Makalah ini membahas konsep kepemimpinan dan tipe kepemimpinan otokratis. Pembahasan dimulai dari pengertian kepemimpinan, peranannya dalam organisasi, dan gaya kepemimpinan. Kepemimpinan otokratis kemudian dijelaskan melalui ciri-cirinya dan perilaku pemimpinnya. Makalah berfokus pada penjelasan konsep dan tipe kepemimpinan otokratis.
1. makalah manajemen kepemimpinan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif, menuntut setiap
organisasi untuk bersikap lebih responsif agar sanggup bertahan dan terus berkembang.
Untuk mendukung perubahan organisasi tersebut, maka diperlukan adanya perubahan
individu. Proses menyelaraskan perubahan organisasi dengan perubahan individu ini tidaklah
mudah. Pemimpin sebagai panutan dalam organisasi, sehingga perubahan harus dimulai dari
tingkat yang paling atas yaitu pemimpin itu sendiri. Maka dari itu, organisasi memerlukan
pemimpin reformis yang mampu menjadi motor penggerak yang mendorong perubahan
organisasi.
Sampai saat ini, kepemimpinan masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji dan
diteliti, karena paling sering diamati namun merupakan fenomena yang sedikit dipahami.
Fenomena gaya kepemimpinan di Indonesia menjadi sebuah masalah menarik dan
berpengaruh besar dalam kehidupan politik dan bernegara. Dalam dunia medis, gaya
kepemimpinan berpengaruh kuat terhadap jalannya organisasi dan kelangsungan hidup
organisasi. Peran kepemimpinan sangat strategis dan penting dalam sebuah organisasi
sebagai salah satu penentu keberhasilan dalam pencapaian misi, visi dan tujuan suatu
organisasi. Maka dari itu, tantangan dalam mengembangkan strategi organisasi yang jelas
terutama terletak pada organisasi di satu sisi dan tergantung pada kepemimpinan. 1[1]
Menarik untuk dicatat bahwa salah satu alasan mengapa munculnya kepemimpinan itu
menjadi sebuah topik yang cukup penting di sini karena didasarkan pada tradisi politik suatu
negara. Hampir semua negara barat yang mempraktikkan proses politik yang demokratis
memungkinkan setiap orang untuk mencapai posisi-posisi yang memiliki tanggung jawab.
Orang tersebut tidak memerlukan banyak kekayan, teman-teman pribadi, atau tradisi
kekeluargaan untuk memperoleh kekuasaan. Oleh karena itu, studi tentang bagaimana orang-orang
ini memperoleh posisi tersebut menjadi sangat penting. Ada dua isu yang sangat
penting untuk didiskusikan yaitu pertama, berpusat pada pertanyaan mengapa seseorang itu
2. menginginkan untuk menjadi pemimpin dan kedua, identifikasi apa saja yang harus dilakukan
seseorang untuk memperoleh posisi tersebut.
Sudah jelas bahwa posisi pemimpin dapat memberikan keuntungan-keuntungan ekonomis
yang lumayan. Dalam beberapa organisasi/perusahaan, pemimpin puncak itu dapat menerima
penghasilan 10-15 kali lipat dari penghasilan para karyawan tingkat terbawah. Dan masih ada
lagi penghargaan-penghargaan lain untuk pemegang jabatan ini. Makin tinggi jabatan
seseorang dalam organisasi makin banyak input atau dampak yang dimilikinya terhadap
kebijaksanaan organisasi. Jadi banyak kemungkinan munculnya perasaan keberhasilan dan
kesuksesan yang lebih besar buat mereka ini. Akan tetapi, harus diingat bahwa keinginan
untuk menjadi pemimpinan saja tidak cukup. Ada beberapa watak dan karakteristik yang
lebih memungkinkan seseorang untuk mencapai jabatan pemimpin.
Kepemimpinan adalah proses yang sangat penting dalam setiap organisasi karena
kepemimpinan inilah yang akan menentukan sukses atau gagalnya sebuah organisasi. Jika
perusahaan, rumah sakit, universitas atau tim atletik mengalami kesuksesan, maka direktur,
rektor, atau pelatihlah yang memperoleh acungan jempol. Akan tetapi, sebaliknya, jika terjadi
kegagalan, mereka pulalah yang memperoleh teguran, kritik, atau bahkan diganti. Jadi salah
satu elemen pokok yang menjadi perhatian setiap organisasi yaitu bagaimana caranya untuk
menarik, melatih atau mempertahankan orang – orang yang akan menjadi pemimpin –
pemimpin yang efektif.2[2]
Begitu pentingnya peran kepemimpinan dalam sebuah organisasi menjadi fokus yang
menarik perhatian para peneliti bidang perilaku keorganisasian. Bass (1990) menyatakan
bahwa kualitas dari pemimpin sering kali dianggap sebagai faktor terpenting yang
menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi. Schein (1992), Nahavandi &
Malekzadeh (1993) serta Kouzes & Posner (1987) juga menyatakan bahwa pimpinan
mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan organisasi. Porter (1996) dalam Sunarsih
(2001). Green Berg dan Baron (2000 : 444) dalam Sunarsih (2001) menyatakan bahwa
kepemimpinan merupakan suatu unsur kunci dalam keefektifan organisasi.1
Organisasi membutuhkan seorang pemimpin, sebab pemimpin itulah sosok penggerak dan
inspirator dalam merancang dan mengerjakan kegiatan. Pemimpin tidak hanya seorang
manajer, ia juga harus seorang pembangun mental, moral spirit, dan kolektivitas kepada
jajaran bawahannya. Seorang pemimpin seyogyanya tidak hanya menggunakan aturan
3. tertulis, tapi juga sikap perilaku, sepak terjang, dan keteladanan dalam melakukan agenda
transformasi kearah yang lebih baik. 3[3]
Pemimpin atau kepemimpinan merupakan variabel yang erat kaitannya dengan tugas
manajer. Manajer diharapkan mampu memimpin organisasinya dengan baik. Meskipun
demikian pemimpin dengan manajer mempunyai pengertian yang berbeda. Seorang manajer
yang baik belum tentu merupakan pemimpin yang baik, dan sebaliknya. Idealnya, manajer
yang baik juga merupakan pemimpin yang baik. 4[4]
Manajer adalah seorang yang mempunyai wewenang untuk memerintah orang lain.
Seorang manajer dalam menjalankan pekerjaan dan tanggung jawabnya menngunakan
bantuan orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, ia perlu
memimpin pegawai, karyawan, pekerja, atau apapun sebutannya. Tidak setiap orang yang
ditunjuk menjadi pemimpin bisa menjalankan pekerjaannya dengan baik. Selain itu, tidak
setiap pemimpin dapat menjadi pemimpin yang baik.
Banyak pendapat yang berbeda – beda tentang apa yang dimaksud dengan pemimpin yang
baik. Demikian juga tentang apa yang menjadi kewajiban setiap pemimpin. Namun demikan,
dapat diambil inti persamaanya, yaitu bahwa setiap pemimpin mempunyai kewajiban untuk
mencapai tujuan organisasi/institusi dan memberi perhatian terhadap kebutuhan pegawai
bawahannya. 5[5]
Kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen organisasi.
Kepemimpinan dibutuhkan manusia karena adanya keterbatasan-keterbatasan tertentu pada
diri manusia. Dari sinilah timbul kebutuhan untuk memimpin dan dipimpin. Kepemimpinan
didefinisikan ke dalam ciri-ciri individual, kebiasan, cara mempengaruhi orang lain, interaksi,
kedudukan dalam oragnisasi dan persepsi mengenai pengaruh yang sah.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai
tujuan dengan antusias (David, Keith, 1985). Menurut Veitzhal Rivai (2004), kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh kepada pengikut-pengikutnya lewat
proses komunikasi dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Menurut Achmad Suyuti (2001)
yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing dan
4. mempengaruhi pikiran, perasaan, tindakan dan tingkah laku orang lain untuk digerakkan ke
arah tujuan tertentu.
Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan
tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin.
Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya
kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan
Newstrom (1995) yang menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan
seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan. Gaya kepemimpinan mewakili filsafat,
ketrampilan, dan sikap pemimpin dalam politik. Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah
laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk
mencapai tujuan tertentu (Heidjrachman dan Husnan, 2002:224). Sedangkan menurut
Tjiptono (2001:161), gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam
berinteraksi dengan bawahannya. Pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan
adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang
dirasakan oleh orang lain (Hersey, 2004:29).1
Dalam menjalankan kepemimpinan, antara pemimpin satu dan lainnya tidaklah selalu
sama bahkan berbeda. Sehingga para pemipin mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda
beda antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu perlu kiranya bagi seorang calon
pemimpin mengetahui tipe-tipe kepemimpinan supaya ia dapat mengetahui berbagai tipe
dan6[6]dapat menentukan tipe mana yang efektif dijalankan dalam sebuah lembaga tertentu.
Dan perlu kiranya mengetahui kepemimpinan yang sesuai. Dalam paper ini kami akan
membahas tentang tipe kepemimpinan otokratis. 3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar kepemimpinan ?
2. Bagaimana Tipe Kepemimpinan Otokratis ?
3. Bagaimana ciri – ciri kepemimpinan otokratis ?
4. Bagaimana gaya kepemimpinan otokratis menurut para ahli ?
5. Bagaimana perilaku tipe pemimpin otokratis ?
6. Bagaimana kekurangan dan kelebihan serta untung rugi tipe kepemimpinan otokratis?
C. Tujuan
5. 1. Untuk mengetahui konsep dasar kepemimpinan.
2. Untuk mengetahui pengertian dari tipe kepemimpinan otokratis.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri dari kepemimpinan otokratis.
4. Untuk mengetahui tipe kepemimpinan otokratis menurut para ahli.
5. Untuk mengetahui perilaku pemimpin otokratik.
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan serta untung rugu tipe kepemimpinan otokratik.
