SlideShare a Scribd company logo
Mengenal Ragam Tingkatan Motivasi
Dalam Beribadah
Berkali-kali saya mendengar para mubaligh, ustadz, khatib dan kyai
dalam ceramah mereka, dan membaca tulisan para penulis yang
menyatakan dengan tegas bahwa tujuan hidup kita – umat manusia ini -hanya untuk “beribadah kepada Allah”. Karena Allah telah menciptakan
diri kita dengan tujuan utama: “untuk hanya beribadah” kepada-Nya.
Selaras dengan firman Allah,

ِ ُ ُْ ِ
‫.وما خلقت الجن والنس إ ِل ّ ليَعبدون‬
َ ِ َ ّ ِ ْ ُ ْ ََ َ َ
“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku” (QS adz-Dzâriyât/51: 56).
Ibadah yang dimaksud dalam ayat di atas mencakup pengertian
(ibadah) mahdhah (ibadah khusus yang terstruktur, yang tata caranya sudah
ditentukan oleh Allah dan atau Rasul-Nya) dan yang ghairu mahdhah
(mustafâdah), yaitu: “setiap perbuatan baik yang bermanfaat dan diniatkan
semata karena dan untuk Allah”.
Sayid Quthb dalam tafsir Fî Zhilâl al-Qurân (VI/3387) menyatakan,
bahwa ibadah merupakan al-Wadhîfah al-Ilâhiyyah, tugas yang dibebankan
Allah kepada manusia. Jadi, ketika manusia menjalankan ibadah, maka ia
telah memfungsikan hakikat penciptaannya. Sebaliknya, manusia yang
melalaikan ibadah, berarti telah mendisfungsikan hakikat penciptaanya.
Seperti lampu yang dibeli untuk tujuan penerangan, ketika lampu itu tidak
bisa lagi menerangi, berarti telah mengalami disfungsi. Itulah analogi bagi
manusia yang enggan untuk beribadah. Dan oleh karena itu, setiap manusia
harus selalu melakukukan tajdîd an-niyyah (pembaruan niat atau motivasi),
agar dirinya tidak mengalami disorientasi di dalam hidupnya. Motivasi
(niat) setiap orang akan selalu menjadi unsur penentu dalam membangun
ibadahnya. Dan motivasi setiap orang dalam beribadah ternyata tidak
pernah sama, berkaitan dengan pengalaman dan tantangan kehidupan
masing-masing yang pernah dialaminya.
Sementara itu, para ulama membagi kualitas motivasi ibadah pada
diri manusia menjadi lima tingkatan.
Pertama, ‘Ibâdah al-Mukrahîn (Ibadah Orang-orang yang
Terpaksa). Ini adalah tingkat motivasi terendah. Pada tingkat ini, ibadah
hanya dipahami sebagai kewajiban. Ibarat anak Sekolah Dasar yang
mengerjakan Pekerjaan Rumah, orang yang sedang beribadah itu bukan
1
didorong dari dalam dirinya, melainkan karena paksaan dari luar. Malah
seringkali sekadar untuk memelihara kepantasan. Sebagaimana yang
tersebut di dalam firman Allah,

ْ ُ ّ
‫وما منعهم أن تقبل منهم نفقاتهم إ ِل ّ أ َنهم‬
ْ ُ ُ َ َ َ ْ ُ ِْ َ َْ ُ َ ْ ُ َ ََ َ َ
َ ّ
َ َُْ َ ِ ِ ُ َ َِ ِ ّ ِ ْ ُ َ َ
ّ ‫كفروا بالله وبرسوله ول َ يأتون الصل َة إ ِل‬
َ‫.وهم كسالى ول َ ينفقون إ ِل ّ وهم كارهون‬
ُ ِ َ ْ ُ َ
َ ُ ِ ُ َ َ َ ُ ْ ُ َ

“Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka
nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan
RasulNya dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan
malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan
rasa enggan.” (QS at-Taubah/9: 54)
Kedua, ‘Ibâdah al-‘Ummâl (Ibadah Para Pekerja). Ibadah pada
tingkat ini penuh vested interest. Ibarat seorang kuli, orang rela bekerja siang
dan malam karena mengharap upah. Digambarkan Rasulullah s.a.w. dalam
sebuah hadis riwayat Muslim, besok di hari kiamat ada tiga kelompok orang
yang menghadap Allah dengan segudang kebaikan, tetapi mereka justeru
dilemparkan Allah ke neraka. Siapa mereka? Yaitu orang-orang yang
mencitrakan dirinya sebagai asy-Syuhadâ’ (orang-orang yang mati syahid)
yang gugur di medan juang demi status pahlawan, cerdik pandai yang
sibuk mengajarkan ilmu agar disebut ulama, dan orang berharta yang selalu
berderma supaya dianggap dermawan. Kebaikan mereka tidak berharga
sama sekali di mata Allah. Sebagaima hadits berikut:

َ َّ َ ِ ََْ ُ
‫سمعت رسول الله صلى اللّه عليه وسلم‬
َّ ِ ّ َ ُ َ ُ ْ ِ َ
ِ‫يقول إ ِن أَول الناس يقضى يوم القيامة عليه‬
ََْ ِ َ َِ ْ َ ْ َ َ ْ ُ ِ ّ َ ّ ّ ُ ُ َ
‫رجل استشهد فأتي به فعرفه نعمه فعرفها‬
َ َ َ َ َ ُ َ َ ِ ُ َ ّ َ َ ِ ِ َ َُِ َ ِ ْ ُْ ٌ ُ َ
‫قال فما عملت فيها قال قاتلت فيك حتى‬
َّ َ ِ ُ َْ َ َ َ َ ِ َ ِْ َ َ َ َ َ
َ َ ُ ْ ِ َ َْ َ َ ِّ ََ َ َْ َ َ َ ُ ْ ِ ْ ُْ
‫استشهدت قال كذبت ولكنك قاتلت ل َن يقال‬
‫جريء فقد قيل ثم أ ُمر به فسحب على‬
ََ َ ِ ُ َ ِ ِ َ ِ ّ ُ َ ِ ْ َ َ ٌ ِ َ
َ ِْ ْ َ َّ َ ٌ ُ َ َ ِ ّ
‫وجهه حتى أُلقي في النار ورجل تعلم العلم‬
ِ َ ِ ْ
َّ ِ ِ ْ َ
2
ُ َ َ ِ ُ َ ّ َ َ ِ ِ َ َُِ َ ْ ُ ْ َ َ َ ُ َ َّ َ
‫وعلمه وقرأَ القرآن فأتي به فعرفه نعمه‬
ُ ْ َّ َ َ َ َ ِ َ ِْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
‫فعرفها قال فما عملت فيها قال تعلمت‬
َ َْ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ ِ ُ َْ َ َ ُ ُْ َّ َ َ ِْ ْ
‫العلم وعلمته وقرأت فيك القرآن قال كذبت‬
َ َْ َ َ ٌ ِ َ َ َ ُِ َ ِْ ْ َ ْ َّ َ َ ِّ ََ
‫ولكنك تعلمت العلم ليقال عالم وقرأت‬
ِ ِ َ ِ ّ ُ َ ِ ْ َ َ ٌ ِ َ َ ُ َ َ ُِ َ ْ ُ ْ
‫القرآن ليقال هو قارئ فقد قيل ثم أ ُمر به‬
ِ‫فسحب على وجهه حتى أ ُلقي في النار‬
ّ
ِ َ ِ ْ
َّ ِ ِ ْ َ
ََ َ ِ ُ َ
ِ َْ ْ ِ ُ َ ْ َ ِ ََْ ُ ّ َ ّ َ ٌ ُ َ َ
‫ورجل وسع الله عليه وأ َعطاه من أ َصناف‬
َ َ َ َ َ َ َ ُ َ َ ِ ُ َ ّ َ َ ِ ِ َ َُِ ِ ُّ ِ َ ْ
‫المال كله فأتي به فعرفه نعمه فعرفها قال‬
ّ ِ ُ ٍ َِ ْ ِ ُ ْ َ َ َ َ َ َ ِ َ ِْ َ َ َ
‫فما عملت فيها قال ما تركت من سبيل تحب‬
َ َْ َ َ َ َ َ َ ِ ُ ْ َ ْ ّ َ ِ َ َ ُْ ْ
‫أَن ينفق فيها إ ِل أَنفقت فيها لك قال كذبت‬
ّ ُ َ ِ ْ َ َ ٌ َ َ َ ُ َ َ ُِ َ َْ َ َ ِّ ََ
‫ولكنك فعلت ليقال هو جواد فقد قيل ثم‬
‫.أ ُمر به فسحب على وجهه ثم أ ُلقي في النار‬
ّ
ِ َ ِ ْ ّ ُ ِ ِ ْ َ ََ َ ِ ُ َ ِ ِ َ ِ
“Saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya
manusia yang pertama kali dihisap pada hari Kiamat ialah seseorang
yang mati syahid, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia
mengetahuinya dengan jelas, lantas Dia bertanya: 'Apa yang telah
kamu lakukan di dunia wahai hamba-Ku? Dia menjawab: 'Saya
berjuang dan berperang demi Engkau ya Allah sehingga saya mati
syahid.' Allah berfirman: “Kamu berdusta; sebenarnya kamu
berperang bukan karena untuk-Ku, melainkan agar kamu disebut
sebagai orang yang berani. Kini kamu telah menyandang gelar
tersebut.” Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dicampakkan
dan dilemparkan ke dalam neraka. Dan didatangkan pula seseorang
yang belajar al-Quran dan mengajarkannya, lalu diperlihatkan
kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas, Allah
bertanya: 'Apa yang telah kamu perbuat? Dia menjawab, “Saya telah
belajar ilmu dan mengajarkannya, saya juga membaca al-Quran demi
Engkau.” Allah berfirman: “Kamu dusta, akan tetapi kamu belajar
ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Quran agar dikatakan
seorang yang mahir dalam membaca, dan kini kamu telah dikatakan

