Esta parasitosis producida por Giardia intestinalis (G. duodenalis o G. lamblia) es predominante en niños y presenta en la actualidad una prevalencia creciente tanto en países tropicales como no tropicales
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Toxoplasma Gondii
1. MAKALAH PARASITOLOGI
Toxoplasma Gondii
Disusun Oleh :
RIDWAN (18123442A)
Teori 2
Dosen pembimbing :
Opstaria Saptarini, S.Farm., M.Si., Apt.
Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi
Surakarta
2013
2. TOXOPLASMA GONDII
TUJUAN
Untuk mengetahui spesies Toxoplasma Gondii.
Untuk mengetahui siklus hidup Toxoplasma Gondii.
Untuk mengetahui morfologi, epidemiologi, etiologi, dan patologi
Toxoplasma Gondii.
Untuk dapat mengidentifikasi penyakit yang disebabkan Toxoplasma Gondii.
Untuk memahami pencegahan serta pengobatan parasit Toxoplasma Gondii.
MANFAAT
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memberi solusi untuk mengurangi
prevalensi pada Toxoplasma Gondii.
Dapat mengantisipasi terhadap terjangkitnya penyakit Toxoplasmosis akibat parasit
Toxoplasma Gondii.
3. PENGERTIAN
Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa dalam genus Toxoplasma dengan sifat alami
dan perjalanan akut atau menahun. Toxoplasma gondii juga merupakan parasit pada manusia,
kucing, anjing, ayam, babi, marmot, kambing, ternak dan merpati, dan pada manusia
menimbulkan penyakit toxoplasmosis.
Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan
penyakit parasit pada manusia dan juga pada hewan yang menghasilkan daging bagi konsumsi
manusia. Infeksi yang disebabkan oleh T. gondii tersebar di seluruh dunia. Pada hewan berdarah
panas dan mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara, sedangkan kucing dan
berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes definitif. Infeksi Toxoplasma tersebar luas dan
sebagian besar berlangsung asimtomatis, meskipun penyakit ini belum digolongkan sebagai
penyakit parasiter yang diutamakan pemberantasannya oleh pemerintah, tetapi beberapa
penelitian telah dilakukan di beberapa tempat untuk mengetahui derajat distribusi dan
prevalensinya.
Indonesia sebagai negara tropik merupakan tempat yang sesuai untuk perkembangan
parasit tersebut. Keadaan ini ditunjang oleh beberapa faktor seperti sanitasi lingkungan dan
banyak sumber penularan terutama kucing dan sebangsanya (Felidae). Manusia dapat terkena
infeksi parasit ini dengan cara didapat (Aquired toxoplasmosis) maupun diperoleh semenjak
dalam kandungan (Congenital toxoplasmosis). Diperkirakan sepertiga penduduk dunia
mengalami infeksi penyakit ini.
Sebagai parasit, T. gondii ditemukan dalam segala macam sel jaringan tubuh kecuali sel
darah merah. Tetapi pada umumnya parasit ini ditemukan dalam sel retikulo endotelial dan
sistem syaraf pusat.
4. SEJARAH
Toxoplasma gondii pertama kali ditemukan oleh Nicole dan Manceaux tahun 1908 pada
limfa dan hati hewan pengerat Ctenodactylus gundi di Tunisia Afrika dan pada seekor kelinci di
Brazil. Lebih lanjut Mello pada tahun 1908 melaporkan protozoa yang sama pada anjing di Italia,
sedangkan Janku pada tahun 1923 menemukan protozoa tersebut pada penderita korioretinitis.
Lalu Wolf pada tahun 1937 telah mengisolasinya dari neonatus dengan ensefalitis dan
dinyatakan sebagai penyebab infeksi kongenital pada anak. Walaupun perpindahan intra-uterin
secara transplasental sudah diketahui, tetapi baru pada tahun 1970 daur hidup parasit ini menjadi
jelas ketika ditemukan daur seksualnya pacta kucing.
MORFOLOGI DAN KLASIFlKASI
Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat dalam tiga bentuk
yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit). Bentuk
takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain agak membulat.
Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2-4 mikron dan mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak
di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan badan golgi. [1]
Kista dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk
dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi beberapa bradizoit
dan ada yang berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh hospes
dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot bergaris. Kista tersebut
mempunyai dinding, berisi satu sporoblas yang membelah menjadi dua sporoblas. Pada
perkembangan selanjutnya kedua sporoblas membentuk dinding dan menjadi sporokista.
Masing-masing sporokista tersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x 2 mikron dan sebuah
benda residu. [1]
Toxoplasma gondii dalam klasifikasi termasuk kelas Sporozoasida, karena berkembang
biak secara seksual dan aseksual yang terjadi secara bergantian. Selain itu Toxoplasma gondii
terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, clan Ookista. Trofozoit berbentuk oval
dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua sel mamalia yang memiliki inti sel. Dapat
ditemukan dalam jaringan selama masa akut dari infeksi. Bila infeksi menjadi kronis, trofozoit
dalam jaringan akan membelah secara lambat dan disebut bradizoit.
5. Bentuk kedua adalah kista yang terdapat dalam jaringan dengan jumlah ribuan berukuran
10-100 um. Kista penting untuk transmisi dan paling banyak terdapat dalam otot rangka, otot
jantung dan susunan syaraf pusat. Bentuk yang ketiga adalah bentuk Ookista yang berukuran 10-
12 um. Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing dan dikeluarkan bersamaan dengan feces
kucing. Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus aseksual atau schizogoni dan siklus seksual
atau gametogeni dan sporogoni yang menghasilkan ookista dan dikeluarkan bersama feces
kucing.
Kucing yang mengandung toxoplasma gondii dalam sekali ekskresi akan mengeluarkan
jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleh hospes perantara seperti manusia, sapi, kambing atau
kucing maka pada berbagai jaringan hospes perantara akan dibentuk kelompok-kelompok
trofozoit yang membelah secara aktif. Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual
tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista. Bila kucing makan tikus yang mengandung kista
maka terbentuk kembali stadium seksual di dalam usus halus kucing tersebut.
Menurut Levine (1990) klasifikasi parasit sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Sub kingdom : Protozoa
Filum : Apicomplexa
Kelas : Sporozoasida
Sub Kelas : Coccidiasina
Ordo : Eucoccidiorida
Sub ordo : Eimeriorina
Famili : Sarcocystidae
Genus : Toxoplasma
Spesies : Toxoplasma gondii
6. SIKLUS HIDUP
Siklus hidup T. gondii memiliki dua fase. Bagian seksual dari siklus hidup hanya terjadi
pada kucing, baik domestik maupun liar (keluarga Felidae), yang membuat kucing menjadi tuan
rumah utama parasit. Tahap kedua, bagian aseksual dari siklus hidup, dapat terjadi di lain hewan
berdarah panas, termasuk kucing, tikus, manusia, dan burung. Host dimana reproduksi aseksual
terjadi disebut hospes perantara.
Hewan Pengerat adalah hospes perantara yang khas. Dalam kedua jenis host, parasit
Toxoplasma menyerang sel dan membentuk ruang yang disebut vakuola. Di dalam vakuola
khusus yang disebut vakuola parasitophorous, bentuk parasit bradyzoites, perlahan mereplikasi
parasit. Vakuola yang berisi kista bentuk reproduksi bradyzoites terutama dalam jaringan otot
dan otak. Karena parasit berada di dalam sel, mereka aman dari sistem kekebalan inang yang
tidak menanggapi kista.
Kucing dan hewan sejenisnya merupakan hospes definitif dari T. gondii. Di dalam usus
kecil kucing sporozoit menembus sel epitel dan tumbuh menjadi trofozoit. Inti trofozoit
membelah menjadi banyak sehingga terbentuk skizon. Skizon matang pecah dan menghasilkan
banyak merozoit (skizogoni). Daur aseksual ini dilanjutkan dengan daur seksual. Merozoit
masuk ke dalam sel epitel danmembentuk makrogametosit dan mikrogametosit yang menjadi
makrogamet dan mikrogamet (gametogoni). Setelah terjadi pembuahan terbentuk ookista, yang
akan dikeluarkan bersama kotoran kucing. Di luar tubuh kucing, ookista tersebut akan
berkembang membentuk dua sporokista yang masing-masing berisi empat sporozoit (sporogoni).
