SlideShare a Scribd company logo
POKOK BAHASAN 1 :
DASAR DASAR EIDEMIOLOGI
URAIAN MATERI
a. Konsep dasar pendekatan Epidemiolog (Host Agent, Environment)
Apa pengertian epidemiologi?
Kata ’epidemiologi’ berasal dari kata Epi, Demos dan Logos. Epi artinya atas,
Demos artinya masyarakat, dan Logos artinya ilmu. Dari arti kata tersebut,
maka epidemiologi dapat diartikan yaitu:
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari kejadian dan
penyebaran penyakit atau masalah kesehatan serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya, pada sekelompok manusia
tertentu.
Ilmu ini dikembangkan dari pengalaman mempelajari beberapa wabah penyakit pada
waktu-waktu tertentu dengan angka kematian yang tinggi.
Ilmu epidemiologi kini telah berkembang dengan pesat sehingga dikenal beberapa
cabang epidemiologi seperti: epidemiologi penyakit non infeksi, epidemiologi klinik,
epidemiologi kesehatan kerja, dan lain-lain. Sebagai contoh, kini juga dikenal
epidemiologi penyakit-penyakit di rumah sakit, epidemiologi kanker, epidemiologi
kecelakaan lalu lintas dan epidemiologi penyakit akibat kerja, dan sebagainya.
Ada beberapa istilah yang dikenal dalam epidemiologi untuk menggambarkan besar
dan luasnya kejadian penyakit, seperti:
 Endemi, yaitu keadaan dimana penyakit atau penyebab penyakit tertentu secara
terus menerus tetap ada pada populasi manusia dalam suatu area geografis
tertentu.
 Epidemi, yaitu terjadinya kasus dengan sifat yang sama pada sekelompok
manusia pada suatu area geografis tertentu dengan efek yang nyata pada
masyarakat tersebut melebihi insidens yang normal dari penyakit tersebut.
 Common source (epidemik yang ditimbulkan dari sumber yang sama), yaitu
suatu epidemi dimana manusia atau binatang atau benda yang spesifik telah
menjadi alat utama dalam penularan penyakit tersebut.
 Propagated source (epidemi yang timbul akibat sumber penyebaran), yaitu
suatu epidemi dimana infeksi ditularkan dari orang ke orang atau dari binatang
ke binatang dengan cara sedemikian rupa sehingga kasus-kasus yang
ditemukan tidak dapat dikatakan disebabkan oleh penularan dari sumber
tunggal.
 Pandemi, yaitu suatu penyakit epidemi yang mengenai penduduk beberapa
negara atau benua.
(Catatan :saat ini tengah terjadi Pandemi COVID19 yang melanda banyak negara dan benua)
Setelah anda memahami pengertian epidemiologi, anda akan lebih
mudah untuk memahami konsep pendekatan epidemiologi.
Apakah yang dimaksud dengan konsep pendekatan epidemiologi?
Konsep pendekatan epidemiologi berbeda dengan konsep pendekatan
medik. Pendekatan medik memfokuskan pada satu individu sedangkan
konsep epidemiologi memfokuskan pada satu kelompok penduduk dan
berupaya memberikan informasi yang mewakili kelompok penduduk tersebut.
Dalam konsep pendekatan epidemiologi, ada tiga komponen yang menjadi pokok
pembahasan yaitu “host” atau penjamu, penyebab atau “agent”, lingkungan atau
“environment” . Interaksi antara ketiga komponen: “host” (penjamu), “agent”
(penyebab), “environment” (lingkungan), harus seimbang. Bila terjadi gangguan
keseimbangan maka timbul penyakit atau masalah kesehatan pada kelompok
tersebut.
Keseimbangan interaksi antara ketiga komponen tersebut dapat dilihat pada gambar
ini.
Gambar 1. Gambar 2.
ENVIRONMENT
AGENT HOST
AGENT HOST
ENVIRONMENT
Karakteristik dari masing-masing komponen tersebut mempunyai peranan dalam
menentukan cara pencegahan dan penanggulangan jika terjadi gangguan
keseimbangan yang menyebabkan sakit.
Bagian ini akan membantu Anda memahami lebih jelas lagi tentang masing-
masing komponen. Untuk itu pelajari bagian ini dengan cermat.
1. FAKTOR PENYEBAB
Penyebab suatu penyakit (agent)
adalah semua unsur atau elemen hidup maupun tak hidup yang kehadirannya
atau ketidakhadirannya, bila diikuti dengan kontak yang efektif terhadap
manusia yang rentan dalam keadaan yang memungkinkan, akan menjadi
stimuli untuk menginisiasi dan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit
biologis, kimia, nutrisi, mekanik dan agent fisik.
Apa saja yang termasuk dalam faktor penyebab suatu penyakit?
Faktor penyebab terdiri dari penyebab biologis, penyebab kimia, penyebab nutrisi,
penyebab mekanik, penyebab fisik. Dengan melihat penjelasan berikut ini, Anda
akan dapat mengetahui masing-masing faktor penyebab.
a.Penyebab Biologis
Terdapat 6 kelompok penyebab (agent) biologis, yaitu: Protozoa, Metazoa,
Bakteri,Virus,Jamur dan Riketsia.
Dalam menimbulkan suatu penyakit, agent-agent tersebut dipengaruhi oleh
beberapa karakteristik, yaitu:
1) Karakteristik inherent
2) Viabilitas dan resistensi
3) Sifat-sifat yang berhubungan dengan manusia
Faktor-faktor yang penting dalam menimbulkan penyakit yaitu:
1) Infektivitas (derajat penularan), yaitu kemampuan untuk menginfeksi dan
menyesuaikan diri terhadap penjamu.
2) Patogenitas, yaitu kemampuan untuk menimbulkan reaksi jaringan penjamu,
baik lokal atau umum, klinis atau subklinis.
3) Virulensi, yaitu merupakan derajat berat ringannya reaksi yang ditimbulkan
oleh agent.
4) Antigenisitas, yaitu kemampuan untuk merangsang penjamu membuat
mekanisme penolakan/ pertahanan terhadap agent yang bersangkutan.
4) Reservoir dan sumber infeksi
5) Cara penularan
a. Penyebab kimia
Penyebab kimia antara lain: pestisida, “food-addivite”, obat-obatan, limbah
industri, zat-zat yang diproduksi oleh tubuh sebagai akibat dari suatu penyakit
misalnya pada diabetik asidosis, uremia.
Perlu diperhatikan cara transmisi dari agent kimia tersebut sehingga dapat
menimbulkan gangguan, yaitu secara:
a) Inhalasi, terdiri dari zat-zat kimia yang berupa gas (misalnya karbon
monoksida), uap (misalnya uap bensin), debu mineral (misalnya asbestos),
partikel di udara (misalnya zat-zat allergen).
b) Ditelan, misalnya: minuman keras/alkohol, obat-obatan, kontaminasi
makanan, seperti pada keracunan logam berat, dan lain-lain.
c) Melalui kulit, misalnya: keracunan pada pemakaian kosmetika, atau pada
keracunan yang disebabkan oleh racun tumbuh-tumbuhan atau binatang.
b. Penyebab nutrisi
Penyebab nutrisi yang termasuk dalam kategori ini adalah karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, mineral, dan air. Kekurangan atau kelebihan zat-zat tersebut
diatas dapat mengganggu keseimbangan yang mengakibatkan timbulnya
penyakit.
c. Penyebab mekanik
Penyebab mekanik yang termasuk dalam kategori ini adalah friksi yang kronik,
kekuatan mekanik yang dapat mengakibatkan misalnya dislokasi atau patah
tulang, dan lain-lain.
d. Penyebab fisik
Penyebab fisik didapat melalui radiasi – ionisasi, suhu udara, kelebaban, intensitas
suara, getaran, panas, terang cahaya.
2. FAKTOR PENJAMU (HOST)
Faktor penjamu mempunyai ciri-ciri yang sangat luas antara lain: usia, jenis
kelamin, ras, sosial-ekonomi, status perkawinan, penyakit-penyakit terdahulu,
cara hidup, hereditas, nutrisi, dan imunitas.
Mengapa faktor-faktor ini penting untuk diperhatikan.?
Dikatakan penting karena mempengaruhi risiko untuk terpapar sumber infeksi,
kerentanan dan resistensi dari manusia terhadap suatu infeksi atau penyakit
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dapat diklasifikasikan dalam empat komponen, yaitu
lingkungan fisik, biologi, sosial, dan ekonomi.
Interaksi antara agent, host dan environment sehingga terjadi
keseimbangan.
Untuk memberikan gambaran secara grafik mengenai hubungan antara agent-
host-environment, John Gondon menggambarkannya dengan timbangan
keseimbangan.
Selain itu dia juga juga mengemukakan bahwa penyakit menular mengikuti
konsep “biologic laws” yaitu sebagai berikut:
(1) Bahwa suatu penyakit timbul karena terjadi ketidak seimbangan antara
agent penyakit tersebut dengan manusia (host).
(2) Bahwa keadaan keseimbangan tersebut tergantung dari sifat alami dan
karakteristik dari agent dan host (secara individual maupun secara
kelompok).
(3) Bahwa karateristik dari agent dan host, berikut interaksinya, secara
langsung berhubungan dan tergantung pada keadaan alami dari
lingkungan sosial, fisik, ekonomi dan juga lingkungan biologis.
Pada penyakit menular, interaksi tersebut terjadi antara dua organisme hidup;
sedangkan pada penyakit tak menular, terjadi interaksi antara satu organisme
hidup, yaitu manusia, dengan agent-penyakit yang tidak hidup (non biologis).
b. Riwayat alamiah penyakit
Periode prepatogenesa
Setiap keadaan sehat manusia adalah berasal dari proses lain sebelum
manusia itu sendiri terlibat. Sebab-sebab yang dapat mempercepat atau
mempermudah terjadinya sakit secara tidak disadari berlangsung terus
menerus dalam kehidupan manusia. Faktor-faktor hereditas, sosial-ekonomi,
dan lain-lain dapat menimbulkan suatu rangsangan untuk menjadi sakit
sebelum menusianya terjangkit penyakit.
Apabila terjadi interaksi antara faktor-faktor agent, host, dan environment
sebelum proses terjadinya penyakit, maka periode ini disebut sebagai periode
prepatogenesa.
Periode patogenesa
Perjalanan suatu penyakit pada manusia dari interaksi pertama dengan
stimulus yang merangsang terjadinya penyakit tersebut sampai dengan
perubahan-perubahan bentuk dan fungsi dari jaringan, dan selanjutnya
sampai keseimbangan tercapai, yaitu: penyembuhan, menjadi “carrier”, cacat,
atau meninggal, periode ini disebut sebagai periode patogenesa.
Aplikasi dari upaya pencegahan pada penyakit
PREPATOGENESA PATOGENESA
Health
Promotion
Spesific
Protection
Early Diagnosis and
Prompt Treatment
Disability
Limitation
Rehabilitation
Primary
Prevention
Secondary
Prevention
Tertiary
Prevention
Terdapat tiga tahap pencegahan penyakit, sepeti yang ada di bagan diatas yaitu:
1) Pencegahan primer, bertujuan untuk mencegah berkembangnya suatu penyakit
(sebelum penyakit itu terjadi). Hal ini dapat dilakukan pada masa prepatogenesa,
dimana pencegahan ini terdiri dari upaya untuk mendapatkan tingkat kesehatan
(secara umum) yang optimum, serta memberikan perlindungan spesifik. Upaya-
upaya tersebut meliputi: imunisasi, sanitasi lingkungan, proteksi terhadap
kecelakaan, dan lain-lain.
2) Pencegahan sekunder, bertujuan untuk mendeteksi dini dan mengobati suatu
penyakit. Upaya ini dilakukan dengan melaksanakan skrining dan pemeriksaan
kesehatan secara berkala.
3) Pencegahan tersier, meliputi rehabilitasi dari akibat suatu penyakit. Upaya ini
ditujukan untuk suatu penyakit yang menyebabkan cacat atau gejala sisa, supaya
individu yang terkena dapat hidup dengan ketergantungan fisik maupun emosi yang
minimal.
c. Penyakit menular dan penyakit Tidak menular
Konsep riwayat alamiah penyakit diatas adalah suatu konsep yang dinamis.
Setiap perubahan dari ketiga titik (Agent-Host-Environment), atau faktor
tersebut akan mengubah keadaan keseimbangan yang ada, dan
menimbulkan bertambahnya atau berkurangnya frekuensi dari suatu penyakit.
Konsep atau model ini berkembang pada masa penyakit infeksi adalah satu-
satunya (atau terbanyak) jenis penyakit yang ada.
Namun, dengan berkembangnya pengetahuan, yaitu dengan dikenalnya
penyakit non infeksius (tak menular), maka terjadi pula pergeseran dari pola
jenis penyakit dan fokus dari epidemiologi. Perubahan tersebut diikuti dengan