3
seperti itu, kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia
dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. Dan seorang laki-laki
yang di beri keluasan rizki oleh Allah, kemudian dia menginfakkan
hartanya semua, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia
mengetahuinya dengan jelas.” Allah bertanya: “Apa yang telah kamu
perbuat dengannya?” dia menjawab, 'Saya tidak meninggalkannya
sedikit pun melainkan saya infakkan harta benda tersebut di jalan yang
Engkau ridhai.” Allah berfirman: 'Dusta kamu, akan tetapi kamu
melakukan hal itu supaya kamu dikatakan seorang yang dermawan,
dan kini kamu telah dikatakan seperti itu.' Kemudian diperintahkan
kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka.”
(HR Muslim dari Abu Hurairah, Shahîh Muslim, VI/47, hadits
no. 5032)
Ketiga, ‘Ibâdah at-Tujjâr (Ibadah Para Pedagang). Inilah ibadah
cara pedagang. Ibadahnya semata karena tergiur imbalan lebih besar.
Diceritakan, dalam suasana panas menyengat, Khalifah Umar bin
al-Khattab meminta segelas air. Saat air sudah terhidang, mendadak sang
khalifah menolak, sembari berkata: “Terima kasih. Aku tidak jadi minum,
agar kenikmatan yang disediakan untukku di akhirat kelak tidak
berkurang”. Terlepas dari kebenaran kisah ini, sikap Umar jelas
menunjukkan betapa ia enggan untuk melakukan sesuatu demi menerima
imbalan yang menyenangkan di dunia. Khalifah yang berjuluk Al-Fârûq itu
teringat firman Allah,

ْ َُْ ْ ِ ّ
‫ويوم يعرض الذين كفروا على النار أ َذهبتم‬
ََ
ُ َ َ َ ِ ّ ُ َ ْ ُ َ ْ ََ
‫طيباتكم في حياتكم الدنيا واستمتعتم بها‬
َ ِ ُْ َْ َْ َ َّْ ُ ُ ِ ََ
ِ ْ ُ ِ ََّ
ْ‫فاليوم تجزون عذاب الهون بما كنتم‬
ُ ُ
َ ِ ِ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َْ َ
ْ ُ ُ َ َِ ّ ْ ِ َْ ِ ِ ْ
‫تستكبرون في ال َرض بغير الحَق وبما كنتم‬
ِ َ ُ ِْ َْ َ
َ ُ ُ ْ َ
‫.تفسقون‬
“Dan ingatlah ketika orang-orang kafir dihadapkan ke neraka. Kepada
mereka dikatakan, kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam
kehidupan dunia dan kamu telah bersenang-senang dengannya. Maka
hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan karena kamu
telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu
telah fasik.” (QS al-Ahqâf/46: 20).

4
Keempat, ‘Ibâdah al-Muthî’în (Ibadah Orang-orang yang Taat).
Kualitasnya lebih bagus dari tiga tingkat sebelumnya. Motivasi ibadah pada
tingkat ini adalah ketundukan kepada Allah. Ibadah bukan lagi karena
paksaan dari luar, melainkan sudah tumbuh dari dalam. Bukan karena takut
ancaman atau mengharap imbalan, melainkan karena ingin “balas jasa” atas
segala nikmat dan karunia Allah kepada dirinya. Juga didorong keyakinan
bahwa hikmah dan manfaat ibadah akan kembali kepada diri manusia. Ikrar
hatinya,

ِ ِّ ِ َ َ َ
‫قل إِن صل َِتي ونسكي ومحيايَ ومماتي لله‬
َْ َ َ
ِ ُ َُ
َ ّ ْ ُ
َ ِ َ َ ْ ّ َ
‫.رب العالمين‬
“Katakanlah (hai Muhammad): “Sungguh shalatku, ibadahku,
hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan sekalian alam.” (QS
al-An’âm/6: 162).
Kelima, ‘Ibâdah al-Mutaladzidzîn (Ibadah Para Penikmat Ibadah),
inilah puncak motivasi ibadah seorang hamba. Pada tingkat ini, ibadah tidak
lagi untuk “balas jasa” apalagi karena tergiur pernik-pernik dunia. Ada
kelezatan ibadah yang tiada tara. Sekejap saja waktu senyap dari ibadah,
muncullah gemuruh rindu dan cinta yang menyesakkan dada. Ia telah
keranjingan untuk beribadah kepada Sang Maha Segalanya.
Sesungguhnya ibadah itu memiliki rasa nikmat, kebahagiaan dan
ketenteraman yang hanya bisa diketahui oleh orang yang merasakannya.
Bahkan, kesempurnaan ibadah seseorang ditandai kalau dia bisa merasakan
bahwa ibadah itu nikmat. Karenanya, ia akan mengesampingkan segala
kenikmatan dunia seisinya untuk mencapai kenikmatan tersebut.
Kenikmatan ibadah merupakan buah dari keimanan yang
menancap kuat dalam diri seorang hamba, lalu dibuktikannya dengan
melaksanakan amal shalih. Maka dalam ibadah yang didasari iman dan
muncul dari keimanan, akan selalu bisa melahirkan kenikmatan dan
kelezatan serta kebahagiaan.
ini,

Nabi s.a.w. pernah bersabda berkaitan dengan kenikmatan ibadah

‫ذاق طعم اليمان من رضى بالله ربا‬
َّ ِ ّ ِ َ ِ َ ْ َ ِ َ ِ َ ْ َ َ َ
ً ‫.وبالِسل َم دينا وبمحمد رسول‬
ُ َ ٍ ّ َ ُ َِ ً ِ ِ ْ
َِ
5
“Pasti akan merasakan manisnya iman orang yang ridha terhadap
Allah sebagai Rabb, Islam sebagai dîn/aturan hidup, dan Muhammad
s.a.w. sebagai rasul.” (HR. Muslim dari al-‘Abbas bin ‘Abdul
Muthallib, Shahîh Muslim, I/46, 160).
Kenikmatan ibadah merupakan buah dari keimanan yang
menancap kuat dalam diri seorang hamba lalu dibuktikannya dengan
melaksanakan amal shalih.
Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, kalau tiga keridhaan ini ada
dalam diri seseorang maka dia menjadi orang yang benar-benar jujur dalam
beriman. Hal ini sesuai dengan firman Allah,

ّ ُ ِ ِ ُ َ َ ِ ِ َُ َ ِ ّ َ ُِ ْ ُ ْ َ ّ
‫إِنما المؤمنون الذين آَمنوا باللّه ورسوله ثم‬
‫لم يرتابوا وجاهدوا بأموالهم وأ َنفسهم في‬
ِ ْ ِ ِ ُ ْ َ ْ ِ ِ َ ْ َِ ُ َ َ َ
ُ َْ َ ْ َ
َ‫.سبيل الله أولئك هُم الصادقون‬
ُ ِ ّ
ُ
َ َِ ُ ِ ّ ِ َِ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka
yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak
ragu-ragu lagi, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di
jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS alHujurât/49: 15)
Dalam ash-Shahîhain, dari Anas bin Malik, dinyatakan bahwa
Rasulullah s.a.w. bersabda,

ْ ِ َ ِ َ
‫ثل َث من كن فيه وجد حل َوَة اليمان أ َن‬
َ َ َ َ ِ ِ ّ ُ ْ َ ٌ َ
، ‫يكون الله ورسوله أ َحب إِليه مما سواهما‬
َ ُ َ ِ ّ ِ ِ َْ ّ َ ُ ُ ُ َ َ ُ ّ َ ُ َ
ْ َ َ ْ َ ْ َ ِ ِّ
‫وأَن يحب المرء ل َ يحبه إ ِل ّ لله، وأ َن يكره أ َن‬
ُ ِّ ُ َ ْ َ ْ ّ ِ ُ ْ َ
‫يعود في الكفر كما يكره أَن يقذف في‬
ِ َ َ ْ ُ ْ ُ َ ْ َ َ َ ِ ْ ُ ْ
ِ َ ُ َ
ِ‫.النار‬
ّ