Bila ookista tertelan oleh mamalia seperti domba, babi, sapi dan tikus serta ayam atau burung,
maka di dalam tubuh hospes perantara akan terjadi daur aseksual yang menghasilkan takizoit.
Takizoit akan membelah, kecepatan membelah takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian
terbentuk kista yang mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada
infeksi menahun (infeksi laten).
Resistensi Toxoplasma untuk antibiotik bervariasi, tetapi kista sangat sulit untuk
diberantas sepenuhnya. Di dalam vakuola, T. Gondii itu sendiri (dengan endodyogeni) sampai
pada sel yang terinfeksi parasit dan mengisi dengan semburan, melepaskan takizoit, bentuk, dan
motil secara reproduksi aseksual parasit.
7. Berbeda dengan bradyzoites, maka takizoit bebas biasanya efisien dibersihkan oleh
sistem kekebalan inang, meskipun beberapa dari mereka berhasil menginfeksi sel dan
bradyzoites dengan cara mempertahankan infeksi pada jaringan kista yang tertelan oleh kucing
(misalnya, dengan memberi makan pada tikus yang terinfeksi).
Kista bertahan hidup melalui perut kucing dan parasit menginfeksi epitel dari usus kecil
di mana mereka mengalami reproduksi seksual dan pembentukan ookista. Ookista berasal dari
feses. Hewan dan manusia yang menelan ookista (misalnya, dengan makan sayuran yang tidak
dicuci) atau terinfeksi jaringan kista dalam daging yang dimasak secara tidak benar. Parasit
memasuki makrofag pada lapisan usus dan didistribusikan melalui aliran darah ke seluruh tubuh.
Serupa dengan mekanisme yang digunakan di banyak virus, toksoplasma mampu
mendisregulasi siklus sel inang dengan mengadakan pembelahan sel sebelum mitosis (perbatasan
G2 / M). Disregulasi siklus sel inang disebabkan oleh sekresi peka panas sel yang terinfeksi
sehingga mengeluarkan faktor yang menghambat siklus sel tetangga. Alasan untuk disregulasi
Toxoplasma tidak diketahui, tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa infeksi adalah khusus
untuk host sel-sel dalam struktur sel S-fase dan host yang berinteraksi dengan Toxoplasma
sehingga tidak dapat diakses selama tahap-tahap lain dari siklus sel.
Infeksi tahap akut toksoplasma dapat tanpa gejala, tetapi sering memberikan gejala
seperti flu pada tahap akut awal, dan dapat menjadi flu yang fatal (kasus sangat jarang terjadi)
lalu tahap akut mereda dalam beberapa hari ke bulan, yang mengarah ke tahap laten. Infeksi
laten biasanya tanpa gejala, namun dalam kasus pasien immunocompromised (seperti mereka
yang terinfeksi HIV atau penerima transplantasi pada terapi imunosupresif), toksoplasmosis
dapat berkembang.
Manifestasi yang paling menonjol dari toksoplasmosis pada pasien
immunocompromised adalah ensefalitis toksoplasma, yang dapat mematikan. Jika infeksi T.
gondii terjadi untuk pertama kali selama kehamilan, misalkan pada kotoran kucing yang
terinfeksi T. gondii, parasit dapat melewati plasenta, mungkin menyebabkan hidrosefalus atau
mikrosefali, kalsifikasi intrakranial, korioretinitis dan kemungkinan bisa terjadi aborsi spontan
(keguguran) atau kematian intrauterin.
9. EPIDEMIOLOGI
Toxoplasma gondii ditemukan di seluruh dunia. Infeksi terjadi, di mana ada kucing yang
mengeluarkan ookista bersama tinjanya. Ookista ini adalah bentuk yang infektif dan dapat
menular pacta manusia atau hewan lain. Penyebaran Toxoplasma gondii sangat luas, hampir di
seluruh dunia, termasuk Indonesia baik pada manusia maupun pada hewan. Sekitar 30% dari
penduduk Amerika Serikat positif terhadap pemeriksaan serologis, yang menunjukkan pernah
terinfeksi pada suatu saat dalam masa hidupnya. Kontak yang sering terjadi dengan hewan
terkontaminasi atau dagingnya, dapat dihubungkan dengan adanya prevalensi yang lebih tinggi
di antara dokter hewan, mahasiswa kedokteran hewan, pekerja di rumah potong hewan dan orang
yang menangani daging mentah seperti juru masak.
