SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
19
PRODUKSI IKAN NEON TETRA (Paracheirodon innesi) UKURAN M DENGAN PADAT
TEBAR 25, 50, 75 DAN 100 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI
Production of M-Size Neon Tetra Fish Paracheriodon innesi in Recirculation System with
Density of 25, 50, 75 and 100 litre-1
T. Budiardi, M. A. Solehudin dan D. Wahjuningrum
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680
ABSTRACT
Quality and quantity of freshwater were important factors in aquaculture. The farmers of neon tetra fish
(Paracheriodon innesi) usually rear them in aquarium with simple methods, so that gave low productivity.
Increasing density could be increased the production and its continuity and also more efficient in land and
water. Rearing of neon tetra with density of 25, 50, 75 and 100 litre-1
in recirculation system were no influence
for fish body length, growth of body length and coefficient of variants (p>0,05). But those densities of fish
rearing affected survival rate, end density and profit (p<0,05). The end of density 100 litre-1
was 68.57 litre-1
and gave the highest profit.
Keywords : density, resirculation, neon tetra fish Paracheirodon innesi
ABSTRAK
Sumber air tawar yang merupakan faktor terpenting dalam kegiatan budidaya ikan semakin hari semakin
menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya terutama di daerah perkotaan. Petani ikan neon tetra
(Paracheriodon innesi) biasanya mendederkannya pada akuarium dengan cara sederhana sehingga
produktivitasnya rendah. Peningkatan padat penebaran ikan dilakukan agar efisiensi lahan dan air dapat
ditingkatkan, yang selanjutnya dapat meningkatkan produksi secara kontinyu sehingga dapat memenuhi
permintaan pasar. Pemeliharaan ikan neon tetra dengan padat tebar 25, 50, 75 dan 100 ekor/liter dalam sistem
resirkulasi ternyata tidak memberikan pengaruh nyata terhadap panjang dan laju pertumbuhan panjang ikan,
serta koefisien keragaman (p>0,05), namun berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup, kepadatan akhir
dan keuntungan (p<0,05). Kepadatan akhir ikan pada padat tebar 100 ekor/liter sebesar 68,67 ekor/liter dan
memberikan keuntungan terbesar diantara padat tebar lainnya.
Kata kunci : padat tebar, resirkulasi, ikan neon tetra Paracheirodon innesi
PENDAHULUAN
Salah satu jenis ikan hias air tawar yang
dibudidayakan dan memiliki peluang pasar
yang bagus adalah ikan neon tetra
(Paracheirodon innesi). Ikan ini tergolong
eksotis karena memiliki warna dasar abu-abu
dengan garis biru hijau menyala yang biasa
disebut garis neon memanjang dari insang
hingga pangkal ekor.
Para petani ikan umumnya memiliki
sarana dan prasarana produksi yang terbatas
dan semakin berkurang sehingga produksi
yang dihasilkan rendah. Petani ikan neon
tetra biasanya mendederkan ikan neon tetra
pada akuarium-akuarium dengan cara
sederhana. Selain itu sumber air tawar yang
merupakan faktor terpenting dalam kegiatan
produksi ini semakin hari semakin menurun
baik kualitas maupun kuantitasnya terutama
di daerah perkotaan. Pada tahun 1995, pulau
Jawa telah mengalami defisit air tawar dalam
jumlah besar (ketersediaan sekitar 30 milyar
m³, tingkat konsumsi 63 milyar m³) dan
diprediksi pada tahun 2015, tingkat konsumsi
air tawar menjadi 165 milyar m³ (Putra,
2003). Hal tersebut disebabkan karena
peningkatan penggunaan lahan dan air untuk
berbagai macam kepentingan seperti
Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(1): 19–24 (2008) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai
http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id
20
pemukiman, pertanian, perindustrian dan
lain-lain.
Untuk menanggulangi masalah tersebut
dilakukan peningkatan padat penebaran ikan
agar efisiensi lahan dan air yang digunakan
meningkat, serta peningkatan nilai produksi
sehingga produksi menjadi kontinyu dan
dapat memenuhi permintaan pasar. Namun
pemeliharaan ikan dengan padat penebaran
akan menurunkan kualitas air sebagai media
pemeliharaan. Agar kualitas air tetap terjaga
baik untuk kehidupan maupun pertumbuhan
ikan digunakan sistem resirkulasi. Meskipun
sistem ini membutuhkan biaya tinggi namun
dapat diimbangi dengan peningkatan
produksi yang dihasilkan sehingga usaha
budidaya sangat mungkin diaplikasikan pada
daerah perkotaan dengan akses pemasaran
dan pangsa pasar yang jelas dan mudah.
BAHAN DAN METODE
Ikan neon tetra (Paracheirodon innesi)
yang digunakan dalam penelitian ini berasal
dari petani di daerah Parung, Bogor yang
berukuran 1,04±0,043 cm. Sebelum ditebar,
ikan diadaptasikan terlebih dahulu terhadap
lingkungan pemeliharaan selama 3 hari
dengan kepadatan masing-masing yaitu 25,
50, 75 dan 100 ekor/liter.
Wadah yang digunakan berupa
akuarium yang berisi air sebanyak 10 liter
sebanyak 12 buah dan dilengkapi dengan
filter yang dirancang dalam sistem
resirkulasi. Jenis filter yang digunakan
adalah filter mekanik dan biologi. Media
yang digunakan untuk filter yaitu batu kerikil
dan zeolit yang terlebih dahulu dicuci dengan
air bersih dan dijemur. Pada sistem ini aliran
air dari wadah budidaya masuk ke dalam
wadah filter secara vertikal (dari atas ke
bawah) melalui pipa pengeluaran. Air yang
telah difiltrasi dipompakan dari tandon ke
wadah budidaya melalui pipa pemasukan.
Sebelum ikan ditebar sistem resirkulasi yang
telah disusun dijalankan terlebih dahulu
selama 2 hari sehingga aliran air stabil.
Selama pemeliharaan ikan, pemberian
pakan berupa Daphnia dilakukan dua kali
sehari pada pagi dan petang secara ad
libitum. Pakan yang diberikan terlebih dahulu
dicuci kemudian diperas dan ditimbang
terlebih dulu. Setelah itu pakan diencerkan
dan diberikan pada ikan dengan proporsi
sesuai dengan tingkat kepadatan. Parameter
yang diukur selama penelitian adalah
kematian dan panjang tubuh ikan serta
kualitas air. Data tersebut digunakan untuk
menghitung parameter derajat kelangsungan
hidup, laju pertumbuhan panjang harian,
variasi ukuran panjang serta produksi ikan
yang didapatkan sampai akhir penelitian.