“tiga hal yangt erdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan
manisnya iman: Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain
keduanya, tidaklah ia mencintai seseorang kecuali karena Allah, dan ia
benci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya
sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (HR al-

6
‫,‪Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, I/10, hadits no. 16; HR Muslim‬‬
‫.)‪Shahîh Muslim, I/48, hadits no. 174, dari Anas bin Malik‬‬
‫,.‪Dalam riwayat Imam Ahmad, dari Abu Razin al-‘Uqaili r.a‬‬
‫:‪dinyatakan‬‬

‫ّ ُ ََْ ِ َ َّ َ َ ُْ ُ‬
‫أَتيت رسول الله صلى الله عليه وسلم فقلت‬
‫َْ ُ َ ُ َ ّ ِ َّ‬
‫يا رسول الله كيف يحيي الله الموتى قال أ َما‬
‫ّ ُ ْ َ َْ َ َ َ‬
‫َ َ ُ َ ّ ِ َْ َ ُ ِْ‬
‫مررت بأرض من أَرضك مجدبَة ثممررت بها‬
‫َ َ ْ َ َِ ْ ٍ ِ ْ ْ ِ َ ُ ْ ِ ٍ ُ ّ َ َ ْ َ ِ َ‬
‫ُ ْ ََ ً َ َ َ َ ْ َ َ َ َِ َ ّ ُ ُ َ َ‬
‫مخصبة قال نعم قال كذلك النشور قال‬
‫يارسول الله وما اليمان قال أ َن تشهد أ َن ل‬
‫َ َ ُ َ ّ ِ َ َ ِْ َ ُ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ‬
‫إ ِله إ ِلالله وحده ل شريك له وأ َن محمدا‬
‫َ َ ّ ّ ُ َ ْ َ ُ َ َ ِ َ َ ُ َ ّ ُ َ ّ ً‬
‫عبده ورسوله وأَن يكون الله ورسوله أ َحبّ‬
‫َْ ُ ُ َ َ ُ ُ ُ َ ْ َ ُ َ ّ ُ َ َ ُ ُ ُ َ‬
‫إِليك مما سواهما وأَن تحرق بالنار أ َحبّ‬
‫ِ َ ُ َ َ ْ ُ ْ َ َ ِ ّ ِ َ‬
‫َْ َ ِ ّ‬
‫إ ِليك من أَن تشرك بالله وأَن تحب غير ذي‬
‫َْ َ ِ ْ ْ ُ ْ ِ َ ِ ّ ِ َ ْ ُ ِ ّ َْ َ ِ‬
‫نسب ل تحبه إ ِل لله عز وجل فإذا كنت كذلك‬
‫َ َ ٍ َ ُ ِّ ُ ّ ِّ ِ َ ّ َ َ ّ َِ َ ُْ َ َ َِ َ‬
‫َِْ َ َ َ َ َ َ‬
‫فقد دخل حب اليمان في قلبك كما دخل‬
‫َ َ ْ َ َ َ ُ ّ ِْ َ ِ ِ‬
‫حب الماء للظمآن في اليوم القائظ قلت يا‬
‫َْ ْ ِ ْ َ ِ ِ ُْ ُ َ‬
‫ُ ّ ْ َ ِ ِ ّ ْ ِ ِ‬
‫ُ ْ ِ ٌ‬
‫رسول الله كيف لي بأن أ َعلَم أ َني مؤمن‬
‫َِ ْ ْ َ ّ‬
‫َ ُ َ ّ ِ َْ َ ِ‬
‫ْ َ ِ ِ ْ ّ ِ َْ ٌ َ ْ َ ُ‬
‫قال ما من أ ُمتي أ َو هذه ال ُمة عبد يعمل‬
‫َ َ َ ِ ْ ِّ‬
‫َ ََ ً ََ َْ ُ ّ َ َ ََ ٌ َ ّ ّ َ َ ّ َ َ ّ‬
‫حسنة فيعلم أَنها حسنة وأَن الله عز وجل‬
‫جازيه بها خيرا ول يعمل سيئة فيعلم أ َنها‬
‫َ ِ ِ ِ َ َْ ً َ َ َ ْ َ ُ ََّ ً ََ َْ ُ ّ َ‬
‫ََّ ٌ َ َْ ْ َ َ ّ َ َ ّ َ َ ّ ِْ َ ََ َْ ُ ّ ُ‬
‫سيئة واستغفر الله عز وجل منها ويعلم أ َنه‬
‫َ َ ْ ِ ُ ّ ُ َ ّ َ ُ َ ُ ْ ِ ٌ‬
‫.ل يغفر إ ِل هو إ ِل وهو مؤمن‬
‫,‪“Saya menemui Rasulullah s.a.w. lalu saya berkata: Wahai Rasulullah‬‬
‫‪bagaimana Allah menghidupkan orang yang mati, apa bukti tersebut‬‬

‫7‬
bagi makhluq-Nya? (Rasulullah s.a.w.) menjawab, “Apa kalian pernah
melewati suatu tanah yang tandus lalu kalian melewatinya dalam
keadaan subur?” (Abu Razin) berkata; “Ya.” Lalu (Rasulullah s.a.w.)
bersabda: “Begitulah fenomena kebangkitan.” (Abu Razin) berkata;
Wahai Rasulullah, apakah iman itu? Beliau bersabda: “Kamu bersaksi
bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah, Yang Maha Esa,
tidak ada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah hamba-Nya dan RasulNya. Allah dan Rasul-Nya lebih kamu sukai daripada selainnya. Ia
dibakar dengan neraka lebih dia sukai daripada menyekutukan Allah.
Kamu mencintai orang yang tidak punya kekerabatan denganmu,
kamu tidakmencintainya kecuali hanya karena Allah ‘Azza wa Jalla.
Jika kamu seperti itu, kecintaan kepada iman telah masuk dalam
hatimu, sebagaimana masuknya air kepada orang yang haus pada hari
yang sangat panas. Saya bertanya, Wahai Rasulullah, bagaimana saya
mengetahui bahwa saya adalah seorang mukmin?. Beliau bersabda:
“Tidaklah dari umatku, atau dari umat ini seorang hamba yang
mengerjakan kebaikan, lalu dia mengetahui bahwa hal itu adalah
kebaikan, ia sadar bahwa Allah ‘Azza wa Jalla akan membalasnya
dengan kebaikan, dia tidak melakukan kejelekan dan dia mengetahui
bahwa itu adalah kejelekan, lalu dia meminta ampunan kepada Allah
‘Azza wa Jalla, dan dia sadar bahwa tidak ada yang mengampuni
selain Dia kecuali orang yang mukmin.” (HR Ahmad bin Hanbal
dari Abu Razin al-‘Uqaili, Musnad Ahmad ibn Hanbal, IV/11,
hadits no. 16239)
Makna manisnya iman adalah kenikmatan yang dirasakan ketika
melaksanakan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, meskipun harus
menanggung beban berat dalam melaksanakan sesuatuyang diharapkan
akan memeroleh ridha dari Allah 'Azza wa Jalla, serta mengutamakan hal
tersebut atas tawaran ‘kelezatan’ duniawi.
Inilah yang dirasakan Rasulullah s.a.w.. Beliau sudah dijamin oleh
Allah Allah akan masuk surga, tetapi beliau secara terus-menerus
melaksanakan shalatnya dengan kesungguhan yang tinggi, sampai
dikisahkan oleh para sahabatnya bahwa ‘pernah kaki beliau bengkak’
karena terlalu lama melaksanakan shalat. Hal ini juga terjadi pada Ali bin
Abi Thalib yang karena begitu menikmati shalatnya, sampai pernah minta
agar anak panah yang menancap di badannya dicabut ketika sedang
melaksanakan shalat. Sementara itu, Abdurrahman bin Auf, saudagar kaya,
sekaligus satu dari sepuluh sahabat yang mendapat ‘garansi’ surga dari

8
Rasulullah s.a.w., bahkan dengan ‘ikhlas’ membagikan tiga ‘kantung’ berisi
uang hasil keuntungan dagangnya kepada mereka yang membutuhkan.
Nah, setelah kita baca tulisan di atas, bertanyalah kepada diri kita
masing-masing: “Dimanakah posisi kita dalam beribadah?” Silakan
menjawab dengan sejujur-jujurnya.
(Dikutip dan diselaraskan dari tulisan M. Husnaini, Mahasiswa Program
Pascasarjana
Universitas
Muhammadiyah
Surabaya,
dalam,
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/02/17/mid9mn-apamotivasi-kita-beribadah)