Krista T. gondii dalam daging dapat bertahan hidup pada suhu -4°C sampai tiga minggu.
Kista tersebut akan mati jika daging dalam keadaan beku pada suhu -15O
C selama tiga hari dan
pada suhu -20O
C selama dua hari. Daging dapat menjadi hangat pada semua bagian dengan suhu
65O
C selama empat sampai lima menit atau lebih maka secara keseluruhan daging tidak
mengandung kista aktif, demikian juga hasil daging siap konsumsi yang diolah dengan garam
dan nitrat.
Konsumsi daging mentah atau daging yang kurang masak merupakan sumber infeksi
pada manusia. Tercemarnya alat-alat untuk masak dan tangan oleh bentuk infektif parasit ini
pada waktu pengolahan makanan merupakan sumber lain untuk penyebaran T. gondii. Di
Indonesia, prevalensi zat anti T. gondii pada hewan adalah sebagai berikut: kucing 35-73%, babi
11-36%, kambing 11-61%, anjing 75% dan pada ternak lain kurang dari 10%.
ETIOLOGI
Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler pada monocyte dan sel-sel endothelial pada
berbagai organ tubuh. Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat atau oval, jarang ditemukan
dalam darah perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah besar pada organ-organ tubuh seperti
pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, otak, ginjal, urat daging, jantung dan urat daging licin
lainnya.
10. Perkembangbiakan toxoplasma terjadi dengan membelah diri menjadi 2, 4 dan
seterusnya. Belum ada bukti yang jelas mengenai perkembangbiakan dengan jalan schizogoni.
Pada preparat ulas dan sentuh dapat dilihat di bawah mikroskop bentuk yang oval agak panjang
dengan kedua ujung lancip, hampir menyerupai bentuk merozoit dari coccidium. Jika ditemukan
di antara sel-sel jaringan tubuh berbentuk bulat dengan ukuran 4 sampai 7 mikron. Inti selnya
terletak di bagian ujung yang berbentuk bulat. Pada preparat segar, sporozoa ini bergerak, namun
para peneliti belum ada yang berhasil memperlihatkan flagellanya.
Toxoplasma baik dalam sel monocyte, dalam sel-sel sistem reticulo endotelial, sel alat
tubuh viceral maupun dalam sel-sel syaraf membelah dengan cara membelah diri menjadi 2, 4
dan seterusnya. Setelah sel yang ditempatinya penuh lalu pecah parasit-parasit akan menyebar
melalui peredaran darah dan hinggap di sel-sel baru dan demikian seterusnya.
Toxoplasma gondii mudah mati karena suhu panas, kekeringan dan pembekuan.
Toxoplasma gondii juga cepat mati karena pembekuan darah induk semangnya dan bila induk
semangnya mati, jasad ini pun akan ikut mati. Toxoplasma membentuk pseudocyte dalam
jaringan tubuh atau jaringan-jaringan tubuh hewan yang diserangnya secara kronis. Bentuk
pseudocyte ini lebih tahan dan dapat bertindak sebagai penyebar toxoplasmosis.
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS
Pada garis besarnya sesuai dengan cara penularan dan gejala klinisnya, toksoplasmosis
dapat dikelompokkan menjadi : Toksoplasmosis akuisita (dapatan) dan Toksoplasmosis
kongenital. Baik toksoplasmosis dapatan maupun kongenital sebagian besar asimtomatis atau
tanpa gejala. Keduanya dapat bersifat akut dan kemudian menjadi kronik atau laten. Gejala yang
nampak sering tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan penyakit lain.
Toksoplasmosis dapatan biasanya tidak diketahui karena jarang menimbulkan gejala.
Tetapi bila seorang ibu yang sedang hamil mendapat infeksi primer, ada kemungkinan bahwa
50% akan melahirkan anak dengan toksoplasmosis kongenital. Gejala yang dijumpai pada orang
dewasa maupun anak-anak umumnya ringan.
Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada toksoplasmosis dapatan adalah
limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam dan sakit kepala. Pada infeksi akut, limfadenopati
sering dijumpai pada kelenjer getah bening daerah leher bagian belakang.
