SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
Tutor :
dr Kartika Dewi
      Anggota:
James Davidta Ginting
        Bjorn
  Arni Purnamawati
      M Rinaldy
    Yenny Belinda
  Shena Suwardana
        Nikita
   Juni Royntan T
       Shanon
    Emil Eviliana
   Dandi Ali Akbar
A (laki-laki, 3 tahun) dibawa berobat ke dokter karena
orang    tuanya    merasa    tingkat   kecerdasan   dan
keterampilan motoriknya tidak setara seperti anak
seusianya. Saat diajak bicara dan bermain menunjukkan
reaksi yang kurang tanggap. Sejak dilahirkan, A
mendapat ASI eksklusif yang cukup dari ibunya. Ibunya
berusia 28 tahun saat ini, tidak pernah sakit panas
disertai bercak morbiliformis pada waktu hamil. Juga
tidak pernah mengalami pemeriksaan dengan sinar X.
Ibu A, melakukan pre-natal care pada seorang bidan,
kehamilannya baik-baik saja dan A lahir cukup bulan. Ibu
A sejak lama adalah pasien epilepsy yang taat berobat. Ia
tetap mengonsumsi obat phenytoin (Dilantin) selama
mengandung hingga saat ini. Dalam keluarga tidak ada
anggota yang mengalami cacat bawaan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan : microcephaly,
daun telinga besar, hypertelorism, epicanthal folds,
short nose, philtrum yang relative panjang, digital
hypoplasia pada kedua tangan.
Dokter membuat diagnosis : Fetal Hydantoin
syndrome.
Ibu   A    menanyakan     hubungan    antara    obat
phenytoin/Dilantin     yang    dikonsumsi    selama
kehamilan dengan kelainan anaknya.
1.   Trimester               : periode per 3 bulan.
2.   Bercak morbiliformis : bercak mirip campak.
3.   Epilepsi                : semua kelompok sindrom
     yang ditandai dengan gangguan paroksismal (tiba-
     tiba) sementara dari fungsi otak (hilangnya
     kesadaran/awareness, gangguan motorik, sensorik,
     dan kekacauan sistem saraf otonom) tanpa hilangnya
     kesadaran/consciousness.
4.   Pre-natal care          : perawatan kesehatan selama
     kehamilan/sebelum kelahiran.
     Contoh : pemeriksaan rutin.
5.   Teratogenik                    :
     berhubungan/cenderung menyebabkan
     malformasi/cacat pada embrio/bayi
6.    Microcephaly           : pengecilan kepala yang
      abnormal, biasanya disertai RM.
7.    Hypertelorism          : peningkatan jarak secara
      abnormal antara 2 organ/bagian tubuh.
8.    Epicanthal folds       : lipatan kulit vertical pada sisi
      hidung, kadang menutupi kantus (ujung mata) sebelah
      dalam.
9.    Short nose             : hidung pesek.
10.   Philtrum               : alur vertical pada bagian
      tengah bibir atas.
11.   Digital hypoplasia     : perkembangan jari yang
      kurang sempurna
12.   Anomali anatomik kongenital : penyimpangan dari
      bentuk normal/cacat/abnormalitas bentuk/struktur
      tubuh yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel
      telur/sejak lahir.
Definisi:
gerakan badan, biasanya melewati membran sel,
melalui proses yang tidak memerlukan pengeluaran
energi metabolik.
       Berdasarkan penggunaan protein
transmembran, :
1. Difusi sederhana (simple diffusion)
       Difusi, yaitu pergerakan partikel dari konsentrasi
       tinggi ke konsentrasi rendah, sehingga menjadi
       sama. Contohnya difusi oksigen dan
       karbondioksida dari dan ke sel darah merah pada
       alveolus.
 Osmosis,      yaitu pergerakan air dari larutan
       hipotonis ke larutan hipertonis, sehingga kedua
       larutan menjadi isotonis. Contohnya, sel darah
       merah yang akan mengalami lisis dalam larutan
       hipotonis, dan mengalami krenasi dalam larutan
       hipertonis.
2.Difusi terfasilitasi (facilitated diffusion)
 Protein channel, yaitu suatu protein pengatur ion yang
  melewati membran sel. Terdiri dari voltage-gated
  channel, ligan-gated channel, mechanical gated
  channel, dan gap junction.
 Protein carrier, yaitu suatu protein pengangkut yang
 akan mengalami perubahan konformasi. Contohnya
 permease, transporter, uniporter dan translokase.
•   F-ATPase
•   P-ATPase
•   V-ATPase
•   ABC(ATP-binding cassette) transporter:
    –   P(permeability)-glikoprotein
    –   MRP(multidrug resistance-associated protein/P170)
    –   CFTR (cystic fibrosis transmembrane conductance
        regulator)
    –   TAP (transporter associated with antigen processing)
Fungsi:
• Transpor substrat melalui membran sel
• Distibusi & bioavailibilitas
• Metabolit&xenobioticurine, empedu, intestinal
• Transport otakblood brain barrier
• Uptake digoxin
• Proteksi sel primordial
Symporter   Antiporter
 Reseptor yang Berikatan dengan Kanal Ion
  Molekul Sinyal - Reseptor  Kanal terbuka
              (berikatan)
 Reseptor yang Berikatan Dengan protein G
Molekul Sinyal – Protein G  aktivitas dalam sel
             (berikatan)
 Reseptor yang Berikatan Dengan Enzim
Molekul Sinyal – Reseptor diluar membran
             (berikatan) Enzim aktif
Terdapat tiga kelompok utama second messenger, yaitu :
     Cyclic nucleotide (misalnya: cAMP, cGMP)
     Inositol trifosfat (IP3) dan diasilgliserol (DAG)
     Ion kalsium (Ca2+)
Reseptor intraseluler yang berikatan dengan molekul
sinyal di atas yaitu:
     Cyclic nucleotide-gated ion channel, digunakan
      untuk cGMP, cAMP dan cGTP
     Reseptor IP3 digunakan untuk IP3
     Reseptor ryanodine, untuk ion Ca2+
Beberapa reseptor yang      Protein adaptor
  berfungsi sebagai factor    Protein amplifier
  transkripsi antara lain     Protein transducer
  adalah hormone:
                              Protein bifurcation
       Reseptor hormone
        steroid               Protein integrator

