SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
Kerasionalan Terapi
Dalam Praktek Kefarmasian
apt. Hanik Mariana Dewi
Apabila pasien menerima
pengobatan sesuai dengan
kebutuhan klinisnya, dalam
dosis yang sesuai dengan
kebutuhan, dalam periode
waktu yang adequate dan
dengan biaya yang
terjangkau oleh masyarakat
banyak
PENGERTIAN :
PENGGUNAAN
OBAT
RASIONAL
(POR)
The rational use of drugs, Report on the conference of experts Nairobi,
25-29 Nov. 1985 sponsored by W.H.O. Geneva.
Masalah Global Utama
1. Penggunaan obat-obatan yang tidak rasional adalah masalah utama di seluruh dunia.
2. WHO memperkirakan bahwa lebih dari setengah dari semua obat diresepkan, dikeluarkan
atau dijual secara tidak tepat,
3. Bahwa setengah dari semua pasien gagal meminumnya dengan benar.
4. Penggunaan yang berlebihan, kurang digunakan atau penyalahgunaan obat-obatan
World Health Organization. (2011). Promoting rational use of medicines (No. SEA-Drugs-161). WHO
Regional Office for South-East Asia.
• Pemakaian obat dimana indikasi pemakaian secara medik tidak ada atau samar – samar
• Pemilihan obat yang keliru untuk indikasi penyakit tertentu
• Cara pemberian obat, dosis, frekuensi dan lama pemberian yang tidak sesuai
• Pemakaian obat dengan potensi toksisitas atau efek samping lebih besar padahal ada obat
lain sama kemanfaatannya dengan potensi efek samping kecil.
• Pemakaian obat - obat mahal padahal alternatif yang lebih murah dengan kemanfaatan
dan keamanan yang sama tersedia
• Tidak memberikan pengobatan yang sudah diketahui dan diterima kemanfatan dan
keamanannya ( Estabilished Eficacy and Safety)
CIRI – CIRI PENGGUNAAN OBAT YANG TIDAK
RASIONAL
Terapi yang tidak Rasional
Polifarmasi
Penggunaan AB yang tidak bijak
Pemakaian sediaan injeksi secara berlebihan
Tidak sesuai dengan Guideline terapi
Swamedikasi
Polifarmasi meliputi:
 Duplikasi terapi
 Penggunaan 2 atau lebih obat untuk mengatasi satu indikasi
 Penggunaan 2 atau lebih obat dalam satu kelas terapi yang sama
 Penggunaan 2 atau lebih obat dalam satu golongan
 Peresepan obat untuk mengatasi efek samping obat lain (kecuali tidak
ada pilihan lain.
 Penguunaan lebih dari 5 item obat dalam satu resep
6
Bushardt RL., Massey EB., Simpson TW., Ariail JC., and Simpson KN. Polypharmacy: misleading but manageable. Clinical Interventions in Aging
2008; 3 (2): 383-9
Efek obat yang tidak diinginkan / Adverse Drug Events
(ADE)
● Mengkonsumsi beberapa obat, resep maupun OTC, dapat
meningkatkan resiko terjadinya ADE
● Jumlah dan keparahan ADE meningkat secara tidak proporsional
dengan jumlah obat yang diminum
● 2 obat – resiko 15%
● 5 obat – resiko meningkat menjadi 58%
● ≥ 7 obat – resiko meningkat menjadi 82%
1. Bushardt RL., Massey EB., Simpson TW., Ariail JC., and Simpson KN. Polypharmacy: misleading but manageable. Clinical Interventions in Aging 2008;
3 (2): 383-9
2. Fulton MM, Allen ER. Journal of the American Academy of Nurse Practitioners 2005;17(4):123–32.
3. PrybysKM. Emergency Medicine Reports 2002;23(11):145–53.
4. Gallagher LP. Applied Nursing Research 2001;14(4):220–4.
DAMPAK PENGGUNAAN OBAT YANG TIDAK
RASIONAL
Dampak terhadapMutu
Pengobatandan Pelayanan
Dampak TerhadapBiaya
Pelayanan& Pengobatan
Dampak terhadap
Kemungkinan Efek
Samping Obat Dampak Psikososial
 Pembentukan badan nasional multidisiplin untuk mengoordinasikan kebijakan penggunaan obat-obatan
 Penggunaan pedoman klinis
 Pengembangan dan penggunaan daftar obat esensial nasional
