SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
Reformulasi Pemikiran Hukum Islam



  REFORMULASI PEMIKIRAN HUKUM ISLAM
                (Kajian Pemikiran Mahmud Syaltut)

                              Oleh : Chamim Thohari, M.Ag.


                                        Abstraksi
Sejalan dengan akselerasi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), jantung pemikiran
Islam telah mengalami pergeseran, terutama istinbath hukum yang lahir dari situasi dan
kondisi yang tradisonal dan linear. Sehingga pemikiran hukum Islam, terkadang sudah
kehilangan relevansinya dengan semangat zaman yang terus semakin berkembang ini. Atas
dasar itulah, tulisan ini ingin menghadirkan “kreasi baru” tentang reformulasi pemikiran
hukum Islam yang digagas oleh Mahmud Syaltut. Setidaknya, ada empat bidang pokok
persoalan yang mampu penulis hadirkan dalam tulisan ini.


Kata Kunci :
Reformulasi, Hukum Islam,


PENDAHULUAN
         Mahmud Syaltut adalah seorang pakar di bidang hukum Islam Mesir yang pernah
menerima gelar kehormatan akademis (doktor honoris causa) dari IAIN Sunan Kalijaga
Yokyakarta. Sosok dan cakrawala pemikirannya telah benar-benar memancarkan kedalaman
pengetahuan dan kearifan dalam menangkap makna pesan ajaran Islam (al-Qur`ân dan as-
Sunnah) ketika menghadapi perubahan dan perkembangan zaman, terutama di bidang hukum
Islam.
         Reformulasi pemikiran hukum Islam yang dilakukan Syaltut merupakan langkah yang
dinanti sejak lama dan sangat dibutuhkan hukum umat Islam untuk memberikan solusi
terhadap    masalah-masalah   kontemporer   yang selalu    berkembang,    selaras   dengan
perkembangan karakter budaya dan ilmu pengetahuan.
         Sejak periode awalnya, hukum Islam merupakan suatu kajian yang dinamis dan
kreatif. Ia tumbuh dan berkembang sebagai hasil interpretasi terhadap prinsip-prinsip yang


                          Publish by : http://bakulbuku.com                         Page 1
Reformulasi Pemikiran Hukum Islam


ada dalam al-Qur`ân dan as-Sunnah sesuai dengan struktur dan konteks perkembangan
masyarakat saat itu, merupakan refleksi logis dari situasi dan kondisi di mana ia tumbuh dan
berkembang.
       Berbicara masalah Reformulasi pemikiran hukum Islam, Mahmud Syaltut adalah
salah satu di antara sekian pemikir Muslim yang radikal dan liberal dalam memahami
konteks hukum Islam. Pokok-pokok pandangannya tentang hukum Islam sudah terlihat jelas
bahwa hasil produk pemikirannya telah merubah pandangan lama (tradisionalis) yang selama
ini berkembang dan mengakar serta mendarah daging di kalangan umat Islam. Dengan penuh
resiko yang pasti menimpa dirinya, Syaltut berusaha memberanikan diri untuk merubah pola
pandangan lama itu dengan pendekatan kontekstual (sosio historis), akan mudah ditemukan
kemaslahatannya, sekalipun harus bertentangan dengan teks (nash) yang tertera dalam al-
Qur`ân dan as-Sunnah. Dengan pendekatan sosio historis berarti mengandung arti
modernisasi pemikiran, dalam usaha merubah faham-faham lama, adat istiadat dan suasana
baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
       Tulisan ini ingin menyuguhkan gagasan Muhammad Syaltut yang berhubungan
dengan reformulasi pemikiran hukum Islam. Sebuah usaha awal untuk mencari model
pendekatan dalam memahami hukum Islam. Sekalipun sesungguhnya telah banyak pemikir
Muslim melakukan pembaruan, tetapi suhu dan gelombangnya belum signifikan jika
dibandingkan dengan khazanah ilmu keislaman lainnya, misalnya teologi Islam, filsafat
Islam, ilmu Tasawuf, ilmu Tafsir dan seterusnya. Sudah barang tentu diketahui bahwa Islam
semakin akan dapat bergelut dengan kehidupan modern sepanjangan wilayah pemikiran
Islam dapat tempat posistif ke arah sana. Dan salah satu upaya untuk memenuhi keinginan
ini, melalui paparan ini akan meyuguhkan sebuah reformulasi pemikiran hukum versi
Mahmud Syaltut.
âîû
PEMBAHASAN
       Mahmud Syaltut merupakan salah seorang putra terbaik Mesir yang lahir pada tanggal
23 April 1893, ia memiliki tradisi yang sangat kental dalam memegangi sumber ajaran Islam,
terutama dalam “memelihara” bacaan al-Qur`ân. Sejak usia 13 tahun, ia sudah dikenal sebagi
hâfiz, dan sekaligus merupakan langkah awal dalam memasuki jenjang dan karier
pendidikannya. Setelah itu, ia masuk pada Lembaga Pendidikan Agama di Iskandariyah yaitu


                          Publish by : http://bakulbuku.com                         Page 2
Reformulasi Pemikiran Hukum Islam


al-Ma‟had ad- Dîni, suatu lembaga satu atap dan berafiliasi pada Universitas al-Azhar Mesir.
       Semasa menjalani studinya di al-Ma‟had ad- Dîni, Mahmud Syaltut tergolong murid
yang banyak dikagumi oleh para gurunya, karena beberapa ide dan gagasan yang cerdas dan
menonjol. Bahkan, setiap jenjang studinya, prestasi yang dicapai peringkat pertama, termasuk
dalam menyelesaikan studinya di Universiats al-Azhar tahun 1918 M dengan meraih predikat
Syahadah al-alimiyah al-Nizâmiyah, suatu penghargaan tertinggi dari al-Azhar atas
prestasinya yang dicapainya selama studi.
       Setelah tamat studinya di al-Azhar, ia meniti karir sebagai pengajar atau dosen di
almamaternya, di samping sebagai da’i ia juga aktif menulis di majalah dan jurnal yang
diterbitkan oleh al-Azhar. Selama 25 tahun, ia aktif mempelopori jama’ah al-Taqrîb baina al-
madzâhib, suatu organisasi non mazdhab atau lembaga netral yang berusaha untuk
mempertemukan antara kelompok ulama’ sunni dan Syi’ah, dengan demikin ia berusaha
keras ingin melepaskan atau menghilangkan “ fanatisme madzhab” dalam hukum Islam.
       Semasa karirnya, Mahmud Syaltut banyak mengahabiskan waktunya untuk mengisi
kegiatan-kegiatan ilmiah, membuka konsultan hukum, menulis di berbagai masmedia, dan
selebihnya sebagai guru besar di al-Azhar. Sisi lain, yang menarik dari Mahmud Syaltut
sikapnya yang “ radikal” dalam memahami sumber hukum Islam. Ketika dipercaya sebagai
dosen di al-Azhar, ia sering terjadi kontra dengan teman-teman sejawatnya yang mereka dulu
mengabdi. Sebagai dosen muda, ia punya cita-cita untuk membuka “kegelapan” sebagaimana
yang dinyakini bahwa stagnansi pemikiran Islam selama ini menyelimuti al-Azhar, terutama
dalam menatap hukum Islam, upaya serupa juga tampak pada diri al-Marâghi, yang
keduanya menentang keras terhadap kalangan tradisional ulama fiqh. Akhirnya, al-Marâghi
ditendang dari jabatan Syaikh al-Azhar dan diganti Muhammad al-Ahmad al-Zahiri. Dalam
tempo yang tidak terlalu lama, nasib serupa juga menimpa pada diri Mahmud Syaltut, bahkan
lebih kejam lagi.


Reformulasi Pemikiran Hukum Islam
       Sepanjang yang penulis ketahui, banyak pemikiran hukum Islam yang telah digagas
oleh Mahmud Bidang Akan tetapi, dalam tulisan ini, penulis batasi hanya empat persoalan
saja, yaitu persoalan kesaksian bidang muamalah, persoalan perkawinan beda agama, (laki-
laki Muslim dengan al- Kitâb) dan seputar hukum Pidana.


                          Publish by : http://bakulbuku.com                          Page 3
Reformulasi Pemikiran Hukum Islam



1. Persoalan Kesaksian
       Kontekstual penafsiran Syaltut terhadap ayat al-Qur`ân telah memperlihatkan
kemajuan berfikir yang spektakuler. Menurut logika Syaltut, tidak ada ayat yang tidak
berlatar belakang sosiologis, terutama ayat-ayat yang berbicara seputar hukum. Maka sudah
semestinya menjadi tugas para cendekiawan Muslim, untuk mengubah pandangan klasik,
tradisioanal yang argumen-argumennya cenderung irasional itu, supaya kembali pada jiwa
dan semangat al-Qur`ân yang sesungguhnya.
       Secara cerdas, Syaltut berusaha merombak argumen-argumen tafsir atas sejumlah ayat
sosiologis yang telah dipatenkan menjadi ayat-ayat yang bersifat absolut (memuat kandungan
ibadah dan aqidah) itu menjadi ayat-ayat yang sosiologis yang bersifat kontektual (Arief,
2003: 190). Penafsiran itu misalnya, ayat 282 surat Al-Baqarah, bahwa kesaksian “ satu orang
laki-laki dan dua orang perempuan “, secara sosiologis pada waktu itu memang banyak para
perempuan yang tidak terjun dalam dunia perniagaan, sehingga ingatannya dikhawatirkan
agak lemah dibandingkan dengan kaum laki-laki yang saat itu menekuninya.
       Sementara itu menurut jumhur ulama, dalam memahami ayat di atas, seringkali justru
mengarah ketidaksetaraan (inequality) antara laki-laki dan perempuan, bahwa perempuan itu
lebih rendah daripada laki-laki, oleh karena itu kesaksian orang perempuan bernilai separuh
dari kesaksian orang laki-laki. Para fuqaha dalam menetapkan masalah kesaksian perempuan
selalu dengan perbandingan dua orang saksi perempuan sama nilainya dengan kesaksian laki-
laki (al-Zuhaili, 1989:570).
       Menurut Syaltut, latar belakang sosiologis ayat itu, adalah ketika kaum perempuan
tidak aktif dalam berbagai transaksi finansial dan kurang akrab dengan masalah perniagaan
dibanding dengan kaum laki-laki, oleh karenanya ingatan kaum perempuan dalam urusan
keuangan lemah, sebaliknya dalam urusan rumah tangga perempuan lebih unggul daripada
laki-laki. Lebih lanjut, kata Syaltut, memang sudah sifat manusia pada umumnya, bahwa
ingatannya itu kuat dalam persoalan yang ia tekun, berkosentrasi dan berakibat di dalamnya
(Syaltut, 1980:240). Dengan demikian, “jika kaum perempuan itu berada dalam posisi dan
tradisi ikut terlibat dalam urusan perdagangan, keuangan dan transaksi hutang piutang, maka
tentu saja mereka berhak mensejajarkan diri untuk mendapatkan kepercayaan dalam
kesaksian sebagaimana kepercayaan yang diperoleh seorang laki-laki".