11. Gejala tersebut di atas dapat disertai demam, mialgia, malaise. Bentuk kelainan pada kulit
akibat toksoplasmosis berupa ruam makulopapuler yang mirip kelainan kulit, sedangkan pada
jaringan paru dapat terjadi pneumonia interstisial.
Gambaran klinis toksoplasmosis kongenital dapat bermacam-macam. Ada yang tampak
normal pada waktu lahir dan gejala klinisnya baru timbul setelah beberapa minggu sampai
beberapa tahun. Ada gambaran eritroblastosis, hidrops fetalis dan triad klasik yang terdiri dari
hidrosefalus, korioretinitis dan perkapuran intrakranial atau tetrade sabin yang disertai kelainan
psikomotorik. Toksoplasmosis kongenital dapat menunjukkan gejala yang sangat berat dan
menimbulkan kematian penderitanya karena parasit telah tersebar luas di berbagai organ penting
dan juga pada sistem syaraf penderita.
Gejala susunan syaraf pusat sering meninggalkan gejala sisa, misalnya retardasi mental
dan motorik. Kadang-kadang hanya ditemukan sikatriks pada retina yang dapat kambuh pada
masa anak-anak, remaja atau dewasa. Korioretinitis karena toksoplasmosis pada remaja dan
dewasa biasanya akibat infeksi kongenital.
Akibat kerusakan pada berbagai organ, maka kelainan yang sering terjadi bermacam-
macam jenisnya. Kelainan pada bayi dan anak-anak akibat infeksi pada ibu selama kehamilan
trimester pertama, dapat berupa kerusakan yang sangat berat sehingga terjadi abortus atau lahir
mati, atau bayi dilahirkan dengan kelainan seperti ensefalomielitis, hidrosefalus, kalsifikasi
serebral dan korioretinitis. Pada anak yang lahir prematur, gejala klinis lebih berat dari anak yang
lahir cukup bulan, dapat disertai hepatosplenomegali, ikterus, limfadenopati, kelainan susunan
syaraf pusat dan lesi mata.
MANIFESTASI KLINIS
Infeksi T. gondii pada individu dengan imunodefisiensi menyebabkan manifestasi
penyakit dari tingkat ringan, sedang sampai berat, tergantung kepada derajat imunodefisiensinya.
Menurut Gandahusada dkk.,(1992), pada penderita imunodefisiensi, infeksi T. gondii menjadi
nyata, misalnya pada penderita karsinoma, leukemia atau penyakit lain yang diberi pengobatan
kortikosteroid dosis tinggi atau radiasi. Gejala yang timbul biasanya demam tinggi, disertai
gejala susunan syaraf pusat karena adanya ensefalitis difus.
12. Gejala klinis yang berat ini mungkin disebabkan oleh eksaserbasi akut dari infeksi yang
terjadi sebelumnya atau akibat infeksi baru yang menunjukkan gejala klinis yang dramati karena
adanya imuno-defisiensi. Pada penderita AIDS, infeksi T. gondii sering menyebabkan ensefalitis
dan kematian. Sebagian besar penderita AIDS dengan ensefalitis akibat T. gondii tidak
menunjukkan pembentukan antibodi dalam serum.
DIAGNOSA
Gold standard diagnosis untuk toxoplasmosis sampai sekarang adalah pengukuran titer
antibodi. Ditemukannya Ig M merupakan petanda infeksi akut yang baru saja terjadi dan
merupakan bentuk infeksi aktif. Ig G merupakan petanda infeksi telah berlangsung lama atau
khronis. Diagnosis toxoplasmosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan
serologis dan menemukan parasit dalam jaringan tubuh penderita. Pemeriksaan serologis yang
umum dipakai ialah : Dye test Sabin Feldman yang merupakan pemeriksaan dengan metilen
blue. Complement fixaton test (CFT) berdasarkan reaksi antigen antibodi yang akan mengikat
komplement sehingga pada penambahan sel darah merah yang dilapisi anti bodi tidak terjadi
hemolisis. Reaksi fluoresensi anti bodi memakai sediaan yang mengandung toxoplasma yang
telah dimatikan. Anti bodi yang ada dalam serum akan terikat pada parasit. Setelah ditambah
antiglobulin manusia yang berlabel fluoresens. Inderect hemaglutination test mempergunakan
antigen yang diletakkan pada sel-sel darah merah, bila dicampur dengan serum kebal
menimbulkan aglutinasis. Elisa mempergunakan antigen toxoplamosis yang diletakkan pada
penyangga padat. Mula-mula diinkubasi dengan serum penderita, kemudian dengan antibodi
berlabel enzim. Kadar anti bodi dalam serum penderita sebanding dengan intertitas warna yang
timbul setelah ikatan antigen anti bodi dicampur dengan substat.