makin diperhatikannya faktor penjamu dan lingkungan, tidak semata-mata
terhadap faktor agent (terutama agent biologis). Sehingga walaupun ilmu
epidemiologi berkembang dari studi mengenai penyakit menular,
penerapannya dapat dipakai pada penyakit tidak menular dan kesehatan
secara umum. Oleh karena itu, sekarang terdapat epidemiologi mengenai
penyakit jantung, penyakit kanker, kecelakaan, dan lain-lain, dimana
pendekatannya menggunakan prinsip yang sama, yaitu interaksi dari agent,
host dan environment.
Perkembangan proses penyakit menular
Penyakit menular yang merupakan hasil dari interaksi antara agent, host, dan
environment, dalam prosesnya, melibatkan enam faktor yang penting (sering disebut
sebagai rantai penularan), yaitu:
1) Agent ( penyebab)
2) Reservoir dari agent (penyebab)
3) Portal dari agent untuk meninggalkan host
4) Cara penularan (transmisi) dari agent ke host baru
5) Portal dari agent masuk ke host yang baru
6) Kerentanan host.
Rantai penularan dari tiap-tiap penyakit perlu diketahui untuk mengidentifikasi upaya-
upaya pemberantasan yang tepat.
1) Agent ( penyebab)
Terdapat enam kategori dari penyebab biologi, yaitu: Protozoa, Metazoa, Bakteri,
Virus, Jamur, Riketsia. Keenam faktor diatas ini telah dibahas diatas (dalam bab
mengenai penyebab ( agent) biologi). Dalam menimbulkan penyakit, faktor-faktor
diatas tersebut tergantung pada: kemampuan agent (penyebab) tersebut untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya diluar tubuh manusia, selain itu
tergantung juga pada virulensinya.
Patogenitas dari Penyebab (agent) tersebut diatas sangat bervariasi terlihat dari
kemampuannya untuk menimbulkan tanda dan gejala klinis. Ada yang tidak
menimbulkan gejala, disebut” “inapparent infection”, yang menimbulkan gejala
adalah “apparent infection”.
Faktor atau organisme tersebut diatas dapat menyerang host dengan cara:
 Proses invasi langsung, misalnya oleh stafilokokus
 Pembuatan toksin yang dapat meracuni manusia, misalnya oleh Cl. Tetani.
 Menimbulkan hipersentivitas, misalnya oleh jamur-jamur tertentu.
2) Reservoir dari penyebab ( agent)
Adalah habitat normal dimana agent penyakit menular hidup, tumbuh, dan
berkembang-biak. Habitat ini dapat berupa manusia (Kasus akut dengan
gejala klinis dan“Carrier cases”) , hewan (binatang peliharaan atau yang berada
di sekitar manusia) dan juga lingkungan (misalnya : tanaman, tanah, dan
air).
3) Portal dari agent untuk meninggalkan host
a. Saluran pernafasan, misalnya mycobacteri tuberculosis
b. Saluran makanan, misalnya salmonella typhus
c. Sistem genito-urinarius, misalnya M. gonococcus
d. Kulit (melalui lesi pada kulit, misalnya pada cacar air , Percutaneous, melalui
gigitan serangan
e. Transplasental, misalnya hepatitis B, rubella, dll.
4) Cara penularan dari agent ke host baru
Dibedakan secara langsung dan tak langsung.
a. Secara langsung
Merupakan penularan yang langsung, yaitu secara kontak atau secara
“droplet spred”. Peran dari kontak pada penularan secara langsung ini
dapat dilihat pada penyebaran penyakit kelamin dan penyakit enteric
(“person to person”). Pada penyakit saluran pernafasan, penyebaran
secara langsung biasanya melalui bersin, Diare, berbicara dengan
penderita.
b. Secara tidak langsung
Dapat terjadi melalui mekanisme yang melibatkan benda hidup
maupun benda tak hidup.
Dikategorikan sebagai berikut:
(1) Vehicle-borne
Meliputi air, makanan, susu, serum, plasma, dll yang berfungsi sebagai
perantara transmisi dan masuknya agent ke dalam host.
(2) Vector-borne
 Bersifat mekanik, yang tidak memerlukan pengembang-biakan dan
perkembangan dari agent dalam mata rantai penularan, misalnya E.
histolytica.
 Bersifat biologik, yang memerlukan proses berkembang-biak dan tumbuh
dalam proses penularan misalnya F. vivax.
(3) Air-borne
Biasanya melalui partikel debu, terdapat pada kebanyakan penularan
penyakit saluran pernafasan.
5) Portal dari agent masuk ke host yang baru
Mekanisme yang terjadi adalah seperti pada mekanisme meninggalkan
host.
6) Kerentanan host
Kerentanan host tergantung pada faktor genetika. Faktor ketahanan tubuh
secara umum, dan imunitas spesifik yang didapat.
Faktor ketahanan tubuh yang penting adalah yang berhubungan dengan kulit,
selaput lendir, keasaman lambung, silia pada saluran pernafasan, dan refleksi
Diare.
Faktor-faktor yang meningkatkan kerentanan adalah malnutrisi, bila
menderita penyakit lain, depresi system imunologi yang dapat terjadi pada
pengobatan penyakit lain (misalnya pada kanker, AIDS, dll).
d. Variabel epidemiologi
Sebelum membahas tentang variabel epidemiologi, ada baiknya terlebih dulu
mempelajari tentang studi epidemiologi deskriptif .
Epidemiologi deskriptif bertujuan mendeskripsikan distribusi, pola,
kecenderungan, perjalanan, dan dampak penyakit menurut karakteristik populasi,
letak geografis, dan waktu. Epidemiologi deskriptif mempelajari penyebaran
penyakit menurut orang (person), tempat (place), dan waktu (time).
Tujuan dari studi epidemiologi deskriptif:
(1) Untuk dapat menggambarkan karakteristik distribusi penyakit atau masalah
kesehatan lainnya pada sekelompok orang atau populasi
(2) Untuk dapat memperhitungkan besar dan pentingnya masalah kesehatan
pada populasi
(3) Untuk dapat mengidentifikasi dugaan faktor “determinant” atau faktor risiko
timbulnya penyakit atau masalah kesehatan yang dapat menjadi dasar
menformulasikan hipotesa
Manfaat epidemiologi deskriptif adalah:
1) Memberikan masukan untuk perencanaan dan alokasi sumber daya kesehatan
tentang penyebaran dan kecenderungan penyakit di suatu populasi tertentu
2) Memberikan petunjuk awal untuk perumusan hipotesis bahwa suatu paparan
adalah faktor risiko penyakit.
Dua kategori epidemiologi deskriptif berdasarkan unit pengamatan dan/atau unit
analisis: (1) populasi; dan (2) individu. Studi epidemiologi deskriptif yang mengamati
populasi mencakup a) Studi ekologis dan b)Time series. Sedangkan studi
epidemiologi deskriptif yang mengamati individu mencakup a)laporan kasus (case
report) dan b) Case series. Termasuk dalam studi deskriptif adalah surveilans.
Epidemiologi deskriptif diharapkan mampu menjawab pertanyaan mengenai faktor
Who, Where, When.
Who (siapa): merupakan pertanyaan tentang faktor orang yang akan dijawab dengan
mengemukakan perihal mereka yang terkena masalah. Bisa mengenai variabel usia,
jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
Where (dimana): pertanyaan mengenai faktor tempat dimana masyarakat tinggal
atau bekerja atau dimana saja kemungkinan mereka mengadapi masalah kesehatan.
Variabelnya dapat berupa urban (kota), rural (desa), pantai, pegunungan, pertanian,
perikanan, industri, pemukiman, tempat kerja, dll.
When (kapan): Pertanyaan ini berhubungan dengan kejadian penyakit dan waktu.
Faktor waktu dapat berupa jam, hari, minggu, bulan, tahun dan musim (musim hujan,
musim panas / kemarau, musim dingan).
Faktor Who, Where, When disebut sebagai variabel Epidemiologi deskriptif yaitu : (1)
variable orang, (2) Variabel waktu, (3) Variabel tempat. Uraian lebih jelasnya sbb :
1) Variabel Orang
Yang dimaksud variable orang adalah karakteristik individu yang ada kaitannya
dengan pemaparan atau kerentanan terhadap suatu penyakit. Karakteristik –
karakteristik yang ada pada variable orang antara lain: umur, jenis kelamin, agama,
etnik grup, pekerjaan, pendidikan, social ekonomi, dll
2) Variabel Waktu
Berdasarkan skala waktu perubahan frekuensi penyakit / masalah kesehatan
menurut waktu dapat dibagi menjadi tiga:
a) Variasi jangka panjang yang disebut “secular trend” , yaitu perubahan
frekuensi penyakit atau masalah kesehatan lainnya yang terjadi dalam jangka
waktu yang lama, bertahun – tahun, puluhan tahun.
b) Fluktuasi frekuensi penyakit atau masalah kesehatan yang terjadi secara
periodik disebut juga perubahan siklik
c) Fluktuasi frekuensi penyakit / masalah kesehatan yang terjadi secara singkat
seperti epidemi.
3) Variabel Tempat
Variabel tempat mendeskrisikan dimana penyakit/masalah kesehatan terjadi yang
berhubungan dengan geografi. Metode analisis yang digunakan dapat membuat
peta pola penyakit dan membuat perbandingan antara area geografi dalam bentuk
tabel, grafik, dan diagram.
Hubungan lokasi dengan penyakit dapat digunakan sebagai dasar hipotesis
etiologi penyakit. Tujuan lainnya untuk membantu manager pelayanan kesehatan
di dalam mengidentifikasi daerah yang bermasalah.
Untuk menganalisa perubahan frekuensi penyakit / masalah kesehatan
berdasarkan tempat dapat dibandingkan sebagai berikut:
a) Berdasarkan perbandingan secara internasional atau antar negara; misalnya
variasi dan ketepatan diagnosis sistem pelaporan
b) Perbandingan dalam negara (perbandingan data penyakit antara satu provinsi
dengan provinsi lainnya, antar kabupaten / kota)
c) Perbandingan antara urban dan rural (kepadatan penduduk, suplai air, tingkat
industrialisasi, sanitasi lingkungan, tingkat pendidikan, dll).
d) Perbandingan antar tempat (batas alamiah: iklim, temperatur, pantai,
pegunungan, persawahan, tambak)
e. Ukuran ukuran epidemiologi
Apa yang dimaksud dengan ukuran-ukuran epidemiologi? Dan bagaimana
menghitung dengan menggunakan ukuran-ukuran tersebut?.
Kita dapat mempelajarinya dengan jelas pada bagian ini sbb :
Pendekatan epidemiologi menggunakan ukuran-ukuran tertentu sebagai indikator.
Ukuran frekuensi penyakit: menggambarkan karakteristik kejadian (“occurrence”)
suatu penyakit atau masalah kesehatan di dalam populasi.
Ukuran – ukuran yang digunakan dalam epidemiologis yaitu: (1) Tipe kuantitas
matematis dan (2) Tipe kuantitas epidemiologis.
1) Tipe Kuantitas Matematis
a) Tanpa denominator
Hitungan (enumerasi) atau angka mutlak
Contoh:
Jumlah kasus campak usia <1 tahun sebanyak: 10 kasus
Jumlah kasus keracunan pangan :25 orang
Jumlah balita: 500 balita
b) Dengan denominator
(1) Proporsi
Proporsi adalah suatu perbandingan dimana pembilang (numerator)
selalu merupakan bagian dari penyebut (denominator). Proporsi
digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasinya.
Apabila angka dasar (konstanta) yang dipakainya adalah 100, maka
disebut prosentase.
Rumus:
X
X 100%
X + Y
Contoh:
Jumlah kasus TB wanita = 30
Jumlah kasus TB laki – laki = 70
Jumlah kasus TB wanita
X 100%
Jumlah seluruh kasus TB (wanita+pria)
Proporsi kasus TB wanita nya adalah: 30 / 100 x 100% = 30%
(2) Rate
Rate adalah ukuran proporsi yang memasukkan unsur periode waktu
pengamatan dalam denominatornya; sehingga ditulis
a / [ a+b) x (waktu)].
Rate disebut juga laju. Rate adalah perbandingan antara jumlah
suatu kejadian terhadap jumlah penduduk yang mempunyai risiko
terhadap kejadian tersebut menyangkut interval waktu.
Rate digunakan untuk menyatakan dinamika atau kecepatan kejadian
tertentu dalam suatu masyarakat tertentu pula.
Contoh:
Pada tahun 2004, ada 100 kasus demam berdarah di suatu kota yang
berpenduduk 1.250.000 orang. Berapa rate kasus demam berdarah di
kota itu ?
orang100.000perkasus8Rate berdarahdemam =
(3) Ratio
Ratio merupakan perbandingan antara dua kejadian dimana antara
orang
kasus
orang
kasus
Populasi
kasus
Rate
12500
1
000.250.1
100
===


