3. BAB 1
PENDAHULUAN
Kurikulumsebagai rancanganpendidikanmempunyaikedudukanyangsangatstrategisdalam
seluruhaspekkegiatanpendidikan.Mengingatpentingnyaperanankurikulumdalampendidikan,
maka dalampenyusunannyaharusmengacupadalandasanyangkokohdan kuat.Landasan
pengembangankurikulumtidakhanyadiperlukanbagi parapenyusunkurikulum(makro) atau
kurikulumtertulisyangseringdisebutjugasebagai kurikulumideal,akantetapi jugaharusdipahami
dan dijadikandasarpertimbanganolehparapelaksanakurikulum(mikro)yaituparapengawas
pendidikandanparaguruserta pihak-pihaklainnyayangterkaitdengantugas-tugaspengelolaan
pendidikan,sebagai bahanuntukdijadikaninstrumendalammelakukanpembinaanterhadap
implementasi kurikulumdi setiapjenisdanjenjangpendidikan.Denganposisinyayangpenting
tersebut,makapenyusunandanpengembangankurikulumtidakbisadilakukansecarasembarangan,
akan tetapi harusdidasarkanpadaberbagai pertimbangan,ataulandasanagardapat dijadikandasar
pijakandalammenyelenggarakanprosespendidikan,sehinggadapatmemfasilitasitercapainya
tujuanpendidikandanpembelajaransecaralebihefisiendanefektif.
Landasanpengembangankurikulummemiliki perananyangsangatpenting,sehinggaapabila
kurikulumdiibaratkansebagai sebuahbangunangedungyangtidakmenggunakanlandasanatau
fundasi yangkuat,maka ketikaditerpaanginatauterjadi goncangan,bangunangedungtersebut
akan mudahrubuhdan rusak.Demikianpulahalnyadengankurikulum,apabila tidakmemiliki dasar
pijakanyangkuat,maka kurikulumtersebutakanmudahterombang-ambingdanyangakan
dipertaruhkanadalahmanusia(pesertadidik) yangdihasilkanolehpendidikanitusendiri. Hornbyc.s
dalam“The Advance Learner’s Dictionary of Current English” (RedjaMudyahardjo,2001:8)
mengemukakandefinisi landasansebagai berikut:“Foundation…thaton whichan ideaor belief
rest;an underlyingprinciple‟sasthe foundationsof religiousbelief;the basisorstartingpoint…”.
Jadi menurutHornbylandasanadalahsuatugagasan atau kepercayaanyangmenjadi sandaran,
sesuatuprinsipyangmendasari,contohnyasepertilandasankepercayaanagama,dasaratau titik
tolak.Dengandemikianlandasanpengembangankurikulumdapatdiartikansebagaisuatugagasan,
suatuasumsi,atau prinsipyangmenjadi sandaranatautitiktolakdalammengembangkankurikulum.
RobertS. Zais(1976) mengemukakanempatlandasanpengembangankurikulum, yaitu: Philosophy
and the nature of knowledge, society and culture, the individual, dan learning theory. Dengan
berpedomanpadaempatlandasantersebut,makadibuatmodel yangdisebut“an eclectic model
of the curriculum and its foundation.”
Kurikulumsebagai suatusistemterdiriatasempatkomponen,yaitu:komponentujuan(aims,
goals, objectives), isi/materi (contents),prosespembelajaran(learning activities),dan komponen
evaluasi (evaluations).Agarsetiapkomponenbisamenjalankanfungsinyasecaratepatdan
bersinergi,makaperluditopangolehsejumlahlandasan(foundations),yaitulandasanfilosofis
sebagai landasanutama,masyarakatdankebudayaan,individu(pesertadidik),danteori-teori
belajar.Tyler(1988) mengemukakanpandanganyangeratkaitannyadenganbeberapaaspekyang
melandasi suatukurikulum(school purposes),yaitu:
“Use of philosophy, studies of learners, suggestions from subject specialist, studies of
contemporary life, dan use of psychology of learning”.
Berdasarkanperbandingankeduapendapatdi atas,secaraumumdapat disimpulkanbahwa
landasanpokokdalampengembangankurikulumdikelompokkanke dalamempatjenis,yaitu:
landasanfilosofis,landasanpsikologis,landasansosiologis,danlandasanilmupengetahuandan
teknologi (iptek).
4. BAB II
PEMBAHASAN
1. Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum
a. Pengertian dan Cabang-Cabang Filsafat
Istilahfilsafatadalahterjemahandari bahasaInggris
“phylosophy”yangberasal dari perpaduanduakataYunani Purba “philien”yangberarti cinta(love),
dan “sophia”(wisdom) yangberarti kebijaksanaan.Jadi secaraetimologifilsafatberarti cinta
kebijaksanaan atau love of wisdom (RedjaMudyahardjo,2001:83). Secara operasional filsafat
mengandungduapengertian,yaknisebagai proses(berfilsafat) dansebagai hasil berfilsafat(sistem
teori atau pemikiran).Duadari limadefinisi filsafatyangdikemukakanTitusmenunjukkan
pengertiandi atas:“Phylosophy is a method of reflective thinking and reasoned inquiry; …
philosophy is a group of theories or system of thought” (KurniasihdanTatangSyaripudin,
2007:73). Dalam kaitannyadengandefinisi filsafatsebagai proses,Socratesmengemukakanbahwa
filsafatadalahcara berpikirsecararadikal,menyeluruh,danmendalamataucara berpikiryang
mengupassesuatusedalam-dalamnya.
Berdasarkanluaslingkupyangmenjadi objekkajiannya,filsafatdapatdibagi dalamdua
cabang besar,yaitu:1) FilsafatUmumatau FisafatMurni,dan 2) FilsafatKhususatauFilsafat
Terapan.
Cabang FilsafatUmumterdiri atas:
1) Metafisika, membahas hakikat kenyataan atau realitas yang meliputi (1) metafisika umum atau
ontologi, dan (2) metafisika khusus yang meliputi kosmologi (hakikat alam semesta), teologi
(hakikat ketuhanan) dan antrofologi filsafat (hakikat manusia).
2) Epistemologidanlogika,membahashakikatpengetahuan(sumberpengetahuan,metodemencari
pengetahuan, kesahihan pengetahuan, dan batas-batas pengetahuan); dan hakikat penalaran
(induktif dan deduktif).
3) Aksiologi,membahashakikatnilai dengancabang-cabangnyaetika(hakikatkebaikan),dan estetika
(hakikat keindahan).
Cabang-cabangfilsafatkhususataufilsafatterapan,pembagiannyadidasarkanpadakekhususan
objeknyaantara
lain:filsafathukum,filsafatsejarah,filsafatilmu,filsafatreligi,filsafatmoral,filsafatilmu,dan
filsafatpendidikan.
b. Manfaat Filsafat Pendidikan
Filsafatpendidikanpadadasarnyaadalahpenerapandari pemikiran-pemikiranfilsafatuntuk
memecahkanpermasalahanpendidikan.Dengandemikianfilsafatmemiliki manfaatdan
memberikankontribusiyangbesar terutamadalammemberikankajiansistematisberkenaandengan
kepentinganpendidikan.Nasution(1982) mengidentifikasi beberapamanfaatfilsafatpendidikan,
yaitu:
1) Filsafatpendidikandapatmenentukanarahakandibawake mana anak-anakmelalui pendidikan
di sekolah? Sekolah ialahsuatu lembaga yang didirikan untukmendidik anak-anakke arah yang
dicita-citakan oleh masyarakat, bangsa, dan negara.
2) Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat yang dianut, kita mendapat
gambaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai. Manusia yang bagaimanakah yang harus
diwujudkan melalui usaha-usaha pendidikan itu?
3) Filsafatdantujuanpendidikan memberi kesatuan yang bulat kepada segala usaha pendidikan.
5. 4) Tujuan pendidikan memungkinkan si pendidik menilai usahanya, hingga manakah tujuan itu
tercapai.
5) Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi kegiatan-kegiatan pendidikan.
c. Filsafat dan Tujuan Pendidikan
Pandangan-pandanganfilsafatsangatdibutuhkandalampendidikan, terutamadalam
menentukanarahdantujuanpendidikan.Filsafatakanmenentukanarahke manapesertadidikakan
dibawa.Untukituharus ada kejelasantentangpandanganhidupmanusiaatautentanghidupdan
eksistensinya.
Filsafatataupandanganhidupyangdianutolehsuatubangsaatau kelompokmasyarakat
tertentuataubahkanyang dianutolehperoranganakansangatmempengaruhi tujuanpendidikan
yang ingindicapai.Sedangkantujuanpendidikan sendiri padadasarnyamerupakanrumusanyang
komprehensif mengenaiapayangseharusnyadicapai.
Tujuanpendidikanmemuatpernyataan-pernyataanmengenai berbagaikemampuanyang
diharapkandapatdimilikiolehpesertadidikselarasdengansistemnilai danfalsafahyangdianutnya.
