SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Download to read offline
PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM DI MESIR
(MUHAMMAD ABDUH)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sejarah Pemikiran Hukum Keluarga Islam
Oleh :
Sukma Arohman Putra
NIM. 503230014
Dosen Pengampu :
Dr. Luthfi Hadi Aminuddin, S.H.I, M.Ag.
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
PACASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2023
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Penulis kemudahan
dalam menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Tanpa rahmat dan
pertolongan-Nya, Penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Tidak lupa sholawat dan Salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Saw, dan semoga kita semua menjadi Umatnya yang mendapat Syafa’atnya di
Yaumil Kiyamah.
Penulis tak lupa mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat, sehingga makalah yamng berjudul “PEMBAHARUAN HUKUM
KELUARGA ISLAM DI MESIR (MUHAMMAD ABDUH )” ini dapat Penulis
Selesaikan.
Terima kasih Penulis ucapkan juga kepada Bapak Dr. H. Luthfi Hadi
Aminuddin, M.Ag. yang sudah membantu dalam penulisan makalah ini, serta
kepada teman-teman yang telah mendukung sehingga Penulis bisa menyelesaikan
tugas ini. Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penulisan, penyusunan, maupun substansinya. Oleh
karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.
Ponorogo, 19 September 2023
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam catatan sejarah, Mesir termasuk salah satu negara yang berada
di bawah kekuasaan Romawi Timur dengan Bizantium sebagai ibukotanya.
Bagi kerajaan Romawi, Mesir sangat penting dan dianggap sebagai wilayah
kekuasaannya yang sangat strategis, karena ia mempunyai potensi sejarah
yang secara tradisional telah mengakar. Namun setelah kekuasaan Romawi
berhasil dilucuti oleh tentara Islam di masa Umar bin Khattab, Mesir secara
bertahap memasuki awal kebangkitannya dan berkembang menjadi kota dan
negara tujuan banyak orang.1
Kerajaan Romawi Timur dengan ibu kota Bizantium merupakan rival
berat pengembangan Islam yang keberadaannya berlangsung sampai pada masa
pemerintahan Kholifah Umar Bin Khatab. Pada saat Umar menjadi Khalifah,
Romawi Timur merupakan target npengembangan misi keislaman dan akhirnya
kekuatan militer Romawi tidak dapat menghambat laju kemenangan Islam di
Mesir, karena keberadaan Islam sebagai agama baru memberikan keluasaan
dan kebebasan untuk hidup, yang selama itu tidak diperoleh dari pemerintahan
Romawi Timur, termasuk didalamnya kondisi yang labil karena
berkembangnya konflik keagamaan.2
Mesir menjadi wilayah Islam pada zaman khalifah Umar bin Khattab
pada 640 M, Mesir ditaklukkan oleh pasukan Amr Ibn al-Ash yang kemudian
ia dijadikan gubernur di sana. Kemudian diganti oleh Abdullah Ibn Abi Syarh
pada masa Usman dan berbuntut konflik yang menjadi salah satu sebab
terbunuhnya Usman ra. Mesir menjadi salah satu pusat peradaban Islam dan
pernah dikuasai dinasti-dinasti kecil pada zaman Bani Abbas, seperti Fatimiah
(sampai tahun 567 H) yang mendirikan Al-Azhar, dinasti Ayubiyah (567- 648
H) yang terkenal dengan perang salib dan perjanjian ramalah mengenai
Palestina, dinasti Mamluk (648-922 H) sampai ditaklukan oleh Napoleon dan
Turki Usmani.
Mesir adalah sebuah tempat yang sarat dengan peran politik dan
kesejarahan. Bagaimana tidak, nampaknya Mesir dilahirkan untuk selalu dapat
berperan dan memberikan sumbangan terhadap perjalanan sejarah Islam itu
sendiri. Dari segi ekonomi dan politik, ia memberikan sumbangan yang cukup
besar terutama sektor perdagangan dan pelabuhan Iskandariyah yang memang
sejak kerajaan Romawi Timur merupakan pelabuhan yang ramai. Sedangkan
dari segi pembangunan hukum Islam, Mesir merupakan daerah yang ikut
1
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta:
Bulan Bintang, 2003) hal. 21
2
Abdul Hamid (Editor), Pemikiran Modern Dalam Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010).
3
melahirkan bentuk dan aliran hukum Islam terutama dengan kehadiran Imam
Syafi’i, yang hukum-hukumnya sangat dikenali.
Situasi kekuasaan dan pemerintahan di Mesir pada waktu itu sudah tidak
dapat lagi dikatakan stabil. Kekacauan, kemerosotan sosial kemasyarakatan
sebagai wilayah yang selalu diperebutkan dan diincar oleh negara-negara Islam
kuat sungguhsungguh membuat rakyat Mesir diliputi rasa ketakutan. Perhatian
untuk membangun pun sangat lemah, sebab setiap saat selalu dihantui oleh
perang. Kondisi keagamaan juga demikian, sebagaimana dilukiskan oleh
Muhammad al-Bahy rakyat Mesir dan dunia Islam pada umumnya lebih
mementingkan tindakan individual. Ukhuwah Islamiyah yang menekankan
kepada kebersamaan, persatuan, dinamisme hidup, rasionalitas berpikir dalam
lapangan keagamaan, dan sebagainya telah hilang dikalangan umat Islam.
Termasuk di kalangan Universitas Al-Azhar sendiri, yang digambarkan oleh
Muhammad Abduh sudah kehilangan roh intelektual dan jihad keagamaan
yang berpijak kepada kebenaran Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Mesir memiliki aset potensial dalam gagasan-gagasan modernisme.3
Hal
ini juga yang membuka mata para pemikir-pemikir Islam untuk melakukan
perubahan dengan meninggalkan keterbelakangan menuju era modernisasi.4
Adapun perkembangan pemikiran Islam secara khusus di Mesir, menurut John
L. Esposito dilatarbelakangi oleh ortodoksi sunni yang mengalami proses
kristalisasi setelah bergulat dengan aliran muktazilah, aliran syiah dan
kelompok khawarij yang kemudian disusul dengan sufisme yang pada tahapan
selanjutnya mengalami degenerasi. Maka tampillah pada abad peralihan 13 ke-
14 seorang tokoh Ibnu Taimiyah yang melakukan kritik tajam sebagai reformis
(mujaddid) dengan seruannya agar umat Islam kembali kepada Al-qur'an dan
Sunnah.
Pembaharuan Islam di Mesir dilakukan secara modern dengan
mengadopsi peradaban Barat. Karena pada saat itu, kemajuan dan modernisasi
yang menjadi tolok ukur kemajuan suatu bangsa dan negara adalah Barat.
Dalam aplikasinya pembaharuan yang dilakukan adalah dengan membangun
interpretasi baru terhadap sumber nilai fundamental utama yang tertuang dalam
al-Qur'an dan Sunnah. Pembaharuan dalam Islam memiliki tujuan untuk
menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam dengan perkembangan baru
yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern
dengan berpedoman pada ide-ide dasar dalam al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah
SAW seperti yang dilakukan para pembaharu di Mesir di abad ke-18 da ke-19.
Sejauh ini, telah banyak studi yang telah membahas tentang
pembaharuan melalui studi pemikian tokoh, salah satunya pemikiran Syekh
3
Drs. H.M. Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam
Dunia Islam, Jakarta , hlm. 69.
4
Utsman Amin, 1953, Muhammad Abduh. Washington: American Council of Learned
Societies.Hlm. 3
4
Muhammad Abduh. Namun dari berbagi literature yang telah ada, kebanyakan
menitik beratkan hanya pada Islam. Pemikirannya membawa dampak yang
signifikan dalam berbagai tatanan kehidupan pemikiran masyarakat meliputi
aspek penafsiran Al-Qur'an.5
Pembaharuan yang dilakukan oleh Syekh Muhammad Abduh Pada
dasarnya sebagaimana gurunya Jamaluddin al-Afghani melihat bahwa salah
satu sebab mendasar bagi keterbelakangan umat Islam adalah mundurnya
tradisi intelektual dan kedatangan bangsa barat diawal penjajahan. Karenanya,
ia menginginkan agar kebebasan berpikir umat harus membangkitkan kembali.
Namun, Muhammad Abduh berbeda dengan gurunya Jamaluddin al-Afghani
yang lebih mengutamakan bidang politik dari pada yang lain, maka
Muhammad Abduh kelihatannya melihat bahwa bidang pendidikan dan
ilmu pengetahuan lebih menentukan daripada bidang politik. Oleh karena itu,
ia mencurahkan perhatian yang besar dalam usaha mereformasi pendidikan
Islam dan mengintensifkan kembali tradisi intelektual yang telah memudar. Hal
ini bukan berarti bidang-bidang lain diabaikannya, bahkan banyak pembahruan
diberbagai bidang yang dilakukan oleh Beliau.6
Pada akhirnya, Syekh Muhammad Abduh berkeinginan untuk
memgembalikan kejayaan Islam dengan berbagai pembaharuan pemikirannya
agar kemajuan Islam pada Masa itu kembali lagi dan kembali sesuai dengan
aliran-aliran Islam dengan penafsiran yang jernih serta menghilangkan metode
pendidikan yang otoriter dan memberi kebebasan berintelektual bagi rakyat.
Sehingga ajaran Islam benar-benar mampu diaktualisasikan dalam
perkembangan zaman yang selalu berubah, sehingga ia dianggap sebagai bapak
peletak aliran modern dalam Islam.7
B. Rumusan Masalah
Maka dari pernyataan-pernyataan di atas kemudian penulis memunculkan
beberapa pertanyaan. Pertama, apa yang melatar belakangi pemikiran
Muhammad Abduh terhadap pembaharuan Islam di Mesir ?, Kedua, Apa saja
pokok-pokok pemikiran Islam Muhammad Abduh terhadap pembaharuan
islam di Mesir?, Ketiga, Bagaimana pengaruh pemikiran Muhammad Abduh
terhadap perkembangan hukum islam di mesir ?
C. Metode Penulisan
Penulis menggunakan metode penelitian Library Reseacrh dengan
metode pendekatan Pemikiran Tokoh. Library Research yang berarti
menggunakan sumber utama melalui Literature Review Atau buku-buku studi
yang berkaitan guna mencari solusi untuk menjawaban dari permasalahan yang
ditemukan yang selanjutnya dianalisa untuk memperoleh kesimpulan.
5
Nurlaelah Abbas, “Muhammad Abduh: Konsep Rasionalisme dalam Islam”, dalam
Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 15, No. 1, Tahun 2014, hal. 2.
6
Majdid, Islam, Kemodernan Dan Keindonesiaan, (Bandung: Mizan, 1998). 310
7
John J. Donohue, Islam, Dan Pembeharuan, Terjm, (Jakarta: Rajawali Press, 1984). 30
5
Sedangkan Pendekatan studi pemikiran tokoh bisa diartikan dengan
menjadikan salah satu tokoh ataupun lebih dalam obyek peneletiannya, mulai
dari biografi kehidupannya, karya intelektualnya, hingga pemikiran serta
konsep ide-idenya.8
8
S. Harahap, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, (Jakarta: Istiqamah Mulya Press,
2006). 36
6
BAB II
PEMBAHASAN
PEMIKIRAN MUHAMMAD ABDUH
A. Pemikiran Pembaharuan Muhammad Abduh
1. Biografi Muhammad Abduh
Muhammad Abduh atau 'Abduh (1849 - 11 Juli 1905) adalah seorang
teolog Muslim, Mufti Mesir, pembaharu liberal, pendiri Modernisme Islam
dan seorang tokoh penting dalam teologi dan filsafat yang menghasilkan
Islamisme modern.9
Nama lengkap beliau adalah Muhammad Abduh Ibn Hasan Khair
Allah, dilahirkan pada tahun 1849 M di Mahallat al-Nasr daerah kawasan
Sibrakhait Provinsi al-Bukhairoh Mesir. Ayahnya Hasan Khairullah berasal
dari Turki. Ibunya bernama Junainah berasal dari bangsa Arab yang
silsilahnya sampai ke suku bangsa yang sama dengan Umar bin Khattab.10
Syeikh Muhammad Abduh dibesarkan dalam lingkungan keluarga
petani dikampung halamannya. Ketika saudara-saudaranya ikut turut
membantu ayahnya dalam mengelola lahan pertanian maka Abduh
ditugaskan untukmenuntut ilmu pengetahuan diluar kampung halamannya
setelah belajar membaca dan menulis di rumahnya. Ayahnya mengirimkan
Abduh kesuatu tempat pendidikan pengafalan al-Qur‟an untuk menimba
ilmu pengetahuan dan ia mampu menyelesaikan hafalalannya sampai 30 juz
setelah dua tahun berlalu ketika usianya baru berumur 12 tahun.11
Muhammad Abduh dibesarkan dalam asuhan keluarga yang tidak ada
hubungannya dengan dunia pendidikan sekolah, tetapi mempunyai jiwa
keagamaan yang teguh. Proses pendidikannya dimulai dengan belajar al-
Qur‟an kepada seorang guru agama di Masjid Thantha untuk belajar bahasa
Arab dan ilmu-ilmu agama dari Syekh Ahmad tahun 1862.12
Namun ketika dia belajar di Masjid Ahmadi, dia mengikuti proses
pendidikan yang dia nilai kurang memuaskan. Karena metode pengajaran
yang diterapkan di sekolah tersebut mementingkan hafalan tanpa tanpa
dituntut untuk memahami dan mengerti apa yang dipelajari. Itu sebabnya,
dia memutuskan untuk kembali kekampung halamannya ke Mahallat Nashr.
9
Utsman Amin, 1953, Muhammad Abduh. Washington: American Council of Learned
Societies.Hlm. 3
10
Abdullah Mahmud Syahatah, Manhaj al-Imam Muhammad Abduh Fi al-Tafsir al-
Qur‟an, (Cairo: Nasyr al-Rasail, t.th), h.3
11
Harun Nasution, 2011. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan.
Jakarta: Bulan Bintang. hlm. 52
12
bdul Sani, Perkembangan Modern dalam Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998),
h. 49, lihat juga Arbiyah Lubis, Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh (Suatu Studi
Perbandingan, (Jakarta PT. Bulan Bintang, 1993), h. 112
7
Sekembalinya ke daerah asalnya, dia membantu ayahnya bertani dan
menikah di usia 16 tahun.
Walaupun Abduh sudah menikah, ayahnya selalu memaksanya untuk
melanjutkan studinya hingga dia pergi ke Syibral Khit yang mana di desa ini
banyak yang tinggal dari keluarga ayahnya. Dan disinilah dia bertemu
dengan Syeikh Darwisy Khidr, salah seorang pamannya sendiri yang
mempunyai pengetahuan mengenai al-Qur‟an dan penganut thariqah
asySyadziliah. Setelah dia menikah, melalui nasehat pamannya dia kembali
meneruskan pendidikannya. Pertemuannya dengan guru-guru yang baru dia
kenal membuatnya senang. Setelah dia menyelesaikan studinya di Thantha,
dia melanjutkannya ke al-Azhar pada Februari 1866.13
Setelah ia masuk ke Universitas al-Azhar ia hanya mendapatkan
pengajaran agama; dan memang ketika itu al-Azhar, seperti yang dikatakan
Syekh Darwisy, tidak memberikan mata pelajaran yang lain selain ilmu-
ilmu agama. Di Universitas ini pun dia menemukan metode pengajaran yang
sama dengan yang ditemukannya di Thanta. Hal ini membuat dia kembali
merasakan kekecewaan terhadap metode pengajaran yang ada. Dia
menuliskan kekesalannya pada tulisannya, dengan mengatakan metode
pengajaran yang verbalis itu telah merusak akal dan daya nalarnya.
Sekembalinya ke Thanta pada 1865, dan di tahun selanjutnya dia pergi ke
Kairo dan hidup sebagai seorang sufi. Rasa kekecewaan inilah mungkin
yang menjadikannya ingin menjadi seorang sufi, akan tetapi kehidupan itu
ditinggalkannya karena anjuran pamannya.14
Belajar di al-Azhar merupakan suatu pengalaman yang berharga bagi
Abduh, sebab tahun 1872 dia berkenalan dengan Jamaluddin al-Afghani
(1839- 1897 M),4 untuk menjadi muridnya yang sangat setia. Abduh sangat
tertarik dengan gurunya karena ilmunya yang dalam dan pola fikirnya yang
maju. Oleh karena itu disamping belajar di al-Azhar ia tetap bersama
jamaluddin al-Afghani saling berdiskusi tentang berbagai masalah. Dari
Jamaluddin dia mendapatkan ilmu pengetahuan, diantaranya filsafat, ilmu
kalam dan ilmu pasti. Setelah menyelesaikan studinya pada 1877, Abduh
menjadi guru di al-Azhar dan Dar al-Ulum (tempat belajar) baru. Di
sekolah-sekolah tersebut Abduh mengajar filsafat, sejarah, dan sosiologi.
Pada 1880 dia diminta untuk mengedit al-waqai-almisrisah (persistiwa
mesir) lembaran resmi, dibawah kepemimpinannya, Al-Waqai al-Misriyah
menjadi model untuk standar baru prosa yang modern dan lugas serta media
untuk opini liberal. Kehidupan Abduh tidak dapat dikatakan tenang tanpa
permasalahan. Ketika pemberontakan Kolonel Urabi terjadi pada tahun
13
Mani Abdul Halim Mahmud, Manahij al-Mufassirin cet.2 Maktabah al-Imam, Kairo,
2003, hal. 242.
14
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara (Ajaran, Sejarah dan Pemikiran), (Jakarta: UI
Press, 1993), h. 120.
8
1882, Abduh terlibat dan diasingkan. Dia lalu tinggal di Beirut dan
kemudian pergi ke Paris, dimana Jamaluddin telah menetap di sana terlebih
dahulu. Bersama-sama mereka mengedit jurnal yang cukup berpengaruh, Al-
Urwa al-Wuthqa (The Strongest Bond). Jurnal itu menyerukan
