Dokumen tersebut membahas tentang gizi dalam situasi bencana di Indonesia. Indonesia memiliki risiko tinggi terjadinya bencana karena berada di zona gempa dan gunung berapi. Bencana dapat meningkatkan risiko masalah gizi karena rusaknya infrastruktur dan ketersediaan pangan. Kelompok rentan seperti balita, ibu hamil, dan lansia perlu mendapat perhatian khusus. Respons gizi dalam bencana meliputi pemberian makanan,
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang penanggulangan krisis kesehatan pada masa pandemi Covid-19 yang mencakup pendekatan klaster kesehatan dan protokol kesehatan.
2. Ada beberapa aspek yang dibahas seperti pengelolaan sumber daya manusia dan sarana prasarana kesehatan, sub klaster pelayanan kesehatan, pengendalian penyakit dan lingkungan, serta dampak psik
Dokumen tersebut membahas tentang penanggulangan krisis kesehatan pada masa pandemi Covid-19 melalui peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan sarana prasarana kesehatan serta penerapan protokol kesehatan."
Dokumen tersebut membahas penanganan gizi pada situasi bencana di Indonesia. Secara singkat, dokumen menjelaskan tentang kelompok rentan yang berisiko tinggi terhadap masalah gizi pada bencana, pendekatan klaster dan peran ahli gizi dalam merespons bencana, serta langkah-langkah penanganan gizi pra-bencana, selama tanggap darurat, dan pasca-bencana.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang manajemen bencana khususnya terkait pengurangan risiko bencana dan klauster kesehatan. Beberapa poin penting yang disinggung antara lain pendekatan dari tanggap darurat menjadi pengurangan risiko, aktivasi klauster kesehatan, dan pelaksanaan rapid health assessment untuk menilai dampak kesehatan awal.
Secara Umum
Memberikan acuan bagi petugas kesehatan dlm penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana
Secara Khusus Tersedianya standar :
SDM Kesehatan
Penyiapan fasilitas pelayanan
Pelayanan pengobatan, gizi, kesehatan jiwa, kesehatan reproduksi
Pengendalian penyakit potensial wabah
Pengaturan obat bantuan
Dokumen tersebut membahas tentang gizi dalam situasi bencana di Indonesia. Indonesia memiliki risiko tinggi terjadinya bencana karena berada di zona gempa dan gunung berapi. Bencana dapat meningkatkan risiko masalah gizi karena rusaknya infrastruktur dan ketersediaan pangan. Kelompok rentan seperti balita, ibu hamil, dan lansia perlu mendapat perhatian khusus. Respons gizi dalam bencana meliputi pemberian makanan,
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang penanggulangan krisis kesehatan pada masa pandemi Covid-19 yang mencakup pendekatan klaster kesehatan dan protokol kesehatan.
2. Ada beberapa aspek yang dibahas seperti pengelolaan sumber daya manusia dan sarana prasarana kesehatan, sub klaster pelayanan kesehatan, pengendalian penyakit dan lingkungan, serta dampak psik
Dokumen tersebut membahas tentang penanggulangan krisis kesehatan pada masa pandemi Covid-19 melalui peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan sarana prasarana kesehatan serta penerapan protokol kesehatan."
Dokumen tersebut membahas penanganan gizi pada situasi bencana di Indonesia. Secara singkat, dokumen menjelaskan tentang kelompok rentan yang berisiko tinggi terhadap masalah gizi pada bencana, pendekatan klaster dan peran ahli gizi dalam merespons bencana, serta langkah-langkah penanganan gizi pra-bencana, selama tanggap darurat, dan pasca-bencana.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang manajemen bencana khususnya terkait pengurangan risiko bencana dan klauster kesehatan. Beberapa poin penting yang disinggung antara lain pendekatan dari tanggap darurat menjadi pengurangan risiko, aktivasi klauster kesehatan, dan pelaksanaan rapid health assessment untuk menilai dampak kesehatan awal.
Secara Umum
Memberikan acuan bagi petugas kesehatan dlm penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana
Secara Khusus Tersedianya standar :
SDM Kesehatan
Penyiapan fasilitas pelayanan
Pelayanan pengobatan, gizi, kesehatan jiwa, kesehatan reproduksi
Pengendalian penyakit potensial wabah
Pengaturan obat bantuan
Kegiatan pengumpulan data dan informasi dengan tujuan untuk menilai kerusakan dan mengidentifikasi kebutuhan dasar yang diperlukan segera sebagai respon dalam suatu kejadian bencana
Dokumen tersebut membahas tentang pencegahan penyakit pada modul surveilens dalam praktek kebidanan. Terdapat penjelasan mengenai definisi, tingkatan (primer, sekunder, tersier), dan contoh upaya pencegahan penyakit yang meliputi promosi kesehatan, perlindungan spesifik, diagnosis dini, dan rehabilitasi.