D. Mamfaat
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak manajemen kampus
maupun rumah sakit dalam melakukan strategi yang tepat untuk dapat meningkatkan kinerja
dan kepuasan kerja karyawannya terutama dengan menggunakan gaya kepemimpinan dan
menciptakan komitmen organisasi dengan tepat.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi bahan penelitian selanjutnya dalam rangka
menambah khasanah akademik sehingga berguna untuk pengembangan ilmu, khususnya
bidang Manajemen Sumber Daya Manusia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. KERANGKA TEORI
A. Pengertian Kepemimpinan
Secara etimologi kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” (lead) berarti bimbing
atau tuntun, dengan begitu di dalam terdapat dua pihak yaitu yang dipimpin (rakyat) dan yang
memimpin (imam). Setelah ditambah awalan “pe” menjadi “pemimpin” (leader) berarti
orang yang mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan kominikasi sehingga orang
lain tersebut bertindak sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Dan setelah ditambah akhiran
“an” menjadi “pimpinan” artinya orang yang mengepalai. Apabila dilengkapi dengan awalan
“ke” menjadi “kepemimpinan” (leadership) berarti kemampuan dan kepribadian seseorang
dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakuakan tindakan pencapaian
tujuan bersama, sehingga dengan demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan
6. pusat proses kelompok (Inu Kencana, 2003). Jadi kepemimpinan adalah aktivitas untuk
mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu (Miftah, 1997).
Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan menggerakkan atau memotivasi sejumlah
orang agar secara serentak melakukan kegiatan yang sama dan terarah pada pencapaian
tujuannya (Nawawi dan M. Martin, 1995).
Seiring dengan pengertian di atas, pemimpin adalah orang yang mempunyai wewenang
dan hak untuk memepengaruhi orang lain, sehingga mereka berprilaku sebagaimana yang
dikehendaki oleh pemimpin tersebut melalui kepemimpinannya.6
Bass (2008), Bass dan Stogdill (1990) serta Nonthouse (2012) dengan kemampuannnya
telah mencatat bahwa ada beragam defenisi kepemimpinan, mereka hanya sebagian orang
yang telah memberi arti defenisi dalam konsep. 7[7]
Menurut sejarah, kepemimpinan telah dipertimbangkan untuk menjadi watak kepribadian,
pemimpin dilahirkan, dan tidak dibuat. Tindakan mempengaruhi orang lain, mengajak,
mengacu pada orang lain, dan orang yang fokus dalam proses kelompok kemudian menjadi
gaya yang bisa menjadi dasar dalam sebuah kepribadian, serta dapat berpikir sosial.
Gulliani dan Kurson (2007) mencatat bahwa pemimpin tidak semudah yang dilihat,
mereka berfikir, belajar, dan menjadi pengemban. Hesselbein dan Cohen (1999) menyatakan
bahwa pemimpin harus menjadi penengah dan pemersatu, mereka harus membangun
jembatan dan sukses menampung usaha-usaha dari para pengikutnya. Maka dari itu, mereka
menyatakan bahwa kepemimpinan adalah sebuah persoalan bagaimana menjadi bukan apa
yang dilakukan. Secara jelas, defenisi dari kepemimpinan merupakan gabungan dari beberapa
karakteristik (Welford,2002). 7
Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain untuk bekerja
sama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu tujuan umum. Pengertian lain
mengenai kepemimpinan adalah segala hal yang bersangkutan dengan pemimpin dalam hal
menggerakkan, membimbing, dan mengarahkan orang lain agar melaksanakan tugas dan
mewujudkan sasaran yang ditetapkan (LAN RI : 1996).5
Menurut Robbins (1993) kepemimpinan itu didefinisikan sebagai kemampuan seseorang
untuk memengaruhi sebuah kelompok menuju kepada pencapaian tujuan kelompok tersebut.2
7. Kepemimpinan adalah penggunaan keterampilan seseorang dalam mempengaruhi orang
lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya
(Sullivan & Decker, 1989).
Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk membangkitkan semangat (motivasi) orang
lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab penuh terhadap usaha mencapai atau
melampaui tujuan organisasi (Goetsch & Davis).
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan menggerakkan
orang lain agar mereka mau berbuat dan berprilaku sebagaimana yang diharapkan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan (Pusdiklat Kesehatan Depkes RI, 1999). 8[8]
Kepemimpinan merupakan interaksi antar kelompok dan proses mempengaruhi kegiatan
suatu organisasi dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan adalah proses interpersonal yang
mempengaruhi kegiatan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan.
Berdasarkan pandangan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
merupakan kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi,
mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan kalau perlu memaksa orang lain agar
dapat berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan kemampuan dan keterampilan seorang
pemimpin perawat dalam mempengaruhi perawat lain dibawah pengawasannya untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai.9[9]
Kepemimpinan dalam pandangan Islam merupakan amanah dan tanggung jawab yang
tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinnya, tetapi juga
akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT. Jadi, pertanggungjawaban
kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat horizontal-formal sesama manusia, tetapi
bersifat vertikal-moral, yakni tanggung jawab kepada Allah SWT di akhirat.
Kata kuncinya adalah kepemimpinan melekat kepada masing-masing individu, sesuai
dengan tingkat kepemimpinannya. Setiap orang adalah pemimpin, minimal untuk dirinya
sendiri.
8. Kepemimpinan sebenarnya bukanlah sesuatu yang menyenangkan, tetapi merupakan
tanggung jawab sekaligus amanah yang amat berat dan harus diemban sebaik-baiknya. Hal
tersebut dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al-Mu’minun yang Artinya:
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janji mereka
dan orang-orang yang memelihara sholatnya, mereka Itulah orang-orang yang akan
mewarisi surga Firdaus, mereka kekal di dalamnya”(Q.S.al-Mukminun 8-11).
Selain dalam Al Qur’an Rasulullah SAW juga mengingatkan dalam Haditsnya agar dapat
menjaga amanah kepemimpinan, sebab hal itu akan dimintai pertanggungjawaban baik di
dunia maupun dihadapan Allah SWT. Hal itu dijelaskan dalam Hadits berikut:10[10]
Artinya: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggung jawaban
atas kepemimpinannya. Imam adalah pemimpin dalam keluarganya, bertanggung jawab
tentang kepemimpinanya. Laki-laki itu pemimpin, bertanggung jawab tentang
kepemimpinannya. Wanita itu pemimpin dalam rumah tangganya, dan bertanggung jawab
tentang kepemimpinannya. Khadam itu pemimpin bagi harta majikannya, bertanggung jawab
terhadap kepemimpinannya.” (H. R. Bukhori).10
B. Fungsi Kepemimpinan Dan Tugas Pimpinan
Yaitu fungsi yang dilaksanakan oleh pemimpin di lingkungan kelompoknya agar secara
operasional berhasil guna. Seorang pemimpin mempunyai dua fungsi yaitu: fungsi yang
berkaitan dengan tugas dan fungsi sosial/pemeliharaan kelompok. Fungsi yang berkaitan
dengan tugas dapat meliputi pemberian perintah, pemberian saran pemecahan dan
menaw11[11]arkan informasi serta pendapat. Sedangkan fungsi pemeliharaan
kelompok/fungsi sosial meliputi semua hal yang membentuk kelompok dalam melaksanakan
tugas operasinya untuk mencapai tujuan dan sasaran. Sebagai suatu misal persetujuan dengan
kelompok lain, menengahi ketidaksepakatan kelompok dan sebagainya. Pemimpin yang
berhasil menjalankan kedua fungsi tersebut dengan baik adalah pemimpin yang berhasil.11
Dilihat dari sudut orientasi maka fungsi dan tugas pimpinan terbagi dalam orientasi tugas
dan hubungan antar manusia (HAM).9
1. Orientasi Tugas
a. Merencanakan dan mengorganisir kegiatan.
9. b. Menyediakan informasi yang diperlukan oleh atasan maupun staf.
c. Membuat pengawasan, memberi pengarahan dan bimbingan.
d. Bertanggung jawab atas pekerjaanya dan pekerjaan orang lain.
e. Mendukung kerjasama dan partisipasi staf.
f. Mengevaluasi hasil dan menganalisa kekuatan dan kelemahan staf.
Sumber : ht tp://dvdsilat.com/pengertian-pemimpin-secara-umum-dan-harfiah.html
2. Orientasi HAM
a. Memberi dorongan dengan sikap bersahabat.
b. Mengungkapkan perasaan yang dialami.
c. Mendamaikan / mempertemukan pendapat yang berbeda, menyelesaikan konflik.
d. Memperlancar urusan dengan sebaik-baiknya.
e. Menentukan aturan main.
Kemudian berdasarkan orientasi fungsi dan tugas pemimpin tersebut, maka aktifitas
kepemimpinan dapat digolongkan dalam empat aspek yaitu : 9
1. Memberikan pengarahan.
2. Melakukan supervisi.
3. Melakukan koordinasi.
4. Memberikan motivasi.12[12]
C. Teori Dasar Dalam Kepemimpinan
Teori-teori yang membahas kepemimpinan dapat dirangkum dalam tiga macam yaitu :
a. Teori Bakat
Teori bakat berusaha mengidentifikasi karakteristik pribadi dari seorang pemimpin.1
Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin dibawa sejak lahir
bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang membuat mereka lebih
baik dari orang lain. Teori ini disebut dengan “Great Man Theory”. Banyak penelitian
tentang riwayat kehidupan Great Man Theory. Tetapi menurut teori kontemporer,
kepemimpinan seseorang dapat dikembangkan bukan hanya dari pembawaan sejak lahir,
dimana teori trait mengabaikan dampak atau pengaruh dari siapa yang mengasuh, situasi dan
lingkungan lainnya.