                           Publish by : http://bakulbuku.com                        Page 4
Reformulasi Pemikiran Hukum Islam


       Singkatnya, Syaltut berpandangan bahwa “persaksian perempuan” sejajar dengan
persaksian laki-laki. Ia menyelami bahwa hikmah atau asbâb an-nuzûl dari ayat 282 surat al-
Baqarah itu adalah bukan berkaitan dengan masalah saksi dalam persoalan peradilan, namun
lebih berbicara masalah interaksi perdagangan. Tetapi sekarang, telah terjadi perubahan yang
cukup berarti dalam kehidupan, karena mereka telah diberi kesempatan yang sama dengan
laki-laki untuk mengembangkan pribadinya. Dengan adanya perubahan yang cukup berarti
dalam kehidupan perempuan pada umumnya. Perempuan saat ini telah banyak pengalaman
dalam berbagai macam bidang kehidupan, karena mereka telah diberi kesempatan yang sama
dengan laki-laki untuk mengembangkan pribadinya. Dengan adanya perubahan kondisi sosial
yang ada, maka kaum perempuan untuk bertindak sebagai saksi dapat sejajar dengan pria.
       Dalam masalah kesaksian ini, Syaltut tetap berpegang pada prinsip yang selalu ia
tegakkan, yakni persamaan hak atas nama keadilan dan kemanusiaan. Dalam bukunya “al-
Islâm Aqîdah wa Syarî‟ah”, ia menyatakan sebagai berikut:
       “Dan pertimbangan dua orang perempuan memperoleh kepercayaan sama dengan
       laki-laki, itu bukanlah kelemahan akal perempuan yang mengurangi nilai
       kemanusiaannya dan berpengaruh untuk memperoleh kepercayaan. Dan yang
       demikian itu, karena sesungguhnya perempuan tidak lazim saat itu berkecimpung
       dalam transaksi keuangan. Dan manakalah mereka yang berkecimpung dalam bidang
       bisnis, yang dalam kebiasaannya itu melibatkan perempuan yang aktif mengunjungi
       sentral-sentral transaksi keuangan (seperti hutang-piutang), maka mereka berhak pula
       menetapkan kepercayaan, kesaksian seorang perempuan, sebagaimana kepercayaan
       kesaksian kepada seorang laki-laki. Dalam inilah keadilan Islam dalam membagi hak-
       hak umum antara laki-laki dan perempuan, suatu keadilan yang benar-benar
       membuktikan, bahwa keduanya itu sederajat dalam nilai kemanusiaan”.

       Dengan demikian, jika kemajuan antara laki-laki dengan perempuan itu seimbang
dalam berbagai bidang, sudah seharusnya tidak ada lagi diskriminasi antara keduanya dalam
berbagai persoalan, termasuk hak menjadi saksi dan persamaan hak di hadapan hukum.
Syaltut memahami ayat 282 surat al Baqarah secara kontekstual dengan melihat sosiologis
saat turunya ayat tersebut.
       Masih mengenai kesaksian, Syaltut juga berpandangan bahwa kesaksian non Islam
terhadap orang Islam adalah sah (tidak diharamkan) baik dalam masalah muamalah atau
jinayah (perdata dan pidana). Pendapat ini tentu bertentangan secara diametral dengan
pendapat yang berkembang di kalangan ulama ’fuqaha’ sebelumnya. Para fuqaha’, seperti
diungkap Wahbah al-Zuhaili, dalam “al-Fiqh al-Islâmi wa Adillah”, berpendapat bahwa


                              Publish by : http://bakulbuku.com                     Page 5
Reformulasi Pemikiran Hukum Islam


tidak bisa diterima kesaksian orang non Muslim. Mazhab Hanafi dan Hambali
memperbolehkan, tetapi sebatas soal wasiat dalam perjalanan saja, dengan mendasarkan pada
surat al Maidah ayat: 106. Memang sebagian besar Mazhab sepakat tidak memperbolehkan
saksi dari kalangan non Islam dalam kasus-kasus pidana atas orang Islam, pendapat ini
tampak jelas adalah kitab “ Bidâyatul Mujtahid” karya Ibnu Rusyd.
       Bertolak dari pendapat mayoritas fuqaha’ Syaltut berusaha mencari terobosan baru
untuk mereformulasikan hukum Islam dengan tidak mendiskriminasikan orang Non Islam.
Dalam bukunya yang berjudul: “ Muqarab al-Mazâhib fi al-Fiqh” ia mengungkapkan dengan
tegas, “ bila diteliti lebih mendalam mengenai hal itu (pelarangan orang non Islam menjadi
saksi terhadap orang Islam, sesungguhnya tidak ada argumentasi yang melarang
diterimanya kesaksian orang non Islam terhadap orang Islam mengenai hal-hal yang berlaku
di antara mereka, baik dalam persoalan muammalah atau jinâyah”.            Syaltut berusaha
menegakkan persamaan hak di hadapan hukum atas nama keadilan dan kemanusiaan tanpa
ada diskriminasi sedikitpun.
       Menurut Syaltut, kesaksian non Islam itu boleh, karena atas dasar beberapa hal di
antaranya: pertama, bahwa orang Islam diperbolehkan bergaul dengan orang non Islam,
bahkan diperbolehkan memakan makanan dari kalangan mereka. Kedua, nash al-Qur`ân surat
al-Nisa` ayat 141 yang redaksinya berbunyi: “ Dan Allah sekali-kali tidak akan memberikan
jalan kepada orang kafir untuk menghinakan orang-orang yang beriman”, ayat ini, kata
Syaltut, tidak berkaitan dengan masalah persaksian dan peradilan, tetapi berkaitan dengan
masalah kemuliaan, kekuasaan dan kemenangan. Ketiga, untuk memutuskan sebuah perkara,
pasti memrlukan bukti-bukti yang mampu menyingkapkan suatu kebenaran, sehingga terbukti
bagi pelaku kejahatan. Ini tergantung dengan kebenaran yang diungkapkan saksi, dan bukan
berkaitan dengan siapa saksi itu.
       Adapun metode ijtihad yang dipakai syaltut dalam masalah persaksian non Islam
(syahâdah ghair al-Muslim) ini, adalah dengan langsung memahmi teks nash yang tertera
pada surat al Baqarah ayat: 282. Menurut Syaltut, dalam persoalan kesaksian, secara implisit
maupun eksplisit tidak terdapat suatu larangan mengenai persaksian orang non Islam
terhadap orang Islam, baik dalam masalah perdata maupun pidana.
       Dengan demikian, orang non Islam dapat memberikan kesaksiannya terhadap orang
Islam, sepanjang kesaksian itu mengandung kebenaran yang dapat diterima akal sehat. Lebih-


                           Publish by : http://bakulbuku.com                        Page 6
Reformulasi Pemikiran Hukum Islam


lebih, dalam masyarakat yang mejemuk, untuk menghindari diskriminasi hukum harus ada
upaya untuk membangun kebersamaan, kesetaraan dan persamaan hak dalam menjalin
kearifan kehidupna yang keberadaban dan kearifan.


2. Bidang Muamalah
       Dalam bidang muamalah, Syaltut terlibat agak fleksibel. Menurutnya, prinsip syari’at
Islam dalam bidang muamalah adalah terpenuhinya maslahah dan terlindungi hak-hak serta
meningkatnya taraf hidup (Syaltut, 1980:391). Apalagi jika suatu masalah itu tidak ada
larangan jika suatu masalah itu menurutnya dalam nash, maka hal itu menurutnya
diperbolehkan. Dengan mengutip pendapat Jalaluddin Suyuti, Syaltut berpandangan bahwa
”hukum yang asal (dasar) atas segala sesuatu itu boleh sehingga ada adil yang
mengharamkannya”. Pendekatan maslahah yang digunakan Syaltut di bidang muamamlah itu
mengantarkan kepada suatu pendapat bahwa keuntungan dari Bank Tabungan Kantor Pos itu
boleh tidak bertentangan dengan syari’at Islam (Arief, 2003:194). Menurut Syaltut,
keuntungan yang diberikan oleh Bank Tabungan Kantor Pos adalah halal, karena uang yang
dititipkan oleh pemilik uang “ kemaslahatan” Bank Tabungan Kantor Pos. Dengan demikian,
secara logis Bank Tabungan Kantor Pos dapat memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada
masyarakat dan lebih mempercepat terbentuknya jaringan Kantor Pos lebih luas lagi.
       Pandangan demikian ini berbeda dengan pendapat kalangan ulama Mesir saat itu yang
menyatakan secara tegas bahwa keuntungan yang diberikan Bank Tabungan Kantor Pos
adalah haram. Akibat dari pendapat ini, lebih dari tiga ribu penabung menolak menerima
keuntungannya, karena keyakinan agama mereka. Perbedaan pendapat ini, karena berakar
dari cara melihat dan memahami konsep riba, suatu pelanggaran yang disebut dalam al-
Qur`ân. Kata riba dalam al-Qur`ân sering diulang-ulang, dan sampai pada kesimpulan bahwa
kategori yang disebut “riba” sesungguhnya adalah riba yang bersyarat adh‟âfa-mudhâ‟afat,
seperti yang tertera pada surat al Baqarah ayat: 275-278. Rasyid Ridha dan al-Maraghi
menafsirkan bahwa “riba bersyarat” itu tidak wajar, dengan cara melipatgandakan secara
belebihan.
       Sementara Syaltut menanggapi fatwa larangan mengambil keuntungan Bank
Tabungan Kantor Pos karena diduga mengandung unsur riba seperti fatwa yag dikeluarkan
Mufti Mesir tanggal 13 Agustus 1989 yang harus dijauhi oleh masyrakat. Namun, setelah