Dengandemikian,sistemnilai ataufilsafatyangdianutolehsuatukomunitasakanmemiliki
keterkaitanyangsangateratdenganrumusantujuanpendidikanyangdihasilkannya.Dengankata
lain,filsafatsuatunegaratidakbisadipungkiri akanmempengaruhitujuanpendidikandi negara
tersebut.Olehkarenaitu,tujuanpendidikandi suatunegaraakanberbedadengantujuan
pendidikandi negaralainnya,sebagai implikasidari adanyaperbedaanfilsafatyangdianutnya.
Berkaitandengantujuanpendidikan,terdapatbeberapapendapatyangbisadijadikankaji
bandingsebagai sumberdalammerumuskantujuanpendidikan.HerbertSpencer(Nasution,1982)
mengungkapkanlimakajiansebagai sumberdalammerumuskantujuanpendidikan,yaitu:
1) Self-Preservation, yaitu individuharus dapat menjaga kelangsungan hidupnya dengan sehat,
mencegah penyakit, dan hidup secara teratur.
2) Securing the necessities of life, yaitu individu harus sanggup mencari nafkah dan memenuhi
kebutuhan hidup dengan melakukan suatu pekerjaan.
3) Rearing of family, yaitu individu harus mampu menjadi ibu atau bapak yang sanggup
bertanggung jawab atas pendidikan anaknya dan kesejahteraan keluarganya.
4) Maintaining proper social and political relationships, artinya setiap individu adalahmakhluk
sosial yang hidup dalam lingkungan masyarakat dan negara.
5) Enjoying leisure time,yaituindividuharussanggupmemanfaatkanwaktusenggangnyadengan
memilih kegiatankegiatan yang menyenangkan dan menambah kenikmatan dan kegairahan
hidup.
The UnitedStatesOffice of Education(1918) telahmencanangkantujuanpendidikanmelalui
“Seven Cardinal
Principles”, yaitu:
1) Health, yaitu sekolah diwajibkan mempertinggi taraf kesehatan murid-murid.
2) Command of fundamental processes, yaitu penguasaan kecakapan pokok-pokok yang
fundamental seperti: menulis, membaca, dan berhitung.
3) Worthy home membership,yaitumendidikanak-anakmenjadi anggotakeluargayangberharga,
sehingga berguna bagi masyarakat.
4) Vocational efficiency, yaituefisiensi dalampekerjaansehinggadalamwaktuyangsingkatdapat
mencapai hasil yang banyak dan memuaskan.
5) Citizenship, yaitu usaha mengembangkan bangsa menjadi warga yang baik.
6. 6) Worthy use of leisure, yaitu memanfaatkan waktu senggang dengan baik yang senantiasa
bertambah panjang berhubung dengan industrialisasi yang lebih sempurna.
7) Satisfaction of religious needs, yaitu pemuasan kehidupan keagamaan.
TujuanPendidikanNasionalIndonesiabersumberpadapandanganhidupbermasyarakat,
berbangsa,danbernegarayaitu Pancasila.Ini berarti bahwapendidikandi Indonesiaharus
membawapesertadidikagarmenjadi manusiayangber-Pancasila.Dengankatalain,landasandan
arah yang ingindiwujudkanolehpendidikandi Indonesiaadalahyangsesuai dengankandungan
falsafahPancasilaitusendiri.Nilai-nilaifilsafatPancasilayangdianutbangsaIndonesiadicerminkan
dalamrumusantujuanpendidikannasional sepertitertuangdalamUU No.20 tahun 2003 tentang
SistemPendidikanNasional,yaitu:PendidikannasionalberdasarkanPancasiladanUndang-Undang
Dasar NegaraRepublikIndonesiatahun1945. PendidikanNasionalberfungsi mengembangkan
kemampuandanmembentukwataksertaperadabanbangsayangbermartabatdalamrangka
mencerdaskankehidupanbangsa,bertujuanuntukberkembangnyapotensi pesertadidikagar
menjadi manusiayangberimandanbertaqwakepadaTuhanYangMaha Esa, berakhlakmulia,sehat,
berilmu,cakap,kreatif,mandiri,danmenjadi warganegarayangdemokratissertabertanggung
jawab(Pasal 2 dan 3). Dalam rumusantujuanpendidikannasional tersebut,tersuratdantersirat
nilai-nilaiyangterkandungdalamrumusanPancasila.
Rumusantujuantersebutmerupakankeinginanluhuryangharusmenjadi inspirasi dan
sumberbagi para guru, kepalasekolah,parapengawas pendidikan,danparapembuatkebijakan
pendidikanagardalammerencanakan,melaksanakan,membinadanmengembangkankurikulum
senantiasakonsekuendankonsistenmerefleksikannilai-nilaiyangterkandungdalamrumusan
tujuanpendidikannasional.Melaluirumusantujuanpendidikannasional di atas,jelaslahbahwa
pesertadidikyangingindihasilkanolehsistempendidikankita,antaralainuntukmelahirkan
manusiayangberiman,bertaqwa,berilmu,danberamal dalamkondisi yangserasi,selaras,dan
seimbang.Di sinilahpentingnyafilsafatsebagaipandanganhidupmanusiadalamhubungannya
denganpendidikandanpembelajaran.
d. Kurikulum dan Filsafat Pendidikan
Kurikulumpadahakikatnyaadalahalatuntukmencapai tujuanpendidikan.Karenatujuan
pendidikansangatdipengaruhiolehfilsafatataupandanganhidupsuatubangsa,makakurikulum
yang dikembangkanjugaharusmencerminkanfalsafahataupandanganhidupyangdianutoleh
bangsatersebut.Olehkarenaitu,terdapathubunganyangsangateratantara kurikulumpendidikan
di suatu negaradenganfilsafatnegarayangdianutnya.Sebagai contohpadawaktuBangsaIndonesia
dijajaholehBelanda,makakurikulumyangdianutpadamasaitusangat berorientasi pada
kepentinganpolitikBelanda.Demikianpulapadasaatnegarakita dijajahJepang,makaorientasi
kurikulumnyadisesuaikandengankepentingandansistemnilai yangdianutolehnegaraMatahari
Terbittersebut.SetelahIndonesiamencapai kemerdekaannyayangsecarabulatdanutuh
menggunakanPancasilasebagaidasardanfalsafahhidupdalambermasyarakat,berbangsadan
bernegara,makakurikulumpendidikanpundisesuaikandengannilai-nilaiPancasilaitusendiri.
Perumusantujuanpendidikan,penyusunanprogrampendidikan,pemilihandanpenggunaan
pendekatanataustrategi pendidikan,perananyangharusdilakukanpendidik/pesertadidik
senantiasaharussesuai denganfalsafahhidupbangsaIndonesia,yaituPancasila.
Keberadaanaliran-aliranfilsafatlainnyadalampengembangankurikulumdi Indonesiadapat
digunakansebagai acuan, akantetapi hendaknyadipertimbangkandandikajikesesuaiannyadengan
nilainilai falsafahhidupbangsaIndonesia,karenaapabilatidaksemuanyakonsepaliranfilsafatdapat
diadopsi danditerapkandalamsistempendidikankita.
7. e. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan
Pengembangankurikulummembutuhkanfilsafatsebagai acuanataulandasanberpikir.Kajian-
kajianfilosofistentangkurikulumakanberupayamenjawabpermasalahan-permasalahansekitar:(1)
bagaimanaseharusnyatujuanpendididikanitudirumuskan,(2) isi ataumateri pendidikanyang
bagaimanayangseharusnyadisajikankepadasiswa,(3) metode pendidikanapayangseharusnya
digunakanuntukmencapai tujuanpendidikan,dan(4) bagaimanaperananyangseharusnya
dilakukanpendidikdanpesertadidik.
Jawabanatas permasalahantersebutakansangatbergantungpadalandasanfilsafatmana
yang digunakansebagai asumsi atausebagai titiktolakpengembangankurikulum.Landasanfilsafat
tertentubesertakonsep-konsepnyayangmeliputi konsepmetafisika,epistemologi,logikadan
aksiologi berimplikasi terhadapkonsep-konseppendidikanyangmeliputirumusantujuan
pendidikan,isi pendidikan,metodependidikan,perananpendidikdanpesertadidik.Konsep
metafisikaberimplikasi terhadapperumusantujuanpendidikanterutamatujuanumumpendidikan
yang rumusannyaideal danumum;konsephakikatmanusiaberimplikasikhususnyaterhadap
perananpendidikdanpesertadidik;konseptentanghakikatpengetahuanberimplikasi terhadapisi
dan metode pendidikan;dankonsepaksiologiberimplikasiterutamaterhadapperumusantujuan
umumpendidikan.
MenurutRedjaMudyahardjo(1989) terdapattigasistempemikiranfilsafatyangsangatbesar
pengaruhnyadalampemikiranpendidikanpadaumumnya,danpendidikandi Indonesiapada
khususnya,yaitu:Idealisme, Realisme,danPragmatisme.RedjaMudyahardjo (2001) merangkum
konsep-konsepketigaaliranfilsafattersebutdanimplikasinyaterhadappendidikansebagaiberikut:
1) Idealisme
a) Konsep-konsep Filsafat
(1) Metafisika (hakikat realitas): Realitas atau kenyataan yang sebenarnya bersifat spititual
atau rohaniah.
