Dokumen tersebut membahas tentang upaya memperkuat integrasi bangsa di Indonesia dengan mempertimbangkan realitas multikulturalisme. Beberapa strategi yang diusulkan antara lain transformasi budaya, pendidikan karakter kebangsaan, dan peningkatan kompetensi aparatur untuk menghargai keragaman. Diskusi kelompok diminta untuk memilih salah satu strategi dan merancang model kolaborasinya.
slide ini berisi tentang pentingnya kesatuan dan persatuan bangsa demi terciptanya kedaulatan negara yang berdaulat dan adil sejahtera serta menjelaskan tentang pentingnya kekeluargaan dan kegotongroyongan. slide ini juga dilengkapi gambar dan tulisan yang menarik sehingga mudah untuk dibaca dan dipahami
materi P5 keberagaman dengan isu isu sosial terkait keberagaman.pptxprimantara1
“Bhinneka Tunggal Ika” Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu” ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.
Kata Bhinneka Tunggal Ika dapat pula dimaknai bahwa meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang bermacam-macam serta beraneka ragam kepulauan wilayah negara Indonesia namun keseluruhannya itu merupakan suatu persatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia. Keanekaragaman tersebut bukanlah merupakan perbedaan yang bertentangan namun justru keanekaragaman itu bersatu dalam satu komposisi yang pada gilirannya justru memperkaya sifat dan makna persatuan bangsa dan negara Indonesia.
Sementara itu, mengutip laman Direktorat SMP Kemdikbud, berbagai keberagaman yang ada di Indonesia seharusnya bisa memperkaya kebudayaan.
“Perpecahan hanya akan membuat kerugian”. Hal yang perlu dilakukan adalah mengembangkan sikap toleransi dan tenggang rasa terhadap perbedaan dan kemajemukan masyarakat. Toleransi mesti diajarkan sejak dini agar pemahaman mengenai perbedaan telah dimengerti jauh-jauh hari. Sikap dan perilaku toleransi dapat membawa keberagaman yang ada di masyarakat mengerucut dalam semangat persatuan dan kesatuan. Setiap orang saling memahami bahwa keberagaman itu bukan aib untuk dipertentangkan. Akan tetapi, adanya perbedaan suku, agama, ras, budaya, dan antargolongan dapat hidup secara berdamping dalam masyarakat dengan nuansa kerukunan.
slide ini berisi tentang pentingnya kesatuan dan persatuan bangsa demi terciptanya kedaulatan negara yang berdaulat dan adil sejahtera serta menjelaskan tentang pentingnya kekeluargaan dan kegotongroyongan. slide ini juga dilengkapi gambar dan tulisan yang menarik sehingga mudah untuk dibaca dan dipahami
materi P5 keberagaman dengan isu isu sosial terkait keberagaman.pptxprimantara1
“Bhinneka Tunggal Ika” Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu” ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.
Kata Bhinneka Tunggal Ika dapat pula dimaknai bahwa meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang bermacam-macam serta beraneka ragam kepulauan wilayah negara Indonesia namun keseluruhannya itu merupakan suatu persatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia. Keanekaragaman tersebut bukanlah merupakan perbedaan yang bertentangan namun justru keanekaragaman itu bersatu dalam satu komposisi yang pada gilirannya justru memperkaya sifat dan makna persatuan bangsa dan negara Indonesia.
Sementara itu, mengutip laman Direktorat SMP Kemdikbud, berbagai keberagaman yang ada di Indonesia seharusnya bisa memperkaya kebudayaan.
“Perpecahan hanya akan membuat kerugian”. Hal yang perlu dilakukan adalah mengembangkan sikap toleransi dan tenggang rasa terhadap perbedaan dan kemajemukan masyarakat. Toleransi mesti diajarkan sejak dini agar pemahaman mengenai perbedaan telah dimengerti jauh-jauh hari. Sikap dan perilaku toleransi dapat membawa keberagaman yang ada di masyarakat mengerucut dalam semangat persatuan dan kesatuan. Setiap orang saling memahami bahwa keberagaman itu bukan aib untuk dipertentangkan. Akan tetapi, adanya perbedaan suku, agama, ras, budaya, dan antargolongan dapat hidup secara berdamping dalam masyarakat dengan nuansa kerukunan.