pembaharuan Islam dan mengecam kolonialisme di dunia muslim.
Abduh menghabiskan tahun 1884 dan 1885 untuk melakukan
pengembaraan sebelum akhirnya menetap di Beirut. Di kota itu dia lebih
banyak menghabiskan waktunya untuk mengajar. Pada tahun 1888, Abduh
kembali ke tanah kelahirannya Mesir, di mana ia telah menjadi tokoh yang
dikenal. Di Mesir dia bekerja sebagai hakim di pengadilan tradisional.
Selain aktif di pengadilan, dia juga menjadi juru bicara bagi orang-orang
Mesir yang kala itu berada di bawah Pemerintahan Kolonial Inggris.
Pada 1899 khedive menunjuk Abduh Kepala Mufti Mesir dan pada
tahun yang sama dia juga ditunjuk untuk dewan legislatif penasehat.
Masa jabatannya sebagai mufti ditandai dengan liberalismenya dalam
menafsirkan hukum dan dengan reformasi pengadilan agama. Jabatan tinggi
yang dia peroleh juga memberinya kesempatan untuk melakukan reformasi
pendidikan. Pada 1895 Khedive Abbas II mengangkatnya ke komisi yang
baru dibentuk yang bertugas mereformasi alAzhar. Di dalam komisi itu,
Abduh mampu menerapkan paling tidak sebagian dari ide-ide
modernismenya di sekolah itu. Muhammad Abduh wafat pada tahun 1905 di
Ramleh Iskandariah dalam perjalanan mengunjungi negara-negara Islam.
Dia dimakamkan di Mesir setelah di shalatkan di Masjid Agung al-Azhar.
2. Latar Belakang Pemikiran Pembaruan Muhammad Abduh.
Tidak ada sesuatu apapun yang berangkat dari ruang hampa, dan
tidak mungkin ada akibat tanpa sebab. Demikian juga dengan pembaharuan
Muhammad Abduh. Banyak faktor yang melatarbelakangi gagasan
pembaharuan Muhammad Abduh bagi masyarakat Islam di Mesir kala itu,
diantara faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor Sosial
Dari catatan biografi di atas, dapat diketahui dua hal penting yang
dapat digunakan untuk menganalisa faktor sosial pembaruan Muhammad
Abduh. Pertama, kedudukan orang tua Abduh yang menyertai masa awal
kehidupannya. Kedua, status sosialnya ketika dia telah mandiri, dan
lembaga-lembaga sosial, seperti Kuttab Al Qaryah dan al Azhar, tempat
dia mengadakan kegiatan kemasyarakatan dan politik. Kemudian Syeikh
Darwisy dan sayyid Jamaluddin al Afghani juga sangat berpengaruh
terhadap perubahan sikap Muhammad Abduh dan pembentukan gagasan
dan ide-ide pembaruannya.15
15
Samsul Nizar,. Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 244
9
b. Faktor Politik
Untuk menganalisis pengaruh faktor politik pada pemikiran
Muhammad Abduh, maka hal ini dapat kita lihat dalam pemberontakan
Urabi menjadi sangat penting untuk dibicaraakan. Tulisan-tulisannya
tentang politik, menurut Abdul Athi Muhammad, telah memberikan andil
besar dalam membangkitkan opini pubik sebelum terjadi pemberontakan
itu. Abduh pernah melontarkan pemikiran politiknya yang menginspirasi
terjadinya perombakan tersebut. Dalam tulisan-tulisannya itu dia
menuntut kehidupan politik yang demokratis melalui lembaga perwakilan
rakyat. Dia pernah menulis tentang nasionalisme. Akan tetapi, dalam
tulisan-tulisan itu Muhammad Abduh tampaknya tetap konsisten pada
pembaharuan secara bertahap. Dalam kerangka yang lebih luas,
pemikiran-pemikiran trntang politiknya sesungguhnya bermuara pada
pembaharuan di bidang akhlak dan pendidikan.16
c. Faktor Kebudayaan
Dalam usianya yang masih mudah, Muhammad Abduh telah
menghafal al-Quran. Selain itu dia juga mempelajari dan menekuni
tasawuf yang didapat dari syekh Darwisy. Dalam memberikan konsepsi
tasawuf yang orisinal, syaikh Darwisy mengingatkan Muhammad Abduh
bahwa kehidupan sufisme sangat memerhatikan hubungan spiritual dan
material (keduniaan).17
Semasa studi di Al Azhar perjumpaannya dengan Jamaluddin al
Afghani merupakan momentum penting bagi terjadinya perubahan
kehidupan kultur dirinya. Kepada al Afghanilah seorang Abduh belajar
dasar-dasar filsafat. Pemikirannya mulai berubah, dari sufisme ke arah
pemikiran filsafat yang praktis. Butir-butir pemikiran ilmiah modern
yang diperolehnya dari ajaran al Afghani dan hasil sutudinya tentag
filsafat, logika, dan ilmu kalam (teologi), dan ini semua ternyata
berdampak positif pada langkah-langkah pembaruan yang ditempuhnya,
yaitu pembaruan bidang sosial, pendidikan, agama dan moral.
3. Pokok Pokok Pemikiran Muhammad Abduh
a. Dalam bidang akidah
Ada dua pemikiran utama oleh Muhammad Abduh tentang sebuah
masalah yang berhubungan dengan akidah, yaitu:
1) Aqidah Jabariah
Muhammad Abduh memandang bahwa pengabdian diri secara
mutlak terhadap mazhab-mazhab dan kitab-kitab yang ada pada
masa-masa akhir Islam tidak saja menyebabkan lemahnya
kepribadian dan keilmuan pada masanya, tetapi juga tidak sejalan
16
Rif‟at Syauqi Nawawi, Rasionalitas tafsir Muhamad Abduh, (Jakarta: Paramadina,2020),
h. 54-55.
17
Amirudin, Rasionalitas dan Pembaharuan Muhammad 'Abduh. 680.
10
dengan kepribadian Islam pertama yang positif terhadap Qur‟an dan
Sunnah. Selain itu, melemahnya umat Islam juga banyak dipengaruhi
aqidah atau paham Jabariah.18
Menurut Muhammad Abduh, paham jabariyah membuat
seseorang merasa dirinya lemah di depan Tuhan dan manusia, karena
aqidah Jabariyah pada hakekatnya hanya bisa hidup dengan sikap
pasrah dan menyerah pada takdir. Meskipun seharusnya kepasarahan
itu hanya terjadi dalam hubungan dengan Tuhan saja, tetapi karena
kelemahan pribadinya, dia menganggap bahwa kepasrahan tersebut
juga berlaku dalam hubungannya dengan sesama makhluk.
Muhammad Abduh tidak puas dan mengkritik keras kepercayaan
Jabariyah, sebab kepercayaan ini sudah barang tentu akan
mengakibatkan kelemahan manusia dan menyebabkannya
kehilangan daya kreasi dan posisi dalam hidupnya. Karena itu
Muhammad Abduh menentang paham Jabaryah dan menyerukan
paham Ikhtiar, agar seseorang muslim menjadi orang yang kreatif.
Dalam masalah ikhtiar, dia merujuk kepada ayat-ayat yang
berisi penyandaran dan amal kepada manusia dan ayat-ayat lain yang
menghubungkan balasan di akhirat dengan perbuatan manusia di
dunia, seperti:
“Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain
apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak
akan diperlihatkan (kepadanya).” (QS. an-Najm 39-40).
2) Hubungan Akal dengan Wahyu
Dalam menjelaskan hubungan akal dengan wahyu, atau dengan
kata lain, antara golongan rasionalis dengan golongan textualis
dalam Islam, Muhammad Abduh berpendapat sama dengan pendapat
Ibnu Rusyd yang hidup pada abad keenam Hijriah dan juga
berpendapat sama dengan pendapat Ibnu Taimiyah yang hidup pada
abad kedelapan Hijriah, yaitu bahwa wahyu mesti sesuai dengan
akal. Dia mengatakan sebagai berikut:
“Al-Qur’an memerintahkan kita untuk berfikir dan
mengunakan akal pikiran tentang gejala-gejala alam yang ada
didepan kita dan rahasia-rahasia alam yang mungkin ditembus, untuk
memperoleh keyakinan tentang apa yang ditunjukkan Tuhan kepada
kita. Qur‟an melarang kita bertaqlid, sewaktu menceritakan tentang
umat-umat yang terdahulu yang dicela karena mereka merasa cukup
mengikuti nenek-moyangnya. Taqlid adalah suatu kesesatan yang
18
Mohammad Herry, Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, (Jakarta: Gema
Insani, 2006).228-230.
11
dapat dimengerti kalau terdapat pada hewan, akan tetapi tidak pantas
sama sekali untuk manusia.”19
Jadi wahyu dalam risalah Tuhan menjadi salah satu tanda
kekuasaan Tuhan, dan akal juga menjadi salah satu tanda kekuasaan-
Nya dalam wujud ini. Kedua tanda kekuasaan Tuhan mesti sesuai
satu sama lain, dan tidak akan berlawanan, karena dua hal:
a) Kedua-duanya menjadi tanda kekuasaan Zat yang mutlak
sempurna. Akal manusia memustahilkan ada perlawanan antara
tanda tanda tersebut, karena perlawanan itu berarti suatu
kelemahan.
b) Wahyu sebagai petunjuk dan akal manusia juga menjadi petunjuk.
Kedua-duanya bertujuan menentukan jalan yang lurus untuk
kehidupan manusia, dan menentukan tujuan terakhir dari
kehidupan ini. Dua hal yang demikian keadaannya mesti tidak
berbeda pada garis besarnya dalam menentukan jalan dan tujuan
hidup manusia. Karena itu, menurut Muhammad Abduh jika ada
pertentangan dalam penerapan wahyu dengan pemakaian akal,
maka pertentangan itu disebabkan karena ada upaya mengubah
wahyu atau karena salah menggunakan akal.
b. Dalam bidang sosial keagamaan
1) Sikap Sosial
Menurut Muhammad Abduh, sikap sosial dalam suatu ummat
harus diperkuat. Sebaliknya, jiwa individualisme dan separatisme
harus dikikis habis. Caranya adalah dengan memperkuat pendidikan
yang didasarkan atas dasar-dasar ajaran Islam, sebagai pendidikan
yang benar.20
Menurut Muhammad Abduh, kemiskinan suatu negeri
disebabkan karena tidak ada jiwa beragama yang kuat dan mental
yang menyebabkan seseorang tidak lagi berkeyakinan bahwa
kepentingan negaranya atau bahaya yang menimpa negaranya lebih
berbahaya dari pada yang menimpa dirinya.21
Muhammad Abduh menjelaskan bahwa harus terdapat
pertalian dan hubungan yang kuat antara ajaran-ajaran Islam dengan
pengetahuan yang rasional serta pendidikan jiwa yang sebenarnya.
Menurut Muhammad Abduh, kelemahan umat dan masyarakat
Islam hanyalah kemiskinan (kelemahan) jiwa dan bimbingan yang
salah terhadap akal pikiran, bukan karena tanah Mesir atau
langitnya bukan pula karena tabiat alam (geografi) negeri-negeri
19
Abdullah Mahmud Syahatah, Manhaj al-Imam Muhammad Abduh fi Tafsir al-Qur‟an
al-Karim (Mesir: Mathba’ah Jami‟ah al-Qahirah, 1984), h. 33
20
Utsman Amin, al-Imam Muhammad Abduh: Raidl al-Fikr al-Mishri (Mesir: Maktabah
al Mishriyah, 1965), h. 187.
21
Asy-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Usul asy-Syariah, jilid III (Beirut: Dar al-Ma‟arif, tt.), h.
15.
12
Islam yang lain. Penyebab kemiskinan jiwa dan tuntunan yang salah
akal dan pikiran ialah merajalelanya rasa egoisme dan rusaknya arti
“sikap sosial” pada jiwa seseorang. Hal ini disebabkan karena
kebodohan mutlak atau karena salah memahami arti Islam dan
kehidupan ini.
Perlunya perbaikan keadaan tersebut bertujuan untuk
mengembalikan sikap sosial, jiwa nasionalme, dan jiwa keislaman
serta kemanusiaan pada umumnya. Solusinya adalah memberikan
pelajaran agama pada pendidikan dasar. Namun demikian,
Muhammad Abduh tidak menginginkan agar pelajaran-pelajaran di
sekolah dasar hanya terdiri dari mata pelajaran agama saja, tetapi
tetapi juga terdapat mata pelajaran umum dan tekhnik agar mampu
bersaing dengan orang Barat dalam kemampuan
menguasai hidup. Menurut Muhammad Abduh, orang kaya harus
memberikan bantuan kepada orang miskin dalam hal pendidikan
atau kebutuhan sosialnya. Karena orang miskinlah yang pertama
kali terancam oleh orang asing, baik harta maupun jiwanya.
Muhammad Abduh memandang bahwa pengaruh yang positif
dari pendidikan agama ke arah pembentukan sikap sosial tidak akan
tercapai, kecuali sistem pendidikan dirubah dan kebudayaan
(pengetahuan) Islam dijauhkan dari faktor-faktor penyelewengan
yang menimpa. Misalnya, kebanyakan orang hanya mengenal nama
agama, sedang isinya tidak dikenalnya. Kalaupun mereka
mempunyai kepercayaan (aqidah), maka aqidah Jabariah dan
Murji‟ahlah yang mereka pegang dan yakini.
2) Kelemahan Masyarakat Muslim
Dalam hal ini, sebenarnya Muhammad Abduh lebih
membicarakan kelemahan masyarakat Mesir, meski sebenarnya
juga menjadi kelemahan masyarakat muslim yang lain. Kelemahan-
kelemahan itu adalah:
a) Kesalahan dalam memahami arti hidup dikarenakan salah
pendidikan dan tidak ada perhatian terhadap akhlak. Akibatnya
umat Islam berada dalam kondisi jumud dan stagnan, dan
enggan untuk melakukan perubahan.
b) Pernikahan menurut Muhammad Abduh dipandang sebagai
suatu keharusan. Menikah merupakan tabi‟at manusia sebagai
makhluk berpikir yang memiliki kecondongan naluri terhadap
pasangan yang disukainya. Namun demikian tidak semua model
pernikahan dianggap baik. Sebab menurutnya, poligami
dianggapnya sebagai bencana masyarakat, karena baik orang
kaya maupun miskin menganggapnya sebagai alat untuk
13
memuaskan hawa nafsu dengan melupakan tujuan poligami
yang sebenarnya.22
c) Bid’ah (dalam hal ibadah) juga merupakan penyebab lemahnya
masyarakat, karena menunjukkan penyelewengan terhadap
aqidah.
d) Muhammad Abduh mencela keras praktek suap-menyuap yang
dipandangnya sebagai tanda kemerosotan akhlaq dan hilangnnya
tanggungjawab dalam melakukan suatu kewajiban.
e) Acuh tak acuh terhadap kepentingan umum yang menimpa
sebagian umat Islam, disebabkan karena putusnya hubungan
jiwa satu sama lain.
c. Dalam Bidang Politik dan Hukum
Gagasan pemikiran politik Muhammad Abduh dapat terlihat dalam
beberapa hal berikut ini:
1) Arti Tanah Air
Muhammad Abduh menekankan kedudukan tanah air yang
memiliki hubungan erat dengan seseorang warga negara. Ada tiga
alasan yang mengharuskan seseorang mencintai dan semangat
mempertahankan tanah airnya, yaitu:
a) Karena tanah air merupakan tempat kediamannya yang
memberikan makanan, perlindungan, dan tempat tinggal
keluarga dan sanak saudara;
b) Karena tanah air merupakan tempat memperoleh hak-hak dan
kewajiban-kewajiban yang kedua-duanya menjadi poros (dasar)
kehiduan;
c) Karena tanah air merupakan tempat mempertalikan diri dimana
seseorang akan merasa bangga atau terhina karenanya.23
2) Demokrasi dan Pemerintahan
Menurut Muhammad Abduh, prinsip demokrasi harus dipegang
teguh bersama, baik oleh penguasa maupun rakyat biasa. Sejarah
Islam menjadi bukti, betapa kuat demokrasi yang dianut oleh kaum
muslimin, pada masa-masa pertama Islam, sebagaimana yang
diterapkan oleh khalifah Umar r.a. dan kaumnya, ketika dia berkata
di hadapan mereka, “Wahai kaum muslimin, barang siapa melihat
suatu penyelewengan pada diriku, hendaklah dia meluruskan.”
Maka berdirilah seorang dari mereka seraya berkata, “Demi Tuhan,
kalau kami dapati pada diri tuan suatu penyelewengan, maka akan
kami luruskan dengan pedang kami”. Umar RA lalu berkata,
“Alhamdulillah, Tuhan telah menjadikan diantara kaum muslimin
22
A. Hanafi, Pengantar Theology Islam, (Jakarta: al-Husna Zikra, 1995), h. 156.
23
Muhammad al-Bahi, al-Fikr al-Islâmî al-Hadîts wa Shiltuh bi al-Isti‟mâr al-Gharbî,
(Mesir: Mathba‟ah Mukhaimar, 1957), h. 99.
14
orang yang sanggup meluruskan penyelewengan Umar dengan
pedangnya.”
Menurut Muhammad Abduh, jika perinsip demokrasi
menjadi suatu kewajiban bagi rakyat dan penguasa secara
bersamaan, maka kewajiban pemerintah terhadap rakyat ialah
memberikan kesempatan selua-luasnya untuk bekerja dengan bebas
dan dengan cara yang benar, agar dapat mewujudkan kebaikan
dirinya dan masyarakat.
3) Hubungan Undang-undang dengan sosio kultural
Menurut Muhammad Abduh, merupakan suatu persepsi yang
keliru, jika ada yang mengira bahwa undang-undang yang adil dan
yang sesuai dengan prinsip kemerdekaan ialah undang-undang yang
cocok dengan dasardasar kebudayaan dan politik yang berlaku di
suatu negara, sebab tiap-tiap negara berbeda antara satu dengan
lainnya, karena perbedaan geografisnya dan keadaan perdagangan
serta pertaniannya. Demikian kedudukannya juga berbeda-beda,
baik dalam tradisi, akhlak, kepercayaan dan sebagainya. Banyak
undang-undang yang sesuai untuk satu bangsa, tetapi merugikan
bagi negara yang lain.24
Menurut Muhammad Abduh, fungsi undang-undang hanya
untuk memelihara keadaan yang sudah ada, bukan untuk
mengadakan perubahan secara serentak. Perubahan akhlak dan adat
umat hanya bisa dicapai dengan pendidikan, bukan dengan undang-
undang.25
d. Dalam Bidang Pendidikan
Muhammad Abduh memiliki corak pemikiran modern, politik,
kebangsaan, sosial kemasyarakatan, teologi dan filsafat. Maka wajar
jika corak pemikiran pendidikan Muhammad Abduh juga didasarkan
pada pemikiran teologi rasional, filsafat dan sejarah. Pemikiran
Muhamad Abduh tentang pendidikan dinilai sebagai awal dari
kebangkitan umat Islam di awal abad ke-20. Pemikiran Abduh yang