(2) Humanologi (hakikat manusia): Jiwa dikaruniai kemampuan berpikir/rasional.
Kemampuan berpikir menyebabkan adanya kemampuan memilih.
(3) Epistemologi (hakikat pengetahuan): Pengetahuan yang benar diperoleh melalui intuisi
dan pengingatan kembali melalui berpikir. Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh
beberapa orang yang mempunyai akal pikiran yang cemerlang; sebagian besar manusia
hanya sampai pada tingkat pendapat.
(4) Aksiologi (hakikatnilai):Kehidupanmanusiadiaturolehkewajibanmoral yangditurunkan
dari pandangantentang kenyataanataumetafisika.Hakikatnilaibersifatabsolut/mutlak.
b) Konsep-konsep Pendidikan
(1) Tujuan pendidikan:Tujuan-tujuanpendidikanformal daninformal,pertama-tamaadalah
pembentukan karakter, dan kemudian tertuju pada pengembangan bakat dan kebajikan
sosial.
(2) Isi pendidikan: Pengembangan kemampuan berpikir melalui pendidikan liberal atau
pendidikan umum, penyiapan keterampilan bekerja sesuatu mata pencaharian melalui
pendidikan praktis.
(3) Metode pendidikan: Metode pendidikan yang disusun adalah metode dialektik/dialogik,
meskipundemikiansetiapmetodeyangefektifmendorongbelajardataditerima(eklektif).
Cnderung mengabaikan dasar-dasar fisiologis dalam belajar.
8. (4) Peranan peserta didik dan pendidik: Peserta didik bebas mengembangkan bakat dan
kepribadiannya. Pendidik bekerja sama dengan alam dalam proses pengembangan
kemampuan ilmiah. Tugas utama pendidik adalah menciptakan lingkungan yang
memungkinkan peserta didik dapat belajar secara efisien dan efektif.
2) Realisme
a) Konsep-konsep Filsafat
(1) Metafisika (hakikat realitas): Realitas atau kenyataan yang sebenarnya bersifat fisikatau
materi.
(2) Humanologi (hakikat manusia): Hakikat manusia terletak pada apa yang dapat
dikerjakannya.Jiwamerupakansebuahorganisme yangsangatkompleksyangmempunyai
kemampuan berpikir. Manusia mungkin mempunyai kebebasan atau tidak mempunyai
kebebasan.
(3) Epistemologi (hakikat pengetahuan): Pengetahuan diperoleh melalui penginderaan
dengan menggunakan pikiran. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan
memeriksa kesesuaiannya dengan fakta.
(4) Aksiologi (hakikat nilai): Tingkah laku manusia diatur oleh hukum alam yang diperoleh
melalui ilmu;danpadataraf yanglebihrendahdiaturolehkebiasaan-kebiasaanatauadat-
istiadat yang telah teruji dalam kehidupan.
b) Konsep-konsep Pendidikan
(1) Tujuanpendidikan:Tujuanpendidikanadalahdapatmenyesuaikandiri secaratepatdalam
hidup dan dapat melaksanakan tanggung jawab sosial
(2) Isi pendidikan: Isi pendidikan adalah kurikulum komprehensif yang berisi semua
pengetahuanyangbergunabagi penyesuaiandiri dalamhidupdantanggungjawabsosial.
Kurikulum berisi unsure-unsur pendidikan liberal/pendidikan umum untuk
mengembangkan kemmapuan berpikir, dan pendidikan praktis untuk kepentingan
bekerja.
(3) Metode pendidikan didasarkan pada pengalaman langsung maupu tidak langsung.
Metode mengajar hendaknya bersifat logis, bertahap atau berurutan. Pembiasaan
merupakan sebuah metode pokok yang dipergunakan oleh penganut realism.
(4) Perananpesertadidikdanpendidik:Dalamhubungannyadenganpembelajaran,peranan
peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang dapat berubah-ubah. Peserta didik
perlu mempunyai disiplin mental dan moral untuk setiap tingkat kebajikan. Peranan
pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dan teknik mendidik, dan memiliki
kewenangan untuk mencapai hasil pendidikan yang dibebankan kepadanya.
3) Pragmatisme
a) Konsep-konsep Filsafat
(1) Metafisika (hakikat realitas): Suatu teori umum tentang kenyataan tidak mungkin dan
tidakperlu.Kenyataanyangsebenarnyaadalahkenyataanfisik.Segalasesuatu dalamalam
dan kehidupan adalah berubah (becoming).
(2) Humanologi (hakikatmanusia):Manusiaadalahhasil evolusibiologis,psikologisdansosial.
Ini berarti setiap manusia tumbuh secara berangsur-angsur mencapai kemampuan-
kemampuan biologis, psikologis, dan sosial.
(3) Epistemologi (hakikatpengetahuan):Pengetahuanbersifatrelatif danterusberkembang.
Pengetahuan yang benar adalah yang ternyata berguna bagi kehidupan.
9. (4) Aksiologi (hakikat nilai): Ukuran tingkah laku perorangan dan sosial ditentukan secara
eksperimental dalam pengalaman-pengalaman hidup. Ini berarti tidak ada nilai yang
absolut.
b) Konsep-konsep Pendidikan
(1) Tujuan pendidikan: Tujuan pendidikan adalah memperoleh pengalaman yang berguna
untukmemecahkanmasalah-masalahbarudalamkehidupanperorangandanmasyarakat.
Tujuan pendidikan tidak ditentukan dari luar kegiatan pendidikan tetapi terdapat dalam
setiap proses pendidikan. Dengan demikian tujuan pendidikan adalah pertumbuhan
sepanjang hidup.
(2) Isi pendidikan:Isi pendidikanadalahkurikulumberisi pengalaman-pengalamanyangtelah
teruji serta minatminat dan kebutuhan-kebutuhan anak, dan pendidikan liberal yang
menghilangkan pemisahan antara pndidikan umum dengan pendidikan
praktis/vokasional.
(3) Metode pendidikan: Berpikir reflektif atau metode pemecahan masalah merupakan
metode utamanya, terdiri atas langkah-langkah: Penyadaran suatu masalah, observasi
kondisi-kondisiyangada,perumusandanelaborasitentangsuatukesimpulan,Pengetesan
melalui suatu eksperimen.
(4) Peranan peserta didik dan pendidik: Peserta didik adalah sebuah organisme yang rumit
yangmamputumbuh.Perananpendidikadalahmengawasi danmembimbingpengalaman
belajartanpaterlampaubanyakmencampuri urusanminatdankebutuhanpesertadidik.
2. Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum Pendidikansenantiasaberkaitandengan
perilakumanusia.Dalamsetiapprosespendidikanterjadiinteraksi antarapesertadidikdengan
lingkungannya,baiklingkunganyangbersifatfisikmaupunlingkungansosial.Melalui pendidikan
diharapkanadanyaperubahanperilakupesertadidikmenujukedewasaan,baikdewasadari segi
fisik,mental,emosional,moral,intelektual,maupunsosial.Harusdiingatbahwawalaupun
pendidikandanpembelajaranadalahupayauntukmengubahperilakumanusia,akantetapi tidak
semuaperubahanperilakumanusia/pesertadidikmutlaksebagaiakibatdari intervensiprogram
pendidikan.
Perubahan perilakupesertadidikdipengaruhiolehfaktorkematangandanfaktordari luar
program pendidikanataulingkungan.Kurikulumsebagai alatuntukmencapai tujuan/program
pendidikan,sudahpasti berhubungandenganprosesperubahanperilakupesertadidik.Kurikulum
diharapkandapatmenjadi alatuntukmengembangkankemampuanpotensialmenjadi kemampuan
aktual pesertadidiksertakemampuan-kemampuanbaruyangdimiliki dalamwaktuyangrelatif
lama.
Pengembangankurikulumharusdilandasi olehasumsi-
asumsi yangberasal dari psikologi yangmeliputi kajiantentangapadanbagaimanaperkembangan
pesertadidik,sertabagaimanapesertadidikbelajar.Atasdasarituterdapatdua cabang psikologi
yang sangatpentingdiperhatikandalampengembangankurikulum,yaitupsikologiperkembangan
dan psikologi belajar.Psikologi perkembangandapatdiartikansebagai berikut.“.... That branch of
psychology which studies processes of pra and post natal growth and the maturation of
behavior". Artinya,"Psikologi perkembanganmerupakancabangdari psikologiyangmempelajari
prosesperkembanganindividu,baiksebelummaupunsetelahkelahiranberikutkematangan
perilaku"(J.P.Chaplin,1979).SementaraituRossVasta,dkk.(1992) mengemukakanbahwapsikologi
perkembanganadalah"Cabang psikologi yangmempelajari perubahantingkahlakudankemampuan
sepanjangprosesperkembanganindividudari mulai masakonsepsi sampai mati".Pemahaman
10. tentangpesertadidiksangatpentingdalampengembangankurikulum.Melaluikajiantentang
perkembanganpesertadidik,diharapkanupayapendidikanyangdilakukansesuaidengan
karakteristikpesertadidik,baikpenyesuaiandari segi kemampuanyangharusdicapai,materi atau
bahan yangharus disampaikan,prosespenyampaianataupembelajarannya,danpenyesuaian dari
segi evaluasi pembelajaran.
a. Perkembangan Peserta Didik dan Kurikulum
Setiapindividudalamhidupnyamelalui fase-fase perkembangan.Mengenai penentuanfase-fase
perkembangantersebutparaahli mempunyaipendapatyangberlainan.ElizabethHurlock
mengemukakanpenahapanperkembanganindividuyangmeliputi:
Tahap I : fase prenatal (sebelumlahiryaitumasakonsepsi
sampai 9 bulan);
Tahap II : infancy (orok,yaitulahirsampai 10-14 hari);
Tahap III : childhood (kanak-kanak,yaitu2tahun sampai
remaja),danTahap IV : adolescence/puberty yaitu11-13 tahun sampai usia21 tahun).