Data kualitas air yang meliputi suhu, oksigen
terlarut, pH, alkalinitas dan amoniak
digunakan untuk mendeskripsikan kondisi
lingkungan selama penelitian. Nilai
keragaman panjang ikan masing-masing
perlakuan dihitung berdasarkan koefisien
keragaman, yaitu persentase dari simpangan
baku contoh terhadap nilai tengahnya
Penelitian ini menggunakan rancangan
acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan
dan masing–masing menggunakan 3 kali
ulangan, yaitu :
1) Padat tebar 25 ekor /liter
2) Padat tebar 50 ekor /liter
3) Padat tebar 75 ekor /liter
4) Padat tebar 100 ekor /liter
Rancangan ini digunakan karena kesatuan
ragam homogen, dalam arti keragaman antar
satuan percobaannya kecil (Steel dan Torrie,
1993).
Produksi budidaya ikan hias dihitung
dari keragaman panjang ikan, jumlah yang
dihasilkan atau kepadatan akhir, ukuran dan
keragaman panjang ikan yang hidup serta
nilai ekonomi akhir. Produksi dikatakan baik
jika menghasilkan ikan dalam jumlah banyak
dengan ukuran yang seragam dan mencapai
target, serta menghasilkan keuntungan
terbesar. Hal ini dapat dilihat dengan
menghitung jumlah dan proporsi ukuran S,
M, L, dan XL yang dihasilkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam budidaya terdapat tiga hal pokok
yang sangat penting untuk diperhatikan agar
keuntungan dapat tercapai yaitu diantaranya
optimalisasi lingkungan, minimalisasi limbah
budidaya dan maksimalisasi produksi.
Semakin tinggi kepadatan pada penelitian ini,
21
kelangsungan hidup ikan neon tetra semakin
menurun. Derajat kelangsungan hidup (SR)
kepadatan 25 ekor/liter berbeda nyata
(P>0,05) dengan kepadatan 100 ekor/liter,
namun tidak berbeda dengan kepadatan 50
ekor/liter dan 75 ekor/liter. Perlakuan dengan
kepadatan 25 ekor/liter memiliki tingkat
kelangsungan hidup paling tinggi karena
pada padat penebaran yang tinggi akan
meningkatkan kebutuhan makanan dan
kompetisi dalam mencari makanan serta
meningkatkan kebutuhan oksigen.
Derajat kelangsungan hidup adalah
persentase ikan yang hidup dari seluruh
jumlah ikan yang dipeliharaan dalam suatu
wadah (Effendie, 1997). Kelangsungan hidup
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Secara
alamiah setiap organisme mempunyai
kemampuan untuk menyesuaikan diri
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
di lingkungan dalam batasan-batas tertentu
atau disebut tingkat toleransi (Hoar, 1975
dalam Widjatmoko, 1986). Menurut
Nikolsky (1963), kematian ikan dapat
disebabkan oleh ketuaan, kondisi abiotik,
predator, parasit, kurang makan dan
penangkapan. Pada padat penebaran yang
tinggi, ruang gerak semakin sempit dan
kompetisi dalam mencari makanan pun
meningkat sehingga ikan yang kecil dan
kurang kuat tidak dapat bertahan hidup serta
meningkatnya kebutuhan oksigen dalam
wadah pemeliharaan seiring dengan
meningkatnya padat penebaran.
Kepadatan akhir tertinggi terdapat pada
perlakuan 100 ekor/liter yang merupakan
perlakuan padat penebaran tertinggi (Tabel
1). Padat penebaran memberikan pengaruh
terhadap kepadatan akhir (P>0,05) pada
semua perlakuan. Keadaan ini menunjukkan
bahwa padat tebar tertinggi pada perlakuan
yang diberikan yaitu 100 ekor/liter masih
dalam batas yang masih menunjang
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan
neon tetra dengan baik. Seperti yang
dikemukakan Hickling (1971), dalam batas-
batas tertentu padat penebaran yang tinggi
akan meningkatkan produksi total tetapi
mengurangi ukuran bobot dan besar individu
ikan yang dihasilkan dalam suatu
pemeliharaan. Hal itu mungkin terjadi karena
makanan dan lingkungan dapat menjadi
faktor pembatas.
Pertumbuhan merupakan pertambahan
ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu
(Effendie, 1997). Berdasarkan Tabel 1,
perbedaan padat penebaran tidak
mempengaruhi laju pertumbuhan panjang
harian ikan neon tetra. Hal tersebut
disebabkan pada padat tebar tertinggi belum
melampaui daya dukung (carrying capacity)
perairan. Daya dukung merupakan
kemampuan suatu perairan untuk dapat
mendukung kehidupan biota dalam perairan
tersebut tanpa menambah atau mengurangi
biomassanya. Peningkatan kepadatan tidak
mempengaruhi koefisien keragaman panjang
ikan neon tetra (Tabel 1). Hal tersebut
menunjukkan bahwa peningkatan kepadatan
hingga 100 ekor/liter tidak mempengaruhi
variasi ukuran ikan neon tetra selama kualitas
air tetap terjaga dan pakan tersedia dalam
jumlah yang cukup. Begitu pula dengan
panjang akhir ikan neon tetra yang dipelihara
tidak dipengaruhi oleh perlakuan
peningkatan padat penebaran.
Tabel 1. Produksi neon tetra pada akhir penelitian
Parameter
Perlakuan (ekor/liter)
25 50 75 100
Panjang (cm) 1,81±0,01a
1,81±0,01a
1,81±0,02a
1,82±0,02a
Laju pertumbuhan panjang
(cm/hari)
0,03±0,003a
0,03±0,001a
0,03±0,001a
0,03±0,001a
Koefisien keragaman (%) 6,30±10,57a
5,73±25,60a
5,75±40,0a
4,90±54,94a
Survival rate (%) 81,87±3,61a
74,80±7,90ab
75,60±1,14ab
68,40±2,49b
Kepadatan akhir (ekor/liter) 20,47±2,75a
37,4±6,48b
57,87±10,28c
68,57±17,64d
Keuntungan (Rp/m³) 2.355.166 a
4.350.500a
7.388.166b
7.544.667b
Keterangan : Huruf yang berbeda pada setiap baris menyatakan perbedaan nyata dengan taraf kepercayaan 95%.
22
Hal tersebut seiring dengan hasil laju
pertumbuhan panjang dan koefisien
keragaman panjang neon tetra setelah
pemeliharaan yang tidak dipengaruhi oleh
peningkatan padat penebaran, selama pakan
tersedia cukup dan kualitas air tetap terjaga.
Hasil analisis usaha menunjukkan
adanya perbedaan nilai keuntungan antara
setiap kepadatan. Keuntungan terendah
terdapat pada padat penebaran 25 ekor/liter
yaitu sebesar Rp 2.099.500,00/m³ sedangkan
tertinggi terdapat pada perlakuan 100
ekor/liter yaitu sebesar sebesar Rp
8.469.000,00/m³. Hal tersebut disebabkan
karena biaya produksi yang tinggi masih
dapat diimbangi dengan hasil produksi yang
diperoleh sehingga pendapatan yang diterima
masih lebih tinggi dan dapat mengimbangi
biaya produksi yang dikeluarkan. Jadi
perbedaan nilai ekonomis yang signifikan
dari padat tebar yang berbeda menunjukkan
bahwa pemeliharaan neon tetra dengan padat
tebar yang tinggi yaitu 100 ekor/liter dapat