1. Dokumen menjelaskan proses penilaian risiko bencana dan pengelolaan risiko bencana yang meliputi identifikasi bahaya, keterancaman, dan risiko.
2. Proses perencanaan bencana mencakup penentuan tujuan, analisis sumber daya, pengembangan sistem dan prosedur, pelatihan personil, dan evaluasi berkelanjutan.
3. Pengelolaan risiko bencana yang efektif melibatkan kerja sama berbagai pihak dan masyarak
Dokumen tersebut membahas tentang penilaian resiko bencana oleh Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (BAKORNAS PBP). Ringkasannya adalah bahwa dokumen tersebut menjelaskan konsep bahaya, kerentanan, kemampuan, dan resiko bencana serta cara melakukan penilaian resiko bencana dengan mempertimbangkan ketiga faktor tersebut.
Makalah pencegahan primer sekunder tersierMuhammad Iqbal
Dokumen tersebut membahas tentang pencegahan masalah kesehatan reproduksi secara primer dan sekunder. Pencegahan primer meliputi promosi kesehatan seperti gaya hidup sehat dan vaksinasi, serta proteksi spesifik seperti pemeriksaan rutin dan menghindari risiko penyakit. Pencegahan sekunder berfokus pada diagnosis dini dan pengobatan cepat untuk mencegah penyakit berkembang lebih parah.
07. tingkatan dan uapaya pencegahan penyakitSyahrum Syuib
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian epidemiologi dan upaya pencegahan penyakit. Secara garis besar dibahas tentang empat tingkat pencegahan penyakit yaitu primordial, primer, sekunder, dan tersier beserta upaya-upaya yang dapat dilakukan pada masing-masing tingkat pencegahan.
Dokumen tersebut membahas konsep-konsep dasar manajemen bencana seperti bahaya, kerentanan, risiko, kapasitas, dan pengurangan risiko. Beberapa poin penting yang diangkat adalah pentingnya keterlibatan masyarakat lokal dalam menilai bahaya, kerentanan, risiko dan kapasitas; serta proses pengurangan risiko melalui penilaian risiko, kesiapsiagaan, mitigasi bencana.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen bencana bidang kesehatan, meliputi pengertian bencana, jenis bencana alam dan ulah manusia, dampaknya terhadap kesehatan, serta kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan dan rekonstruksi."
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan jenis bencana, manajemen bencana, aspek kesehatan mental pada bencana, pengurangan dampak bencana, triase, dampak bencana terhadap petugas kesehatan, dan penanggulangan krisis kesehatan pada masa Covid-19."
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen penanggulangan krisis kesehatan pada situasi bencana dan pandemi, mencakup standar pelayanan kesehatan minimal, manajemen klaster kesehatan, dan pendekatan manajemen risiko kesehatan secara menyeluruh.
Kegiatan pengumpulan data dan informasi dengan tujuan untuk menilai kerusakan dan mengidentifikasi kebutuhan dasar yang diperlukan segera sebagai respon dalam suatu kejadian bencana
Dokumen tersebut membahas tentang pencegahan penyakit pada modul surveilens dalam praktek kebidanan. Terdapat penjelasan mengenai definisi, tingkatan (primer, sekunder, tersier), dan contoh upaya pencegahan penyakit yang meliputi promosi kesehatan, perlindungan spesifik, diagnosis dini, dan rehabilitasi.
1. Dokumen menjelaskan proses penilaian risiko bencana dan pengelolaan risiko bencana yang meliputi identifikasi bahaya, keterancaman, dan risiko.
2. Proses perencanaan bencana mencakup penentuan tujuan, analisis sumber daya, pengembangan sistem dan prosedur, pelatihan personil, dan evaluasi berkelanjutan.
3. Pengelolaan risiko bencana yang efektif melibatkan kerja sama berbagai pihak dan masyarak
Dokumen tersebut membahas tentang penilaian resiko bencana oleh Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (BAKORNAS PBP). Ringkasannya adalah bahwa dokumen tersebut menjelaskan konsep bahaya, kerentanan, kemampuan, dan resiko bencana serta cara melakukan penilaian resiko bencana dengan mempertimbangkan ketiga faktor tersebut.
Makalah pencegahan primer sekunder tersierMuhammad Iqbal
Dokumen tersebut membahas tentang pencegahan masalah kesehatan reproduksi secara primer dan sekunder. Pencegahan primer meliputi promosi kesehatan seperti gaya hidup sehat dan vaksinasi, serta proteksi spesifik seperti pemeriksaan rutin dan menghindari risiko penyakit. Pencegahan sekunder berfokus pada diagnosis dini dan pengobatan cepat untuk mencegah penyakit berkembang lebih parah.