       Reseptor hormone      Protein pengatur gen
        tiroid                latent
  Terdapat beberapa tipe
  protein sinyal, yaitu:
 Protein relay
 Protein messenger
Perilaku sel ini sendiri meliputi pertumbuhan,
  diferensiasi, metabolism dan kematian sel. Dan juga
  dapat terjadi melalui kontak fisik, senyawa-senyawa
  yang disekresikan atau melalui gap junction.

Komunikasi berjalan melalui beberapa tahapan
 sintesis molekul sinyal dilepaskan, dibawa ke sel
 target  dideteksi oleh reseptor sel target 
 perubahan perilaku sel  penghilangan sinyal.

Tahapan penyampaian (transduksi) sinyal meliputi
  reception, transduction dan response.
 Respon sel terhadap sinyal disebabkan oleh sel target
  yang mempunyai reseptor spesifik terhadap sinyal
  tertentu
 Perilaku sel merupakan respon dari kombinasi
  sinyalsehingga sel bisa bertahan hidup, membelah,
  berdiferensiasi, atau mengalami apoptosis.
 Sinyal tunggal dapat memberikan respon yang
  berbeda terhadap beberapa sel target, bergantung
  pada reseptor yang dimiliki , factor lingkungan, dan
  kondisi sel
Faktor-faktor yang menyebabkan komunikasi sel
    adalah
   Molekul sinyal ekstraseluler
   Reseptor permukaan
   Reseptor intraseluler
   Protein target
Berdasarakan jarak, dibagi menjadi :
   Contact dependent
   Autokrin
   Parakrin
   Endokrin
   Sinaptik
    Berdasarkan sifat molekul, dibagi menjadi
   Molekul sinyal hidrofobik (lipofilik)
   Molekul sinyak hidrofilik
Penyerapan mengikuti pemberian oral terjadi di usus
  halus. Makanan dapat mengjambat tapi tidak
  merubah jumlah yang diabsorbsi. Puncak jumlah
  dalam serum umumnya muncul dalam 45-60 menit
  setelah pemberian oral sediaan eliksir dan dalam 90
  menit setelah pemberian tablet oral. Pada pasien yang
  menerima dosis oral pertama, efek puncak akan
  muncul 6-8 jam setelah pemberian dosis.
Obat ini didistribusikan secara umum ke seluruh tubuh
 dengan jumlah tertinggi didapatkan di ginjal, usus,
 lambung, hati, dan otot rangka. Sedangkan
 konsentrasi terendah ditemukan di otak dan plasma.
 Dalam jumlah terapeutik, kira-kira 20-30% dari obat
 terikat pada protein plasma. Karena hanya sejumlah
 kecil saja ditemukan di lemak, pasien dengan obesitas
 bias mendapatkan dosis lebih tinggi dari yang
 dibutuhkan jika perhitungan dosis dilakukan
 berdasarkan total berat badan dibandingkan dengan
 massa tubuh kering.
Digoxin hanya di metabolism sedikit, tapi metode utama
 eliminasi adalah ekskresi ginjal baik filtrasi
 glomerulus dan sekresi tubular. Oleh karena itu,
 penyesuaian dosis harus dilakukan pada pasien
 dengan penyakit ginjal.