menghasilkan keuntungan yang jauh lebih
tinggi dibandingkan pemeliharaan dengan
padat penebaran yang rendah. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa
pengelolaan usaha dengan padat tebar 100
ekor/liter memberikan efisiensi usaha yang
paling tinggi.
Suhu merupakan faktor fisik yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan ikan karena
akan mempengaruhi nafsu makannya. Suhu
air memiliki arti penting bagi organisme
perairan, karena diantaranya mempengaruhi
laju metabolisme ikan (NRC, 1977). Suhu air
selama masa pemeliharaan antar perlakuan
memiliki nilai yang sama dan relatif konstan,
yaitu berkisar antara 27,4-28,6o
C. Kisaran
tersebut berada di atas kisaran optimum bagi
pertumbuhan ikan neon tetra yaitu sebesar
20-26o
C (Anonim, 2005). Namun
peningkatan suhu tersebut tidak terlalu jauh
di atas kisaran optimum sehingga masih
dapat ditolerir dan tidak menyebabkan
kematian. Kenaikan suhu akan meningkatkan
kebutuhan energi pemeliharaan dan ikan
akan lebih aktif dalam mencari makanan
(Goddard, 1996).
Oksigen terlarut dalam air merupakan
faktor penting bagi kehidupan ikan karena
oksigen dibutuhkan bagi proses pernafasan
dan merupakan komponen utama bagi
metabolisme ikan (Wardoyo, 1975). Nilai
kandungan oksigen terlarut pada masa
pemeliharaan berkisar antara 6,62-3,0 ppm.
Kecenderungan penurunan tersebut
disebabkan oleh adanya akumulasi bahan
organik pada sistem resirkulasi yang banyak
membutuhkan oksigen dalam proses
perombakan. Tetapi penurunan tersebut tidak
menyebabkan ikan neon tetra kekurangan
oksigen. Menurut Pescod (1973) jika tidak
terdapat senyawa beracun, kandungan
oksigen 2 ppm masih cukup untuk
mendukung kehidupan organisme secara
normal.
Nilai alkalinitas pada perlakuan relatif
rendah yang berkisar antara 3,84-7,42 ppm
karena kondisi pH air selama pemeliharaan
cenderung rendah. Alkalinitas adalah ukuran
konsentrasi basa (alkali) total yang terlarut
dalam air (Wedemeyer, 1996 dalam Ohollun,
2003). Ikan neon tetra akan tumbuh dan
memiliki kelangsungan hidup optimum pada
pH perairan yang cenderung rendah,
Tabel 2. Nilai kualitas air selama penelitian.
Parameter Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV
Suhu (˚C) 27,4 28,3 28,6 28,4
pH (Unit) 6,3 6,1 6,6 5,9
DO (mg/l) 6,62 4,03 3,23 3,0
Alkalinitas (mg/l) 3,84 7,68 7,68 7,42
Amoniak (mg/l) 0,0003 0,0004 0,0003 0,0005
23
sehingga air selama masa pemeliharaan tetap
dijaga agar tetap cenderung asam. Hal
tersebut menyebabkan nilai alkalinitas pada
air selama pemeliharaan rendah, namun
masih dapat menunjang kelangsungan hidup
ikan neon tetra selama pemeliharaan. Nilai
pH selama masa pemeliharaan pada semua
perlakuan berkisar antara 5,9-6,6. Keadaan
ini ideal bagi pertumbuhan ikan neon tetra
karena berada dalam kiasaran pH optimum
yaitu antara 5,5-7,5 (Anonim, 2005). Kondisi
asam pada masa pemeliharaan dapat dijaga
dengan penggunaan daun ketapang yang
direndam dalam air pada tandon.
Nilai amoniak pada masa pemeliharaan
tercatat sangat rendah yaitu berkisar antara
0,0003-0,0005 mg/l. Hal tersebut terjadi
karena suhu air selama masa pemeliharaan
cukup rendah dan kondisi pH selama masa
pemeliharaan cenderung asam sehingga nilai
amoniak pun rendah. Sesuai yang
dikemukakan Boyd (1990), Jumlah fraksi
amoniak semakin meningkat dengan semakin
meningkatnya pH perairan dan sebaliknya.
Alabaster dan Lloyd (1980) juga
mengemukakan hal yang sama bahwa
pengaruh amoniak yang berbahaya
berhubungan dengan pH dan suhu air.
Dengan meningkatnya pH dan suhu air maka
daya racun amoniak akan meningkat pula.
KESIMPULAN
Perbedaan padat penebaran tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap
panjang, laju pertumbuhan panjang serta
koefisien keragaman ikan neon tetra, namun
berpengaruh nyata terhadap kelangsungan
hidup, kepadatan akhir dan keuntungan.
Kepadatan akhir terbanyak diperoleh dari
padat tebar 100 ekor/liter yaitu 68,57
ekor/liter, namun nilai kelangsungan
hidupnya relatif lebih kecil dibandingkan
dengan padat tebar yang lebih rendah
(68,40%). Dari segi ekonomis, keuntungan
terbesar diperoleh pada padat penebaran 100
ekor/liter yaitu sebesar Rp 8.469.000,00/m³.
DAFTAR PUSTAKA
Alabaster, J. S. dan Lloyd, R. 1980. Water
quality criteria for freshwater fish.
Butterworths, London.
Anonim. 2005. Neon tetra (Paracheirodon
innesi) profile. http://
badmanstropicalfish.com/profiles/
profile17.html. 4 Januari 2006
Boyd C. E. 1990. Water quality in ponds for
aquaculture. Birmingham Publishing
Co, Alabama. USA.
Effendie, M. I. 1997. Biologi perikanan.
Yayasan Pustaka Nusatama,
Yogyakarta.
Hickling C. F. 1971. Fish culture. Faber and
Faber, London.
Goddard, S. 1996. Feed management in
intensive aquaculture. Chapman and
Hall, New York.
Nikolsky, G. V. 1963. The ecology of fishes.
Academic Press, London.
NRC (Nutrition Research Council). 1977.
Nutrient requirement of warmwater
fishes. National Academy Science,
Washington, D.C.
Ohoilun, A. H. 2003. Pengaruh penebaran
terhadap kualitas air pada pendederan
benih gurame Osphronemus gourami
Lac. sistem resirkulasi. Skripsi.
Jurusan Budidaya Perairan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Pescod. 1973. Investigation of rational
effluent and stream standards for
tropical countries. Asian Institute
Technology of Bangkok, Thailand.
Putra, I. N. N. S. 2003. Restorasi waduk-
waduk di Citarum. Warta Konservasi
Lahan Basah. Bogor.
24
Steel, R. G. D. and Torrie, J. H. 1991. Prinsip
dan prosedur statistika: suatu
pendekatan biometrik. Terjemahan
B. Sumantri. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Wardoyo, S. T. H. 1975. Pengelolaan
kualitas air (water quality
management). Proyek Peningkatan
Mutu Perguruan Tinggi. IPB, Bogor.
Wedemeyer, G. A. 1996. Physiology of fish
in intensive aquaculture systems.
Chapman and Hall, New York.
Widjatmoko. 1986. Pengaruh pergantian
media air laut dengan garam terhadap
tingkat kelangsungan dan laju
pertumbuhan harian udang windu
(Peneus monodon Fabricus). Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB.
Bogor.