07. tingkatan dan uapaya pencegahan penyakitSyahrum Syuib
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian epidemiologi dan upaya pencegahan penyakit. Secara garis besar dibahas tentang empat tingkat pencegahan penyakit yaitu primordial, primer, sekunder, dan tersier beserta upaya-upaya yang dapat dilakukan pada masing-masing tingkat pencegahan.
Dokumen tersebut membahas konsep-konsep dasar manajemen bencana seperti bahaya, kerentanan, risiko, kapasitas, dan pengurangan risiko. Beberapa poin penting yang diangkat adalah pentingnya keterlibatan masyarakat lokal dalam menilai bahaya, kerentanan, risiko dan kapasitas; serta proses pengurangan risiko melalui penilaian risiko, kesiapsiagaan, mitigasi bencana.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen bencana bidang kesehatan, meliputi pengertian bencana, jenis bencana alam dan ulah manusia, dampaknya terhadap kesehatan, serta kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan dan rekonstruksi."
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan jenis bencana, manajemen bencana, aspek kesehatan mental pada bencana, pengurangan dampak bencana, triase, dampak bencana terhadap petugas kesehatan, dan penanggulangan krisis kesehatan pada masa Covid-19."
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen penanggulangan krisis kesehatan pada situasi bencana dan pandemi, mencakup standar pelayanan kesehatan minimal, manajemen klaster kesehatan, dan pendekatan manajemen risiko kesehatan secara menyeluruh.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Secara garis besar mencakup siklus manajemen bencana mulai dari mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, hingga pemulihan; serta unsur-unsur penanggulangan kesehatan yang meliputi pencegahan, penyiapan sumber daya, tanggap darurat, dan pemulihan.
Dokumen tersebut membahas tentang bencana dan dampaknya terhadap kesehatan, terutama kelompok rentan. Indonesia memiliki risiko tinggi terjadinya bencana karena kondisi geografis dan geologisnya. Upaya yang ditempuh meliputi pengurangan risiko bencana, penanggulangan darurat, dan pemulihan."
Dokumen tersebut membahas tentang keperawatan bencana alam yang mencakup definisi bencana, jenis-jenis bencana, peran perawat dalam penanganan bencana mulai dari fase pra-bencana, selama bencana, hingga pasca-bencana, serta upaya-upaya mitigasi dan adaptasi untuk mengurangi dampak bencana.
Sesi-Masa depan kesehatan masyarakat_BS-1 (1) (1).pptxbalqisnurmauli
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang gambaran masa depan kesehatan masyarakat Indonesia pada tahun 2030-an yang mencakup berbagai isu seperti dana kesehatan, ancaman lingkungan, layanan kesehatan, dan peran kesehatan masyarakat dalam menangani bencana serta bioterorisme.
Peta Jalan Kesehatan_dan Riset Kesehatan Diperlukan_ADANG.pptxssuser26f0c9
istem kesehatan global merangkum seluruh kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan di berbagai negara. Negara selalu diperhadapkan dengan masalah kesehatan yang terus berkembang dan membutuhkan respon penanganan cepat dan efektif dari berbagai unsur kesehatan. Kekuatan sistem kesehatan yang dibangun oleh negara dapat diketahui dari kemampuan sistem kesehatan tersebut dalam menangani masalah kesehatan yang sedang dihadapi negara. Masing masing negara berdinamis untuk menguatkan sistem kesehatan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan baik itu dalam kondisi normal maupun dalam kondisi tidak normal ( bencana dan krisis kesehatan). Penguatan sistem kesehatan merupakan modal utama untuk menciptakan sistem global yang kuat dan resilien.
Peta Jalan Kesehatan_dan Riset Kesehatan Diperlukan_ADANG.pptxRezaArap
Dr. H. Adang Bachtiar memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman yang luas di bidang kesehatan masyarakat. Beliau merupakan lulusan Universitas Indonesia (UI) dan memperoleh gelar Master of Public Health dari Harvard serta Doctor of Science dari Johns Hopkins. Saat ini beliau aktif sebagai Presiden Asosiasi Kesehatan Masyarakat Indonesia untuk periode ketiga berturut-turut dan menjadi anggota panel ahli untuk beberapa lembaga nasional.
Dokumen tersebut membahas tentang ancaman penyakit menular di Kabupaten Temanggung serta upaya pencegahan dan penanggulangannya. Ancaman tersebut antara lain penyakit emerging dan degeneratif seperti COVID-19, poliomyelitis, Zika, mobilisasi antar wilayah dan negara, serta faktor lingkungan seperti iklim dan kelembaban. Upaya yang dilakukan meliputi pencegahan, pelaporan, sumber daya, strategi seperti pemberdayaan
PPT Tugas Kes-Mas Intermediate-EVA YUNITA.pptFitriaOva
Kuratif vs Preventif
Kedokteran berfokus pada pengobatan pasien secara individual dan reaktif, sedangkan kesehatan masyarakat berfokus pada pencegahan penyakit secara proaktif dengan menargetkan populasi secara keseluruhan secara holistik.