disebar luaskan melalui tulisannya dimajalah al Manar dan al Urwat al
Wutsqa menjadi rujukan para tokoh pembaharu di dunia Islam.
Sehingga diberbagai negara Islam muncul gagasan mendirikan sekolah-
sekolah dengan menggunakan kurikulum seperti yang dirintis Abduh.
Termasuk didirikannya organisasi kemuhamadiyahan oleh KH. Ahmad
Dahlan di pengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Abduh dalam majalah al
Manar.
Secara garis besar, pemikiran Muhammad Abduh dalam
pendidikan yaitu: (1) tidak ada dikotomi dalam pendidikan; (2)
24
Abdul Halim Mahmud, Manahij al-Mufassirin (Mesir: Dar al-Kutub, tt.), h. 308.
25
Arbiya Lubis, Pemikiran Muhammadiyah Dan Muhammad Abduh, Hal. 168-169
15
pengembangan institusi pendidikan; (3) kurikulum; dan (4) metodologi
pengajaran. Pemikiran M. Abduh, secara singkat akan diuraikan berikut
ini:
1) Tidak ada Dikotomi dalam Pendidikan
Menurut Abdurrahman Mas’ud, secara teoritis, ajaran dasar
islam tidak memberikan tempat pada pola pikir dikotomis dalam
pendidikan dan keilmuan Islam. Kecendrungan pemikiran
polarisasi, dengan demikian, lebih merupakan maisntream historis
yang dibatasi oleh ruang dan waktu.3
Menurut Abduh, bahwa diantara faktor yang membawa
kemunduran dunia Islam adalah karena adanya pandangan
dikotomis yang dianut oleh umat islam, yakni dokotomi atau
mempertentangkan antara ilmu agama dan ilmu umum.4 Untuk
mengatasi masalah dikotomi yang demikian itu, Muhammad Abduh
mengusulkan agar dilakukan lintas disiplin ilmu antar kurikulum
madrasah dan sekolah, sehingga jurang pemisah antara kaum ulama
dan ilmuan modern akan hilang. Gagasannya ini diterapkan di al
Azhar dengan menata kembali struktur pendidikan di al Azhar.
Pengembangan Institusi Pendidikan Telah di uraikan sebelumnya
bahwa perhatian Abduh terhadap pendidikan sangat tinggi hal
itupun menjadi perhatian seius terhadap pengembangan pendidikan
di Mesir umumnya dan di Universitas al Azhar khususnya.
Muhammad Abduh mendirikan sekolah menengah pemerintah
untuk menghasilkan tenaga ahli dalam berbagai.
bidang yang dibutukan. Yaitu bidang administrasi, militer,
kesehatan, perindustrian, dan sebagainya. Muhammad Abduh
berupaya memasukkan pelajaran agama, sejarah dan kebudayaan
Islam. Selai itu pula dikembankan lagi sekolah dan madrasah yang
berada di dalam naungan al Azhar.1 Abduh tidak setuju apabila
umat Islam menerima ilmu-ilmu dari barat secara mentah-mentah
tanpa melakukan filterisasi atau kritik. Menurutnya, baimana
mungkin pendidikan Islam akan efektif, kalau benih-benih yang
ditanam sudah asing. Abduh memperjuangkan sistem pendidikan
fungsional yang bukan impor, yang mencakup pendidikan universal
bagi semua anak, lakilaki maupun perempuan. Semuanya harus
memiliki kemampuaan dasar seperti membaca, menulis dan
berhitung. Semuanya harus mendapat pendidikan agama, yang
mengabaikan perbedaan sektarian.26
26
Ali Rahnema, Pioneer of Islamic Revival. Diterjemahkan oleh Ilyas Hasan dengan judul
Para Perintis Zaman Baru Islam. (Bandung: Mizan, 1998), h. 58-59.
16
2) Kurikulum
Secara detail, rancangan kurikulum yang diperbaharui
Muhammad Abduh, sebagai berikut:
(1) Kurikulum tingkat Sekolah Dasar. Abduh berangapan
bahwa dasar pembentukan jiwa agama hendaknya dimulai sejak
masih usia dini, yaitu masa kanak-kanak. Oleh karena itu pelajaran
agama hendaknya dijadikan inti semua mata pelajaran. Pandangan
ini mengacu pada angapan bahwa ajaran Islam merupakan dasar
pembentukan jiwa dan pribadi muslim. Dengan memiliki jiwa
pribadi muslim, maka rakyat Mesir akan memiliki jiwa
kebersamaan dan nasionalisme yang selanjutnya dapat menjadi
dasar bagi pengembangan sikap hidup yang lebih baik, dan
sekaligus dapat meraih kemajuan.27
(2) Kurikulum tingkat Menengah Atas. Pengembangan
kurikulum sekolah menengah dan sekolah kejuruan dilakukan
dengan memasukkan mata pelajaran manthik dan falsafah yang
sebelumnya tidak diajarkan. Selain itu, dimasukkan juga pelajaran
tentang sejarah peradaban Islam dengan tujuan agar umat Islam
mengetahui berbagai kemajuan dan keunggulan yang pernah
dicapai.28
(3) Kurikulum Universitas Al Azhar. Kurikulum perguruan
tinggi al Azhar disesuikan dengan kebutuhan masyarakat pada saat
itu. Dalam hal ini, Abduh memasukkan ilmu filsafat, logika, dan
ilmu pengetahuan modern ke dalam kurikulum al-Azhar. Upaya ini
agar alumni-alumni al-Azhar dapat menjadi ulama modern.5 Sebab
kebutuhan masyarakat saat itu adalah sarjana yang berfikir kritis,
komprehensif, progresif, dan seimbang tentang ajaran Islam, yaitu
ulama yang intelek dan intelek yang ulama.29
3) Metodologi Pengajaran
Menurut Abduh bahwa metode pengajarn yang selama ini hanya
mengandalkan hafalan perlu dilengkapi dengan metode rasional dan
pemahaman (insight). Dengan demikian, disamping para siswa
menghafal suatu bahan pelajaran, juga dapat memahaminya dengan
kritis objektif dan komperhensif. Abduh juga mengusulkan
menghidupkan kembali metode munadzarah (diskusi) dan kebiasaan
ilmiah dan menjadikan bahasa arab sebagai bahasa ilmiah.30
27
Abdul Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo, 1998), h. 53.
28
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo,
2012), h. 311
29
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 249.
30
Jalaludin dan Usman Said. Filsafat Pendidikan Islam; Konsep dan Perkembangannya,
(Jakarta: Grafindo, 2003), h. 157.
17
4. Pengaruh pemikiran Muhammad Abduh
Salah satu tokoh pembaharuan Islam yang memiliki kepedulian dan
keprihatinan akan kemunduran umat Islam saat itu adalah Muhammad
Abduh. Dia memiliki pengaruh yang besar di Timur maupun Barat. Dia
adalah sosok yang patut untuk di teladani umat Islam karena mampu
mengubah kebiasaan masyarakat yang sebelumnya bersikap statis menjadi
dinamis. Pemikiran Muhammad Abduh tentang pendidikan dinilai sebagai
awal kebangkitan umat Islam di awal abad ke 20. Pemikirannya
disebarluaskan melalui tulisan-tulisannya di majalah al-Manar dan al-
urwah al-wusqa menjadi rujukan para tokoh pembaharu dalam dunia Islam,
sehingga di berbagai negara Islam muncul gagasan mendirikan sekolah
atau madrasah dengan menggunakan kurikulum seperti yang dirintis
Muhammad Abduh.31
Sedangkan pengaruh pembaharuan pendidikan Muhammad Abduh
di Indonesia dapat kita lihat pada organisasi Muhamadiyah. Munculnya
gagasan K.H. Ahmad Dahlan untuk mendirikan Muhamadiyah didorong
oleh dua sebab. Pertama, karena situasi politik Belanda. Kedua, karena
keadaan umat Islam di sekitar kampungnya ketika itu sangat rusak dan
dalam menjalankan praktik keaagamaan sudah sangat jauh menyeleweng
dari ajaran yang sebenarnya. Di samping kondisi tersebut, dorongan lainnya
adalah pada saat melaksankan ibadah haji pada tahun 1890, di Makkah ia
berguru pada syeikh Ahmad Khatib. Melalui gurunya ia mulai mengenal
tulisan muhamad Abduh berupa tafsir al-Manar, bahkan diantara ilmu-ilmu
tersebut yang digemari dan menarik perhatian Ahmad Dahlan adalah tafisr
al Manar.32
Jarnawi Hadikusumo bawa dengan peranara K.H. Bakir, seorang
famili Ahmad Dahlan, dia dapat bertemu dan berkenalan dengan Rasyid
Ridha tokoh pembaharu Mesir yang juga murid Mihammad Abduh yang
kebetulan berada di Tanah Suci. Keduanya sempat bertukar pikiran hingga
cita-cita pembaru meresap dalam sanubarinya.
31
Jalaludin dan Usman Said. Filsafat Pendidikan Islam; Konsep dan Perkembangannya,
(Jakarta: Grafindo, 2003), h. 157.
32
Azhari, Afif dan Mimien Maemunah Z Muhammad Abduh dan Pengaruhnya di
Indonesia, (Surabaya: al-Ikhlas, 1996), h. 89.
18
BAB III:
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis memaparkan pembahasan di atas tentang pembaharuan
pemikiran Islam di Mesir, terutama secara khusus tentang pembaruan
pemikiran Jamaluddin al-Aghani dan Muhammad Abduh, maka dapat
disimpulkan beberapa hal berikut ini:
1. Muhammad Abduh (1849 - 11 Juli 1905) adalah seorang teolog Muslim,
Mufti Mesir, pembaharu liberal, pendiri Modernisme Islam dan seorang
tokoh penting dalam teologi dan filsafat yang menghasilkan Islamisme
modern Dia adalah murid Jamaluddin Al Afgani. Mulai belajar filsafat dan
menulis di harian Al Ahram, dan menyelesaikan pendidikannya di Al-
Azhar. Dia lebih menitikberatkan pembaharuannya di bidang pendidikan, di
mana konsep pendidikan diarahkan untuk mencintai dirinya, masyarakat dan
negaranya.
2. Banyak faktor yang melatarbelakangi gagasan pembaharuan Muhammad
Abduh bagi masyarakat Islam di Mesir kala itu, diantara faktor-faktor
tersebut adalah; Pertama, faktor sosial yang melingkupinya, baik di masa
masa awal kehidupannya bersama orang tuanya, maupun status sosialnya
ketika dia telah mandiri di bawah bimbingan gurunya, terutama Syeikh
Darwisy dan sayyid Jamaluddin al Afghani. Pemikiran Muhammad Abduh
banyak berangkat dari lingkungan sosialnya di lembaga-lembaga sosial,
seperti Kuttab alQaryah dan kampusnya di al-Azhar, tempat dia
mengadakan kegiatan kemasyarakatan dan politik. Kedua, faktor politik, di
mana Muhammad Abduh terlibat secara langsung dalam pemberontakan
Urabi, dan tulisan-tulisannya tentang politik telah memberikan andil besar
dalam membangkitkan opini pubik sebelum terjadi pemberontakan itu. Dia
menuntut kehidupan politik yang demokratis melalui lembaga perwakilan
rakyat. Ketiga, faktor kebudayaan, di mana dalam perjalanan studinya dia
berguru kepada Syeikh Darwisy dan sayyid Jamaluddin al Afghani yang
sangat berpengaruh terhadap 27 perubahan sikap Muhammad Abduh dan
pembentukan gagasan dan ide-ide pembaruannya.
3. Pokok-pokok pemikiran Muhammad Abduh antara lain adalah; Pertama,
dalam bidang teologi, di mana Abduh menolak paham Jabariyah. Sebab
paham jabariyah telah membuat seseorang merasa dirinya tidak memiliki
kuasa apapun di hadapan Tuhan, bahkan terhadap dirinya dan lemah di
hadapan manusia, karena aqidah Jabariyah pada hakekatnya hanya bisa
hidup dengan sikap pasrah dan menyerah pada takdir. Kedua, dalam bidang
sosial keagamaan, di mana Abduh melihat bahwa kemiskinan suatu negeri
disebabkan karena tidak ada jiwa beragama yang kuat dan mental yang
menyebabkan seseorang tidak lagi berkeyakinan bahwa kepentingan
negaranya atau bahaya yang menimpa negaranya lebih berbahaya dari pada
19
yang menimpa dirinya. Karena itu diperlukan upaya untuk mengembalikan
sikap sosial, jiwa nasionalme, dan jiwa keislaman, serta kemanusiaan pada
umumnya. Ketiga, dalam bidang politik dan hukum, di mana Abduh
menekankan kedudukan tanah air yang memiliki hubungan erat dengan
seseorang warga negara, sehingga dia wajib mencintai dan membela
negaranya. prinsip Menurutnya, demokrasi harus dipegang teguh bersama,
baik oleh penguasa maupun rakyat biasa. Jika perinsip demokrasi menjadi
suatu kewajiban bagi rakyat dan penguasa secara bersamaan, maka
kewajiban pemerintah terhadap rakyat ialah memberikan kesempatan selua-
luasnya untuk bekerja dengan bebas dan dengan cara yang benar, agar dapat
mewujudkan kebaikan dirinya dan masyarakat. Keempat, dalam bidang
pendidikan. Pemikiran Muhammad Abduh tentang pendidikan dinilai
sebagai awal dari kebangkitan umat Islam di awal abad ke-20. Secara garis
besar, pemikiran Muhammad Abduh dalam pendidikan yaitu: (1) tidak ada
dikotomi dalam pendidikan; (2) pengembangan institusi pendidikan; (3)
kurikulum; dan (4) metodologi pengajaran.
4. Pemikiran Muhammad Abduh sangat besar pengaruhnya di Timur dan
Barat. Dia adalah sosok yang patut untuk di teladani umat Islam, karena
mampu mengubah kebiasaan masyarakat yang sebelumnya bersikap statis
menjadi dinamis. Gagasan dan idenya menjadi rujukan para tokoh
pembaharu dalam dunia Islam, sehingga di berbagai negara Islam muncul
gagasan mendirikan sekolah atau madrasah dengan menggunakan
kurikulum seperti yang dirintis Muhammad Abduh. Di Indonesia, gagasan
pembaharuan pendidikan Muhammad Abduh diadopsi oleh K.H. Ahmad
Dahlan dengan mendirikan Muhamadiyah dan sekolah-sekolah di bawah
naungan Muhammadiyah. Wallahu a‟lam bish shawab.
20
DAFTAR PUSTAKA:
Abbas MahmudAqqad, Abqariyyul Ishlah Wat Taghyiir, (Cairo: Muassasah
Handawi Litt’lim Watssaqaaah, 2012) Abdullah Mahmud Syahatah, Manhaj
al-Imam Muhammad Abduh fi Tafsir al-Qur‟an al-Karim (Mesir:
Mathba‟ah Jami‟ah al-Qahirah, 1984)
A. Hanafi, Pengantar Theology Islam, (Jakarta: al-Husna Zikra, 1995)
Abdurahman, Mas‟ud, Menggagas Format Pendidikan Non Dokotomik,
(Jakarta: Galamedia, 2002)
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta: PT.
Rajagrafindo, 2012)
Abdul Sani, Perkembangan Modern dalam Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1998)
Azhari, Afif dan Mimien Maemunah Z, Muhammad Abduh dan
Pengaruhnya di Indonesia, (Surabaya: al-Ikhlas, 1996)
Asy-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Usul asy-Syariah, jilid III (Beirut: Dar alMa‟arif,
tt.) Djarnawi Al Bahy, Pemikiran Islam Modern, (Jakarta: Pustaka
Panjimas,,
1986)
Dwi Sukmanila, Kiprah dan kontribusi jamaluddin al-afghani dalam
pemikiran modern islam, Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
Faisal Ismail, Jamaluddin Al-Afghani: Inspirator dan Motivator Gerakan
Reformasi Islam (Yogyakarta: Perpustakaan Digital UIN Sunan kalijaga,
2008), Jurnal.
Abdul Hamid dan Yaya, Pemikiran modern dalam Islam, (Bandung:
Pustaka Setia, 2010) Kahar Masyhur, Pemikiran dan modernism dalam
Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1989)
Abdurahman Mas‟ud, Menggagas Format Pendidikan Non Dokotomik,
(Jakarta: Galamedia, 2002) Mani‟ Abdul Halim Mahmud, Manahij al-
Mufassirin (Kairo: Maktabah alImam, 2003, cet.2) Munawir Sjadzali, Islam
dan Tata Negara (Ajaran, Sejarah dan Pemikiran), (Jakarta: UI Press,
1993)
Samsul Nizar,. Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2007)
Utsman Amin, al-Imam Muhammad Abduh: Raidl al-Fikr al-Mishri
(Mesir: Maktabah al-Mishriyah, 1965) Muhammad al-Bahi, al-Fikr al-
Islâmî al-Hadîts wa Shilatuhu bil -Isti‟mâr al-Gharbî, (Mesir: Mathba‟ah
21
Mukhaimar, 1957) Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kencana, 2007)
Ahmad Amin.1960. Muhammad Abduh. (Kairo: Mu'assat al-Khanji).
al-Raz, M. 1945. Muhammad Abduh. (Mesir: al-Baby al-Halaby).
Amin, H. A. 1995. Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam. (Mesir: Maktabah
Madbouli).
Amiruddin, Z. 2009. Rasionalitas dan Pembaharuan Muhammad 'Abduh. Journal
SOSIORELIGIA. Vol-8.
Arbiya Lubis. 1989. Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh. (Jakarta:
Bulan Bintang).
Daulay, M. 2013. Inovasi Pendidikan Islam Muhammad Abduh. Jurnal Darul
Ilmi, Vol-01
Faqihuddin. 2021. Modernisasi Keagamaan dan Pendidikan. Tahdzib Al-Akhlak :
Jurnal Pendidikan Islam.
Hamid, A. 2010. Pemikiran Modern Dalam Islam. (Bandung: Pustaka Setia).
Harahap, S. 2006. Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam. (Jakarta: Istiqamah
Mulya Press). Ilyas Hasan. 1995. Para Perintis Zaman Baru Islam.
(Bandung: Mizan).
John J. Donohue. 1984. Islam, Dan Pembeharuan, Terjamh. (Jakarta: Rajawali).
John J. Donohue, P. S. T. 1995. Islam Dan Pembaharuan : Ensiklopedi Masalah-
Masalah. Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian
(STIK).http://library.stik-ptik.ac.id.
M. A. Syamsul Bahri., M. A. O. S. 2018. “Konsep Pembaharuan Dalam
Perspektif Pemikiran Muhammad Abduh”. aL-Mursalah. Vol-02.
http://jurnal.staitapaktuan.ac.id/index.php/Al-Mursalah/article/view/82.
Majdid, N.1998. Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan. (Bandung:
Mizan).
Manijo. 2013. Rethingking Gagasan Dan Pembaharuan Muhammad Abduh Di
Mesir Relevensinya Dengan Masa Depan Pendidikan Islam. (Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus). Mas'ud, A. 2002. Menggagas
Format Pendidikan Non dokotomik. (Jakarta: Galamedia)

