2. َ
أ ُهللا ُ َ
َي
ْ
ك
َ
أ ُهللا
ُ
د ْم َالح ّهلل َو ُ َ
َي
ْ
ك
َ
أ ُهللا ُ َ
َي
ْ
ك
َ
أ ُهللا َو ُهللا
َّ
الّإ
َ
ه
َ
لّإ
َ
ال ُ َ
َي
ْ
ك
Hadirin siding salat ied fitri yang Allah muliakan,
Marilah kita senantiasa memanjatkan puji dan syukur kehadirat Ilahi Rabbi, yang telah
memberikan berbagai kenikmatan kepada kita, nikmat iman, islam, kesehatan. Selawat dan
salam semoga senantiasa tercurah pada Baginda Rasululllah Saw, keluargnya, sahabat-
sahabatnya, tabiin tabiit, sampai kepada kita semua yang senantiasa setia berada dalam
jalan Agama Allah Swt hingga akhir zaman.
Sidang Salat Ied Fitri yang Allah muliakan,
Tak terasa sebulan lamanya kita berada di bulan Ramadhan. Bulan yang penuh berkah,
bulan tatkala pintu syurga dibuka lebar-lebar, pintu neraka ditutup rapat-rapat, dan syetan
dibelenggu. Bulan ketika diturunkannya Al Quran. Bulan yang di dalamnya terdapat suatu
malam yang lebih baik daripada seribu bulan, yaitu malam lalatul qadar.
Sebulan penuh kita melaksanakan saum, salat tarawih, dan ibadah-ibadah lainnya. Tentu
kita sangat berharap Allah Swt memberikan pahala yang berlipat ganda dan menerima
ibadah kita di bulan Ramadhan tersebut. Dan, menjadikan kita kembali dalam keadaan
fitrah, bersih, seperti halnya bayi yang baru lahir.
Pagi ini Allah Swt pertemukan kita dengan bulan syawal. Pagi ini kita sama-sama
melaksanakana salat iedul fitiri di tengah-tengah musibah yang menimpa negeri kita
sehingga kita hanya melaksanakan salat iedul fitri dengan penuh keterbatasan. Namun, kita
semua bahagia. Kita semua bergembira. Bergembira karena kita mendapatkan janji Allah
Swt kembali dalam keadaan fitrah. Tentunya dengan syarat selama kita menjalankan ibadah
di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan perhitungan.
Sungguh sangat rugi bila selama kita berada di dalam bulan Ramadhan, kita tidak mampu
memanfaatkan momentum tersebut dengan ibadah sebaik-baiknya. Banyak orang yang
melakukan saum di bulan ini, namun apa yang mereka dapatkan hanyalah menahan lapar
dan dahaga saja.
َّبُر َّمِئاَص َُّهُّظَح َّنِم َِّهِامَي ِص َُّعوُجال َُّشَطَعال َو
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya
tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy
3. Dan, pada akhirnya, sesuai dengan tujuan dari ibadah diwajibkannya saum di bulan
Ramadhan ini, kita sangat berharap Allah Swt menjadikan kita sebagai orang yang bertakwa.
Takwa yang sebenar-benarnya.
Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar walillaahilham…
Sidang iedul Fitri yang Allah muliakan,
Saat ini kita sedang mengalami kenyataan bahwa Allah Swt menguji kita untuk senantiasa
bersabar menghadapi berbagai musibah. Banjir di Bandung Selatan sehingga
menenggelamkan rumah di Dayeuh Kolot dan sekitarnya. Banjir di Jakarta yang tiada
hentinya. Gempa di Maluku dan daerah2 lain. Akhirnya, kita pun berhadapan dengan
kenyataan, negeri ini dilanda musibah dengan munculnya wabah secara mendunia, yaitu
wabah corona. Sungguh, sebuah musibah yang bisa jadi kita tidak mengira terjadi pada diri
kita semua. Semuanya ini adalah kehendak Allah Swt yang tidak bisa kita tawar-tawar lagi.