 Vd digoxin = 7 L/kg = 350L/50kg, obat terakumulasi
  dalam jaringan
 Vd > , kadar plasma <

 Vd= volume distribusi.
Metabolisme obat : mengubah obat yang nonpolar
 menjadi polar → diekskresi melalui ginjal atau
 empedu. Obat aktif → inaktif, tapi sebagain diubah
 menjadi aktif, kurang aktif, atau toksik.
Metabolisme terdiri dari 2 fase ;
 Fase I : obat → metabolit polar
- Oksidasi
- Reduksi
- hidrolisis
 Fase II : reaksi konjugasi dengan substrat endogen →
  sangat polar.
Enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme
 Mikrosome


 Non-mikrosome
 Sebagian besar terjadi di ginajal sebagai urin dan
  bersisa utuh sekitar 50-70 %
 Waktu paruh untuk digoksin antara 36-48 jam
Efek Mekanik
1. Penghambatan ATPase ; pengurangan transpor
   natrium keluar dari sel  ↑ natrium intrasel
1.apeningkatan ; ↓transpor kalsium keluar dari sel
    ↑ kalsium intrasel
2. Fasilitasi masuknya kalsium ke dalam sel melalui
   saluran kalsium
3. Kalsium yang menumpuk + digoxin  interaksi
   serabut aktin dan miosin  kalsium keluar
 kompleks kerja tidak langsung dan langsung
Progres:
 pemanjangan potensial aksi dini yang singkat disertai
  peningkatan resistemsi mebran
 pemendekan potensial aksi disertai penurunan
  potensi membran (akibat peningkatan kalsium
  intraselmempertinggi hantaran kalium melalui
  membran)
Pada konsentrasi yang lebih toksik
 potensial istirahat membran berkurang (akibat
  penghambatan pompa natrium dan pengurangan
  kalium intrasel)
 Jika toksisitas berlanjut, ‘after potensial’
  depolarisasi kelebihan beban simpanan kalsium
  intrasel
 ‘afterpotensial’mempengaruhi hantaran normal
  karena pengurangan potensial istirahat lebih
  lanjut. pascapotensial dapat mencapai ambang
  rangsang  mencetuskan potensial aksi
  (depolarisasi ventrikel prematur; ‘denyut ektopik’)
  yang berpasangan dengan yang normal
  sebelumnya
 Jika ‘afterpotensial’ mencapai ambang
  rangsangEKG: pulsus bigeminus.
 Jika toksisitas bertambah berattiap potensial yang
  dibangkitkan ‘afterpotensial’ mencetuskan
  ‘afterpotensial’ yang cukup besarakan terjadi aritmia
  yang dipertahankan sendiri (takikardia ventrikel).
 Jika dibiarkan berlanjut, takikardia seperti ini dapat
  memburuk menjadi fibrilasi ventrikel.
 terjadi sepanjang batas dosis terapi dan toksik
 Pada batas dosis yang rendahefek
  parasimpatomimetik kardioselektif lebih menonjol,
  efek listrik dini digitalis, pengobatan aritmia tertentu
 Pada kadar toksikhasil simpatis ditingkatkan oleh
  digitalis, mensensitisasi miokardium, memperbesar
  semua efek toksik obat.
Efek pada organ lain
1. Glikosida jantung mempengaruhi otot polos
   dan sistem saraf pusat dengan hambatan Na + K +
    Depolarisasi akibat depresi pompa natrium
      sehingga meningkatnya aktivitas spontan
   pada      neuron dan otot polos
2. Bertambahnya kalsium intrasel sehingga
   meningkatkan tonus otot polos
3. Efek digitalis : lemahnya tomus vasikular
   karena lemahnya tonus simpatis
4. Efek lain : mual, muntah, diare
5. Efek sistem saraf pusat : perangsangan
   kemoreseptor
 Konsentrasi kalium dan kalsium dalam ruangan
  ekstrasel (biasanya diukur sebagai K+ dan Ca2+)
  mempunyai efek penting atas sensitivitas terhadap
  digitalis
 Interaksi kalium dan digitalis:
1. Digitalis menghambat tiap pengikatan lainnya ke
    Na+, K+-ATPase
    - hiperkalemia mengurangi kerja penghambatan
    enzim oleh glikosida jantung, sedangkan
    hipokalemia mempermudah kerja ini
2. otomatisitas jantung abnormal dihambat oleh
  hiperkalemia peningkatan K+ ekstrasel mengurangi
  efek toksik digitalis