numerator dan denominator tak ada sangkut pautnya
Contoh:
a) Sex ratio penduduk pria terhadap wanita, misalnya:
Jumlah Penduduk Laki-laki = 120.000 orang
Jumlah Penduduk wanita = 125.000 orang
Berarti rasionya adalah: 120.000 / 125.000 = 0,96 (artinya rasio
penduduk laki – laki dengan penduduk perempuan hampir
seimbang (mendekati angka 1).
b) Ratio tenaga kesehatan epidemiolog terhadap jumlah penduduk
2) Tipe kuantitas epidemiologis
Tipe kuantitas epidemiologis dibagi menjadi 3 ukuran, yaitu: (1) Ukuran
Frekuensi penyakit, (2) Ukuran asosiasi dan (3) ukuran dampak.
Dalam modul ini hanya akan dibahas berkaitan dengan ukuran frekuensi
penyakit. Ukuran frekuensi penyakit merefleksikan besar kejadian penyakit
(morbiditas) atau kematian karena penyakit (mortalitas) dalam suatu populasi
dan biasanya diukur sebagai suatu rate atau proporsi. Ukuran frekuensi
penyakit dibagi menjadi: (1) Insidens, (2) Prevalens dan (3) mortalitas.
(1) Insidens
Insidens merefleksikan jumlah kasus baru (insiden) yang berkembang dalam
suatu periode waktu di antara populasi yang berisiko. Yang dimaksud kasus
baru adalah perubahan status dari sehat menjadi sakit (kejadian / kasus
penyakit yang baru saja memasuki fase klinik dalam riwayat alamiah
penyakit). Sedangkan periode waktu adalah jumlah waktu yang diamati
selama sehat hingga menjadi sakit. Ukuran frekuensi insidensi penyakit
dapat dibedakan menjadi dua macam: (1) Insidens Kumulatif; dan (2) Laju
Insidensi (Insidance Density).
a) Insidens Kumulatif
Nama lainnya adalah risk, proporsi insidens. Insidens kumulatif
(cumulative incidence = CI) adalah parameter yang menunjukkan taksiran
probabilitas (risiko , risk) seseorang untuk terkena penyakit (atau untuk
hidup) dalam suatu jangka waktu. Memerlukan bahwa semua non-kasus
diamati selama seluruh periode pengamatan.
Insidens kumulatif merupakan proporsi orang yang terkena penyakit
diantara semua orang yang berisiko terkena penyakit tersebut. Karena
probabilitas, maka insidens kumulatif selalu bernilai antara 0 dan 1.
Rumus Insidens Kumulatif:
waktupermulaanpadaberisikoorangJumlah
tertentuwaktuperiodeselamainsidenskasusJumlah
kumulatifInsidens =
Beberapa contoh Insidens Kumulatif:
 Attack Rate : jenis khusus insidens kumulatif yang berguna selama
epidemik
 Angka kematian kasus ( case fatality “rate” = risk) untuk penyakit,
misalnya case fatality rate penyakit difteri, rabies, dll
 Risiko kejang demam sejak lahir hingga usia 6 tahun
 Probabilitas kelangsungan hidup dalam setahun setelah diagnosis
kanker paru
Kegunaan insidens kumulatif adalah:
(1) sebagai ukuran alternatif incidence density / laju insidens dalam
mempelajari etiologi penyakit;
(2) Mengetahui risiko populasi untuk mengalami prognosis penyakit;
(3) Mengetahui kelompok –kelompok dalam populasi yang memerlukan
intervensi kesehatan.
(2)Prevalens
Prevalens merefleksikan jumlah kasus yang ada (kasus lama maupun kasus
baru) dalam populasi dalam suatu waktu atau periode waktu tertentu .
Prevalens juga merupakan probabilitas bahwa seorang individu menjadi
kasus (atau menjadi sakit) dalam waktu atau periode waktu tertentu.
Prevalensi adalah proporsi individu – individu yang berpenyakit dari suatu
populasi, pada satu titik waktu atau periode waktu. Ada dua jenis prevalensi:
(1) prevalensi titik, dan (2) prevalensi periode.
a) Prevalensi Titik
adalah proporsi dari individu – individu dalam populasi yang terjangkit
penyakit pada suatu titik waktu.
Rumus prevalensi titik:
Misalnya dalam suatu survei kecacingan dari 5000 siswa SD di Kabupaten
X diketemukan 3500 feses siswa mengandung cacing ascaris lumbricoides
, sehingga prevalens titiknya yaitu : 3500 / 5000 = 70%
b) Prevalens Periode
merupakan perpaduan prevalensi titik dan insidensi. Prevalensi periode
adalah probabilitas individu dari populasi untuk terkena penyakit pada
saat dimulainya pengamatan, atau selama jangka waktu pengamatan.
Rumus prevalens periode:
(3) Mortalitas
Merefleksikan jumlah kematian dalam suatu populasi
a) Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate = CDR)
Rumus CDR:
Jumlah kematian per tahun
X 100Jumlah Populasi rata – rata pada tahun itu
b) Case Fatality Rate (CFR)
Jumlah kematian penyakit tertentu
dalam periode tertentu
X 100
Jumlah penderita penyakit tersebut
dalam periode waktu yang sama
Sekarang saya tahu
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari kejadian dan penyebaran penyakit atau
masalah kesehatan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, pada sekelompok
manusia atau penduduk.
Konsep pendekatan epidemiologi memfokuskan pada satu kelompok penduduk
dan berupaya memberikan informasi yang mewakili kelompok penduduk tersebut.
Konsep pendekatan epidemiologi, ada tiga komponen pembahasan yaitu “host”
atau penjamu, penyebab atau “agent”, lingkungan atau “environment” .
Interaksi antara agent-host-environment, yaitu keadaan dimana agent, host, dan
environment saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dan menginisiasi
timbulnya suatu proses penyakit, terjadi baik pada tahap prepatogenesa maupun
patogenesa.
Epidemiologi deskriptif mempelajari penyebaran penyakit menurut orang (person),
tempat (place), dan waktu (time).
Sekarang saya tahu apa dan bagaimana ukuran ukuran epidemiologi seperti
pada ringkasan-ringkasan dan contoh perhitungannya sbb:
Ringkasan Ukuran dalam Epidemiologi
Ringkasan Ukuran dalam Epidemiologi
Tipe Kuantitas Matematis
Ringkasan Ukuran dalam Epidemiologi
Ukuran Frekuensi Penyakit