Kita terima dengan lapang dada, ikhlas, seraya mengharapkan keberkahan yang Allah Swt
berikan kepada kita semua di balik musibah tersebut.
Secara fitrah, siapa pun di antara kita sangat tidak menginginkan mendapatkan musibah
tersebut. Musibah yang membuatkan kita menderita dan merasakan sakit yang teramat
dalam, baik secara fisik maupun secara mental. Sama sekali tidak kita inginkan. Namun,
sebagai seorang manusia yang beriman, tentu musibah tersebut akan disikapi dengan penuh
iman, penuh keikhlasan, dan penuh kesabaran. Karena pada hakikatnya, sungguh aneh bagi
seorang muslim yang mukmin. Bila dia mendapatkan rezeki, dia senantiasa bersyukur. Dan,
bila dia mendapatkan musibah, dia senantiasa bersabar.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillaahilham
Sidang salat iedul fitri yang Allah muliakan,
Marilah kita perhatikan firman Allah swt. yang berbicara tentang persoalan musibah ini.
4. ” Tidak ada suatu musibah apapun di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan
telah tertulis di dalam Kitab (Lauhil Mahfuzd) sebelum Kami menciptakannya. Sesunggunya
yang demikan itu adalah mudah bagi Allah, (Kami jelaskan yang demkian itu) supaya kamu
jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu
bergembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu . Dan Allah tidak menyukai orang
sombong dan lagi membanggakan diri.”
( QS. Al-hadid . 22-23 )
Di dalam ayat lainnya Allah pun meyebutkan yang artinya :
“Tidak ada suatu musibah pun menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barang
siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan
Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu”. [QS. At-Taghabun: 11]
Berdasarkan kedua ayat tersebut, dapat kita pahami bahwa musibah dalam bentuk apa pun
tidak mungkin terjadi menimpa pada siapa pun, kecuali telah Allah Swt tetapkan di lauhul
mahfudz. Bagi seorang mukmin, musibah tersebut diterima sebagai takdir Allah Swt.
Bagaimana dengan sikap kita menghadapi musibah tersebut? Tidak lain dan tidak bukan
adalah senanatiasa berlindung kepada Allah Swt, mengimani segala keputusan dan
ketentuan yang telah terjadi, dan menjadikan motivasi dalam mendiskusikan, memecahkan,
dan menanggulangi hal tersebut berdasarkan ketentuan yang sejalan dengan syariat Allah
Swt, diikuti oleh rasa khauf, takut hanya kepada Allah Swt.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillaahilham,
Hadirin siding salat iedul fitri yang Allah muliakan,
Khotib menyampaikan lima renungan berkaitan dengan musibah wabah corona yang
menimpa negeri kita dan belahan dunia lainnya.
5. Renungan Pertama
Setiap muslim berkewajiban berlindung dan bertawakkal kepada Rabb-nya, Allah Jalla wa
‘Alaa di segala kondisi. Dia yakin bahwa segala urusan berada di tangan-Nya seperti yang
difirmankan Allah,
اَم َََابصَأ نِم َةَبي ِصُّم َِإََّل َِنْذِإِب َِ َّللا نَم َو نِمْؤُي َِ َاّللِب َِدْهَي َُهَبْلَق َُ َّللا َو َُِلكِب َءْيَش َيمِلَع
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah, dan
setiap orang yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada
hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [QS. At-Taghabun: 11]
Seluruh urusan berada di tangan-Nya, tunduk pada pengaturan dan pemeliharaan-Nya.