10. Teori ini mengidentifikasi karakteristik umum tentang intelegensi, personaliti, dan
kemampuan (perilaku). 13[13]
b. Teori Perilaku
Teori perilaku kepemimpinan memfokuskan pada perilaku apa yang dipunyai oleh
pemimpin, yang membedakan dirinya dari non-pemimpin.
Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana
seorang manager menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat sebagai suatu rentang dari
sebuah perilaku otoriter ke demokratik atau fokus suatu produksi ke fokus pegawai.
Menurut Vestal (1994) teori perilaku ini dinamakan dengan gaya kepemimpinan seorang
manager dalam suatu organisasi.12
c. Teori Situasi
Penelitian-penelitian terdahulu yang mencoba melihat karkteristik dan gaya
kepemimpinan tidak dapat menemukan karakteristik atau gaya yang berlaku untuk semua
situasi. Situasi dengan demikian memainkan peranan penting dalam efektifitas
kepemimpinan. 4
Teori lain dalam kepemimpinan yaitu : 214[14]
a. Teori Genetis (Keturunan)
Inti dari teori ini menyatakan bahwa “leader are born and not made” (pemimpin itu
dilahirkan sebagai bakat dan bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini berpendapat
bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat
kepemimpinannya. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia
telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin.
Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas
atau determinitis.
b. Teori Sosial
Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun
merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “leader are made
and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik dan bukannya kodrati). Jadi teori ini
merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat
11. yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan
dan pengalaman yang cukup.
3. Teori Ekologis
Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai
reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori
ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin
yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian
dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk
dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori
terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran.
Teori kepemimpinan menurut Ohio State Model (Bass,2008 ; Bass & Stogdill,1990;
Fleischman,1998), Situasional Leadership Chersey ( Blanchard dan Johnson, 2008), The
Leadership Grid (Blake & McConse,1991) dan Gaya Umum Perilaku Pemimpin :7
D. Kriteria Pemimpin
Dalam mencari sifat/kriteria kepemimpinan yang dapat diukur, para peneliti mengambil
dua pendekatan yaitu :1315[15]
1. Membandingkan sifat orang yang tampil sebagai pemimpin dengan orang yang tidak menjadi
pemimpin.
2. Membandingkan sifat pemimpin efektif dengan pemimpin yang tidak efektif.
Dari daftar kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin, paling sedikit ia
harus mampu untuk memimpin para pegawai/bawahan untuk mencapai tujuan institusi dan
harus mampu untuk menangani hubungan antarkaryawan (interpersonal relations). Pemimpin
yang berkualitas harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Mempunyai keinginan untuk menerima tanggung jawab
2. Mempunyai kemampuan untuk perceptive insight atau persepsi introspektif.
3. Mempunyai kemampuan untuk menentukan prioritas
4. Mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi.
RL Khan mengemukakan bahwa seorang pemimpin menjalankan pekerjaanya dengan baik
jika :
1. Memberikan kepuasan terhadap kebutuhan langsung para bawahannya.
2. Menyusun jalur pencapaian tujuan.
3. Menghilangkan hambatan-hambatan pencapaian tujuan.
12. 4. Mengubah tujuan karyawan sehuingga tujuan mereka bisa berguna secara organisatoris. 516[16]
E. Peranan Pemimpin
Selanjutnya peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim
Purwanto, sebagai berikut : 3
1. Sebagai pelaksana (executive).
2. Sebagai perencana (planner).
3. Sebagai seorangahli (expert).
4. Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group representative).
5. Sebagai pengawas hubungan antar anggota-anggota kelompok (controller of internal
relationship).
6. Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman (purveyor of rewards and
punishments).
7. Bentindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator).
8. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar).
9. Merupakan lambang dari pada kelompok (symbol of the group).
10. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate for individual
responsibility).
11. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist).
12. Bertindak sebagai seorang ayah (father figure).
13. Sebagai kambing hitam (scape goat).
Sumber : ht tp://www.kampungrumasa.com/2011/12/8-tipe-kepemimpinan-yang-ada-di-dunia.html
F. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan
1. Karateristik pribadi
Karakter pimpinan keperawatan sangat berpengaruh terhadap proses kepemimpinan yang
dijalankannya. Berikut adalah beberapa karakter kepemimpinan keperawatan yang efektif
sebagai berikut : 317[17]
a. Jujur
b. Terbuka
c. Terus Belajar
13. d. Enterpreuner (Wira Usaha)
e. Disiplin
f. Intelegen
2. Kelompok yang dipimpin
Keberhasilan seorang pemimpin dalam menjalankan organisasinya dipengaruhi oleh
kelompok yang dipimpinnya. Semakin besar kelompok yang dipimpin semakin sulit
menjalankan kepemimpinan. Oleh karena itu, agar memudahkan proeses kepemimpinan
maka perlu dilakukan pembagian tugas kepemimpinan kepada unit-unit atau tim.
3. Situasi yang dihadapi
Beberapa situasi ruang perawatn berikut ini akan mempengaruhi proses kepemimpinan dalam
pelayanan asuhan keperawatn yaitu :
a. Kemampuan dan pengalaman aggota
b. Peraturan dan kebijakan rumah sakit.
Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz (1981), yaitu :
318[18]
1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup
nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya
kepemimpinan.
2. Harapan dan perilaku atasan.
3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya
kepemimpinan.
4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
6. Harapan dan perilaku rekan.
G. Gaya Dan Tipe Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan yaitu sikap dan tindakan yang dilakukan pemimpin dalam
menghadapi bawahan. Ada dua macam gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan yang
berorientasi pada tugas dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan. 11
14. Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan
tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin.
Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya
kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan
Newstrom (1995) yang menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan
seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan. Gaya kepemimpinan mewakili filsafat,
ketrampilan, dan sikap pemimpin dalam politik. Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah
laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk
mencapai tujuan tertentu (Heidjrachman dan Husnan, 2002:224). Sedangkan menurut
Tjiptono (2001:161), gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam
berinteraksi dengan bawahannya. Pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan
adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang
dirasakan oleh orang lain (Hersey, 2004:29).1
Gaya kepemimpinan cenderung sangat bervariasi dan berbeda-beda yang dapat
diklasifikasikan berdasarkan beberapa aspek, yaitu : 919[19]
1. Aspek Prilaku :
a. Kepemimpinan positif
b. Kepemimpinan negaip
2. Aspek Kekuasan dan Wewenang :
a. Otoriter (otokratik)
b. Demokratis
c. Partisipatif
d. Bebas tindak (Laissez Faire).
Gaya kepemimpinan adalah pendekatan dan ragam seorang leader dalam memberikan
arahan, implementasi rencana dan bagaimana memotivasi anak buahnya. Kurt Lewin (1939)
yang memimpin sekelompok peneliti mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang berbeda-beda.
14
Studi awal ini sangat berpengaruh dan telah merumuskan tiga gaya kepemimpinan utama.
Menurut U. S Army Handbook, ada tiga gaya kepemimpinan utama yaitu : 14
1. Otoriter atau otokratis.
2. Partisipasi atau demokrat.
3. Delegatif atau pemerintahan bebas.
15. Di lain pihak, Gilles mengemukakan ada empat gaya kepemimpinan yaitu otokratis,
demokratis, partisipatif, dan laissez faire.
Selain beberapa gaya kepemimpinan di atas, ada pula beberapa gaya kepemipinan yang
lain yaitu :
1. Gaya / tipe militeristik.
2. Gaya / tipe paternalistik.
3. Gaya / tipe karismatik.
Selain itu, dalam buku Creative Edge, William C Miller menguraikan lima gaya
kepemimpinan, yaitu :
1. Memerintah (tell)
2. Membujuk (sell)
3. Berkonsultasi (consult)
4. Meminta partisipasi (participative)
5. Mendelegasikan (delegate).5
Blake dan Moutin (1964,1978) mengembangkan managerial grid dan sering
menggunakannya dalam kepemimpinan keperawatan. Managerial grid memiliki lima gaya
dasar kepemimpinan dalam sebuah kombinasi untuk kepentingan produksi dan kepentingan
orang. Skala untuk setiap komponen berubah dari 1 (rendah) ke 9 (tinggi). Lima gaya
kepemimpinan di gambarkan sebagai berikut : 1520[20]
1. Authority-Obedience / kepatuhan
Pemimpin berasumsi bahwa sebuah kekuatan posisi didapatkan dengan mengatur kondisi
pekerjaan secara efektif dan mengurangi mengintervensi bagian manusia secara minimal.
2. Tim
Orang di komisi untuk menyelesaikan sebuah tugas, anggota kelompok saling
berhubungan dan stiap orang mengambil andil umum. Hubungan kepercayaan, menghormati
dan persamaan adalah keadaan dalam bekerja.
3. Kelompok Rekreasi
Pemimpin membayar dengan penuh perhatian untuk mendapatkan anggota kelompok
dan menjaga kenyamanan, suasana persahabatan dan tempo pekerjaan.
4. Miskin dan Lemah
Pemimpin memberikan usaha minimal dalam menyelesaikan kewajiban bekerja.
5. Organisasi Manusia (jalan Tengah)
16. Pemimpin menyeimbangkan perilaku yang berhubungan dengan tugas dengan cara
mengatur moral dari anggota kelompok pada sebuah level yang menyenangkan / kepuasan.
1521[21]
Menurut Follet (1940), gaya didefinisikan sebagai hak istimewa yang tersendiri.
Menurut para ahli terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu
organisasi antara lain : 12
a. Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau Dan Warrant H. Schmitdt
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui titik ekstrim yaitu
kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan.
b. Gaya Kepemimpinan Menurut Likert
Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu :4 &11
Sistem 1, otoritatif dan eksploitif :
Manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para
bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku
ditetapkan oleh manajer.
Sistem 2, otoritatif dan benevolent:
Manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan
untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. Bawahan juga diberi
berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan
prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.
Sistem 3, konsultatif:
Manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu
didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan-keputusan mereka
sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi
bawahan daripada ancaman hukuman.