More Related Content

What's hot

Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di MakassarPemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di MakassarBBAP takalar
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...Repository Ipb
 
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
 
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...Repository Ipb
 
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard HatcheryProduksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatcherylisa ruliaty 631971
 
SPO pembesaran litopenaeus vannamei
SPO pembesaran litopenaeus vannameiSPO pembesaran litopenaeus vannamei
SPO pembesaran litopenaeus vannameiInNo JustforYou
 
Meminimalkan ganti air dalam akuakultur
Meminimalkan ganti air dalam akuakulturMeminimalkan ganti air dalam akuakultur
Meminimalkan ganti air dalam akuakulturIbnu Sahidhir
 
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...Repository Ipb
 
Kajian lapangan ladang ternakan ikan
Kajian lapangan ladang ternakan ikanKajian lapangan ladang ternakan ikan
Kajian lapangan ladang ternakan ikanZulkifli Hamzah
 
PERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPE
PERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPEPERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPE
PERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPEMustain Adinugroho
 
Leaflet budidaya udang windu
Leaflet budidaya udang winduLeaflet budidaya udang windu
Leaflet budidaya udang windusujononasa
 

What's hot (19)

Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di MakassarPemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
 
Jurnal kepiting
Jurnal kepitingJurnal kepiting
Jurnal kepiting
 
Jurnal Kimia Industri
Jurnal Kimia IndustriJurnal Kimia Industri
Jurnal Kimia Industri
 
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
 
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
 
Sistem teknologi bdp
Sistem teknologi bdpSistem teknologi bdp
Sistem teknologi bdp
 
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard HatcheryProduksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
 
1299 2564-1-pb
1299 2564-1-pb1299 2564-1-pb
1299 2564-1-pb
 
SPO pembesaran litopenaeus vannamei
SPO pembesaran litopenaeus vannameiSPO pembesaran litopenaeus vannamei
SPO pembesaran litopenaeus vannamei
 
Meminimalkan ganti air dalam akuakultur
Meminimalkan ganti air dalam akuakulturMeminimalkan ganti air dalam akuakultur
Meminimalkan ganti air dalam akuakultur
 
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...
 
