2. SASARAN
KADERISASI
Mendapatkan ilmu keagamaan ber-dasarkan pemahaman ahli sunnah
waljamaah
Mengamalkan Konsensus Dasar Kebangsaan.
Semangat berkontribusi untuk agama, bangsa, dan negara.
Aktif bermasyarakat.
Memiliki skill bekerja dalam tim.
Memahami Falsafah Perjuangan Partai.
Memahami pentingnya keharmoni- san dalam keluarga.
12/16/2023 2
3. MENGENAL ILMU HADITS
TEMA HADITS
Pengertian Hadits
Kedudukan Hadits
INDIKATOR CAPAIAN:
Memahami
Kedudukan
Hadits Nabi SAW
4. Arahan bagi pembina
1. Setiap pembahasan materi, pembina mengarahkan pada fokus tema, berarti
pembina menyiapkan diri untuk membaca dan memahami materi secara utuh
terlebih dahulu.
2. Ilustrasi disetiap tema diarahkan pada internalisasi indiktor capaian
3. Titik tekan internalisasi indikator capaian selalu diarahakan pada sasaran
kaderisasi seperti, pentingnya selalu besama orang baik, dan tentunya diarahkan
pada manfaat keberadaan kita bersama PKS, berjuang bersama PKS, dan PKS selalu
membimbing dalam kebaikan bersama komunitas orang orang baik. serta ikut serta
berkontribusi untuk kemenangan dakwah bersama PKS
5. 4. Titik tekan internalisasi indikator capaian selalu
diarahakan pada sasaran kaderisasi disesuaikan
dengan kondisi dan konten materi
5. Setiap pembina dianjurkan mencari informasi
terkait kegiatan partai sebagai bahan ilustrasi
dalam internaalisasi pencapian sasaran kaderisasi
6. MUKADDIMAH
Hadits merupakan sumber hukum Islam kedua setelah al-Qur’an yang
diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat Islam.
Mempelajari hadits begitu penting bagi kita sebagai umat Islam. Karena
dengan mempelajarinya maka kita akan mengetahui apa yang disabdakan
oleh Nabi kita.
Mempelajari hadits juga merupakan konsekwensi dari syahadat kita
terhadap kerasulan Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam. Oleh
karena itu, penting bagi kita untuk mempelajari ilmu ini.
8. PENGERTIAN HADITS
Secara Bahasa, berarti ‘ al Jadid (sesuatu yang baru)’ kebalikan dari ‘al Qadim (sesuatu yang lama)’.
menurut istilah para ahli hadits adalah :
ْقَت ْوَأ ،ٍلْعِف ْوَأ ،ٍل ْوَق ْنِم َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُهللا ىَّلَص ِيِبَّنال ىَلِإ ُْفي ِ
ضُأ اَم
ٍفْص َو ْوَأ ، ٍ
ِْري ِ
ِر
Adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam baik ucapan,
perbuatan, persetujuan, maupun sifat. (Shalih Al Utsaimin, Mustholah Al Hadits, (Kairo: Maktabah Ilmi,
1994), hlm. 5)
Syaikh Dr. Mahmud Ath-Thahhan mendefinisikan Al Hadits:
النبى إلى اضيف ما
وسلم عليه هللا صلى
صفة او تقِريِر او فعل او قول من
“Apa saja yang dikaitkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa perkataan, atau perbuatan,
