3. Puasa sudah berlalu, banyak kenangan yang dilalui, entah itu kita masih mendengar org2
bagunin sahur, sorenya kita melihat berbagai macam bentuk kue dan minuman yg banyak
warnanya dan kita lihat itu semua berjejeran semacam orang sedang berlomba jualan,
tapi pada saat itu, kita sedang tidak merasakan kompetisi antar jualan, tapi yang kita
rasakan adalah, nikmatnya jualan, kita merasakan itu nikmat, bukan karena nikmat bentuk
kuenya berbagai macam minumannya, tapi yg kita rasakan adalah nikmat ramadhannya,
malamnya kita dengarkan lantunan ayat ayat alquran diperdengarkan, sampai larut2, kita
tidak risih kita tdk merasa terganggu, padahal yang baca ada yang merdu suaranya, ada
yang lesuh suaranya, tapi itu tdk menjadi penganggu bagi pendengarnya, kenapa bisa
seperti itu karena ini bulan ramadhan, dia tau bulan ramadhan itu bulannya turunya alquran
Rasanya sulit berpisah dengan bulan puasa, hari ini boleh jadi kita masih berada momen
lebaran, merayakan kemenangan, tidak satupun tidak merasa gembira, semua gembira,
semua senang, senang ini bukan karena momen lebarannya, tapi karena maaf maafanya,
karena itulah sejatinya kemenangan.
4. Jamaah..
Siapa yang bisa berpuasa 30 hari saat Ramadhan kemarin? Banyak. Mengapa dia
bisa berpuasa sedangkan yang lain tidak berpuasa? Itu karena Allah Subhanahu
wa Ta’ala memberikan kita hidayah. Bukan karena engkau orang baik. Tapi karena
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang baik kepada kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman;
و
َأ ٍدَحَأ ْنِم ْمُكْنِم ٰ
ىَك َز اَم ُهُتَمْحَر َو ْمُكْيَلَع ِ ه
َّللا ُلْضَف َ
َل ْوَل
َُُاََي ْنَم ِيك َزُي َ ه
َّللا هنِكَٰل َو ادََب
ُ ه
َّللا َو
َميِلَع َعيِمَِ
“Sekiranya jika bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian,
niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan
mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-
Nya.” (QS. An-Nur[24]: 21)
5. Jamaah....
Selesai satu bulan penuh kita berpuasa. Ayat yang seringkali kita dengar di awal-awal
Ramadhan atau sebelum Ramadhan. Sebagian kita mungkin akan membacanya lagi nanti
tahun depan;
هل ىَلَع َبِتُك اَمَك ُماَي ِ
يصل ُمُكْيَلَع َبِتُك وُنَمآ َينِذهل اَهُّيَأ اَي
َونُُهتَت ْمُكهلَََل ْمُكِلَْبََ ْنِم َينِذ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS. Al-Baqarah[2]: 183)
Mengapa kita disyari’atkan untuk berpuasa? Apa agar kita semua merasakan lapar dan
haus? Menahan hawa nafsu, menahan marah ? kalau definisi puasa kita seperti itu, keliru
jamaah, karena agama lain juga puasa, yang namanya org puasa supasti menahan lapar
haus, karena kalau dua itu tertahan, maka hawa nafsu pun juga ikut tertekan,
definisi puasa kita bukan seperti itu? Puasa kita definisinya yang sebenarnya adalah,
puasanya harus karena iman dan mengharapkan ampunan dari allah swt.. kenapa
demikian ? karena itu yg kita inginkan.
6. Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyari’atkan puasa adalah agar kita menjadi orang-orang
yang bertakwa. Sebagian kita sudah berpuasa selama 10, 20, atau 30 tahun. Tapi
pernahkah dia berpikir “Apakah aku sudah bertakwa?” Atau ternyata puasa kita hanya
tradisi dan budaya belaka? Ikut2an.
itulah kenapa nabi katakan, rubba shoim hazuhu siyamil ju’i wal atos, betapa banyak orang
yang puasa, namun puasanya nilainya hanya sebatas menahan lapar dan haus, zn lebih..
kenapa demikian, karena puasanya kemrin masih sempat bicara orang, karena puasa
kemarin zeng sholat, zeng ngaji, kok bisa orang puasa zn sholat, jangan jauh2 deh, kita
puasa saja dan kita mengucapkan kata2 kotor, apa yang terjadi, kata nabi..
م
َجاَح ِ ه ِ
ّلِل َ
ْسيَلَف ِهَِب َلَمََْل َو َلْهَجْل َو ِ
ورُّلز َل ْوََ ْعَدَي ْمَل ْن
ُهََب ََرَ َو ُهَماَََط َعَدَي ْنَأ ِف َة )
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta, bersikap bodoh dan beramal
dengannya. Maka Allah tidak butuh dari meninggalkan makan dan minumnya.” (HR.
Bukhari, 1903, 6075)
Dengan kata lain allah swt tidak butuh sama puasa antum, kalau allah tdk butuh ngapain
kita puasa?