Sistem 4, partisipatif :
Adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi
seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh
kelompok. Bila manajer secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah
mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi
bawahan, manajer tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi
juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting.
17. c. Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X Dan Teori Y
Dari teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat yaitu:22[22]
1. Gaya kepemimpinan diktator
2. Gaya kepemimpinan autokratis
3. Gaya kepemimpinan Demokratis
4. Gaya kepemimpinan santai.
d. Gaya Kepemimpinan Menurut Robert House
Berdasarkan teori motivasi pengharapan, Robert House mengemukakan empat gaya
kepemimpinan yaitu : 11
1. Directive
2. Supportive
3. Participative
4. Achievement oriented
e. Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey Dan Blanchard
Ciri –ciri gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard meliputi :
1. Instruksi
2. Konsultasi
3. Partisipasi
4. Delegasi. 11
W.J. Redding dalam atikelnya “What Kind of Manager” menentukan watak dan tipe
pemimpin atas tiga pola dasar, yaitu :
- berorientasi tugas (task orientation)
- berorientasi hubungan kerja (relationship orientation)
- berorientasi hasil yang efektif (effective orientation)
Berdasarkan penonjolan ketiga orientasi tersebut, dapat ditentukan delapan tipe
kepemimpinan, yaitu : 23[23]
1. Tipe deserter (pembelot)
2. Tipe borokrat
3. Tipe misionaris
4. Tipe developer (pembangun)
18. 5. Tipe oktokrat
6. Tipe Benevolent autocrat (otokrat yang bijak)
7. Tipe copromis
8. Tipe eksekutif. 16
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan Otokratik
Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian adalah gaya pemimpin yang memusatkan
segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala
pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut,
sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. 17
Otokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya dipegang oleh satu
orang. Istilah otokrasi berasal dari bahasa yunani. Istilah otokratis berasal dari dua kata yaitu:
autos dan kratos. Autos berarti sendiri atau diri pribadi, kratos adalah kekuasaan atau
kekuatan. Jadi otokratis berarti berkuasa sendiri secara mutlak (centre of authority).
Kepemimpinan otokratis merupakan kepemimpinan yang dilakukan oleh seorang pemimpin
dengan prilaku otoriter. 324[24]
Kepemimpinan secara otokratis adalah kepemimpinan yang cara memimpinnya
menganggap organisasi sebagai miliknya sendiri. Sehingga seorang pemimpin bertindak
sebagai diktator terhadap para anggota organisasinya dan menganggap mereka itu sebagai
bawahannya dan merupakan alat atau mesin, tidak diperlakukan sebagaimana manusia.
Bawahan hanya menurut dan menjalankan perintah atasannya serta tidak boleh membantah,
karena pimpinan tidak mau menerima kritik, saran dan masukan.
Tipe kepemimpinan otokratis ini dapat kita jumpai dalam pemerintahan feodal oleh
kerajaan-kerajaan pada zaman abad pertengahan. Kepemimpinan yang otokratis biasanya
dikendalikan oleh seorang pemimpin yang mempunyai perasaan harga diri yang sangat
tinggi. Bawahannya dianggap bodoh, tidak berpengalaman, dan selayaknya diperintah sesuka
mereka. Dengan egoisme yang sangat tinggi, seorang pemimpin yang otokratik melihat
peranannya sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasional seperti kekuasaan
yang tidak perlu dibagi dengan orang lain dalam organisasi, ketergantungan total para
anggota organisasi mengenai nasib masing-masing dan sebagainya. 6
19. Gaya kepemimpinan ini cenderung dapat menurunkan kinerja seseorang karena pemimpin
yang mengambil keputusan dan kebijakan berdasarkan wewenang dia sendiri dan
“bawahannya” harus menuruti atau mengerjakan sesuai dengan perintahnya. Hal ini sering
terjadi di berbagai tempat kerja. Kebanyakan karyawan yang memiliki pimpinan yang seperti
ini tidak mempunyai motivasi yang tinggi untuk meningkatkan mutu kinerjanya, karena
segala apa yang mereka lakukan tidak jarang tidak memperoleh penghargaan, karena
pemimpin mereka cenderung egois yang hanya mengutamakan kepentingannya tanpa
memperhatikan kondisi karyawannya. Bagi seorang pemimpin yang seperti ini lebih
menganggap karyawan-karyawannya sebagai “bawahan” yang harus menuruti perintah
dengan keputusan sepihak. Tetapi tidak berarti gaya otoriter sepenuhnya dapat menurunkan
kinerja, ada juga seorang karyawan yang dapat termotivasi karena adanya otorisasi.
Contohnya karyawan yang cenderung menunda-nunda pekerjaan dan terlalu menyepelekan
tugas, seorang yang seperti ini tidak jarang perlu pemimpin yang otoriter agar tugas mereka
cepat selesai. 1725[25]
Tipe Otoriter disebut juga tipe kepemimpinan authoritarian. Dalam kepemimpinan ini,
pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya
memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Batasan kekuasaan dari pemimpin
otoriter hanya dibatasi oleh undang-undang. Bawahan hanya bersifat sebagai pembantu,
kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah dan tidak boleh
membantah atau mengajukan saran. Mereka harus patuh dan setia kepada pemimpin secara
mutlak. Pemimpin yang otoriter tidak menghendaki rapat atau musyawarah. Setiap perbedaan
diantara anggota kelompoknya diartikan sebagai kelicikan, pembangkangan, atau
pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah diberikan. Inisiatif dan daya
pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberikan kesempatan untuk mengeluarkan
pendapatnya. Pengawasan bagi pemimpin yang otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah
segala perintah yang telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya.
Mereka melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti orang–orang yang dianggap
tidak taat kepada pemimpin, kemudian orang–orang tersebut diancam dengan hukuman,
dipecat, dsb. 18
Sebaliknya, orang–orang yang berlaku taat dan menyenangkan pribadinya, dijadikan anak
emas dan bahkan diberi penghargaan. Kekuasaan berlebih ini dapat menimbulkan sikap
menyerah tanpa kritik dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak
20. ada pengawasan langsung. Selain itu, dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan
oposisi atau menimbulkan sifat apatis.1826[26]
Gaya ini digunakan ketika pemimpin meminta karyawan melakukan apa yang diinginkan
dan memerintahkan bagaimana caranya tanpa meminta petunjuk dari para pengikutnya.
Gaya ini sebaiknya diterapkan ketika seorang pemimpin memilki semua informasi untuk
memecahkan masalah, mengejar waktu, dan karyawan juga termotivasi. Beberapa kalangan
menerapkan gaya ini sebagai “kendaraan” untuk berteriak, menggunakan bahasa
merendahkan, dan memimpin dengan ancaman dan menyalahgunakan kekuasaan. Ini adalah
gaya profesional kasar. Pemimpin memerintah orang-orang di sekitarnya dan pantang
mengulang apa yang telah diperintahkan. Sekali pemimpin berkata, yang lain wajib
melaksanakannya tanpa banyak bertanya.14
B. Gaya Kepemimpinan Otokratik Menurut Para Ahli
1. Menurut Harris :
Seorang pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan otokratik menganggap bahwa
semua kewajiban untuk mengambil keputusan, menjalankan tindakan, mengarahkan,
memberikan motivasi, dan mengawasi bawahannya berpusat di tangannya. Pemimpin seperti
ini merasa bahwa hanya ia yang berkompeten untuk memutuskan dan menganggap bahwa
bawahannya tidak mampu untuk mengarahkan diri mereka sendiri. Di lain pihak, ia mungkin
mempunyai alasan-alasan untuk mengambil posisi yang kuat untuk mengarahkan dan
berinisiatif. Seorang otokrat juga mengawasi pelaksanaan pekerjaan dengan maksud untuk
meminimalkan penyimpangan dari arahan yang ia berikan. 5
2. Menurut Teori X dan Teori Y
Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai pekerjaan, kurang ambisi, tidak
mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak perubahan dan lebih suka dipimpin dari
pada memimpin.
a. Diktator yaitu gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta
menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan teori X.
b. Autokratis pada dasarnya hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya
agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak
pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari teori X.
21. 3. Menurut Ronald Lippits Dan Rapiph K. White
Menurut Ronald Lippith dan Rapiph K white ciri-ciri gaya kepemimpinan otoriter adalah
sebagai berikut : 12 27[27]
a). Wewenang mutlak berada pada pimpinan.
b). Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin.
c). Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pemimpin.
d). Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan.
e). Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan
dilakukan secara ketat.
f). Prakarsa harus selalu berasal dari pemimpin.
g). Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau
pendapat.
h). Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif.
i). Lebih banyak kritik daripada pujian.
j). Pemimpin menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat.
k). Pemimpin menuntut kesetiaan tanpa syarat.
l). Cenderung adanyan paksaan, ancaman dan hukuman.
m). Kasar dalam bersikap
n). Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pemimpin.
4. Menurut Gillies (1996)
Gaya kepemimpinan otokratis berdasarkan wewenang dan kekuasaan merupakan
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekerjaan. Menggunakan kekuasaan posisi
dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai
dalam pengambilan keputusan. Informasi diberikan hanya pada kepentingan tugas. Motivasi
dengan reward dan punishment.12
5. Menurut Likert :
a. sistem 1 : otoriter-eksploitatif, manajer tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan
yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahannya melalui ancaman atau hukuman,
namun kadang-kadang melalui balsan (reward), komunikasi yang dilakukan satu arah
(kebawah atau to-down), dan membatasi pengambilan keputusan hanya untuk manajer.
b. sistem 2 : benevolent-autoritative, manajer ini mempercayai bawahan sampai tingkat
tertentu, memotivasi bawahan melalui ancaman dan hukuman meskipun tidak selalu,
22. membolehkan komunikasi ke atas, memperhatikan ide atau pendapat dari bawahan, dan
mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan meskipun masih melakukan pengawasan
dengan ketat. 428[28]
C. Ciri-Ciri Kepemimpinan Otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai
berikut: 1
a. Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi.
b. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, menganggap bawahan sebagai
alat semata-mata.
c. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat.
d. Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya.
e. Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung
unsur paksaan dan bersifat menghukum.