atau persetujuan, atau sifatnya.” (Taysir Mushthalahul Hadits, Hal. 14. Tanpa tahun)
9. PENGERTIAN SUNNAH
Dalam Al-Munjid disebutkan makna As-Sunnah, yakni: As-Sirah (perjalanan), Ath-Thariqah (jalan/metode), Ath-
Thabi’ah (tabiat/watak), Asy-Syari’ah (syariat/jalan). (Al-Munjid fil Lughah wal A’lam, hal. 353)
Secara Istilah (Ishthilahan -Terminologis): Syaikh Said bin Ali bin Wahf Al-Qahthani menyebutkan makna As-Sunnah:
بالسنة والمِراد
:
هللا ِرسول عليها كان التى الطِريقة
القيامة يوم إلى بإحسان تبعهم ومن أصحابه و َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُ َّ
َّللا ىَّلَص
“Yang dimaksud dengan As-Sunnah adalah: jalan yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, para sahabatnya,
dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik berada di atasnya sampai hari kiamat.” (Syaikh Said bin Ali
bin Wahf Al Qahthani, Syarh Al ‘Aqidah Al Wasathiyah, Hal. 10. Muasasah Al Juraisi)
10. PERKEMBANGAN MAKNA SUNNAH SESUAI DISIPLIN ILMU YANG
MENGIKATNYA
Menurut Ahli Ushul:. Imam Ibnul Atsir rahimahullah mengatakan:
،قوال إليه وندب ،عنه ونهى ،وسلم عليه هللا صلى النبي به أمِر ما بها يِراد فإنما ،الشِرع في أطلقت وإذا
يقال ولهذا ،العزيز الكتاب به ينطق ال مما وفعال
:
والسنة الكتاب الشِرع أدلة في
.
والحديث القِرآن أي
“Jika dilihat dari sudut pandang syara’, maka maksudnya adalah apa-apa yang diperintahkan
dan dilarang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan apa yang dianjurkannya baik perkataan,
perbuatan yang tidak dibicarakan oleh Al-Quran. Maka, dikatakan: tentang dalil-dalil Syara’
adalah Al Kitab dan As Sunnah, yaitu Al Quran dan Al Hadits.” (An-Nihayah, 1/186)
11. PERKEMBANGAN MAKNA SUNNAH SESUAI DISIPLIN ILMU
YANG MENGIKATNYA
Menurut Ahli Ushul: Imam Ibnul Atsir rahimahullah mengatakan:
الكتاب به ينطق ال مما وفعال ،قوال إليه وندب ،عنه ونىه ،وسلم عليه هللا صىل ي
النب بهأمر ما بها ادري فإنما ،ع ر
الش ي
ف أطلقت وإذا
ال
يقال ولهذا ،عزيز
:
أدلة ي
ف
والسنة الكتاب ع ر
الش
.
والحديث آن
القر أي
“Jika dilihat dari sudut pandang syara’, maka maksudnya adalah apa-apa yang diperintahkan dan dilarang Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, dan apa yang dianjurkannya baik perkataan, perbuatan yang tidak dibicarakan oleh Al-Quran. Maka,
dikatakan: tentang dalil-dalil Syara’ adalah Al Kitab dan As Sunnah, yaitu Al Quran dan Al Hadits.” (An-Nihayah, 1/186)
Syaikh Abdul Qadir As-Sindi rahimahullah mengatakan:
قول من الكريم آن
القر عدا ما وسلم عليه هللا صىل هللا رسول عن صدر عما عبارة
,
فعل أو
,
غي من صدر ما عندهم السنة من فيخرج ،تقرير أو
الصالة عليه ه
البعثة قبل وسلم عليه هللا صىل عنهصدر وما ،رسولغي أو كانرسوال والسالم
.