                         Publish by : http://bakulbuku.com                           Page 7
Reformulasi Pemikiran Hukum Islam


ditelusuri ternyata tidak ditemukan unsur riba bersyarat tadi. Bahkan, dengan adanya Bank
Tabungan Kantor Pos justru menjamin kesejahteraan anggotanya dan bisa untuk memcahkan
kesulitan bersama.
       Syaltut mengemukakan argumentasinya dengan cara mengiyaskan antara Bank
Tabungan Kantor Pos dengan aktifitas Syirkah al-mudhârabah, yaitu menabung uang di Bank
Tabungan Kantor Pos sebagai sâhib al-mâl al-mudhârib (yang menjalankan usaha) yaitu
bertindak sebagai pemegang dari pemilik modal.
       Menurut Syaltut, metode qiyas harus perlu digunakan untk menyelesaikan persoalan
ini. Sehingga mengambil keuntungan Metode Bank Tabungan Kantor Pos adalah aktivitas
yang dipandang boleh, sebagaimana sistem Syirkah al-mudhârabah. Syaltut melihat bahwa
kesamaan 'illat, yakni” penyetoran modal usaha”. Bank Tabungan Kantor Pos terdapat
peraktek saling eksploitasi yang merugikan terhadap pihak-pihak yang melakukan transaksi,
yang dalam Islam sangat dilarang. Bahkan yang ada dalam aktivitas Bank Tabungan Kantor
Pos itu adalah terpenuhinya maslahah. Dengan demikian, kemaslahatan bersama dalam
bidang pos terpenuhi.
       Ketetapan hukum digunakan Syaltut dalam masalah ini, yaitu dengan menggunakan
al-hajjah, dan adh-dhahûrrah. Sejalan dengan kaidah: kebutuhan itu dapat menempati posisi
darurat baik bersifat umum maupun khusus”. Sementara dalam al-Qur`ân juga ditegaskan:
Dan Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang telah diharamkannya”. Dari keterangan ini
Syaltut beralasan bahwa dalam keadaan terpaksa karena dharûrat, suatu obligasi itu dapat
dijalankan, walaupun seandainya ada elemen yang tidak dibolehkan oleh agama. Argumen ini
sesuai dengan suatu kaidah “Kemadharatan (Keadaan darurat) itu membolehkan suatu
larangan” .


3. Bidang perkawinan
       Manusia diciptakan oleh Allah untuk saling berpasang-pasangan. Dengan hidup
berpasang-pasangan itulah maka manusia dapat meneruskan keturunannya. Islam
mengajarkan supaya terjadi rerproduksi, manusia diwajibkan untuk nikah dan kawin.
Perkawianan merupakan pintu sahnya “pergaulan “ lawan jenis yang sebelumnya
diharamkan.
       Syaltut menggarisbawahi bahwa perkawinan merupakan tonggak yang menentukan


                         Publish by : http://bakulbuku.com                       Page 8
Reformulasi Pemikiran Hukum Islam


kualitas pembangunan bangsa. Karena kualitas bangsa dapat diukur dari masing-masing
kualitas keluarga. Jika dalam keluarga rapuh, maka bangsa juga ikut menjadi rapuh. Sehingga
soal perkawinan, harus dipandang penting oleh siapapun, terutama umat Islam. Syaltut punya
perhatian besar pada masalah ini. Sekalipun persoalan ini telah sejak lama menjadi
pembicaraa, misalnya sejajk masa Umar Bin Khottob.
              Menurut Syaltut, seperti yang terungkap dalam kitabnya “al Fatawa”
       menyatakan bahwa kawin beda agama (laki-laki Muslim dengan perempuan ahl
       Kitab) adalah hubungan yang sebaiknya tidak perlu dilakukan, alias haram, sekalipun
       ayat al-Qur`ân memberikan rambu-rambu boleh, sebgaimana terdapat pada surat al
       Maidah ayat 5. sebelum membahas pikiran Syaltut , ada sebaiknya kita lihat beberapa
       pendapat yang telah lahir sebelumnya. Ada tiga pendapat yang telah lahir
       sebelumnya. Ada tiga pendapat yang berkembang di kalangan ulama’ dalam
       menafsirkan ayat di atas, yaitu mengenai laki-laki Muslim mengawini perempuan ahl
       kitab. Pendapat pertama menyatakan bahwa laki-laki Muslim haram menikahi
       perempuan ahli Kitab. Pendapat ini seperti dikemukakan oleh abdullah Ibn Umar,
       dengan menggunakan argumentasi ayat 221 surat al Baqarah . “ Dan janganlah kamu
       mengawini perempuan musrik, sehingga mereka beriman”. Abdullah Ibn Umar
       berpendapat, perempuan musyrik dari kalangan Nasrani dan Yahudi termasuk
       kategori musyrik. Karena termasuk musyrik, maka tidak halal untuk dikawini. (al-
       Razi, 1985:150, Ibn Katsir, 189; 22). Pendapat kedua menyatakan, bahwa mengawini
       perempuan ahl kitab tidak diperlukan lagi dan otomatis hilanglah rukhsoh untuk
       mengawininya. Pendapat ini dikemukakan jumhur ulama’ yang membolehkan
       mengawini perempuan ahl kitab dengan dasar sumber ayat tersebut di atas. (al Razi,
       1985; 151).
              Syaltut berfatwa, bahwa perkawinan beda agama adalah haram. Larangan
       Muslim mengawini perempuan ahl kitab, karena cenderung yang amat sangat
       membahayakan keluarga, terutama kasus di Mesir. Menurutnya, suami-suami Muslim
       yang kawin dengan perempuan kitabiyah itu, telah terpengaruh oleh budaya dan adat
       istiadat istrinya, sehingga anak-anaknya dididik oleh istrinya menurut agamnya dan
       adat istiadatnya. Dengan demikian, suami membiarkan anak-anaknya dan keluarganya
       terlepas dari ajaran Islam, akibat dari pengaruh istrinya yang begitu dominan,


                         Publish by : http://bakulbuku.com                         Page 9
Reformulasi Pemikiran Hukum Islam


   sehingga dikhawatirkan keturunannya beralih aqidah agamanya (Arief, 2003; 128).
          Argumentasi Syaltut cukup beralasan ketika melihat kondis dan kasus
   sedemikian merugikan umat Islam. Apalagi, penglihatan Syaltut terhadap proses
   perkawinan menjadi tumpuan generasi yang harus dijaga dan junjung tinggi umat
   Islam. Ia sangat memperhatikan keberadaan rumahtangga Muslim sebagai penyangga
   keberadaan masyarakat Islam. Lebih lanjjut, Syaltut mengemukakan bahwa salah satu
   tujuan perkawianan, seperti yang dikehendaki al-Qur`ân adalah mencari ketenangan,
   dan ketenangan itu diperoleh jika terdapat kesamaan agama antara suami dan istri.
   Perkawinan dalam persepsi Islam bukan sekedar menyalurkan seksual belaka, tetapi
   juga merupakan embrional menuju terwujudnya masyarakat yang shaleh. Atas dasar
   hakikat dari tujuan perkawinan itu, perkawinan dengan non Muslim tidak hanya akan
   menimbulkan kesenjangan emosional spiritual dari kedua belah pihal suami istri, akan
   tetapi pada gilirannya juga akan mereduksi nilai-nilai agama yang mereka yakini
   (arief, 2003; 129).
          Metode yang digunakan Syaltut dalam melihat persoalan di atas yaitu sadd al
   dzari‟ah. Dalam pandangan syaltut, perkawinan beda agama tersebut mengandung
   mafsadah (kerusakan), bahkan mafsadah itu pasti terjadi. Oleh karenanya, perkawinan
   beda agama harus dicegah dan dihindari. Sebagai slah satu jalan untuk mencegah
   datangnya mafsadah, kata Syaltut, ialah dengan cara melarang mengawini perempuan
   ahl kitab, walaupun nash sendiri tidak melarang.
1. Bidang Pidana
          Hakikat berlakunya hukum pidana adalah untuk menjagta kestabilan
   masyarakat. Pelaksnaan hukum pidana tidak bisa dimonopoli oleh segelintir orang
   atau kelompok, tetapi harus berlaku bagi komunitas yang berbeda tempat itu. Namun
   dalam implementasinya, sering terjadi ketimpangan, dikriminasi dan ketidakadilan.
   Karena hukum telah dijadikan oleh penguasa untuk menjamin status quo dan
   menindas setiap tindakan meyimpang yang normanya ditentukan oleh mereka. Kasus
   ini pernah terjadi pada pra Islam, ketika hukkum pidana hanya untuk menghukumi
   hamba sahaya, kaum papa secara semena-mena.
          Lalu, kehadiran Islam membawa ajaran yang menekankan keadilan, seperti
   yang terungkap pada surat al Maidah ayat; 8 “ Berlakulah adil, karena adil itu lebih