More Related Content

What's hot

Mpi.3 pokok bahasan 4
Mpi.3 pokok bahasan 4Mpi.3 pokok bahasan 4
Mpi.3 pokok bahasan 4
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Konsep penyelidikan KLB
Konsep penyelidikan KLBKonsep penyelidikan KLB
Konsep penyelidikan KLB
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Memahami Wabah, Epidemi, dan Pandemi
Memahami Wabah, Epidemi, dan PandemiMemahami Wabah, Epidemi, dan Pandemi
Memahami Wabah, Epidemi, dan Pandemi
Lestari Moerdijat
 
Pokok bahasan 2
Pokok bahasan 2Pokok bahasan 2
Pokok bahasan 2
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Prosedur Pemberdayaan Masyarakat Khusus
Prosedur Pemberdayaan Masyarakat KhususProsedur Pemberdayaan Masyarakat Khusus
Prosedur Pemberdayaan Masyarakat Khusus
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Mpi.3 pokok bahasan 2
Mpi.3 pokok bahasan 2Mpi.3 pokok bahasan 2
Mpi.3 pokok bahasan 2
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Mpi.3 pokok bahasan 3
Mpi.3 pokok bahasan 3Mpi.3 pokok bahasan 3
Mpi.3 pokok bahasan 3
WiandhariEsaBBPKCilo
 
PB 3_Tampilan Data Peta.pptx
PB 3_Tampilan Data Peta.pptxPB 3_Tampilan Data Peta.pptx
PB 3_Tampilan Data Peta.pptx
rina543646
 
Pengembangan Surveilans Penyakit Berbasis Masyarakat
Pengembangan Surveilans Penyakit Berbasis MasyarakatPengembangan Surveilans Penyakit Berbasis Masyarakat
Pengembangan Surveilans Penyakit Berbasis Masyarakat
pjj_kemenkes
 
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi
Syahrum Syuib
 
Modul inti 2
Modul inti 2Modul inti 2
Modul inti 2
rickygunawan84
 
Laporan penyelidikan kejadian Luar Biasa
Laporan penyelidikan kejadian Luar BiasaLaporan penyelidikan kejadian Luar Biasa
Laporan penyelidikan kejadian Luar Biasa
HMRojali
 
Sistem Kewaspadaan Dini KLB
Sistem Kewaspadaan Dini KLBSistem Kewaspadaan Dini KLB
Sistem Kewaspadaan Dini KLB
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Bahan ajar penyakit potensial wabah penyelidikan epidemiologi
Bahan ajar penyakit  potensial wabah  penyelidikan epidemiologiBahan ajar penyakit  potensial wabah  penyelidikan epidemiologi
Bahan ajar penyakit potensial wabah penyelidikan epidemiologi
HMRojali
 
Manajemen bencana bidang kesehatan
Manajemen bencana bidang kesehatanManajemen bencana bidang kesehatan
Manajemen bencana bidang kesehatanJoni Iswanto
 
Modul pelaksanaan penyelidikan klb
Modul pelaksanaan penyelidikan klbModul pelaksanaan penyelidikan klb
Modul pelaksanaan penyelidikan klb
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Konsep pencegahan dan pengendalian klb wabah
Konsep pencegahan dan pengendalian klb wabahKonsep pencegahan dan pengendalian klb wabah
Konsep pencegahan dan pengendalian klb wabah
Anggita Dewi
 
Kegiatan pokok surveilans
Kegiatan pokok surveilansKegiatan pokok surveilans
Kegiatan pokok surveilansraysa hasdi
 
BAB 1 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR
BAB 1 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULARBAB 1 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR
BAB 1 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR
NajMah Usman
 
Survailance emergency
Survailance emergencySurvailance emergency
Survailance emergencyJoni Iswanto
 

What's hot (20)

Mpi.3 pokok bahasan 4
Mpi.3 pokok bahasan 4Mpi.3 pokok bahasan 4
Mpi.3 pokok bahasan 4
 
Konsep penyelidikan KLB
Konsep penyelidikan KLBKonsep penyelidikan KLB
Konsep penyelidikan KLB
 
Memahami Wabah, Epidemi, dan Pandemi
Memahami Wabah, Epidemi, dan PandemiMemahami Wabah, Epidemi, dan Pandemi
Memahami Wabah, Epidemi, dan Pandemi
 
Pokok bahasan 2
Pokok bahasan 2Pokok bahasan 2
Pokok bahasan 2
 
Prosedur Pemberdayaan Masyarakat Khusus
Prosedur Pemberdayaan Masyarakat KhususProsedur Pemberdayaan Masyarakat Khusus
Prosedur Pemberdayaan Masyarakat Khusus
 
Mpi.3 pokok bahasan 2
Mpi.3 pokok bahasan 2Mpi.3 pokok bahasan 2
Mpi.3 pokok bahasan 2
 
Mpi.3 pokok bahasan 3
Mpi.3 pokok bahasan 3Mpi.3 pokok bahasan 3
Mpi.3 pokok bahasan 3
 
PB 3_Tampilan Data Peta.pptx
PB 3_Tampilan Data Peta.pptxPB 3_Tampilan Data Peta.pptx
PB 3_Tampilan Data Peta.pptx
 
Pengembangan Surveilans Penyakit Berbasis Masyarakat
Pengembangan Surveilans Penyakit Berbasis MasyarakatPengembangan Surveilans Penyakit Berbasis Masyarakat
Pengembangan Surveilans Penyakit Berbasis Masyarakat
 
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi
 
Modul inti 2
Modul inti 2Modul inti 2
Modul inti 2
 
Laporan penyelidikan kejadian Luar Biasa
Laporan penyelidikan kejadian Luar BiasaLaporan penyelidikan kejadian Luar Biasa
Laporan penyelidikan kejadian Luar Biasa
 
Sistem Kewaspadaan Dini KLB
Sistem Kewaspadaan Dini KLBSistem Kewaspadaan Dini KLB
Sistem Kewaspadaan Dini KLB
 
Bahan ajar penyakit potensial wabah penyelidikan epidemiologi
Bahan ajar penyakit  potensial wabah  penyelidikan epidemiologiBahan ajar penyakit  potensial wabah  penyelidikan epidemiologi
Bahan ajar penyakit potensial wabah penyelidikan epidemiologi
 
Manajemen bencana bidang kesehatan
Manajemen bencana bidang kesehatanManajemen bencana bidang kesehatan
Manajemen bencana bidang kesehatan
 
Modul pelaksanaan penyelidikan klb
Modul pelaksanaan penyelidikan klbModul pelaksanaan penyelidikan klb
Modul pelaksanaan penyelidikan klb
 
Konsep pencegahan dan pengendalian klb wabah
Konsep pencegahan dan pengendalian klb wabahKonsep pencegahan dan pengendalian klb wabah
Konsep pencegahan dan pengendalian klb wabah
 
Kegiatan pokok surveilans
Kegiatan pokok surveilansKegiatan pokok surveilans
Kegiatan pokok surveilans
 
BAB 1 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR
BAB 1 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULARBAB 1 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR
BAB 1 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR
 
Survailance emergency
Survailance emergencySurvailance emergency
Survailance emergency
 

Similar to Pokok bahasan 1

Materi inti 13 determinan kesehatan
Materi inti 13 determinan kesehatanMateri inti 13 determinan kesehatan
Materi inti 13 determinan kesehatan
Tini Wartini
 
Epidemiologi kebidanan
Epidemiologi kebidananEpidemiologi kebidanan
Epidemiologi kebidananHayar Laode
 
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
NajMah Usman
 
Makalah penyakit menular dan tidak menular
Makalah penyakit menular dan tidak menularMakalah penyakit menular dan tidak menular
Makalah penyakit menular dan tidak menular
Mansurudin Rafa
 
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdf
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdfMI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdf
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdf
AsepSaefunnajat
 
Ilmu kebidanan
Ilmu kebidananIlmu kebidanan
Ilmu kebidananRivai Sam
 
Epidemiologi
EpidemiologiEpidemiologi
Epidemiologi
fikri asyura
 
Makalah penyakit menular
Makalah penyakit menularMakalah penyakit menular
Makalah penyakit menular
Septian Muna Barakati
 
Pengantar Epidemiologi
Pengantar EpidemiologiPengantar Epidemiologi
Pengantar EpidemiologiSariana Csg
 
Makalah penyakit menular
Makalah penyakit menularMakalah penyakit menular
Makalah penyakit menular
Warnet Raha
 
Konsep dasar epidemiologi
Konsep dasar epidemiologiKonsep dasar epidemiologi
Konsep dasar epidemiologi
Anggita Dewi
 
AGENT_+PESTISIDA.ppt
AGENT_+PESTISIDA.pptAGENT_+PESTISIDA.ppt
AGENT_+PESTISIDA.ppt
ssuser685b7b
 
konsep dasar epidemologi kespro dan overview issue glowal kesehatan reproduks...
konsep dasar epidemologi kespro dan overview issue glowal kesehatan reproduks...konsep dasar epidemologi kespro dan overview issue glowal kesehatan reproduks...
konsep dasar epidemologi kespro dan overview issue glowal kesehatan reproduks...
CeceLisa
 
Konsep dasar epidemiologi penyakit
Konsep dasar epidemiologi penyakitKonsep dasar epidemiologi penyakit
Konsep dasar epidemiologi penyakit
Agriculture Faculty at Universitas Islam Nusantara
 
Kaedah epidemiologi
Kaedah epidemiologiKaedah epidemiologi
Kaedah epidemiologi
Muhammad Nasrullah
 
Lingkungan & kesehatan_ners_b
Lingkungan & kesehatan_ners_bLingkungan & kesehatan_ners_b
Lingkungan & kesehatan_ners_bAqiem Hajimahmud
 
Unit 8 epidemiologi penyakit berjangkit dan berbahaya
Unit 8 epidemiologi penyakit berjangkit dan berbahayaUnit 8 epidemiologi penyakit berjangkit dan berbahaya
Unit 8 epidemiologi penyakit berjangkit dan berbahayanorizan simbok
 
05. konsep dasar epidemiologi penyakit
05. konsep dasar epidemiologi penyakit05. konsep dasar epidemiologi penyakit
05. konsep dasar epidemiologi penyakit
Syahrum Syuib
 
triad epid HIV.docx
triad epid HIV.docxtriad epid HIV.docx
triad epid HIV.docx
asepperisetiawan
 

Similar to Pokok bahasan 1 (20)

Materi inti 13 determinan kesehatan
Materi inti 13 determinan kesehatanMateri inti 13 determinan kesehatan
Materi inti 13 determinan kesehatan
 
Epidemiologi kebidanan
Epidemiologi kebidananEpidemiologi kebidanan
Epidemiologi kebidanan
 
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
 
Makalah penyakit menular dan tidak menular
Makalah penyakit menular dan tidak menularMakalah penyakit menular dan tidak menular
Makalah penyakit menular dan tidak menular
 
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdf
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdfMI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdf
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdf
 
Ilmu kebidanan
Ilmu kebidananIlmu kebidanan
Ilmu kebidanan
 
Epidemiologi
EpidemiologiEpidemiologi
Epidemiologi
 
Makalah penyakit menular
Makalah penyakit menularMakalah penyakit menular
Makalah penyakit menular
 
Pengantar Epidemiologi
Pengantar EpidemiologiPengantar Epidemiologi
Pengantar Epidemiologi
 
Makalah penyakit menular
Makalah penyakit menularMakalah penyakit menular
Makalah penyakit menular
 
Konsep dasar epidemiologi
Konsep dasar epidemiologiKonsep dasar epidemiologi
Konsep dasar epidemiologi
 
AGENT_+PESTISIDA.ppt
AGENT_+PESTISIDA.pptAGENT_+PESTISIDA.ppt
AGENT_+PESTISIDA.ppt
 
konsep dasar epidemologi kespro dan overview issue glowal kesehatan reproduks...
konsep dasar epidemologi kespro dan overview issue glowal kesehatan reproduks...konsep dasar epidemologi kespro dan overview issue glowal kesehatan reproduks...
konsep dasar epidemologi kespro dan overview issue glowal kesehatan reproduks...
 