Apa yang dikehendaki Allah untuk terjadi, pasti terjadi. Dan apa yang tidak dikehendaki-
Nya untuk terjadi, pasti takkan terjadi. Tak ada Pelindung melainkan Allah semata,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ََبَتَك َُ َّللا ََِيرداَقَم َِقِئَالَخْلا ََلْبَق َْنَأ ََقُلْخَي َِتاَوَمَسال ََضْرَألاَو ََينِسْمَخِب ََفْلَأ َةَنَس
“Allah telah menuliskan takdir semua makhluk hidup, 50.000 tahun sebelum terciptanya
langit dan bumi”. [HR. Muslim]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ََنِإ ََل َوَأ اَم ََقَلَخ َُ َّللا ََمَلَقْل،ا ََلاَقَف َُهَل: َْبُتْك.ا ََلاَق: َِبَر اَذاَم َو ؟ُبُتْكَأ ََلاَق: َْبُتْكا ََِيرداَقَم َُِلك َءَْىش ىَتَح ََموُقَت َةعاَسال
”Sesungguhnya makhluk yang diciptakan Allah pertama kali adalah sebuah pena. Allah
memerintahkan kepadanya, “Tulislah!” Maka ia berkata, ‘Apa yang aku tulis?’ Allah
berkata, ”Tulis takdir segala sesuatu hingga tegak hari kiamat“. [HR. At-Tirmidzi]
Oleh karena itu, telah menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk memasrahkan
urusannya kepada Allah sembari berharap, bergantung, bersandar, bertawakkal kepada-
Nya. tidak mengharapkan keamanan, kesembuhan, dan keselamatan kecuali dari Rabb-
nya, Allah Tabaaraka wa Ta’ala. Berbagai peristiwa, kejadian, dan musibah yang terjadi
justru mempertebal keyakinannya untuk meminta pertolongan dan perlindungan kepada
Allah.
نَم َو م ِصَتْعَي َِاّللِب َْدَقَف ََِيدُه ىَلِإ َاطَر ِص َيمِقَتْسُّم
“Setiap orang yang berlindung kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk
kepada jalan yang lurus”. (QS. Al Imran: 101)
6. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillaahilham
Sidang salat iedul fitri yang Allah muliakan,
Renungan Kedua
Setiap muslim berkewajiban “menjaga” Allah, yaitu dengan menjaga ketaatan kepada-Nya,
dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah. Hal ini diwasiatkan oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma dalam
sabdanya,
”Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau menjumpai
pertolongan Allah ada di hadapanmu”. [HR. At-Tirmidzi]
Dengan demikian, menjaga perintah-perintah Allah dengan melaksanakan berbagai
perkara yang diperintahkan berikut meninggalkan berbagai perkara yang dilarang
merupakan sebab diturunkannya perlindungan, keselamatan, dan penjagaan Allah kepada
hamba di dunia dan akhirat. Meskipun dia tertimpa musibah atau mengalami petaka, hal
itu justru menjadi faktor yang akan mengangkat derajatnya di sisi Allah. Hal ini telah
disabdakan Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Seluruh urusan orang beriman itu begitu menakjubkan, karena pasti berujung pada
kebaikan. Dan hal itu hanya terjadi pada diri orang beriman.Jika mengalami hal yang
menyenangkan, dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan. Dan jika mengalami hal yang
menyedihkan, dia bersabar dan hal itu pun merupakan kebaikan.” [HR. Muslim]
Oleh karena itu, setiap orang beriman, baik dalam kondisi senang ataupun susah, lapang
ataupun sempit, senantiasa berada dalam kebaikan seperti yang disabdakan oleh Nabi kita
di atas, shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Renungan Ketiga
Setiap muslim berkewajiban tidak mudah hanyut mengikuti informasi bohong yang
beredar begitu banyak berkaitan dengan covid 19 ini. Sebagian orang justru
mempromosikan atau menyebutkan berbagai info yang tidak valid dan fiktif sehingga
timbullah kekhawatiran dan ketakutan yang tak berdasar di tengah-tengah manusia.
Banyak di antara kita mengalami ketakutan yang tidak beralasan sehingga kita tidak
melakukan aktivitas yang baik. Oleh karena itu, kita sebagai muslim sepatutnya tidak
mudah mempercayai rumor yang beredar. Hadirkanlah iman dalam diri kita semua karena
dengan kesempurnaan iman kita akan mengalami ketentraman lahir dan batin
menghadapi berbagai informasi yang berkembang. Yakin dan tawakllah hanya kepada
Allah Ta’ala.