“Keterangan tentang apa yang berasal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selain dari Al-Quran Al Karim, berupa
perkataan, perbuatan, atau persetujuannya. Yang tidak termasuk dari As Sunnah menurut mereka adalah apa yang selain
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik dia seorang rasul atau selain rasul, dan apa-apa yang berasal dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum masa bi’tsah (masa diutus menjadi rasul).” (Syaikh Abdul Qadir bin Habibullah
As-Sindi, Hujjah As-Sunnah An-Nabawiyah, Hal. 88. 1975M-1395H. Penerbit: Al Jami’ah Al Islamiyah – Madinah)
12. PERKEMBANGAN MAKNA SUNNAH SESUAI
DISIPLIN ILMU YANG MENGIKATNYA
Menurut Fuqaha (Ahli Fiqih): Berkata Syaikh Abdul Qadir As Sindi:
والم المندوب ادفهاروي ،إيجاب ر
غي من طلبه عىل الخطاب دل الذي الفعل عن عبارة عندهم ي
فه
،ستحب
تطل وقد ،الفقهاء لبعض خاص اصطالح األلفاظ هذه ي
ن
معان ن ر
بي والتفرقة ،والنفل ،والتطوع
يقابل ما عىل ق
عل هللا صلة هللا رسول عن بحثوا فهم ،كذاالبدعة وطالق ،كذاالسنة طالق قولهم منه البدعة
وسلم يه
ي
ع ر
ش حكم عىل أفعاله تدل الذي
.
“Maknanya menurut mereka adalah istilah tentang perbuatan yang menunjukkan
perkataan perintah selain kewajiban. Persamaannya adalah mandub (anjuran),
mustahab (disukai), tathawwu’ (suka rela), an-nafl (tambahan). Perbedaan makna
pada lafaz-lafaz istilah ini, memiliki makna tersendiri bagi sebagian fuqaha. Istilah ini
juga digunakan sebagai lawan dari bid’ah, seperti perkataan mereka: thalaq sunah itu
begini, thalaq bid’ah itu begini . Jadi, pembahsan mereka pada apa-apa yang datang
dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menunjukkan perbuatannya itu sebagai
hukum syar’i.” (Ibid)
13. PERKEMBANGAN MAKNA SUNNAH SESUAI DISIPLIN ILMU
YANG MENGIKATNYA
Menurut Muhadditsin (Ahli Hadits) Beliau juga mengatakan:
بينهم السائد الِرأي
–
منهم المتأخِرين سيما وال
–
اآلخِر مكان أحدهما يوضع متساويان متِرادفان والسنة الحديث أن
Pendapat utama di antara mereka –apalagi kalangan muta’akhirin- bahwa Al-Hadits dan As-Sunnah
adalah muradif (sinonim-maknanya sama), yang salah satunya diletakkan pada posisi yang lain. (Ibid)
Sedangkan hadits adalah –sebagaimana dikatakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah:
ينصِرف اإلطالق عند هو النبوي الحديث
النبوة بعد عنه به ِثدُح ما إلى
:
الث الوجوه هذه من ثبتت سنته فإن ،وإقِراِره وفعله قوله من
الثة
.
“Al-Hadits An-Nabawi adalah berangkat dari apa-apa yang diceritakan darinya setelah masa kenabian: berupa
perkataan, perbuatan, dan persetujuannya. Jadi, sunahnya ditetapkan dari tiga hal ini.” (Majmu’ Al Fatawa, 18/6)
14. PENGERTIAN KHABAR
Khabar ()الخبر secara bahasa berarti An-Naba’ ()النبأ yang berarti kabar atau berita. Adapun secara istilah
khabar ini semakna dengan hadits sehingga memiliki definisi yang sama dengan hadits.
Namun, menurut pendapat yang lain menyatakan bahwa khabar ini lebih umum dari pada hadits.
Sehingga definisi khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam dan juga kepada selain beliau. Syaikh Utsaimin mengatakan :
َلِإ َو َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُهللا ىَّلَص ِيِبَّنال ىَلِإ ُْفي ِ
ضُأ اَم ُِرَبَخْال
ِه ِ
ِْريََ ى
Khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan juga
disandarkan kepada selainnya.
15. PENGERTIAN ATSAR
Atsar ()األثر secara bahasa berarti Baqiyyatu Asy-Syaii’ (الشيء )بقية
yang berarti sisa dari sesuatu, atau jejak. Adapun secara istilah,
atsar adalah :
يِعِباَّتال ْوَأ يِباَحَّصال ىَلِإ ُْفي ِ
ضُأ اَم
Segala sesuatu yang disandarkan pada sahabat atau tabi’in.
