1. Dokumen tersebut membahas landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum, termasuk filsafat idealisme, realisme, fragmatisme, dan filsafat pendidikan nasional. 2. Dibahas pula manfaat filsafat pendidikan seperti menentukan arah pendidikan dan memberi kesatuan kepada usaha pendidikan. 3. Dimensi pendekatan nasional dalam pengembangan kurikulum juga dijelaskan.
3. PENGERTIAN PENGEMBANGAN
KURIKULUM
Pengembangan kurikulum adalah proses
perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh
pengembang kurikulum (curriculum developer) dan
kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang
dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan
yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
4. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai pendidikan yang
dinamis. Hal ini berarti bahwa kurikulum harus senantiasa
dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai dengan laju
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengertian
kurikulum yang semakin luas membuat para pelaksana kurikulum
memberikan batasan sendiri terhadap kurikulum. Namun
perbedaan pengertian tersebut tidak menjadi masalah yang
besar terhadap pencapaian tujuan pendidikan, apabila
pengembangan kurikulum didasarkan pada landasan dan prinsip-
prinsip yang mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar
pengembangan kurikulum yang dilaksanakan sesuai dengan apa
yang menjadi tujuan dari pendidikan nasional. Perwujudan
prinsip, aspek dan konsep kurikulum terletak pada guru. Sehingga
guru memiliki tanggung jawab terhadap tercapainya tujuan
kurikulum itu sendiri.
6. Landasan pengembangan kurikulum memiliki
peranan yang sangat signifikan, sehingga
apabila kurikulum di ibaratkan sebagai
sebuah bangunan gedung atau rumah yang
tidak menggunakan landasan atau pondasi
yang kuat, maka ketika diterpa angin atau
terjadi goncangan yang kencang, bangunan
tersebut akan mudah roboh. Demikian pula
dengan halnya kurikulum, apabila tidak
memiliki dasar pijakan yang kuat, maka
kurikulum tersebut akan mudah terombang-
ambing dan yang menjadi taruhannya adalah
manusia sebagai peserta didik yang
dihasilkan oleh pendidik itu sendiri.
LANDASAN-LANDASAN
KURIKULUM
7. —Robert S. zais
Beberapa landasan utama dalam pengembangan
suatu kurikulum diantaranya ada empat landasan
pengembangan kurikulum, yaitu : Philosopy and
nature of knowledge, society and culture, the
individual dan learning theory.
8. Sedangkan S. Nasution berpendapat dalam bukunya
“Pengembangan Kurikulum” yaitu asas filosofis yang pada
hakikatnya menentukan tujuan umum pendidikan, asas sosiologis
yang memberikan dasar untuk menentukan apa yang akan
dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, asas organisatoris
yang memberikan dasar-dasar dalam bentuk bagaimana bahan
pelajaran itu disusun, bagaimana luas dan urutannya dan
asas psikologis yang memberikan prinsip-prinsip tentang
perkembangan anak dalam berbagai aspek serta caranya belajar
agar bahan yang disediakan dapat dicernakan dan dikuasai oleh
anak sesuai dengan taraf perkembangnnya.
9. Terlepas dari itu semua bahwa
pada intinya semua sama. Dapat
disederhanakan bahwa kedua
pendapat disamping semuanya
berpendapat sama sehingga dapat
saling melengkapi. Untuk itu empat
landasan tersebut dapat dijadikan
landasan utama dalam
pengembangan kurikulum yaitu
landasan filosofis, psikologis,
sosiologis, budaya, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) dan landasan
organisatoris.
10. 1. Landasan Filosofis
Secara harfiah filsafat berarti “cinta akan kebijakan” (love
of wisdom), untuk mengerti dan berbuat secara bijak, ia harus
memiliki pengetahuan yang diperoleh melalui proses berpikir,
yaitu berpikir secara akal, menyeluruh dan mendalam
(Socrates). Plato menyebut filasafat sebagai ilmu pengetahuan
tentang kebenaran.
Filsafat berupaya mengkaji berbagai permasalahan yang
dihadapi manusia, termasuk masalah pendidikan. Pendidikan
sebagai ilmu terapan, tentu saja memerlukan ilmu-ilmu lain
sebgai penunjang, di antaranya adalah filsafat. Filsafat
pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dan pemikiran-
pemikiran filosofis untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan.
Filsafat menelaah tiga pokok persoalan, yaitu hakikat
benar-salah (logika), hakikat baik-buruk (etika), dan hakikat
indah jelek (estetika).