9
Rasulullah s.a.w., bahkan dengan ‘ikhlas’ membagikan tiga ‘kantung’ berisi
uang hasil keuntungan dagangnya kepada mereka yang membutuhkan.
Nah, setelah kita baca tulisan di atas, bertanyalah kepada diri kita
masing-masing: “Dimanakah posisi kita dalam beribadah?” Silakan
menjawab dengan sejujur-jujurnya.
(Dikutip dan diselaraskan dari tulisan M. Husnaini, Mahasiswa Program
Pascasarjana
Universitas
Muhammadiyah
Surabaya,
dalam,
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/02/17/mid9mn-apamotivasi-kita-beribadah)

9

More Related Content

What's hot

! Ulama pewaris para nabi www.islamterbuktibenar.net
! Ulama pewaris para nabi   www.islamterbuktibenar.net! Ulama pewaris para nabi   www.islamterbuktibenar.net
! Ulama pewaris para nabi www.islamterbuktibenar.net
Nano Nani
 
! Mengenal hadits shohih & dhoif
! Mengenal hadits shohih & dhoif! Mengenal hadits shohih & dhoif
! Mengenal hadits shohih & dhoif
Nano Nani
 
Doa doa islami-2.txt
Doa doa islami-2.txtDoa doa islami-2.txt
Doa doa islami-2.txt
Ajus Styo
 
Himpunan 50 hadits_pilihan
Himpunan 50 hadits_pilihanHimpunan 50 hadits_pilihan
Himpunan 50 hadits_pilihan
Agung Dwi Prasetyo
 
Hikmah dan keutamaan hauqalah dan hamdalah
Hikmah dan keutamaan hauqalah dan hamdalahHikmah dan keutamaan hauqalah dan hamdalah
Hikmah dan keutamaan hauqalah dan hamdalah
markettitih
 
Kesesatan syi'ah
Kesesatan syi'ahKesesatan syi'ah
Kesesatan syi'ah
Jaya Andi Adamulia
 
HIKMAH ISRA' & MI'RAJ
HIKMAH ISRA' & MI'RAJHIKMAH ISRA' & MI'RAJ
HIKMAH ISRA' & MI'RAJ
Abdul Aziz Siswanto
 
Mengenali Syiah Melalui Kitab-Kitab Mereka
Mengenali Syiah Melalui Kitab-Kitab MerekaMengenali Syiah Melalui Kitab-Kitab Mereka
Mengenali Syiah Melalui Kitab-Kitab Mereka
Abu Muhammad
 
Genap xi 3.-hormati-dan-patuhi-orangtua-dan-guru
Genap xi 3.-hormati-dan-patuhi-orangtua-dan-guruGenap xi 3.-hormati-dan-patuhi-orangtua-dan-guru
Genap xi 3.-hormati-dan-patuhi-orangtua-dan-guru
Wahyu Mulyana
 
Ebook ramadhan
Ebook ramadhanEbook ramadhan
Ebook ramadhan
ilmu ilmu
 
Buletin 7 catatan dzikir
Buletin 7 catatan dzikirBuletin 7 catatan dzikir
Buletin 7 catatan dzikir
NurulAfifah133
 
POKOK-POKOK KEIMANAN
POKOK-POKOK KEIMANANPOKOK-POKOK KEIMANAN
POKOK-POKOK KEIMANAN
Islamhouse.com
 
Tafsir qs az zumar, 39 ayat 22
Tafsir qs az zumar, 39 ayat  22Tafsir qs az zumar, 39 ayat  22
Tafsir qs az zumar, 39 ayat 22
Muhsin Hariyanto
 
Tadabbur Surah al-Asr
Tadabbur Surah al-AsrTadabbur Surah al-Asr
Tadabbur Surah al-Asr
Paradigma Ibrah Sdn. Bhd.
 
Mengungkap keimanan abi thalib
Mengungkap keimanan abi thalibMengungkap keimanan abi thalib
Mengungkap keimanan abi thalibAliem Masykur
 
Mewaspadai sufi
Mewaspadai sufiMewaspadai sufi
Mewaspadai sufi
Helmon Chan
 
Hakikat tasawuf
Hakikat tasawufHakikat tasawuf
Hakikat tasawuf
Helmon Chan
 
Membongkar kedok sufi
Membongkar kedok sufiMembongkar kedok sufi
Membongkar kedok sufi
Helmon Chan
 

What's hot (20)

! Ulama pewaris para nabi www.islamterbuktibenar.net
! Ulama pewaris para nabi   www.islamterbuktibenar.net! Ulama pewaris para nabi   www.islamterbuktibenar.net
! Ulama pewaris para nabi www.islamterbuktibenar.net
 
! Mengenal hadits shohih & dhoif
! Mengenal hadits shohih & dhoif! Mengenal hadits shohih & dhoif
! Mengenal hadits shohih & dhoif
 
Doa doa islami-2.txt
Doa doa islami-2.txtDoa doa islami-2.txt
Doa doa islami-2.txt
 
Himpunan 50 hadits_pilihan
Himpunan 50 hadits_pilihanHimpunan 50 hadits_pilihan
Himpunan 50 hadits_pilihan
 
Hikmah dan keutamaan hauqalah dan hamdalah
Hikmah dan keutamaan hauqalah dan hamdalahHikmah dan keutamaan hauqalah dan hamdalah
Hikmah dan keutamaan hauqalah dan hamdalah
 
Kesesatan syi'ah
Kesesatan syi'ahKesesatan syi'ah
Kesesatan syi'ah
 
HIKMAH ISRA' & MI'RAJ
HIKMAH ISRA' & MI'RAJHIKMAH ISRA' & MI'RAJ
HIKMAH ISRA' & MI'RAJ
 
Sifat Mahmudah: 'IFFAH
Sifat Mahmudah: 'IFFAHSifat Mahmudah: 'IFFAH
Sifat Mahmudah: 'IFFAH
 
Mengenali Syiah Melalui Kitab-Kitab Mereka
Mengenali Syiah Melalui Kitab-Kitab MerekaMengenali Syiah Melalui Kitab-Kitab Mereka
Mengenali Syiah Melalui Kitab-Kitab Mereka
 
Shalawat basyairul khairat
Shalawat basyairul khairatShalawat basyairul khairat
Shalawat basyairul khairat
 
Genap xi 3.-hormati-dan-patuhi-orangtua-dan-guru
Genap xi 3.-hormati-dan-patuhi-orangtua-dan-guruGenap xi 3.-hormati-dan-patuhi-orangtua-dan-guru
Genap xi 3.-hormati-dan-patuhi-orangtua-dan-guru
 
Ebook ramadhan
Ebook ramadhanEbook ramadhan
Ebook ramadhan
 
Buletin 7 catatan dzikir
Buletin 7 catatan dzikirBuletin 7 catatan dzikir
Buletin 7 catatan dzikir
 
POKOK-POKOK KEIMANAN
POKOK-POKOK KEIMANANPOKOK-POKOK KEIMANAN
POKOK-POKOK KEIMANAN
 
Tafsir qs az zumar, 39 ayat 22
Tafsir qs az zumar, 39 ayat  22Tafsir qs az zumar, 39 ayat  22
Tafsir qs az zumar, 39 ayat 22
 
Tadabbur Surah al-Asr
Tadabbur Surah al-AsrTadabbur Surah al-Asr
Tadabbur Surah al-Asr
 
Mengungkap keimanan abi thalib
Mengungkap keimanan abi thalibMengungkap keimanan abi thalib
Mengungkap keimanan abi thalib
 
Mewaspadai sufi
Mewaspadai sufiMewaspadai sufi
Mewaspadai sufi
 
Hakikat tasawuf
Hakikat tasawufHakikat tasawuf
Hakikat tasawuf
 
Membongkar kedok sufi
Membongkar kedok sufiMembongkar kedok sufi
Membongkar kedok sufi
 

Viewers also liked

Berguru pada musibah
Berguru pada musibahBerguru pada musibah
Berguru pada musibah
Muhsin Hariyanto
 
Tafsir qs al a’râf, 7-12
Tafsir qs al a’râf, 7-12Tafsir qs al a’râf, 7-12
Tafsir qs al a’râf, 7-12
Muhsin Hariyanto
 
Menemukan (kembali) sosok muhammad
Menemukan (kembali) sosok muhammadMenemukan (kembali) sosok muhammad
Menemukan (kembali) sosok muhammadMuhsin Hariyanto
 
Siapakah an nafs al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30
Siapakah an nafs  al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30Siapakah an nafs  al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30
Siapakah an nafs al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30Muhsin Hariyanto
 
Jangan katakan uf
Jangan katakan ufJangan katakan uf
Jangan katakan uf
Muhsin Hariyanto
 
Cermin buat tetangga
Cermin buat tetanggaCermin buat tetangga
Cermin buat tetangga
Muhsin Hariyanto
 
Menjadi muslim, siapkah diri kita
Menjadi muslim, siapkah diri kitaMenjadi muslim, siapkah diri kita
Menjadi muslim, siapkah diri kitaMuhsin Hariyanto
 