 Ion kalsium meningkatkan kerja toksik glikosida
  jantung dengan mempercepat kelebihan beban
  cadangan kalsium intasel  otomatisitas abnormal
  karena digitalis
 Ion magnesiummelawan kalsium

More Related Content

Viewers also liked

Monodroid – Sviluppare in C# su ANDROID
Monodroid – Sviluppare in C# su ANDROIDMonodroid – Sviluppare in C# su ANDROID
Monodroid – Sviluppare in C# su ANDROIDJOULEHUB GMBH
 
Lego – agile prototyping 2
Lego – agile prototyping 2Lego – agile prototyping 2
Lego – agile prototyping 2JOULEHUB GMBH
 
HICapacity UI talk by Kathryne Sakata
HICapacity UI talk by Kathryne SakataHICapacity UI talk by Kathryne Sakata
HICapacity UI talk by Kathryne Sakatahicapacity
 
HICapacity UI talk by Tiffany Higa
HICapacity UI talk by Tiffany HigaHICapacity UI talk by Tiffany Higa
HICapacity UI talk by Tiffany Higahicapacity
 
2013 06-25 goedertier-inspire-2013
2013 06-25 goedertier-inspire-20132013 06-25 goedertier-inspire-2013
2013 06-25 goedertier-inspire-2013Goedertier Stijn
 
Water and Sewer Category Change Requests, March 2011
Water and Sewer Category Change Requests, March 2011Water and Sewer Category Change Requests, March 2011
Water and Sewer Category Change Requests, March 2011Katherine Nelson
 
Refactoring Smell Code
Refactoring Smell CodeRefactoring Smell Code
Refactoring Smell CodeJOULEHUB GMBH
 
Towards a Persistent URI Service for EU Institutions: a proof-of-concpet
Towards a Persistent URI Service for EU Institutions: a proof-of-concpetTowards a Persistent URI Service for EU Institutions: a proof-of-concpet
Towards a Persistent URI Service for EU Institutions: a proof-of-concpetGoedertier Stijn
 
2013 06-21 - semic2013 - putting the core vocabularies into practice
2013 06-21 - semic2013 - putting the core vocabularies into practice2013 06-21 - semic2013 - putting the core vocabularies into practice
2013 06-21 - semic2013 - putting the core vocabularies into practiceGoedertier Stijn
 
MobileDev: panoramica sullo sviluppo Mobile e sulle possibili alternative .Net
 MobileDev: panoramica sullo sviluppo Mobile e sulle possibili alternative .Net MobileDev: panoramica sullo sviluppo Mobile e sulle possibili alternative .Net
MobileDev: panoramica sullo sviluppo Mobile e sulle possibili alternative .NetJOULEHUB GMBH
 
D6.2.1 e sens kick off meeting - 2013-04-10 - isa action 1.1 on semantic inte...
D6.2.1 e sens kick off meeting - 2013-04-10 - isa action 1.1 on semantic inte...D6.2.1 e sens kick off meeting - 2013-04-10 - isa action 1.1 on semantic inte...
D6.2.1 e sens kick off meeting - 2013-04-10 - isa action 1.1 on semantic inte...Goedertier Stijn
 
Forest conservation annual report310
Forest conservation annual report310Forest conservation annual report310
Forest conservation annual report310Katherine Nelson
 

Viewers also liked (18)

Monodroid – Sviluppare in C# su ANDROID
Monodroid – Sviluppare in C# su ANDROIDMonodroid – Sviluppare in C# su ANDROID
Monodroid – Sviluppare in C# su ANDROID
 
Lego – agile prototyping 2
Lego – agile prototyping 2Lego – agile prototyping 2
Lego – agile prototyping 2
 
HICapacity UI talk by Kathryne Sakata
HICapacity UI talk by Kathryne SakataHICapacity UI talk by Kathryne Sakata
HICapacity UI talk by Kathryne Sakata
 
HICapacity UI talk by Tiffany Higa
HICapacity UI talk by Tiffany HigaHICapacity UI talk by Tiffany Higa
HICapacity UI talk by Tiffany Higa
 
2013 06-25 goedertier-inspire-2013
2013 06-25 goedertier-inspire-20132013 06-25 goedertier-inspire-2013
2013 06-25 goedertier-inspire-2013
 
Frankenstein Garage
Frankenstein GarageFrankenstein Garage
Frankenstein Garage
 
Water and Sewer Category Change Requests, March 2011
Water and Sewer Category Change Requests, March 2011Water and Sewer Category Change Requests, March 2011
Water and Sewer Category Change Requests, March 2011
 
Refactoring Smell Code
Refactoring Smell CodeRefactoring Smell Code
Refactoring Smell Code
 