Rousseaumengemukakantahapanperkembangansebagaiberikut:
Tahap I : 0,0 – 2,0 tahun,usiapengasuhan
Tahap II : 2,0 – 12,0 masa pendidikanjasmani danlatihan
pancaindera
Tahap III : 12,0 – 15,0 periode pendidikanakal
Tahap IV : 15- 20,0 periode pendidikanwatakdanpendidikan
agama.
Dalam hubungannyadenganprosesbelajarmengajar(pendidikan),SyamsuYusuf (2005:23),
menegaskanbahwapenahapanperkembanganyangdigunakansebaiknyabersifatelektif,artinya
tidakterpakupada suatupendapatsajatetapi bersifatluasuntukmeramudari berbagai pendapat
yang mempunyai hubunganyangerat.Atasdasar ituperkembanganindividusejaklahirsampai
masa kematangandapatdigambarkanmelewati fase-fase berikut:
TABEL 2.1
FASE-FASE PERKEMBANGAN INDIVIDU
TAHAP PERKEMBANGAN USIA
Masa usiaprasekolah 0,0 – 6 tahun
Masa usiasekolahdasar 6,0 – 12 tahun
Masa usiasekolahmenengah 12,0 -18 tahun
Masa usiamahasiswa 18,0 – 25 tahun
Sumber:SyamsuYusuf.(2005). Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja
Setiaptahapperkembanganmemiliki karakteristiktersendiri,karenaadadimensi-dimensi
perkembangantertentuyanglebihdominandibandingkandengantahapperkembanganlainnya.
Atasdasar itu kitadapat memahami karakteristikprofil padasetiaptahapanperkembangannya.
11. SyamsuYusuf (2005:23-27) menguraikankarakteristiktahap-tahapperkembanganindividuyang
digambarkandi atas sebagai berikut:
1) Masa Usia Prasekolah
Masa usiaprasekolahdapatdirinci menjadiduamasa,yaitumasavital dan masa estetik.Padamasa
vital,individumenggunakanfungsi-fungsi biologisuntukmeresponberbagai hal yangterdapatdi
lingkungannya.Freudmenamakantahunpertamadalamkehidupanindividusebagai masaoral
(mulut),karenamulutdipandangsebagai sumberkenikmatandanketidanikmatan.Anak
memasukkanapasajayang dijumpai ke dalammulutnya,tidaklahkarenamulutmerupakansumber
kenikmatanutama,tetapi karenawaktuitumulutmerupakanalatuntukmelakukaneksplorasidan
belajar.Padamasa ini perkembanganfisikberlangsungsangatpesatdibandingkandenganaspek-
aspekperkembanganlainnya. Padatahunkeduaanak telahbelajarberjalan,denganmulai berjalan
anak akan mulai belajarmenguasairuangdari ruangyang palingdikenalnyamenunjuruangyang
lebihjauh.Padatahun keduajuga,umumnyaterjadi pembiasaanterhadapkebersihan(kesehatan).
Melalui latihankebersihan,anakabelajarmengendalikandorongan-doronganyangdatangdari
dalamdirinyamisalnyabuangairkecil ataubuangair besar.
Masa estetikadalahmasaberkembangnyarasakeindahandanmasapekabagi anak untuk
memperolehrangsangan(stimulasi) melalui seluruhinderanya(penglihatan,penciuman,
pendengaran,pengecap,daperaba).Paraahli pendidikananakusiadini menyebutmasaini adalah
“the golden age” atau masa emas,karenamasa ini adalahsaat yangtepatbagi anakuntuk
mengembangkanaspek-aspekperkembangannyasecaramenyeluruh.
2) Masa Usia Sekolah Dasar
Fase ini disebutjugaperiode intelektual,karenapadausiaini anakmulai menunjukkanperhatian
yang besarterhadapduniailmupengetahuantentangalamdansekitarnya.Padausia6-7tahun
biasanyaanaktelahmemiliki kesiapanuntukmengikuti kegiatanbelajardi sekolahdasar.Padamasa
ini anak-anaklebihmudahdiarahkan,diberi tugasyangharusdiselesaikan,dancenderungmudah
untukbelajarberbagai kebiasaanseperti makan,tidur,bangun,danbelajarpadawaktudan
tempatnyadibandingkandenganmasaprasekolah.
3) Masa usia Sekolah Menengah
Masa usiasekolahmenengahbertepatandenganmasaremaja.Masa remajamerupakanmasa
yang banyakmenarikperhatiankarenasifat-sifatkhasnyadanperanannyayangmenentukandalam
kehidupanindividudalammasyarakatorangdewasa.
Pemahamantentangperkembanganpesertadidiksebagaimanadiuraikandi atasberimplikasi
terhadappengembangankurikulum,antaralain:
1) Setiap peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat,
minat, dan kebutuhannya.
2) Di samping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (program inti) yang wajib dipelajari setiap
anak di sekolah, juga perlu disediakan pelajaran pilihan yang sesuai dengan minat anak.
3) Lembaga pendidikan hendaknya menyediakanbahan ajar baik yang bersifat kejuruan maupun
akademik. Bagi anak yang berbakat di bidang akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan
studi ke jenjang pendidikan berikutnya.
4) Kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung aspek pengetahuan, nilai/sikap, dan
keterampilan yang menggambarkan pribadi yang utuh lahir dan batin.
12. Implikasi laindari pemahamantentangpesertadidikterhadapprosespembelajaran(actual
curriculum) dapatdiuraikansebagai berikut:
1) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu berpusat kepada perubahan
tingkah laku peserta didik.
2) Bahan/materi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kebutuhan peserta
didik sehingga hasilnya bermakna bagi mereka.
3) Strategi belajar mengajar yang digunakan harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
4) Media yang dipakai senantiasa dapat menarik perhatian dan minat anak.
5) Sistem evaluasi harus dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan.
b. Psikologi Belajar dan Pengembangan Kurikulum
Psikologi belajarmerupakansuatustudi tentangbagaimanaindividubelajar.Pembahasan
tentangpsikologi belajareratkaitannyadenganteori belajar.Pemahamantentangteori-teoribelajar
berdasarkanpendekatanpsikologisadalahupayamengenali kondisi objektif terhadapindividuanak
yang sedangmengalami prosesbelajardalamrangkapertumbuhandanperkembanganmenuju
kedewasaannya.Pemahamanyangluasdankomprehensif tentangberbagaiteori belajarakan
memberikankontribusiyangsangatberhargabagi para pengembangkurikulumbaikdi tingkatmakro
maupuntingkatmikrountukmerumuskanmodel kurikulumyangdiharapkan.
Pendekatanterhadapbelajarberdasarkansatuteori tertentumerupakan asumsi
yang perlu dipertimbangkan dalampelaksanaannyaberkaitandenganaspek-aspekdan
akibatyang kungkinditimbulkannya.Sedikitnyaadatigajenisteori belajaryangberkembangdewasa
ini dan memiliki pengaruhterhadappengembangankurikulumdi Indonesiapadakhususnya.Teori
belajartersebutadalah:(1) Teori psikologi kognitif (kognitivisme),(2) teori psikologi humanistic,dan
(3) teori psikologibehavioristik.
1. Teori Psikologi Kognitif (Kognitivisme)
Teori psikologi kognitif dikenal dengan cognitif gestalt field.
Teori belajarini adalahteori insight.Aliranini bersumberdari Psikologi GestaltField.Menurut
merekabelajaradalahprosesmengembangkan insightatau pemahamanbaruatau mengubah
pemahamanlama.Pemahamanterjadi apabilaindividumenemukancarabaru dalammenggunakan
unsur-unsuryangadadi lingkungan,termasukstrukturtubuhnyasendiri.GestaltFieldmelihat
belajarmerupakanperbuatanyangbertujuan,ekplorasi,imajinatif,dankreatif.Pemahamanatau
insight merupakancitradari atau perasaantentangpola-polaatauhubungan.