- Ciri-ciri kepemimpinan otokratis yang lain: 3
1. Memegang kewenangan mutlak (bersikap adigang, adigung, dan adiguna).
2. Kuasa dipusatkan pada diri pemimpin ( aji mumpung).
3. Merumuskan ide sendiri, rencana dan tujuan.
4. Memilih kebijakan sendiri.
5. Menetapkan keputusan sendiri.
- Ciri-ciri lain dari kepemimpinan otokratis antara lain : 1929[29]
1. Mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi.
2. Pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal.
3. Berambisi untuk merajai situasi.
4. Setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri.
5. Bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang
akan dilakukan.
6. Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi.
7. Adanya sikap eksklusivisme.
8. Selalu ingin berkuasa secara absolut.
9. Sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku.
23. 10. Pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
D. Perilaku Pemimpin Otokratis
Seorang pemimpin otokratis tampak dari kegiatannya memimpin anak buah. Perilaku itu
akan menunjukkan tipe kepemimpinannya antara lain yaitu: 3
1. Mempraktekkan komunikasi satu arah (one way traffic of communication).
2. Pengawasan kepada anak buah ketat.
3. Saran, pertimbangan, pendapat dari bawahan tertutup sama sekali.
- Sikap tipe perilaku otokratis jika menghadapi bawahan:
1. Mementingkan tugas dibandingkan pendekatan kemanusiaan.
2. Memaksa bawahan untuk patuh dan menuntut kesetiaan mutlak.
3. Memaksa, mengancam, menghukum atau mengintimidasi kepada anak buah.
4. Serba intruksi dan perintah.
5. Kasar dalam fikiran, perasaan dan perbuatan.
6. Kaku dalam pergaulan terutama kepada anak buah.
7. Mencari perhatian keatasan kalau ia memimpin tingkat Lini dan Menengah.
8. Lebih banyak kritik dari pada memuji bawah.
- Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain : 20
a. Menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya.
Sebagaimana hadist yang berbunyi :
“ Hendaklah kamu mendengar, patuh dan taat ( kepada pemimpinmu ) dalam masa
kesenangan ( kemudahan dan kelapangan ), dalam kesulitan dan kesempitan, dalam
kegiatanmu dan di saat mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan sekalipun keadaan itu
merugikan kepentinganmu.” (HR Imam Muslim dan An-Nasa’i).10
b. Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya.
c. Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi.
d. Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjadinya penyimpangan oleh bawahan.
E. Kelebihan Dan Kekurangan Kepemimpinan Otokratis
Adapun kelebihan dan kekurangan dari kepemimpinan otokratis yaitu sebagai berikut: 21
- Kelebihan : 30[30]
a. Tujuan lebih mudah dicapai, karena hanya mengadopsi kepentingan satu orang.
24. b. Dengan alasan yang sama, tidak pernah terjadi konflik kepentingan dalam organisasi.
c. Pengambilan keputusan mudah dilakukan.
- Kekurangan :
a. Anggota organisasi tidak bisa berinovasi, minim kreasi.
b. Anggota organisasi tidak bisa menyampaikan pendapatnya dan tidak memiliki posisi tawar
dalam pengambilan keputusan.
c. Pemimpin terlalu berkuasa, sehingga biasanya sering terjadi abuse of power. 2131[31]
- Untung rugi gaya otoriter adalah :
1. Kecepatan dan ketegasan dalam membuat keputusan dan bertindak.
2. Produktivitas dapat meningkat.
3. Suasana kerja yang kaku, tegang, dan mencekam yang dapat berakibat ketidakpuasan
karyawan, permusuhan, pindah, dan mutu kerja berkurang.
4. Lebih cocok pada organisasi dalam keadaan darurat.22
F. Contoh Sejarah Pemimpin Otokratis
Pemimpin Otoriter menganut paham bahwa dirinya adalah segalanya. Pemimpin yang
membuat aturan dan orang-orang didalam organisasinya harus mematuhi apapun yang
dikehendaki dan menjadi keputusannya.
Sumber : ht tp://desiesyworlds.blogspot.com/2012/04/type-kepemimpinan.html
Moammar Khadafi dari Libya dan Louis XIV dari Perancis adalah sedikit contoh
pemimpin yang memiliki tipe otoriter dalam memegang wewenang dan kekuasaannya.
Ucapan Louis XIV, “L’etat ces moi” yang sangat terkenal itu menunjukkan betapa arogannya
penguasa yang satu ini. Yang menganggap bahwa negara adalah dirinya. Bahwa apa yang
menjadi keinginannya itulah yang berlaku sebagai hukum yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan di negara Perancis saat itu. Demikian halnya dengan Moammar Khadaffi yang
menganggap Libya adalah keluarga miliknya, dan dia adalah pemimpin keluarga
tesebut.2132[32]
G. Tips Bagi Seorang Pemimpin Dalam Pelayanan Kesehatan
25. Batalden dan Vorlicky (1990) mengemukakan bahwa terdapat 14 tips yang harus menjadi
perhatian bagi seorang pemimpin yang mempunyai wawasan mutu dalam pelayanan
kesehatan, yaitu: 833[33]
1. Bangun secara tetap tujuan pelayanan dalam organisasi.
2. Terima atau adopsi filosofi baru.
3. Gunakan metode saintifik untuk menentukan mutu sarana yang ada, lakukan tindakan
perbaikan yang dibutuhkan seluruh tugas dan cari bukti-bukti dari akibat yang ditimbulkan
sebagai hasil dari pembiayaan yang tidak benar atau registrasi yang tidak lengkap.
4. Biaya yang dikeluarkan tidak akan ada artinya tanpa mutu pelayanan yang baik.
5. Tingkatkan sistem produksi dan pelayanan secara terus-menerus untuk jangka waktu lama.
6. Jadwal ulang pelatihan.
7. Tingkatkan supervisi.
8. Hilangkan perbedaan (kastanisasi) yang ada dalam organisasi, hentikan gosip, dan tidak
menyalahkan staf/karyawan membabi buta.
9. Hilangkan hambatan di antara bagian yang ada dan tingkatkan kerja sama lintas program.
10. Hilangkan slogan-slogan yang ada dan sejak staf/karyawan untuk bekerja lebih baik.
11. Eliminasi standar kerja berdasarkan kuota.
12. Laksanakan program pelatihan (in-service-training) dalam menggunakan piranti statistik.
13. Rancang kembali program khusus pelatihan dalam hal keterampilan baru.
14. Timbulkan minat pada level manajemen puncak yang setiap harinya akan peduli 13 poin
yang sudah dikemukakan di atas. 834[34]
26. BAB III
SOAL LATIHAN
1. Apa pengertian Tipe Kepemimpinan Otokratis ?
Jawab : Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian adalah gaya pemimpin yang
memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh.
Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter
tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
2. Bagaimana ciri – ciri kepemimpinan otokratis ?
Jawab : a). Mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, b).
Pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, c). Berambisi untuk merajai situasi,
d). Setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, e). Bawahan tidak pernah diberi
informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, f). Semua
pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, g).
Adanya sikap eksklusivisme, h).Selalu ingin berkuasa secara absolut, i). Sikap dan prinsipnya
sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, j). Pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan
apabila mereka patuh.
3. Bagaimana gaya kepemimpinan otokratis menurut teori X ?
27. Jawab : Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai pekerjaan, kurang
ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak perubahan dan lebih suka
dipimpin dari pada memimpin.
a. Diktator yaitu gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta
menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan teori X.
b. Autokratis pada dasarnya hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya
agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak
pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari teori X.
4. Bagaimana perilaku tipe pemimpin otokratis ?
Jawab : a). Mempraktekkan komunikasi satu arah (one way traffic of communication).
B). Pengawasan kepada anak buah ketat.
C). Saran, pertimbangan, pendapat dari bawahan tertutup sama sekali.
5. Bagaimana kekurangan dan kelebihan serta untung rugi tipe kepemimpinan otokratis?
Jawab : Kelebihan : Tujuan lebih mudah dicapai karena hanya mengadopsi kepentingan satu
orang, Dengan alasan yang sama tidak pernah terjadi konflik kepentingan dalam organisasi,
Pengambilan keputusan mudah dilakukan.
- Kekurangan : Anggota organisasi tidak bisa berinovasi, minim kreasi, Anggota organisasi
tidak bisa menyampaikan pendapatnya dan tidak memiliki posisi tawar dalam pengambilan
keputusan, Pemimpin terlalu berkuasa, sehingga biasanya sering terjadi abuse of power.
- Untung rugi gaya otoriter adalah : Kecepatan dan ketegasan dalam membuat keputusan dan
bertindak, Produktivitas dapat meningkat, Suasana kerja yang kaku, tegang, dan mencekam
yang dapat berakibat ketidakpuasan karyawan, permusuhan, pindah, dan mutu kerja
berkurang serta Lebih cocok pada organisasi dalam keadaan darurat.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologi kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” (lead) berarti bimbing atau
tuntun, dengan begitu di dalam terdapat dua pihak yaitu yang dipimpin (rakyat) dan yang
memimpin (imam). Setelah ditambah awalan “pe” menjadi “pemimpin” (leader) berarti orang
yang mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan kominikasi sehingga orang lain
tersebut bertindak sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Dan setelah ditambah akhiran “an”
menjadi “pimpinan” artinya orang yang mengepalai. Apabila dilrengkapi dengan awalan “ke”
menjadi “kepemimpinan” (leadership) berarti kemampuan dan kepribadian seseorang dalam
28. mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakuakan tindakan pencapaian tujuan bersama,
sehingga dengan demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok
(Inu Kencana, 2003). Jadi kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang
lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Miftah, 1997).