Kajian lapangan ladang ternakan ikan
Kajian lapangan ladang ternakan ikanKajian lapangan ladang ternakan ikan
Kajian lapangan ladang ternakan ikan
 
Budidaya Ikan Nila
Budidaya Ikan NilaBudidaya Ikan Nila
Budidaya Ikan Nila
 
Udangvaname
UdangvanameUdangvaname
Udangvaname
 
PERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPE
PERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPEPERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPE
PERSIAPAN WADAH DAN MEDIA - BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DENGAN TERPAL HDPE
 
Leaflet budidaya udang windu
Leaflet budidaya udang winduLeaflet budidaya udang windu
Leaflet budidaya udang windu
 
TAMBAK DAN UDANG VANNAMEI
TAMBAK DAN UDANG VANNAMEITAMBAK DAN UDANG VANNAMEI
TAMBAK DAN UDANG VANNAMEI
 

Similar to MANIPULASI HORMON DAN SUHU UNTUK PRODUKSI JANTAN HOMOGAMETIK (XX) DALAM RANGKA PENGEMBANGAN BUDIDAYA MONOSEKS BETINA IKAN PATIN Pangasionodon hypopthalmus

Daur hidup ikan lele by yazid alfa riko
Daur hidup ikan lele by yazid alfa rikoDaur hidup ikan lele by yazid alfa riko
Daur hidup ikan lele by yazid alfa rikoAlfarico Rico
 
Jurnal Manajemen Kualitas Air
Jurnal Manajemen Kualitas AirJurnal Manajemen Kualitas Air
Jurnal Manajemen Kualitas AirSabarudin saba
 
BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR.pptx
BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR.pptxBUDIDAYA IKAN AIR TAWAR.pptx
BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR.pptxRekieRDz
 
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptxPresentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptxAdinDin2
 
Pemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu Macan
Pemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu MacanPemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu Macan
Pemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu MacanBBAP takalar
 
Proposal Pembiakan Ikan Bawal
Proposal Pembiakan Ikan BawalProposal Pembiakan Ikan Bawal
Proposal Pembiakan Ikan BawalRoni Darmanto
 
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...Repository Ipb
 
Laporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza sLaporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza sAngga Asc
 
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...Repository Ipb
 
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...Repository Ipb
 
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...Repository Ipb
 
Materi Budidaya Ikan Lele.pptx
Materi Budidaya Ikan Lele.pptxMateri Budidaya Ikan Lele.pptx
Materi Budidaya Ikan Lele.pptxArumaHamida1
 
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...Repository Ipb
 

Similar to MANIPULASI HORMON DAN SUHU UNTUK PRODUKSI JANTAN HOMOGAMETIK (XX) DALAM RANGKA PENGEMBANGAN BUDIDAYA MONOSEKS BETINA IKAN PATIN Pangasionodon hypopthalmus (20)

Daur hidup ikan lele by yazid alfa riko
Daur hidup ikan lele by yazid alfa rikoDaur hidup ikan lele by yazid alfa riko
Daur hidup ikan lele by yazid alfa riko
 
Pemilihan spesies
Pemilihan spesiesPemilihan spesies
Pemilihan spesies
 
Siti maryam
Siti maryamSiti maryam
Siti maryam
 
Jurnal Manajemen Kualitas Air
Jurnal Manajemen Kualitas AirJurnal Manajemen Kualitas Air
Jurnal Manajemen Kualitas Air
 
BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR.pptx
BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR.pptxBUDIDAYA IKAN AIR TAWAR.pptx
BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR.pptx
 
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptxPresentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
 
Pemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu Macan
Pemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu MacanPemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu Macan
Pemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu Macan
 
Proposal Pembiakan Ikan Bawal
Proposal Pembiakan Ikan BawalProposal Pembiakan Ikan Bawal
Proposal Pembiakan Ikan Bawal
 
BAB I.pdf
BAB I.pdfBAB I.pdf
BAB I.pdf
 
Pembesaran ikan
Pembesaran ikanPembesaran ikan
Pembesaran ikan
 
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
 
Laporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza sLaporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza s
 
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
 
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
 
Budidaya Ikan NIla
Budidaya Ikan NIlaBudidaya Ikan NIla
Budidaya Ikan NIla
 
Observasi kolam
Observasi kolamObservasi kolam
Observasi kolam
 
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...
 
Materi Budidaya Ikan Lele.pptx
Materi Budidaya Ikan Lele.pptxMateri Budidaya Ikan Lele.pptx
Materi Budidaya Ikan Lele.pptx
 
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
 
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
 

More from Repository Ipb

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...Repository Ipb
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...Repository Ipb
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMRepository Ipb
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKRepository Ipb
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIARepository Ipb
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...Repository Ipb
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...Repository Ipb
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...Repository Ipb
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFRepository Ipb
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...Repository Ipb
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...Repository Ipb
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...Repository Ipb
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Repository Ipb
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...Repository Ipb
 

More from Repository Ipb (20)

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
 

Recently uploaded

442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 

Recently uploaded (20)

442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 

MANIPULASI HORMON DAN SUHU UNTUK PRODUKSI JANTAN HOMOGAMETIK (XX) DALAM RANGKA PENGEMBANGAN BUDIDAYA MONOSEKS BETINA IKAN PATIN Pangasionodon hypopthalmus