 Pembentukan komite obat dan terapi di Fasilitas kesehatan
 Dimasukkannya pelatihan farmakoterapi berbasis masalah dalam kurikulum sarjana
 Melanjutkan pendidikan berkelanjutan pada profesi kesehatan dalam layanan sebagai persyaratan lisensi
 Pengawasan, audit, dan umpan balik
 Penggunaan informasi independen tentang obat-obatan
 Pendidikan publik tentang obat-obatan
 Menghindari insentif keuangan
 Penggunaan regulasi yang tepat dan harus ditegakkan
 Pengeluaran pemerintah yang cukup untuk memastikan ketersediaan obat-obatan
WHO menganjurkan 12 intervensi utama untuk mempromosikan penggunaan
yang lebih rasional:
World Health Organization. (2011). Promoting rational use of medicines (No. SEA-Drugs-161). WHO Regional Office for South-East Asia.
Otoritas pengatur nasional adalah lembaga yang mengembangkan dan
mengimplementasikan sebagian besar undang-undang dan peraturan tentang farmasi.
Memastikan penggunaan yang rasional akan membutuhkan banyak kegiatan tambahan
yang akan membutuhkan koordinasi dengan banyak pemangku kepentingan. Dengan
demikian diperlukan badan nasional untuk mengkoordinasikan kebijakan dan strategi
di tingkat nasional, baik di sektor publik maupun swasta. Bentuk badan ini dapat
bervariasi dengan negara, tetapi dalam semua kasus harus melibatkan pemerintah
(kementerian kesehatan), profesi kesehatan, akademisi, RA, industri farmasi, kelompok
konsumen dan organisasi non-pemerintah yang terlibat dalam perawatan kesehatan.
1. Pembentukan Badan Nasional multidisiplin untuk
mengoordinasikan kebijakan penggunaan obat-obatan
World Health Organization. (2002). Promoting rational use of medicines: core components (No. WHO/EDM/2002.3). World Health Organization.
Pedoman klinis berbasis bukti sangat penting untuk mempromosikan penggunaan obat-
obatan secara rasional. Pertama, memberikan tolok ukur diagnosis dan pengobatan
yang memuaskan di mana perbandingan perawatan yang sebenarnya dapat dilakukan.
Terbukti untuk mempromosikan penggunaan obat-obatan yang lebih rasional asalkan:
(1) dikembangkan dengan cara partisipatif yang melibatkan pengguna akhir;
(2) mudah dibaca;
(3) diperkenalkan dengan peluncuran resmi, pelatihan dan diseminasi luas; dan
(4) diperkuat dengan audit resep dan umpan balik.
2. Clinical guidelines
World Health Organization. (2002). Promoting rational use of medicines: core components (No. WHO/EDM/2002.3). World Health
Organization.
1. Menggunakan daftar obat esensial membuat manajemen obat lebih mudah dalam segala hal;
Pengadaan, penyimpanan, dan distribusi lebih mudah dengan lebih sedikit item, Daftar Obat
esensial nasional harus didasarkan pada pedoman klinis nasional. Pemilihan obat harus
dilakukan oleh komite pusat dengan keanggotaan yang disepakati dan menggunakan kriteria
eksplisit yang telah disepakati sebelumnya, berdasarkan kemanjuran, keamanan, kualitas, biaya
(yang akan bervariasi secara lokal) dan efektivitas biaya.
2. Daftar Obat Esensial harus diperbarui secara berkala dan pengenalannya disertai dengan
peluncuran, pelatihan, dan penyebaran resmi.
3. Pengadaan dan distribusi obat-obatan sektor publik harus dibatasi terutama untuk obat-obatan
di EML, dan harus dipastikan bahwa hanya petugas kesehatan yang disetujui untuk
menggunakan obat-obatan tertentu yang benar-benar dipasok bersama mereka.
3. Daftar Obat Esensial
World Health Organization. (2002). Promoting rational use of medicines: core components (No. WHO/EDM/2002.3). World Health Organization.