13. PENGOBATAN
Kombinasi pyrimethamine dan trisulfapyrimidine dengan penambahan asam folat dan
yeast secara sinergis akan menghambat siklus p-amino asam benzoat dan siklus asam folat. Obat
lainnya adalah trimetoprim dan spiramycin.
Pada umumnya penderita toxoplasmosis dengan status imun yang baik danhanya dengan
limfadenopati ringan tidak memerlukan pengobatan. Pemberianpengobatan terutama diberikan
kepada wanita hamil dengan infeksi bare ataureaktivasi infeksi lama dan penderita-penderita
dengan status imun yang jelek (immunacompromised).
Obat-obat yang sering diberikan pada toxoplasmosisantara lain adalah:
1.Kombinasi Sulfadictzine dengan Pyrimethamine.
Kedua obat dapat menembus sawar otak. Pyrimethamine dan sulfadiazinedapat
menghambat sintesa asam folat yang diperlukan untuk replikasi parasit.Kombinasi kedua obat
dapat secara efektif membunuh parasit dan dapatmenyembuhkan sampai 80% penderita.
Kelemahan dari kedua obat tersebut adalahkemungkinan terjadinya efek teratogenik sehingga
tidak diberikan pada wanita hamil
2. Spiramisin
Merupakan antibiotika golongan makrolid yang aman diberikan pada wanitahamil
sehingga obat ini dapat direkomendasikan untuk diberikan pada wanita hamildengan
toxoplasmosis.Obat-obat lain yang dapat dipakai pada toxoplasmosis adalah : Clindamycin,
Azithromycin, Clarithromycin dan Atovoqoune yang dilaporkan efektif untuk pencegahan
realctivasi.Yang perlu diingat pada pemberian terapi adalah durasi waktu pengobatankadang sulit
dipastikan karena tidak satupun obat dapat diharapkan dapat membunuh100 parasit secara
keseluruhan. Parasit di dalam otak atau dalam bentuk kista jaringan sulit ditembus oleh obat
sehingga pengobatan jangka lama terpaksa harusdilakukan. Penderita AIDS misalnya, terapi
harus dilakukan terus menerus apalagiapabila jumlah limfosit TCD4+ nya masih di bawah
100/u1."
3.Obat-obat imunostimulan
Tujuan pemberian obat-obat imunostimulan adalah untuk menstimulasikomponen sistim
imun yang telah diketahui bersifat protektif terhadap organismepatogen yang menginfeksi.
Dengan memperhatikan imun respons hospes
14. PENCEGAHAN
Kucing merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya toksoplasmosis,
karena kucing mengeluarkan berjuta-juta ookista dalam tinjanya, yang dapat bertahan sampai
satu tahun di dalam tanah yang teduh dan lembab. Untuk mencegah hal ini, maka terjadinya
infeksi pada kucing dapat dicegah, yaitu dengan memberi makanan yang matang sehingga
kucing tidak berburu tikus atau burung. Bila kucing diberikan monensin 200 mg/kg melalui
makanannya, maka kucing tersebut tidak akan mengeluarkan ookista bersama tinjanya, tetapi ini
hanya dapat digunakan untuk kucing peliharaan. Untuk mencegah terjadinya infeksi dengan
ookista yang berada di dalam tanah, dapat diusahakan mematikan ookista dengan bahan kimia
seperti formalin, amonia dan iodin dalam bentuk larutan serta air panas 70o
C yang disiramkan
pada tinja kucing
Anak balita yang bermain di tanah atau ibu-ibu yang gemar berkebun, juga petani
sebaiknya mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum makan. Sayur mayur yang
dimakan sebagai lalapan harus dicuci bersih, karena ada kemungkinan ookista melekat pada
sayuran. Makanan yang matang harus ditutup rapat supaya tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang
dapat memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan tersebut.