Kepemimpinan secara otokratis adalah kepemimpinan yang cara memimpinnya
menganggap organisasi sebagai miliknya sendiri. Sehingga seorang pemimpin bertindak
sebagai diktator terhadap para anggota organisasinya dan menganggap mereka itu sebagai
bawahannya dan merupakan alat atau mesin, tidak diperlakukan sebagaimana manusia.
Bawahan hanya menurut dan menjalankan perintah atasannya serta tidak boleh membantah,
karena pimpinan tidak mau menerima kritik, saran dan masukan. Tipe kepemimpinan
otokratis adalah kepemimpinan yang sama dengan tipe otoriter, yang mana dari
kepemimpinan ini, bawahan tidak berhak menyampaikan saran, pendapat, dan kritik. Dalam
kepemimpinan ini seorang pemimpin menganggap dirinya adalah segala-galanya yang
memiliki kekuasaan dan kewenangan atas anak buah sesuai dengan kehendaknya.
Kepemimpinan ini lebih identik dengan system satu orang yang berkuasa, yang berhak
menentukan kebijakan, berhak dalam mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan
dalam organisasi. Kepemimpinan ini hanya dibatasi dengan undang-undang saja.
B. Saran
Sebaiknya dalam memimpin suatu organisasi kita tidak menggunakan tipe
kepemimpinan otokrasi karena tipe ini hanya berpusat kepada satu orang sehingga
komunikasi antara bawahan dan atasan tidak berjalan lancar. Sehingga dalam
kepemimpinanpun jarang sekali tipe ini berhasil untuk memajukan suatu organisasi atau
perusahaan, karena pemimpin dalam tipe ini hanya memperhatikan keputusannya sendiri,
tanpa mendengarkan saran dan kritik dari bawah.
http://ulfamin.blogspot.com/2013/01/makalah-manajemen-kepemimpinan.html
1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui
proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler
and Nassarik).
2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons).
3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur
untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling).
4. Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau
orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.
29. 5. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada
kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs
& Jacques).
6. Kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut (John C. Maxwell).
Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan
aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau organisasi.
7. Kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang
sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan
penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang
khusus (Young).
8. Kepemimpinan sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki
kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya (Moejiono, 2002).
9. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang
kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan
sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin.
10. Kepemimpinan merupakan kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi, dan
memungkinkan orang-orang memberikan kontribusi terhadap keefektivan dan kesuksesan
organisasi (House et al, 1999).
11. Kepemimpinan merupakan proses membangun rasa atas apa yang dilakukan bersama
sedemikian rupa sehingga orang-orang memahami apa yang dilakukan dan bertanggungjawab
(Drath & Palus, 1994).
12. Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk menapaki budaya dan secara evolusioner
mulai berusaha mengubah proses-proses sehingga lebih adaptif (E.H.Schein, 1992).
13. Kepemimpinan adalah menyangkut pengartikulasian visi, pembentukan nilai- nilai, dan
menciptakan lingkungan sehingga segala sesuatunya dapat diselesaikan (Richards & Engle,
1986).
14. Kepemimpinan merupakan latihan (exercise) yang memobilisasi orangorang secara
institusional, politik, psikologis, dan sumberdaya lain sedemikian rupa, untuk
membangkitkan, mengikutsertakan, dan memuaskan motif-motif para pengikut (Burns,
1978).
15. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada di atas
kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi (Katz dan Kahn, 1978).
16. Kepemimpinan merupakan perilaku individu yang mengarahkan aktivitas kelompok
untuk meraih tujuan bersama (Hemphill & Coons, 1957).
17. Menurut Katz dan Kahn berbagai definisi kepemimpinan pada dasarnya dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok besar yakni “sebagai atribut atau kelengkapan dari
suatu kedudukan, sebagai karakteristik seseorang, dan sebagai kategori perilaku”.
18. Kepemimpinan adalah jenis khusus hubungan kekuasaan yang ditentukan oleh anggapan
para anggota kelompok bahwa seorang dari anggota kelompok itu memiliki kekuasaan untuk
menentukan pola perilaku terkait dengan aktivitasnya sebagai anggota kelompok (Janda).
19. Kepemimpinan melibatkan seperangkat proses pengaruh antar orang. Proses tersebut
bertujuan memotivasi bawahan, menciptakan visi masa depan, dan mengembangkan strategi
untuk mencapai tujuan (Sweeney dan McFarlin, 2002)
20. Kepemimpinan berkaitan dengan anggota yang memiliki kekhasan dari suatu kelompok
yang dapat dibedakan secara positif dari anggota lainnya baik dalam perilaku, karakteristik
pribadi, pemikiran, atau struktur kelompok (Watkins, 1992).
21. Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi
perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Sutarto).
30. 22. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar melaksanakan
pekerjaan bersama menuju suatu tujuan tertentu (Sondang P. Siagian).
23. Kepemimpinan adalah aktifitas mempengaruhi orang-orang agar mau
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Ordway Tead).
24. Kepemimpinan adalah hubungan yang erat ada dalam diri orang atau pemimpin,
mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerja sama secara
sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai keinginan pemimpin (George Terry).
25. Kepemimpinan adalah kemampuan membuat orang-orang bertindak sesuai dengan
keinginan pemimpin (Franklin G. Mooore).
26. Kepemimpinan adalah suatu inisiatif untuk bertidak yang menghasilkan suatu pola yang
konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama (K.
Hemphill).
27. Kepemimpinan adalah bentuk dominasi didasari kemauan pribadi yang sanggup
mendorong atau mengajak orang lain unuk berbuat sesuatu, berdasarkan akseptasi atau
penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus
(Prof. Kimball Young).
28. Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam
mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu, bawahan dipimpin dari bukan dengan
jalan menyuruh atau mondorong dari belakang.
29. Kepemimpinan (leadership) adalah suatu pengaruh yang berhubungan antara para
pemimpin dan pengikut (followers) (Richard L. Daf, 2005).
30. Kepemimpinan adalah suatu upaya menggunakan pengaruh untuk memotivasi orang-orang
guna pencapaian suatu tujuan (Gibson).
31. Kepemimpinan adalah kegiatan pemimpin untuk mengarahkan tingkah laku orang lain ke
suatu tujuan tertentu (Suwardi).
32. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok dalam
pencapaian tujuan (Robbins).
33. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mendapatkan pengikut (Maxwell).
34. Kepemimpinan adalah pengaruh, seni atau proses mempengaruhi orang-orang, sehingga
mereka akan berusaha mencapai tujuan kelompok dengan kemauan dan antusias (Koontz).
35. Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi dan menggerakkan orang lain,
sehingga mereka bertindak dan berperilaku sebagaimana diharapkan, terutama bagi
tercapainya tujuan yang diinginkan.
36. Kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan
dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya (Stoner).
37. Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada
pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
38. Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses
perubahan karakter atau tranformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah
jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri
seseorang.
39. Kepemimpinan merupakan aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar
mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Thoha).
40. Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat
kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka
meyakinkan yang dipimpinnya agar mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin serta merasa
tidak terpaksa (Ngalim Purwanto).
41. Kepemimpinan sebagai kepribadian yang beraksi dalam kondisi kondisi kelompok. Tidak
saja kepemimpinan itu suatu kepribadian dan suatu gejala kelompok; ia juga merupakan suatu
31. proses social yang melibatkan sejumlah orang dalam kontak mental dalam mana seseorang
mendominasi orang-orang lain (E.S. Bogardus “Leader and Leadership”).
42. Kepemimpinan sebagai kemampuan/kesanggupan untuk menangani atau menggarap
orang-orang sedemikian rupa untuk mencapai hasil yang sebesar besarnya dengan sekecilnya
mungkin pergesekan dan sebesar besarnya (sebesar mungkin) kerja sama (F.I. Munson “ The
Management of Man”).
43. Kepemimpinan seorang seni mendorong/mempengaruhi orang orang lain untuk
mengerjakan apa yang dikehendaki seseorang pemimpin untuk dikerjakannya (C.M. Bundel
“Is Leadership losing its importance ?”)
44. Kepemimpinan sebagai proses dengan mana pemimpin mendorong, mempengaruhi
bawahan untuk berprilaku seperti yang dikehendaki (W.G. Bennis “Leadership Theory and
Administration Behavior”)
45. Kepemimpinan mencakup kegiatan mempengaruhi perubahan dalam perbuatan orang-orang
(J.B. NASH “Leadership”).
46. Kepemimpinan muncul sebagai suatu hasil interaksi yang melibatkan prilaku yang
memuat seseorang terangkat keperanan sebagai pemimpin oleh individu- individu lain (H.H.
Jennings “Leadership – a dynamic redefinition”).
47. Kepemimpinan sebagai kekuatan dinamika yang pokok yang mendorong memotivasi, dan
mengkoordinasikan organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuannya (R. C. Davis “ The
Fundamentals of Top Management”).
48. Kepemimpinan adalah manajemen mengenal manusia dengan jalan persuasi dan inspirasi
dan bukannya dengan pengarahan atau semacamnya, atau ancaman, paksaan yang
terselubung (C. Schenk “Leadership” : Infantry Journal. 1928).
49. Kepemimpinan menunjukkan kemampuan mempengaruhi orang-orang dalam mencapai
hasil-hasil melalui himbauan emosional dan bukannya melalui penggunaan
kekerasan/wewenang (C.V. Cleeton & C.W. Mason “Executive Ability its Discovery and
Development).
50. Kepemimpinan adalah seni perlakuan terhadap manusia. Ini adalah seni mempengaruhi
sejumlah orang dengan persuasi atau dengan teladan untuk mengikuti serangkaian tindakan
(N. Copeland “Psychology and the Soldier”).