Ini adalah materi kuliah saya untuk mahasiswa program khusus Akademi Keperawatan Panti Rapih, Jumat 11 Juli 2014. Dalam kuliah ini dibahas kepentingan perencanaan kebencanaan dalam konteks rumah sakit dan sistem triase yang dipakai dalam MCI / mass casualty incident atau bencana dengan korban massal.
Tim Manajemen Krisis Kesehatan (DHMTs) dibentuk untuk mengelola penanganan krisis kesehatan secara terpadu dan terkoordinasi melalui kelompok kerja yang melaksanakan kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan rehabilitasi pasca krisis kesehatan. DHMTs dibentuk pada tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.
Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah ilmu yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang umur, dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui upaya kelompok masyarakat yang terkoordinasi seperti perbaikan lingkungan, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, serta pendidikan kesehatan. Ruang lingkupnya meliputi berbagai disiplin ilmu seperti biologi, kedokteran, sosiologi, dan ling
Dokumen tersebut meringkas biografi dan karya Dr. Budhi Mulyadi, seorang dokter spesialis keperawatan komunitas yang aktif dalam penanganan bencana di Indonesia sejak tahun 1990-an. Ia pernah menjabat sebagai koordinator relawan ambulans Covid-19 di BNPB dan melayani lebih dari 36 ribu pasien Covid-19. Dr. Budhi juga aktif di berbagai organisasi kesehatan dan kemanusiaan serta mendirikan beberapa le
Arman adalah pemuda asli Pemalang yang pindah ke Jakarta untuk bekerja sejak 2010. Dia bekerja di sejumlah perusahaan termasuk sebagai karyawan marketing di sebuah bank. Pada Maret 2020, ketika kasus Covid-19 mulai ditemukan di Indonesia, Arman mulai sakit dan cuti ke Pemalang. Kondisi kesehatannya semakin memburuk dan meninggal di rumah sakit karena terinfeksi Covid-19.
Etnografi kesehatan 23 jan 2021 siti nur anisahKarinaSyafarini
Budaya dan keyakinan masyarakat berpengaruh besar terhadap kesehatan dan pelayanan kesehatan. Dokumen ini membahas bagaimana berbagai budaya lokal di Indonesia mempengaruhi status kesehatan masyarakat, baik secara positif maupun negatif, serta strategi yang dapat diterapkan petugas kesehatan untuk meningkatkan pelayanan dengan mempertimbangkan faktor-faktor sosial dan budaya.
Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan penugasan khusus individu tenaga kesehatan dalam mendukung program Nusantara Sehat dan penempatannya pada masa pandemi Covid-19, termasuk insentif, sanksi, dan komitmen daerah terkait penugasan tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017. Dokumen ini juga menjelaskan pentingnya penggunaan alat pelindung diri (APD), manajemen linen, limbah medis, dan peralatan instrumen untuk mencegah penularan infeksi, khususnya COVID-19.
Dokumen tersebut memberikan pedoman umum tentang survival di darat yang mencakup pengertian survival, keadaan darurat, cara menentukan arah, mencari air dan makanan, membuat api, menangkap binatang, dan cara mencari hubungan jika terpisah dari kelompok. Tujuannya agar siswa dapat bertahan hidup dalam keadaan darurat.
Dokumen tersebut membahas tentang karakteristik Indonesia sebagai negara bangsa yang majemuk, dengan lebih dari 1000 suku bangsa, bahasa, agama, dan budaya serta terdiri dari 16.056 pulau. Dokumen juga menjelaskan tentang empat pilar dasar negara Indonesia yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, dimana Pancasila berada di posisi paling utama sebagai ideologi dan dasar negara. Dokumen menek
Dokumen tersebut berisi ringkasan biografi seorang perwira militer bernama Andi Paulangi. Ringkasan biografinya adalah sebagai berikut:
Andi Paulangi adalah seorang kapten yang saat ini menjabat sebagai Komandan Satuan Siswa di Satuan Diklat Pusat Kesehatan Kodiklat TNI. Beliau pernah menjabat berbagai posisi penting di berbagai satuan TNI antara lain sebagai instruktur di Kodam, komandan seksi
1. Dokumen tersebut membahas kebijakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga pada masa Pandemi COVID-19, yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pendekatan keluarga di Puskesmas.
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional. Wawasan Nusantara memandang Indonesia sebagai satu kesatuan yang utuh dalam segala aspek kehidupan yang beragam.