To state itdifferently,insightisthe sensedwaythroughorsolutionof problematicsituation....we
mightsay that an insightisakindof intelligentfeel we getabouta stiutatuin that permitsusto
continue tostrive activelytoserve ourpurpose.(Bigge danHunt,1980, hlm293).
Teori belajarGoal Insight berkembangdari psikologiconfigurationlism.Menurutmereka,individu
selalubertujuan,diarahkankepadapembentukanhubungandenganlingkungan.Belajarmerupakan
usaha untukmengembangkanpemahamantingkattinggi.Pemahamanyangbermututinggi(tingkat
tinggi) adalahpemahamanyangtelahteruji,yangberisi kecakapanmenggunakansuatuobjek,fakta,
proses,ataupunide dalamberbagai situasi.Pemahamantingkattinggi memungkinkanseseorang
bertindakcerdas,berwawasanluas,danmampumemecahkanberbagai masalah.
Teori belajarkognitif bersumberpadapsikologi lapangan(field psychology),dengantokoh
utamanyaKurt Lewin.IndividuselaluberadadalamsuatulapanganpsikologiyangolehKurtLewin
disebutlife space.Dalamlapanganini selaluadatujuan yang ingindicapai,adamotif yang
mendorongpencapaiantujuanadalahdanadahambatan-hambatanyangharusdiatasi.Perbuatan
13. individuselauterarahpadapencapaiansesuatutujuan,olehkarenaituseringdikatakanperbuatan
individuadalah purposive.Apabilaiatelahberhasil mencapai suatutujuanmakatimbul tujuanyang
lainyangingindicapai danberadadalam life space baru.Setiaporangberusahamencapai tingkat
perkembangandanpemahamanyangterbaikdi dalamlapanganpsikologisnyamasing-masing.
Lapangan psikologisterbentukolehinterelasi yangsimultandari orang-orangdanlinkungan
psikologisnyadidalamsuatusituasi.Tingkahlakuseseorangpadasuatusaat merupakanfungsi dari
semuafaktoryang ada yangsalingbergantungpadayanglain.
Istilahcognitive berasal dari bahasaLatin „cognose”yangberarti mengetahui (to know). Aspekini
dalamteori belajarcognitive field berkenaandenganbagaimanaindividumemahami dirinyadan
lingkungannya,bagaimanaiamenggunakanpengetahuandanpengenalannyasertaberbuat
terhadaplingkungannya.Bagi penganut cognitive field, belajarmerupakansuatuprosesinteraksi,
dalamprosesinteraksi tersebutiamendapatkanpemahamanbaruataumenemukanstruktur
kognitif lama.Dalammembimbingprosesbelajar,guruharusmengerti akandirinyadanoranglain,
sebabdirinyadanorang lainsertalingkungannyamerupakansuatukesatuan.
Para ahli psikologi kognitif yangmemusatkanperhatianpadaperubahandalamaspekkognisi,
percayabahwa belajaradalahsuatukegiatanmental internal yangtidakdapatdiamati secara
langsung.Menurutteori ini cara belajarorangdewasaberbedadengancarabelajaranak,dimana
cara belajarorangdewasalebihbanyakmelibatkankemampuankognitif yanglebihtinggi.Menurut
Piaget(1954) cara-cara tertentuberpikiryangdipandangsederhanaolehorangdewasatidak
demikiansederhanadipandangolehanak-anak.Untukmenjelaskanprosesbelajarharus
mempertimbangkanproseskognisi(pengetahuan) yangturutambil bagianselamaprosesbelajar
berlangsung.Teori ini jugamenyatakanbahwasatuunsuryangpalingpentingdalamprosesbelajar
adalahapa yang dibawaindividuke dalamsituasi belajar,artinyasegalasesuatuyangtelahkita
ketahui sangatmenentukankeluasanpengetahuandaninformasiyangakankitapelajari. Teori
belajarkognitif memandangmanusiasebagai pelajaryangyangaktif yangmemprakarsai
pengalaman,mencari danmengolahinformasiuntukmemecahkanmasalah,mengorganisasiapa-
apa yang telahmerekaketahui untukmencapaisuatupemahamanbaru.Karenaituteori ini juga
disebutteori pengolahaninformasi (information processing theory).Piaget(1970)
memperkenalkanempatfaktoryangmendasari seseorangmembuatpemahaman,yaitu:
a. Kematangan, yaitu saatnya seseorang siao melaksanakan suatu tugas perkembangan tertentu.
b. Aktivitas, adalah kemampuan untuk bertindak terhadap lingkungan dan belajar darinya.
c. Pengalaman sosial,proses belajar dari orang lain atau interaksi dengan orang-orang yang ada di
sekitar kita
d. Ekuilibrasi adalah proses terjadinya perubahan-perubahan aktual dalam berpikir.
Para ahli psikologi kognitif memandangbahwakemampuan kognisi seseorangmengalami tahapan
perkembangan.Tahaptahapperkembangankognitif tersebutmenggambarkankemampuanberpikir
seseorangsesuai denganusianya.Piaget(Woolfolk,206:33) membagi tahapanperkembangan
kognitif dari usiaanaksampai dewasamenjadi empattahapsebagai berikut:
a. Tahap sensorimotor(0-2tahun),tingkahlakuanakpada tahapini dikendalikanolehperasaandan
aktivitasmotorik.Anak belajar melalui inderanya dan dengan cara memanipulasi bendabenda.
b. Tahap praoperasional (2-7 tahun). Tahap ini dibagi ke dalam dua fase yaitu:
1) Subtahap fungsi simbolik (2-4 tahun), adalah priode egosentris yang sesungguhnya, anak
mampu
mengelompokkandengancarayang sangatsederhana
14. 2) Subtahap fungsi intuitif (4-7 tahun), anak secara perlahan mulai berpikir dalam bentuk kelas,
menggunakan konsep angka, dan melihat hubungan yang sederhana.
c. Tahap operasi kongkrit (7-11 tahun), mampu memecahkan masalah kongkrit, mengembangkan
kemampuan untuk menggunakandan memahami secara sadar operasi logis dalam matematika,
klasifikasi dan rangkaian.
d. Tahap operasi formal (11 tahun-dewasa),mampumemahamikonsepabstrak(kemampuanuntuk
berpikir tentang ide, memahami hubungan sebab akibat, berpikir tentang masa depan, dan
mengembangkan serta menguji hipotesis).
Berdasarkantahapan perkembangankognitif yangdikemukakanPiagetdi atas,kitadapat
menyimpulkanbahwacaraberpikir anakprasekolahberbedadengananakusiaSD,demikianpula
cara berpikiranakSDberbedadengancara berpikiranakSLTP,SLTA.Karena ituteori perkembangan
kognitif Piagetmengimplikasikanbahwaprosesbelajarmengajarharusmemperhatikantahap
perkembangankognisi anak.Ini berarti bahwagurumempunyai perananpentinguntuk
menyesuaikankeluasandankedalamanprogrambelajar,menggunakanstrategi pembelajaran,
memilihmediadansumberbelajardengantingkatperkembangankognisi anak.
Berdasarkanteori perkembangankognitif dari Piaget,gurumempunyai peranandalamproses
belajarmengajarsebagai berikut:
a. Merancang program, menata lingkungan yang kondusif, memilih materi pelajaran, dan
mengendalikan aktivitas murid untuk melakukan inkuiri dan interaksi dengan lingkungan.
b. Mendiagnosa tahap perkembangan murid,menyajikan permasalahan kepada murid yang sejajar
dengan tingkat perkembangannya.
c. Mendorong perkembangan murid kea rah perkembangan berikutnya dengan cara memberikan
latihan, bertanya dan mendorong murid untuk melakukan eksplorasi. (Y. Suyitno,
2007:101-102)
2. Teori Psikologi Behavioristik
Teori belajarbehavioristikdisebutjuga Stimulus-Respon Theory (S-R).Kelompokini mencakup
tiga teori yaitu S-R Bond, Conditioning, dan Reinforcement. Kelompokteori ini berangkatdari
asumsi bahwaanak atau individutidakmemiliki/membawapotensiapa-apadari kelahirannya.
Perkembangananakditentukanolehfaktor-faktoryangberasal dari lingkungan.Lingkunganlah
yang membentuknya,apakahlingkungankeluarga,sekolahdanmasyarakat;lingkunganmanusia,
alam,budaya,maupunreligi.Kelompokteori ini tidakmengakui sesuatuyangbersifatmental.
Hasil belajaradalahperubahantingkahlakuyangdapatdiamati danmenekankanpadapengaruh
faktoreksternal padadiri individu.
Teori S-R Bond(stimulus-respon) bersumberdari psikologi keneksionismeatauteori asosiasi dan
merupakanteori pertamadari rumpunBehaviorisme.Menurutkonsepmereka,kehidupanini
tundukkepadahukumstimulus–responatauaksi-reaksi.Setangkai bungadapatmerupakansuatu
stimulusdandiresponolehmatadengancara meliriknya.Kesanindahyangditerimaindividu
dapat merupakanstimulusyangmengakibatkanteresponmemetikbungatersebut.Demikian
halnyadenganbelajar,terdiri atasrentetanhubunganstimulus-respon.Belajaradalahupaya
membentukhubunganstimulusresponsebanyak-banyaknya.Tokohutamadari teori ini adalah
Edward L. Thorndike.Adatigahukumbelajaryangterkenal dari Thorndike,yaitu lawof
readiness, law of excercise or repetition dan law of effect (Bigge danTrust, 1980:273).