More Related Content

Similar to Pembaharuan Islam Abduh

Fikih kel 5
Fikih kel 5Fikih kel 5
Fikih kel 5Ltfltf
 
GERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptx
GERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptxGERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptx
GERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptxfarzahalhubby
 
Perkembangan Islam di Masa Modern
Perkembangan Islam di Masa ModernPerkembangan Islam di Masa Modern
Perkembangan Islam di Masa ModernWafa Wafiyaa
 
Karya monumental islam dalam bidang IPTEKS (makalah)
Karya monumental islam dalam bidang IPTEKS (makalah)Karya monumental islam dalam bidang IPTEKS (makalah)
Karya monumental islam dalam bidang IPTEKS (makalah)Echo Media
 
Beografi Imam Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.pdf
Beografi Imam Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.pdfBeografi Imam Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.pdf
Beografi Imam Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.pdfZukét Printing
 
Tokoh moderinisasi islam
Tokoh moderinisasi islamTokoh moderinisasi islam
Tokoh moderinisasi islamAl Alfandi
 
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
Beografi Imam Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.docx
Beografi Imam Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.docxBeografi Imam Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.docx
Beografi Imam Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.docxZukét Printing
 
Pemikiran muhammad iqbal
Pemikiran muhammad iqbalPemikiran muhammad iqbal
Pemikiran muhammad iqbalMaman Med
 
Pembaharuan dalam islam
Pembaharuan dalam islamPembaharuan dalam islam
Pembaharuan dalam islamnajmanmasagala
 
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdfMAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdfDMI
 
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM SYED MUHAMMAD NAQUIB AL.docx
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM SYED MUHAMMAD NAQUIB AL.docxPEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM SYED MUHAMMAD NAQUIB AL.docx
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM SYED MUHAMMAD NAQUIB AL.docxDinaAuliyaRahma
 
Perkembangan Ilmu dan 3 Tokoh Pelopor Pembaharuan Pada Periode Modern
Perkembangan Ilmu dan 3 Tokoh Pelopor Pembaharuan Pada Periode ModernPerkembangan Ilmu dan 3 Tokoh Pelopor Pembaharuan Pada Periode Modern
Perkembangan Ilmu dan 3 Tokoh Pelopor Pembaharuan Pada Periode ModernNindia Ayu P
 