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan primer yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan perseorangan tingkat pertama dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif. Dokumen ini membahas konsep, peran, dan penyelenggaraan pelayanan puskesmas, termasuk jaringan dan sistem rujukannya.
[dokumen]:
Kebijakan ini membahas tentang penugasan khusus tenaga kesehatan individu dalam mendukung program Nusantara Sehat dan penempatannya pada masa pandemi Covid-19. Dokumen ini menjelaskan tujuan, tahapan pelaksanaan, hak dan kewajiban, sanksi, serta komitmen daerah terkait penugasan khusus tersebut.
Dokumen tersebut membahas peran Puskesmas dalam menangani pandemi COVID-19 dan mencegah penyebaran penyakit lain seperti demam berdarah dengue. Puskesmas harus menyesuaikan pelayanan untuk memutus rantai penularan COVID-19 serta mencegah outbreak demam berdarah dengue dengan tetap memperhatikan keselamatan pasien dan tenaga kesehatan. Diskusi kelompok membahas alur pelayanan Puskesmas di dalam dan luar gedung selama pande
Dokumen tersebut membahas tentang pemanfaatan dana Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di Puskesmas. Dana JKN digunakan untuk membayar tenaga kesehatan dan biaya operasional layanan kesehatan. Sementara dana BOK digunakan untuk mendukung program kesehatan masyarakat seperti imunisasi dan penyuluhan kesehatan. Kedua dana tersebut membantu meningkatkan akses dan
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
4. ALAM NON ALAM SOSIAL
DAMPAK KESEHATAN
(TERHADAP KELOMPOK RENTAN)
Gagal teknologi, kebakaran,
epidemi dll
Konflik Sosial, Teror, Bom, dll
Gempa bumi, tsunami,
letusan gunung api,
banjir, kekeringan, angin
topan, longsor dll
PENGERTIAN: PERISTIWA ATAU RANGKAIAN PERISTIWA YANG
MENGANCAM DAN MENGGANGGU KEHIDUPAN DAN
PENGHIDUPAN MASYARAKAT YANG DISEBABKAN:
5. Trend meningkat, terjadi pergeseran ke bencana non alam dan
kegagalan teknologi, paradigma PRB belum kuat, harmonisasi
pemerintah-dunia usaha-masyarakal belum optimal, SPM belum optimal
2 0 1 5
388 (78 %) kab/kota: risiko tinggi
109 (22 %) kab/kota: risiko sedang
ASMA
T
LABORATORIUM BENCANA
6. DAMPAK KESEHATAN
(TERHADAP KELOMPOK RENTAN)
TIDAK MENJADI KRISIS
DIBANTU DARI LUAR
KRISIS KESEHATAN
TIDAK MAMPU DIATASI
OLEH
KAPASITAS YANG ADA
MAMPU DIATASI OLEH
KAPASITAS YANG ADA
7. • Krisis Kesehatan adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengakibatkan timbulnya korban
jiwa, korban luka/sakit, pengungsian, dan/atau
adanya potensi bahaya yang berdampak pada
kesehatan masyarakat yang membutuhkan respon
cepat di luar kebiasaan normal dan kapasitas
kesehatan tidak memadai.
10. Upaya Kesiapsiagaan
pada masa Covid-19
Pada masa Pandemi COVID-19 atau saat COVID-19 masih menjadi
ancaman, upaya penanggulangan krisis kesehatan harus diintegasikan
dengan adaptasi kebiasaan baru yaitu menerapkan protokol kesehatan
untuk pencegahan penyebaran COVID-19.
Kesiapsiagaan pada masa COVID-19 adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi krisis kesehatan dan mencegah
terjadinya penyebaran COVID-19 pada kondisi krisis kesehatan, melalui
pengorganisasian serta langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
11.
12. PENGURANGAN
RISIKO BENCANA
KLASTER
KESEHATAN
1
2
PENINGKATAN
KAPASITAS
KOLABORASI,
KOORDINASI,
INTEGRASI
Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia baik
dalam hal manajerial maupun teknis.
Upaya ini harus dilakukan sesegera mungkin secara
efektif dan efisien dengan tujuan agar SDM tersebut
memahami manajemen krisis kesehatan maupun upaya
teknis yang dilakukan harus terintegrasi dengan
adaptasi kebiasaan baru untuk menerapakan protokol
kesehatan penyebaran COVID-19.
Menyiapkan ketersediaan sarana prasarana kesehatan
dan perbekalan kesehatan yang memadai untuk upaya
tanggap darurat;
Sarana prasarana kesehatan dan perbekalan kesehatan
yang dipersiapkan untuk antisipasi risiko bencana di
wilayahnya juga harus ditambahkan kebutuhan untuk
penerapan protokol kesehatan COVID-19 yaitu antara
lain alat pelindung diri bagi petugas (masker bedah,
face shield/goggle dan sarung tangan) dan untuk
masyarakat terutama untuk kelompok rentan dan
masyarakat yang sakit (masker bedah). Selain itu juga
perlu dipersiapkan sarana prasarana untuk hygiene dan
sanitasi seperti hand sanitizer dan disinfektan.
