Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan jenis bencana, manajemen bencana, aspek kesehatan mental pada bencana, pengurangan dampak bencana, triase, dampak bencana terhadap petugas kesehatan, dan penanggulangan krisis kesehatan pada masa Covid-19."
4. ALAM NON ALAM SOSIAL
DAMPAK KESEHATAN
(TERHADAP KELOMPOK RENTAN)
Gagal teknologi, kebakaran,
epidemi dll
Konflik Sosial, Teror, Bom, dll
Gempa bumi, tsunami,
letusan gunung api,
banjir, kekeringan, angin
topan, longsor dll
PENGERTIAN: PERISTIWA ATAU RANGKAIAN PERISTIWA YANG
MENGANCAM DAN MENGGANGGU KEHIDUPAN DAN
PENGHIDUPAN MASYARAKAT YANG DISEBABKAN:
5. 52,33% RISIKO TINGGI
47,67% RISIKO SEDANG
TIDAK ADA RISIKO RENDAH
388 (78 %) kab/kota: risiko tinggi
109 (22 %) kab/kota: risiko sedang
INDEKS RISIKO BENCANA INDONESIA TAHUN 2018
6. DAMPAK KESEHATAN
(TERHADAP KELOMPOK RENTAN)
TIDAK MENJADI KRISIS
DIBANTU DARI LUAR
KRISIS KESEHATAN
TIDAK MAMPU DIATASI
OLEH
KAPASITAS YANG ADA
MAMPU DIATASI OLEH
KAPASITAS YANG ADA
7. • Krisis Kesehatan adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengakibatkan timbulnya korban
jiwa, korban luka/sakit, pengungsian, dan/atau
adanya potensi bahaya yang berdampak pada
kesehatan masyarakat yang membutuhkan respon
cepat di luar kebiasaan normal dan kapasitas
kesehatan tidak memadai.
10. Upaya Kesiapsiagaan
pada masa Covid-19
Pada masa Pandemi COVID-19 atau saat COVID-19 masih menjadi
ancaman, upaya penanggulangan krisis kesehatan harus diintegasikan
dengan adaptasi kebiasaan baru yaitu menerapkan protokol kesehatan
untuk pencegahan penyebaran COVID-19.
Kesiapsiagaan pada masa COVID-19 adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi krisis kesehatan dan mencegah
terjadinya penyebaran COVID-19 pada kondisi krisis kesehatan, melalui
pengorganisasian serta langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
11.
12. PENGURANGAN
RISIKO BENCANA
KLASTER
KESEHATAN
1
2
PENINGKATAN
KAPASITAS
KOLABORASI,
KOORDINASI,
INTEGRASI
Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia baik
dalam hal manajerial maupun teknis.
Upaya ini harus dilakukan sesegera mungkin secara
efektif dan efisien dengan tujuan agar SDM tersebut
memahami manajemen krisis kesehatan maupun upaya
teknis yang dilakukan harus terintegrasi dengan
adaptasi kebiasaan baru untuk menerapakan protokol
kesehatan penyebaran COVID-19.
Menyiapkan ketersediaan sarana prasarana kesehatan
dan perbekalan kesehatan yang memadai untuk upaya
tanggap darurat;
Sarana prasarana kesehatan dan perbekalan kesehatan
yang dipersiapkan untuk antisipasi risiko bencana di
wilayahnya juga harus ditambahkan kebutuhan untuk
penerapan protokol kesehatan COVID-19 yaitu antara
lain alat pelindung diri bagi petugas (masker bedah,
face shield/goggle dan sarung tangan) dan untuk
masyarakat terutama untuk kelompok rentan dan
masyarakat yang sakit (masker bedah). Selain itu juga
perlu dipersiapkan sarana prasarana untuk hygiene dan
sanitasi seperti hand sanitizer dan disinfektan.
17. PARADIGMA MANAJEMEN BENCANA
S E N D A I F R A M E W O R K F O R D I S A S T E R R I S K R E D U C T I O N
2 0 1 5 - 2 0 3 0
PASKA
BENCANA
PRA
BENCANA
BENCANA
MANAJEMEN
RESIKO
18.