15. Menurut hubungankesiapan(lawof readiness),hubunganantara stimulusdanresponsakan
terbentukataumudahterbentukapabilaadakesiapanpadasistemsyaraf individu.Selanjutnya,
hukumlatihan(law of exercise) atau pengulangan,hubunganantarastimulusdanresponakan
terbentukapabilasering dilatihataudiulang-ulang.Menuruthukumakibat (law of effect) ,
hubunganstimulus-responakanterjadi apabilaadaakibatyangmenyenangkan.
Teori keduadari rumpunbehaviorismeadalahconditioningataustimulus-responce with
conditioning.Tokohutama dari teori ini adalahJohnB. Watson,terkenal denganpercobaan
conditioning padaanjing.Belajarataupembentukanhubunganantarastimulusdanresponsperlu
dibantudengankondisi tertentu.Sebelumanak-anakmasukkelasmisalnyadibunyikanbel,
demikiansetiaphari dansetiappertukaranjampelajaran.Bunyi bel menjadikondisi bagi anak
sebagai tandamemulai pelajarandi sekolah.Demikianjugadenganwaktumakanpagi,siangdan
makanmalam dikondisikanolehbunyi jamdanataujarumjam. Teori ketigaadalah
reinforcement dengantokohutamanyaC.L.Hull.Teori ini berkembangdari teori psikologi,
reinforcementmerupakanperkembanganlanjutandari teori S-RBonddan conditioning. Kalau
pada teori conditioning, kondisi diberikan padastimulus,makapadateori reinforcementkondisi
diberikanpadarespon.Karenaanakbelajarsungguh-sungguh(stimulus) selainiamenguasai apa
yang diberikan(respon)makagurumemberi angkatinggi,pujian,mungkinjugahadiah.Angka
tinggi,pujiandanhadiahmerupakan reinforcement,supayapadakegiatanbelajarnyaakanlebih
giat dansungguh-sungguh. Contohreinf cementdalampembelajaran reinforcement.Di samping
reinforcement positif sepertiitudikenal pula
Perananguru dalamprosesbelajarmengajarberdasarkanteori psikologi behavioristikadalah
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi perilaku yang dipelajari dan merumuskannya dalam rumusan yang spesifik.
b. Mengidentifikasi perilaku yang diharapkan dari proses belajar. Bentuk-bentuk kompetensi yang
diharapkan dalam bidang studi dijabarkan secara spesifik dalam tahap-tahap kecil. Penguasaan
keterampilan melalui tahap-tahap ini sebagai tujuan yang akan dicapai dalam proses belajar.
c. Mengidentifikasi reinforce yang memadai. Reinforce dapat berbentuk mata pelajaran, kegiatan
belajar, perhatian dan pengharagaan, dan kegiatan-kegiatan yang dipilih siswa.
d. Menghindarkan perilaku yang tidak diharapkan dengan jalan memperlemahpola perilaku yang
dikehendaki (Y. Suyitno,
2007:106)
3. Teori Psikologi Humanistik
Tokoh teori ini adalahAbrahamH. Maslow dan Carl R. Roger.Teori ini berpandanganbahwa
perilakumanusiaituditentukanolehdirinyasendiri,olehfaktorinternal,danbukanolehfaktor
lingkungan.Karenaituteori ini disebutjugadengan“selftheory”. Manusiayangmencapai puncak
perkembangannyaadalahyangmampumengaktualisasikandirinya,mampumengembangkan
potensinyadanmerasadirinyaituutuh,bermakna,danberfungsi atau full functioning person (Y.
Suyitno,2007:103).
Berbedadenganteori belajarbehavioristik,teori humanistikmenolakprosesmekanisdalambelajar,
karenabelajaradalahsuatuprosesmengembangkanpribadi secarautuh.Keberhasilansiswadalam
belajartidakditentukanolehguruataufaktor-faktoreksternal lainnya,akantetapi olehsiswaitu
sendiri.Belajarmelibatkanfaktorintelektualdanemosional.Aliranini percayabahwadorongan
untukbelajartimbul dari dalamdiri sendiri (motivasi intrinsik).Carl R.Roger(Y. Suyitno,2007:103)
mengemukakanprinsip-prinsipbelajarberdasarkanteori psikologi humanistiksebagaiberikut:
16. a. Manusia mempunyai dorongan untuk belajar, dorongan ingin tahu, melakukan eksplorasi dan
mengasimilasi pengalaman baru.
b. Belajar akan bermakna, apabila yang dipelajari itu relevan dengan kebutuhan anak.
c. Belajar diperkuat dengan jalan mengurangi ancaman eksternal seperti hukuman, sikap
merendahkan murid, mencemoohkan, dan sebagainya.
d. Belajar dengan inisiatif sendiri akan melibatkan keseluruhan pribadi, baik intelektual maupun
perasaan.
e. Sikapberdiri sendiri,kreativitasdanpercayadiri diperkuatdenganpenilaiandirisendiri.Penilaian
dari luar merupakan hal yang sekunder.
Bertentangandenganteori behavioristikyanglebihmenekankanpartisipasi aktifgurudalam
belajar,peranangurumenurutteori belajarbehavioristikadalahsebagai pembimbing,sebagai
fasilitatoryangmemberikankemudahankepadasiswadalambelajar.MenurutCarl R. Rogers,peran
guru sebagai fasilitatordapatdijabarkansebagai berikut:
a. Membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif dan sikap positif terhadap belajar.
b. Membantu siswa mengklasifikasikan tujuan belajar, dan guru memberikan kesempatan secara
bebas kepada siswa untuk menyatakan apa yang hendak dan ingin mereka pelajari.
c. Membantu siswa mengembangkan dorongan dan tujuannya sebagai kekuatan untuk belajar.
d. Menyediakan usmber-sumber belajar, termasuk juga menyediakan dirinya sebagai sumber
belajar bagi siswa. (Y. Suyitno, 2007:104)
Guru berdasarkanpsikologi humanistikharusmampumenerimasiswasebagaiseorangyang
memilikipotensi,minat,kebutuhan,harapan,danmampumengembangkandirinyasecarautuhdan
bermakna.Teori ini jugamemandangbahwasiswaadalahsumberbelajaryangpotensial bagi dirinya
sendiri.Dengandemikianteori belajarini lebihmenekankanpadapartisipasi aktifsiswadalam
belajar.
3. Landasan Sosiologis (Sosial Budaya) dalam Pengembangan Kurikulum
Landasan sosiologispengembangankurikulumadalahasumsi-asumsi yangberasal dari sosiologi
yang dijadikantitiktolakdalampengembangankurikulum.Mengapapengembangankurikulum
harus mengacupadalandasansosiologis?Anak-anakberasaldari masyarakat,mendapatkan
pendidikanbaikinformal,formal,maupunnonformal dalamlingkunganmasyarakat,dandiarahkan
agar mampu terjundalamkehidupanbermasyarakat.Karenaitukehidupanmasyarakatdanbudaya
dengansegalakarakteristiknyaharusmenjadilandasandantitiktolakdalammelaksanakan
pendidikan.
Jikadipandangdari sosiologi,pendidikanadalahprosesmempersiapkanindividuagarmenjadi
warga masyarakatyang diharapkan,pendidikanadalahprosessosialisasi, danberdasarkan
pandanganantrofologi,pendidikanadalah“enkulturasi”ataupembudayaan.“Denganpendidikan,
kitatidakmengharapkanmuncul manusia-manusiayanglaindanasingterhadapmasyarakatnya,
tetapi manusiayanglebihbermutu,mengerti,danmampumembangunmasyarakatnya.Oleh
karenaitu,tujuan,isi,maupunprosespendidikanharusdisesuaikandengankondisi,karakteristik
kekayaan,danperkembangan masyarakattersebut”(NanaSyaodihSukmadinata,1997:58). Untuk
menjadikanpesertadidikagarmenjadi wargamasyarakatyangdiharapkanmakapendidikan
memilikiperananpenting,karenaitukurikulumharusmampumemfasilitasi pesertadidikagar
merekamampu bekerjasama,berinteraksi,menyesuaikandiri dengankehidupandi masyarakatdan
mampumeningkatkanharkatdanmartabatnyasebagai mahlukyangberbudaya.
Pendidikanadalahprosessosialisasi melalui interaksi insani menujumanusiayangberbudaya.
Dalamkonteksinilahanakdidikdihadapkandenganbudayamanusia,dibinadandikembangkan
sesuai dengannilai budayanya,sertadipupukkemampuandirinyamenjadimanusia.