16. MANAJEMEN BENCANA
PARADIGMA PENGURANGAN RISIKO BIDANG KESEHATAN
PASKA
BENCANA
PRA
BENCANA
BENCANA
MANAJEMEN
RESIKO
EMT
KOORDINASI
PROGRAM SUB KLASTER KESEHATAN
AKTIFASI KLASTER
RHA & PHRT
17.
18.
19. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM KLASTER
KEP KA BNPB NO 173 TH 2014
KESEHATAN
PENCARIAN DAN
PENYELAMATAN
LOGISTIK
PENGUNGSIAN DAN
PERLINDUNGAN
PENDIDIKAN
SARANA DAN
PRASARANA
EKONOMI
PEMULIHAN DINI
21. KLASTER
KESEHATAN
TIM DATA &
INFORMASI
TIM LOGISTIK
KESEHATAN
TIM PROMOSI
KESEHATAN
SUB KLASTER
PELAYANAN
KESEHATAN
SUB KLASTER
PENGENDALI AN
PENYAKIT DAN
PENYEHATAN
LINGKUNGAN
SUB KLASTER
PELAYANAN GIZI
SUB KLASTER
KESEHATAN JIWA
SUB KLASTER
KESEHATAN
REPRODUKSI
SUB KLASTER
DVI
22.
23.
24. STANDAR MANAJEMEN KESEHATAN
1. Melakukan RHA;
2. Aktivasi Klaster Kesehatan dan mobilisasi EMT dan
PHRRT;
3. Menyusun dan melaksanakan Rencana Operasi Krisis
Kesehatan berdasarkan hasil RHA dan Rencana
Kontigensi (jika sudah ada);
4. Memobilisasi sarana prasarana kesehatan, dan
perbekalan kesehatan yang memadai;
25. 5. Memastikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat terdampak berjalan sesuai standar
dengan memperhatikan kepentingan kelompok
rentan;
6. Mengintensifkan pemantauan perkembangan situasi
(memberikan informasi awal kejadian, informasi
penilaian cepat kesehatan, dan informasi
perkembangan); dan
7. Melaksanakan komunikasi Krisis Kesehatan.
STANDAR MANAJEMEN KESEHATAN
(Mengacu pada Protokol Kesehatan)
26. MENGACU PADA
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR
HK.01.07/MENKES/413/2020 TENTANG
PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
27. SUB KLASTER
PELAYANAN KESEHATAN
• Perkirakan secara cepat kondisi korban:
– Berapa jumlahnya
– Apakah nyata/potensial mengancam jiwa –
kecacatan
– Bagaimana kecenderungan kejadian korban
– Apakah kapasitas lokal mampu mengatasi
• Pemulihan fungsi yankes
– Yankes Pra RS ( Lapangan, Pos Kesehatan,
Puskesmas)
– Rumah Sakit (antar rumah sakit)
• Penyiapan jejaring dan sarana yankes rujukan
• Penugasan tim darurat medis (EMT)
• Fasilitas pelayanan kesehatan
28. SUB KLASTER
P2 & KESLING
• Surveilans penyakit dan faktor risiko
• Imunisasi
• Pengendalian vektor
• Pencegahan dan pengendalian penyakit
• Pengawasan dan perbaikan kualitas air
• Pengawasan pembuangan kotoran
• Sanitasi pengelolaan sampah
• Pengawasan dan pengamanan makanan dan
minuman
29. SUB KLASTER
PELAYANAN GIZI
• Pengawasan bantuan pangan
• Pengawas penyelenggaraan dapur umum
• Ketika situasi sudah mulai agak stabil melakukan penilaian gizi balita
dan faktor pemburuknya serta memastikan pemberian makanan
sesuai dengan spesifik kebutuhan
• Melaksanakan pemberian makanan tambahan dan suplementasi gizi.