                         Publish by : http://bakulbuku.com                     Page 10
Reformulasi Pemikiran Hukum Islam


       dekat dengan taqwah”. Berpijak atas rasa keadilan dan persamaan hak di muka
       hukum, Syaltut berpendapat bahwa seorang Muslim yang melakukan pembunuhan
       terhadap seorang Non Muslim dengan sengaja harus dikenakan qiyas, bila keluarga
       terbunuh tidak memaafkan. Berbeda dengan pendapat jumhur ulama’ yang
       menyatakan bahwa orang muslim yang membunuh orang non Muslim hanya
       dikenakan hukuman ta’zir, yaitu suatu hukuman yang kualitas dan kuantitas relatif
       lebih ringan dibanding dengan hukuman qiyas (al jahiri, 1985:282-283).
               Menurut Syaltut, hukum pidana harus berlaku sama, tidak ada pembedaan atas
       agam. Sehingga ta’zir seperti yang menjadi kesepkatan jumhur ulama’ harus ditentang
       dan perlu diluruskan demi menjaga keutuhan hukum itu sendiri. Syaltut memahami
       surat al Baqarah ayat: 178 “ Kutiba alaikum al Qiyas” adalah persamaan dalam
       melakukan pembalasan. Dari sinilah dapat dilihat, bhawa syaltut ingin meletakkan
       nilai kemanusiaan sebgai prinsip kehidupan yang harus dihargai, dan dipandangnya
       selaras dengan prinsip al Mashih al Khamsah yang salah satunya ialah hifdz al Nafs.
       Di pihak lain, ssesungguhnya kahekat dasar kemanusiaan ialah termasuk di dalamnya
       menegakkan keadilan ditegaskan dalam al-Qur`ân harus dijalankan dengan tegas,
       sekalipun kerabatnya sendiri, dan janganlah kebencian kepada suatu golongan itu
       membuat orang tidak mampu menegakkan keadilan.
               Syaltut juga berpendapat bahwa seorang ayah membunuh anaknya, akan tetap
       dikenakan qiyas secara mutlak (Syaltut, 1980: 372). Pandangan ini berada dengan
       jumhur ulama’ yang menyatakan bahwa ayah yang membunuh anayknya
       tidakdikenakan hukuman qiyas, tetapi cukup dengan ta‟zir.
       Penutup.
       Reformasi Pemikiran hukum Islam merupakan bagian dari kreasi manusia dalam
menangkap perubahan makna (konteks) zaman. Sebagai pemikir hukum Islam, Mahmud
Syaltut telah berusaha menafsirkan ulang ketetapan-ketetapan hukum terdahulu ke dalam
situasi dan kondisi yang baru. Dengan logika yang cerdas, Syaltut mengurai satu persatu
persoalan hukum yang ia rasa tidak sepenuhnya dapat menjawab permasalahan dan tantangan
kehidupan. Reformulasi hukum Islam seperti yang dikemukakan Syaltut, merupakan hukum
yang digali dari nilai-nilai normatif dengan cara mentafsirkan secara sosiologis.
       Keempat pemikiran hukum di atas, merupakan konstribusi dan pengembangan


                           Publish by : http://bakulbuku.com                        Page 11
Reformulasi Pemikiran Hukum Islam


pembaharuan hukum Islam yang diberikan Syaltut. Ia telah meletakkan prinsip persamaan
hak di hadapan hukum demi sekat-sekat sosial agama, sosial kemasyarakatan dan perbedaan
gender. Keadilan dan nilai kemanusiaan tidak boleh dipraktekkan hanya secara sepihak.
Karena itu, keadilan harus berlaku di hadapan orang Islam dan Non Islam, laki-laki dan
perempuan, orang merdeka dan hamba sahaya seterusnya. Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa Mahmud Syaltut dalam melakukan ijtihad, dasar yang dijadikan rujukan
adalah al-Qur`ân, al Sunnah dan Al Ra’yu.




                                     DAFTAR PUSTAKA




                         Publish by : http://bakulbuku.com                      Page 12
Reformulasi Pemikiran Hukum Islam


       Al-Jaziri, Abd al-Rahman, 1985. al Fiqh „Al al-Mazahib al-Arba‟ah, Bairut Dar Fikr
       Al-Razi, 1985. Tafsir al-Fakhr al-Razi al Musytahar bi Tafsir al Kabir wa Mafatih al
Ghaib, Bairut Dar Fikr
       Arief, abd Salam, 2003. Pembaruan Pemikiran Hukukm Islam; Antara fakta dan
Realita, Yokyakarta: LESFEI
       Bayumi, Abd al Rahman, 1968. Hayat al Imam al-Sayyid al-Fadillah al-Ustad al-
Syaikh Mahmud Syaltut, Bairut; dar al-Qalam
       Ibn Katsir, 1989. Tafsir al-Qur`ân al-Azim Bairut: Dar Falah
       Nabil, Abd Fatah, 1995. Al-Halah al-Diniyah Fi Misra, Mesir: Markaz Maktabah al-
Dirasah.
       Syaltut, Mahmud, 1979. Tafsir al-Qur`ân al Karim, Kairo: Dar




                         Publish by : http://bakulbuku.com                         Page 13

More Related Content

What's hot

Masa ke 6 (enam) era kebangkitan fiqh
Masa ke 6 (enam) era kebangkitan fiqhMasa ke 6 (enam) era kebangkitan fiqh
Masa ke 6 (enam) era kebangkitan fiqhLtfltf
 
Fiqh kel 6
Fiqh kel 6Fiqh kel 6
Fiqh kel 6Ltfltf
 
Fikih kel 6
Fikih kel 6Fikih kel 6
Fikih kel 6Ltfltf
 
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)Aina Sofieyah
 
1 ijtihad al ilmi mutamam oke
1 ijtihad al ilmi mutamam oke1 ijtihad al ilmi mutamam oke
1 ijtihad al ilmi mutamam okeAgus Muqtafiy
 
Konsep Siasah Syari’yyah
Konsep Siasah Syari’yyahKonsep Siasah Syari’yyah
Konsep Siasah Syari’yyahAr Rayyan
 
Buku ideologi akuntansi islam
Buku ideologi  akuntansi islamBuku ideologi  akuntansi islam
Buku ideologi akuntansi islamdwijuwita2
 
Bab 1 filsafat_pancasila
Bab 1 filsafat_pancasilaBab 1 filsafat_pancasila
Bab 1 filsafat_pancasilaTitikbudiarti
 
Pengantar Fiqih Siyasah
Pengantar Fiqih SiyasahPengantar Fiqih Siyasah
Pengantar Fiqih Siyasahatiyu
 
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)Early Ridho Kismawadi
 
Rekontekstualisasi fikih islam
Rekontekstualisasi fikih islamRekontekstualisasi fikih islam
Rekontekstualisasi fikih islamssuser8d4c3e
 
Islam dan Isu Konterporer
Islam dan Isu Konterporer Islam dan Isu Konterporer
Islam dan Isu Konterporer LBB. Mr. Q
 
Konsep Adil dalam Poligami: Telaah Pemikiran Mushthofa Al-‘Adawï dalam Tafsir...
Konsep Adil dalam Poligami: Telaah Pemikiran Mushthofa Al-‘Adawï dalam Tafsir...Konsep Adil dalam Poligami: Telaah Pemikiran Mushthofa Al-‘Adawï dalam Tafsir...
Konsep Adil dalam Poligami: Telaah Pemikiran Mushthofa Al-‘Adawï dalam Tafsir...InternationalJournal Ihya' 'Ulum al-Din
 
Presentasi Fiqh Siyasah Dan Muamalah Kuliah 1 Show
Presentasi Fiqh Siyasah Dan Muamalah   Kuliah 1 ShowPresentasi Fiqh Siyasah Dan Muamalah   Kuliah 1 Show
Presentasi Fiqh Siyasah Dan Muamalah Kuliah 1 ShowMarhamah Saleh
 
Sumber hukum islam fiqih
Sumber hukum islam fiqihSumber hukum islam fiqih
Sumber hukum islam fiqihFransisca Vivin
 

What's hot (20)

Pemikiran Fazlur rahman
Pemikiran Fazlur rahmanPemikiran Fazlur rahman
Pemikiran Fazlur rahman
 
Masa ke 6 (enam) era kebangkitan fiqh
Masa ke 6 (enam) era kebangkitan fiqhMasa ke 6 (enam) era kebangkitan fiqh
Masa ke 6 (enam) era kebangkitan fiqh
 
Fiqh kel 6
Fiqh kel 6Fiqh kel 6
Fiqh kel 6
 
Fikih kel 6
Fikih kel 6Fikih kel 6
Fikih kel 6
 
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
 
112 226 abu sahrin - metode hermeneutika alquran
112 226 abu sahrin - metode hermeneutika alquran112 226 abu sahrin - metode hermeneutika alquran
112 226 abu sahrin - metode hermeneutika alquran
 
Membaca ulil
Membaca ulilMembaca ulil
Membaca ulil
 
1 ijtihad al ilmi mutamam oke
1 ijtihad al ilmi mutamam oke1 ijtihad al ilmi mutamam oke
1 ijtihad al ilmi mutamam oke
 
Konsep Siasah Syari’yyah
Konsep Siasah Syari’yyahKonsep Siasah Syari’yyah
Konsep Siasah Syari’yyah
 
Dwi ilhami
Dwi ilhamiDwi ilhami
Dwi ilhami
 
Buku ideologi akuntansi islam
Buku ideologi  akuntansi islamBuku ideologi  akuntansi islam
Buku ideologi akuntansi islam
 
Bab 1 filsafat_pancasila
Bab 1 filsafat_pancasilaBab 1 filsafat_pancasila
Bab 1 filsafat_pancasila
 
Pengantar Fiqih Siyasah
Pengantar Fiqih SiyasahPengantar Fiqih Siyasah
Pengantar Fiqih Siyasah
 
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
 
Rekontekstualisasi fikih islam
Rekontekstualisasi fikih islamRekontekstualisasi fikih islam
Rekontekstualisasi fikih islam
 
tugas-2 HADIS TEMATIK DAKWAH OLEH Icha Fahira Azzani. SM IV KPI-C FDK UINSU 2...
tugas-2 HADIS TEMATIK DAKWAH OLEH Icha Fahira Azzani. SM IV KPI-C FDK UINSU 2...tugas-2 HADIS TEMATIK DAKWAH OLEH Icha Fahira Azzani. SM IV KPI-C FDK UINSU 2...
tugas-2 HADIS TEMATIK DAKWAH OLEH Icha Fahira Azzani. SM IV KPI-C FDK UINSU 2...
 