Interalisasi Nilai Moderasi Sebagai Upaya Dalam Mengembangkan Ketahanan Nasional Yang Berlandaskan Pancasila Dan Bhinneka Tunggal Ika Guna Mewujudkan Cita - Cita Bangsa Dan Negara
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan XVI, LAN RI
Jakarta, 6 Juni 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH. MA.
Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Disampaikan pada Webinar Kebijakan Publik Series #4, Masyarakat Kebijakan Publik Indonesia (MAKPI)
Jakarta, 16 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH. MA.
Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Disampaikan pada Lokakarya Persiapan IKK 2024 dan Penganugerahan Hasil Pengukuran IKK Kemenkes Tahun 2023
Jakarta, 30 April 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH. MA.
Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Disampaikan pada “Evaluasi Dampak Diklat”, diselenggarakan
oleh BPSDM Provinsi Jawa Timur
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH., MA
Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara
Lembaga Administrasi Negara RI
Surabaya, 7 Maret 2024
Disampaikan pada “Rapat Koordinasi BPSDM se Kalimantan Utara
Tarakan, 29 Februari 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH., MA
Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara
Lembaga Administrasi Negara RI
Materi Drum-up Kelas Inovasi, diperuntukkan bagi Tim Adhiganapraya LAN
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Disampaikan pada Rapat Koordinasi Teknis Kementerian Hukum dan HAM dengan tema “Mewujudkan Kebijakan yang Berkualitas untuk Kinerja Kemenkumham yang Berdampak”
Jakarta, 22 Februari 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH. MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Keynote Speech Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Jakarta, 15 November 2023
Dr. Tri Widodo W. Utomo, MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Disampaikan pada Temu Inovator (Innovation Summit) Kabupaten Bogor
30 Januari 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Disampaikan pada Webinar Seri 2 ASN Belajar BPSDM Jawa Timur
18 Januari 2024
Belajar Bersama Widyaiswara LAN
Diselenggarakan oleh Pusbangkom TSK LAN
Dr. Tri Widodo W. Utomo, MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Mencari Model Penguatan Integrasi Bangsa Berbasis Kolaborasi
1. Mencari Model
Penguatan Integrasi
Bangsa Berbasis
Kolaborasi
Bahan Diskusi Kelompok Agenda “Membangun Kolaborasi”
PKN 1 Angkatan 53, dengan Tema “Strategi Kebudayaan untuk
Memperkuat Integrasi Bangsa”
Jakarta, 11 April 2022
PEDULI
INOVATIF
INTEGRITAS PROFESIONAL
2. 6 Agama
resmi
1.340 suku & 300
etnik bahasa/
dialek
± 400 aliran
kepercayaan
± 17.000
pulau, 3
zona waktu
19 adat
rechtskringen
van Vollen H.
74.944 Desa,
8.309 Kel, 6.994
Kec, 508
Kab/Kota
Realitas
Realitas
Realitas
Realitas Multikulturalisme
Multikulturalisme
Multikulturalisme
Multikulturalisme Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
3. 1. Masyarakat tradisional (the
traditional society),
2. Prasyarat untuk tinggal landas (the
preconditions for take-off),
3. Tinggal landas (the take-off),
4. Menuju kekedewasaan (the drive
to maturity), dan
5. Masa konsumsi tinggi (the age of
high mass-consumption)
1. Tidak Sekolah
2. SD, MI
3. SMP, MTS
4. SMA, SMK, MAN
5. D3
6. S1
7. S2-S3
1. Low income (< $ 675)
2. Lower-middle income
($ 675 – $ 2.695)
3. Upper-middle income
($ 2.695 – $ 8.355)
4. High income (> $ 8.355)
Aristoteles
1. Sangat kaya
2. Kaya
3. Miskin
Karl Marx
1. Kapitalis
2. Menengah
3. Proletar
Pitirim Sorokin
1. Raja, bangsawan
2. Priyayi, ulama,
punggawa
3. Petani, pedagang,
buruh
Dimensi
Dimensi
Dimensi
Dimensi Multisosiokultur
Multisosiokultur
Multisosiokultur
Multisosiokultur Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
4. “If you want to know whether
Islam, democracy, modernity,
and women's rights can co-exist,
go to Indonesia”
(Hillary Clinton, New York Times, 19/02/2009)
Multikulturalisme
Multikulturalisme
Multikulturalisme
Multikulturalisme Indonesia di Mata Dunia
Indonesia di Mata Dunia
Indonesia di Mata Dunia
Indonesia di Mata Dunia
5. PELUANG
• Kekayaan budaya;
• Meningkatkan daya saing;
• Potensi penerimaan negara
yang sangat besar;
• Accumulation of wealth.