Towards a Persistent URI Service for EU Institutions: a proof-of-concpet
Towards a Persistent URI Service for EU Institutions: a proof-of-concpetTowards a Persistent URI Service for EU Institutions: a proof-of-concpet
Towards a Persistent URI Service for EU Institutions: a proof-of-concpet
 
2013 06-21 - semic2013 - putting the core vocabularies into practice
2013 06-21 - semic2013 - putting the core vocabularies into practice2013 06-21 - semic2013 - putting the core vocabularies into practice
2013 06-21 - semic2013 - putting the core vocabularies into practice
 
MobileDev: panoramica sullo sviluppo Mobile e sulle possibili alternative .Net
 MobileDev: panoramica sullo sviluppo Mobile e sulle possibili alternative .Net MobileDev: panoramica sullo sviluppo Mobile e sulle possibili alternative .Net
MobileDev: panoramica sullo sviluppo Mobile e sulle possibili alternative .Net
 
2 seisoene
2 seisoene2 seisoene
2 seisoene
 
D6.2.1 e sens kick off meeting - 2013-04-10 - isa action 1.1 on semantic inte...
D6.2.1 e sens kick off meeting - 2013-04-10 - isa action 1.1 on semantic inte...D6.2.1 e sens kick off meeting - 2013-04-10 - isa action 1.1 on semantic inte...
D6.2.1 e sens kick off meeting - 2013-04-10 - isa action 1.1 on semantic inte...
 
Forest conservation annual report310
Forest conservation annual report310Forest conservation annual report310
Forest conservation annual report310
 
Sistitis
SistitisSistitis
Sistitis
 
DISLOKASI ARTICULATIO GLENOHUMERALE
DISLOKASI ARTICULATIO GLENOHUMERALEDISLOKASI ARTICULATIO GLENOHUMERALE
DISLOKASI ARTICULATIO GLENOHUMERALE
 
Agile methodologies
Agile methodologiesAgile methodologies
Agile methodologies
 
Osteoarthritis
OsteoarthritisOsteoarthritis
Osteoarthritis
 

Similar to KOMUNIKASI ANTAR SEL (20)

Komunikasi sel
Komunikasi selKomunikasi sel
Komunikasi sel
 
1. Mekanisme Adaptasi Sel OK.ppt
1. Mekanisme Adaptasi Sel OK.ppt1. Mekanisme Adaptasi Sel OK.ppt
1. Mekanisme Adaptasi Sel OK.ppt
 
Drug receptor interactions IRA S2 (1).pptx
Drug receptor interactions IRA S2 (1).pptxDrug receptor interactions IRA S2 (1).pptx
Drug receptor interactions IRA S2 (1).pptx
 
Komunikasi antar sel
Komunikasi antar selKomunikasi antar sel
Komunikasi antar sel
 
Askep imun
Askep imunAskep imun
Askep imun
 
Diktat sel 1415
Diktat sel 1415Diktat sel 1415
Diktat sel 1415
 
Toksikologi
ToksikologiToksikologi
Toksikologi
 
Fisiologi hewan membran sel
Fisiologi hewan membran selFisiologi hewan membran sel
Fisiologi hewan membran sel
 
Absorpsi & Disposisi Obat - Copy.pptx
Absorpsi & Disposisi Obat - Copy.pptxAbsorpsi & Disposisi Obat - Copy.pptx
Absorpsi & Disposisi Obat - Copy.pptx
 
Hormon bonni rubak g2 l1 19 008
Hormon bonni rubak g2 l1 19 008Hormon bonni rubak g2 l1 19 008
Hormon bonni rubak g2 l1 19 008
 
Makalah sistem endokrinologi
Makalah sistem endokrinologiMakalah sistem endokrinologi
Makalah sistem endokrinologi
 
Biologi Sel: Metabolisme Obat
Biologi Sel: Metabolisme ObatBiologi Sel: Metabolisme Obat
Biologi Sel: Metabolisme Obat
 
Adiponektin
AdiponektinAdiponektin
Adiponektin
 
Cell interaction
Cell interactionCell interaction
Cell interaction
 
Konsep anatomi
Konsep anatomiKonsep anatomi
Konsep anatomi
 
Liza
LizaLiza
Liza
 
Liza
LizaLiza
Liza
 
Farmakologi i
Farmakologi iFarmakologi i
Farmakologi i
 
Proses-proses Biologi
Proses-proses BiologiProses-proses Biologi
Proses-proses Biologi
 
1. organisasi sel
1. organisasi sel1. organisasi sel
1. organisasi sel
 

More from Juni Royntan Tampubolon (7)

Urolithiasis
UrolithiasisUrolithiasis
Urolithiasis
 
Glomerulonefritis akut
Glomerulonefritis akutGlomerulonefritis akut
Glomerulonefritis akut
 