1. Pemerintah dapat mendorong rumah sakit untuk memiliki KFT dengan
menjadikannya persyaratan akreditasi untuk berbagai Fasilitas kesehatan.
Anggota KFT harus mewakili semua spesialisasi utama dan administrasi;
mereka juga harus independen dan menyatakan konflik kepentingan.
2. Seorang dokter senior biasanya akan menjadi ketua dan kepala apoteker,
sekretari
4. Pembentukan komite obat dan terapi di
Fasilitas kesehatan
World Health Organization. (2002). Promoting rational use of medicines: core components (No. WHO/EDM/2002.3). World
Health Organization.
1. Pelatihan farmakoterapi rasional, terkait dengan pedoman klinis dan daftar obat-
obatan esensial, dapat membantu membangun kebiasaan resep yang baik. Pelatihan
lebih berhasil jika berbasis masalah, berkonsentrasi pada kondisi klinis umum,
memperhitungkan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa, dan ditargetkan
untuk persyaratan resep masa depan siswa.
2. Panduan untuk Peresepan yang Baik menjelaskan pendekatan berbasis masalah,
yang telah diadopsi di sejumlah sekolah kedokteran.
5. Dimasukkannya pelatihan farmakoterapi
berbasis masalah dalam kurikulum sarjana
World Health Organization. (2002). Promoting rational use of medicines: core components (No. WHO/EDM/2002.3). World
Health Organization.
1. pemerintah harus mendukung upaya departemen universitas dan asosiasi
profesional nasional untuk memberikan penilaian kompetensi secara
independen
6. Melanjutkan Pendidikan Berkelanjutan
pada profesi kesehatan dalam layanan
sebagai persyaratan Ijin Praktek
World Health Organization. (2002). Promoting rational use of medicines: core components (No. WHO/EDM/2002.3).
World Health Organization.
1. Pengawasan sangat penting untuk memastikan kualitas perawatan yang
baik. Pengawasan yang bersifat suportif, edukatif dan tatap muka, akan
lebih efektif dan lebih diterima oleh pemberi resep daripada pemeriksaan
dan hukuman sederhana.
2. Bentuk pengawasan yang efektif termasuk audit resep dan umpan balik,
tinjauan sejawat dan proses kelompok.
7. Pengawasan, Audit, dan Umpan balik
World Health Organization. (2002). Promoting rational use of medicines: core
components (No. WHO/EDM/2002.3). World Health Organization.
1. Seringkali, satu-satunya informasi tentang obat-obatan yang diterima praktisi
disediakan oleh industri farmasi dan mungkin bias. Oleh karena itu, penyediaan
informasi yang independen (tidak bias) sangat penting.
2. Siapa pun yang menjalankan PIO atau buletin harus
• independen dari pengaruh luar dan mengungkapkan konflik kepentingan keuangan atau
lainnya, dan
• menggunakan obat berbasis bukti dan transparan untuk semua rekomendasi yang
dibuat.
8. Pelayanan Informasi Obat yang independen
World Health Organization. (2002). Promoting rational use of medicines: core components (No. WHO/EDM/2002.3). World
Health Organization.
1. Tanpa pengetahuan yang cukup tentang risiko dan manfaat menggunakan obat-
obatan dan kapan dan bagaimana menggunakannya, orang sering tidak akan
mendapatkan hasil klinis yang diharapkan dan mungkin menderita efek samping. Ini
berlaku untuk obat-obatan yang diresepkan, serta obat-obatan yang digunakan
tanpa saran dari para profesional kesehatan.
2. Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memastikan kualitas obat-obatan dan
kualitas informasi tentang obat-obatan yang tersedia bagi konsumen
9. Edukasi masyarakat
1. Contohnya termasuk:
2. Resep yang mendapatkan uang dari penjualan obat-obatan
3. meresepkan lebih banyak obat, dan obat-obatan yang lebih mahal
Oleh karena itu sistem kesehatan harus diatur agar pemberi resep tidak mengeluarkan
atau menjual obat-obatan. • Biaya resep tetap, yang mencakup semua obat dalam
jumlah berapa pun dalam satu resep,
10. Menghindari insentif keuangan
yang tidak sesuai
Langkah-langkah pengaturan untuk mendukung penggunaan rasional
1. • pendaftaran obat-obatan untuk memastikan bahwa hanya obat-obatan berkhasiat yang aman dengan
kualitas baik yang tersedia di pasar dan bahwa obat-obatan non-berkhasiat yang tidak aman dilarang;
2. • membatasi resep obat berdasarkan tingkat resep; Ini termasuk membatasi obat-obatan tertentu untuk
tersedia hanya dengan resep dan tidak tersedia over-the-counter;
3. • menetapkan standar pendidikan untuk profesional kesehatan dan mengembangkan serta menegakkan kode
etik; ini membutuhkan kerja sama dari masyarakat profesional dan universitas;
4. • lisensi profesional kesehatan – dokter, apoteker, perawat, paramedis – untuk memastikan bahwa semua
praktisi memiliki kompetensi yang diperlukan sehubungan dengan diagnosis, peresepan, dan pengeluaran;
5. • perizinan gerai obat – toko eceran, grosir – untuk memastikan bahwa semua gerai pasokan
mempertahankan standar distribusi dan pengeluaran yang diperlukan;
6. • memantau dan mengatur promosi obat untuk memastikan bahwa itu etis dan tidak memihak.
11. Penggunaan regulasi yang tepat dan harus ditegakkan
1. Obat-obatan esensial mengarah pada penggunaan obat-obatan yang tidak penting,
dan kurangnya personel yang terlatih dengan tepat menyebabkan peresepan yang
tidak rasional oleh personel yang tidak terlatih. Selain itu, tanpa personel dan
keuangan yang kompeten yang memadai, tidak mungkin untuk melaksanakan salah
satu komponen inti dari program nasional untuk mempromosikan penggunaan obat-
obatan secara rasional.
2. Hasil klinis yang buruk, penderitaan yang tidak perlu dan pemborosan ekonomi
adalah alasan yang cukup untuk investasi pemerintah yang besar.
12. Peran pemerintah yang cukup untuk
memastikan ketersediaan obat-obatan dan tenaga
kesehatan
PROSES PENGOBATAN
ANAMNESIS
( Mencari berbagai informasi yang berkaitan dengan penyaki pasien )
PEMERIKSAAN :
Fisik - Laboratorium - Penunjang / Diagnostik
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Setiap keputusan intervensi terapi harus berdasarkan diagnosis kerja yang paling sesuai
INTERVENSI PENGOBATAN :
Intervensi tanpa obat - Intervensi Obat - Intervensi Gabungan (obat & non obat)
PEMBERIAN INFORMASI :
Prosedur pengobatan, Jenis penyakit & cara mengatasinya dampak negatip
pengobatan
PENILAIAN HASIL PENGOBATAN ( FOLLOW UP )
REQUIREMENT FOR RATIONAL USE OF DRUG
D
O
K
T
E
R
Patient Compliance
Correct Prescribing
F
A
R
M
A
S
I
S
Appropriate Dispensing
Adequat Diagnosis
PATIENT
OPTIMAL TREATMENT &
PHARMACOECONOMIC OUTCOMES
Komunikasi antara profesional dan
konsumen sangat penting untuk
peningkatan penggunaan obat-obatan
secara rasional
World Health Organization. (2006). The role of education in the Rational Use of Medicines (No. Technical Publication No. 45). WHO Regional
Office for South-East Asia.
Ada 3 hal Apoteker dapat berperan dalam proses
peresepan :
 Sebelum resep ditulis
Masukan apoteker klinis dalam penyusunan kebijakan: penyusunan Formularium
RS, kebijakan peresepan, pedoman pengobatan dll
 Selama resep ditulis