Islam dan Isu Konterporer
Islam dan Isu Konterporer Islam dan Isu Konterporer
Islam dan Isu Konterporer
 
Konsep Adil dalam Poligami: Telaah Pemikiran Mushthofa Al-‘Adawï dalam Tafsir...
Konsep Adil dalam Poligami: Telaah Pemikiran Mushthofa Al-‘Adawï dalam Tafsir...Konsep Adil dalam Poligami: Telaah Pemikiran Mushthofa Al-‘Adawï dalam Tafsir...
Konsep Adil dalam Poligami: Telaah Pemikiran Mushthofa Al-‘Adawï dalam Tafsir...
 
Presentasi Fiqh Siyasah Dan Muamalah Kuliah 1 Show
Presentasi Fiqh Siyasah Dan Muamalah   Kuliah 1 ShowPresentasi Fiqh Siyasah Dan Muamalah   Kuliah 1 Show
Presentasi Fiqh Siyasah Dan Muamalah Kuliah 1 Show
 
Sumber hukum islam fiqih
Sumber hukum islam fiqihSumber hukum islam fiqih
Sumber hukum islam fiqih
 

Similar to REFORMULASI

35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
Nasakh dalam hukum islam
Nasakh dalam hukum islamNasakh dalam hukum islam
Nasakh dalam hukum islamAn Nisbah
 
Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Filsafat Hukum Islam
Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Filsafat Hukum IslamSejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Filsafat Hukum Islam
Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Filsafat Hukum IslamAdriani154
 
Pembaharuan Hukum Islam DI Mesir Oleh Muh.Abduh(Sukma AP).pdf
Pembaharuan Hukum Islam DI Mesir Oleh Muh.Abduh(Sukma AP).pdfPembaharuan Hukum Islam DI Mesir Oleh Muh.Abduh(Sukma AP).pdf
Pembaharuan Hukum Islam DI Mesir Oleh Muh.Abduh(Sukma AP).pdfSukmaArohman
 
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.pdf
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.pdfTarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.pdf
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.pdfZukét Printing
 
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.docx
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.docxTarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.docx
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.docxZukét Printing
 
Ushul Fiqh Perkembangan Hukum Islam.doc
Ushul Fiqh Perkembangan Hukum Islam.docUshul Fiqh Perkembangan Hukum Islam.doc
Ushul Fiqh Perkembangan Hukum Islam.docAndreaGilang
 
FALSAFAH KESATUAN ISLAM .pdf
FALSAFAH KESATUAN ISLAM .pdfFALSAFAH KESATUAN ISLAM .pdf
FALSAFAH KESATUAN ISLAM .pdfAldaPira
 
Tasyri masa daulah umayyah
Tasyri masa daulah umayyahTasyri masa daulah umayyah
Tasyri masa daulah umayyahjefrihilda
 
Dr. marzuki, m.ag . buku hukum islam bab 1. pendahuluan
Dr. marzuki, m.ag .  buku hukum islam bab 1. pendahuluanDr. marzuki, m.ag .  buku hukum islam bab 1. pendahuluan
Dr. marzuki, m.ag . buku hukum islam bab 1. pendahuluanIlham Eka Pratama
 
1. dimyati
1. dimyati1. dimyati
1. dimyatirizquna
 
Pergumulan jaringan intelektual keislaman
Pergumulan jaringan intelektual keislamanPergumulan jaringan intelektual keislaman
Pergumulan jaringan intelektual keislamanQowim Musthofa
 
Kerangka Kitab Mafahim Hizbut Tahrir
Kerangka Kitab Mafahim Hizbut TahrirKerangka Kitab Mafahim Hizbut Tahrir
Kerangka Kitab Mafahim Hizbut TahrirUmi Sa'adah
 

Similar to REFORMULASI (20)

35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
 
Nasakh dalam hukum islam
Nasakh dalam hukum islamNasakh dalam hukum islam
Nasakh dalam hukum islam
 
Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Filsafat Hukum Islam
Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Filsafat Hukum IslamSejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Filsafat Hukum Islam
Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Filsafat Hukum Islam
 
Pembaharuan Hukum Islam DI Mesir Oleh Muh.Abduh(Sukma AP).pdf
Pembaharuan Hukum Islam DI Mesir Oleh Muh.Abduh(Sukma AP).pdfPembaharuan Hukum Islam DI Mesir Oleh Muh.Abduh(Sukma AP).pdf
Pembaharuan Hukum Islam DI Mesir Oleh Muh.Abduh(Sukma AP).pdf
 
Studi Hukum Islam
Studi Hukum IslamStudi Hukum Islam
Studi Hukum Islam
 
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.pdf
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.pdfTarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.pdf
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.pdf
 
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.docx
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.docxTarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.docx
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.docx
 
Ushul Fiqh Perkembangan Hukum Islam.doc
Ushul Fiqh Perkembangan Hukum Islam.docUshul Fiqh Perkembangan Hukum Islam.doc
Ushul Fiqh Perkembangan Hukum Islam.doc
 
FALSAFAH KESATUAN ISLAM .pdf
FALSAFAH KESATUAN ISLAM .pdfFALSAFAH KESATUAN ISLAM .pdf
FALSAFAH KESATUAN ISLAM .pdf
 
Ahlul ra'yi
Ahlul ra'yiAhlul ra'yi
Ahlul ra'yi
 
Tasyri masa daulah umayyah
Tasyri masa daulah umayyahTasyri masa daulah umayyah
Tasyri masa daulah umayyah
 
Istinbat hukum
Istinbat hukumIstinbat hukum
Istinbat hukum
 
Dr. marzuki, m.ag . buku hukum islam bab 1. pendahuluan
Dr. marzuki, m.ag .  buku hukum islam bab 1. pendahuluanDr. marzuki, m.ag .  buku hukum islam bab 1. pendahuluan
Dr. marzuki, m.ag . buku hukum islam bab 1. pendahuluan
 
1. dimyati
1. dimyati1. dimyati
1. dimyati
 
Pergumulan jaringan intelektual keislaman
Pergumulan jaringan intelektual keislamanPergumulan jaringan intelektual keislaman
Pergumulan jaringan intelektual keislaman
 
Kerangka Kitab Mafahim Hizbut Tahrir
Kerangka Kitab Mafahim Hizbut TahrirKerangka Kitab Mafahim Hizbut Tahrir
Kerangka Kitab Mafahim Hizbut Tahrir
 
Liberalisme
LiberalismeLiberalisme
Liberalisme
 
Liberalisme
LiberalismeLiberalisme
Liberalisme
 
Politik islam
Politik islamPolitik islam
Politik islam
 
Jurnal fikih
Jurnal fikihJurnal fikih
Jurnal fikih
 

Recently uploaded

PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 

Recently uploaded (20)

PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 

REFORMULASI

  • 1. Reformulasi Pemikiran Hukum Islam REFORMULASI PEMIKIRAN HUKUM ISLAM (Kajian Pemikiran Mahmud Syaltut) Oleh : Chamim Thohari, M.Ag. Abstraksi Sejalan dengan akselerasi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), jantung pemikiran Islam telah mengalami pergeseran, terutama istinbath hukum yang lahir dari situasi dan kondisi yang tradisonal dan linear. Sehingga pemikiran hukum Islam, terkadang sudah kehilangan relevansinya dengan semangat zaman yang terus semakin berkembang ini. Atas dasar itulah, tulisan ini ingin menghadirkan “kreasi baru” tentang reformulasi pemikiran hukum Islam yang digagas oleh Mahmud Syaltut. Setidaknya, ada empat bidang pokok persoalan yang mampu penulis hadirkan dalam tulisan ini. Kata Kunci : Reformulasi, Hukum Islam, PENDAHULUAN Mahmud Syaltut adalah seorang pakar di bidang hukum Islam Mesir yang pernah menerima gelar kehormatan akademis (doktor honoris causa) dari IAIN Sunan Kalijaga Yokyakarta. Sosok dan cakrawala pemikirannya telah benar-benar memancarkan kedalaman pengetahuan dan kearifan dalam menangkap makna pesan ajaran Islam (al-Qur`ân dan as- Sunnah) ketika menghadapi perubahan dan perkembangan zaman, terutama di bidang hukum Islam. Reformulasi pemikiran hukum Islam yang dilakukan Syaltut merupakan langkah yang dinanti sejak lama dan sangat dibutuhkan hukum umat Islam untuk memberikan solusi terhadap masalah-masalah kontemporer yang selalu berkembang, selaras dengan perkembangan karakter budaya dan ilmu pengetahuan. Sejak periode awalnya, hukum Islam merupakan suatu kajian yang dinamis dan kreatif. Ia tumbuh dan berkembang sebagai hasil interpretasi terhadap prinsip-prinsip yang Publish by : http://bakulbuku.com Page 1
  • 2. Reformulasi Pemikiran Hukum Islam ada dalam al-Qur`ân dan as-Sunnah sesuai dengan struktur dan konteks perkembangan masyarakat saat itu, merupakan refleksi logis dari situasi dan kondisi di mana ia tumbuh dan berkembang. Berbicara masalah Reformulasi pemikiran hukum Islam, Mahmud Syaltut adalah salah satu di antara sekian pemikir Muslim yang radikal dan liberal dalam memahami konteks hukum Islam. Pokok-pokok pandangannya tentang hukum Islam sudah terlihat jelas bahwa hasil produk pemikirannya telah merubah pandangan lama (tradisionalis) yang selama ini berkembang dan mengakar serta mendarah daging di kalangan umat Islam. Dengan penuh resiko yang pasti menimpa dirinya, Syaltut berusaha memberanikan diri untuk merubah pola pandangan lama itu dengan pendekatan kontekstual (sosio historis), akan mudah ditemukan kemaslahatannya, sekalipun harus bertentangan dengan teks (nash) yang tertera dalam al- Qur`ân dan as-Sunnah. Dengan pendekatan sosio historis berarti mengandung arti modernisasi pemikiran, dalam usaha merubah faham-faham lama, adat istiadat dan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Tulisan ini ingin menyuguhkan gagasan Muhammad Syaltut yang berhubungan dengan reformulasi pemikiran hukum Islam. Sebuah usaha awal untuk mencari model pendekatan dalam memahami hukum Islam. Sekalipun sesungguhnya telah banyak pemikir Muslim melakukan pembaruan, tetapi suhu dan gelombangnya belum signifikan jika dibandingkan dengan khazanah ilmu keislaman lainnya, misalnya teologi Islam, filsafat Islam, ilmu Tasawuf, ilmu Tafsir dan seterusnya. Sudah barang tentu diketahui bahwa Islam semakin akan dapat bergelut dengan kehidupan modern sepanjangan wilayah pemikiran Islam dapat tempat posistif ke arah sana. Dan salah satu upaya untuk memenuhi keinginan ini, melalui paparan ini akan meyuguhkan sebuah reformulasi pemikiran hukum versi Mahmud Syaltut. âîû PEMBAHASAN Mahmud Syaltut merupakan salah seorang putra terbaik Mesir yang lahir pada tanggal 23 April 1893, ia memiliki tradisi yang sangat kental dalam memegangi sumber ajaran Islam, terutama dalam “memelihara” bacaan al-Qur`ân. Sejak usia 13 tahun, ia sudah dikenal sebagi hâfiz, dan sekaligus merupakan langkah awal dalam memasuki jenjang dan karier pendidikannya. Setelah itu, ia masuk pada Lembaga Pendidikan Agama di Iskandariyah yaitu Publish by : http://bakulbuku.com Page 2
  • 3. Reformulasi Pemikiran Hukum Islam al-Ma‟had ad- Dîni, suatu lembaga satu atap dan berafiliasi pada Universitas al-Azhar Mesir. Semasa menjalani studinya di al-Ma‟had ad- Dîni, Mahmud Syaltut tergolong murid yang banyak dikagumi oleh para gurunya, karena beberapa ide dan gagasan yang cerdas dan menonjol. Bahkan, setiap jenjang studinya, prestasi yang dicapai peringkat pertama, termasuk dalam menyelesaikan studinya di Universiats al-Azhar tahun 1918 M dengan meraih predikat Syahadah al-alimiyah al-Nizâmiyah, suatu penghargaan tertinggi dari al-Azhar atas prestasinya yang dicapainya selama studi. Setelah tamat studinya di al-Azhar, ia meniti karir sebagai pengajar atau dosen di almamaternya, di samping sebagai da’i ia juga aktif menulis di majalah dan jurnal yang diterbitkan oleh al-Azhar. Selama 25 tahun, ia aktif mempelopori jama’ah al-Taqrîb baina al- madzâhib, suatu organisasi non mazdhab atau lembaga netral yang berusaha untuk mempertemukan antara kelompok ulama’ sunni dan Syi’ah, dengan demikin ia berusaha keras ingin melepaskan atau menghilangkan “ fanatisme madzhab” dalam hukum Islam. Semasa karirnya, Mahmud Syaltut banyak mengahabiskan waktunya untuk mengisi kegiatan-kegiatan ilmiah, membuka konsultan hukum, menulis di berbagai masmedia, dan selebihnya sebagai guru besar di al-Azhar. Sisi lain, yang menarik dari Mahmud Syaltut sikapnya yang “ radikal” dalam memahami sumber hukum Islam. Ketika dipercaya sebagai dosen di al-Azhar, ia sering terjadi kontra dengan teman-teman sejawatnya yang mereka dulu mengabdi. Sebagai dosen muda, ia punya cita-cita untuk membuka “kegelapan” sebagaimana yang dinyakini bahwa stagnansi pemikiran Islam selama ini menyelimuti al-Azhar, terutama dalam menatap hukum Islam, upaya serupa juga tampak pada diri al-Marâghi, yang keduanya menentang keras terhadap kalangan tradisional ulama fiqh. Akhirnya, al-Marâghi ditendang dari jabatan Syaikh al-Azhar dan diganti Muhammad al-Ahmad al-Zahiri. Dalam tempo yang tidak terlalu lama, nasib serupa juga menimpa pada diri Mahmud Syaltut, bahkan lebih kejam lagi. Reformulasi Pemikiran Hukum Islam Sepanjang yang penulis ketahui, banyak pemikiran hukum Islam yang telah digagas oleh Mahmud Bidang Akan tetapi, dalam tulisan ini, penulis batasi hanya empat persoalan saja, yaitu persoalan kesaksian bidang muamalah, persoalan perkawinan beda agama, (laki- laki Muslim dengan al- Kitâb) dan seputar hukum Pidana. Publish by : http://bakulbuku.com Page 3
  • 4. Reformulasi Pemikiran Hukum Islam 1. Persoalan Kesaksian Kontekstual penafsiran Syaltut terhadap ayat al-Qur`ân telah memperlihatkan kemajuan berfikir yang spektakuler. Menurut logika Syaltut, tidak ada ayat yang tidak berlatar belakang sosiologis, terutama ayat-ayat yang berbicara seputar hukum. Maka sudah semestinya menjadi tugas para cendekiawan Muslim, untuk mengubah pandangan klasik, tradisioanal yang argumen-argumennya cenderung irasional itu, supaya kembali pada jiwa dan semangat al-Qur`ân yang sesungguhnya. Secara cerdas, Syaltut berusaha merombak argumen-argumen tafsir atas sejumlah ayat sosiologis yang telah dipatenkan menjadi ayat-ayat yang bersifat absolut (memuat kandungan ibadah dan aqidah) itu menjadi ayat-ayat yang sosiologis yang bersifat kontektual (Arief, 2003: 190). Penafsiran itu misalnya, ayat 282 surat Al-Baqarah, bahwa kesaksian “ satu orang laki-laki dan dua orang perempuan “, secara sosiologis pada waktu itu memang banyak para perempuan yang tidak terjun dalam dunia perniagaan, sehingga ingatannya dikhawatirkan agak lemah dibandingkan dengan kaum laki-laki yang saat itu menekuninya. Sementara itu menurut jumhur ulama, dalam memahami ayat di atas, seringkali justru mengarah ketidaksetaraan (inequality) antara laki-laki dan perempuan, bahwa perempuan itu lebih rendah daripada laki-laki, oleh karena itu kesaksian orang perempuan bernilai separuh dari kesaksian orang laki-laki. Para fuqaha dalam menetapkan masalah kesaksian perempuan selalu dengan perbandingan dua orang saksi perempuan sama nilainya dengan kesaksian laki- laki (al-Zuhaili, 1989:570). Menurut Syaltut, latar belakang sosiologis ayat itu, adalah ketika kaum perempuan tidak aktif dalam berbagai transaksi finansial dan kurang akrab dengan masalah perniagaan dibanding dengan kaum laki-laki, oleh karenanya ingatan kaum perempuan dalam urusan keuangan lemah, sebaliknya dalam urusan rumah tangga perempuan lebih unggul daripada laki-laki. Lebih lanjut, kata Syaltut, memang sudah sifat manusia pada umumnya, bahwa ingatannya itu kuat dalam persoalan yang ia tekun, berkosentrasi dan berakibat di dalamnya (Syaltut, 1980:240). Dengan demikian, “jika kaum perempuan itu berada dalam posisi dan tradisi ikut terlibat dalam urusan perdagangan, keuangan dan transaksi hutang piutang, maka tentu saja mereka berhak mensejajarkan diri untuk mendapatkan kepercayaan dalam kesaksian sebagaimana kepercayaan yang diperoleh seorang laki-laki". Publish by : http://bakulbuku.com Page 4