7. Firman Allah Swt:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,
periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum
tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”
{Q.S. Al Hujurat:6)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillaahilham
Sidang salat iedul fitri yang Allah muliakan,
Renungan Keempat
Sesungguhnya musibah yang menimpa manusia, baik terjadi pada kesehatan, keluarga,
anak, harta, perniagaan, dan selainnya, apabila dihadapi dengan sikap bersabar dan
berharap pahala Allah, maka hal itu justru akan mengangkat kedudukannya di sisi
Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-
orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” . Mereka itulah yang mendapat
keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang
yang mendapat petunjuk.” [QS. Al Baqarah: 155-157].
Allah Ta’ala menguji para hamba-Nya agar Dia mendengarkan keluhan, permintaan, do’a,
kesabaran, dan ridha mereka terhadap apa yang ditetapkan Allah. Dia melihat bagaimana
sikap para hamba-Nya ketika ditimpa musibah yang menguji iman mereka, Dia pun
mengetahui mana dari mereka yang jujur dalam menyikapi musibah dan niat dalam hati
mereka, sehingga setiap hamba memperoleh balasan sesuai dengan apa yang diniatkan.
Itulah mengapa setiap orang yang ditimpa dengan penyakit, cacat, harta yang minim, dan
musibah yang lain, berkewajiban untuk mengharapkan pahala di sisi Allah ketika diuji
dengan berbagai kesempitan tersebut. Dia berkewajiban menghadapinya dengan sabar
8. dan ridha agar mampu memetik keberuntungan dengan memperoleh pahala orang-orang
yang bersabar. Dan bagi setiap orang yang diberi keselamatan hendaknya memuji
Allah Ta’ala agar memperoleh keberuntungan dengan memperoleh pahala orang-orang
yang bersyukur.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillaahilham
Sidang salat iedul fitri yang Allah muliakan,
Renungan Kelima
Sesungguhnya musibah terbesar bagi hamba adalah musibah agama. Musibah agama
adalah musibah terdahsyat yang dialami hamba di dunia dan akhirat. Musibah tersebut
merupakan puncak malapetaka yang nyata. Dengan demikian, apabila seorang muslim
mengingat hal ini di saat mengalami musibah dunia, niscaya dia akan memuji Allah atas
karena agamanya masih selamat. Al-baihaqi meriwayatkan dalam Syu’ab al-Iman dari
Syuraih al-Qadhi rahimahullah bahwa beliau pernah berkata,
“Sesungguhnya aku memuji Allah dalam empat hal ketika diriku ditimpa musibah.
Pertama, aku memuji-Nya karena musibah ini tidak lebih besar dari apa yang menimpa.
Kedua, aku memuji-Nya karena menganugerahkan kesabaran padaku dalam
menghadapinya. Ketiga, aku memuji-Nya karena membimbingku untuk mengucapkan
istirja’ (ucapan innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun) demi mengharapkan pahala.
Keempat, aku memuji-Nya karena tidak menjadikan musibah itu terjadi pada agamaku.”
Hamba memohon kepada Allah Ta’ala agar memelihara kita semua dengan penjagaan-Nya
dan menganugerahkan keselamatan agama, dunia, keluarga, dan harta kepada kita.
Sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha Mendengar, Maha Dekat, dan Maha
Mengabulkan.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillaahilham
Sidang salat iedul fitri yang Allah muliakan,
Demikian lima renungan yang harus kita perhatikan dalam menghadapi musibah wabah
corona yang melanda negera kita ini. Semoga Allah Swt senantiasa melindungi kehidupan
kita di dunia ini. Semoga wabah corona ini segera menghilang di muka bumi ini sehingga
kita bisa kembali beraktivitas dengan wajar. Bisa kembali menjalani kehidupan dengan
normal. Yakinlah hadirin yang Allah muliakan. Di balik setiap musibah pasti ada hikmah
dan keberkahan yang Allah Swt berikan kepada kita. Akhirnya, semuanya kita serahkan
kepada Allah Swt. Fainnamaal usri yusron, innamaal usri yusron. Di balik kesulitan pasti
membentang kemudahan.