Mempengaruhi penulis resep dengan mempengaruhi pengetahuannya, sikap dan
prioritas dalam penulisan resep ( masuk dalam tim multidisiplin );
mis : tim TPN, tim kemoterapi sitotoksik, tim pemantauan terapi obat dll.
 Sesudah resep ditulis
 Mengkoreksi atau menyempurnakan kualitas peresepan. Hal ini terjadi
sesaat setelah resep dituliskan atau sebagai bagian proses penatalaksanaan
obat secara rutin
 Apoteker dapat mengambil peran bermakna dalam audit medis dan klinis
 Pemantauan pasien dan peresepan menjadi tugas utama apoteker klinis
PERESEPAN YANG RASIONAL
Pasien receive
appropriate medicines
according to their clinical
needs at an appropriate
dosage,
administration &
duration and in a way
that encourages the
patient compliance
and at the lowest cost
to the community
Appropriate pasient
( Tepat Pasien )
Appropriate indication
( Tepat Indikasi )
Appropriate cost
( Tepat biaya )
Appropriate drug
( Tepat Obat )
Appropriate information
( Tepat Information )
Appropriate administration,
dosage & duration
( Tepat pemberian, dosis, lama
pemberian )
“ Diagnosis yang tepat menentukan pengobatan yang tepat.
“ Setiap pasien mempunyai respon yang berbeda terhadap obat “
Tepat pasien adalah ketepatan dalam menilai kondisi pasien dengan
mempertimbangkan :
# Adanya penyakit yang menyertai.
* Kelainan ginjal
Obat yang mempengaruhi Ginjal ( Nefrotoksik ) :
Kaptopril, Aminoglikosida, Lithium, Simetidine
* Kelainan hati
Obat yang mempengaruhi hati ( Hepatotoksik )
Parasetamol, Halotan, Isoniazid
TEPAT PASIEN
“ Tidak semua pasien memerlukan Intervensi Obat “
Ketepatan Indikasi Penggunaan Obat apabila ada indikasi
yang benar( sesuai dengan diagnosa Dokter ) untuk
penggunaan obat tersebut dan telah terbukti manfaat
terapetiknya.
Contoh :
* Pasien dengan diagnosa TB Paru SO, diberikan Obat
dengan komposisi INH, Rifampisin, Ethambutol dan
Pirazinamid
* Pasien dengan Diagnosa DM Type 2 diberikan :
Glibenclamid, Humulin Injeksi dll.
TEPAT INDIKASI
“ Efek Klinik apa yang diharapkan ? “
Tepat Obat adalah Ketepatan pemilihan obat apabila dalam proses
pemilihan obat mempertimbangkan :
# Ketepatan Kelas Terapi & Jenis Obat (Efek terapi yang diperlukan)
Contoh :
# Kemanfaatan dan Keamanan sudah terbukti ( Resiko Efek Samping
maupun adanya kondisi Kontra Indikasi )
Contoh :
# Jenis obat paling mudah didapat
# Sedikit Mungkin Jumlah Jenis obat
TEPAT OBAT
“ Efek Obat yang maksimal diperlukan penentuan dosis, cara dan
lama pemberian yang tepat “
# Besar dosis, cara dan frekuensi pemberian umumnya
didasarkan pada sifat Farmakokinetika dan farmakodinamik
obat serta kondisi pasien.
# Sedang lama pemberian berdasarkan pada sifat penyakit: (
akut atau kronis, kambuh berulang dsb)
* Tepat Dosis adalah
Jumlah obat yang diberikan berada dalam rangeterapi
TEPAT PEMBERIAN, DOSIS DAN LAMA
PEMBERIAN
Tepat Cara Pemberian
adalah Pemilihan rute pemberian obat yang tepat sesuai dengan kondisi pasien.
Mis : per Oral, per Rektal, Intravena, subcutan dll
• Tepat Frekuensi / Interval
adalah Pemilihan yang tepat frekuensi / interval pemberian obat . Mis : per 4 jam,
per 6 jam, per 8 jam, per 12 jam dan per 24 jam dll
• Tepat Lama Pemberian
adalah Penetapan lama pemberian obat selam 3 hari, 5
hari, 10 hari, 3 bulan dll
• Tepat Saat Pemberian
adalah pemilihan saat yang tepat pemberian obat disesuaikan dengan kondisi
profik PK/PD obat dan keadaan pasien.
Mis : sebelum makan ( antecoenum, postcoenum, pre operasi atau post
operasi )