• Memastikan ASI tetap diberikan dalam situasi darurat & melakukan
pengawasan pemberian susu formula
• Mengupayakan menu makanan dapat sesuai dengan kebiasaan
makan setempat, mudah diangkut, disimpan dan didistribusikan serta
memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral
30. SUB KLASTER
KESPRO
Latar Belakang :
• Risiko kekerasan seksual dapat meningkat selama ketidakstabilan
sosial
• Penularan IMS/HIV dapat meningkat di area dengan kepadatan
populasi tinggi
• Kurangnya layanan Keluarga Berencana meningkatkan risiko yang
berhubungan dengan kehamilan yang tidak diinginkan
• Kekurangan gizi dan epidemi meningkatkan risiko komplikasi
kehamilan
• Kelahiran terjadi selama perpindahan populasi
• Kurangnya akses kepada layanan gawatdarurat kebidanan
komprehensif meningkatkan risiko kematian ibu
• Kebutuhan untuk melanjutkan kehidupan seksual yang sehat
31. Penerapan Kespro dalam situasi darurat melalui
penerapan Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) :
1. Mengidentifikasi koordinator PPAM Kespro
2. Mencegah dan menangani kekerasan seksual
3. Mencegah penularan IMS/HIV
4. Mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian
maternal dan neonatal
5. Merencanakan tersedianya pelayanan kesehatan
reproduksi komprehensif yang terintegrasi ke
dalam layanan kesehatan dasar segera setelah
situasi menjadi stabil atau memungkinkan
SUB KLASTER
KESPRO
32. SUB KLASTER
KESEHATAN JIWA
• Intervensi Sosial menyebarluaskan
informasi tentang kedaruratan,
penyelamatan fisik terhadap populasi,
informasi tentang pertolongan, dan lokasi
kerabat; menyebarluaskan informasi yang
sederhana dan empati untuk menenangkan
masyarakat; Psychological First Aid
• Intervensi Psikologis Menangani dan
merujuk keluhan psikiatrik yang mendesak
33. SUB KLASTER DVI
1. Koordinasi,
melihat lokasi,
evakuasi
2. Pengumpulan
data post
mortem
3. Pengumpulan
Data Ante
Mortem
4. Rekonsiliasi
proses
5. Pengembalian
jenazah pada
keluarga
34. TIM DATA DAN INFORMASI
• Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data
• Data yang dihasilkan : Informasi awal, RHA, perkembangan
TIM LOGISTIK KESEHATAN
• Menyediakan fasilitas, jasa, dan bahan-bahan serta perlengkapan
untuk pelayanan kesehatan Melaksanakan koordinasi,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan transportasi
bantuan logistik dan peralatan kesehatan;
• Melaksanakan penyelenggaraan dukungan, air bersih dan sanitasi
umum;
35. TIM PROMOSI KESEHATAN
1. Penyebarluasan Informasi dan Edukasi PHBS dalam kedaruratan
• Terus memberikan ASI pada bayi
• Biasakan Cuci tangan pakai sabun
• Menggunakan air bersih
• BAB di jamban, buang sampah ditempatnya
• Memanfaatkan pelayanan kesehatan
• Melindungi anak
• Makan makanan bergizi
• Tidak merokok di pengungsian
• Mengelola stres
• Bermain sambil belajar
2. Menyediakan media KIE
36.
37. DAMPAK PSIKOLOGIS AKIBAT BENCANA
PENGALAMAN BENCANA
Reaksi
Traumatik
Reaksi
Kehilangan
Kaget,
penyangkalan,
marah, putus
asa
PTSD
(post traumatic
stres disorder)
Duka Cita
Rasa bersalah
Depresi
G. Penyesuaian
G. Cemas
G. Psikosomatik
STRES SEKUNDER:
Pola hidup yang tiba-tiba
berubah
Krisis ekonomi
Perubahan atau hilangnya
masyarakat lokal
Perubahan dalam situasi
dukungan sosial
PULIH
38. RESPON PSIKOLOGIS
PADA PENYINTAS (Korban Selamat)
Respon dari orang-orang yang terkena bencana
dapat dibagi atas 3 kategori utama
Respon psikologis normal, tidak membutuhkan
intevensi khusus
Respon psikologis disebabkan distres atau
disfungsi sesaat, membutuhkan bantuan pertama
psikososial (psychological first aid)
Distress atau disfungsi berat (gangguan jiwa) yang
membutuhkan bantuan profesi kesehatan jiwa
39. RUJUKAN KESWA DI KOMUNITAS BENCANA
Umum: bingung,
sedih, marah, tidak
percaya
Rumah Sakit
(Jiwa)
Layanan konseling,
psikolog, dokter
organisasi agamis
Kelompok pemulihan,
manajemen stres, konseling
sesama, pemantauan lanjutan
trauma di komunitas
PFA Sensitisasi,
psikoedukasi, pelatihan
keterampilan hidup, dukungan
spiritual, dll
Populasi setelah
Bencana
Individu yang sakit
secara klinis:
gangguan psikiatri
apapun
Individu yang
depresi, trauma
Individu yang syok,
berduka, takut dan
merasa bersalah
Intervensi
Dokter, psikiater,
psikolog, terapis
Profesional
kesehatan mental
yang terampil
konseling
Tenaga Kesehatan
di Pelayanan
Primer
Pekerja sosial terlatih
Relawan memberikan
informasi psikososial
& membangun
kesadaran
Keluhan
Psikosomatik
40.