7. Jamaah....
Kita berpuasa tujuannya adalah untuk menjadi orang yang disebut dengan
Takwa, itu ada dimana ? Takwa itu di sini, di hati. kata Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam;
َدََِف َذِإ َو ،ُهُّلُك ُدََِجْل َحَلَص ْتَحَلَص َذِإ ،اةَغْضُم ِدََِجْل ِف هنِإ َو آلَأ
َو آلَأ ،ُهُّلُك ُدََِجْل َدََِف ْت
ُبْلَُْل َ ِه
“Ketahuilah, sungguh di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika daging
tersebut baik, baiklah seluruh tubuh. Jika rusak, rusaklah seluruh tubuh.
Ketahuilah, segumpal daging itu adalah qalbu (hati).” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
Jika rusak, jangan harapkan kebaikannya. Walaupun wajahnya manis tapi
perilakunya ngga romantis.
8. Jamaah..
Takwa itu ada wujudnya, dan tempatnya ada di sini (di hati), di dalam raga kita. Ada
wujudnya di dalam perilaku kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Al-
Qur’an surah Ali ‘Imran ayat 133-136;
و
َو ُت َاوَمهِل اَهُض ْرَع ٍةهنَج َو ْمُكِيَب َر ْنِم ٍة َرِفْغَم ٰ
ىَلِإ وُع ِ
ارَِ
َينُِهتُمْلِل ْتهدِعُأ ُض ْرَ ْ
ْل .
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (QS.
Ali ‘Imran[3]: 133)
Bersegeralah minta ampun. Karena kita semua itu pelaku dosa. Jika dosa itu ada
aromanya, kita tidak bisa hidup berdampingan, jama’ah. Tapi Allah Subhanahu wa Ta’ala
menutupi dosa kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk segera
menuju ke surga. Kita tidak sedang memperebutkan sebuah kursi yang jika orang lain
telah duduk di atasnya maka kita tidak bisa. Tidak.
9. Kita memperebutkan surga Allah Subhanahu wa Ta’ala yang cukup untuk seluruh umat
manusia. Bahkan cukup untuk orang-orang kafir. Tapi mereka tidak mau. Jadi untuk
siapa surga itu? Allah Subhanahu wa Ta’ala menyiapkannya untuk orang-orang yang
bertakwa.
Dan kemarin kita berpuasa, bukan untuk lapar dan haus. Melainkan untuk mencapai
tingkatan takwa itu. Kita sudah shalat dan puasa sebulan penuh. Kita sudah membaca
Al-Qur’an. Sebagian khatam satu kali, sebagian dua kali atau tiga kali. Tapi buktikan
takwa itu.
Siapa orang-orang yang bertakwa? Salah satunya adalah, Kata Allah Subhanahu wa
Ta’ala;
ُِ هرهضل َو ُِ هرهِل ِف َونُُِفْنُي َِينذهل .
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit,” (QS. Ali ‘Imran[3]: 134)
10. Orang bertakwa itu tidak menyakiti atau pun mengganggu orang lain, kata Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan levelnya naik. Dia berbuat baik kepada orang lain. Harta
yang dia kumpulkan sepanjang hari, ketika dia mendapatkannya, dia tidak berpikir untuk
perutnya. Dia memikirkan perut orang lain. Itulah orang bertakwa.
Ketika lapang, dia berinfaq. Namun ketika dia dalam keadaan sempit, apakah dia menjadi
pelit? Tidak. Dia tetap berinfaq. Bayangkan, Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam kalau bajunya ada yang meminta, beliau akan membukanya (dan
memberikannya), jama’ah. Kadang kala tidak ada apa-apa di rumah beliau, tapi beliau
tetap berinfaq.
Orang bertakwa itu tidak menunggu kaya untuk berinfaq. Buktikan ini. Bagaimana
kecintaan kita terhadap harta kita. Sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengatakan;
ََانه ْرَُب ُةَََدهصل َ“و Dan sedekah adalah bukti.” (HR. Muslim)
Bukti engkau yakin bahwa dunia ini akan kita tinggalkan semuanya.
11. Syaqiq Al Balkhi pernah ditanya oleh gurunya, Ibrahim bin Adham;
َُيق َبا
,
عليه نت عما خَبرن .
“Wahai Syaqiq, bagaimana cara engkau menyikapi kehidupan ini?”
Syaqiq menjawab;
ُت ْرََبَص ُتَِْنُم ذ و ُتْلَكَ ُتَْ ِ
زُر ذ نا ما
“Jika aku mendapat rezeki maka akan aku makan. Dan jika aku tidak mendapat rezeki
maka aku bersabar.”
Apakah yang seperti ini adalah orang yang bertakwa? Kata gurunya;
عندل ٍخْلََب كالب تَمل هكذ
“Wahai Syaqiq, apakah engkau tahu, anjing-anjing di negeriku di Balkh seperti itu
pekerjaannya.”
12. Itu anjing, jama’ah. Orang bertakwa tidak seperti itu. Syaqiq seperti ditampar
dengan ucapan gurunya. Maka dia bertanya, “Kalau engkau bagaimana?”