Benarkah muhammadiyah tidak bermahzab
Benarkah muhammadiyah tidak bermahzabBenarkah muhammadiyah tidak bermahzab
Benarkah muhammadiyah tidak bermahzabMuhsin Hariyanto
 
Taqwa, antara simbol dan substansi
Taqwa, antara simbol dan substansiTaqwa, antara simbol dan substansi
Taqwa, antara simbol dan substansi
Muhsin Hariyanto
 
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
Muhsin Hariyanto
 
Menerima musibah dengan sikap sabar
Menerima musibah dengan sikap sabarMenerima musibah dengan sikap sabar
Menerima musibah dengan sikap sabarMuhsin Hariyanto
 
Mencermati budaya rabu wekasan
Mencermati budaya rabu wekasanMencermati budaya rabu wekasan
Mencermati budaya rabu wekasanMuhsin Hariyanto
 
Islam dan etos pemberdayaan
Islam dan etos pemberdayaanIslam dan etos pemberdayaan
Islam dan etos pemberdayaanMuhsin Hariyanto
 

Viewers also liked (19)

Berguru pada musibah
Berguru pada musibahBerguru pada musibah
Berguru pada musibah
 
Tafsir qs al a’râf, 7-12
Tafsir qs al a’râf, 7-12Tafsir qs al a’râf, 7-12
Tafsir qs al a’râf, 7-12
 
Menemukan (kembali) sosok muhammad
Menemukan (kembali) sosok muhammadMenemukan (kembali) sosok muhammad
Menemukan (kembali) sosok muhammad
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Siapakah an nafs al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30
Siapakah an nafs  al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30Siapakah an nafs  al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30
Siapakah an nafs al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30
 
Jangan katakan uf
Jangan katakan ufJangan katakan uf
Jangan katakan uf
 
Cermin buat tetangga
Cermin buat tetanggaCermin buat tetangga
Cermin buat tetangga
 
Menjadi muslim, siapkah diri kita
Menjadi muslim, siapkah diri kitaMenjadi muslim, siapkah diri kita
Menjadi muslim, siapkah diri kita
 
Benarkah muhammadiyah tidak bermahzab
Benarkah muhammadiyah tidak bermahzabBenarkah muhammadiyah tidak bermahzab
Benarkah muhammadiyah tidak bermahzab
 
Taqwa, antara simbol dan substansi
Taqwa, antara simbol dan substansiTaqwa, antara simbol dan substansi
Taqwa, antara simbol dan substansi
 
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
 
Memelihara keikhlasan
Memelihara keikhlasanMemelihara keikhlasan
Memelihara keikhlasan
 
Bahan ajar
Bahan ajarBahan ajar
Bahan ajar
 
Meluruskan nalar pak tua
Meluruskan nalar pak tuaMeluruskan nalar pak tua
Meluruskan nalar pak tua
 
Menerima musibah dengan sikap sabar
Menerima musibah dengan sikap sabarMenerima musibah dengan sikap sabar
Menerima musibah dengan sikap sabar
 
Mencermati budaya rabu wekasan
Mencermati budaya rabu wekasanMencermati budaya rabu wekasan
Mencermati budaya rabu wekasan
 
Al ghurbah (keterasingan)
Al ghurbah (keterasingan)Al ghurbah (keterasingan)
Al ghurbah (keterasingan)
 
Harga sebuah kejujuran
Harga sebuah kejujuranHarga sebuah kejujuran
Harga sebuah kejujuran
 
Islam dan etos pemberdayaan
Islam dan etos pemberdayaanIslam dan etos pemberdayaan
Islam dan etos pemberdayaan
 

Similar to Mengenal ragam tingkatan motivasi

Ihsanul Amal.pdf
Ihsanul Amal.pdfIhsanul Amal.pdf
Ihsanul Amal.pdf
Andre Panca
 
135303235 jangan-memilih-pemimpin-yang-tolol
135303235 jangan-memilih-pemimpin-yang-tolol135303235 jangan-memilih-pemimpin-yang-tolol
135303235 jangan-memilih-pemimpin-yang-tolol
Operator Warnet Vast Raha
 
"Ihsanul Amal"
"Ihsanul Amal""Ihsanul Amal"
"Ihsanul Amal"
Nur Rohim
 
E proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutma
E proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutmaE proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutma
E proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutma
Fori Suwargono
 
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
SitiJubaidah16
 
01 pentingnya niat yang benar nasihat ustadz
01 pentingnya niat yang benar   nasihat ustadz01 pentingnya niat yang benar   nasihat ustadz
01 pentingnya niat yang benar nasihat ustadz
mentari senja
 
Keutamaan menunaikan ibadah haji
Keutamaan menunaikan ibadah hajiKeutamaan menunaikan ibadah haji
Keutamaan menunaikan ibadah haji
فرليان شاه زائس
 
02 Urgensi Niat yang Benar.pdf
02 Urgensi Niat yang Benar.pdf02 Urgensi Niat yang Benar.pdf
02 Urgensi Niat yang Benar.pdf
KataBagus
 
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadahKhutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Muchammad Dimyati
 
Idul adha 2014
Idul adha 2014Idul adha 2014
Idul adha 2014
Syamsul Hadi
 
Tafsir surah al fatihah
Tafsir surah al fatihahTafsir surah al fatihah
Tafsir surah al fatihahIdrus Abidin
 
Pentingnya Niat yang Benar.pptx
Pentingnya Niat yang Benar.pptxPentingnya Niat yang Benar.pptx
Pentingnya Niat yang Benar.pptx
Agussoleh17
 
ZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdf
ZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdfZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdf
ZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdf
LongMarch2
 
3 golongan yg dimasukan kedalam neraka
3 golongan yg dimasukan kedalam neraka3 golongan yg dimasukan kedalam neraka
3 golongan yg dimasukan kedalam neraka
Dedi Samsuri
 
Fadilah Dzikir
Fadilah DzikirFadilah Dzikir
Fadilah Dzikir
Doddy Elzha Al Jambary
 
Mampir hidup
Mampir hidupMampir hidup
Menimbang sosok ideal seorang da
Menimbang sosok ideal seorang daMenimbang sosok ideal seorang da
Menimbang sosok ideal seorang daMuhsin Hariyanto
 
Sedekah dalam dakwah
Sedekah dalam dakwahSedekah dalam dakwah
Sedekah dalam dakwah
Kuswandari Ndari
 

Similar to Mengenal ragam tingkatan motivasi (20)

Ihsanul Amal.pdf
Ihsanul Amal.pdfIhsanul Amal.pdf
Ihsanul Amal.pdf
 
135303235 jangan-memilih-pemimpin-yang-tolol
135303235 jangan-memilih-pemimpin-yang-tolol135303235 jangan-memilih-pemimpin-yang-tolol
135303235 jangan-memilih-pemimpin-yang-tolol
 
135303235 jangan-memilih-pemimpin-yang-tolol
135303235 jangan-memilih-pemimpin-yang-tolol135303235 jangan-memilih-pemimpin-yang-tolol
135303235 jangan-memilih-pemimpin-yang-tolol
 
"Ihsanul Amal"
"Ihsanul Amal""Ihsanul Amal"
"Ihsanul Amal"
 
E proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutma
E proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutmaE proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutma
E proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutma
 
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
 
01 pentingnya niat yang benar nasihat ustadz
01 pentingnya niat yang benar   nasihat ustadz01 pentingnya niat yang benar   nasihat ustadz
01 pentingnya niat yang benar nasihat ustadz
 
Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran
Kepribadian ulul albab dalam Al-QuranKepribadian ulul albab dalam Al-Quran
Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran
 
Keutamaan menunaikan ibadah haji
Keutamaan menunaikan ibadah hajiKeutamaan menunaikan ibadah haji
Keutamaan menunaikan ibadah haji
 
02 Urgensi Niat yang Benar.pdf
02 Urgensi Niat yang Benar.pdf02 Urgensi Niat yang Benar.pdf
02 Urgensi Niat yang Benar.pdf
 
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadahKhutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
 
Idul adha 2014
Idul adha 2014Idul adha 2014
Idul adha 2014
 
Tafsir surah al fatihah
Tafsir surah al fatihahTafsir surah al fatihah
Tafsir surah al fatihah
 
Pentingnya Niat yang Benar.pptx
Pentingnya Niat yang Benar.pptxPentingnya Niat yang Benar.pptx
Pentingnya Niat yang Benar.pptx
 
ZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdf
ZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdfZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdf
ZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdf
 
3 golongan yg dimasukan kedalam neraka
3 golongan yg dimasukan kedalam neraka3 golongan yg dimasukan kedalam neraka
3 golongan yg dimasukan kedalam neraka
 