ISLAM CLASH OF CIVILIZATIONS.ocx
ISLAM CLASH OF CIVILIZATIONS.ocxISLAM CLASH OF CIVILIZATIONS.ocx
ISLAM CLASH OF CIVILIZATIONS.ocxSatyaWati3
 
COVER A CLASH OF CIVILIZATIONS.docx
COVER A CLASH OF CIVILIZATIONS.docxCOVER A CLASH OF CIVILIZATIONS.docx
COVER A CLASH OF CIVILIZATIONS.docxSatyaWati3
 
Tahap perkembangan pemikiran islam
Tahap perkembangan pemikiran islamTahap perkembangan pemikiran islam
Tahap perkembangan pemikiran islamKamarudin Jaafar
 

Similar to Pembaharuan Islam Abduh (20)

bani umayyah
bani umayyahbani umayyah
bani umayyah
 
Fikih kel 5
Fikih kel 5Fikih kel 5
Fikih kel 5
 
GERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptx
GERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptxGERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptx
GERAKAN PEMBAHARUAN DALAM ISLAM.pptx
 
Perkembangan Islam di Masa Modern
Perkembangan Islam di Masa ModernPerkembangan Islam di Masa Modern
Perkembangan Islam di Masa Modern
 
Karya monumental islam dalam bidang IPTEKS (makalah)
Karya monumental islam dalam bidang IPTEKS (makalah)Karya monumental islam dalam bidang IPTEKS (makalah)
Karya monumental islam dalam bidang IPTEKS (makalah)
 
Beografi Imam Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.pdf
Beografi Imam Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.pdfBeografi Imam Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.pdf
Beografi Imam Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.pdf
 
Tokoh moderinisasi islam
Tokoh moderinisasi islamTokoh moderinisasi islam
Tokoh moderinisasi islam
 
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
 
ISLAM LIBERAL
ISLAM LIBERALISLAM LIBERAL
ISLAM LIBERAL
 
Beografi Imam Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.docx
Beografi Imam Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.docxBeografi Imam Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.docx
Beografi Imam Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.docx
 
Pemikiran muhammad iqbal
Pemikiran muhammad iqbalPemikiran muhammad iqbal
Pemikiran muhammad iqbal
 
Pembaharuan dalam islam
Pembaharuan dalam islamPembaharuan dalam islam
Pembaharuan dalam islam
 
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdfMAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
 
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM SYED MUHAMMAD NAQUIB AL.docx
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM SYED MUHAMMAD NAQUIB AL.docxPEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM SYED MUHAMMAD NAQUIB AL.docx
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM SYED MUHAMMAD NAQUIB AL.docx
 
Membangun Peradaban Islam
Membangun Peradaban IslamMembangun Peradaban Islam
Membangun Peradaban Islam
 
Studi hukum islam
Studi hukum islamStudi hukum islam
Studi hukum islam
 
Perkembangan Ilmu dan 3 Tokoh Pelopor Pembaharuan Pada Periode Modern
Perkembangan Ilmu dan 3 Tokoh Pelopor Pembaharuan Pada Periode ModernPerkembangan Ilmu dan 3 Tokoh Pelopor Pembaharuan Pada Periode Modern
Perkembangan Ilmu dan 3 Tokoh Pelopor Pembaharuan Pada Periode Modern
 
ISLAM CLASH OF CIVILIZATIONS.ocx
ISLAM CLASH OF CIVILIZATIONS.ocxISLAM CLASH OF CIVILIZATIONS.ocx
ISLAM CLASH OF CIVILIZATIONS.ocx
 
COVER A CLASH OF CIVILIZATIONS.docx
COVER A CLASH OF CIVILIZATIONS.docxCOVER A CLASH OF CIVILIZATIONS.docx
COVER A CLASH OF CIVILIZATIONS.docx
 
Tahap perkembangan pemikiran islam
Tahap perkembangan pemikiran islamTahap perkembangan pemikiran islam
Tahap perkembangan pemikiran islam
 

Recently uploaded

PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 

Recently uploaded (20)

PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 

Pembaharuan Islam Abduh

  • 1. PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM DI MESIR (MUHAMMAD ABDUH) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Hukum Keluarga Islam Oleh : Sukma Arohman Putra NIM. 503230014 Dosen Pengampu : Dr. Luthfi Hadi Aminuddin, S.H.I, M.Ag. PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM PACASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO 2023
  • 2. 1 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Penulis kemudahan dalam menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, Penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa sholawat dan Salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, dan semoga kita semua menjadi Umatnya yang mendapat Syafa’atnya di Yaumil Kiyamah. Penulis tak lupa mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat, sehingga makalah yamng berjudul “PEMBAHARUAN HUKUM KELUARGA ISLAM DI MESIR (MUHAMMAD ABDUH )” ini dapat Penulis Selesaikan. Terima kasih Penulis ucapkan juga kepada Bapak Dr. H. Luthfi Hadi Aminuddin, M.Ag. yang sudah membantu dalam penulisan makalah ini, serta kepada teman-teman yang telah mendukung sehingga Penulis bisa menyelesaikan tugas ini. Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi penulisan, penyusunan, maupun substansinya. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Ponorogo, 19 September 2023 Penulis
  • 3. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam catatan sejarah, Mesir termasuk salah satu negara yang berada di bawah kekuasaan Romawi Timur dengan Bizantium sebagai ibukotanya. Bagi kerajaan Romawi, Mesir sangat penting dan dianggap sebagai wilayah kekuasaannya yang sangat strategis, karena ia mempunyai potensi sejarah yang secara tradisional telah mengakar. Namun setelah kekuasaan Romawi berhasil dilucuti oleh tentara Islam di masa Umar bin Khattab, Mesir secara bertahap memasuki awal kebangkitannya dan berkembang menjadi kota dan negara tujuan banyak orang.1 Kerajaan Romawi Timur dengan ibu kota Bizantium merupakan rival berat pengembangan Islam yang keberadaannya berlangsung sampai pada masa pemerintahan Kholifah Umar Bin Khatab. Pada saat Umar menjadi Khalifah, Romawi Timur merupakan target npengembangan misi keislaman dan akhirnya kekuatan militer Romawi tidak dapat menghambat laju kemenangan Islam di Mesir, karena keberadaan Islam sebagai agama baru memberikan keluasaan dan kebebasan untuk hidup, yang selama itu tidak diperoleh dari pemerintahan Romawi Timur, termasuk didalamnya kondisi yang labil karena berkembangnya konflik keagamaan.2 Mesir menjadi wilayah Islam pada zaman khalifah Umar bin Khattab pada 640 M, Mesir ditaklukkan oleh pasukan Amr Ibn al-Ash yang kemudian ia dijadikan gubernur di sana. Kemudian diganti oleh Abdullah Ibn Abi Syarh pada masa Usman dan berbuntut konflik yang menjadi salah satu sebab terbunuhnya Usman ra. Mesir menjadi salah satu pusat peradaban Islam dan pernah dikuasai dinasti-dinasti kecil pada zaman Bani Abbas, seperti Fatimiah (sampai tahun 567 H) yang mendirikan Al-Azhar, dinasti Ayubiyah (567- 648 H) yang terkenal dengan perang salib dan perjanjian ramalah mengenai Palestina, dinasti Mamluk (648-922 H) sampai ditaklukan oleh Napoleon dan Turki Usmani. Mesir adalah sebuah tempat yang sarat dengan peran politik dan kesejarahan. Bagaimana tidak, nampaknya Mesir dilahirkan untuk selalu dapat berperan dan memberikan sumbangan terhadap perjalanan sejarah Islam itu sendiri. Dari segi ekonomi dan politik, ia memberikan sumbangan yang cukup besar terutama sektor perdagangan dan pelabuhan Iskandariyah yang memang sejak kerajaan Romawi Timur merupakan pelabuhan yang ramai. Sedangkan dari segi pembangunan hukum Islam, Mesir merupakan daerah yang ikut 1 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003) hal. 21 2 Abdul Hamid (Editor), Pemikiran Modern Dalam Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010).
  • 4. 3 melahirkan bentuk dan aliran hukum Islam terutama dengan kehadiran Imam Syafi’i, yang hukum-hukumnya sangat dikenali. Situasi kekuasaan dan pemerintahan di Mesir pada waktu itu sudah tidak dapat lagi dikatakan stabil. Kekacauan, kemerosotan sosial kemasyarakatan sebagai wilayah yang selalu diperebutkan dan diincar oleh negara-negara Islam kuat sungguhsungguh membuat rakyat Mesir diliputi rasa ketakutan. Perhatian untuk membangun pun sangat lemah, sebab setiap saat selalu dihantui oleh perang. Kondisi keagamaan juga demikian, sebagaimana dilukiskan oleh Muhammad al-Bahy rakyat Mesir dan dunia Islam pada umumnya lebih mementingkan tindakan individual. Ukhuwah Islamiyah yang menekankan kepada kebersamaan, persatuan, dinamisme hidup, rasionalitas berpikir dalam lapangan keagamaan, dan sebagainya telah hilang dikalangan umat Islam. Termasuk di kalangan Universitas Al-Azhar sendiri, yang digambarkan oleh Muhammad Abduh sudah kehilangan roh intelektual dan jihad keagamaan yang berpijak kepada kebenaran Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Mesir memiliki aset potensial dalam gagasan-gagasan modernisme.3 Hal ini juga yang membuka mata para pemikir-pemikir Islam untuk melakukan perubahan dengan meninggalkan keterbelakangan menuju era modernisasi.4 Adapun perkembangan pemikiran Islam secara khusus di Mesir, menurut John L. Esposito dilatarbelakangi oleh ortodoksi sunni yang mengalami proses kristalisasi setelah bergulat dengan aliran muktazilah, aliran syiah dan kelompok khawarij yang kemudian disusul dengan sufisme yang pada tahapan selanjutnya mengalami degenerasi. Maka tampillah pada abad peralihan 13 ke- 14 seorang tokoh Ibnu Taimiyah yang melakukan kritik tajam sebagai reformis (mujaddid) dengan seruannya agar umat Islam kembali kepada Al-qur'an dan Sunnah. Pembaharuan Islam di Mesir dilakukan secara modern dengan mengadopsi peradaban Barat. Karena pada saat itu, kemajuan dan modernisasi yang menjadi tolok ukur kemajuan suatu bangsa dan negara adalah Barat. Dalam aplikasinya pembaharuan yang dilakukan adalah dengan membangun interpretasi baru terhadap sumber nilai fundamental utama yang tertuang dalam al-Qur'an dan Sunnah. Pembaharuan dalam Islam memiliki tujuan untuk menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern dengan berpedoman pada ide-ide dasar dalam al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW seperti yang dilakukan para pembaharu di Mesir di abad ke-18 da ke-19. Sejauh ini, telah banyak studi yang telah membahas tentang pembaharuan melalui studi pemikian tokoh, salah satunya pemikiran Syekh 3 Drs. H.M. Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam, Jakarta , hlm. 69. 4 Utsman Amin, 1953, Muhammad Abduh. Washington: American Council of Learned Societies.Hlm. 3
  • 5. 4 Muhammad Abduh. Namun dari berbagi literature yang telah ada, kebanyakan menitik beratkan hanya pada Islam. Pemikirannya membawa dampak yang signifikan dalam berbagai tatanan kehidupan pemikiran masyarakat meliputi aspek penafsiran Al-Qur'an.5 Pembaharuan yang dilakukan oleh Syekh Muhammad Abduh Pada dasarnya sebagaimana gurunya Jamaluddin al-Afghani melihat bahwa salah satu sebab mendasar bagi keterbelakangan umat Islam adalah mundurnya tradisi intelektual dan kedatangan bangsa barat diawal penjajahan. Karenanya, ia menginginkan agar kebebasan berpikir umat harus membangkitkan kembali. Namun, Muhammad Abduh berbeda dengan gurunya Jamaluddin al-Afghani yang lebih mengutamakan bidang politik dari pada yang lain, maka Muhammad Abduh kelihatannya melihat bahwa bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan lebih menentukan daripada bidang politik. Oleh karena itu, ia mencurahkan perhatian yang besar dalam usaha mereformasi pendidikan Islam dan mengintensifkan kembali tradisi intelektual yang telah memudar. Hal ini bukan berarti bidang-bidang lain diabaikannya, bahkan banyak pembahruan diberbagai bidang yang dilakukan oleh Beliau.6 Pada akhirnya, Syekh Muhammad Abduh berkeinginan untuk memgembalikan kejayaan Islam dengan berbagai pembaharuan pemikirannya agar kemajuan Islam pada Masa itu kembali lagi dan kembali sesuai dengan aliran-aliran Islam dengan penafsiran yang jernih serta menghilangkan metode pendidikan yang otoriter dan memberi kebebasan berintelektual bagi rakyat. Sehingga ajaran Islam benar-benar mampu diaktualisasikan dalam perkembangan zaman yang selalu berubah, sehingga ia dianggap sebagai bapak peletak aliran modern dalam Islam.7 B. Rumusan Masalah Maka dari pernyataan-pernyataan di atas kemudian penulis memunculkan beberapa pertanyaan. Pertama, apa yang melatar belakangi pemikiran Muhammad Abduh terhadap pembaharuan Islam di Mesir ?, Kedua, Apa saja pokok-pokok pemikiran Islam Muhammad Abduh terhadap pembaharuan islam di Mesir?, Ketiga, Bagaimana pengaruh pemikiran Muhammad Abduh terhadap perkembangan hukum islam di mesir ? C. Metode Penulisan Penulis menggunakan metode penelitian Library Reseacrh dengan metode pendekatan Pemikiran Tokoh. Library Research yang berarti menggunakan sumber utama melalui Literature Review Atau buku-buku studi yang berkaitan guna mencari solusi untuk menjawaban dari permasalahan yang ditemukan yang selanjutnya dianalisa untuk memperoleh kesimpulan. 5 Nurlaelah Abbas, “Muhammad Abduh: Konsep Rasionalisme dalam Islam”, dalam Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 15, No. 1, Tahun 2014, hal. 2. 6 Majdid, Islam, Kemodernan Dan Keindonesiaan, (Bandung: Mizan, 1998). 310 7 John J. Donohue, Islam, Dan Pembeharuan, Terjm, (Jakarta: Rajawali Press, 1984). 30
  • 6. 5 Sedangkan Pendekatan studi pemikiran tokoh bisa diartikan dengan menjadikan salah satu tokoh ataupun lebih dalam obyek peneletiannya, mulai dari biografi kehidupannya, karya intelektualnya, hingga pemikiran serta konsep ide-idenya.8 8 S. Harahap, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, (Jakarta: Istiqamah Mulya Press, 2006). 36
  • 7. 6 BAB II PEMBAHASAN PEMIKIRAN MUHAMMAD ABDUH A. Pemikiran Pembaharuan Muhammad Abduh 1. Biografi Muhammad Abduh Muhammad Abduh atau 'Abduh (1849 - 11 Juli 1905) adalah seorang teolog Muslim, Mufti Mesir, pembaharu liberal, pendiri Modernisme Islam dan seorang tokoh penting dalam teologi dan filsafat yang menghasilkan Islamisme modern.9 Nama lengkap beliau adalah Muhammad Abduh Ibn Hasan Khair Allah, dilahirkan pada tahun 1849 M di Mahallat al-Nasr daerah kawasan Sibrakhait Provinsi al-Bukhairoh Mesir. Ayahnya Hasan Khairullah berasal dari Turki. Ibunya bernama Junainah berasal dari bangsa Arab yang silsilahnya sampai ke suku bangsa yang sama dengan Umar bin Khattab.10 Syeikh Muhammad Abduh dibesarkan dalam lingkungan keluarga petani dikampung halamannya. Ketika saudara-saudaranya ikut turut membantu ayahnya dalam mengelola lahan pertanian maka Abduh ditugaskan untukmenuntut ilmu pengetahuan diluar kampung halamannya setelah belajar membaca dan menulis di rumahnya. Ayahnya mengirimkan Abduh kesuatu tempat pendidikan pengafalan al-Qur‟an untuk menimba ilmu pengetahuan dan ia mampu menyelesaikan hafalalannya sampai 30 juz setelah dua tahun berlalu ketika usianya baru berumur 12 tahun.11 Muhammad Abduh dibesarkan dalam asuhan keluarga yang tidak ada hubungannya dengan dunia pendidikan sekolah, tetapi mempunyai jiwa keagamaan yang teguh. Proses pendidikannya dimulai dengan belajar al- Qur‟an kepada seorang guru agama di Masjid Thantha untuk belajar bahasa Arab dan ilmu-ilmu agama dari Syekh Ahmad tahun 1862.12 Namun ketika dia belajar di Masjid Ahmadi, dia mengikuti proses pendidikan yang dia nilai kurang memuaskan. Karena metode pengajaran yang diterapkan di sekolah tersebut mementingkan hafalan tanpa tanpa dituntut untuk memahami dan mengerti apa yang dipelajari. Itu sebabnya, dia memutuskan untuk kembali kekampung halamannya ke Mahallat Nashr. 9 Utsman Amin, 1953, Muhammad Abduh. Washington: American Council of Learned Societies.Hlm. 3 10 Abdullah Mahmud Syahatah, Manhaj al-Imam Muhammad Abduh Fi al-Tafsir al- Qur‟an, (Cairo: Nasyr al-Rasail, t.th), h.3 11 Harun Nasution, 2011. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang. hlm. 52 12 bdul Sani, Perkembangan Modern dalam Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h. 49, lihat juga Arbiyah Lubis, Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh (Suatu Studi Perbandingan, (Jakarta PT. Bulan Bintang, 1993), h. 112
  • 8. 7 Sekembalinya ke daerah asalnya, dia membantu ayahnya bertani dan menikah di usia 16 tahun. Walaupun Abduh sudah menikah, ayahnya selalu memaksanya untuk melanjutkan studinya hingga dia pergi ke Syibral Khit yang mana di desa ini banyak yang tinggal dari keluarga ayahnya. Dan disinilah dia bertemu dengan Syeikh Darwisy Khidr, salah seorang pamannya sendiri yang mempunyai pengetahuan mengenai al-Qur‟an dan penganut thariqah asySyadziliah. Setelah dia menikah, melalui nasehat pamannya dia kembali meneruskan pendidikannya. Pertemuannya dengan guru-guru yang baru dia kenal membuatnya senang. Setelah dia menyelesaikan studinya di Thantha, dia melanjutkannya ke al-Azhar pada Februari 1866.13 Setelah ia masuk ke Universitas al-Azhar ia hanya mendapatkan pengajaran agama; dan memang ketika itu al-Azhar, seperti yang dikatakan Syekh Darwisy, tidak memberikan mata pelajaran yang lain selain ilmu- ilmu agama. Di Universitas ini pun dia menemukan metode pengajaran yang sama dengan yang ditemukannya di Thanta. Hal ini membuat dia kembali merasakan kekecewaan terhadap metode pengajaran yang ada. Dia menuliskan kekesalannya pada tulisannya, dengan mengatakan metode pengajaran yang verbalis itu telah merusak akal dan daya nalarnya. Sekembalinya ke Thanta pada 1865, dan di tahun selanjutnya dia pergi ke Kairo dan hidup sebagai seorang sufi. Rasa kekecewaan inilah mungkin yang menjadikannya ingin menjadi seorang sufi, akan tetapi kehidupan itu ditinggalkannya karena anjuran pamannya.14 Belajar di al-Azhar merupakan suatu pengalaman yang berharga bagi Abduh, sebab tahun 1872 dia berkenalan dengan Jamaluddin al-Afghani (1839- 1897 M),4 untuk menjadi muridnya yang sangat setia. Abduh sangat tertarik dengan gurunya karena ilmunya yang dalam dan pola fikirnya yang maju. Oleh karena itu disamping belajar di al-Azhar ia tetap bersama jamaluddin al-Afghani saling berdiskusi tentang berbagai masalah. Dari Jamaluddin dia mendapatkan ilmu pengetahuan, diantaranya filsafat, ilmu kalam dan ilmu pasti. Setelah menyelesaikan studinya pada 1877, Abduh menjadi guru di al-Azhar dan Dar al-Ulum (tempat belajar) baru. Di sekolah-sekolah tersebut Abduh mengajar filsafat, sejarah, dan sosiologi. Pada 1880 dia diminta untuk mengedit al-waqai-almisrisah (persistiwa mesir) lembaran resmi, dibawah kepemimpinannya, Al-Waqai al-Misriyah menjadi model untuk standar baru prosa yang modern dan lugas serta media untuk opini liberal. Kehidupan Abduh tidak dapat dikatakan tenang tanpa permasalahan. Ketika pemberontakan Kolonel Urabi terjadi pada tahun 13 Mani Abdul Halim Mahmud, Manahij al-Mufassirin cet.2 Maktabah al-Imam, Kairo, 2003, hal. 242. 14 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara (Ajaran, Sejarah dan Pemikiran), (Jakarta: UI Press, 1993), h. 120.