19. KLASTER
KESEHATAN
TIM DATA &
INFORMASI
TIM LOGISTIK
KESEHATAN
TIM PROMOSI
KESEHATAN
SUB KLASTER
PELAYANAN
KESEHATAN
SUB KLASTER
PENGENDALI AN
PENYAKIT DAN
PENYEHATAN
LINGKUNGAN
SUB KLASTER
PELAYANAN GIZI
SUB KLASTER
KESEHATAN JIWA
SUB KLASTER KIA
& REPRODUKSI
SUB KLASTER
DVI
23. STANDAR MANAJEMEN KESEHATAN
1. Melakukan RHA (Rapid Health Assessment) dan juga
memperhatikan kebutuhan untuk pelaksanaan protokol
kesehatan COVID-19 ;
2. Aktivasi Klaster Kesehatan dan mobilisasi EMT dan
PHRRT;
3. Menyusun dan melaksanakan Rencana Operasi Krisis
Kesehatan berdasarkan hasil RHA dan Rencana Kontigensi
(jika sudah ada) dengan memperhatikan protokol
kesehatan COVID-19
4. Memobilisasi sarana prasarana kesehatan, dan
perbekalan kesehatan yang memadai;
24. 5. Memastikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
terdampak berjalan sesuai standar dan telah terintegrasi
dengan Protokol kesehatan COVID-19 dengan
memperhatikan kepentingan kelompok rentan;
6. Mengintensifkan pemantauan perkembangan situasi
(memberikan informasi awal kejadian, informasi penilaian
cepat kesehatan, dan informasi perkembangan); dan
7. Melaksanakan komunikasi Krisis Kesehatan.
STANDAR MANAJEMEN KESEHATAN
25.
26. SUB KLASTER
PELAYANAN KESEHATAN
• Perkirakan secara cepat kondisi korban:
– Berapa jumlahnya
– Apakah nyata/potensial mengancam jiwa – kecacatan
– Bagaimana kecenderungan kejadian korban
– Apakah kapasitas lokal mampu mengatasi
– Apakah ada kasus suspek/konfirmasi/kontak erat/probable
COVID-19?
• Pemulihan fungsi yankes
– Yankes Pra RS ( Lapangan, Pos Kesehatan, Puskesmas)
– Rumah Sakit (antar rumah sakit)
• Penyiapan jejaring dan sarana yankes rujukan
• Penugasan tim darurat medis (EMT)
• Fasilitas pelayanan kesehatan
27. SUB KLASTER
P2 & KESLING
• Surveilans penyakit dan faktor risiko
• Imunisasi
• Pengendalian vektor
• Pencegahan dan pengendalian penyakit
termasuk untuk COVID-19
• Pengawasan dan perbaikan kualitas air
• Pengawasan pembuangan kotoran
• Sanitasi pengelolaan sampah
• Pengawasan dan pengamanan makanan dan
minuman
28. SUB KLASTER
PELAYANAN GIZI
• Pengawasan bantuan pangan
• Pengawas penyelenggaraan dapur umum
• Ketika situasi sudah mulai agak stabil melakukan penilaian gizi balita
dan faktor pemburuknya serta memastikan pemberian makanan
sesuai dengan spesifik kebutuhan
• Melaksanakan pemberian makanan tambahan dan suplementasi gizi.