  • 1. 19 PRODUKSI IKAN NEON TETRA (Paracheirodon innesi) UKURAN M DENGAN PADAT TEBAR 25, 50, 75 DAN 100 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI Production of M-Size Neon Tetra Fish Paracheriodon innesi in Recirculation System with Density of 25, 50, 75 and 100 litre-1 T. Budiardi, M. A. Solehudin dan D. Wahjuningrum Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680 ABSTRACT Quality and quantity of freshwater were important factors in aquaculture. The farmers of neon tetra fish (Paracheriodon innesi) usually rear them in aquarium with simple methods, so that gave low productivity. Increasing density could be increased the production and its continuity and also more efficient in land and water. Rearing of neon tetra with density of 25, 50, 75 and 100 litre-1 in recirculation system were no influence for fish body length, growth of body length and coefficient of variants (p>0,05). But those densities of fish rearing affected survival rate, end density and profit (p<0,05). The end of density 100 litre-1 was 68.57 litre-1 and gave the highest profit. Keywords : density, resirculation, neon tetra fish Paracheirodon innesi ABSTRAK Sumber air tawar yang merupakan faktor terpenting dalam kegiatan budidaya ikan semakin hari semakin menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya terutama di daerah perkotaan. Petani ikan neon tetra (Paracheriodon innesi) biasanya mendederkannya pada akuarium dengan cara sederhana sehingga produktivitasnya rendah. Peningkatan padat penebaran ikan dilakukan agar efisiensi lahan dan air dapat ditingkatkan, yang selanjutnya dapat meningkatkan produksi secara kontinyu sehingga dapat memenuhi permintaan pasar. Pemeliharaan ikan neon tetra dengan padat tebar 25, 50, 75 dan 100 ekor/liter dalam sistem resirkulasi ternyata tidak memberikan pengaruh nyata terhadap panjang dan laju pertumbuhan panjang ikan, serta koefisien keragaman (p>0,05), namun berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup, kepadatan akhir dan keuntungan (p<0,05). Kepadatan akhir ikan pada padat tebar 100 ekor/liter sebesar 68,67 ekor/liter dan memberikan keuntungan terbesar diantara padat tebar lainnya. Kata kunci : padat tebar, resirkulasi, ikan neon tetra Paracheirodon innesi PENDAHULUAN Salah satu jenis ikan hias air tawar yang dibudidayakan dan memiliki peluang pasar yang bagus adalah ikan neon tetra (Paracheirodon innesi). Ikan ini tergolong eksotis karena memiliki warna dasar abu-abu dengan garis biru hijau menyala yang biasa disebut garis neon memanjang dari insang hingga pangkal ekor. Para petani ikan umumnya memiliki sarana dan prasarana produksi yang terbatas dan semakin berkurang sehingga produksi yang dihasilkan rendah. Petani ikan neon tetra biasanya mendederkan ikan neon tetra pada akuarium-akuarium dengan cara sederhana. Selain itu sumber air tawar yang merupakan faktor terpenting dalam kegiatan produksi ini semakin hari semakin menurun baik kualitas maupun kuantitasnya terutama di daerah perkotaan. Pada tahun 1995, pulau Jawa telah mengalami defisit air tawar dalam jumlah besar (ketersediaan sekitar 30 milyar m³, tingkat konsumsi 63 milyar m³) dan diprediksi pada tahun 2015, tingkat konsumsi air tawar menjadi 165 milyar m³ (Putra, 2003). Hal tersebut disebabkan karena peningkatan penggunaan lahan dan air untuk berbagai macam kepentingan seperti Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(1): 19–24 (2008) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id
  • 2. 20 pemukiman, pertanian, perindustrian dan lain-lain. Untuk menanggulangi masalah tersebut dilakukan peningkatan padat penebaran ikan agar efisiensi lahan dan air yang digunakan meningkat, serta peningkatan nilai produksi sehingga produksi menjadi kontinyu dan dapat memenuhi permintaan pasar. Namun pemeliharaan ikan dengan padat penebaran akan menurunkan kualitas air sebagai media pemeliharaan. Agar kualitas air tetap terjaga baik untuk kehidupan maupun pertumbuhan ikan digunakan sistem resirkulasi. Meskipun sistem ini membutuhkan biaya tinggi namun dapat diimbangi dengan peningkatan produksi yang dihasilkan sehingga usaha budidaya sangat mungkin diaplikasikan pada daerah perkotaan dengan akses pemasaran dan pangsa pasar yang jelas dan mudah. BAHAN DAN METODE Ikan neon tetra (Paracheirodon innesi) yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari petani di daerah Parung, Bogor yang berukuran 1,04±0,043 cm. Sebelum ditebar, ikan diadaptasikan terlebih dahulu terhadap lingkungan pemeliharaan selama 3 hari dengan kepadatan masing-masing yaitu 25, 50, 75 dan 100 ekor/liter. Wadah yang digunakan berupa akuarium yang berisi air sebanyak 10 liter sebanyak 12 buah dan dilengkapi dengan filter yang dirancang dalam sistem resirkulasi. Jenis filter yang digunakan adalah filter mekanik dan biologi. Media yang digunakan untuk filter yaitu batu kerikil dan zeolit yang terlebih dahulu dicuci dengan air bersih dan dijemur. Pada sistem ini aliran air dari wadah budidaya masuk ke dalam wadah filter secara vertikal (dari atas ke bawah) melalui pipa pengeluaran. Air yang telah difiltrasi dipompakan dari tandon ke wadah budidaya melalui pipa pemasukan. Sebelum ikan ditebar sistem resirkulasi yang telah disusun dijalankan terlebih dahulu selama 2 hari sehingga aliran air stabil. Selama pemeliharaan ikan, pemberian pakan berupa Daphnia dilakukan dua kali sehari pada pagi dan petang secara ad libitum. Pakan yang diberikan terlebih dahulu dicuci kemudian diperas dan ditimbang terlebih dulu. Setelah itu pakan diencerkan dan diberikan pada ikan dengan proporsi sesuai dengan tingkat kepadatan. Parameter yang diukur selama penelitian adalah kematian dan panjang tubuh ikan serta kualitas air. Data tersebut digunakan untuk menghitung parameter derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan panjang harian, variasi ukuran panjang serta produksi ikan yang didapatkan sampai akhir penelitian. Data kualitas air yang meliputi