Gurunya menjawab;
َُكرت ُنَتُم وإذ ُآثرت ُزَتُر إذ
“Jika aku mendapat rezeki maka aku berbagi kepada orang lain. Aku cari orang-
orang yang membutuhkan rezeki itu. Mungkin hanya lewati aku rezeki itu.
Dan jika aku dihalangi dari rezeki, aku bersyukur kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala itu banyak. Aku bersyukur kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
13. Jamaah ... Kemudian, kata Allah ‘Azza wa Jalla;
و
ْحُمْل ُّب ِحُي ُ ه
َّللا َو ِ
اسهنل ِنَع َينِفاََْل َو َظْيَغْل َينِمِاظَكْل
َينِنِِ
“dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 134)
Kita sering kena marah, marah itu dari mana saja, dari diri kita maupun dari yg lain, dari
orang tua kita, dari atasan kita, dari istri kita, dari kaka kita, dari teman kita, dari orang
yang tidak dikenal ?
cuman marah itu beda2, ada marah yang sifatnya didikan, ada marah yang sifatnya
perhatian, ada marah yang sifatnya musuhan, tapi namanya marah itu sangat
menakutkan bahkan orang bisa kelahi, itu kalau bukan dari mana kalau bukan dari
marah,
ada yg rumah tangga berantakan ? itu asalnya dari mana?, kalau bukan dari marah? lalu
bagaimana solusinya ? solusinya cuman satu, saling memaafkan. Maka selesai itu
marah.
14. Orang bertakwa lebih dari itu. Dia shalat di masjid dan Al-Qur’an yang dia baca itu
berpengaruh kepada dia. Dia naik level kepada memaafkan orang. Bukan menyakiti
orang.
Dia berbuat baik sama orang. Disakiti oleh orang lain, dia tahan amarahnya
kemudian dia memaafkan orang tersebut. Dan lebih dari itu, dia berbuat baik
kepada orang yang menyakiti dia. Itulah orang bertakwa.
Jamaah.... kita tidak bisa pungkiri selepas ramadhan kita tidak berbuat dosa, tidak.
kita tetap akan berbuat dosa, karena itu sudah menjadi qhodratnya, ketentuannya,
kenapa demikian ? karena inilah misi setan,
kenapa dibulan ramadhan kemarin kita mudah skali berbuat kebaikan, kita bisa
berpuasa 30 hari, baca quraan sampai larut2 malam, sholat malam tarawih,
sedekah dimana2, bayar zakat, itu kita lakukan semuanya itu dengan mudah,
kenapa karena dibulan itu misi setan dibatasi, setan2 dibelenggu..
15. skarang ini kita lihat, apakah kita akan melakukannya konsisten atau
tidak, dibulan syawal ini ada puasa 6 hari yang kalau kita lakukan,nilai
puasanya sama seperti satu tahun, apakah kita tertarik atau tidak ?
Maka jika ada yang bertanya bagaimana caranya kita tahu bahwa Ramadhan kita
diterima atau tidak, bagaimaan ramadhan kita berpengarug atau tidak, ramadhan
kita ,menghasilkan atau tidak, bagaimana kita tahu kita sudah mencapai peringkat
takwa atau belum, coba kita lihat hal ini. Apakah kita dilevel ini atau tidak
Kalau kita sudah sampai kepada tingkatan itu, tafadhdhal engkau ucapkan
kepada saudaramu “Taqabbalallahu minna wa minkum.” “Semoga Allah
menerima amalan kami dan amalan kalian.”
Kita pantas mendapatkan ucapan itu. Tapi kalau tidak, ya tetap kita ucapkan
dengan harapan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni dosa-dosa kita.
16. Semoga allah swt menerima amalan kita, puasa kita, sholat kita, zakat kita,
sedekah kita, sehingga akan menjadi investasi kita kelak akan menjadi penolong
kita ketika kita sudah berada dimasanya, wallahi jamaah, ketauhilah kita
manusia yang hidup dalam waktu yg singkat,
singkat itu kita cuman menikmati hidup didunia 60 sampai 70 tahun saja, sangat
sedikit hidup didunia ini jamaah, semoga allah swt memberkahi kita dengan
kebaikan dan kita mudah untuk melakukannya dalam sisa2 hidup kita,
karena hidup didunia 60 sampai 70 tahun itu sangat sedikit, sukur2 kalau kita
dapat umur seperti itu, andaipun kalau dapat udah sakit2an,
17. kita pengen hidup umur panjang, salah umur pendek salah, yang
benar mana ? sukuri umur itu dengan cara beribadah, karena itulah
sejatinya kita diciptakan didunia ini,
Wama kholatul jinna wal insa illa liayabudun ‘ tidaklah allah swt
hadirkan kita didunia ini selain untuk beribadah kepada allah swt..
أ
ُل ْوُق
ْيّل ْوَق
اَذَه
ُرّفْغَتَْاَو
َهللا
ْيّل
ْمُكَلَو
ّ
رّئلَسّلَو
َْيّنِّْؤُمْل
ّتََّٰنِّْؤُمْلٱَو
ُرّفْغَتَْلَف
ُه ْو
،
ُهَّنّإ
َوُه
ُِ ْوُفَغْلا
ُمْي َّّْالر