16. DALIL KEDUDUKAN HADITS SEBAGAI SUMBER HUKUM SETELAH AL QURAN
Pertama, dari Al Qur’an:
ِ
ِرْاألم يِلوُأ َو َلوُسَّالِر واُعيِطَأ َو َ َّ
َّللا واُعيِطَأ واُنَمآ َِينذَّال اَهُّيَأ اَي
ٍءْيَش يِف ْمُتْعََازنَت ْنِإَف ْمُكْنِم
ُّدُِرَف
ْنِإ ِلوُسَّالِر َو ِ َّ
َّللا ىَلِإ ُهو
ْأَت ُنَسْحَأ َو ٌِْريَخ َكِلَذ ِ
ِر ِاآلخ ِم ْوَيْال َو ِ َّ
اَّللِب َونُنِمْؤُت ْمُتْنُك
يالِو
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. An Nisa, 4:
59)
Ayat lainnya:
َ َّ
َّللا َعاَطَأ ْدَقَف َلوُسَّالِر ِعِطُي ْنَم
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah…” (QS.
An Nisa (4): 80)
17. DALIL KEDUDUKAN HADITS SEBAGAI SUMBER HUKUM SETELAH AL QURAN
Kedua, dalil As-Sunnah: Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عصاني فقد أميِري عصا ومن ،أطاعني فقد أميِري أطاع ومن ،هللا عصا فقد عصاني ومن ،هللا أطاع فقد أطاعني من
“Barangsiapa yang mentaatiku,maka ia telah mentaati Allah, barangsiapa yang membangkang kepadaku maka ia membangkang kepada Allah, barangsiapa yang
mentaati pemimpin maka ia telah taat kepadaku, barangsiapa yang membangkang kepada pemimpin, maka ia telah membangkang kepadaaku.” (HR. Bukhari No.
7137 dan Muslim No. 1835)
Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
نبيه وسنة هللا كتاب بهما مسكتم ما تضلوا لن أمِرين فيكم تِركت
“Telah aku tinggalkan untuk kalian dua hal yang jika kalian berpegang teguh pada keduanya maka kalian tidak akan pernah tersesat: Kitabullah
dan Sunah NabiNya.” (HR. Malik dalam Al Muwatha’ No. 1594, secara mursal. Syaikh Al Albani menyatakan: hasan. Lihat Misykah Al
Mashabih No. 186)
18. DALIL KEDUDUKAN HADITS SEBAGAI SUMBER HUKUM SETELAH AL QURAN
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يِبَأ ْنَم َّالِإ َةَّنجْال َونُلُخْدي يِتَّمُأ ُّلُك
”
.
َلقا ؟ َّ
َّللا ِرسول يا بىَأَي ْنَم َو َليِق
:
”
يِبَأ ْدَقَف يِناَصع ْومن ،َةَّنالج َلَخَد يِنَعاَطَأ ْمن
“Setiap umatku akan masuk surga, kecuali yang menolak.” Para sahabat bertanya: “Siapakah yang
menolak?” Beliau menjawab: “Barangsiapa yang taat kepadaku akan masuk surga, dan barangsiapa
yang maksiat kepadaku, maka ia telah menolak.” (HR. Bukhari No. 6851, Ahmad No. 8726)
Dari Miqdam bin Ma’dikarib Al Kindi radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
َم ُهَلْثِم َو َآن ِْرُقْال ُيتِتوُأ يِنِإ َ
الَأ ،ُهَعَم ُهَلْثِم َو َابَتِكْال ُيتِتوُأ يِنِإ َ
الَأ
ُهَع
“Ketahuilah, sesungguhnya aku diberikan Al Kitab dan yang semisalnya bersamanya, ketahuilah sesungguhnya
aku diberikan Al Quran dan yang semisalnya bersamanya.” (HR. Abu Daud No. 4604, Ibnu Zanjawaih dalam Al
Amwal No. 620, Ath Thabarani dalam Al Kabir No. 668, 670, Ahmad No.17174
19. DALIL KEDUDUKAN HADITS SEBAGAI SUMBER HUKUM SETELAH AL QURAN
Ketiga. Ijma’ (konsensus) para sahabat.