51. Kepemimpinan adalah kegiatan mempersuasi orang-orang untuk bekerjasama dalam
pencapaian suatu tujuan bersama (H. Kootz & O’ Donnel “ Principles of Management”).
52. Kepemimpinan sebagai suatu bentuk hubungan diantara orang-orang, dimana
mengharuskan seseorang atau lebih bertindak sesuai dengan permintaan pihak lain (C. K.
Warriner “ Leadership in the small Group”, American Journal Soc, 1955).
53. Kepemimpinan dalam arti luas adalah suatu hubungan antara pemimpin dan yang
dipimpin dalam mana pemimpin lebih banyak mempengaruhi dari pada dipengaruhi;
disebabkan karena pemimpin menghendaki yang dipimpin berbuat seperti dia dan tidak
berbuat lain yang dimaui sendiri (H. Gerth & C.W. Mills “Character and Social Structure”).
54. Kepemimpinan sebagai proses pengaturan suatu situasi sedemikian rupa, sehingga
anggota-anggota kelompok termasuk si pemimpin, dapat mencapai tujuan bersama dengan
hasil maksimum dan dengan waktu dan kerja minimum (R. M. Bellows “Creative
Leadership”).
55. Is the process of influencing group activities toward goal setting and goal achievement
(proses mempengaruhi kegiatan kelompok, menuju kearah penentuan tujuan dan mencapai
tujuan) (Ralp M. Stogdill, 1950).
56. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk
mencapai tujuan yang diinginkan (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957).
32. 57. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung
melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum,
Weschler and Nassarik, 1961).
58. Kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu- individu yang
menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja bersama-sama
untuk mencapai tujuan (Fiedler,1967).
59. Kepemimpinan adalah kemampuan mengkoordinasikan dan memotivasi orang-orang dan
kelompok untuk mencapai tujuan yang di kehendaki (John Pfiffner).
60. Kepemimpinan merupakan proses membujuk orang lain untuk mengambil langkah
menuju suatu sasaran bersama (Locke et.al, 1991).
61. Kepemimpinan sebagai suatu perilaku denagn tujuan tertentu untuk mempengaruhi
aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk
memberikan manfaat individu dan organisasi (Sarros dan Butchatsky).
62. Kepemimpinan itu sifatnya spesifik, khas, diperlukan bagi satu situasi khusus. Sebab
dalam suatu kelompok yang melakukan aktivitas¬aktivitas tertentu, dan mempunyai suatu
tujuan serta peralatan¬peralatan yang khusus. Pemimpin kelompok dengan ciri-ciri
karakteristik itu merupakan fungsi dari situasi khusus (Kartini Kartono, 1994).
63. Kepemimpinan adalah pengawasan dan pemeliharaan suatu struktur dalam harapan dan
interaksi. (Stogdill, 1974).
64. Kepemimpinan adalah kemampuan yang sanggup untuk meyakinkan orang lain supaya
bekerjasama dibawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan tertentu (James
M. Black,1961).
65. Kepemimpinan menunjukkan kemampuan mempengaruhi orang-orang dan mencapai
hasil melalui himbauan emosional dan ini lebih baik dibandingkan dengan penggunaan
kekuasaan (G. U. Cleeton dan C.W Mason, 1934).
66. Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses membujuk (inducing) orang-orang lain
untuk mengambil langkah menuju sasaran bersama (Locke & Associates, 1997).
67. Kepimpinan sebagai proses pemujukan dimana individu-individu meragnsang
kumpulannya meneruskan objektif yang ditetapkan oleh pemimpin dan dikongsi bersama
oleh pemimpin dan pengikutnya (John W. Gardner, 1990).
68. Kepemimpinan adalah suatu proses saling mendorong melalui keberhasilan interaksi dari
perbedaan perbedaan individu, mengontrol daya manusia dalam mengejar tujuan bersama (P.
Pigors, 1935).
69. Kepemimpinan menunjukan kemampuan mempengaruhi orang-orang dan mencapai hasil
melalui himbauan emosional dan ini lebih baik dibandingkan dengan penggunaan kekuasaan
(G. U. Cleeton dan C.W Mason, 1934).
70. Kepemimpinan adalah proses orang-orang diarahkan ,dipimpin, dan dipengaruhi dalam
pemilihan dan pencapaian tujuan (Theo Haiman & William G.Scott, 1974).
71. Kepemimpinan adalah aktifitas para pemegang kekuasaan dan membuat keputusan
(Duben, 1954).
72. Inti kepemimpinan adalah mempengaruhi kegiatan orang-orang lain (F.A.Nigro, 1965).
73. Kepemimpinan adalah cara mempengaruhi tingkah laku manusia supaya perjuangan itu
dapat dilaksanakan mengikut kehendak pemimpin (Reed, 1976).
74. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan kegiatan kelompok mencapai
tujuan organisasi dengan efektifitas maksimum dan kerjasama dari tiap-tiap individu
(G.L.Feman & E.Kaylor, 1950).
75. Kepemimpinan sebagai suatu hubungan antar pribadi dalam mana pihak lain mengadakan
penyesuaian karena mereka berkeinginan untuk itu, bukannya karena mereka harus berbuat
demikian (R.K. Merton “ The Social Nature of Leadership”, American Journal of Nuns,
1969).
33. 76. Kepemimpinan adalah suatu proses saling mendorong yang mengontrol daya manusia
dalam mengejar tujuan bersama, melalui interaksi yang berhasil dari perbedaan-perbedaan
individual (P. Pigors “Leadership and Domination”).
77. Kepemimpinan sebagai faktor manusiawi yang mengikat suatu kelompok menjadi satu
dengan memotivasinya kearah tujuan-tujuan (Keth Davis “Human Relations at Work”).
78. Kepemimpinan adalah proses memepengaruhi aktivitas seseorang atau kelompok orang
untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Formulasi kepemimpinan adalah fungsi
pemimpin, pengikut dan variable situasional lainnya (Hersey dan Blanchard, 1992).
79. Kepemimpinan adalah sebuah proses pembelajaran dan praktek, bukanlah sebuah posisi
ataupun jabatan yang diberikan.
80. Kepemimpinan adalah aksi dan pengaruh yang berbasis ke logika dan juga inspirasi..
81. Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemensumber daya manusia yaitu
membuat orang lain menyelesaikan pekerjaan, mempertahankan semangat kerja dan
memotivasi bawahan (Dessler, 1997).
82. Kepemimpinan yaitu sebagai proses mempengaruhi, yaitu mempengaruhi interpretasi
mengenai peristiwa bagi para pengikut, pilihan dari sasaran bagi kelompok atauorganisasi,
pengorganisasian dari aktivitas-aktivitas kerja untuk mencapai sasaran, pemeliharaan
hubungan kerjasama dan team work serta perolehan dukungan dan kerjasama dari orang-orang
yang beradadiluar kelompok atau organisasi (Yulk, 1998).
83. Kepemimpinan adalah proses mendorong danmembantu orang lain untuk bekerja dengan
antusias mencapai tujuan (Davis dan Newstrom).
84. Kepemimpinan adalah kemampuan seseoranguntuk mempengaruhi orang lain sedemikian
rupa sehingga orang lain mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal
itutidak disenanginya (Siagian, 2004).
85. Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar
mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi (Hasibuan,
2005).
86. Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi,
memotivasi, dan memungkinkan orang-orang memberikan
kontribusi terhadap keefektifan dan kesuksesan organisasi (House et al, 1999).
87. Kepemimpinan resmi (formal leadership) merupakan kepemimpinan yang tersimpul
didalam suatu jabatan. Sedangkan kepemimpinan tidak resmi (informal leadership)
merupakan kepemimpinan yang mempunyai ruang lingkup tanpa batas-batas resmi yang
didasarkan atas pengakuan dan kepercayaan dari masyarakat (Ahmadi, 2002).
88. Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi efektivitas kerja seorang atau kelompok
orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu (Agus Dhanna,1992),
89. Kepemimpinan merupakan latihan (exercise) yang memobilisasi orang-orang secara
institusional, politik, psikologis, dan sumber daya lain sedemikian rupa, untuk
membangkitkan, mengikutsertakan, dan memuaskan motif-motif para pengikut (Burns,
1978).
90. Kepemimpinan adalah hubungan di mana satu orang yakni pemimpin mempengaruhi
pihak lain untuk bekerja sama secara suka rela dalam usaha mengerjakan tugas-tugas yang
berhubungan untuk mencapai hal yang diinginkan oleh pemimpin (Winardi, 2000).
91. Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seorang pemimpin
yang berupa sifat-sifat tertentu seperti kepribadian, kemampuan, dan kesanggupan
(Wahjosumidjo, 1984)
92. Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan pemimpin yang tidak dapat dipisahkan
dengan kedudukan serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.
93. Kepemimpinan (leadership) adalah proses memotivasi orang lain untuk mau bekerja
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Griffin dan Ebert).
34. 94. Kepemimpinan adalah suatu upaya merealisasikan tujuan perusahaan dengan memadukan
kebutuhan para individu untuk terus tumbuh berkembang dengan tujuan organisasi (Lindsay
dan Patrick).
95. Kepemimpinan merupakan suatu kreasi yang berkaitan dengan pemahaman dan
penyelesaian atas permasalahan internal dan eksternal organisasi (Peterson et.all).
96. Kepemimpinan adalah suatu proses yang kompleks mempengaruhi orang-orang lain
untuk menunaikan suatu misi, tugas atau tujuan dan mengarahkan organisasi yang
membuatnya lebih kohesif dan koheren.
