب‬ِ‫ُت‬ ّ ‫ال‬ِ‫إ‬ِ ّ ِ‫ّلل‬ّ‫ز‬َ‫ع‬ ّ ‫ل‬َ‫ج‬َ‫و‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ ‫ف‬َ‫ت‬ ْ ‫ن‬‫ك‬ َ ‫ك‬ِ‫ل‬ َ ‫ذ‬ َ ‫ك‬ ْ ‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫ف‬ َ ‫ل‬ َ ‫خ‬ َ ‫د‬ّ‫ب‬‫ح‬ِ‫ان‬َ‫يم‬ِ ْ ‫اإل‬ِ‫ف‬ َ ‫ك‬ِ‫ب‬ ْ ‫ل‬ َ ‫ق‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ ‫ك‬ َ ‫ل‬ َ ‫خ‬ َ ‫د‬ّ‫ب‬‫ح‬ِ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ ْ ‫ال‬ِ‫آن‬ ْ ‫م‬ ّ ‫لّظ‬ِ‫ل‬ِ‫ف‬ِ‫م‬ْ‫و‬َ ْ ‫اِل‬ِ‫ظ‬ِ‫ئ‬‫ا‬ َ ‫ق‬ ْ ‫ال‬ ْ ‫ل‬‫ق‬‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬ َ ‫ول‬‫س‬َ‫ر‬ِ ّ ‫اّلل‬ َ ‫ف‬ ْ ‫ي‬ َ ‫ك‬ِ‫ل‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬ِ‫ب‬َ‫م‬ َ ‫ل‬ ْ ‫ع‬ َ ‫أ‬ ِ ‫ّن‬ َ ‫أ‬‫ن‬ِ‫م‬ ْ ‫ؤ‬‫م‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫ت‬ّ‫م‬‫أ‬ْ‫و‬ َ ‫أ‬ِ‫ه‬ِ‫ذ‬ َ ‫ه‬ِ‫ة‬ّ‫م‬ ْ ‫اِل‬‫د‬ ْ ‫ب‬ َ ‫ع‬‫ل‬َ‫م‬ ْ ‫ع‬ َ ‫ي‬ ً ‫ة‬ َ ‫ن‬ َ‫س‬َ‫ح‬‫م‬ َ ‫ل‬ ْ ‫ع‬َ‫ي‬ َ ‫ف‬‫ا‬َ‫ه‬ ّ ‫ن‬ َ ‫أ‬ ‫ة‬ َ ‫ن‬ َ‫س‬َ‫ح‬ ّ ‫ن‬ َ ‫أ‬َ‫و‬َ ّ ‫اّلل‬ّ‫ز‬َ‫ع‬ ّ ‫ل‬َ‫ج‬َ‫و‬ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫از‬َ‫ج‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬‫ا‬ً ْ ‫ي‬ َ ‫خ‬ َ ‫ال‬َ‫و‬‫ل‬َ‫م‬ ْ ‫ع‬ َ ‫ي‬ ً ‫ة‬َ‫ئ‬ِ‫ّي‬َ‫س‬‫م‬ َ ‫ل‬ ْ ‫ع‬َ‫ي‬ َ ‫ف‬‫ا‬َ‫ه‬ ّ ‫ن‬ َ ‫أ‬‫ة‬َ‫ئ‬ِ‫ّي‬َ‫س‬َ‫ر‬ َ ‫ف‬ ْ ‫غ‬َ‫ت‬ ْ ‫اس‬َ‫و‬َ ّ ‫اّلل‬ّ‫ز‬َ‫ع‬ ّ ‫ل‬َ‫ج‬َ‫و‬‫ا‬َ‫ه‬ ْ ‫ن‬ِ‫م‬ ‫م‬ َ ‫ل‬ ْ ‫ع‬َ‫ي‬َ‫و‬‫ه‬ ّ ‫ن‬ َ ‫أ‬ َ ‫ال‬‫ر‬ِ‫ف‬ ْ ‫غ‬ َ ‫ي‬ ّ ‫ال‬ِ‫إ‬َ‫و‬‫ه‬ ّ ‫ال‬ِ‫إ‬َ‫و‬‫ه‬َ‫و‬‫ن‬ِ‫م‬ ْ ‫ؤ‬‫م‬.