  • 9. 8 1882, Abduh terlibat dan diasingkan. Dia lalu tinggal di Beirut dan kemudian pergi ke Paris, dimana Jamaluddin telah menetap di sana terlebih dahulu. Bersama-sama mereka mengedit jurnal yang cukup berpengaruh, Al- Urwa al-Wuthqa (The Strongest Bond). Jurnal itu menyerukan pembaharuan Islam dan mengecam kolonialisme di dunia muslim. Abduh menghabiskan tahun 1884 dan 1885 untuk melakukan pengembaraan sebelum akhirnya menetap di Beirut. Di kota itu dia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengajar. Pada tahun 1888, Abduh kembali ke tanah kelahirannya Mesir, di mana ia telah menjadi tokoh yang dikenal. Di Mesir dia bekerja sebagai hakim di pengadilan tradisional. Selain aktif di pengadilan, dia juga menjadi juru bicara bagi orang-orang Mesir yang kala itu berada di bawah Pemerintahan Kolonial Inggris. Pada 1899 khedive menunjuk Abduh Kepala Mufti Mesir dan pada tahun yang sama dia juga ditunjuk untuk dewan legislatif penasehat. Masa jabatannya sebagai mufti ditandai dengan liberalismenya dalam menafsirkan hukum dan dengan reformasi pengadilan agama. Jabatan tinggi yang dia peroleh juga memberinya kesempatan untuk melakukan reformasi pendidikan. Pada 1895 Khedive Abbas II mengangkatnya ke komisi yang baru dibentuk yang bertugas mereformasi alAzhar. Di dalam komisi itu, Abduh mampu menerapkan paling tidak sebagian dari ide-ide modernismenya di sekolah itu. Muhammad Abduh wafat pada tahun 1905 di Ramleh Iskandariah dalam perjalanan mengunjungi negara-negara Islam. Dia dimakamkan di Mesir setelah di shalatkan di Masjid Agung al-Azhar. 2. Latar Belakang Pemikiran Pembaruan Muhammad Abduh. Tidak ada sesuatu apapun yang berangkat dari ruang hampa, dan tidak mungkin ada akibat tanpa sebab. Demikian juga dengan pembaharuan Muhammad Abduh. Banyak faktor yang melatarbelakangi gagasan pembaharuan Muhammad Abduh bagi masyarakat Islam di Mesir kala itu, diantara faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. Faktor Sosial Dari catatan biografi di atas, dapat diketahui dua hal penting yang dapat digunakan untuk menganalisa faktor sosial pembaruan Muhammad Abduh. Pertama, kedudukan orang tua Abduh yang menyertai masa awal kehidupannya. Kedua, status sosialnya ketika dia telah mandiri, dan lembaga-lembaga sosial, seperti Kuttab Al Qaryah dan al Azhar, tempat dia mengadakan kegiatan kemasyarakatan dan politik. Kemudian Syeikh Darwisy dan sayyid Jamaluddin al Afghani juga sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap Muhammad Abduh dan pembentukan gagasan dan ide-ide pembaruannya.15 15 Samsul Nizar,. Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 244
  • 10. 9 b. Faktor Politik Untuk menganalisis pengaruh faktor politik pada pemikiran Muhammad Abduh, maka hal ini dapat kita lihat dalam pemberontakan Urabi menjadi sangat penting untuk dibicaraakan. Tulisan-tulisannya tentang politik, menurut Abdul Athi Muhammad, telah memberikan andil besar dalam membangkitkan opini pubik sebelum terjadi pemberontakan itu. Abduh pernah melontarkan pemikiran politiknya yang menginspirasi terjadinya perombakan tersebut. Dalam tulisan-tulisannya itu dia menuntut kehidupan politik yang demokratis melalui lembaga perwakilan rakyat. Dia pernah menulis tentang nasionalisme. Akan tetapi, dalam tulisan-tulisan itu Muhammad Abduh tampaknya tetap konsisten pada pembaharuan secara bertahap. Dalam kerangka yang lebih luas, pemikiran-pemikiran trntang politiknya sesungguhnya bermuara pada pembaharuan di bidang akhlak dan pendidikan.16 c. Faktor Kebudayaan Dalam usianya yang masih mudah, Muhammad Abduh telah menghafal al-Quran. Selain itu dia juga mempelajari dan menekuni tasawuf yang didapat dari syekh Darwisy. Dalam memberikan konsepsi tasawuf yang orisinal, syaikh Darwisy mengingatkan Muhammad Abduh bahwa kehidupan sufisme sangat memerhatikan hubungan spiritual dan material (keduniaan).17 Semasa studi di Al Azhar perjumpaannya dengan Jamaluddin al Afghani merupakan momentum penting bagi terjadinya perubahan kehidupan kultur dirinya. Kepada al Afghanilah seorang Abduh belajar dasar-dasar filsafat. Pemikirannya mulai berubah, dari sufisme ke arah pemikiran filsafat yang praktis. Butir-butir pemikiran ilmiah modern yang diperolehnya dari ajaran al Afghani dan hasil sutudinya tentag filsafat, logika, dan ilmu kalam (teologi), dan ini semua ternyata berdampak positif pada langkah-langkah pembaruan yang ditempuhnya, yaitu pembaruan bidang sosial, pendidikan, agama dan moral. 3. Pokok Pokok Pemikiran Muhammad Abduh a. Dalam bidang akidah Ada dua pemikiran utama oleh Muhammad Abduh tentang sebuah masalah yang berhubungan dengan akidah, yaitu: 1) Aqidah Jabariah Muhammad Abduh memandang bahwa pengabdian diri secara mutlak terhadap mazhab-mazhab dan kitab-kitab yang ada pada masa-masa akhir Islam tidak saja menyebabkan lemahnya kepribadian dan keilmuan pada masanya, tetapi juga tidak sejalan 16 Rif‟at Syauqi Nawawi, Rasionalitas tafsir Muhamad Abduh, (Jakarta: Paramadina,2020), h. 54-55. 17 Amirudin, Rasionalitas dan Pembaharuan Muhammad 'Abduh. 680.
  • 11. 10 dengan kepribadian Islam pertama yang positif terhadap Qur‟an dan Sunnah. Selain itu, melemahnya umat Islam juga banyak dipengaruhi aqidah atau paham Jabariah.18 Menurut Muhammad Abduh, paham jabariyah membuat seseorang merasa dirinya lemah di depan Tuhan dan manusia, karena aqidah Jabariyah pada hakekatnya hanya bisa hidup dengan sikap pasrah dan menyerah pada takdir. Meskipun seharusnya kepasarahan itu hanya terjadi dalam hubungan dengan Tuhan saja, tetapi karena kelemahan pribadinya, dia menganggap bahwa kepasrahan tersebut juga berlaku dalam hubungannya dengan sesama makhluk. Muhammad Abduh tidak puas dan mengkritik keras kepercayaan Jabariyah, sebab kepercayaan ini sudah barang tentu akan mengakibatkan kelemahan manusia dan menyebabkannya kehilangan daya kreasi dan posisi dalam hidupnya. Karena itu Muhammad Abduh menentang paham Jabaryah dan menyerukan paham Ikhtiar, agar seseorang muslim menjadi orang yang kreatif. Dalam masalah ikhtiar, dia merujuk kepada ayat-ayat yang berisi penyandaran dan amal kepada manusia dan ayat-ayat lain yang menghubungkan balasan di akhirat dengan perbuatan manusia di dunia, seperti: “Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).” (QS. an-Najm 39-40). 2) Hubungan Akal dengan Wahyu Dalam menjelaskan hubungan akal dengan wahyu, atau dengan kata lain, antara golongan rasionalis dengan golongan textualis dalam Islam, Muhammad Abduh berpendapat sama dengan pendapat Ibnu Rusyd yang hidup pada abad keenam Hijriah dan juga berpendapat sama dengan pendapat Ibnu Taimiyah yang hidup pada abad kedelapan Hijriah, yaitu bahwa wahyu mesti sesuai dengan akal. Dia mengatakan sebagai berikut: “Al-Qur’an memerintahkan kita untuk berfikir dan mengunakan akal pikiran tentang gejala-gejala alam yang ada didepan kita dan rahasia-rahasia alam yang mungkin ditembus, untuk memperoleh keyakinan tentang apa yang ditunjukkan Tuhan kepada kita. Qur‟an melarang kita bertaqlid, sewaktu menceritakan tentang umat-umat yang terdahulu yang dicela karena mereka merasa cukup mengikuti nenek-moyangnya. Taqlid adalah suatu kesesatan yang 18 Mohammad Herry, Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, (Jakarta: Gema Insani, 2006).228-230.
  • 12. 11 dapat dimengerti kalau terdapat pada hewan, akan tetapi tidak pantas sama sekali untuk manusia.”19 Jadi wahyu dalam risalah Tuhan menjadi salah satu tanda kekuasaan Tuhan, dan akal juga menjadi salah satu tanda kekuasaan- Nya dalam wujud ini. Kedua tanda kekuasaan Tuhan mesti sesuai satu sama lain, dan tidak akan berlawanan, karena dua hal: a) Kedua-duanya menjadi tanda kekuasaan Zat yang mutlak sempurna. Akal manusia memustahilkan ada perlawanan antara tanda tanda tersebut, karena perlawanan itu berarti suatu kelemahan. b) Wahyu sebagai petunjuk dan akal manusia juga menjadi petunjuk. Kedua-duanya bertujuan menentukan jalan yang lurus untuk kehidupan manusia, dan menentukan tujuan terakhir dari kehidupan ini. Dua hal yang demikian keadaannya mesti tidak berbeda pada garis besarnya dalam menentukan jalan dan tujuan hidup manusia. Karena itu, menurut Muhammad Abduh jika ada pertentangan dalam penerapan wahyu dengan pemakaian akal, maka pertentangan itu disebabkan karena ada upaya mengubah wahyu atau karena salah menggunakan akal. b. Dalam bidang sosial keagamaan 1) Sikap Sosial Menurut Muhammad Abduh, sikap sosial dalam suatu ummat harus diperkuat. Sebaliknya, jiwa individualisme dan separatisme harus dikikis habis. Caranya adalah dengan memperkuat pendidikan yang didasarkan atas dasar-dasar ajaran Islam, sebagai pendidikan yang benar.20 Menurut Muhammad Abduh, kemiskinan suatu negeri disebabkan karena tidak ada jiwa beragama yang kuat dan mental yang menyebabkan seseorang tidak lagi berkeyakinan bahwa kepentingan negaranya atau bahaya yang menimpa negaranya lebih berbahaya dari pada yang menimpa dirinya.21 Muhammad Abduh menjelaskan bahwa harus terdapat pertalian dan hubungan yang kuat antara ajaran-ajaran Islam dengan pengetahuan yang rasional serta pendidikan jiwa yang sebenarnya. Menurut Muhammad Abduh, kelemahan umat dan masyarakat Islam hanyalah kemiskinan (kelemahan) jiwa dan bimbingan yang salah terhadap akal pikiran, bukan karena tanah Mesir atau langitnya bukan pula karena tabiat alam (geografi) negeri-negeri 19 Abdullah Mahmud Syahatah, Manhaj al-Imam Muhammad Abduh fi Tafsir al-Qur‟an al-Karim (Mesir: Mathba’ah Jami‟ah al-Qahirah, 1984), h. 33 20 Utsman Amin, al-Imam Muhammad Abduh: Raidl al-Fikr al-Mishri (Mesir: Maktabah al Mishriyah, 1965), h. 187. 21 Asy-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Usul asy-Syariah, jilid III (Beirut: Dar al-Ma‟arif, tt.), h. 15.
  • 13. 12 Islam yang lain. Penyebab kemiskinan jiwa dan tuntunan yang salah akal dan pikiran ialah merajalelanya rasa egoisme dan rusaknya arti “sikap sosial” pada jiwa seseorang. Hal ini disebabkan karena kebodohan mutlak atau karena salah memahami arti Islam dan kehidupan ini. Perlunya perbaikan keadaan tersebut bertujuan untuk mengembalikan sikap sosial, jiwa nasionalme, dan jiwa keislaman serta kemanusiaan pada umumnya. Solusinya adalah memberikan pelajaran agama pada pendidikan dasar. Namun demikian, Muhammad Abduh tidak menginginkan agar pelajaran-pelajaran di sekolah dasar hanya terdiri dari mata pelajaran agama saja, tetapi tetapi juga terdapat mata pelajaran umum dan tekhnik agar mampu bersaing dengan orang Barat dalam kemampuan menguasai hidup. Menurut Muhammad Abduh, orang kaya harus memberikan bantuan kepada orang miskin dalam hal pendidikan atau kebutuhan sosialnya. Karena orang miskinlah yang pertama kali terancam oleh orang asing, baik harta maupun jiwanya. Muhammad Abduh memandang bahwa pengaruh yang positif dari pendidikan agama ke arah pembentukan sikap sosial tidak akan tercapai, kecuali sistem pendidikan dirubah dan kebudayaan (pengetahuan) Islam dijauhkan dari faktor-faktor penyelewengan yang menimpa. Misalnya, kebanyakan orang hanya mengenal nama agama, sedang isinya tidak dikenalnya. Kalaupun mereka mempunyai kepercayaan (aqidah), maka aqidah Jabariah dan Murji‟ahlah yang mereka pegang dan yakini. 2) Kelemahan Masyarakat Muslim Dalam hal ini, sebenarnya Muhammad Abduh lebih membicarakan kelemahan masyarakat Mesir, meski sebenarnya juga menjadi kelemahan masyarakat muslim yang lain. Kelemahan- kelemahan itu adalah: a) Kesalahan dalam memahami arti hidup dikarenakan salah pendidikan dan tidak ada perhatian terhadap akhlak. Akibatnya umat Islam berada dalam kondisi jumud dan stagnan, dan enggan untuk melakukan perubahan. b) Pernikahan menurut Muhammad Abduh dipandang sebagai suatu keharusan. Menikah merupakan tabi‟at manusia sebagai makhluk berpikir yang memiliki kecondongan naluri terhadap pasangan yang disukainya. Namun demikian tidak semua model pernikahan dianggap baik. Sebab menurutnya, poligami dianggapnya sebagai bencana masyarakat, karena baik orang kaya maupun miskin menganggapnya sebagai alat untuk
  • 14. 13 memuaskan hawa nafsu dengan melupakan tujuan poligami yang sebenarnya.22 c) Bid’ah (dalam hal ibadah) juga merupakan penyebab lemahnya masyarakat, karena menunjukkan penyelewengan terhadap aqidah. d) Muhammad Abduh mencela keras praktek suap-menyuap yang dipandangnya sebagai tanda kemerosotan akhlaq dan hilangnnya tanggungjawab dalam melakukan suatu kewajiban. e) Acuh tak acuh terhadap kepentingan umum yang menimpa sebagian umat Islam, disebabkan karena putusnya hubungan jiwa satu sama lain. c. Dalam Bidang Politik dan Hukum Gagasan pemikiran politik Muhammad Abduh dapat terlihat dalam beberapa hal berikut ini: 1) Arti Tanah Air Muhammad Abduh menekankan kedudukan tanah air yang memiliki hubungan erat dengan seseorang warga negara. Ada tiga alasan yang mengharuskan seseorang mencintai dan semangat mempertahankan tanah airnya, yaitu: a) Karena tanah air merupakan tempat kediamannya yang memberikan makanan, perlindungan, dan tempat tinggal keluarga dan sanak saudara; b) Karena tanah air merupakan tempat memperoleh hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang kedua-duanya menjadi poros (dasar) kehiduan; c) Karena tanah air merupakan tempat mempertalikan diri dimana seseorang akan merasa bangga atau terhina karenanya.23 2) Demokrasi dan Pemerintahan Menurut Muhammad Abduh, prinsip demokrasi harus dipegang teguh bersama, baik oleh penguasa maupun rakyat biasa. Sejarah Islam menjadi bukti, betapa kuat demokrasi yang dianut oleh kaum muslimin, pada masa-masa pertama Islam, sebagaimana yang diterapkan oleh khalifah Umar r.a. dan kaumnya, ketika dia berkata di hadapan mereka, “Wahai kaum muslimin, barang siapa melihat suatu penyelewengan pada diriku, hendaklah dia meluruskan.” Maka berdirilah seorang dari mereka seraya berkata, “Demi Tuhan, kalau kami dapati pada diri tuan suatu penyelewengan, maka akan kami luruskan dengan pedang kami”. Umar RA lalu berkata, “Alhamdulillah, Tuhan telah menjadikan diantara kaum muslimin 22 A. Hanafi, Pengantar Theology Islam, (Jakarta: al-Husna Zikra, 1995), h. 156. 23 Muhammad al-Bahi, al-Fikr al-Islâmî al-Hadîts wa Shiltuh bi al-Isti‟mâr al-Gharbî, (Mesir: Mathba‟ah Mukhaimar, 1957), h. 99.
  • 15. 14 orang yang sanggup meluruskan penyelewengan Umar dengan pedangnya.” Menurut Muhammad Abduh, jika perinsip demokrasi menjadi suatu kewajiban bagi rakyat dan penguasa secara bersamaan, maka kewajiban pemerintah terhadap rakyat ialah memberikan kesempatan selua-luasnya untuk bekerja dengan bebas dan dengan cara yang benar, agar dapat mewujudkan kebaikan dirinya dan masyarakat. 3) Hubungan Undang-undang dengan sosio kultural Menurut Muhammad Abduh, merupakan suatu persepsi yang keliru, jika ada yang mengira bahwa undang-undang yang adil dan yang sesuai dengan prinsip kemerdekaan ialah undang-undang yang cocok dengan dasardasar kebudayaan dan politik yang berlaku di suatu negara, sebab tiap-tiap negara berbeda antara satu dengan lainnya, karena perbedaan geografisnya dan keadaan perdagangan serta pertaniannya. Demikian kedudukannya juga berbeda-beda, baik dalam tradisi, akhlak, kepercayaan dan sebagainya. Banyak undang-undang yang sesuai untuk satu bangsa, tetapi merugikan bagi negara yang lain.24 Menurut Muhammad Abduh, fungsi undang-undang hanya untuk memelihara keadaan yang sudah ada, bukan untuk mengadakan perubahan secara serentak. Perubahan akhlak dan adat umat hanya bisa dicapai dengan pendidikan, bukan dengan undang- undang.25 d. Dalam Bidang Pendidikan Muhammad Abduh memiliki corak pemikiran modern, politik, kebangsaan, sosial kemasyarakatan, teologi dan filsafat. Maka wajar jika corak pemikiran pendidikan Muhammad Abduh juga didasarkan pada pemikiran teologi rasional, filsafat dan sejarah. Pemikiran Muhamad Abduh tentang pendidikan dinilai sebagai awal dari kebangkitan umat Islam di awal abad ke-20. Pemikiran Abduh yang disebar luaskan melalui tulisannya dimajalah al Manar dan al Urwat al Wutsqa menjadi rujukan para tokoh pembaharu di dunia Islam. Sehingga diberbagai negara Islam muncul gagasan mendirikan sekolah- sekolah dengan menggunakan kurikulum seperti yang dirintis Abduh. Termasuk didirikannya organisasi kemuhamadiyahan oleh KH. Ahmad Dahlan di pengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Abduh dalam majalah al Manar. Secara garis besar, pemikiran Muhammad Abduh dalam pendidikan yaitu: (1) tidak ada dikotomi dalam pendidikan; (2) 24 Abdul Halim Mahmud, Manahij al-Mufassirin (Mesir: Dar al-Kutub, tt.), h. 308. 25 Arbiya Lubis, Pemikiran Muhammadiyah Dan Muhammad Abduh, Hal. 168-169