Konsep dasar epidemiologi penyakit
Konsep dasar epidemiologi penyakitKonsep dasar epidemiologi penyakit
Konsep dasar epidemiologi penyakit
 
Kaedah epidemiologi
Kaedah epidemiologiKaedah epidemiologi
Kaedah epidemiologi
 
Lingkungan & kesehatan_ners_b
Lingkungan & kesehatan_ners_bLingkungan & kesehatan_ners_b
Lingkungan & kesehatan_ners_b
 
Unit 8 epidemiologi penyakit berjangkit dan berbahaya
Unit 8 epidemiologi penyakit berjangkit dan berbahayaUnit 8 epidemiologi penyakit berjangkit dan berbahaya
Unit 8 epidemiologi penyakit berjangkit dan berbahaya
 
Ds.kesling
Ds.keslingDs.kesling
Ds.kesling
 
05. konsep dasar epidemiologi penyakit
05. konsep dasar epidemiologi penyakit05. konsep dasar epidemiologi penyakit
05. konsep dasar epidemiologi penyakit
 
triad epid HIV.docx
triad epid HIV.docxtriad epid HIV.docx
triad epid HIV.docx
 

More from WiandhariEsaBBPKCilo

Modul ljj mpi 7 4 april 21 (1)
Modul ljj mpi 7  4 april 21 (1)Modul ljj mpi 7  4 april 21 (1)
Modul ljj mpi 7 4 april 21 (1)
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Bahan tayang uji kom jabfung tgm 5 agust 21 edit ciloto (1)
Bahan tayang uji kom jabfung tgm 5 agust 21  edit  ciloto (1)Bahan tayang uji kom jabfung tgm 5 agust 21  edit  ciloto (1)
Bahan tayang uji kom jabfung tgm 5 agust 21 edit ciloto (1)
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Modul mpi 7 PERSIAPAN UKOM JABATAN FUNGSIONAL TERAPIS GIGI DAN MULUT
Modul mpi 7 PERSIAPAN UKOM JABATAN FUNGSIONAL TERAPIS GIGI DAN MULUT Modul mpi 7 PERSIAPAN UKOM JABATAN FUNGSIONAL TERAPIS GIGI DAN MULUT
Modul mpi 7 PERSIAPAN UKOM JABATAN FUNGSIONAL TERAPIS GIGI DAN MULUT
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Modul mpi 6 (KTI) DI BIDANG PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Modul mpi 6 (KTI) DI BIDANG PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT Modul mpi 6 (KTI) DI BIDANG PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Modul mpi 6 (KTI) DI BIDANG PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Modul mpi 5 PERENCANAAN KARIR JABATAN FUNGSIONAL TGM
Modul mpi 5 PERENCANAAN KARIR JABATAN FUNGSIONAL TGMModul mpi 5 PERENCANAAN KARIR JABATAN FUNGSIONAL TGM
Modul mpi 5 PERENCANAAN KARIR JABATAN FUNGSIONAL TGM
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Bahan Tayang Materi Regulasi jf-tgm-ed-2021
Bahan Tayang Materi Regulasi jf-tgm-ed-2021Bahan Tayang Materi Regulasi jf-tgm-ed-2021
Bahan Tayang Materi Regulasi jf-tgm-ed-2021
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Modul mpi 4 DUPAK JABFUNG TGM
Modul mpi 4 DUPAK JABFUNG TGMModul mpi 4 DUPAK JABFUNG TGM
Modul mpi 4 DUPAK JABFUNG TGM
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Modul mpi 3 Etika Profesi TGM
Modul mpi 3 Etika Profesi TGMModul mpi 3 Etika Profesi TGM
Modul mpi 3 Etika Profesi TGM
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Bahan tayang kebijakan pengembangan jf tgm kapuskatmutu edr 21
Bahan tayang kebijakan pengembangan jf tgm kapuskatmutu edr 21Bahan tayang kebijakan pengembangan jf tgm kapuskatmutu edr 21
Bahan tayang kebijakan pengembangan jf tgm kapuskatmutu edr 21
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Modul mpi 2 KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL TGM
Modul mpi 2 KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL TGMModul mpi 2 KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL TGM
Modul mpi 2 KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL TGM
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Modul mpi 1
Modul mpi 1Modul mpi 1
Modul KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
Modul KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATANModul KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
Modul KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Modul Kebijakan Pengembangan Jabfung TGM
Modul Kebijakan Pengembangan Jabfung TGMModul Kebijakan Pengembangan Jabfung TGM
Modul Kebijakan Pengembangan Jabfung TGM
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Panduan praktik lapangan distance learning adminkes ahli 1
Panduan praktik lapangan distance learning adminkes ahli 1Panduan praktik lapangan distance learning adminkes ahli 1
Panduan praktik lapangan distance learning adminkes ahli 1
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Mi 10 angka kredit
Mi 10 angka kreditMi 10 angka kredit
Mi 10 angka kredit
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Mi 8 KTI
Mi 8 KTIMi 8 KTI
Mi 9 ka dan laporan
Mi 9 ka dan laporanMi 9 ka dan laporan
Mi 9 ka dan laporan
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Penyusunan kerangka acuan dan laporan kegiatan
Penyusunan kerangka acuan dan laporan kegiatanPenyusunan kerangka acuan dan laporan kegiatan
Penyusunan kerangka acuan dan laporan kegiatan
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Mi 7 sertifikasi
Mi 7 sertifikasiMi 7 sertifikasi
Mi 7 sertifikasi
WiandhariEsaBBPKCilo
 
5. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan program program kesehatan po...
5. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan program program kesehatan po...5. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan program program kesehatan po...
5. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan program program kesehatan po...
WiandhariEsaBBPKCilo
 

More from WiandhariEsaBBPKCilo (20)

Modul ljj mpi 7 4 april 21 (1)
Modul ljj mpi 7  4 april 21 (1)Modul ljj mpi 7  4 april 21 (1)
Modul ljj mpi 7 4 april 21 (1)
 
Bahan tayang uji kom jabfung tgm 5 agust 21 edit ciloto (1)
Bahan tayang uji kom jabfung tgm 5 agust 21  edit  ciloto (1)Bahan tayang uji kom jabfung tgm 5 agust 21  edit  ciloto (1)
Bahan tayang uji kom jabfung tgm 5 agust 21 edit ciloto (1)
 
Modul mpi 7 PERSIAPAN UKOM JABATAN FUNGSIONAL TERAPIS GIGI DAN MULUT
Modul mpi 7 PERSIAPAN UKOM JABATAN FUNGSIONAL TERAPIS GIGI DAN MULUT Modul mpi 7 PERSIAPAN UKOM JABATAN FUNGSIONAL TERAPIS GIGI DAN MULUT
Modul mpi 7 PERSIAPAN UKOM JABATAN FUNGSIONAL TERAPIS GIGI DAN MULUT
 
Modul mpi 6 (KTI) DI BIDANG PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Modul mpi 6 (KTI) DI BIDANG PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT Modul mpi 6 (KTI) DI BIDANG PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Modul mpi 6 (KTI) DI BIDANG PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
 
Modul mpi 5 PERENCANAAN KARIR JABATAN FUNGSIONAL TGM
Modul mpi 5 PERENCANAAN KARIR JABATAN FUNGSIONAL TGMModul mpi 5 PERENCANAAN KARIR JABATAN FUNGSIONAL TGM
Modul mpi 5 PERENCANAAN KARIR JABATAN FUNGSIONAL TGM
 
Bahan Tayang Materi Regulasi jf-tgm-ed-2021
Bahan Tayang Materi Regulasi jf-tgm-ed-2021Bahan Tayang Materi Regulasi jf-tgm-ed-2021
Bahan Tayang Materi Regulasi jf-tgm-ed-2021
 
Modul mpi 4 DUPAK JABFUNG TGM
Modul mpi 4 DUPAK JABFUNG TGMModul mpi 4 DUPAK JABFUNG TGM
Modul mpi 4 DUPAK JABFUNG TGM
 
Modul mpi 3 Etika Profesi TGM
Modul mpi 3 Etika Profesi TGMModul mpi 3 Etika Profesi TGM
Modul mpi 3 Etika Profesi TGM
 
Bahan tayang kebijakan pengembangan jf tgm kapuskatmutu edr 21
Bahan tayang kebijakan pengembangan jf tgm kapuskatmutu edr 21Bahan tayang kebijakan pengembangan jf tgm kapuskatmutu edr 21
Bahan tayang kebijakan pengembangan jf tgm kapuskatmutu edr 21
 
Modul mpi 2 KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL TGM
Modul mpi 2 KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL TGMModul mpi 2 KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL TGM
Modul mpi 2 KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL TGM
 
Modul mpi 1
Modul mpi 1Modul mpi 1
Modul mpi 1
 
Modul KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
Modul KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATANModul KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
Modul KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
 
Modul Kebijakan Pengembangan Jabfung TGM
Modul Kebijakan Pengembangan Jabfung TGMModul Kebijakan Pengembangan Jabfung TGM
Modul Kebijakan Pengembangan Jabfung TGM
 
Panduan praktik lapangan distance learning adminkes ahli 1
Panduan praktik lapangan distance learning adminkes ahli 1Panduan praktik lapangan distance learning adminkes ahli 1
Panduan praktik lapangan distance learning adminkes ahli 1
 
Mi 10 angka kredit
Mi 10 angka kreditMi 10 angka kredit
Mi 10 angka kredit
 
Mi 8 KTI
Mi 8 KTIMi 8 KTI
Mi 8 KTI
 
Mi 9 ka dan laporan
Mi 9 ka dan laporanMi 9 ka dan laporan
Mi 9 ka dan laporan
 
Penyusunan kerangka acuan dan laporan kegiatan
Penyusunan kerangka acuan dan laporan kegiatanPenyusunan kerangka acuan dan laporan kegiatan
Penyusunan kerangka acuan dan laporan kegiatan
 
Mi 7 sertifikasi
Mi 7 sertifikasiMi 7 sertifikasi
Mi 7 sertifikasi
 
5. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan program program kesehatan po...
5. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan program program kesehatan po...5. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan program program kesehatan po...
5. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan program program kesehatan po...
 