Kista jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi dan ayam) sebagai sumber
infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya sampai 66°C atau mengasap dan sampai matang
sebelum dimakan. Bagi ibu yang memasak, jangan mencicipi hidangan daging yang belum
matang. Setelah memegang daging mentah (tukang jagal, penjual daging, tukang masak)
sebaiknya cuci tangan dengan sabun sampai bersih. Yang paling penting dicegah adalah
terjadinya toksoplasmosis kongenital karena anak yang lahir dapat menyebabkan cacat dengan
retardasi mental dan gangguan motorik.
15. KESIMPULAN
Penyakit toxoplasmosis merupakan penyakit kosmopolitan dengan frekuensi tinggi di
berbagai negara dan juga di Indonesia karena gejala klinisnya ringan maka sering kali luput dari
pengamatan dokter. Padahal akibat yang ditimbulkan bisa memberikan beban berat bagi
masyarakat seperti abortus, lahir mati maupun cacat kongenital. Diagnosis secara laboratoris
cukup mudah yaitu dengan memeriksa antibodi kelas IgG dan IgM terhadap Toxoplasma gondii
akan dapat diketahui status penyakit penderita. Dianjurkan untuk memeriksakan diri secara
berkala pada wanita hamil trimester pertama akan kemungkinan terinfeksi dengan
toxoplasmosis.
Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler yang dapat menyebabkan
penyakit toxoplasmosis konginetal dan toksoplasmosis akuisita. Hospes Definitif T. gondii
adalah kucing dan binatang sejenisnya (Felidae). Hospes perantaranya adalah manusia, mamalia
lainnya dan burung.
Prevalensi zat anti Toxoplasma gondii di Indonesia pada manusia adalah 2-63%, pada
kucing 35-73%, babi 11-36%, kambing 11-61%, anjing 75% dan pada ternak lain kurang dari
10%. Prevalensi zat anti Toxoplasma gondii terdapat pada kebiasaan makan daging kurang
matang. Daging ternak dan ayam/burung serta tanah yang tercemar tinja kucing merupakan
sumber infeksi.
Dalam pencegahan infeksi Toxoplasma gondii, anjing dan kucing kesayangan tidak perlu
disingkirkan dari rumah, tetapi perlu diperhatikan bahwa tinja kucing tidak mencemari makanan
dan tangan kita.
Toxoplasmosis mungkin bukan merupakan penyakit yang sangat mematikan
sebagaimana malaria, flu burung, demam berdarah dan beberapa penyakit infeksi lainnya.
Namun apabula tidak ditanggulangi dengan baik dapat mengakibatkan bermacam masalah antara
lain infertilitas, cacat fisik, mental dan kematian pada manusia. Dengan meningkatnya penderita
infeksi HIV, kanker dan gizi buruk, toxoplasmosis perlu diwaspadai.
16. DAFTAR PUSTAKA
1. Ir. Indra Chahaya S., M.Si , 2003 , Epidemiologi “Toxoplasma gondii” . Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Dharmana, Edi , 2007 , Toxoplasma gondii, Musuh Dalam Selimut : Semarang . Kakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro
3. Blader, Ira J. , 2009 , Communication between Toxoplasma gondii and its host: impact on
parasite growth, development, immune evasion, and virulence : Okhlahoma . University of
Okhlahoma Health Sciences Center.
4. Schmidt, Ronald H. , 2003 , General Overview of the Causative Agents of Foodborne Illness :
Florida . University of Florida
5. Burton, J. Bogist, Clint E, Carter, T.N. Oeltmann. 2005. Human Parasitology. Ed.3. Elsevier
Academic Press. Amsterdam.
6. Harold W.Brown., Dasar Parasitologi Klinis, edisi III, Jakarta : Gramedia, 1979, hlmn 88-94.
7. Sanjaya, Dr. Bernardus, DMM, DTM&H, MSPH. 2007. Parasitologi dan Protozoologi
Kedokteran. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.
8. Tim penyusun., Parasitologi kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta :
Gaya Baru, 1988, hlmn 113-115.