• Memastikan ASI tetap diberikan dalam situasi darurat & melakukan
pengawasan pemberian susu formula
• Mengupayakan menu makanan dapat sesuai dengan kebiasaan
makan setempat, mudah diangkut, disimpan dan didistribusikan serta
memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral
29. SUB KLASTER
KESPRO
Latar Belakang :
• Risiko kekerasan seksual dapat meningkat selama ketidakstabilan
sosial
• Penularan IMS/HIV dapat meningkat di area dengan kepadatan
populasi tinggi
• Kurangnya layanan Keluarga Berencana meningkatkan risiko yang
berhubungan dengan kehamilan yang tidak diinginkan
• Kekurangan gizi dan epidemi meningkatkan risiko komplikasi
kehamilan
• Kelahiran terjadi selama perpindahan populasi
• Kurangnya akses kepada layanan gawatdarurat kebidanan
komprehensif meningkatkan risiko kematian ibu
• Kebutuhan untuk melanjutkan kehidupan seksual yang sehat
30. Penerapan Kespro dalam situasi darurat melalui penerapan Paket
Pelayanan Awal Minimum (PPAM) :
1. Mengidentifikasi koordinator PPAM Kespro
2. Mencegah dan menangani kekerasan seksual
3. Mencegah penularan IMS/HIV
4. Mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian maternal dan
neonatal termasuk mengantisipasi untuk
suspek/probable/konfirmasi/kontak erat COVID-19
5. Merencanakan tersedianya pelayanan kesehatan reproduksi
komprehensif yang terintegrasi ke dalam layanan kesehatan dasar
segera setelah situasi menjadi stabil atau memungkinkan
SUB KLASTER
KESPRO
31. SUB KLASTER
KESEHATAN JIWA
• Intervensi Sosial menyebarluaskan
informasi tentang kedaruratan,
penyelamatan fisik terhadap populasi,
informasi tentang pertolongan, dan lokasi
kerabat; menyebarluaskan informasi yang
sederhana dan empati untuk menenangkan
masyarakat; Psychological First Aid
• Intervensi Psikologis Menangani dan
merujuk keluhan psikiatrik yang mendesak
32. SUB KLASTER DVI
1. Koordinasi,
melihat lokasi,
evakuasi
2. Pengumpulan
data post
mortem
3. Pengumpulan
Data Ante
Mortem
4. Rekonsiliasi
proses
5. Pengembalian
jenazah pada
keluarga
33. TIM DATA DAN INFORMASI
• Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data
• Data yang dihasilkan : Informasi awal, RHA, perkembangan
TIM LOGISTIK KESEHATAN
• Menyediakan fasilitas, jasa, dan bahan-bahan serta perlengkapan
untuk pelayanan kesehatan Melaksanakan koordinasi,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan transportasi
bantuan logistik dan peralatan kesehatan;
• Melaksanakan penyelenggaraan dukungan, air bersih dan sanitasi
umum;
34. TIM PROMOSI KESEHATAN
1. Penyebarluasan Informasi dan Edukasi PHBS dalam kedaruratan
• Memakai masker
• Terus memberikan ASI pada bayi
• Biasakan Cuci tangan pakai sabun
• Menggunakan air bersih
• BAB di jamban, buang sampah ditempatnya
• Memanfaatkan pelayanan kesehatan
• Melindungi anak
• Makan makanan bergizi
• Tidak merokok di pengungsian
• Menjaga jarak minimal 1 meter
• Bermain sambil belajar
2. Menyediakan media KIE
35.
36. DAMPAK PSIKOLOGIS AKIBAT BENCANA
PENGALAMAN BENCANA
Reaksi
Traumatik
Reaksi
Kehilangan
Kaget,
penyangkalan,
marah, putus
asa
PTSD
(post traumatic
stres disorder)
Duka Cita
Rasa bersalah
Depresi
G. Penyesuaian
G. Cemas
G. Psikosomatik
STRES SEKUNDER:
Pola hidup yang tiba-tiba
berubah
Krisis ekonomi
Perubahan atau hilangnya
masyarakat lokal
Perubahan dalam situasi
dukungan sosial
PULIH
37. RESPON PSIKOLOGIS
PADA PENYINTAS (Korban Selamat)
Respon dari orang-orang yang terkena bencana
dapat dibagi atas 3 kategori utama
Respon psikologis normal, tidak membutuhkan
intevensi khusus
Respon psikologis disebabkan distres atau
disfungsi sesaat, membutuhkan bantuan pertama
psikososial (psychological first aid)
Distress atau disfungsi berat (gangguan jiwa) yang
membutuhkan bantuan profesi kesehatan jiwa
38. RUJUKAN KESWA DI KOMUNITAS BENCANA
Umum: bingung,
sedih, marah, tidak
percaya
Rumah Sakit
(Jiwa)
Layanan konseling,
psikolog, dokter
organisasi agamis
Kelompok pemulihan,
manajemen stres, konseling
sesama, pemantauan lanjutan
trauma di komunitas
PFA Sensitisasi,
psikoedukasi, pelatihan
keterampilan hidup, dukungan
spiritual, dll
Populasi setelah
Bencana
Individu yang sakit
secara klinis:
gangguan psikiatri
apapun
Individu yang
depresi, trauma
Individu yang syok,
berduka, takut dan
merasa bersalah
Intervensi
Dokter, psikiater,
psikolog, terapis
Profesional
kesehatan mental
yang terampil
konseling
Tenaga Kesehatan
di Pelayanan
Primer
Pekerja sosial terlatih
Relawan memberikan
informasi psikososial
& membangun
kesadaran
Keluhan
Psikosomatik
39.