  • 16. 15 pengembangan institusi pendidikan; (3) kurikulum; dan (4) metodologi pengajaran. Pemikiran M. Abduh, secara singkat akan diuraikan berikut ini: 1) Tidak ada Dikotomi dalam Pendidikan Menurut Abdurrahman Mas’ud, secara teoritis, ajaran dasar islam tidak memberikan tempat pada pola pikir dikotomis dalam pendidikan dan keilmuan Islam. Kecendrungan pemikiran polarisasi, dengan demikian, lebih merupakan maisntream historis yang dibatasi oleh ruang dan waktu.3 Menurut Abduh, bahwa diantara faktor yang membawa kemunduran dunia Islam adalah karena adanya pandangan dikotomis yang dianut oleh umat islam, yakni dokotomi atau mempertentangkan antara ilmu agama dan ilmu umum.4 Untuk mengatasi masalah dikotomi yang demikian itu, Muhammad Abduh mengusulkan agar dilakukan lintas disiplin ilmu antar kurikulum madrasah dan sekolah, sehingga jurang pemisah antara kaum ulama dan ilmuan modern akan hilang. Gagasannya ini diterapkan di al Azhar dengan menata kembali struktur pendidikan di al Azhar. Pengembangan Institusi Pendidikan Telah di uraikan sebelumnya bahwa perhatian Abduh terhadap pendidikan sangat tinggi hal itupun menjadi perhatian seius terhadap pengembangan pendidikan di Mesir umumnya dan di Universitas al Azhar khususnya. Muhammad Abduh mendirikan sekolah menengah pemerintah untuk menghasilkan tenaga ahli dalam berbagai. bidang yang dibutukan. Yaitu bidang administrasi, militer, kesehatan, perindustrian, dan sebagainya. Muhammad Abduh berupaya memasukkan pelajaran agama, sejarah dan kebudayaan Islam. Selai itu pula dikembankan lagi sekolah dan madrasah yang berada di dalam naungan al Azhar.1 Abduh tidak setuju apabila umat Islam menerima ilmu-ilmu dari barat secara mentah-mentah tanpa melakukan filterisasi atau kritik. Menurutnya, baimana mungkin pendidikan Islam akan efektif, kalau benih-benih yang ditanam sudah asing. Abduh memperjuangkan sistem pendidikan fungsional yang bukan impor, yang mencakup pendidikan universal bagi semua anak, lakilaki maupun perempuan. Semuanya harus memiliki kemampuaan dasar seperti membaca, menulis dan berhitung. Semuanya harus mendapat pendidikan agama, yang mengabaikan perbedaan sektarian.26 26 Ali Rahnema, Pioneer of Islamic Revival. Diterjemahkan oleh Ilyas Hasan dengan judul Para Perintis Zaman Baru Islam. (Bandung: Mizan, 1998), h. 58-59.
  • 17. 16 2) Kurikulum Secara detail, rancangan kurikulum yang diperbaharui Muhammad Abduh, sebagai berikut: (1) Kurikulum tingkat Sekolah Dasar. Abduh berangapan bahwa dasar pembentukan jiwa agama hendaknya dimulai sejak masih usia dini, yaitu masa kanak-kanak. Oleh karena itu pelajaran agama hendaknya dijadikan inti semua mata pelajaran. Pandangan ini mengacu pada angapan bahwa ajaran Islam merupakan dasar pembentukan jiwa dan pribadi muslim. Dengan memiliki jiwa pribadi muslim, maka rakyat Mesir akan memiliki jiwa kebersamaan dan nasionalisme yang selanjutnya dapat menjadi dasar bagi pengembangan sikap hidup yang lebih baik, dan sekaligus dapat meraih kemajuan.27 (2) Kurikulum tingkat Menengah Atas. Pengembangan kurikulum sekolah menengah dan sekolah kejuruan dilakukan dengan memasukkan mata pelajaran manthik dan falsafah yang sebelumnya tidak diajarkan. Selain itu, dimasukkan juga pelajaran tentang sejarah peradaban Islam dengan tujuan agar umat Islam mengetahui berbagai kemajuan dan keunggulan yang pernah dicapai.28 (3) Kurikulum Universitas Al Azhar. Kurikulum perguruan tinggi al Azhar disesuikan dengan kebutuhan masyarakat pada saat itu. Dalam hal ini, Abduh memasukkan ilmu filsafat, logika, dan ilmu pengetahuan modern ke dalam kurikulum al-Azhar. Upaya ini agar alumni-alumni al-Azhar dapat menjadi ulama modern.5 Sebab kebutuhan masyarakat saat itu adalah sarjana yang berfikir kritis, komprehensif, progresif, dan seimbang tentang ajaran Islam, yaitu ulama yang intelek dan intelek yang ulama.29 3) Metodologi Pengajaran Menurut Abduh bahwa metode pengajarn yang selama ini hanya mengandalkan hafalan perlu dilengkapi dengan metode rasional dan pemahaman (insight). Dengan demikian, disamping para siswa menghafal suatu bahan pelajaran, juga dapat memahaminya dengan kritis objektif dan komperhensif. Abduh juga mengusulkan menghidupkan kembali metode munadzarah (diskusi) dan kebiasaan ilmiah dan menjadikan bahasa arab sebagai bahasa ilmiah.30 27 Abdul Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1998), h. 53. 28 Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo, 2012), h. 311 29 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 249. 30 Jalaludin dan Usman Said. Filsafat Pendidikan Islam; Konsep dan Perkembangannya, (Jakarta: Grafindo, 2003), h. 157.
  • 18. 17 4. Pengaruh pemikiran Muhammad Abduh Salah satu tokoh pembaharuan Islam yang memiliki kepedulian dan keprihatinan akan kemunduran umat Islam saat itu adalah Muhammad Abduh. Dia memiliki pengaruh yang besar di Timur maupun Barat. Dia adalah sosok yang patut untuk di teladani umat Islam karena mampu mengubah kebiasaan masyarakat yang sebelumnya bersikap statis menjadi dinamis. Pemikiran Muhammad Abduh tentang pendidikan dinilai sebagai awal kebangkitan umat Islam di awal abad ke 20. Pemikirannya disebarluaskan melalui tulisan-tulisannya di majalah al-Manar dan al- urwah al-wusqa menjadi rujukan para tokoh pembaharu dalam dunia Islam, sehingga di berbagai negara Islam muncul gagasan mendirikan sekolah atau madrasah dengan menggunakan kurikulum seperti yang dirintis Muhammad Abduh.31 Sedangkan pengaruh pembaharuan pendidikan Muhammad Abduh di Indonesia dapat kita lihat pada organisasi Muhamadiyah. Munculnya gagasan K.H. Ahmad Dahlan untuk mendirikan Muhamadiyah didorong oleh dua sebab. Pertama, karena situasi politik Belanda. Kedua, karena keadaan umat Islam di sekitar kampungnya ketika itu sangat rusak dan dalam menjalankan praktik keaagamaan sudah sangat jauh menyeleweng dari ajaran yang sebenarnya. Di samping kondisi tersebut, dorongan lainnya adalah pada saat melaksankan ibadah haji pada tahun 1890, di Makkah ia berguru pada syeikh Ahmad Khatib. Melalui gurunya ia mulai mengenal tulisan muhamad Abduh berupa tafsir al-Manar, bahkan diantara ilmu-ilmu tersebut yang digemari dan menarik perhatian Ahmad Dahlan adalah tafisr al Manar.32 Jarnawi Hadikusumo bawa dengan peranara K.H. Bakir, seorang famili Ahmad Dahlan, dia dapat bertemu dan berkenalan dengan Rasyid Ridha tokoh pembaharu Mesir yang juga murid Mihammad Abduh yang kebetulan berada di Tanah Suci. Keduanya sempat bertukar pikiran hingga cita-cita pembaru meresap dalam sanubarinya. 31 Jalaludin dan Usman Said. Filsafat Pendidikan Islam; Konsep dan Perkembangannya, (Jakarta: Grafindo, 2003), h. 157. 32 Azhari, Afif dan Mimien Maemunah Z Muhammad Abduh dan Pengaruhnya di Indonesia, (Surabaya: al-Ikhlas, 1996), h. 89.
  • 19. 18 BAB III: PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis memaparkan pembahasan di atas tentang pembaharuan pemikiran Islam di Mesir, terutama secara khusus tentang pembaruan pemikiran Jamaluddin al-Aghani dan Muhammad Abduh, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini: 1. Muhammad Abduh (1849 - 11 Juli 1905) adalah seorang teolog Muslim, Mufti Mesir, pembaharu liberal, pendiri Modernisme Islam dan seorang tokoh penting dalam teologi dan filsafat yang menghasilkan Islamisme modern Dia adalah murid Jamaluddin Al Afgani. Mulai belajar filsafat dan menulis di harian Al Ahram, dan menyelesaikan pendidikannya di Al- Azhar. Dia lebih menitikberatkan pembaharuannya di bidang pendidikan, di mana konsep pendidikan diarahkan untuk mencintai dirinya, masyarakat dan negaranya. 2. Banyak faktor yang melatarbelakangi gagasan pembaharuan Muhammad Abduh bagi masyarakat Islam di Mesir kala itu, diantara faktor-faktor tersebut adalah; Pertama, faktor sosial yang melingkupinya, baik di masa masa awal kehidupannya bersama orang tuanya, maupun status sosialnya ketika dia telah mandiri di bawah bimbingan gurunya, terutama Syeikh Darwisy dan sayyid Jamaluddin al Afghani. Pemikiran Muhammad Abduh banyak berangkat dari lingkungan sosialnya di lembaga-lembaga sosial, seperti Kuttab alQaryah dan kampusnya di al-Azhar, tempat dia mengadakan kegiatan kemasyarakatan dan politik. Kedua, faktor politik, di mana Muhammad Abduh terlibat secara langsung dalam pemberontakan Urabi, dan tulisan-tulisannya tentang politik telah memberikan andil besar dalam membangkitkan opini pubik sebelum terjadi pemberontakan itu. Dia menuntut kehidupan politik yang demokratis melalui lembaga perwakilan rakyat. Ketiga, faktor kebudayaan, di mana dalam perjalanan studinya dia berguru kepada Syeikh Darwisy dan sayyid Jamaluddin al Afghani yang sangat berpengaruh terhadap 27 perubahan sikap Muhammad Abduh dan pembentukan gagasan dan ide-ide pembaruannya. 3. Pokok-pokok pemikiran Muhammad Abduh antara lain adalah; Pertama, dalam bidang teologi, di mana Abduh menolak paham Jabariyah. Sebab paham jabariyah telah membuat seseorang merasa dirinya tidak memiliki kuasa apapun di hadapan Tuhan, bahkan terhadap dirinya dan lemah di hadapan manusia, karena aqidah Jabariyah pada hakekatnya hanya bisa hidup dengan sikap pasrah dan menyerah pada takdir. Kedua, dalam bidang sosial keagamaan, di mana Abduh melihat bahwa kemiskinan suatu negeri disebabkan karena tidak ada jiwa beragama yang kuat dan mental yang menyebabkan seseorang tidak lagi berkeyakinan bahwa kepentingan negaranya atau bahaya yang menimpa negaranya lebih berbahaya dari pada
  • 20. 19 yang menimpa dirinya. Karena itu diperlukan upaya untuk mengembalikan sikap sosial, jiwa nasionalme, dan jiwa keislaman, serta kemanusiaan pada umumnya. Ketiga, dalam bidang politik dan hukum, di mana Abduh menekankan kedudukan tanah air yang memiliki hubungan erat dengan seseorang warga negara, sehingga dia wajib mencintai dan membela negaranya. prinsip Menurutnya, demokrasi harus dipegang teguh bersama, baik oleh penguasa maupun rakyat biasa. Jika perinsip demokrasi menjadi suatu kewajiban bagi rakyat dan penguasa secara bersamaan, maka kewajiban pemerintah terhadap rakyat ialah memberikan kesempatan selua- luasnya untuk bekerja dengan bebas dan dengan cara yang benar, agar dapat mewujudkan kebaikan dirinya dan masyarakat. Keempat, dalam bidang pendidikan. Pemikiran Muhammad Abduh tentang pendidikan dinilai sebagai awal dari kebangkitan umat Islam di awal abad ke-20. Secara garis besar, pemikiran Muhammad Abduh dalam pendidikan yaitu: (1) tidak ada dikotomi dalam pendidikan; (2) pengembangan institusi pendidikan; (3) kurikulum; dan (4) metodologi pengajaran. 4. Pemikiran Muhammad Abduh sangat besar pengaruhnya di Timur dan Barat. Dia adalah sosok yang patut untuk di teladani umat Islam, karena mampu mengubah kebiasaan masyarakat yang sebelumnya bersikap statis menjadi dinamis. Gagasan dan idenya menjadi rujukan para tokoh pembaharu dalam dunia Islam, sehingga di berbagai negara Islam muncul gagasan mendirikan sekolah atau madrasah dengan menggunakan kurikulum seperti yang dirintis Muhammad Abduh. Di Indonesia, gagasan pembaharuan pendidikan Muhammad Abduh diadopsi oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan mendirikan Muhamadiyah dan sekolah-sekolah di bawah naungan Muhammadiyah. Wallahu a‟lam bish shawab.
  • 21. 20 DAFTAR PUSTAKA: Abbas MahmudAqqad, Abqariyyul Ishlah Wat Taghyiir, (Cairo: Muassasah Handawi Litt’lim Watssaqaaah, 2012) Abdullah Mahmud Syahatah, Manhaj al-Imam Muhammad Abduh fi Tafsir al-Qur‟an al-Karim (Mesir: Mathba‟ah Jami‟ah al-Qahirah, 1984) A. Hanafi, Pengantar Theology Islam, (Jakarta: al-Husna Zikra, 1995) Abdurahman, Mas‟ud, Menggagas Format Pendidikan Non Dokotomik, (Jakarta: Galamedia, 2002) Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo, 2012) Abdul Sani, Perkembangan Modern dalam Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998) Azhari, Afif dan Mimien Maemunah Z, Muhammad Abduh dan Pengaruhnya di Indonesia, (Surabaya: al-Ikhlas, 1996) Asy-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Usul asy-Syariah, jilid III (Beirut: Dar alMa‟arif, tt.) Djarnawi Al Bahy, Pemikiran Islam Modern, (Jakarta: Pustaka Panjimas,, 1986) Dwi Sukmanila, Kiprah dan kontribusi jamaluddin al-afghani dalam pemikiran modern islam, Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Faisal Ismail, Jamaluddin Al-Afghani: Inspirator dan Motivator Gerakan Reformasi Islam (Yogyakarta: Perpustakaan Digital UIN Sunan kalijaga, 2008), Jurnal. Abdul Hamid dan Yaya, Pemikiran modern dalam Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010) Kahar Masyhur, Pemikiran dan modernism dalam Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1989) Abdurahman Mas‟ud, Menggagas Format Pendidikan Non Dokotomik, (Jakarta: Galamedia, 2002) Mani‟ Abdul Halim Mahmud, Manahij al- Mufassirin (Kairo: Maktabah alImam, 2003, cet.2) Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara (Ajaran, Sejarah dan Pemikiran), (Jakarta: UI Press, 1993) Samsul Nizar,. Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2007) Utsman Amin, al-Imam Muhammad Abduh: Raidl al-Fikr al-Mishri (Mesir: Maktabah al-Mishriyah, 1965) Muhammad al-Bahi, al-Fikr al- Islâmî al-Hadîts wa Shilatuhu bil -Isti‟mâr al-Gharbî, (Mesir: Mathba‟ah
  • 22. 21 Mukhaimar, 1957) Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2007) Ahmad Amin.1960. Muhammad Abduh. (Kairo: Mu'assat al-Khanji). al-Raz, M. 1945. Muhammad Abduh. (Mesir: al-Baby al-Halaby). Amin, H. A. 1995. Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam. (Mesir: Maktabah Madbouli). Amiruddin, Z. 2009. Rasionalitas dan Pembaharuan Muhammad 'Abduh. Journal SOSIORELIGIA. Vol-8. Arbiya Lubis. 1989. Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh. (Jakarta: Bulan Bintang). Daulay, M. 2013. Inovasi Pendidikan Islam Muhammad Abduh. Jurnal Darul Ilmi, Vol-01 Faqihuddin. 2021. Modernisasi Keagamaan dan Pendidikan. Tahdzib Al-Akhlak : Jurnal Pendidikan Islam. Hamid, A. 2010. Pemikiran Modern Dalam Islam. (Bandung: Pustaka Setia). Harahap, S. 2006. Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam. (Jakarta: Istiqamah Mulya Press). Ilyas Hasan. 1995. Para Perintis Zaman Baru Islam. (Bandung: Mizan). John J. Donohue. 1984. Islam, Dan Pembeharuan, Terjamh. (Jakarta: Rajawali). John J. Donohue, P. S. T. 1995. Islam Dan Pembaharuan : Ensiklopedi Masalah- Masalah. Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK).http://library.stik-ptik.ac.id. M. A. Syamsul Bahri., M. A. O. S. 2018. “Konsep Pembaharuan Dalam Perspektif Pemikiran Muhammad Abduh”. aL-Mursalah. Vol-02. http://jurnal.staitapaktuan.ac.id/index.php/Al-Mursalah/article/view/82. Majdid, N.1998. Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan. (Bandung: Mizan). Manijo. 2013. Rethingking Gagasan Dan Pembaharuan Muhammad Abduh Di Mesir Relevensinya Dengan Masa Depan Pendidikan Islam. (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus). Mas'ud, A. 2002. Menggagas Format Pendidikan Non dokotomik. (Jakarta: Galamedia)