Apabila informasi yang diberikan jelas ( tidak bias ) tentang
obat yang digunakan oleh pasien dan informasi lain yang
menunjang perbaikan pengobatan
Misalnya :
Cara pemakaian, efek samping, kegagalan terapi bila tidak
taat, upaya yang dilakukan bila penyakit makin memburuk,
mencegah faktor resiko yang terjadinya penyakit dll.
TEPAT INFORMASI
Apabila biaya ( harga obat dan biaya pengobatan
hendaknya dipilih yang paling terjangkau oleh
kondisi keuangan pasien )
Contoh :
Mengutamakan meresepkan obat –obat Generik
dibandingkan dengan obat –obat patent yang biaya
/ harga jelas lebih mahal
TEPAT BIAYA
—KESIMPULAN
Penggunaan Obat yang Rasional
mempunyai dampak yang cukup
besar didalam meningkatkan
mutu pelayanan Kesehatan dan
penurunan biaya kesehatan
masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
● World Health Organization. (2006). The role of education in the Rational Use of Medicines (No. Technical
Publication No. 45). WHO Regional Office for South-East Asia.
● Reddenna, L. (2014). Rational use of Medicines: Can We Promote. PharmaTutor, 2(4), 43-49.
● The rational use of drugs, Report on the conference of experts Nairobi, 25-29 Nov. 1985 sponsored by W.H.O.
Geneva.
● World Health Organization. (2011). Promoting rational use of medicines (No. SEA-Drugs-161). WHO
Regional Office for South-East Asia.
● Bushardt RL., Massey EB., Simpson TW., Ariail JC., and Simpson KN. Polypharmacy: misleading but manageable.
Clinical Interventions in Aging 2008; 3 (2): 383-9
● Fulton MM, Allen ER. Journal of the American Academy of Nurse Practitioners 2005;17(4):123–32.
● PrybysKM. Emergency Medicine Reports 2002;23(11):145–53.
● Gallagher LP. Applied Nursing Research 2001;14(4):220–4.
35
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon and infographics & images by Freepik
THANKS!