17. a. Masyarakat dan Kurikulum
Masyarakat adalahsuatu kelompokindividuyangdiorganisasikanmerekasendiri ke dalam
kelompok-kelompokberbeda,atausuatukelompokindividuyangterorganisiryangberpikirtentang
dirinyasebagai suatuyangberbedadengankelompokataumasyarakatlainnya.Tiapmasyarakat
mempunyai kebudayaansendiri-sendiri.Dengandemikian,yangmembedakanmasyarakatsatu
denganmasyarakatyang lainnyaadalahkebudayaan.Hal ini mempunyaiimplikasi bahwaapayang
menjadi keyakinanpemikiranseseorang,danreaksi seseorangterhadaplingkungannyasangat
tergantungkepadakebudayaandimanaiahidup.
MenurutDaud Yusuf (1982), terdapattigasumbernilai yangada dalammasyarakatuntuk
dikembangkanmelalui prosespendidikan,yaitu:logika,estetika,danetika.Logikaadalahaspek
pengetahuandanpenalaran,estetikaberkaitandenganaspekemosiatauperasaan,danetika
berkaitandenganaspeknilai.Ilmupengetahuandankebudayaanadalahnilai-nilai yangbersumber
pada logika(pikiran).Sebagaiakibatdari kemajuanilmupengetahuandanteknologi yangpada
hakikatnyaadalahhasil kebudayaanmanusia,makakehidupanmanusiasemakinluas,semakin
meningkatsehinggatuntutanhiduppunsemakintinggi.
Pendidikanharusmengantisipasi tuntutanhidupini sehinggadapatmempersiapkananak
didikuntukhidupwajarsesuai dengankondisi sosial budayamasyarakat.Dalam konteksinilah
kurikulumsebagai programpendidikanharusdapatmenjawabtantangandantuntutanmasyarakat.
Untuk dapatmenjawabtuntutantersebutbukanhanyapemenuhandari segi isi kurikulumnyasaja,
melainkanjugadari segi pendekatandanstrategi pelaksanaannya.Olehkarenaitugurusebagai
pembinadanpelaksanakurikulumdituntutlebihpekamengantisipasi perkembanganmasyarakat,
agar apa yang diberikankepadasiswarelevandanbergunabagi kehidupansiswadi masyarakat.
Penerapanteori,prinsip,hukum,dankonsep-konsepyangterdapatdalamsemuailmu
pengetahuanyangadadalamkurikulum, harusdisesuaikandengankondisi sosial budaya
masyarakatsetempat,sehinggahasil belajaryangdicapai olehsiswalebihbermaknadalam
hidupnya.Pengembangankurikulumhendaknyamemperhatikankebutuhanmasyarakatdan
perkembanganmasyarakat.Tyler(1946),Taba (1963), Tannerdan Tanner(1984) menyatakan
bahwatuntutanmasyarakatadalah salahsatu dasardalam pengembangankurikulum.Calhoun,
Light,dan Keller(1997) memaparkantujuahfungsi sosial pendidikan,yaitu:
1) Mengajar keterampilan.
2) Mentransmisikan budaya.
3) Mendorong adaptasi lingkungan.
4) Membentuk kedisiplinan.
5) Mendorong bekerja berkelompok.
6) Meningkatkan perilaku etik, dan
7) Memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi.
Perubahansosial budaya,perkembanganilmupengetahuandanteknologidalamsuatumasyarakat
baiksecara langsungmaupuntidaklangsungakanmengubahkebutuhanmasyarakat.Kebutuhan
masyarakatjuga dipengaruhi olehkondisi masyarakatitusendiri.Masyarakatkotaberbedadengan
masyarakatdesa,masyarakattradisional berbedadenganmasyarakatmodern.
Adanyaperbedaanantaramasyarakatsatu denganmasyarakatlainnyasebagianbesar
disebabkanolehkualitasindividu-individuyangmenjadi anggotamasyarakattersebut.Di sisi lain,
kebutuhanmasyarakatpadaumumnyajugaberpengaruhterhadapindividu-individusebagai
anggota masyarakat.Olehkarenaitupengembangankurikulumyanghanyaberdasarkanpada
keterampilandasarsajatidakakan dapat memenuhikebutuhanmasyarakatmodernyangbersifat
18. teknologisdanmengglobal.Akantetapi pengembangankurikulumjugaharusditekankanpada
pengembanganindividudanketerkaitannyadenganlingkungansosial setempat.
Berdasarkanuraiandi atas, sangatlahpentingmemperhatikanfaktorkarakterstikmasyarakat
dalampengembangankurikulum.Salahsatuciri masyarakatadalahselaluberkembang.
Perkembanganmasyarakatdipengaruhiolehfalsafahhidup,nilainilai,IPTEK,dankebutuhanyang
ada dalammasyarakat.Perkembanganmasyarakatmenuntuttersedianyaprosespendidikanyang
relevan.Untukterciptanyaprosespendidikanyangsesuai denganperkembanganmasyarakat
diperlukankurikulumyanglandasanpengembangannyamemperhatikanfaktorperkembangan
masyarakat.
b. Kebudayaan dan Kurikulum
Kebudayaandapatdiartikansebagai keseluruhanide atau gagasan,cita-cita,pengetahuan,
kepercayaan,caraberpikir,kesenian,dannilaiyangtelahdisepakati olehmasyarakat.DaoedYusuf
(1981) mendefinisikankebudayaansebagai segenapperwujudandankeseluruhanhasil pikiran
(logika),kemauan(etika) sertaperasaan(estetika) manusiadalamrangkaperkembangan
kepribadianmanusia,pekembanganhubungandenganmanusia,hubunganmanusiadenganalam,
dan hubunganmanusiadenganTuhanYangMaha Esa. Secara lebihrinci,kebudayaandiwujudkan
dalamtiga gejala,yaitu:
a) Ide,konsep,gagasan,nilai,norma,peraturan,danlain-lain.Wujudkebudayaaninibersifatabstrak
yangberadadalamalampikiranmanusiadanwargamasyarakatdi tempatkebudayaanituberada.
b) Kegiatan, yaitu tindakan berpola dari manusia dalam bermasyarakat.Tindakanini disebut sistem
sosial. Dalam sistem sosial, aktivitas manusia bersifat konkrit, bisa dilihat, dan diobservasi.
Tindakanberpolamanusiatentudidasarkanolehwujudkebudayaanyangpertama.Artinya,sistem
sosial dalam bentuk aktivitas manusia merupakan refleksi dari ide, konsep, gagasan, nilai, dan
norma yang telah dimilikinya.
c) Benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan yang ketiga ini ialahseluruh fisik perbuatan atau
hasil karya manusia di masyarakat. Oleh karena itu wujud kebudayaan yang ketiga ini adalah
produk dari wujud kebudayaan yang pertama dan kedua.
Faktor kebudayaanmerupakanbagianyangpentingdalampengembangankurikulumdengan
pertimbangan:
1) Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, citacita, sikap, pengetahuan,
keterampilan, dan sebagainya. Semua itu dapat diperoleh individu melalui interaksi dengan
lingkunganbudaya,keluarga,masyarakatsekitar,dansekolah/lembagapendidikan.Olehkarena
itu, sekolah/lembaga pendidikan mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman
kepada para peserta didik dengan salah satu alat yang disebut kurikulum.
2) Kurikulumpadadasarnyaharusmengakomodasiaspek-aspeksosialdanbudaya.Aspeksosiologis
adalah yang berkenaan dengan kondisi sosial masyarakat yang sangat beragam, seperti
masyarakat industri, pertanian, nelayan, dan sebagainya. Pendidikan di sekolah pada dasarnya
bertujuan mendidik anggota masyarakat agar dapat hidup berintegrasi, berinteraksi dan
beradaptasi dengan anggota masyarakat lainnya serta meningkatkan kualitas hidupnya sebagai
mahluk berbudaya. Hal ini membawa implikasi bahwa kurikulum sebagai salah satu alat untuk
mencapai tujuan pendidikan harus bermuatan kebudayaan yang bersifat umum seperti: nilai-
nilai, sikap-sikap, pengetahuan, dan kecakapan.
Selainpendidikanyangbermuatankebudayaanyangbersifatumumdi atas,terdapatpula
pendidikanyangbermuatankebudayaankhusus,yaituuntukaspek-aspekkehidupantertentudan
berkenaandengankelompokyangsifatnyavokasional.
19. Dilihatdari karakteristiksosial budaya,setiapdaerahdi wilayahtanahairIndonesiamemiliki
ciri khas mengenai adatistiadat,tatakramapergaulan,kesenian,bahasalisanmaupuntulisan,
kerajinandannilai kehidupannyamasing-masing.Keanekaragamantersebutbukanhanyadalam
kebudayaannyatetapi jugakondisi alamdanlingkungansosialnya,danini merupakankekayaan
hidupbangsaIndonesiayangperludilestarikandandikembangkanmelalui upayapendidikan.
Beranjakdari kenyataantersebut,makapengembangankurikulumsekolahharusmengakomodasi
unsur-unsurlingkunganyangmenjadidasardalammenetapkanmateri kurikulummuatanlokal.