suhu, oksigen terlarut, pH, alkalinitas dan amoniak digunakan untuk mendeskripsikan kondisi lingkungan selama penelitian. Nilai keragaman panjang ikan masing-masing perlakuan dihitung berdasarkan koefisien keragaman, yaitu persentase dari simpangan baku contoh terhadap nilai tengahnya Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan masing–masing menggunakan 3 kali ulangan, yaitu : 1) Padat tebar 25 ekor /liter 2) Padat tebar 50 ekor /liter 3) Padat tebar 75 ekor /liter 4) Padat tebar 100 ekor /liter Rancangan ini digunakan karena kesatuan ragam homogen, dalam arti keragaman antar satuan percobaannya kecil (Steel dan Torrie, 1993). Produksi budidaya ikan hias dihitung dari keragaman panjang ikan, jumlah yang dihasilkan atau kepadatan akhir, ukuran dan keragaman panjang ikan yang hidup serta nilai ekonomi akhir. Produksi dikatakan baik jika menghasilkan ikan dalam jumlah banyak dengan ukuran yang seragam dan mencapai target, serta menghasilkan keuntungan terbesar. Hal ini dapat dilihat dengan menghitung jumlah dan proporsi ukuran S, M, L, dan XL yang dihasilkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam budidaya terdapat tiga hal pokok yang sangat penting untuk diperhatikan agar keuntungan dapat tercapai yaitu diantaranya optimalisasi lingkungan, minimalisasi limbah budidaya dan maksimalisasi produksi. Semakin tinggi kepadatan pada penelitian ini,
  • 3. 21 kelangsungan hidup ikan neon tetra semakin menurun. Derajat kelangsungan hidup (SR) kepadatan 25 ekor/liter berbeda nyata (P>0,05) dengan kepadatan 100 ekor/liter, namun tidak berbeda dengan kepadatan 50 ekor/liter dan 75 ekor/liter. Perlakuan dengan kepadatan 25 ekor/liter memiliki tingkat kelangsungan hidup paling tinggi karena pada padat penebaran yang tinggi akan meningkatkan kebutuhan makanan dan kompetisi dalam mencari makanan serta meningkatkan kebutuhan oksigen. Derajat kelangsungan hidup adalah persentase ikan yang hidup dari seluruh jumlah ikan yang dipeliharaan dalam suatu wadah (Effendie, 1997). Kelangsungan hidup dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Secara alamiah setiap organisme mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan dalam batasan-batas tertentu atau disebut tingkat toleransi (Hoar, 1975 dalam Widjatmoko, 1986). Menurut Nikolsky (1963), kematian ikan dapat disebabkan oleh ketuaan, kondisi abiotik, predator, parasit, kurang makan dan penangkapan. Pada padat penebaran yang tinggi, ruang gerak semakin sempit dan kompetisi dalam mencari makanan pun meningkat sehingga ikan yang kecil dan kurang kuat tidak dapat bertahan hidup serta meningkatnya kebutuhan oksigen dalam wadah pemeliharaan seiring dengan meningkatnya padat penebaran. Kepadatan akhir tertinggi terdapat pada perlakuan 100 ekor/liter yang merupakan perlakuan padat penebaran tertinggi (Tabel 1). Padat penebaran memberikan pengaruh terhadap kepadatan akhir (P>0,05) pada semua perlakuan. Keadaan ini menunjukkan bahwa padat tebar tertinggi pada perlakuan yang diberikan yaitu 100 ekor/liter masih dalam batas yang masih menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan neon tetra dengan baik. Seperti yang dikemukakan Hickling (1971), dalam batas- batas tertentu padat penebaran yang tinggi akan meningkatkan produksi total tetapi mengurangi ukuran bobot dan besar individu ikan yang dihasilkan dalam suatu pemeliharaan. Hal itu mungkin terjadi karena makanan dan lingkungan dapat menjadi faktor pembatas. Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu (Effendie, 1997). Berdasarkan Tabel 1, perbedaan padat penebaran tidak mempengaruhi laju pertumbuhan panjang harian ikan neon tetra. Hal tersebut disebabkan pada padat tebar tertinggi belum melampaui daya dukung (carrying capacity) perairan. Daya dukung merupakan kemampuan suatu perairan untuk dapat mendukung kehidupan biota dalam perairan tersebut tanpa menambah atau mengurangi biomassanya. Peningkatan kepadatan tidak mempengaruhi koefisien keragaman panjang ikan neon tetra (Tabel 1). Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan kepadatan hingga 100 ekor/liter tidak mempengaruhi variasi ukuran ikan neon tetra selama kualitas air tetap terjaga dan pakan tersedia dalam jumlah yang cukup. Begitu pula dengan panjang akhir ikan neon tetra yang dipelihara tidak dipengaruhi oleh perlakuan peningkatan padat penebaran. Tabel 1. Produksi neon tetra pada akhir penelitian Parameter Perlakuan (ekor/liter) 25 50 75 100 Panjang (cm) 1,81±0,01a 1,81±0,01a 1,81±0,02a 1,82±0,02a Laju pertumbuhan panjang (cm/hari) 0,03±0,003a 0,03±0,001a 0,03±0,001a 0,03±0,001a Koefisien keragaman (%) 6,30±10,57a 5,73±25,60a 5,75±40,0a 4,90±54,94a Survival rate (%) 81,87±3,61a 74,80±7,90ab 75,60±1,14ab 68,40±2,49b Kepadatan akhir (ekor/liter) 20,47±2,75a 37,4±6,48b 57,87±10,28c 68,57±17,64d Keuntungan (Rp/m³) 2.355.166 a 4.350.500a 7.388.166b 7.544.667b Keterangan : Huruf yang berbeda pada setiap baris menyatakan perbedaan nyata dengan taraf kepercayaan 95%.
  • 4. 22 Hal tersebut seiring dengan hasil laju pertumbuhan panjang dan koefisien keragaman panjang neon tetra setelah pemeliharaan yang tidak dipengaruhi oleh peningkatan padat penebaran, selama pakan tersedia cukup dan kualitas air tetap terjaga. Hasil analisis usaha menunjukkan adanya perbedaan nilai keuntungan antara setiap kepadatan. Keuntungan terendah terdapat pada padat penebaran 25 ekor/liter yaitu sebesar Rp 2.099.500,00/m³ sedangkan tertinggi terdapat pada perlakuan 100 ekor/liter yaitu sebesar sebesar Rp 8.469.000,00/m³. Hal tersebut disebabkan karena biaya produksi yang tinggi masih dapat diimbangi dengan hasil produksi yang diperoleh sehingga pendapatan yang diterima masih lebih tinggi dan dapat mengimbangi biaya produksi yang dikeluarkan. Jadi perbedaan nilai ekonomis yang signifikan dari padat tebar yang berbeda menunjukkan bahwa pemeliharaan neon tetra dengan padat tebar yang tinggi yaitu 100 ekor/liter dapat menghasilkan keuntungan yang jauh lebih tinggi dibandingkan pemeliharaan dengan padat penebaran yang rendah. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pengelolaan usaha dengan padat tebar 100 ekor/liter memberikan efisiensi usaha yang paling tinggi. Suhu merupakan faktor fisik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan karena akan mempengaruhi nafsu makannya. Suhu air memiliki arti penting bagi organisme perairan, karena diantaranya mempengaruhi laju metabolisme ikan (NRC, 1977). Suhu air selama masa pemeliharaan antar perlakuan memiliki nilai yang sama dan relatif konstan, yaitu berkisar antara 27,4-28,6o C. Kisaran tersebut berada di atas kisaran optimum bagi pertumbuhan ikan neon tetra yaitu sebesar 20-26o C (Anonim, 2005). Namun peningkatan suhu tersebut tidak terlalu jauh di atas kisaran optimum sehingga masih dapat ditolerir dan tidak menyebabkan kematian. Kenaikan suhu akan meningkatkan kebutuhan energi pemeliharaan dan ikan akan lebih aktif dalam mencari makanan (Goddard, 1996). Oksigen terlarut dalam air merupakan faktor penting bagi kehidupan ikan karena oksigen dibutuhkan bagi proses pernafasan dan merupakan komponen utama bagi metabolisme ikan (Wardoyo, 1975). Nilai kandungan oksigen terlarut pada masa pemeliharaan berkisar antara 6,62-3,0 ppm. Kecenderungan penurunan tersebut disebabkan oleh adanya akumulasi bahan organik pada sistem resirkulasi yang banyak membutuhkan oksigen dalam proses perombakan. Tetapi penurunan tersebut tidak menyebabkan ikan neon tetra kekurangan oksigen. Menurut Pescod (1973) jika tidak terdapat senyawa beracun, kandungan oksigen 2 ppm masih cukup untuk mendukung kehidupan organisme secara normal. Nilai alkalinitas pada perlakuan relatif rendah yang berkisar antara 3,84-7,42 ppm karena kondisi pH air selama pemeliharaan cenderung rendah. Alkalinitas adalah ukuran konsentrasi basa (alkali) total yang terlarut dalam air (Wedemeyer, 1996 dalam Ohollun, 2003). Ikan neon tetra akan tumbuh dan memiliki kelangsungan hidup optimum pada pH perairan yang cenderung rendah, Tabel 2. Nilai kualitas air selama penelitian. Parameter Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Suhu (˚C) 27,4 28,3 28,6 28,4 pH (Unit) 6,3 6,1 6,6 5,9 DO (mg/l) 6,62 4,03 3,23 3,0 Alkalinitas (mg/l) 3,84 7,68 7,68 7,42 Amoniak (mg/l) 0,0003 0,0004 0,0003 0,0005
  • 5. 23 sehingga air selama masa pemeliharaan tetap dijaga agar tetap cenderung asam. Hal tersebut menyebabkan nilai alkalinitas pada air selama pemeliharaan rendah, namun masih dapat menunjang kelangsungan hidup ikan neon tetra selama pemeliharaan. Nilai pH selama masa pemeliharaan pada semua perlakuan berkisar antara 5,9-6,6. Keadaan ini ideal bagi pertumbuhan ikan neon tetra karena berada dalam kiasaran pH optimum yaitu antara 5,5-7,5 (Anonim, 2005). Kondisi asam pada masa pemeliharaan dapat dijaga dengan penggunaan daun ketapang yang direndam dalam air pada tandon. Nilai amoniak pada masa pemeliharaan tercatat sangat rendah yaitu berkisar antara 0,0003-0,0005 mg/l. Hal tersebut terjadi karena suhu air selama masa pemeliharaan cukup rendah dan kondisi pH selama masa pemeliharaan cenderung asam sehingga nilai amoniak pun rendah. Sesuai yang dikemukakan Boyd (1990), Jumlah fraksi amoniak semakin meningkat dengan semakin meningkatnya pH perairan dan sebaliknya. Alabaster dan Lloyd (1980) juga mengemukakan hal yang sama bahwa pengaruh amoniak yang berbahaya berhubungan dengan pH dan suhu air. Dengan meningkatnya pH dan suhu air maka daya racun amoniak akan meningkat pula. KESIMPULAN Perbedaan padat penebaran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap panjang, laju pertumbuhan panjang serta koefisien keragaman ikan neon tetra, namun berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup, kepadatan akhir dan keuntungan. Kepadatan akhir terbanyak diperoleh dari padat tebar 100 ekor/liter yaitu 68,57 ekor/liter, namun nilai kelangsungan hidupnya relatif lebih kecil dibandingkan dengan padat tebar yang lebih rendah (68,40%). Dari segi ekonomis, keuntungan terbesar diperoleh pada padat penebaran 100 ekor/liter yaitu sebesar Rp 8.469.000,00/m³. DAFTAR PUSTAKA Alabaster, J. S. dan Lloyd, R. 1980. Water quality criteria for freshwater fish. Butterworths, London. Anonim. 2005. Neon tetra (Paracheirodon innesi) profile. http:// badmanstropicalfish.com/profiles/ profile17.html. 4 Januari 2006 Boyd C. E. 1990. Water quality in ponds for aquaculture. Birmingham Publishing Co, Alabama. USA. Effendie, M. I. 1997. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta. Hickling C. F. 1971. Fish culture. Faber and Faber, London. Goddard, S. 1996. Feed management in intensive aquaculture. Chapman and Hall, New York. Nikolsky, G. V. 1963. The ecology of fishes. Academic Press, London. NRC (Nutrition Research Council). 1977. Nutrient requirement of warmwater fishes. National Academy Science, Washington, D.C. Ohoilun, A. H. 2003. Pengaruh penebaran terhadap kualitas air pada pendederan benih gurame Osphronemus gourami Lac. sistem resirkulasi. Skripsi. Jurusan Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pescod. 1973. Investigation of rational effluent and stream standards for tropical countries. Asian Institute Technology of Bangkok, Thailand. Putra, I. N. N. S. 2003. Restorasi waduk- waduk di Citarum. Warta Konservasi Lahan Basah. Bogor.
  • 6. 24 Steel, R. G. D. and Torrie, J. H. 1991. Prinsip dan prosedur statistika: suatu pendekatan biometrik. Terjemahan B. Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wardoyo, S. T. H. 1975. Pengelolaan kualitas air (water quality management). Proyek Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi. IPB, Bogor. Wedemeyer, G. A. 1996. Physiology of fish in intensive aquaculture systems. Chapman and Hall, New York. Widjatmoko. 1986. Pengaruh pergantian media air laut dengan garam terhadap tingkat kelangsungan dan laju pertumbuhan harian udang windu (Peneus monodon Fabricus). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.