Recently uploaded

PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
adolfnuhujanan101
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 

Recently uploaded (20)

PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 

Pokok bahasan 1

  • 1. POKOK BAHASAN 1 : DASAR DASAR EIDEMIOLOGI URAIAN MATERI a. Konsep dasar pendekatan Epidemiolog (Host Agent, Environment) Apa pengertian epidemiologi? Kata ’epidemiologi’ berasal dari kata Epi, Demos dan Logos. Epi artinya atas, Demos artinya masyarakat, dan Logos artinya ilmu. Dari arti kata tersebut, maka epidemiologi dapat diartikan yaitu: Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari kejadian dan penyebaran penyakit atau masalah kesehatan serta faktor- faktor yang mempengaruhinya, pada sekelompok manusia tertentu. Ilmu ini dikembangkan dari pengalaman mempelajari beberapa wabah penyakit pada waktu-waktu tertentu dengan angka kematian yang tinggi. Ilmu epidemiologi kini telah berkembang dengan pesat sehingga dikenal beberapa cabang epidemiologi seperti: epidemiologi penyakit non infeksi, epidemiologi klinik, epidemiologi kesehatan kerja, dan lain-lain. Sebagai contoh, kini juga dikenal epidemiologi penyakit-penyakit di rumah sakit, epidemiologi kanker, epidemiologi kecelakaan lalu lintas dan epidemiologi penyakit akibat kerja, dan sebagainya. Ada beberapa istilah yang dikenal dalam epidemiologi untuk menggambarkan besar dan luasnya kejadian penyakit, seperti:  Endemi, yaitu keadaan dimana penyakit atau penyebab penyakit tertentu secara terus menerus tetap ada pada populasi manusia dalam suatu area geografis tertentu.  Epidemi, yaitu terjadinya kasus dengan sifat yang sama pada sekelompok manusia pada suatu area geografis tertentu dengan efek yang nyata pada masyarakat tersebut melebihi insidens yang normal dari penyakit tersebut.  Common source (epidemik yang ditimbulkan dari sumber yang sama), yaitu suatu epidemi dimana manusia atau binatang atau benda yang spesifik telah menjadi alat utama dalam penularan penyakit tersebut.
  • 2.  Propagated source (epidemi yang timbul akibat sumber penyebaran), yaitu suatu epidemi dimana infeksi ditularkan dari orang ke orang atau dari binatang ke binatang dengan cara sedemikian rupa sehingga kasus-kasus yang ditemukan tidak dapat dikatakan disebabkan oleh penularan dari sumber tunggal.  Pandemi, yaitu suatu penyakit epidemi yang mengenai penduduk beberapa negara atau benua. (Catatan :saat ini tengah terjadi Pandemi COVID19 yang melanda banyak negara dan benua) Setelah anda memahami pengertian epidemiologi, anda akan lebih mudah untuk memahami konsep pendekatan epidemiologi. Apakah yang dimaksud dengan konsep pendekatan epidemiologi? Konsep pendekatan epidemiologi berbeda dengan konsep pendekatan medik. Pendekatan medik memfokuskan pada satu individu sedangkan konsep epidemiologi memfokuskan pada satu kelompok penduduk dan berupaya memberikan informasi yang mewakili kelompok penduduk tersebut. Dalam konsep pendekatan epidemiologi, ada tiga komponen yang menjadi pokok pembahasan yaitu “host” atau penjamu, penyebab atau “agent”, lingkungan atau “environment” . Interaksi antara ketiga komponen: “host” (penjamu), “agent” (penyebab), “environment” (lingkungan), harus seimbang. Bila terjadi gangguan keseimbangan maka timbul penyakit atau masalah kesehatan pada kelompok tersebut. Keseimbangan interaksi antara ketiga komponen tersebut dapat dilihat pada gambar ini. Gambar 1. Gambar 2. ENVIRONMENT AGENT HOST AGENT HOST ENVIRONMENT
  • 3. Karakteristik dari masing-masing komponen tersebut mempunyai peranan dalam menentukan cara pencegahan dan penanggulangan jika terjadi gangguan keseimbangan yang menyebabkan sakit. Bagian ini akan membantu Anda memahami lebih jelas lagi tentang masing- masing komponen. Untuk itu pelajari bagian ini dengan cermat. 1. FAKTOR PENYEBAB Penyebab suatu penyakit (agent) adalah semua unsur atau elemen hidup maupun tak hidup yang kehadirannya atau ketidakhadirannya, bila diikuti dengan kontak yang efektif terhadap manusia yang rentan dalam keadaan yang memungkinkan, akan menjadi stimuli untuk menginisiasi dan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit biologis, kimia, nutrisi, mekanik dan agent fisik. Apa saja yang termasuk dalam faktor penyebab suatu penyakit? Faktor penyebab terdiri dari penyebab biologis, penyebab kimia, penyebab nutrisi, penyebab mekanik, penyebab fisik. Dengan melihat penjelasan berikut ini, Anda akan dapat mengetahui masing-masing faktor penyebab. a.Penyebab Biologis Terdapat 6 kelompok penyebab (agent) biologis, yaitu: Protozoa, Metazoa, Bakteri,Virus,Jamur dan Riketsia. Dalam menimbulkan suatu penyakit, agent-agent tersebut dipengaruhi oleh beberapa karakteristik, yaitu: 1) Karakteristik inherent 2) Viabilitas dan resistensi 3) Sifat-sifat yang berhubungan dengan manusia Faktor-faktor yang penting dalam menimbulkan penyakit yaitu:
  • 4. 1) Infektivitas (derajat penularan), yaitu kemampuan untuk menginfeksi dan menyesuaikan diri terhadap penjamu. 2) Patogenitas, yaitu kemampuan untuk menimbulkan reaksi jaringan penjamu, baik lokal atau umum, klinis atau subklinis. 3) Virulensi, yaitu merupakan derajat berat ringannya reaksi yang ditimbulkan oleh agent. 4) Antigenisitas, yaitu kemampuan untuk merangsang penjamu membuat mekanisme penolakan/ pertahanan terhadap agent yang bersangkutan. 4) Reservoir dan sumber infeksi 5) Cara penularan a. Penyebab kimia Penyebab kimia antara lain: pestisida, “food-addivite”, obat-obatan, limbah industri, zat-zat yang diproduksi oleh tubuh sebagai akibat dari suatu penyakit misalnya pada diabetik asidosis, uremia. Perlu diperhatikan cara transmisi dari agent kimia tersebut sehingga dapat menimbulkan gangguan, yaitu secara: a) Inhalasi, terdiri dari zat-zat kimia yang berupa gas (misalnya karbon monoksida), uap (misalnya uap bensin), debu mineral (misalnya asbestos), partikel di udara (misalnya zat-zat allergen). b) Ditelan, misalnya: minuman keras/alkohol, obat-obatan, kontaminasi makanan, seperti pada keracunan logam berat, dan lain-lain. c) Melalui kulit, misalnya: keracunan pada pemakaian kosmetika, atau pada keracunan yang disebabkan oleh racun tumbuh-tumbuhan atau binatang. b. Penyebab nutrisi Penyebab nutrisi yang termasuk dalam kategori ini adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Kekurangan atau kelebihan zat-zat tersebut diatas dapat mengganggu keseimbangan yang mengakibatkan timbulnya penyakit. c. Penyebab mekanik
  • 5. Penyebab mekanik yang termasuk dalam kategori ini adalah friksi yang kronik, kekuatan mekanik yang dapat mengakibatkan misalnya dislokasi atau patah tulang, dan lain-lain. d. Penyebab fisik Penyebab fisik didapat melalui radiasi – ionisasi, suhu udara, kelebaban, intensitas suara, getaran, panas, terang cahaya. 2. FAKTOR PENJAMU (HOST) Faktor penjamu mempunyai ciri-ciri yang sangat luas antara lain: usia, jenis kelamin, ras, sosial-ekonomi, status perkawinan, penyakit-penyakit terdahulu, cara hidup, hereditas, nutrisi, dan imunitas. Mengapa faktor-faktor ini penting untuk diperhatikan.? Dikatakan penting karena mempengaruhi risiko untuk terpapar sumber infeksi, kerentanan dan resistensi dari manusia terhadap suatu infeksi atau penyakit 3. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan dapat diklasifikasikan dalam empat komponen, yaitu lingkungan fisik, biologi, sosial, dan ekonomi. Interaksi antara agent, host dan environment sehingga terjadi keseimbangan. Untuk memberikan gambaran secara grafik mengenai hubungan antara agent- host-environment, John Gondon menggambarkannya dengan timbangan keseimbangan. Selain itu dia juga juga mengemukakan bahwa penyakit menular mengikuti konsep “biologic laws” yaitu sebagai berikut: (1) Bahwa suatu penyakit timbul karena terjadi ketidak seimbangan antara agent penyakit tersebut dengan manusia (host). (2) Bahwa keadaan keseimbangan tersebut tergantung dari sifat alami dan karakteristik dari agent dan host (secara individual maupun secara kelompok). (3) Bahwa karateristik dari agent dan host, berikut interaksinya, secara langsung berhubungan dan tergantung pada keadaan alami dari lingkungan sosial, fisik, ekonomi dan juga lingkungan biologis.
  • 6. Pada penyakit menular, interaksi tersebut terjadi antara dua organisme hidup; sedangkan pada penyakit tak menular, terjadi interaksi antara satu organisme hidup, yaitu manusia, dengan agent-penyakit yang tidak hidup (non biologis). b. Riwayat alamiah penyakit Periode prepatogenesa Setiap keadaan sehat manusia adalah berasal dari proses lain sebelum manusia itu sendiri terlibat. Sebab-sebab yang dapat mempercepat atau mempermudah terjadinya sakit secara tidak disadari berlangsung terus menerus dalam kehidupan manusia. Faktor-faktor hereditas, sosial-ekonomi, dan lain-lain dapat menimbulkan suatu rangsangan untuk menjadi sakit sebelum menusianya terjangkit penyakit. Apabila terjadi interaksi antara faktor-faktor agent, host, dan environment sebelum proses terjadinya penyakit, maka periode ini disebut sebagai periode prepatogenesa. Periode patogenesa Perjalanan suatu penyakit pada manusia dari interaksi pertama dengan stimulus yang merangsang terjadinya penyakit tersebut sampai dengan perubahan-perubahan bentuk dan fungsi dari jaringan, dan selanjutnya sampai keseimbangan tercapai, yaitu: penyembuhan, menjadi “carrier”, cacat, atau meninggal, periode ini disebut sebagai periode patogenesa.