Fadilah Dzikir
Fadilah DzikirFadilah Dzikir
Fadilah Dzikir
 
Mampir hidup
Mampir hidupMampir hidup
Mampir hidup
 
Menimbang sosok ideal seorang da
Menimbang sosok ideal seorang daMenimbang sosok ideal seorang da
Menimbang sosok ideal seorang da
 
Sedekah dalam dakwah
Sedekah dalam dakwahSedekah dalam dakwah
Sedekah dalam dakwah
 

More from Muhsin Hariyanto

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
Muhsin Hariyanto
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Muhsin Hariyanto
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
Muhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
Muhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
Muhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Muhsin Hariyanto
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
Muhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Mengenal ragam tingkatan motivasi

  • 1. Mengenal Ragam Tingkatan Motivasi Dalam Beribadah Berkali-kali saya mendengar para mubaligh, ustadz, khatib dan kyai dalam ceramah mereka, dan membaca tulisan para penulis yang menyatakan dengan tegas bahwa tujuan hidup kita – umat manusia ini -hanya untuk “beribadah kepada Allah”. Karena Allah telah menciptakan diri kita dengan tujuan utama: “untuk hanya beribadah” kepada-Nya. Selaras dengan firman Allah, ِ ُ ُْ ِ ‫.وما خلقت الجن والنس إ ِل ّ ليَعبدون‬ َ ِ َ ّ ِ ْ ُ ْ ََ َ َ “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” (QS adz-Dzâriyât/51: 56). Ibadah yang dimaksud dalam ayat di atas mencakup pengertian (ibadah) mahdhah (ibadah khusus yang terstruktur, yang tata caranya sudah ditentukan oleh Allah dan atau Rasul-Nya) dan yang ghairu mahdhah (mustafâdah), yaitu: “setiap perbuatan baik yang bermanfaat dan diniatkan semata karena dan untuk Allah”. Sayid Quthb dalam tafsir Fî Zhilâl al-Qurân (VI/3387) menyatakan, bahwa ibadah merupakan al-Wadhîfah al-Ilâhiyyah, tugas yang dibebankan Allah kepada manusia. Jadi, ketika manusia menjalankan ibadah, maka ia telah memfungsikan hakikat penciptaannya. Sebaliknya, manusia yang melalaikan ibadah, berarti telah mendisfungsikan hakikat penciptaanya. Seperti lampu yang dibeli untuk tujuan penerangan, ketika lampu itu tidak bisa lagi menerangi, berarti telah mengalami disfungsi. Itulah analogi bagi manusia yang enggan untuk beribadah. Dan oleh karena itu, setiap manusia harus selalu melakukukan tajdîd an-niyyah (pembaruan niat atau motivasi), agar dirinya tidak mengalami disorientasi di dalam hidupnya. Motivasi (niat) setiap orang akan selalu menjadi unsur penentu dalam membangun ibadahnya. Dan motivasi setiap orang dalam beribadah ternyata tidak pernah sama, berkaitan dengan pengalaman dan tantangan kehidupan masing-masing yang pernah dialaminya. Sementara itu, para ulama membagi kualitas motivasi ibadah pada diri manusia menjadi lima tingkatan. Pertama, ‘Ibâdah al-Mukrahîn (Ibadah Orang-orang yang Terpaksa). Ini adalah tingkat motivasi terendah. Pada tingkat ini, ibadah hanya dipahami sebagai kewajiban. Ibarat anak Sekolah Dasar yang mengerjakan Pekerjaan Rumah, orang yang sedang beribadah itu bukan 1
  • 2. didorong dari dalam dirinya, melainkan karena paksaan dari luar. Malah seringkali sekadar untuk memelihara kepantasan. Sebagaimana yang tersebut di dalam firman Allah, ْ ُ ّ ‫وما منعهم أن تقبل منهم نفقاتهم إ ِل ّ أ َنهم‬ ْ ُ ُ َ َ َ ْ ُ ِْ َ َْ ُ َ ْ ُ َ ََ َ َ َ ّ َ َُْ َ ِ ِ ُ َ َِ ِ ّ ِ ْ ُ َ َ ّ ‫كفروا بالله وبرسوله ول َ يأتون الصل َة إ ِل‬ َ‫.وهم كسالى ول َ ينفقون إ ِل ّ وهم كارهون‬ ُ ِ َ ْ ُ َ َ ُ ِ ُ َ َ َ ُ ْ ُ َ “Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.” (QS at-Taubah/9: 54) Kedua, ‘Ibâdah al-‘Ummâl (Ibadah Para Pekerja). Ibadah pada tingkat ini penuh vested interest. Ibarat seorang kuli, orang rela bekerja siang dan malam karena mengharap upah. Digambarkan Rasulullah s.a.w. dalam sebuah hadis riwayat Muslim, besok di hari kiamat ada tiga kelompok orang yang menghadap Allah dengan segudang kebaikan, tetapi mereka justeru dilemparkan Allah ke neraka. Siapa mereka? Yaitu orang-orang yang mencitrakan dirinya sebagai asy-Syuhadâ’ (orang-orang yang mati syahid) yang gugur di medan juang demi status pahlawan, cerdik pandai yang sibuk mengajarkan ilmu agar disebut ulama, dan orang berharta yang selalu berderma supaya dianggap dermawan. Kebaikan mereka tidak berharga sama sekali di mata Allah. Sebagaima hadits berikut: َ َّ َ ِ ََْ ُ ‫سمعت رسول الله صلى اللّه عليه وسلم‬ َّ ِ ّ َ ُ َ ُ ْ ِ َ ِ‫يقول إ ِن أَول الناس يقضى يوم القيامة عليه‬ ََْ ِ َ َِ ْ َ ْ َ َ ْ ُ ِ ّ َ ّ ّ ُ ُ َ ‫رجل استشهد فأتي به فعرفه نعمه فعرفها‬ َ َ َ َ َ ُ َ َ ِ ُ َ ّ َ َ ِ ِ َ َُِ َ ِ ْ ُْ ٌ ُ َ ‫قال فما عملت فيها قال قاتلت فيك حتى‬ َّ َ ِ ُ َْ َ َ َ َ ِ َ ِْ َ َ َ َ َ َ َ ُ ْ ِ َ َْ َ َ ِّ ََ َ َْ َ َ َ ُ ْ ِ ْ ُْ ‫استشهدت قال كذبت ولكنك قاتلت ل َن يقال‬ ‫جريء فقد قيل ثم أ ُمر به فسحب على‬ ََ َ ِ ُ َ ِ ِ َ ِ ّ ُ َ ِ ْ َ َ ٌ ِ َ َ ِْ ْ َ َّ َ ٌ ُ َ َ ِ ّ ‫وجهه حتى أُلقي في النار ورجل تعلم العلم‬ ِ َ ِ ْ َّ ِ ِ ْ َ 2
  • 3. ُ َ َ ِ ُ َ ّ َ َ ِ ِ َ َُِ َ ْ ُ ْ َ َ َ ُ َ َّ َ ‫وعلمه وقرأَ القرآن فأتي به فعرفه نعمه‬ ُ ْ َّ َ َ َ َ ِ َ ِْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ‫فعرفها قال فما عملت فيها قال تعلمت‬ َ َْ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ ِ ُ َْ َ َ ُ ُْ َّ َ َ ِْ ْ ‫العلم وعلمته وقرأت فيك القرآن قال كذبت‬ َ َْ َ َ ٌ ِ َ َ َ ُِ َ ِْ ْ َ ْ َّ َ َ ِّ ََ ‫ولكنك تعلمت العلم ليقال عالم وقرأت‬ ِ ِ َ ِ ّ ُ َ ِ ْ َ َ ٌ ِ َ َ ُ َ َ ُِ َ ْ ُ ْ ‫القرآن ليقال هو قارئ فقد قيل ثم أ ُمر به‬ ِ‫فسحب على وجهه حتى أ ُلقي في النار‬ ّ ِ َ ِ ْ َّ ِ ِ ْ َ ََ َ ِ ُ َ ِ َْ ْ ِ ُ َ ْ َ ِ ََْ ُ ّ َ ّ َ ٌ ُ َ َ ‫ورجل وسع الله عليه وأ َعطاه من أ َصناف‬ َ َ َ َ َ َ َ ُ َ َ ِ ُ َ ّ َ َ ِ ِ َ َُِ ِ ُّ ِ َ ْ ‫المال كله فأتي به فعرفه نعمه فعرفها قال‬ ّ ِ ُ ٍ َِ ْ ِ ُ ْ َ َ َ َ َ َ ِ َ ِْ َ َ َ ‫فما عملت فيها قال ما تركت من سبيل تحب‬ َ َْ َ َ َ َ َ َ ِ ُ ْ َ ْ ّ َ ِ َ َ ُْ ْ ‫أَن ينفق فيها إ ِل أَنفقت فيها لك قال كذبت‬ ّ ُ َ ِ ْ َ َ ٌ َ َ َ ُ َ َ ُِ َ َْ َ َ ِّ ََ ‫ولكنك فعلت ليقال هو جواد فقد قيل ثم‬ ‫.