40. - PELAYANAN
GAWAT DARURAT
- PERAWATAN
DEFINITIF
SISTEM RUJUKANDAERAH
BENCANA
HOSPITAL CARE
TITIK
PENGUNGSIAN
TRIAGE
RESUSITASI EVAKUASI
TIM AMBULAN
POS UNGSI SEMENTARA
PRE-HOSPITAL
SUB KLASTER KIA DAN REPRODUKSI
SUB KLASTER KESEHATAN JIWA
SUB KLASTER GIZI
SUB KLASTER PENGENDALIAN PENYAKIT, PENYEHATAN
LINGKUNGAN DAN PENYEDIAAN AIR BERSIH
S U B K L A S T E R P E L A Y A N A N K E S E H A T A N
S U B K L A S T E R D V I
41.
42. DEFINISI RHA
Serangkaian kegiatan yang meliputi mengumpulkan,
mengolah dan menganalisa data dan informasi guna
mengukur dampak kesehatan dan mengidentifikasi
kebutuhan kesehatan masyarakat terdampak yang
memerlukan respon segera.
(Permenkes 75/2019)
43. TUJUAN RHA
Siaga Darurat
• Menilai dan
menganalisa
potensi risiko
krisis kesehatan
• Proyeksi
kebutuhan
kesehatn
Tanggap Darurat
• Penilaian dampak
kesehatan yang
terjadi
• Proyeksi
kebutuhan awal
pada status
tanggap darurat
Transisi Darurat
• Menginventarisasi
kebutuhan untuk
pemlihan program
bidang kesehatan
44. KAPAN MELAKUKAN RHA ?
Segera setelah ada potensi krisis
kesehatan atau terjadi situasi darurat
krisis kesehatan
Dilakukan di lokasi bencana
KAPAN DAN DI MANA
MELAKUKAN RHA ?
45. Tenaga RHA , minimal
terdiri dari:
Medis
Epidemiolog
Sanitarian
50. Pelayanan Kegawatdaruratan di Tempat
Kejadian oleh Petugas Kesehatan
Triase
Stabilisasi/
Resusitasi
Evakuasi
Medik
Permenkes No. 47/2018
51. Triase
“pemilahan pasien”
Merupakan suatu sistem yang digunakan
dalam mengidentifikasi korban dengan cedera
yang mengancam jiwa untuk kemudian
diberikan prioritas untuk dirawat dan
dievakuasi ke fasilitas kesehatan
52. Warna Triase
Prioritas 1 : Pasien cedera berat mengancam
jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila
ditolong segera
Prioritas 3 : (area observasi) Pasien degan cedera
minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri
atau mencari pertolongan
Prioritas nol : Pasien meninggal atau cedera
fatal yang jelas dan tidak mungkin
diresusitasi.
Prioritas 2 : (area Tindakan) Pasien memerlukan
tindakan defenitif tidak ada ancaman jiwa segera.
55. PENANGANAN DI AREA BENCANA
)
MEDICAL
TRIAGE
EVAKUASI KE RUMKIT
P
A
S
I
E
N
AREA
HITAM
AREA
HIJAU
AREA MERAH AREA KUNING
Evakuasi
Transport
Ambulans
TRANSPORT
NON AMBULANCE
58. 1. Overload pasien kelelahan
2. Konsentrasi menurun risiko malpraktek
3. Tertular penyakit selalu gunakan APD
lengkap, universal precaution harus tetap
dijalankan
4. Menjadi korban (terluka/meninggal) saat
mengevakuasi pasien pahami daerah
kerja, situasi keamanan
5. Stres berat akibat melihat banyak
korban meninggal, wabah merajalela,
tekanan politis, kehilangan anggota
keluarga