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhuberkata:
الهدى سنن وسلم عليه هللا صلى لنبيكم شِرع هللا وإن
.
ولعمِري
.
نبيكم سنة لتِركتم ،بيته في صلى كلكم أن لو
.
تِركت ولو
لضللتم نبيكم سنة م
.
“Sesungguhnya Allah telah mensyariatkan bagi nabi kalian jalan-jalan petunjuk. Demi umurku, seandainya tiap
kalian shalat di rumahnya, itu benar-benar telah meninggalkan sunah nabi kalian. Seandainya kalian
meninggalkan sunah nabi kalian, niscaya kalian tersesat.” (HR. Muslim No. 654, Abu Daud No. 550, Ibnu Majah
No. 777, An Nasa’i No. 849)
20. KEDUDUKAN HADITS TERHADAP AL QURAN
Pertama, penjelas dan penafsir Al Quran.
Kami contohkan beberapa ayat berikut:
َينِلاَّضال ال َو ْمِهْيَلَع ِبوُضْغَمْال ِ
ِْريََ
“Bukan jalan orang yang dimurkai dan orang-orang tersesat.” (QS. Al Fatihah (1): 7)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa Al-Maghdhub (Yang dimurkai) adalah Yahudi, sedangkan Adh-Dhaallin adalah Nasrani. (Hadits
tersebut diriwayatkan secara shahih dalam berbagai kitab. Seperti At Tirmidzi dalam Sunannya No. 2953, Musnad Ahmad No. 19381, Ibnu Hibban
dalam Shahihnya No. 6246, Abu Hatim dalam At Tafsir No. 40, 41, Abu Nu’aim dalam Al Hilyatul Aulia’, 7/170, Al Baihaqi dalam Ad Dalail An
Nubuwah, 5/339-340, Ath Thabarani dalam Al Kabir, 17/237, Ath Thabari, No. 194, 208, dan lainnya)
21. KEDUDUKAN HADITS TERHADAP AL QURAN
Kedua, penambah (ziyadah) keterangan Al Quran. Contoh ayat tentang wudhu:
و بِرؤوسكم وامسحوا المِرافق إلى وأيديكم وجوهكم فاَسلوا الصالة إلى قمتم إذا آمنوا الذين أيها يا
أِرجلكم
الكعبين إلى
“Wahai Orang beriman jika kalian hendak shalat maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku,
dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (QS. Al Maidah, 5: 6)
Dalam ayat ini aktifitas wudhu hanya empat, yaitu 1. Membasuh muka. 2. Membasih kedua tangan sampai
siku. 3. Menyapu kepala. 4. Membasuh kaki sampai dua mata kaki. Serta tidak disebutkan adanya
pengulangan tiga kali.
Dalam hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan beberapa tambahan.