أ ُمر به فسحب على وجهه ثم أ ُلقي في النار‬ ّ ِ َ ِ ْ ّ ُ ِ ِ ْ َ ََ َ ِ ُ َ ِ ِ َ ِ “Saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya manusia yang pertama kali dihisap pada hari Kiamat ialah seseorang yang mati syahid, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas, lantas Dia bertanya: 'Apa yang telah kamu lakukan di dunia wahai hamba-Ku? Dia menjawab: 'Saya berjuang dan berperang demi Engkau ya Allah sehingga saya mati syahid.' Allah berfirman: “Kamu berdusta; sebenarnya kamu berperang bukan karena untuk-Ku, melainkan agar kamu disebut sebagai orang yang berani. Kini kamu telah menyandang gelar tersebut.” Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. Dan didatangkan pula seseorang yang belajar al-Quran dan mengajarkannya, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas, Allah bertanya: 'Apa yang telah kamu perbuat? Dia menjawab, “Saya telah belajar ilmu dan mengajarkannya, saya juga membaca al-Quran demi Engkau.” Allah berfirman: “Kamu dusta, akan tetapi kamu belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Quran agar dikatakan seorang yang mahir dalam membaca, dan kini kamu telah dikatakan 3
  • 4. seperti itu, kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. Dan seorang laki-laki yang di beri keluasan rizki oleh Allah, kemudian dia menginfakkan hartanya semua, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas.” Allah bertanya: “Apa yang telah kamu perbuat dengannya?” dia menjawab, 'Saya tidak meninggalkannya sedikit pun melainkan saya infakkan harta benda tersebut di jalan yang Engkau ridhai.” Allah berfirman: 'Dusta kamu, akan tetapi kamu melakukan hal itu supaya kamu dikatakan seorang yang dermawan, dan kini kamu telah dikatakan seperti itu.' Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka.” (HR Muslim dari Abu Hurairah, Shahîh Muslim, VI/47, hadits no. 5032) Ketiga, ‘Ibâdah at-Tujjâr (Ibadah Para Pedagang). Inilah ibadah cara pedagang. Ibadahnya semata karena tergiur imbalan lebih besar. Diceritakan, dalam suasana panas menyengat, Khalifah Umar bin al-Khattab meminta segelas air. Saat air sudah terhidang, mendadak sang khalifah menolak, sembari berkata: “Terima kasih. Aku tidak jadi minum, agar kenikmatan yang disediakan untukku di akhirat kelak tidak berkurang”. Terlepas dari kebenaran kisah ini, sikap Umar jelas menunjukkan betapa ia enggan untuk melakukan sesuatu demi menerima imbalan yang menyenangkan di dunia. Khalifah yang berjuluk Al-Fârûq itu teringat firman Allah, ْ َُْ ْ ِ ّ ‫ويوم يعرض الذين كفروا على النار أ َذهبتم‬ ََ ُ َ َ َ ِ ّ ُ َ ْ ُ َ ْ ََ ‫طيباتكم في حياتكم الدنيا واستمتعتم بها‬ َ ِ ُْ َْ َْ َ َّْ ُ ُ ِ ََ ِ ْ ُ ِ ََّ ْ‫فاليوم تجزون عذاب الهون بما كنتم‬ ُ ُ َ ِ ِ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َْ َ ْ ُ ُ َ َِ ّ ْ ِ َْ ِ ِ ْ ‫تستكبرون في ال َرض بغير الحَق وبما كنتم‬ ِ َ ُ ِْ َْ َ َ ُ ُ ْ َ ‫.تفسقون‬ “Dan ingatlah ketika orang-orang kafir dihadapkan ke neraka. Kepada mereka dikatakan, kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan dunia dan kamu telah bersenang-senang dengannya. Maka hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik.” (QS al-Ahqâf/46: 20). 4
  • 5. Keempat, ‘Ibâdah al-Muthî’în (Ibadah Orang-orang yang Taat). Kualitasnya lebih bagus dari tiga tingkat sebelumnya. Motivasi ibadah pada tingkat ini adalah ketundukan kepada Allah. Ibadah bukan lagi karena paksaan dari luar, melainkan sudah tumbuh dari dalam. Bukan karena takut ancaman atau mengharap imbalan, melainkan karena ingin “balas jasa” atas segala nikmat dan karunia Allah kepada dirinya. Juga didorong keyakinan bahwa hikmah dan manfaat ibadah akan kembali kepada diri manusia. Ikrar hatinya, ِ ِّ ِ َ َ َ ‫قل إِن صل َِتي ونسكي ومحيايَ ومماتي لله‬ َْ َ َ ِ ُ َُ َ ّ ْ ُ َ ِ َ َ ْ ّ َ ‫.رب العالمين‬ “Katakanlah (hai Muhammad): “Sungguh shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan sekalian alam.” (QS al-An’âm/6: 162). Kelima, ‘Ibâdah al-Mutaladzidzîn (Ibadah Para Penikmat Ibadah), inilah puncak motivasi ibadah seorang hamba. Pada tingkat ini, ibadah tidak lagi untuk “balas jasa” apalagi karena tergiur pernik-pernik dunia. Ada kelezatan ibadah yang tiada tara. Sekejap saja waktu senyap dari ibadah, muncullah gemuruh rindu dan cinta yang menyesakkan dada. Ia telah keranjingan untuk beribadah kepada Sang Maha Segalanya. Sesungguhnya ibadah itu memiliki rasa nikmat, kebahagiaan dan ketenteraman yang hanya bisa diketahui oleh orang yang merasakannya. Bahkan, kesempurnaan ibadah seseorang ditandai kalau dia bisa merasakan bahwa ibadah itu nikmat. Karenanya, ia akan mengesampingkan segala kenikmatan dunia seisinya untuk mencapai kenikmatan tersebut. Kenikmatan ibadah merupakan buah dari keimanan yang menancap kuat dalam diri seorang hamba, lalu dibuktikannya dengan melaksanakan amal shalih. Maka dalam ibadah yang didasari iman dan muncul dari keimanan, akan selalu bisa melahirkan kenikmatan dan kelezatan serta kebahagiaan. ini, Nabi s.a.w. pernah bersabda berkaitan dengan kenikmatan ibadah ‫ذاق طعم اليمان من رضى بالله ربا‬ َّ ِ ّ ِ َ ِ َ ْ َ ِ َ ِ َ ْ َ َ َ ً ‫.وبالِسل َم دينا وبمحمد رسول‬ ُ َ ٍ ّ َ ُ َِ ً ِ ِ ْ َِ 5
  • 6. “Pasti akan merasakan manisnya iman orang yang ridha terhadap Allah sebagai Rabb, Islam sebagai dîn/aturan hidup, dan Muhammad s.a.w. sebagai rasul.” (HR. Muslim dari al-‘Abbas bin ‘Abdul Muthallib, Shahîh Muslim, I/46, 160). Kenikmatan ibadah merupakan buah dari keimanan yang menancap kuat dalam diri seorang hamba lalu dibuktikannya dengan melaksanakan amal shalih. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, kalau tiga keridhaan ini ada dalam diri seseorang maka dia menjadi orang yang benar-benar jujur dalam beriman. Hal ini sesuai dengan firman Allah, ّ ُ ِ ِ ُ َ َ ِ ِ َُ َ ِ ّ َ ُِ ْ ُ ْ َ ّ ‫إِنما المؤمنون الذين آَمنوا باللّه ورسوله ثم‬ ‫لم يرتابوا وجاهدوا بأموالهم وأ َنفسهم في‬ ِ ْ ِ ِ ُ ْ َ ْ ِ ِ َ ْ َِ ُ َ َ َ ُ َْ َ ْ َ َ‫.سبيل الله أولئك هُم الصادقون‬ ُ ِ ّ ُ َ َِ ُ ِ ّ ِ َِ “Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu lagi, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS alHujurât/49: 15) Dalam ash-Shahîhain, dari Anas bin Malik, dinyatakan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda, ْ ِ َ ِ َ ‫ثل َث من كن فيه وجد حل َوَة اليمان أ َن‬ َ َ َ َ ِ ِ ّ ُ ْ َ ٌ َ ، ‫يكون الله ورسوله أ َحب إِليه مما سواهما‬ َ ُ َ ِ ّ ِ ِ َْ ّ َ ُ ُ ُ َ َ ُ ّ َ ُ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ِ ِّ ‫وأَن يحب المرء ل َ يحبه إ ِل ّ لله، وأ َن يكره أ َن‬ ُ ِّ ُ َ ْ َ ْ ّ ِ ُ ْ َ ‫يعود في الكفر كما يكره أَن يقذف في‬ ِ َ َ ْ ُ ْ ُ َ ْ َ َ َ ِ ْ ُ ْ ِ َ ُ َ ِ‫.النار‬ ّ “tiga hal yangt erdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya iman: Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, tidaklah ia mencintai seseorang kecuali karena Allah, dan ia benci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (HR al- 6