Hipotiroidisme
HipotiroidismeHipotiroidisme
Hipotiroidisme
 
Cushing Syndrome
Cushing SyndromeCushing Syndrome
Cushing Syndrome
 
Nutritional State
Nutritional StateNutritional State
Nutritional State
 
Quality Of Life
Quality Of LifeQuality Of Life
Quality Of Life
 
Healthy Life Style
Healthy Life StyleHealthy Life Style
Healthy Life Style
 

Recently uploaded

TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 

Recently uploaded (20)

TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 

KOMUNIKASI ANTAR SEL

  • 1.
  • 2. Tutor : dr Kartika Dewi Anggota: James Davidta Ginting Bjorn Arni Purnamawati M Rinaldy Yenny Belinda Shena Suwardana Nikita Juni Royntan T Shanon Emil Eviliana Dandi Ali Akbar
  • 3. A (laki-laki, 3 tahun) dibawa berobat ke dokter karena orang tuanya merasa tingkat kecerdasan dan keterampilan motoriknya tidak setara seperti anak seusianya. Saat diajak bicara dan bermain menunjukkan reaksi yang kurang tanggap. Sejak dilahirkan, A mendapat ASI eksklusif yang cukup dari ibunya. Ibunya berusia 28 tahun saat ini, tidak pernah sakit panas disertai bercak morbiliformis pada waktu hamil. Juga tidak pernah mengalami pemeriksaan dengan sinar X. Ibu A, melakukan pre-natal care pada seorang bidan, kehamilannya baik-baik saja dan A lahir cukup bulan. Ibu A sejak lama adalah pasien epilepsy yang taat berobat. Ia tetap mengonsumsi obat phenytoin (Dilantin) selama mengandung hingga saat ini. Dalam keluarga tidak ada anggota yang mengalami cacat bawaan.
  • 4. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : microcephaly, daun telinga besar, hypertelorism, epicanthal folds, short nose, philtrum yang relative panjang, digital hypoplasia pada kedua tangan. Dokter membuat diagnosis : Fetal Hydantoin syndrome. Ibu A menanyakan hubungan antara obat phenytoin/Dilantin yang dikonsumsi selama kehamilan dengan kelainan anaknya.
  • 5. 1. Trimester : periode per 3 bulan. 2. Bercak morbiliformis : bercak mirip campak. 3. Epilepsi : semua kelompok sindrom yang ditandai dengan gangguan paroksismal (tiba- tiba) sementara dari fungsi otak (hilangnya kesadaran/awareness, gangguan motorik, sensorik, dan kekacauan sistem saraf otonom) tanpa hilangnya kesadaran/consciousness. 4. Pre-natal care : perawatan kesehatan selama kehamilan/sebelum kelahiran. Contoh : pemeriksaan rutin. 5. Teratogenik : berhubungan/cenderung menyebabkan malformasi/cacat pada embrio/bayi
  • 6. 6. Microcephaly : pengecilan kepala yang abnormal, biasanya disertai RM. 7. Hypertelorism : peningkatan jarak secara abnormal antara 2 organ/bagian tubuh. 8. Epicanthal folds : lipatan kulit vertical pada sisi hidung, kadang menutupi kantus (ujung mata) sebelah dalam. 9. Short nose : hidung pesek. 10. Philtrum : alur vertical pada bagian tengah bibir atas. 11. Digital hypoplasia : perkembangan jari yang kurang sempurna 12. Anomali anatomik kongenital : penyimpangan dari bentuk normal/cacat/abnormalitas bentuk/struktur tubuh yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur/sejak lahir.
  • 7. Definisi: gerakan badan, biasanya melewati membran sel, melalui proses yang tidak memerlukan pengeluaran energi metabolik. Berdasarkan penggunaan protein transmembran, : 1. Difusi sederhana (simple diffusion) Difusi, yaitu pergerakan partikel dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, sehingga menjadi sama. Contohnya difusi oksigen dan karbondioksida dari dan ke sel darah merah pada alveolus.
  • 8.  Osmosis, yaitu pergerakan air dari larutan hipotonis ke larutan hipertonis, sehingga kedua larutan menjadi isotonis. Contohnya, sel darah merah yang akan mengalami lisis dalam larutan hipotonis, dan mengalami krenasi dalam larutan hipertonis. 2.Difusi terfasilitasi (facilitated diffusion)  Protein channel, yaitu suatu protein pengatur ion yang melewati membran sel. Terdiri dari voltage-gated channel, ligan-gated channel, mechanical gated channel, dan gap junction.