  • 7. Aplikasi dari upaya pencegahan pada penyakit PREPATOGENESA PATOGENESA Health Promotion Spesific Protection Early Diagnosis and Prompt Treatment Disability Limitation Rehabilitation Primary Prevention Secondary Prevention Tertiary Prevention Terdapat tiga tahap pencegahan penyakit, sepeti yang ada di bagan diatas yaitu: 1) Pencegahan primer, bertujuan untuk mencegah berkembangnya suatu penyakit (sebelum penyakit itu terjadi). Hal ini dapat dilakukan pada masa prepatogenesa, dimana pencegahan ini terdiri dari upaya untuk mendapatkan tingkat kesehatan (secara umum) yang optimum, serta memberikan perlindungan spesifik. Upaya- upaya tersebut meliputi: imunisasi, sanitasi lingkungan, proteksi terhadap kecelakaan, dan lain-lain. 2) Pencegahan sekunder, bertujuan untuk mendeteksi dini dan mengobati suatu penyakit. Upaya ini dilakukan dengan melaksanakan skrining dan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
  • 8. 3) Pencegahan tersier, meliputi rehabilitasi dari akibat suatu penyakit. Upaya ini ditujukan untuk suatu penyakit yang menyebabkan cacat atau gejala sisa, supaya individu yang terkena dapat hidup dengan ketergantungan fisik maupun emosi yang minimal. c. Penyakit menular dan penyakit Tidak menular Konsep riwayat alamiah penyakit diatas adalah suatu konsep yang dinamis. Setiap perubahan dari ketiga titik (Agent-Host-Environment), atau faktor tersebut akan mengubah keadaan keseimbangan yang ada, dan menimbulkan bertambahnya atau berkurangnya frekuensi dari suatu penyakit. Konsep atau model ini berkembang pada masa penyakit infeksi adalah satu- satunya (atau terbanyak) jenis penyakit yang ada. Namun, dengan berkembangnya pengetahuan, yaitu dengan dikenalnya penyakit non infeksius (tak menular), maka terjadi pula pergeseran dari pola jenis penyakit dan fokus dari epidemiologi. Perubahan tersebut diikuti dengan makin diperhatikannya faktor penjamu dan lingkungan, tidak semata-mata terhadap faktor agent (terutama agent biologis). Sehingga walaupun ilmu epidemiologi berkembang dari studi mengenai penyakit menular, penerapannya dapat dipakai pada penyakit tidak menular dan kesehatan secara umum. Oleh karena itu, sekarang terdapat epidemiologi mengenai penyakit jantung, penyakit kanker, kecelakaan, dan lain-lain, dimana pendekatannya menggunakan prinsip yang sama, yaitu interaksi dari agent, host dan environment. Perkembangan proses penyakit menular Penyakit menular yang merupakan hasil dari interaksi antara agent, host, dan environment, dalam prosesnya, melibatkan enam faktor yang penting (sering disebut sebagai rantai penularan), yaitu: 1) Agent ( penyebab) 2) Reservoir dari agent (penyebab) 3) Portal dari agent untuk meninggalkan host 4) Cara penularan (transmisi) dari agent ke host baru 5) Portal dari agent masuk ke host yang baru
  • 9. 6) Kerentanan host. Rantai penularan dari tiap-tiap penyakit perlu diketahui untuk mengidentifikasi upaya- upaya pemberantasan yang tepat. 1) Agent ( penyebab) Terdapat enam kategori dari penyebab biologi, yaitu: Protozoa, Metazoa, Bakteri, Virus, Jamur, Riketsia. Keenam faktor diatas ini telah dibahas diatas (dalam bab mengenai penyebab ( agent) biologi). Dalam menimbulkan penyakit, faktor-faktor diatas tersebut tergantung pada: kemampuan agent (penyebab) tersebut untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya diluar tubuh manusia, selain itu tergantung juga pada virulensinya. Patogenitas dari Penyebab (agent) tersebut diatas sangat bervariasi terlihat dari kemampuannya untuk menimbulkan tanda dan gejala klinis. Ada yang tidak menimbulkan gejala, disebut” “inapparent infection”, yang menimbulkan gejala adalah “apparent infection”. Faktor atau organisme tersebut diatas dapat menyerang host dengan cara:  Proses invasi langsung, misalnya oleh stafilokokus  Pembuatan toksin yang dapat meracuni manusia, misalnya oleh Cl. Tetani.  Menimbulkan hipersentivitas, misalnya oleh jamur-jamur tertentu. 2) Reservoir dari penyebab ( agent) Adalah habitat normal dimana agent penyakit menular hidup, tumbuh, dan berkembang-biak. Habitat ini dapat berupa manusia (Kasus akut dengan gejala klinis dan“Carrier cases”) , hewan (binatang peliharaan atau yang berada di sekitar manusia) dan juga lingkungan (misalnya : tanaman, tanah, dan air). 3) Portal dari agent untuk meninggalkan host a. Saluran pernafasan, misalnya mycobacteri tuberculosis b. Saluran makanan, misalnya salmonella typhus c. Sistem genito-urinarius, misalnya M. gonococcus d. Kulit (melalui lesi pada kulit, misalnya pada cacar air , Percutaneous, melalui gigitan serangan e. Transplasental, misalnya hepatitis B, rubella, dll.
  • 10. 4) Cara penularan dari agent ke host baru Dibedakan secara langsung dan tak langsung. a. Secara langsung Merupakan penularan yang langsung, yaitu secara kontak atau secara “droplet spred”. Peran dari kontak pada penularan secara langsung ini dapat dilihat pada penyebaran penyakit kelamin dan penyakit enteric (“person to person”). Pada penyakit saluran pernafasan, penyebaran secara langsung biasanya melalui bersin, Diare, berbicara dengan penderita. b. Secara tidak langsung Dapat terjadi melalui mekanisme yang melibatkan benda hidup maupun benda tak hidup. Dikategorikan sebagai berikut: (1) Vehicle-borne Meliputi air, makanan, susu, serum, plasma, dll yang berfungsi sebagai perantara transmisi dan masuknya agent ke dalam host. (2) Vector-borne  Bersifat mekanik, yang tidak memerlukan pengembang-biakan dan perkembangan dari agent dalam mata rantai penularan, misalnya E. histolytica.  Bersifat biologik, yang memerlukan proses berkembang-biak dan tumbuh dalam proses penularan misalnya F. vivax. (3) Air-borne Biasanya melalui partikel debu, terdapat pada kebanyakan penularan penyakit saluran pernafasan. 5) Portal dari agent masuk ke host yang baru Mekanisme yang terjadi adalah seperti pada mekanisme meninggalkan host. 6) Kerentanan host Kerentanan host tergantung pada faktor genetika. Faktor ketahanan tubuh secara umum, dan imunitas spesifik yang didapat.
  • 11. Faktor ketahanan tubuh yang penting adalah yang berhubungan dengan kulit, selaput lendir, keasaman lambung, silia pada saluran pernafasan, dan refleksi Diare. Faktor-faktor yang meningkatkan kerentanan adalah malnutrisi, bila menderita penyakit lain, depresi system imunologi yang dapat terjadi pada pengobatan penyakit lain (misalnya pada kanker, AIDS, dll).
  • 12. d. Variabel epidemiologi Sebelum membahas tentang variabel epidemiologi, ada baiknya terlebih dulu mempelajari tentang studi epidemiologi deskriptif . Epidemiologi deskriptif bertujuan mendeskripsikan distribusi, pola, kecenderungan, perjalanan, dan dampak penyakit menurut karakteristik populasi, letak geografis, dan waktu. Epidemiologi deskriptif mempelajari penyebaran penyakit menurut orang (person), tempat (place), dan waktu (time). Tujuan dari studi epidemiologi deskriptif: (1) Untuk dapat menggambarkan karakteristik distribusi penyakit atau masalah kesehatan lainnya pada sekelompok orang atau populasi (2) Untuk dapat memperhitungkan besar dan pentingnya masalah kesehatan pada populasi (3) Untuk dapat mengidentifikasi dugaan faktor “determinant” atau faktor risiko timbulnya penyakit atau masalah kesehatan yang dapat menjadi dasar menformulasikan hipotesa Manfaat epidemiologi deskriptif adalah: 1) Memberikan masukan untuk perencanaan dan alokasi sumber daya kesehatan tentang penyebaran dan kecenderungan penyakit di suatu populasi tertentu 2) Memberikan petunjuk awal untuk perumusan hipotesis bahwa suatu paparan adalah faktor risiko penyakit. Dua kategori epidemiologi deskriptif berdasarkan unit pengamatan dan/atau unit analisis: (1) populasi; dan (2) individu. Studi epidemiologi deskriptif yang mengamati populasi mencakup a) Studi ekologis dan b)Time series. Sedangkan studi epidemiologi deskriptif yang mengamati individu mencakup a)laporan kasus (case report) dan b) Case series. Termasuk dalam studi deskriptif adalah surveilans. Epidemiologi deskriptif diharapkan mampu menjawab pertanyaan mengenai faktor Who, Where, When. Who (siapa): merupakan pertanyaan tentang faktor orang yang akan dijawab dengan mengemukakan perihal mereka yang terkena masalah. Bisa mengenai variabel usia, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Where (dimana): pertanyaan mengenai faktor tempat dimana masyarakat tinggal atau bekerja atau dimana saja kemungkinan mereka mengadapi masalah kesehatan.