11. 2. Landasan filosofis pendidikan idealisme
Menurut filsafat idealisme bahwa kenyataan atau realitas
pada hakikatnya adalah bersifat spiritual daripada bersifat
fisik, bersifat mentall daripada bersifat material.
Dengan demikian menurut filsafat idealisme bahwa
manusia adalah makhluk spiritual, makhluk yang cerdas dan
bertujuan. Pikiran manusia diberikan kemampuan rasional
sehingga dapat menentukan pilihan mana yang harus
diikutinya.
Berdasarkan pemikiran filsafat idealisme bahwa tujuan
pendidikan harus dikembangkan pada upaya pembentukan
karakter, pembentukan bakat insani dan kebajikan sosial sesuai
dengan hakikat kemanusiaannya.
12. 3. LandasanfilosofispendidikanRealisme
Filsafat realisme boleh dikatakan kebalikan dari filsafat
idealisme, dimana menurut filsafat realisme memandang bahwa
dunia atau realitas adalah bersifat materi.
Menurutrealismebahwamanusia pada hakikatnyaterletak
pada apa yang dikerjakan. Mengingat segala sesuatu bersifat
materi maka tujuan pendidikan hendaknya dirumuskan terutama
diarahkan untuk melakukan penyesuaian dari dalam hidup dan
melaksanakan tanggung jawab sosial.
Oleh karena itu jika kurikulum didasarkan pada filsafat
realisme harus dikembangkan secara komprehensif meliputi
penetahuan yang bersifat sains, sosial, maupun muatan nilai-nilai.
Isi kurikulum lebih efektif diorganisasikan dalam bentuk mata
pelajaran karena memiliki kecenderuangan berorientasi pada
mata pelajaran (subject contered).
13. 4. Landasan filosofis pendidikan fragmatisme
Manusia menurut fragmatisme adalah hasil evolusi biologis,
psikologis, dan sosial. Manusia lahir tanpa dibekali oleh
kemampuan bahasa, keyakinan, gagasan atau norma-norma.
Oleh karena itu tujuan pendidikan tidak ada batas
akhirnya, sebab pendidikan adalah pertumbuhan sepanjang
hayat, proses rekonstruksi yang berlangsung secara terus
menerus. Tujuan pendidikan lebih diarahkan pada upaya
memperoleh pengalaman yang berguna untuk memecahkan
masalah baru dalam kehidupan individu maupun sosial.
14. 5. Landasan filosofis pendidikan nasional
Tujuan pendidikan nasional di indonesia tentu saja bersumber pada
pandangan dan cara hidup manusia indonesia, yakni Pancasila. Hal ini
berarti bahwa pendidikan di Indonesia harus membawa peserta didik
agar menjadi manusia yang berpancasila. Dengan kata lain, landasan
dan arah yang ingindiwujudkan oleh pendidikan di indonesia.
Undang-undang no. 20 tahun 2003 tantang sistem pendidikan
nasional merumuskan, “pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonsiatahun 1945. Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bagsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (pasal
2 dan 3).
16. Nasution (1982) mengidentifikasi beberapa manfaat filsafat pendidikan,
yaitu:
1. Filasafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa kemana
anak-anak melalui pendidikan di sekolah? Sekolah ialah suatu
lembaga yang didirikan untuk mendidik anak-anak ke arah yang
dicita-citakan oleh masyarakat, bangsa dan negara.
2. Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat yang
dianut, kita mendapat gambaran yang jelas tentang hasil yang harus
dicapai.
3. Filsaat dan tujuan pendidikan memberi kesatuan yang bulat kepada
segala usaha pendidikan.
4. Tujuan pendidikan memungkinkan si pendidik menilai usahanya,
hingga manakah tujuan itu tercapai.
5. Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi
kegiatan-kegiatan pendidikan.
MANFAAT FILSAFAT PENDIDIKAN
17. 6 DIMENSI PENDEKATAN NASIONAL
DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
1. Kerangka acuan yang jelas tentang tujuan nasional dihubungkan
dengan program pendidikan.
2. Hubungan yang erat antara pengembangan kurikulum nasional
dengan reformasi sosial politik negara.
3. Mekanisme pengawasan (kontrol) dari kebijakan kurikulum yang
ditempuh.
4. Mekanisme pengawasan dari pengembangan dan aplikasi
kurikulum di sekolah.
5. Metode ke arah pengembangan kurikulum yang disesuaikan
dengan kebutuhan.
6. Penelaah derajat desentralisasi (degree of decentralizatition) dari
implementasi kurikulum di sekolah.