  • 5. Reformulasi Pemikiran Hukum Islam Singkatnya, Syaltut berpandangan bahwa “persaksian perempuan” sejajar dengan persaksian laki-laki. Ia menyelami bahwa hikmah atau asbâb an-nuzûl dari ayat 282 surat al- Baqarah itu adalah bukan berkaitan dengan masalah saksi dalam persoalan peradilan, namun lebih berbicara masalah interaksi perdagangan. Tetapi sekarang, telah terjadi perubahan yang cukup berarti dalam kehidupan, karena mereka telah diberi kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk mengembangkan pribadinya. Dengan adanya perubahan yang cukup berarti dalam kehidupan perempuan pada umumnya. Perempuan saat ini telah banyak pengalaman dalam berbagai macam bidang kehidupan, karena mereka telah diberi kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk mengembangkan pribadinya. Dengan adanya perubahan kondisi sosial yang ada, maka kaum perempuan untuk bertindak sebagai saksi dapat sejajar dengan pria. Dalam masalah kesaksian ini, Syaltut tetap berpegang pada prinsip yang selalu ia tegakkan, yakni persamaan hak atas nama keadilan dan kemanusiaan. Dalam bukunya “al- Islâm Aqîdah wa Syarî‟ah”, ia menyatakan sebagai berikut: “Dan pertimbangan dua orang perempuan memperoleh kepercayaan sama dengan laki-laki, itu bukanlah kelemahan akal perempuan yang mengurangi nilai kemanusiaannya dan berpengaruh untuk memperoleh kepercayaan. Dan yang demikian itu, karena sesungguhnya perempuan tidak lazim saat itu berkecimpung dalam transaksi keuangan. Dan manakalah mereka yang berkecimpung dalam bidang bisnis, yang dalam kebiasaannya itu melibatkan perempuan yang aktif mengunjungi sentral-sentral transaksi keuangan (seperti hutang-piutang), maka mereka berhak pula menetapkan kepercayaan, kesaksian seorang perempuan, sebagaimana kepercayaan kesaksian kepada seorang laki-laki. Dalam inilah keadilan Islam dalam membagi hak- hak umum antara laki-laki dan perempuan, suatu keadilan yang benar-benar membuktikan, bahwa keduanya itu sederajat dalam nilai kemanusiaan”. Dengan demikian, jika kemajuan antara laki-laki dengan perempuan itu seimbang dalam berbagai bidang, sudah seharusnya tidak ada lagi diskriminasi antara keduanya dalam berbagai persoalan, termasuk hak menjadi saksi dan persamaan hak di hadapan hukum. Syaltut memahami ayat 282 surat al Baqarah secara kontekstual dengan melihat sosiologis saat turunya ayat tersebut. Masih mengenai kesaksian, Syaltut juga berpandangan bahwa kesaksian non Islam terhadap orang Islam adalah sah (tidak diharamkan) baik dalam masalah muamalah atau jinayah (perdata dan pidana). Pendapat ini tentu bertentangan secara diametral dengan pendapat yang berkembang di kalangan ulama ’fuqaha’ sebelumnya. Para fuqaha’, seperti diungkap Wahbah al-Zuhaili, dalam “al-Fiqh al-Islâmi wa Adillah”, berpendapat bahwa Publish by : http://bakulbuku.com Page 5
  • 6. Reformulasi Pemikiran Hukum Islam tidak bisa diterima kesaksian orang non Muslim. Mazhab Hanafi dan Hambali memperbolehkan, tetapi sebatas soal wasiat dalam perjalanan saja, dengan mendasarkan pada surat al Maidah ayat: 106. Memang sebagian besar Mazhab sepakat tidak memperbolehkan saksi dari kalangan non Islam dalam kasus-kasus pidana atas orang Islam, pendapat ini tampak jelas adalah kitab “ Bidâyatul Mujtahid” karya Ibnu Rusyd. Bertolak dari pendapat mayoritas fuqaha’ Syaltut berusaha mencari terobosan baru untuk mereformulasikan hukum Islam dengan tidak mendiskriminasikan orang Non Islam. Dalam bukunya yang berjudul: “ Muqarab al-Mazâhib fi al-Fiqh” ia mengungkapkan dengan tegas, “ bila diteliti lebih mendalam mengenai hal itu (pelarangan orang non Islam menjadi saksi terhadap orang Islam, sesungguhnya tidak ada argumentasi yang melarang diterimanya kesaksian orang non Islam terhadap orang Islam mengenai hal-hal yang berlaku di antara mereka, baik dalam persoalan muammalah atau jinâyah”. Syaltut berusaha menegakkan persamaan hak di hadapan hukum atas nama keadilan dan kemanusiaan tanpa ada diskriminasi sedikitpun. Menurut Syaltut, kesaksian non Islam itu boleh, karena atas dasar beberapa hal di antaranya: pertama, bahwa orang Islam diperbolehkan bergaul dengan orang non Islam, bahkan diperbolehkan memakan makanan dari kalangan mereka. Kedua, nash al-Qur`ân surat al-Nisa` ayat 141 yang redaksinya berbunyi: “ Dan Allah sekali-kali tidak akan memberikan jalan kepada orang kafir untuk menghinakan orang-orang yang beriman”, ayat ini, kata Syaltut, tidak berkaitan dengan masalah persaksian dan peradilan, tetapi berkaitan dengan masalah kemuliaan, kekuasaan dan kemenangan. Ketiga, untuk memutuskan sebuah perkara, pasti memrlukan bukti-bukti yang mampu menyingkapkan suatu kebenaran, sehingga terbukti bagi pelaku kejahatan. Ini tergantung dengan kebenaran yang diungkapkan saksi, dan bukan berkaitan dengan siapa saksi itu. Adapun metode ijtihad yang dipakai syaltut dalam masalah persaksian non Islam (syahâdah ghair al-Muslim) ini, adalah dengan langsung memahmi teks nash yang tertera pada surat al Baqarah ayat: 282. Menurut Syaltut, dalam persoalan kesaksian, secara implisit maupun eksplisit tidak terdapat suatu larangan mengenai persaksian orang non Islam terhadap orang Islam, baik dalam masalah perdata maupun pidana. Dengan demikian, orang non Islam dapat memberikan kesaksiannya terhadap orang Islam, sepanjang kesaksian itu mengandung kebenaran yang dapat diterima akal sehat. Lebih- Publish by : http://bakulbuku.com Page 6
  • 7. Reformulasi Pemikiran Hukum Islam lebih, dalam masyarakat yang mejemuk, untuk menghindari diskriminasi hukum harus ada upaya untuk membangun kebersamaan, kesetaraan dan persamaan hak dalam menjalin kearifan kehidupna yang keberadaban dan kearifan. 2. Bidang Muamalah Dalam bidang muamalah, Syaltut terlibat agak fleksibel. Menurutnya, prinsip syari’at Islam dalam bidang muamalah adalah terpenuhinya maslahah dan terlindungi hak-hak serta meningkatnya taraf hidup (Syaltut, 1980:391). Apalagi jika suatu masalah itu tidak ada larangan jika suatu masalah itu menurutnya dalam nash, maka hal itu menurutnya diperbolehkan. Dengan mengutip pendapat Jalaluddin Suyuti, Syaltut berpandangan bahwa ”hukum yang asal (dasar) atas segala sesuatu itu boleh sehingga ada adil yang mengharamkannya”. Pendekatan maslahah yang digunakan Syaltut di bidang muamamlah itu mengantarkan kepada suatu pendapat bahwa keuntungan dari Bank Tabungan Kantor Pos itu boleh tidak bertentangan dengan syari’at Islam (Arief, 2003:194). Menurut Syaltut, keuntungan yang diberikan oleh Bank Tabungan Kantor Pos adalah halal, karena uang yang dititipkan oleh pemilik uang “ kemaslahatan” Bank Tabungan Kantor Pos. Dengan demikian, secara logis Bank Tabungan Kantor Pos dapat memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat dan lebih mempercepat terbentuknya jaringan Kantor Pos lebih luas lagi. Pandangan demikian ini berbeda dengan pendapat kalangan ulama Mesir saat itu yang menyatakan secara tegas bahwa keuntungan yang diberikan Bank Tabungan Kantor Pos adalah haram. Akibat dari pendapat ini, lebih dari tiga ribu penabung menolak menerima keuntungannya, karena keyakinan agama mereka. Perbedaan pendapat ini, karena berakar dari cara melihat dan memahami konsep riba, suatu pelanggaran yang disebut dalam al- Qur`ân. Kata riba dalam al-Qur`ân sering diulang-ulang, dan sampai pada kesimpulan bahwa kategori yang disebut “riba” sesungguhnya adalah riba yang bersyarat adh‟âfa-mudhâ‟afat, seperti yang tertera pada surat al Baqarah ayat: 275-278. Rasyid Ridha dan al-Maraghi menafsirkan bahwa “riba bersyarat” itu tidak wajar, dengan cara melipatgandakan secara belebihan. Sementara Syaltut menanggapi fatwa larangan mengambil keuntungan Bank Tabungan Kantor Pos karena diduga mengandung unsur riba seperti fatwa yag dikeluarkan Mufti Mesir tanggal 13 Agustus 1989 yang harus dijauhi oleh masyrakat. Namun, setelah Publish by : http://bakulbuku.com Page 7
  • 8. Reformulasi Pemikiran Hukum Islam ditelusuri ternyata tidak ditemukan unsur riba bersyarat tadi. Bahkan, dengan adanya Bank Tabungan Kantor Pos justru menjamin kesejahteraan anggotanya dan bisa untuk memcahkan kesulitan bersama. Syaltut mengemukakan argumentasinya dengan cara mengiyaskan antara Bank Tabungan Kantor Pos dengan aktifitas Syirkah al-mudhârabah, yaitu menabung uang di Bank Tabungan Kantor Pos sebagai sâhib al-mâl al-mudhârib (yang menjalankan usaha) yaitu bertindak sebagai pemegang dari pemilik modal. Menurut Syaltut, metode qiyas harus perlu digunakan untk menyelesaikan persoalan ini. Sehingga mengambil keuntungan Metode Bank Tabungan Kantor Pos adalah aktivitas yang dipandang boleh, sebagaimana sistem Syirkah al-mudhârabah. Syaltut melihat bahwa kesamaan 'illat, yakni” penyetoran modal usaha”. Bank Tabungan Kantor Pos terdapat peraktek saling eksploitasi yang merugikan terhadap pihak-pihak yang melakukan transaksi, yang dalam Islam sangat dilarang. Bahkan yang ada dalam aktivitas Bank Tabungan Kantor Pos itu adalah terpenuhinya maslahah. Dengan demikian, kemaslahatan bersama dalam bidang pos terpenuhi. Ketetapan hukum digunakan Syaltut dalam masalah ini, yaitu dengan menggunakan al-hajjah, dan adh-dhahûrrah. Sejalan dengan kaidah: kebutuhan itu dapat menempati posisi darurat baik bersifat umum maupun khusus”. Sementara dalam al-Qur`ân juga ditegaskan: Dan Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang telah diharamkannya”. Dari keterangan ini Syaltut beralasan bahwa dalam keadaan terpaksa karena dharûrat, suatu obligasi itu dapat dijalankan, walaupun seandainya ada elemen yang tidak dibolehkan oleh agama. Argumen ini sesuai dengan suatu kaidah “Kemadharatan (Keadaan darurat) itu membolehkan suatu larangan” . 3. Bidang perkawinan Manusia diciptakan oleh Allah untuk saling berpasang-pasangan. Dengan hidup berpasang-pasangan itulah maka manusia dapat meneruskan keturunannya. Islam mengajarkan supaya terjadi rerproduksi, manusia diwajibkan untuk nikah dan kawin. Perkawianan merupakan pintu sahnya “pergaulan “ lawan jenis yang sebelumnya diharamkan. Syaltut menggarisbawahi bahwa perkawinan merupakan tonggak yang menentukan Publish by : http://bakulbuku.com Page 8