  • 13. Variabelnya dapat berupa urban (kota), rural (desa), pantai, pegunungan, pertanian, perikanan, industri, pemukiman, tempat kerja, dll. When (kapan): Pertanyaan ini berhubungan dengan kejadian penyakit dan waktu. Faktor waktu dapat berupa jam, hari, minggu, bulan, tahun dan musim (musim hujan, musim panas / kemarau, musim dingan). Faktor Who, Where, When disebut sebagai variabel Epidemiologi deskriptif yaitu : (1) variable orang, (2) Variabel waktu, (3) Variabel tempat. Uraian lebih jelasnya sbb : 1) Variabel Orang Yang dimaksud variable orang adalah karakteristik individu yang ada kaitannya dengan pemaparan atau kerentanan terhadap suatu penyakit. Karakteristik – karakteristik yang ada pada variable orang antara lain: umur, jenis kelamin, agama, etnik grup, pekerjaan, pendidikan, social ekonomi, dll 2) Variabel Waktu Berdasarkan skala waktu perubahan frekuensi penyakit / masalah kesehatan menurut waktu dapat dibagi menjadi tiga: a) Variasi jangka panjang yang disebut “secular trend” , yaitu perubahan frekuensi penyakit atau masalah kesehatan lainnya yang terjadi dalam jangka waktu yang lama, bertahun – tahun, puluhan tahun. b) Fluktuasi frekuensi penyakit atau masalah kesehatan yang terjadi secara periodik disebut juga perubahan siklik c) Fluktuasi frekuensi penyakit / masalah kesehatan yang terjadi secara singkat seperti epidemi. 3) Variabel Tempat Variabel tempat mendeskrisikan dimana penyakit/masalah kesehatan terjadi yang berhubungan dengan geografi. Metode analisis yang digunakan dapat membuat peta pola penyakit dan membuat perbandingan antara area geografi dalam bentuk tabel, grafik, dan diagram. Hubungan lokasi dengan penyakit dapat digunakan sebagai dasar hipotesis etiologi penyakit. Tujuan lainnya untuk membantu manager pelayanan kesehatan di dalam mengidentifikasi daerah yang bermasalah. Untuk menganalisa perubahan frekuensi penyakit / masalah kesehatan berdasarkan tempat dapat dibandingkan sebagai berikut: a) Berdasarkan perbandingan secara internasional atau antar negara; misalnya variasi dan ketepatan diagnosis sistem pelaporan
  • 14. b) Perbandingan dalam negara (perbandingan data penyakit antara satu provinsi dengan provinsi lainnya, antar kabupaten / kota) c) Perbandingan antara urban dan rural (kepadatan penduduk, suplai air, tingkat industrialisasi, sanitasi lingkungan, tingkat pendidikan, dll). d) Perbandingan antar tempat (batas alamiah: iklim, temperatur, pantai, pegunungan, persawahan, tambak) e. Ukuran ukuran epidemiologi Apa yang dimaksud dengan ukuran-ukuran epidemiologi? Dan bagaimana menghitung dengan menggunakan ukuran-ukuran tersebut?. Kita dapat mempelajarinya dengan jelas pada bagian ini sbb : Pendekatan epidemiologi menggunakan ukuran-ukuran tertentu sebagai indikator. Ukuran frekuensi penyakit: menggambarkan karakteristik kejadian (“occurrence”) suatu penyakit atau masalah kesehatan di dalam populasi. Ukuran – ukuran yang digunakan dalam epidemiologis yaitu: (1) Tipe kuantitas matematis dan (2) Tipe kuantitas epidemiologis. 1) Tipe Kuantitas Matematis a) Tanpa denominator Hitungan (enumerasi) atau angka mutlak Contoh: Jumlah kasus campak usia <1 tahun sebanyak: 10 kasus Jumlah kasus keracunan pangan :25 orang Jumlah balita: 500 balita b) Dengan denominator (1) Proporsi Proporsi adalah suatu perbandingan dimana pembilang (numerator) selalu merupakan bagian dari penyebut (denominator). Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasinya. Apabila angka dasar (konstanta) yang dipakainya adalah 100, maka disebut prosentase. Rumus: X X 100% X + Y
  • 15. Contoh: Jumlah kasus TB wanita = 30 Jumlah kasus TB laki – laki = 70 Jumlah kasus TB wanita X 100% Jumlah seluruh kasus TB (wanita+pria) Proporsi kasus TB wanita nya adalah: 30 / 100 x 100% = 30% (2) Rate Rate adalah ukuran proporsi yang memasukkan unsur periode waktu pengamatan dalam denominatornya; sehingga ditulis a / [ a+b) x (waktu)]. Rate disebut juga laju. Rate adalah perbandingan antara jumlah suatu kejadian terhadap jumlah penduduk yang mempunyai risiko terhadap kejadian tersebut menyangkut interval waktu. Rate digunakan untuk menyatakan dinamika atau kecepatan kejadian tertentu dalam suatu masyarakat tertentu pula. Contoh: Pada tahun 2004, ada 100 kasus demam berdarah di suatu kota yang berpenduduk 1.250.000 orang. Berapa rate kasus demam berdarah di kota itu ? orang100.000perkasus8Rate berdarahdemam = (3) Ratio Ratio merupakan perbandingan antara dua kejadian dimana antara orang kasus orang kasus Populasi kasus Rate 12500 1 000.250.1 100 ===  
  • 16. numerator dan denominator tak ada sangkut pautnya Contoh: a) Sex ratio penduduk pria terhadap wanita, misalnya: Jumlah Penduduk Laki-laki = 120.000 orang Jumlah Penduduk wanita = 125.000 orang Berarti rasionya adalah: 120.000 / 125.000 = 0,96 (artinya rasio penduduk laki – laki dengan penduduk perempuan hampir seimbang (mendekati angka 1). b) Ratio tenaga kesehatan epidemiolog terhadap jumlah penduduk 2) Tipe kuantitas epidemiologis Tipe kuantitas epidemiologis dibagi menjadi 3 ukuran, yaitu: (1) Ukuran Frekuensi penyakit, (2) Ukuran asosiasi dan (3) ukuran dampak. Dalam modul ini hanya akan dibahas berkaitan dengan ukuran frekuensi penyakit. Ukuran frekuensi penyakit merefleksikan besar kejadian penyakit (morbiditas) atau kematian karena penyakit (mortalitas) dalam suatu populasi dan biasanya diukur sebagai suatu rate atau proporsi. Ukuran frekuensi penyakit dibagi menjadi: (1) Insidens, (2) Prevalens dan (3) mortalitas. (1) Insidens Insidens merefleksikan jumlah kasus baru (insiden) yang berkembang dalam suatu periode waktu di antara populasi yang berisiko. Yang dimaksud kasus baru adalah perubahan status dari sehat menjadi sakit (kejadian / kasus penyakit yang baru saja memasuki fase klinik dalam riwayat alamiah penyakit). Sedangkan periode waktu adalah jumlah waktu yang diamati selama sehat hingga menjadi sakit. Ukuran frekuensi insidensi penyakit dapat dibedakan menjadi dua macam: (1) Insidens Kumulatif; dan (2) Laju Insidensi (Insidance Density). a) Insidens Kumulatif Nama lainnya adalah risk, proporsi insidens. Insidens kumulatif
  • 17. (cumulative incidence = CI) adalah parameter yang menunjukkan taksiran probabilitas (risiko , risk) seseorang untuk terkena penyakit (atau untuk hidup) dalam suatu jangka waktu. Memerlukan bahwa semua non-kasus diamati selama seluruh periode pengamatan. Insidens kumulatif merupakan proporsi orang yang terkena penyakit diantara semua orang yang berisiko terkena penyakit tersebut. Karena probabilitas, maka insidens kumulatif selalu bernilai antara 0 dan 1. Rumus Insidens Kumulatif: waktupermulaanpadaberisikoorangJumlah tertentuwaktuperiodeselamainsidenskasusJumlah kumulatifInsidens = Beberapa contoh Insidens Kumulatif:  Attack Rate : jenis khusus insidens kumulatif yang berguna selama epidemik  Angka kematian kasus ( case fatality “rate” = risk) untuk penyakit, misalnya case fatality rate penyakit difteri, rabies, dll  Risiko kejang demam sejak lahir hingga usia 6 tahun  Probabilitas kelangsungan hidup dalam setahun setelah diagnosis kanker paru Kegunaan insidens kumulatif adalah: (1) sebagai ukuran alternatif incidence density / laju insidens dalam mempelajari etiologi penyakit; (2) Mengetahui risiko populasi untuk mengalami prognosis penyakit; (3) Mengetahui kelompok –kelompok dalam populasi yang memerlukan intervensi kesehatan. (2)Prevalens Prevalens merefleksikan jumlah kasus yang ada (kasus lama maupun kasus baru) dalam populasi dalam suatu waktu atau periode waktu tertentu . Prevalens juga merupakan probabilitas bahwa seorang individu menjadi kasus (atau menjadi sakit) dalam waktu atau periode waktu tertentu.
  • 18. Prevalensi adalah proporsi individu – individu yang berpenyakit dari suatu populasi, pada satu titik waktu atau periode waktu. Ada dua jenis prevalensi: (1) prevalensi titik, dan (2) prevalensi periode. a) Prevalensi Titik adalah proporsi dari individu – individu dalam populasi yang terjangkit penyakit pada suatu titik waktu. Rumus prevalensi titik: Misalnya dalam suatu survei kecacingan dari 5000 siswa SD di Kabupaten X diketemukan 3500 feses siswa mengandung cacing ascaris lumbricoides , sehingga prevalens titiknya yaitu : 3500 / 5000 = 70% b) Prevalens Periode merupakan perpaduan prevalensi titik dan insidensi. Prevalensi periode adalah probabilitas individu dari populasi untuk terkena penyakit pada saat dimulainya pengamatan, atau selama jangka waktu pengamatan. Rumus prevalens periode: (3) Mortalitas Merefleksikan jumlah kematian dalam suatu populasi a) Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate = CDR) Rumus CDR: Jumlah kematian per tahun X 100Jumlah Populasi rata – rata pada tahun itu b) Case Fatality Rate (CFR) Jumlah kematian penyakit tertentu dalam periode tertentu X 100 Jumlah penderita penyakit tersebut dalam periode waktu yang sama
  • 19. Sekarang saya tahu Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari kejadian dan penyebaran penyakit atau masalah kesehatan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, pada sekelompok manusia atau penduduk. Konsep pendekatan epidemiologi memfokuskan pada satu kelompok penduduk dan berupaya memberikan informasi yang mewakili kelompok penduduk tersebut. Konsep pendekatan epidemiologi, ada tiga komponen pembahasan yaitu “host” atau penjamu, penyebab atau “agent”, lingkungan atau “environment” . Interaksi antara agent-host-environment, yaitu keadaan dimana agent, host, dan environment saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dan menginisiasi timbulnya suatu proses penyakit, terjadi baik pada tahap prepatogenesa maupun patogenesa. Epidemiologi deskriptif mempelajari penyebaran penyakit menurut orang (person), tempat (place), dan waktu (time). Sekarang saya tahu apa dan bagaimana ukuran ukuran epidemiologi seperti pada ringkasan-ringkasan dan contoh perhitungannya sbb: Ringkasan Ukuran dalam Epidemiologi Ringkasan Ukuran dalam Epidemiologi Tipe Kuantitas Matematis Ringkasan Ukuran dalam Epidemiologi