ANCAMAN
• Potensi konflik sosial politik;
• Fragmentasi pemerintahan;
• Banyak energi terbuang yang
menjadikan produktivitas
nasional rendah;
• Potensi failure of the state.
Peluang
Peluang
Peluang
Peluang &
&
&
& Ancaman
Ancaman
Ancaman
Ancaman Multikulturalisme
Multikulturalisme
Multikulturalisme
Multikulturalisme
6. Kebebasan
Kebebasan
Kebebasan
Kebebasan Sipil
Sipil
Sipil
Sipil di Indonesia (2019
di Indonesia (2019
di Indonesia (2019
di Indonesia (2019-
-
-
-2021)
2021)
2021)
2021)
https://freedomhouse.org/country/indonesia
1. Electoral Process
2. Political Pluralism and
Participation
3. Functioning of Government
1. Freedom of Expression and Belief
2. Associational and Organizational
Rights
3. Rule of Law
4. Personal Autonomy and Individual
Rights
Political Rights: Civil Liberties:
7.
8. Problematika
Problematika
Problematika
Problematika Multikulturalisme
Multikulturalisme
Multikulturalisme
Multikulturalisme Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Konflik antara suku Dayak dengan suku Madura di
Sampit, 2001.
Konflik antara suku Aceh dengan suku Jawa di Aceh.
Konflik antara suku Lampung dan suku Bali di Lampung,
2012.
Konflik antara suku asli Bangka dan pendatang di
Bangka Belitung.
Konflik antara penduduk asli (Betawi) dan pendatang di
Pondok Aren, Tangerang Selatan.
Konflik antara suku Dani dan suku Moni di Papua, 2013.
Konflik antara etnis Tionghoa dengan Pribumi, 1998.
Konflik Poso (Islam VS Nasrasi), 1998-
2000.
Konflik Ambon (Islam VS Nasrani), 1999
Konflik Tolikara (Islam VS Nasrani).
Konflik Aceh (Islam VS Kristen), 2015.
Konflik Lampung Selatan (Budha VS
Islam).
Konflik Situbondo (Islam VS Kristen),
1996.
Konflik Sampang (Pengikut Ahlus Sunnah
Wal Jamaah vs Penganut Syiah), 2012.
Konflik Antar Etnis / Suku Konflik Antar Umat Agama
10. Faktor
Faktor
Faktor
Faktor Penghambat
Penghambat
Penghambat
Penghambat Integrasi
Integrasi
Integrasi
Integrasi Bangsa
Bangsa
Bangsa
Bangsa
1. Kurangnya sikap saling bertoleransi dalam masyarakat.
2. Kurangnya kesadaran diri dalam masyarakat untuk menjaga persatuan dan kesatuan.
3. Kurangnya sikap saling menghargai perbedaan di dalam masyarakat.
4. Adanya sikap tidak puas dan perasaan tidak adil terhadap ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat.
5. Timbulnya etnosentrisme atau anggapan jika budayanya jauh lebih baik dibanding kebudayaan lainnya.
6. Adanya kemungkinan ancaman atau gangguan datang untuk memecah belah persatuan dan kesatuan
bangsa, baik dari dalam maupun luar negeri.
7. Pembangunan yang tidak merata, sehingga hal ini bisa menghambat integrasi nasional.
Sumber: Diktat Integrasi Nasional (2017) oleh I Putu Ari Astawam
8. Masyarakat Indonesia yang bersifat heterogen
(keberagaman suku bangsa, budaya, agama dan ras).