  • 9. 9 “Saya menemui Rasulullah s.a.w. lalu saya berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana Allah menghidupkan orang yang mati, apa bukti tersebut bagi makhluq-Nya? (Rasulullah s.a.w.) menjawab, “Apa kalian pernah melewati suatu tanah yang tandus lalu kalian melewatinya dalam keadaan subur?” (Abu Razin) berkata; “Ya.” Lalu (Rasulullah s.a.w.) bersabda: “Begitulah fenomena kebangkitan.” (Abu Razin) berkata; Wahai Rasulullah, apakah iman itu? Beliau bersabda: “Kamu bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul- Nya. Allah dan Rasul-Nya lebih kamu sukai daripada selainnya. Ia dibakar dengan neraka lebih dia sukai daripada menyekutukan Allah. Kamu mencintai orang yang tidak punya kekerabatan denganmu, kamu tidakmencintainya kecuali hanya karena Allah ‘Azza wa Jalla. Jika kamu seperti itu, kecintaan kepada iman telah masuk dalam hatimu, sebagaimana masuknya air kepada orang yang haus pada hari yang sangat panas. Saya bertanya, Wahai Rasulullah, bagaimana saya mengetahui bahwa saya adalah seorang mukmin?. Beliau bersabda: “Tidaklah dari umatku, atau dari umat ini seorang hamba yang mengerjakan kebaikan, lalu dia mengetahui bahwa hal itu adalah kebaikan, ia sadar bahwa Allah ‘Azza wa Jalla akan membalasnya dengan kebaikan, dia tidak melakukan kejelekan dan dia mengetahui bahwa itu adalah kejelekan, lalu dia meminta ampunan kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan dia sadar bahwa tidak ada yang mengampuni selain Dia kecuali orang yang mukmin.” (HR Ahmad bin Hanbal dari Abu Razin al-‘Uqaili, Musnad Ahmad ibn Hanbal, IV/11, hadits no. 16239) Makna manisnya iman adalah kenikmatan yang dirasakan ketika melaksanakan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, meskipun harus menanggung beban berat dalam melaksanakan sesuatuyang diharapkan akan memeroleh ridha dari Allah 'Azza wa Jalla, serta mengutamakan hal tersebut atas tawaran ‘kelezatan’ duniawi. Inilah yang dirasakan Rasulullah s.a.w.. Beliau sudah dijamin oleh Allah Allah akan masuk surga, tetapi beliau secara terus-menerus melaksanakan shalatnya dengan kesungguhan yang tinggi, sampai dikisahkan oleh para sahabatnya bahwa ‘pernah kaki beliau bengkak’ karena terlalu lama melaksanakan shalat. Hal ini juga terjadi pada Ali bin Abi Thalib yang karena begitu menikmati shalatnya, sampai pernah minta agar anak panah yang menancap di badannya dicabut ketika sedang
  • 10. 10 melaksanakan shalat. Sementara itu, Abdurrahman bin Auf, saudagar kaya, sekaligus satu dari sepuluh sahabat yang mendapat ‘garansi’ surga dari Rasulullah s.a.w., bahkan dengan ‘ikhlas’ membagikan tiga ‘kantung’ berisi uang hasil keuntungan dagangnya kepada mereka yang membutuhkan. Nah, setelah kita baca tulisan di atas, bertanyalah kepada diri kita masing-masing: “Dimanakah posisi kita dalam beribadah?” Silakan menjawab dengan sejujur-jujurnya. (Dikutip dan diselaraskan dari tulisan M. Husnaini, Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya, dalam, http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/02/17/mid9mn-apa- motivasi-kita-beribadah)