  • 9.  Protein carrier, yaitu suatu protein pengangkut yang akan mengalami perubahan konformasi. Contohnya permease, transporter, uniporter dan translokase.
  • 10.
  • 11. F-ATPase • P-ATPase • V-ATPase • ABC(ATP-binding cassette) transporter: – P(permeability)-glikoprotein – MRP(multidrug resistance-associated protein/P170) – CFTR (cystic fibrosis transmembrane conductance regulator) – TAP (transporter associated with antigen processing)
  • 12. Fungsi: • Transpor substrat melalui membran sel • Distibusi & bioavailibilitas • Metabolit&xenobioticurine, empedu, intestinal • Transport otakblood brain barrier • Uptake digoxin • Proteksi sel primordial
  • 13. Symporter Antiporter
  • 14.  Reseptor yang Berikatan dengan Kanal Ion Molekul Sinyal - Reseptor  Kanal terbuka (berikatan)  Reseptor yang Berikatan Dengan protein G Molekul Sinyal – Protein G  aktivitas dalam sel (berikatan)  Reseptor yang Berikatan Dengan Enzim Molekul Sinyal – Reseptor diluar membran (berikatan) Enzim aktif
  • 15. Terdapat tiga kelompok utama second messenger, yaitu :  Cyclic nucleotide (misalnya: cAMP, cGMP)  Inositol trifosfat (IP3) dan diasilgliserol (DAG)  Ion kalsium (Ca2+) Reseptor intraseluler yang berikatan dengan molekul sinyal di atas yaitu:  Cyclic nucleotide-gated ion channel, digunakan untuk cGMP, cAMP dan cGTP  Reseptor IP3 digunakan untuk IP3  Reseptor ryanodine, untuk ion Ca2+
  • 16. Beberapa reseptor yang  Protein adaptor berfungsi sebagai factor  Protein amplifier transkripsi antara lain  Protein transducer adalah hormone:  Protein bifurcation  Reseptor hormone steroid  Protein integrator  Reseptor hormone  Protein pengatur gen tiroid latent Terdapat beberapa tipe protein sinyal, yaitu:  Protein relay  Protein messenger
  • 17. Perilaku sel ini sendiri meliputi pertumbuhan, diferensiasi, metabolism dan kematian sel. Dan juga dapat terjadi melalui kontak fisik, senyawa-senyawa yang disekresikan atau melalui gap junction. Komunikasi berjalan melalui beberapa tahapan sintesis molekul sinyal dilepaskan, dibawa ke sel target  dideteksi oleh reseptor sel target  perubahan perilaku sel  penghilangan sinyal. Tahapan penyampaian (transduksi) sinyal meliputi reception, transduction dan response.
  • 18.  Respon sel terhadap sinyal disebabkan oleh sel target yang mempunyai reseptor spesifik terhadap sinyal tertentu  Perilaku sel merupakan respon dari kombinasi sinyalsehingga sel bisa bertahan hidup, membelah, berdiferensiasi, atau mengalami apoptosis.  Sinyal tunggal dapat memberikan respon yang berbeda terhadap beberapa sel target, bergantung pada reseptor yang dimiliki , factor lingkungan, dan kondisi sel
  • 19. Faktor-faktor yang menyebabkan komunikasi sel adalah  Molekul sinyal ekstraseluler  Reseptor permukaan  Reseptor intraseluler  Protein target
  • 20. Berdasarakan jarak, dibagi menjadi :  Contact dependent  Autokrin  Parakrin  Endokrin  Sinaptik Berdasarkan sifat molekul, dibagi menjadi  Molekul sinyal hidrofobik (lipofilik)  Molekul sinyak hidrofilik
  • 21. Penyerapan mengikuti pemberian oral terjadi di usus halus. Makanan dapat mengjambat tapi tidak merubah jumlah yang diabsorbsi. Puncak jumlah dalam serum umumnya muncul dalam 45-60 menit setelah pemberian oral sediaan eliksir dan dalam 90 menit setelah pemberian tablet oral. Pada pasien yang menerima dosis oral pertama, efek puncak akan muncul 6-8 jam setelah pemberian dosis.
  • 22. Obat ini didistribusikan secara umum ke seluruh tubuh dengan jumlah tertinggi didapatkan di ginjal, usus, lambung, hati, dan otot rangka. Sedangkan konsentrasi terendah ditemukan di otak dan plasma. Dalam jumlah terapeutik, kira-kira 20-30% dari obat terikat pada protein plasma. Karena hanya sejumlah kecil saja ditemukan di lemak, pasien dengan obesitas bias mendapatkan dosis lebih tinggi dari yang dibutuhkan jika perhitungan dosis dilakukan berdasarkan total berat badan dibandingkan dengan massa tubuh kering.