  • 7. ‫,‪Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, I/10, hadits no. 16; HR Muslim‬‬ ‫.)‪Shahîh Muslim, I/48, hadits no. 174, dari Anas bin Malik‬‬ ‫,.‪Dalam riwayat Imam Ahmad, dari Abu Razin al-‘Uqaili r.a‬‬ ‫:‪dinyatakan‬‬ ‫ّ ُ ََْ ِ َ َّ َ َ ُْ ُ‬ ‫أَتيت رسول الله صلى الله عليه وسلم فقلت‬ ‫َْ ُ َ ُ َ ّ ِ َّ‬ ‫يا رسول الله كيف يحيي الله الموتى قال أ َما‬ ‫ّ ُ ْ َ َْ َ َ َ‬ ‫َ َ ُ َ ّ ِ َْ َ ُ ِْ‬ ‫مررت بأرض من أَرضك مجدبَة ثممررت بها‬ ‫َ َ ْ َ َِ ْ ٍ ِ ْ ْ ِ َ ُ ْ ِ ٍ ُ ّ َ َ ْ َ ِ َ‬ ‫ُ ْ ََ ً َ َ َ َ ْ َ َ َ َِ َ ّ ُ ُ َ َ‬ ‫مخصبة قال نعم قال كذلك النشور قال‬ ‫يارسول الله وما اليمان قال أ َن تشهد أ َن ل‬ ‫َ َ ُ َ ّ ِ َ َ ِْ َ ُ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ‬ ‫إ ِله إ ِلالله وحده ل شريك له وأ َن محمدا‬ ‫َ َ ّ ّ ُ َ ْ َ ُ َ َ ِ َ َ ُ َ ّ ُ َ ّ ً‬ ‫عبده ورسوله وأَن يكون الله ورسوله أ َحبّ‬ ‫َْ ُ ُ َ َ ُ ُ ُ َ ْ َ ُ َ ّ ُ َ َ ُ ُ ُ َ‬ ‫إِليك مما سواهما وأَن تحرق بالنار أ َحبّ‬ ‫ِ َ ُ َ َ ْ ُ ْ َ َ ِ ّ ِ َ‬ ‫َْ َ ِ ّ‬ ‫إ ِليك من أَن تشرك بالله وأَن تحب غير ذي‬ ‫َْ َ ِ ْ ْ ُ ْ ِ َ ِ ّ ِ َ ْ ُ ِ ّ َْ َ ِ‬ ‫نسب ل تحبه إ ِل لله عز وجل فإذا كنت كذلك‬ ‫َ َ ٍ َ ُ ِّ ُ ّ ِّ ِ َ ّ َ َ ّ َِ َ ُْ َ َ َِ َ‬ ‫َِْ َ َ َ َ َ َ‬ ‫فقد دخل حب اليمان في قلبك كما دخل‬ ‫َ َ ْ َ َ َ ُ ّ ِْ َ ِ ِ‬ ‫حب الماء للظمآن في اليوم القائظ قلت يا‬ ‫َْ ْ ِ ْ َ ِ ِ ُْ ُ َ‬ ‫ُ ّ ْ َ ِ ِ ّ ْ ِ ِ‬ ‫ُ ْ ِ ٌ‬ ‫رسول الله كيف لي بأن أ َعلَم أ َني مؤمن‬ ‫َِ ْ ْ َ ّ‬ ‫َ ُ َ ّ ِ َْ َ ِ‬ ‫ْ َ ِ ِ ْ ّ ِ َْ ٌ َ ْ َ ُ‬ ‫قال ما من أ ُمتي أ َو هذه ال ُمة عبد يعمل‬ ‫َ َ َ ِ ْ ِّ‬ ‫َ ََ ً ََ َْ ُ ّ َ َ ََ ٌ َ ّ ّ َ َ ّ َ َ ّ‬ ‫حسنة فيعلم أَنها حسنة وأَن الله عز وجل‬ ‫جازيه بها خيرا ول يعمل سيئة فيعلم أ َنها‬ ‫َ ِ ِ ِ َ َْ ً َ َ َ ْ َ ُ ََّ ً ََ َْ ُ ّ َ‬ ‫ََّ ٌ َ َْ ْ َ َ ّ َ َ ّ َ َ ّ ِْ َ ََ َْ ُ ّ ُ‬ ‫سيئة واستغفر الله عز وجل منها ويعلم أ َنه‬ ‫َ َ ْ ِ ُ ّ ُ َ ّ َ ُ َ ُ ْ ِ ٌ‬ ‫.ل يغفر إ ِل هو إ ِل وهو مؤمن‬ ‫,‪“Saya menemui Rasulullah s.a.w. lalu saya berkata: Wahai Rasulullah‬‬ ‫‪bagaimana Allah menghidupkan orang yang mati, apa bukti tersebut‬‬ ‫7‬
  • 8. bagi makhluq-Nya? (Rasulullah s.a.w.) menjawab, “Apa kalian pernah melewati suatu tanah yang tandus lalu kalian melewatinya dalam keadaan subur?” (Abu Razin) berkata; “Ya.” Lalu (Rasulullah s.a.w.) bersabda: “Begitulah fenomena kebangkitan.” (Abu Razin) berkata; Wahai Rasulullah, apakah iman itu? Beliau bersabda: “Kamu bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah hamba-Nya dan RasulNya. Allah dan Rasul-Nya lebih kamu sukai daripada selainnya. Ia dibakar dengan neraka lebih dia sukai daripada menyekutukan Allah. Kamu mencintai orang yang tidak punya kekerabatan denganmu, kamu tidakmencintainya kecuali hanya karena Allah ‘Azza wa Jalla. Jika kamu seperti itu, kecintaan kepada iman telah masuk dalam hatimu, sebagaimana masuknya air kepada orang yang haus pada hari yang sangat panas. Saya bertanya, Wahai Rasulullah, bagaimana saya mengetahui bahwa saya adalah seorang mukmin?. Beliau bersabda: “Tidaklah dari umatku, atau dari umat ini seorang hamba yang mengerjakan kebaikan, lalu dia mengetahui bahwa hal itu adalah kebaikan, ia sadar bahwa Allah ‘Azza wa Jalla akan membalasnya dengan kebaikan, dia tidak melakukan kejelekan dan dia mengetahui bahwa itu adalah kejelekan, lalu dia meminta ampunan kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan dia sadar bahwa tidak ada yang mengampuni selain Dia kecuali orang yang mukmin.” (HR Ahmad bin Hanbal dari Abu Razin al-‘Uqaili, Musnad Ahmad ibn Hanbal, IV/11, hadits no. 16239) Makna manisnya iman adalah kenikmatan yang dirasakan ketika melaksanakan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, meskipun harus menanggung beban berat dalam melaksanakan sesuatuyang diharapkan akan memeroleh ridha dari Allah 'Azza wa Jalla, serta mengutamakan hal tersebut atas tawaran ‘kelezatan’ duniawi. Inilah yang dirasakan Rasulullah s.a.w.. Beliau sudah dijamin oleh Allah Allah akan masuk surga, tetapi beliau secara terus-menerus melaksanakan shalatnya dengan kesungguhan yang tinggi, sampai dikisahkan oleh para sahabatnya bahwa ‘pernah kaki beliau bengkak’ karena terlalu lama melaksanakan shalat. Hal ini juga terjadi pada Ali bin Abi Thalib yang karena begitu menikmati shalatnya, sampai pernah minta agar anak panah yang menancap di badannya dicabut ketika sedang melaksanakan shalat. Sementara itu, Abdurrahman bin Auf, saudagar kaya, sekaligus satu dari sepuluh sahabat yang mendapat ‘garansi’ surga dari 8
  • 9. Rasulullah s.a.w., bahkan dengan ‘ikhlas’ membagikan tiga ‘kantung’ berisi uang hasil keuntungan dagangnya kepada mereka yang membutuhkan. Nah, setelah kita baca tulisan di atas, bertanyalah kepada diri kita masing-masing: “Dimanakah posisi kita dalam beribadah?” Silakan menjawab dengan sejujur-jujurnya. (Dikutip dan diselaraskan dari tulisan M. Husnaini, Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya, dalam, http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/02/17/mid9mn-apamotivasi-kita-beribadah) 9
  • 10. Rasulullah s.a.w., bahkan dengan ‘ikhlas’ membagikan tiga ‘kantung’ berisi uang hasil keuntungan dagangnya kepada mereka yang membutuhkan. Nah, setelah kita baca tulisan di atas, bertanyalah kepada diri kita masing-masing: “Dimanakah posisi kita dalam beribadah?” Silakan menjawab dengan sejujur-jujurnya. (Dikutip dan diselaraskan dari tulisan M. Husnaini, Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya, dalam, http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/02/17/mid9mn-apamotivasi-kita-beribadah) 9