Gagasan pemerintahuntukmerealisasikanpengembangankurikulummuatanlokal tersebut
yang dimulai padasekolahdasar,telahdiwujudkandalamKeputusanMenteri Pendidikandan
KebudayaanRINo.0412/U/1987 Tanggal 11 Juli 1987 tentangPenerapanMuatanLokal Sekolah
Dasar kemudiandisusuldenganpenjabaranpelaksanaannyadalamKeputusanDirektur Jenderal
PendidikanDasardanMenengahNo.173/C/Kep/M/1987 Tanggal 7 Oktober1987. Dalam
sambutannyaMendikbudmenyatakan:“Dalamhal ini harusdiingatbahwaadanya„muatanlokal‟
dalamkurikulumbukanbertujuanagaranakterjeratdalamlingkungannyasemata-mata.Semua
anak berhakmendapatkesempatangunalebihterlibatdalammobilitasyangmelampauibatas
lingkungannyasendiri”(UmarTirtarahardjadan laSula,2000:274).
Adapunyangdimaksuddenganmuatanlokal adalahprogrampendidikanyangisi danmedia
penyampaiannyadikaitkandenganlingkunganalam, lingkungansosial,danlingkunganbudayaserta
kebutuhandaerah.Yangdimaksuddenganisi adalahmateri pelajaranataubahanajar yangdipilih
dari lingkungandandijadikanprogramuntukdipelajari siswadi bawahbimbinganguru.Sedangkan
mediapenyampaianadalahmetode danberbagai alatbantupembelajaranyangdigunakandalam
menyajikanisi muatanlokal yangdiambil dari danmenggunakansumberlingkunganyangdekat
dengankehidupanpesertadidik.Lingkungansosial danbudayayangterdapatdalampolakehidupan
daerahkarenakeanekaragamannyadisederhanakandandiklasifikasikanmenjadi delapankelompok
yaitu:(1) perikanandaratdanlaut,(2) peternakan,(3) persawahan,(4) perladangandan
perkebunan,(5) perdagangantermasukdi dalamnyajasa,(6) industri kecil termasukdi dalamnya
industri rumahtangga,(7) industri besar,dan(8) pariwisata.
Contohkurikulummuatanlokal yangsaatini sudahdilaksanakandi sebagianbesarsekolah
adalahMata PelajaranKeterampilan,Kesenian,danBahasaDaerah.
Tujuanpengembangankurikulummuatanlokaldapatdilihatdari kepentingannasional dan
kepentinganpesertadidik.Dalamhubungannyadengankepentingannasional muatanlokal
bertujuan:
a. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang khas daerah.
b. Mengubah nilai dan sikap masyarakat terhadap lingkungan kea rah yang positif.
Jikadilihatdari sudutkepentinganpesertadidikpengemangankurkulummuatanlokal bertujuan:
a. Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap lingkungannya (lingkungan alam, sosial, dan
budaya).
b. Mengakrabkan peserta didik dengan lingkungannya sehingga mereka tidak asing dengan
lingkungannya.
c. Menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari untuk memecahkan masalah yang
ditemukan di lingkungan sekitarnya
(Umar Tirtarahardjadan La Sula,2000:276)
4. Landasan Ilmiah dan Teknologi dalam Pengembangan Kurikulum
Ilmupengetahuanadalahseperangkatpengetahuanyangdisusunsecarasistematisyang
dihasilkanmelaluirisetataupenelitian.Sedangkanteknologi adalahaplikasi dari ilmupengetahuan
20. untukmemecahkanmasalah-masalahpraktisdalamkehidupan.Ilmudanteknologitidakbisa
dipisahkan.Sejakabadpertengahanilmupengetahuantelahberkembangdenganpesat.
Perkembanganilmupengetahuanpadamasakini banyakdidasari olehpenemuandanhasil
pemikiranparafilsuf purbasepertiPlato,Socrates,Aristoteles,JohnDewey,Archimides,danlain-
lain.
Seiringdenganperkembanganpemikiranmanusia,dewasaini banyakdihasilkantemuan-
temuanbaru dalamberbagai bidangkehidupanmanusiaseperti kehidupansosial,ekonomi,budaya,
politik,dankehidupanlainnya.Ilmupengetahuandanteknologi (IPTEK)bukanmenjadimonopoli
suatubangsa atau kelompoktertentu.Baiksecaralangsungmaupuntidaklangsungperkembangan
ilmupengetahuandanteknologi tersebutberpengaruhpulaterhadappendidikan.Perkembangan
teknologi industri mempunyai hubungantimbal-balikdenganpendidikan.Industri denganteknologi
majumemproduksi berbagai macamalatalatdanbahanyangsecara langsungatau tidaklangsung
dibutuhkandalampendidikandansekaligusmenuntutsumberdayamanusiayanghandal untuk
mengaplikasikannya.
Kegiatanpendidikanmembutuhkandukungandari penggunaanalat-alathasil industri seperti
televisi,radio,video,komputer,danperalatanlainnya.Penggunaanalat-alatyangdibutuhkanuntuk
menunjangpelaksanaanprogrampendidikan,apalagi disaatperkembanganprodukteknologi
komunikasi yangsemakincanggih,menuntutpengetahuandanketerampilansertakecakapanyang
memadai dari para guru danpelaksanaprogrampendidikanlainnya.Mengingatpendidikan
merupakanupayamenyiapkansiswamenghadapi masadepandanperubahanmasyarakatyang
semakinpesattermasukdi dalamnyaperubahanilmupengetahuandanteknologi,maka
pengembangankurikulumharuslahberlandaskanpadailmupengetahuandanteknologi.
Perkembanganilmupengetahuandanteknologi secaralangsungberimplikasi terhadap
pengembangankurikulumyangdi dalamnyamencakuppengembanganisi/materipendidikan,
penggunaanstrategi danmediapembelajaran,sertapenggunaansistemevaluasi.Secaratidak
langsungmenuntutduniapendidikanuntukdapatmembekali pesertadidik agarmemiliki
kemampuanmemecahkanmasalahyangdihadapi sebagai pengaruhperkembanganilmu
pengetahuandanteknologi.Selainituperkembanganilmupengetahuandanteknologi juga
dimanfaatkanuntukmemecahkanmasalahpendidikan.
21. BAB III
PENUTUP
Dalam mengembangkan kurikulum, terlebih dahulu harus diidentifikasi dan dikaji secara
selektif, akurat, mendalam, dan menyeluruh tentang apa saja yang harus dijadikan pijakan
dalam merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum. Dengan landasan
yang kokoh, kurikulum akan mengatur pendidikan yang dapat menghasilkan manusia terdidik
sesuai dengan hakikat kemanusiaannya, baik untuk kehidupan masa kini maupun
menyongsong kehidupan jauh ke masa yang akan datang.
Kurikulum harus dibuat berdasarkan landasan filosofis seperti idealisme, realisme, dan
pragmatisme. Landasan psikologis juga berpengaruh penting dalam penyusunan kurikulum,
karena kurikulum harus menyesuaikan dengan kondisi psikologis peserta didik. Dan dalam
pengembangannya, kurikulum harus menggunakan landasan sosiologis dan IPTEK, agar
bersifat fleksibel mengikuti perubahan zaman.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa landasan adalah hal yang penting
dalam mengembangkan kurikulum. Tanpa landasan, pengembangan kurikulum tidak dapat
berjalan sebagaimana mestinya. Bagi civitas akademik yang mendalami bidang pendidikan,
landasan pengembangan kurikulum ini perlu dipahami dengn baik agar pengembangan
kurikulum khususnya di Indonesia dapat berjalan sesuai dengan landasan yang telah
disebutkan, yakni landasan filosofis, landasan psikologis, serta landasan sosiologis dan IPTEK.
22. DAFTAR PUSTAKA
Hurlock,Elizabeth.(1980). Developmental Psychology diterjemahkanoleh Istiwidayanti dan
Soedjarwo.Jakarta:Erlangga
KurniasihdanSyaripudin,Tatang.( 2007). Landasan Filosofis
Pendidikan danlandasanPendidikan.Bandung:SubKoordinator
MKDP Landasan PendidikanUniversitasPendidikanIndonesia
Mudyahardo,Redja.(2001). Landasan-LandasanFilosofis
Pendidikan. Bandung:FakultasIlmuPendidikanUPI Nasution,S.(1982).
Santrock,JohnW. (2002). Life Span Development diterjemahkanoleh Damanik,Juda.Jakarta:
Erlangga
Sukmadinata,NanaSyaodih.(1997). Pengembangan Kurikulum.Bandung:RemajaRosdakarya
Suyitno,Y.(2007). Landasan Psikologis Pendidikan dalamLandasan Pendidikan. Bandung:Sub
KoordinatorMKDP
Landasan PendidikanUniversitasPendidikanIndonesia
Tirtarahardja,Umar danSula,La. (2000). PengantarPendidikan.Jakarta: RinekaCipta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: SinarGrafika
Woolfolk,AnitaE.(1995). Educational Psychology.Boston:AllynandBacon.
Yusuf,Syamsu.(2005). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:Remaja
Rosdakarya.