More Related Content

Similar to Rational Use of Drug Medicines (POR).pptx

Formularium obat Rumah Sakit Islam Nyai Ageng Pinatih.pptx
Formularium obat Rumah Sakit Islam Nyai Ageng Pinatih.pptxFormularium obat Rumah Sakit Islam Nyai Ageng Pinatih.pptx
Formularium obat Rumah Sakit Islam Nyai Ageng Pinatih.pptxAchmadMaqbul1
 
Formularium RS kel 2.pptx
Formularium RS kel 2.pptxFormularium RS kel 2.pptx
Formularium RS kel 2.pptxVerine1
 
Kebijakan POR (Program Nusantara Sehat)
Kebijakan POR (Program Nusantara Sehat)Kebijakan POR (Program Nusantara Sehat)
Kebijakan POR (Program Nusantara Sehat)AndrieFitriansyah1
 
Makalah OWA dan Obat Keras
Makalah OWA dan Obat KerasMakalah OWA dan Obat Keras
Makalah OWA dan Obat KerasNata Dev
 
3-6peran komunikasi farmasi..ppt
3-6peran komunikasi farmasi..ppt3-6peran komunikasi farmasi..ppt
3-6peran komunikasi farmasi..pptAsepSaepudin211095
 
Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik Sri Suratini
 
SAP 1 Pendahuluan Farmakoekonomi - Copy.pptx
SAP 1 Pendahuluan Farmakoekonomi - Copy.pptxSAP 1 Pendahuluan Farmakoekonomi - Copy.pptx
SAP 1 Pendahuluan Farmakoekonomi - Copy.pptxMathlailFajri3
 
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptxPPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptxMIqbal650540
 
Konseling dan pio nada
Konseling dan pio nadaKonseling dan pio nada
Konseling dan pio nadaSapan Nada
 
3. Pemilihan Obat, Alkes dan BMHP.pdf
3. Pemilihan Obat, Alkes dan BMHP.pdf3. Pemilihan Obat, Alkes dan BMHP.pdf
3. Pemilihan Obat, Alkes dan BMHP.pdfcipta73
 
pharmaceutical care
pharmaceutical carepharmaceutical care
pharmaceutical careDokter Tekno
 
Pedoman penyusunan formularium rs
Pedoman penyusunan formularium rsPedoman penyusunan formularium rs
Pedoman penyusunan formularium rsHenry Nobito
 
11 pelayanan-kefarmasian-penggunaan-obat
11 pelayanan-kefarmasian-penggunaan-obat11 pelayanan-kefarmasian-penggunaan-obat
11 pelayanan-kefarmasian-penggunaan-obatBabangPattimura
 
Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1
Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1
Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1Danang Setiawan
 

Similar to Rational Use of Drug Medicines (POR).pptx (20)

Formularium.ppt
Formularium.pptFormularium.ppt
Formularium.ppt
 
Manajemen persediaan farmasi rs
Manajemen persediaan farmasi rsManajemen persediaan farmasi rs
Manajemen persediaan farmasi rs
 
Formularium obat Rumah Sakit Islam Nyai Ageng Pinatih.pptx
Formularium obat Rumah Sakit Islam Nyai Ageng Pinatih.pptxFormularium obat Rumah Sakit Islam Nyai Ageng Pinatih.pptx
Formularium obat Rumah Sakit Islam Nyai Ageng Pinatih.pptx
 
Formularium RS kel 2.pptx
Formularium RS kel 2.pptxFormularium RS kel 2.pptx
Formularium RS kel 2.pptx
 
Kebijakan POR (Program Nusantara Sehat)
Kebijakan POR (Program Nusantara Sehat)Kebijakan POR (Program Nusantara Sehat)
Kebijakan POR (Program Nusantara Sehat)
 
Makalah OWA dan Obat Keras
Makalah OWA dan Obat KerasMakalah OWA dan Obat Keras
Makalah OWA dan Obat Keras
 
P1.pptx
P1.pptxP1.pptx
P1.pptx
 
3-6peran komunikasi farmasi..ppt
3-6peran komunikasi farmasi..ppt3-6peran komunikasi farmasi..ppt
3-6peran komunikasi farmasi..ppt
 
Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik
 
SAP 1 Pendahuluan Farmakoekonomi - Copy.pptx
SAP 1 Pendahuluan Farmakoekonomi - Copy.pptxSAP 1 Pendahuluan Farmakoekonomi - Copy.pptx
SAP 1 Pendahuluan Farmakoekonomi - Copy.pptx
 