41. - PELAYANAN
GAWAT DARURAT
- PERAWATAN
DEFINITIF
SISTEM RUJUKANDAERAH
BENCANA
HOSPITAL CARE
TITIK
PENGUNGSIAN
TRIAGE
RESUSITASI EVAKUASI
TIM AMBULAN
POS UNGSI SEMENTARA
PRE-HOSPITAL
SUB KLASTER KIA DAN REPRODUKSI
SUB KLASTER KESEHATAN JIWA
SUB KLASTER GIZI
SUB KLASTER PENGENDALIAN PENYAKIT, PENYEHATAN
LINGKUNGAN DAN PENYEDIAAN AIR BERSIH
S U B K L A S T E R P E L A Y A N A N K E S E H A T A N
S U B K L A S T E R D V I
42. CARI – TEMUKAN – TOLONG –
EVAKUASI
SELAMATKAN HIDUP
SELAMATKAN KECACATAN
43. RESCUE
- JAUHKAN DARI HAZARD
- LIFE & LIMB SAFING
RELIEF
- PASTIKAN FUNGSI
LAYANAN KESEHATAN
BERJALAN DENGAN
TERPENUHINYA
PERSYARATAN MINIMAL
REHABILITATION
- KEMBALIKAN PROGRAM
SEPERTI SEMULA SESUAI DNG
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN KESEHATAN
DAERAH / NASIONAL
B
E
N
C
A
N
A
A R EA TA NGGA P DA R UR AT
I N C I D E N T C O M M A N D E R D A N K L A S T E R
AREA REHABILITASI –
REKONSTRUKSI
TIM TERPADU REHAB-REKON
PENGUNGSIAN /
HUNIAN SEMENTARA HUNIAN TETAPDAERAH BAHAYA
CAPAIAN HASIL PEMBANGUAN KESEHATAN
POKOK-POKOK RESPON BENCANA
RHA-1
RHA-2
RHA-3
SIAGA DARURAT TANGGAP DARURAT PEMULIHAN DARURAT
E
W
S
EMERGENCY RESPONS PUBLIC HEALTH RESPONS
44. PASTIKAN FUNGSI LAYANAN KESEHATAN
DASAR DAN RUJUKAN BERJALAN DENGAN
TERPENUHINYA PERSYARATAN MINIMAL
45. RESCUE
- JAUHKAN DARI HAZARD
RELIEF
- PASTIKAN FUNGSI
LAYANAN KESEHATAN
BERJALAN DENGAN
TERPENUHINYA
PERSYARATAN MINIMAL
REHABILITATION
- KEMBALIKAN PROGRAM
SEPERTI SEMULA SESUAI DNG
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN KESEHATAN
DAERAH / NASIONAL
B
E
N
C
A
N
A
A R EA TA NGGA P DA R UR AT
I N C I D E N T C O M M A N D E R D A N K L A S T E R
AREA REHABILITASI –
REKONSTRUKSI
TIM TERPADU REHAB-REKON
PENGUNGSIAN /
HUNIAN SEMENTARA HUNIAN TETAPDAERAH BAHAYA
CAPAIAN HASIL PEMBANGUAN KESEHATAN
POKOK-POKOK RESPON KESEHATAN
RHA-1
RHA-2
RHA-3
SIAGA DARURAT TANGGAP DARURAT PEMULIHAN DARURAT
E
W
S
EMERGENCY RESPONS PUBLIC HEALTH RESPONS
46.
47. TUGAS TIM TRIAGE DI
LAPANGAN
1. Tim Medis yg tiba pertama kali di TKP akan
mengambil alih tugas triage
2. Jangan menjadi pengangkut tandu.
Mintalah bantuan segera bila tidak tersedia.
3. Jelaskan peran pengangkut tandu.
4. Tunjukkan pada mereka lokasi P1, P2, P3
dan korban yang sudah meninggal.
5. Yakinkan semua penderita P1 dan P2
dipindahkan dengan tandu
6. Bantulah tim lain bila sudah selesai
melakukan triage
47
48. TUGAS TIM TRIAGE DI
LAPANGAN
Bila tim triage ditempat lain belum tiba:
7. Pada titik evakuasi yakinkan satu ambulance
untuk satu pasien. Medics/Ambulance Officers
tak dapat merawat lebih dari satu pasien P1
8. Filosofi: Load and go di lapangan.
48
49.
50. 1. Overload pasien kelelahan
2. Konsentrasi menurun risiko malpraktek
3. Tertular penyakit selalu gunakan APD
lengkap, universal precaution harus tetap
dijalankan
4. Menjadi korban (terluka/meninggal) saat
mengevakuasi pasien pahami daerah
kerja, situasi keamanan
5. Stres berat akibat melihat banyak
korban meninggal, wabah merajalela,
tekanan politis, kehilangan anggota
keluarga