97. Dalam “A Handbook of Leadership” yang dikutip oleh Prof. Drs. S. Pamuji, MPA,
a. Leadership As A Focus Of Group Process (Kepemimpinan sebagai titik pusat proses
kelompok.
b. Leadership As Personality And Its Effects (Kepemimpinan sebagai kepribadian seseorang
yang memiliki sejumlah perangai (Traits) dan watak (Character) yang memadai dari suatu
kepribadian)
c. Leadership As The Art Of Inducing Comliance (Kepemimpinan sebagai seni untuk
menciptakan kesesuaian paham, kesepakatan)
d. Leadership As The Exercise Of Its Influence (Kepemimpinan sebagai pelaksanaan
pengaruh)
e. Leadership As Act Or Behavior (Kepemimpinan sebagai tindakan atau prilaku)
f. Leadership As A From Of Persuasion (Kepemimpinan adalah bentuk persuasi)
g. Leadership As A Power Relation (Kepemimpinan sebagai suatu hubungan
kekuasaan/kekuatan)
h. Leadership Is An Instrumental Of Goal Achievement (Kepemimpinan adalah sarana
pencapaian tujuan)
i. Leadership As An Effect Of Interaction (Kepemimpinan adalah suatu hasil dari interaksi)
j. Leadership As A Deferentiated Role (Kepemimpinan adalah peranan yang dipilahkan)
k. Leadership As The Initiation Of Structur (Kepemimpinan sebagai awal dari pada struktur)
98. Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses hubungan antar pribadi yang di
dalamnya seseorang mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan khususnya perilaku orang lain
(Ott, 1996).
99. Kepemimpinan adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan segenap kemampuan
yang dimilikinya untuk mempengaruhi, mendorong, mengarahkan dan menggerakan
individu- individu supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dan kepercayaan
dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi (Burhanuddin).
100. Kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi dan
mempengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada
pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus
dilakukan (Hadari Nawawi).
http://kesmas-unsoed.info/2011/12/pengertian-kepemimpinan-menurut-para-ahli.html
Makalah Tentang Kepemimpinan
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
35. Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau
berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam
kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis
anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu
dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang
harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di
anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik &
mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan
dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola
dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang
berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik.
Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan
seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang penulis dapatkan.
Permasalahan tsb antara lain :
Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin?
Adakah teori – teori untuk menjadi pemimpin yang baik?
Apa & bagaimana menjadi pemimpin yang melayani?
Apa & bagaimana menjadi pemimpin sejati?
Bagaimana hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan?
I.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah
Melatih mahasiswa menyusun paper dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas
mahasiswa.
Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang
kepemimpinan dan kearifan lokal.
36. I.4 METODE PENULISAN
Dari banyak metode yang penulis ketahui, penulis menggunakan metode kepustakaan. Pada zaman
modern ini metode kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan tapi dapat pula dilakukan
dengan pergi ke warung internet (warnet). Penulis menggunakan metode ini karena jauh lebih
praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk mencari bahan dan data – data tentang topik
ataupun materi yang penulis gunakan untuk karya tulis ini.
I.5 RUANG LINGKUP
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang penulis miliki maka ruang lingkup karya tulis
ini terbatas pada pembahasan mengenai kepemimpinan dan kearifan lokal
.BAB II
PEMBAHASAN
II.1 HAKIKAT KEPEMIMPINAN
Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan
pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata
tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.
Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :
Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang
kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya
dalam mencapai tujuan.
Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal
untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab,
supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan
mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk
masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari
berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide
ketuhanan yang berlainan.
Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang
lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen
atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
37. Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong,
menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari
kepemimpinan Pancasila adalah :
Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya
menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.
Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat
berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang
diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia
tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya.
Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin adalah
orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau
mengatur orang lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain
untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi
dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak
lainnya.”The art of influencing and directing meaninsuch away to abatain their willing obedience,
confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”. Kepemimpinan
adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk
memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan
tugas – Field Manual 22-100.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa
yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang
dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk
menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor.
Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang
atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya,
atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun
gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi
yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya
fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
- Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan menyediakan
fasilitasnya.
38. - Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing,
commanding, controling, dsb.
II.2 TEORI KEPEMIMPINAN
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang
kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang teori
dan gaya kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai
referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :
Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian
pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan
Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang
kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya,
teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang
berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan
tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara
lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan organisasi, antara lain :
o Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang
tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai
kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada
umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pengikutnya.
o Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal
maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang
matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah
dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
o Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
39. Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi
serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian
tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
o Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para
pengikutnya mampu berpihak kepadanya
Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini
memiliki kecendrungan kearah 2 hal.
o Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang
pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh
gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi
masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
o Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang
memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan
mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan
dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang
pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil
yang tinggi pula.
Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab
dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain
baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk
melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus
bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif
antara pemimpin dengan pengikutnya.
40. Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan
tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang
menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya
kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan
orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda – beda
atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa
gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan
pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi
ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah digunakan
gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau
punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat
menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian
manusiawi.
Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.
Otokratis
Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai
keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan.
Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi
kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang diperintahkan.
Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan hukuman.
Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya memungkinkan pengambilan
keputusan dengan cepat serta memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang
kompeten.
Partisipasif
Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang
diambil tidak bersifat sepihak.
Demokrasi
Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan
pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang
demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan
dapat mengarahkan diri sendiri.
Kendali Bebas
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat
longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan tanggung –
jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan
menanggulangi masalahnya sendiri.
41. Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu
gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan orientasi tugas.
Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan kerja pegawai dapat
ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para
pemimpin yang berorientasi tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil
dengan tetap membuat orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.
Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak selamanya merupakan
pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan suatumodel pengecualian dari ketiga gaya
kepemimpinan diatas,yakni model kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya
kepemimpinan yang paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan
teorinya ini fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara orientasi
pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan organisasi. Ketiga variabel itu
adalah hubungan antara pemimpin dengan anngota ( Leader – member rolations), struktur tugas
(task strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader position power). Variabel pertama ditentukan
oleh pengakuan atau penerimaan (akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel kedua
mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik untuk melakukan pekerjaan, variabel ketiga
menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada posisi pemimpin.
Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan
Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari
hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan (muturity)
pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui kepemimpinan
situasional, karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya,
akan tetapi sebagai kelompok , pengikut dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki
pemimpin.
Menurut Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing – masing
gaya kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadari bahwa setiap
orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit untuk mengubahnya meskipun
perlu.
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang. Salah
satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya dari
sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin
memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya
tersebut adalah
Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki
pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda berada di bawah
tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus dikerjakan.
Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat
menimbulkan kebingungan dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan,
42. pemimpin memberikan aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di
lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga
menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan
juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita telah lebih
termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan
kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu
membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan mereka.
Supporting
Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam
melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi
tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini
akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang dituntut dan telah
mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam hal ini kita perlumeluangkan
waktu untuk berbincang – bincang, untuk lebih melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan
kerja, serta mendengarkan saran – saran mereka mengenai peningkatan kinerja.
Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung
jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya
telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka menjalankan tugas
atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat tergantung dari
lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari bawahannya. Maka kemudian
timbul apa yang disebut sebagai ”situational leadership”. Situational leadership mengindikasikan
bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari orang – orang yang dipimpinnya.
Ditengah – tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya perilaku
staf / individu yang berbeda – beda), maka untuk mencapai efektivitas organisasi, penerapan
keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan keadaan. Inilah yang
dimaksud dengan situasional lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini,
seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni :
Kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman dan
motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampuan untuk
menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap situasi.
43. Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada
bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita terapkan.
Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang
pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran interpersonal, peran
pengolah informasi (information processing), serta peran pengambilan keputusan (decision making)
(Gordon, 1996 : 314-315).
Peran pertama meliputi :
Peran Figurehead Sebagai simbol dari organisasi
Leader Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya
Liaison Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan
organisasi.
Sedangkan peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :
Monitior Memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi perusahaan, atau
berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.
Disseminator Menyampaikan informasi, nilai – nilai baru dan fakta kepada bawahan.
Spokeman Juru bicara atau memberikan informasi kepada orang – orang di luar
organisasinya.
Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :
Enterpreneur Mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi.
Disturbance Handler Mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi sedang
dalam keadaan menurun.
Resources Allocator Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi, uang dan waktu
dengan melakukan penjadwalan, memprogram tugas – tugas bawahan, dan mengesahkan
setiap keputusan.
Negotiator Melakukan perundingan dan tawar – menawar.
Dalam perspektif yang lebih sederhana, Morgan ( 1996 : 156 ) mengemukakan 3 macam peran
pemimpin yang disebut dengan 3A, yakni :
Alighting Menyalakan semangat pekerja dengan tujuan individunya.
44. Aligning Menggabungkan tujuan individu dengan tujuan organisasi sehingga setiap orang
menuju ke arah yang sama.
Allowing Memberikan keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan mengubah cara
kerja mereka.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa.
Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti.
Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi
mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang
memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya,
bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Maka jika ingin menjadi pemimpin yang baik
jangan pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa mengubah orang lain dengan
efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan bagus, kokoh, megah, karena ada pondasinya.
Maka sibuk memikirkan membangun umat, membangun masyarakat, merubah dunia akan menjadi
omong kosong jika tidak diawali dengan diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri
adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.
II.3 KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI
Merenungkan kembali arti makna kepemimpinan, sering diartikan kepemimpinan adalah jabatan
formal, yang menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya
dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan
adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak
ada pemimpin yang sungguh – sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan
yang melayani.
A. Karakter Kepemimpinan
Hati Yang Melayani
Kepemimpianan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu
transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan yang melayani dimulai
dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah
pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin yang diterima
oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali kita saksikan betapa banyak pemimpin yang mengaku
wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa
yang diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam pemilu tidak sama dengan yang
dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya.
Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan – kawan, ada sejumlah ciri –ciri dan nilai
yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani ,yaitu tujuan utama
seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya. Orientasinya adalah