  • 23. Digoxin hanya di metabolism sedikit, tapi metode utama eliminasi adalah ekskresi ginjal baik filtrasi glomerulus dan sekresi tubular. Oleh karena itu, penyesuaian dosis harus dilakukan pada pasien dengan penyakit ginjal.  Vd digoxin = 7 L/kg = 350L/50kg, obat terakumulasi dalam jaringan  Vd > , kadar plasma <   Vd= volume distribusi.
  • 24. Metabolisme obat : mengubah obat yang nonpolar menjadi polar → diekskresi melalui ginjal atau empedu. Obat aktif → inaktif, tapi sebagain diubah menjadi aktif, kurang aktif, atau toksik.
  • 25. Metabolisme terdiri dari 2 fase ;  Fase I : obat → metabolit polar - Oksidasi - Reduksi - hidrolisis  Fase II : reaksi konjugasi dengan substrat endogen → sangat polar.
  • 26. Enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme  Mikrosome  Non-mikrosome
  • 27.  Sebagian besar terjadi di ginajal sebagai urin dan bersisa utuh sekitar 50-70 %  Waktu paruh untuk digoksin antara 36-48 jam
  • 28. Efek Mekanik 1. Penghambatan ATPase ; pengurangan transpor natrium keluar dari sel  ↑ natrium intrasel 1.apeningkatan ; ↓transpor kalsium keluar dari sel  ↑ kalsium intrasel 2. Fasilitasi masuknya kalsium ke dalam sel melalui saluran kalsium 3. Kalsium yang menumpuk + digoxin  interaksi serabut aktin dan miosin  kalsium keluar
  • 29.  kompleks kerja tidak langsung dan langsung
  • 30. Progres:  pemanjangan potensial aksi dini yang singkat disertai peningkatan resistemsi mebran  pemendekan potensial aksi disertai penurunan potensi membran (akibat peningkatan kalsium intraselmempertinggi hantaran kalium melalui membran)
  • 31. Pada konsentrasi yang lebih toksik  potensial istirahat membran berkurang (akibat penghambatan pompa natrium dan pengurangan kalium intrasel)  Jika toksisitas berlanjut, ‘after potensial’ depolarisasi kelebihan beban simpanan kalsium intrasel  ‘afterpotensial’mempengaruhi hantaran normal karena pengurangan potensial istirahat lebih lanjut. pascapotensial dapat mencapai ambang rangsang  mencetuskan potensial aksi (depolarisasi ventrikel prematur; ‘denyut ektopik’) yang berpasangan dengan yang normal sebelumnya
  • 32.  Jika ‘afterpotensial’ mencapai ambang rangsangEKG: pulsus bigeminus.  Jika toksisitas bertambah berattiap potensial yang dibangkitkan ‘afterpotensial’ mencetuskan ‘afterpotensial’ yang cukup besarakan terjadi aritmia yang dipertahankan sendiri (takikardia ventrikel).  Jika dibiarkan berlanjut, takikardia seperti ini dapat memburuk menjadi fibrilasi ventrikel.
  • 33.  terjadi sepanjang batas dosis terapi dan toksik  Pada batas dosis yang rendahefek parasimpatomimetik kardioselektif lebih menonjol, efek listrik dini digitalis, pengobatan aritmia tertentu  Pada kadar toksikhasil simpatis ditingkatkan oleh digitalis, mensensitisasi miokardium, memperbesar semua efek toksik obat.
  • 34. Efek pada organ lain 1. Glikosida jantung mempengaruhi otot polos dan sistem saraf pusat dengan hambatan Na + K +  Depolarisasi akibat depresi pompa natrium sehingga meningkatnya aktivitas spontan pada neuron dan otot polos 2. Bertambahnya kalsium intrasel sehingga meningkatkan tonus otot polos 3. Efek digitalis : lemahnya tomus vasikular karena lemahnya tonus simpatis 4. Efek lain : mual, muntah, diare 5. Efek sistem saraf pusat : perangsangan kemoreseptor
  • 35.  Konsentrasi kalium dan kalsium dalam ruangan ekstrasel (biasanya diukur sebagai K+ dan Ca2+) mempunyai efek penting atas sensitivitas terhadap digitalis  Interaksi kalium dan digitalis: 1. Digitalis menghambat tiap pengikatan lainnya ke Na+, K+-ATPase - hiperkalemia mengurangi kerja penghambatan enzim oleh glikosida jantung, sedangkan hipokalemia mempermudah kerja ini
  • 36. 2. otomatisitas jantung abnormal dihambat oleh hiperkalemia peningkatan K+ ekstrasel mengurangi efek toksik digitalis  Ion kalsium meningkatkan kerja toksik glikosida jantung dengan mempercepat kelebihan beban cadangan kalsium intasel  otomatisitas abnormal karena digitalis  Ion magnesiummelawan kalsium