22. KEDUDUKAN HADITS TERHADAP AL QURAN
Dari Humran radhiallahu ‘anhu:
َ
الَث ِهْيَّفَك َلَسَغَف َأَّض َوَتَف ٍُوءض َوِب اَعَد ُهْنَع ُ َّ
َّللا َي ِ
ضَِر َانَّفَع َْنب َانَمْثُع َّنَأ
َمْضَم َّمُث ٍتاَِّرَم َث
َِّرَم َث َ
الَث ُهَهْج َو َلَسََ َّمُث َِرَثْنَتْسا َو َ
ض
َلَسََ َّمُث ٍتا
َسَم َّمُث َكِلَذ َلْثِم ى َِرْسُيْال ُهَدَي َلَسََ َّمُث ٍتاَِّرَم َث َ
الَث ِقَف ِْرِمْال ىَلِإ َىنْمُيْال ُهَدَي
ََ َّمُث ُهَسْأ َِر َح
َم َث َ
الَث ِْنيَبْعَكْال ىَلِإ َىنْمُيْال ُهَلْج ِ
ِر َلَس
َلَسََ َّمُث ٍتاَِّر
َأَّض َوَت َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُ َّ
َّللا ىَّلَص ِ َّ
َّللا َلوُس َِر ُْتيَأ َِر َلاَق َّمُث َكِلَذ َلْثِم ى َِرْسُيْال
اَذَه يِئوُض ُو َوَْحن
َس َو ِهْيَلَع ُ َّ
َّللا ىَّلَص ِ َّ
َّللا ُلوُس َِر َلاَق َّمُث
َوَْحن َأَّض َوَت ْنَم َمَّل
ََّمدَقَت اَم ُهَل َِرِفَُ ُهَسْفَن اَمِهيِف ُثِدَحُي َ
ال ِْنيَتَعْك َِر َعَك َِرَف َامَق َّمُث اَذَه يِئوُض ُو
ِهِبْنَذ ْنِم
“Bahwa Utsman bin ‘Affan mengajak untuk berwudhu, maka dia berwudhu. Dia mencuci kedua telapak tangannya tiga kali, kemudia dia berkumur-
kumur, lalu dia menghirup air kehidungnya, lalau mencuci wajahnya tiga kali, kemudian mencuci tangannya sebelah kanan hingga ke siku tiga kali,
kemudian mencuci tangan sebelah kiri juga demikian, lalu membasuh kepalanya, lalu dia mencuci kakinya yang kanan hingga dua mata kaki sebanyak
tiga kali, lalu dia mencuci kaki kirinya juga demikian. Lalu Utsman berkata: “Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berwudhu seperti
wudhuku tadi.” Lalu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Barangispa yang berwudhu seperti wudhuku lalau dia shalat dua rakaat, tanpa
bicara antara keduanya, maka diampuni dosa-dosanya yang lalu.” (HR. Bukhari No. 1934, Muslim No. 226, Abu Daud No. 106, Al Bazzar, 430 Ahmad No.
421, dan lain-lain)
Dalam hadits ini ada tambahan: cuci tangan tiga kali, kumur-kumur, menghirup air ke hidung, juga
keterangan diulang tiga kali pada mencuci wajah, mencuci tangan ke siku, dan mencuci kaki sampai ke
mata kaki.
23. KEDUDUKAN HADITS TERHADAP AL QURAN
Ketiga, perinci (tafshil)
Dalam Al Quran terdapat banyak ayat perintah shalat. Tetapi rincian bahwa shalat yang fardhu itu ada lima waktu, adalah di hadits.
Begitu pula penamaan waktunya menjadi subuh, zhuhur, ashar, maghrib, dan isya.
Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata:
َلِعُج ىتَح ْتَصِقُن مُث ،َِينسْمَخ ُاتَولَصال ِهِب َيِِْرسُأ َةَلْيَل وسلم عليه هللا صلى يِبالن ىَلَع ْتَضِِرُف
ُث ،ًاسْمَخ ْت
َِيدوُن م
:
ُدمحم يا
:
َل نِإَو يَدَل ُلْوَقْلا ُلدَبُي َال ُهنِإ
ِ
سْمَخْلا ِهِذَهِب ِك
َسينْمَخ
.
“Telah difardhukan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat pada malam beliau diisra`kan 50 shalat. Kemudian dikurangi
hingga tinggal 5 shalat saja. Lalu diserukan, ‘Wahai Muhammad, perkataan itu tidak akan tergantikan. Dan dengan lima shalat ini
sama bagi mu dengan 50 kali shalat.’” (HR. At Tirmidzi No. 213, katanya: hasan shahih gharib. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani
dalam Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 213)
Hal ini terjadi pada perincian ibadah lainnya seperti mekanisme zakat dan manasik haji. Namun, contoh dari shalat sudah
mencukup.