9. Wilayah Indonesia yang sangat luas dengan ribuan
pulau yang tersebar dari Sabang-Merauke.
10.Budaya asli mulai tergerus karena dipengaruhi
budaya asing yang belum tentu sesuai dengan
kepribadian bangsa.
11. Legacy
Legacy
Legacy
Legacy Kolonialisme
Kolonialisme
Kolonialisme
Kolonialisme
Menurut Djoko, secara tidak langsung
istilah “mangan ora mangan sing
penting kumpul” adalah konsep
kolonial. Pihak kolonial, dalam hal ini
VOC, secara tak langsung “memaksa”
warga untuk makan tidak makan yang
penting berkumpul. Tujuannya agar
jumlah “karya” di situ tidak berkurang.
MALAS adalah warisan
kolonial yang harus
dikikis habis !!
12. Kesatuan Kejiwaan (sosiologis-psikologis) yang
dinyatakan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928;
Kesatuan Kenegaraan (filosofis-politis) yang
diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta pada 17
Agustus 1945;
Kesatuan Kewilayahan (yuridis-teritorial) yang
diumumkan oleh Perdana Menteri Djuanda pada 13
Desember 1957 (Djalal, 2001);
Kesatuan Visi Pembangunan (teknokratis) yang
tertuang dalam tujuan Nasional (Pembukaan UUD
1945) dan dijabarkan dalam Visi Pembangunan
Jangka Panjang dan Jangka Menengah.
Membangun
Membangun
Membangun
Membangun Kesatuan
Kesatuan
Kesatuan
Kesatuan (
(
(
(Integrasi
Integrasi
Integrasi
Integrasi)
)
)
) Bangsa
Bangsa
Bangsa
Bangsa
Apa
Strateginya?
14. “A curve of geometric figure, a part of
which has the same statistical character
as the whole”
Membangun
Membangun
Membangun
Membangun Integrasi
Integrasi
Integrasi
Integrasi dengan
dengan
dengan
dengan Konsep
Konsep
Konsep
Konsep Fractal Organization
Fractal Organization
Fractal Organization
Fractal Organization
15. “In holographic terms: each part of the organization
contains enough information to recreate the whole”
WoG
Membangun
Membangun
Membangun
Membangun Integrasi
Integrasi
Integrasi
Integrasi dengan
dengan
dengan
dengan Konsep
Konsep
Konsep
Konsep Hologram Organization
Hologram Organization
Hologram Organization
Hologram Organization
16. Alternatif
Alternatif
Alternatif
Alternatif Strategi
Strategi
Strategi
Strategi Penguatan
Penguatan
Penguatan
Penguatan Integrasi
Integrasi
Integrasi
Integrasi Bangsa
Bangsa
Bangsa
Bangsa
1. Transformasi & Akulturasi Budaya.
2. Penguatan Kompetensi Sosio Kultural ASN.
3. Pemerataan Pembangunan khususnya
Daerah Pinggiran dan Wilayah 3T.
4. Revitalisasi simbol-simbol Pemersatu
Bangsa (RRI-TVRI, Bahasa, Bendera, dsb).
5. Pendidikan Karakter dan Wawasan
Kebangsaan.
6. Gerakan Cinta Produk Dalam Negeri (Bela-
Beli Indonesia).
7. Pembentukan Kader Cadangan.
8. Lainnya: ………………………………………
17. 1. Diskusikan di kelompok Anda, dan
pilihkan strategi kebijakan terbaik
untuk memperkuat integrasi bangsa
(Anda boleh memilih salah satu dari 7
alternatif diatas, atau menentukan
sendiri alternatif yang belum tertera
diatas).
2. Diskusikan, model kolaborasi seperti
apa yang diperlukan untuk
mengimplementasikan strategi
kebijakan yang Anda pilih tersebut?
Tugas
Tugas
Tugas
Tugas Diskusi
Diskusi
Diskusi
Diskusi Kelompok
Kelompok
Kelompok
Kelompok