  • 9. Reformulasi Pemikiran Hukum Islam kualitas pembangunan bangsa. Karena kualitas bangsa dapat diukur dari masing-masing kualitas keluarga. Jika dalam keluarga rapuh, maka bangsa juga ikut menjadi rapuh. Sehingga soal perkawinan, harus dipandang penting oleh siapapun, terutama umat Islam. Syaltut punya perhatian besar pada masalah ini. Sekalipun persoalan ini telah sejak lama menjadi pembicaraa, misalnya sejajk masa Umar Bin Khottob. Menurut Syaltut, seperti yang terungkap dalam kitabnya “al Fatawa” menyatakan bahwa kawin beda agama (laki-laki Muslim dengan perempuan ahl Kitab) adalah hubungan yang sebaiknya tidak perlu dilakukan, alias haram, sekalipun ayat al-Qur`ân memberikan rambu-rambu boleh, sebgaimana terdapat pada surat al Maidah ayat 5. sebelum membahas pikiran Syaltut , ada sebaiknya kita lihat beberapa pendapat yang telah lahir sebelumnya. Ada tiga pendapat yang telah lahir sebelumnya. Ada tiga pendapat yang berkembang di kalangan ulama’ dalam menafsirkan ayat di atas, yaitu mengenai laki-laki Muslim mengawini perempuan ahl kitab. Pendapat pertama menyatakan bahwa laki-laki Muslim haram menikahi perempuan ahli Kitab. Pendapat ini seperti dikemukakan oleh abdullah Ibn Umar, dengan menggunakan argumentasi ayat 221 surat al Baqarah . “ Dan janganlah kamu mengawini perempuan musrik, sehingga mereka beriman”. Abdullah Ibn Umar berpendapat, perempuan musyrik dari kalangan Nasrani dan Yahudi termasuk kategori musyrik. Karena termasuk musyrik, maka tidak halal untuk dikawini. (al- Razi, 1985:150, Ibn Katsir, 189; 22). Pendapat kedua menyatakan, bahwa mengawini perempuan ahl kitab tidak diperlukan lagi dan otomatis hilanglah rukhsoh untuk mengawininya. Pendapat ini dikemukakan jumhur ulama’ yang membolehkan mengawini perempuan ahl kitab dengan dasar sumber ayat tersebut di atas. (al Razi, 1985; 151). Syaltut berfatwa, bahwa perkawinan beda agama adalah haram. Larangan Muslim mengawini perempuan ahl kitab, karena cenderung yang amat sangat membahayakan keluarga, terutama kasus di Mesir. Menurutnya, suami-suami Muslim yang kawin dengan perempuan kitabiyah itu, telah terpengaruh oleh budaya dan adat istiadat istrinya, sehingga anak-anaknya dididik oleh istrinya menurut agamnya dan adat istiadatnya. Dengan demikian, suami membiarkan anak-anaknya dan keluarganya terlepas dari ajaran Islam, akibat dari pengaruh istrinya yang begitu dominan, Publish by : http://bakulbuku.com Page 9
  • 10. Reformulasi Pemikiran Hukum Islam sehingga dikhawatirkan keturunannya beralih aqidah agamanya (Arief, 2003; 128). Argumentasi Syaltut cukup beralasan ketika melihat kondis dan kasus sedemikian merugikan umat Islam. Apalagi, penglihatan Syaltut terhadap proses perkawinan menjadi tumpuan generasi yang harus dijaga dan junjung tinggi umat Islam. Ia sangat memperhatikan keberadaan rumahtangga Muslim sebagai penyangga keberadaan masyarakat Islam. Lebih lanjjut, Syaltut mengemukakan bahwa salah satu tujuan perkawianan, seperti yang dikehendaki al-Qur`ân adalah mencari ketenangan, dan ketenangan itu diperoleh jika terdapat kesamaan agama antara suami dan istri. Perkawinan dalam persepsi Islam bukan sekedar menyalurkan seksual belaka, tetapi juga merupakan embrional menuju terwujudnya masyarakat yang shaleh. Atas dasar hakikat dari tujuan perkawinan itu, perkawinan dengan non Muslim tidak hanya akan menimbulkan kesenjangan emosional spiritual dari kedua belah pihal suami istri, akan tetapi pada gilirannya juga akan mereduksi nilai-nilai agama yang mereka yakini (arief, 2003; 129). Metode yang digunakan Syaltut dalam melihat persoalan di atas yaitu sadd al dzari‟ah. Dalam pandangan syaltut, perkawinan beda agama tersebut mengandung mafsadah (kerusakan), bahkan mafsadah itu pasti terjadi. Oleh karenanya, perkawinan beda agama harus dicegah dan dihindari. Sebagai slah satu jalan untuk mencegah datangnya mafsadah, kata Syaltut, ialah dengan cara melarang mengawini perempuan ahl kitab, walaupun nash sendiri tidak melarang. 1. Bidang Pidana Hakikat berlakunya hukum pidana adalah untuk menjagta kestabilan masyarakat. Pelaksnaan hukum pidana tidak bisa dimonopoli oleh segelintir orang atau kelompok, tetapi harus berlaku bagi komunitas yang berbeda tempat itu. Namun dalam implementasinya, sering terjadi ketimpangan, dikriminasi dan ketidakadilan. Karena hukum telah dijadikan oleh penguasa untuk menjamin status quo dan menindas setiap tindakan meyimpang yang normanya ditentukan oleh mereka. Kasus ini pernah terjadi pada pra Islam, ketika hukkum pidana hanya untuk menghukumi hamba sahaya, kaum papa secara semena-mena. Lalu, kehadiran Islam membawa ajaran yang menekankan keadilan, seperti yang terungkap pada surat al Maidah ayat; 8 “ Berlakulah adil, karena adil itu lebih Publish by : http://bakulbuku.com Page 10
  • 11. Reformulasi Pemikiran Hukum Islam dekat dengan taqwah”. Berpijak atas rasa keadilan dan persamaan hak di muka hukum, Syaltut berpendapat bahwa seorang Muslim yang melakukan pembunuhan terhadap seorang Non Muslim dengan sengaja harus dikenakan qiyas, bila keluarga terbunuh tidak memaafkan. Berbeda dengan pendapat jumhur ulama’ yang menyatakan bahwa orang muslim yang membunuh orang non Muslim hanya dikenakan hukuman ta’zir, yaitu suatu hukuman yang kualitas dan kuantitas relatif lebih ringan dibanding dengan hukuman qiyas (al jahiri, 1985:282-283). Menurut Syaltut, hukum pidana harus berlaku sama, tidak ada pembedaan atas agam. Sehingga ta’zir seperti yang menjadi kesepkatan jumhur ulama’ harus ditentang dan perlu diluruskan demi menjaga keutuhan hukum itu sendiri. Syaltut memahami surat al Baqarah ayat: 178 “ Kutiba alaikum al Qiyas” adalah persamaan dalam melakukan pembalasan. Dari sinilah dapat dilihat, bhawa syaltut ingin meletakkan nilai kemanusiaan sebgai prinsip kehidupan yang harus dihargai, dan dipandangnya selaras dengan prinsip al Mashih al Khamsah yang salah satunya ialah hifdz al Nafs. Di pihak lain, ssesungguhnya kahekat dasar kemanusiaan ialah termasuk di dalamnya menegakkan keadilan ditegaskan dalam al-Qur`ân harus dijalankan dengan tegas, sekalipun kerabatnya sendiri, dan janganlah kebencian kepada suatu golongan itu membuat orang tidak mampu menegakkan keadilan. Syaltut juga berpendapat bahwa seorang ayah membunuh anaknya, akan tetap dikenakan qiyas secara mutlak (Syaltut, 1980: 372). Pandangan ini berada dengan jumhur ulama’ yang menyatakan bahwa ayah yang membunuh anayknya tidakdikenakan hukuman qiyas, tetapi cukup dengan ta‟zir. Penutup. Reformasi Pemikiran hukum Islam merupakan bagian dari kreasi manusia dalam menangkap perubahan makna (konteks) zaman. Sebagai pemikir hukum Islam, Mahmud Syaltut telah berusaha menafsirkan ulang ketetapan-ketetapan hukum terdahulu ke dalam situasi dan kondisi yang baru. Dengan logika yang cerdas, Syaltut mengurai satu persatu persoalan hukum yang ia rasa tidak sepenuhnya dapat menjawab permasalahan dan tantangan kehidupan. Reformulasi hukum Islam seperti yang dikemukakan Syaltut, merupakan hukum yang digali dari nilai-nilai normatif dengan cara mentafsirkan secara sosiologis. Keempat pemikiran hukum di atas, merupakan konstribusi dan pengembangan Publish by : http://bakulbuku.com Page 11
  • 12. Reformulasi Pemikiran Hukum Islam pembaharuan hukum Islam yang diberikan Syaltut. Ia telah meletakkan prinsip persamaan hak di hadapan hukum demi sekat-sekat sosial agama, sosial kemasyarakatan dan perbedaan gender. Keadilan dan nilai kemanusiaan tidak boleh dipraktekkan hanya secara sepihak. Karena itu, keadilan harus berlaku di hadapan orang Islam dan Non Islam, laki-laki dan perempuan, orang merdeka dan hamba sahaya seterusnya. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Mahmud Syaltut dalam melakukan ijtihad, dasar yang dijadikan rujukan adalah al-Qur`ân, al Sunnah dan Al Ra’yu. DAFTAR PUSTAKA Publish by : http://bakulbuku.com Page 12
  • 13. Reformulasi Pemikiran Hukum Islam Al-Jaziri, Abd al-Rahman, 1985. al Fiqh „Al al-Mazahib al-Arba‟ah, Bairut Dar Fikr Al-Razi, 1985. Tafsir al-Fakhr al-Razi al Musytahar bi Tafsir al Kabir wa Mafatih al Ghaib, Bairut Dar Fikr Arief, abd Salam, 2003. Pembaruan Pemikiran Hukukm Islam; Antara fakta dan Realita, Yokyakarta: LESFEI Bayumi, Abd al Rahman, 1968. Hayat al Imam al-Sayyid al-Fadillah al-Ustad al- Syaikh Mahmud Syaltut, Bairut; dar al-Qalam Ibn Katsir, 1989. Tafsir al-Qur`ân al-Azim Bairut: Dar Falah Nabil, Abd Fatah, 1995. Al-Halah al-Diniyah Fi Misra, Mesir: Markaz Maktabah al- Dirasah. Syaltut, Mahmud, 1979. Tafsir al-Qur`ân al Karim, Kairo: Dar Publish by : http://bakulbuku.com Page 13