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptxPPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
 
Konseling dan pio nada
Konseling dan pio nadaKonseling dan pio nada
Konseling dan pio nada
 
PEDOMAN MESO NAKES
PEDOMAN MESO NAKESPEDOMAN MESO NAKES
PEDOMAN MESO NAKES
 
3. Pemilihan Obat, Alkes dan BMHP.pdf
3. Pemilihan Obat, Alkes dan BMHP.pdf3. Pemilihan Obat, Alkes dan BMHP.pdf
3. Pemilihan Obat, Alkes dan BMHP.pdf
 
pharmaceutical care
pharmaceutical carepharmaceutical care
pharmaceutical care
 
Pedoman penyusunan formularium rs
Pedoman penyusunan formularium rsPedoman penyusunan formularium rs
Pedoman penyusunan formularium rs
 
11 pelayanan-kefarmasian-penggunaan-obat
11 pelayanan-kefarmasian-penggunaan-obat11 pelayanan-kefarmasian-penggunaan-obat
11 pelayanan-kefarmasian-penggunaan-obat
 
Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1
Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1
Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1
 
Penggunaan obat rasional
Penggunaan obat rasionalPenggunaan obat rasional
Penggunaan obat rasional
 
Swamedikasi
SwamedikasiSwamedikasi
Swamedikasi
 

More from hanik mariana

PPT Pemantauan Terapi Obat oleh Apoteker.pptx
PPT Pemantauan Terapi Obat oleh Apoteker.pptxPPT Pemantauan Terapi Obat oleh Apoteker.pptx
PPT Pemantauan Terapi Obat oleh Apoteker.pptxhanik mariana
 
1. Cell Structures and their function.pptx
1. Cell Structures and their function.pptx1. Cell Structures and their function.pptx
1. Cell Structures and their function.pptxhanik mariana
 
PPT Pemanfaatan TOGA.pptx
PPT Pemanfaatan TOGA.pptxPPT Pemanfaatan TOGA.pptx
PPT Pemanfaatan TOGA.pptxhanik mariana
 
6. farmakologi ASMA.pptx
6. farmakologi ASMA.pptx6. farmakologi ASMA.pptx
6. farmakologi ASMA.pptxhanik mariana
 
KONSEP DASAR toga-akupressur.pptx
KONSEP DASAR toga-akupressur.pptxKONSEP DASAR toga-akupressur.pptx
KONSEP DASAR toga-akupressur.pptxhanik mariana
 
Federico Bozzetti, Michael Staun, Andre Van Gossum - Home Parenteral Nutritio...
Federico Bozzetti, Michael Staun, Andre Van Gossum - Home Parenteral Nutritio...Federico Bozzetti, Michael Staun, Andre Van Gossum - Home Parenteral Nutritio...
Federico Bozzetti, Michael Staun, Andre Van Gossum - Home Parenteral Nutritio...hanik mariana
 
Buku ajar ppsdmk anatomi dan-fisiologi-manusia-komprehensif
Buku ajar ppsdmk anatomi dan-fisiologi-manusia-komprehensifBuku ajar ppsdmk anatomi dan-fisiologi-manusia-komprehensif
Buku ajar ppsdmk anatomi dan-fisiologi-manusia-komprehensifhanik mariana
 

More from hanik mariana (10)

PPT Pemantauan Terapi Obat oleh Apoteker.pptx
PPT Pemantauan Terapi Obat oleh Apoteker.pptxPPT Pemantauan Terapi Obat oleh Apoteker.pptx
PPT Pemantauan Terapi Obat oleh Apoteker.pptx
 
1. Cell Structures and their function.pptx
1. Cell Structures and their function.pptx1. Cell Structures and their function.pptx
1. Cell Structures and their function.pptx
 
PPT Pemanfaatan TOGA.pptx
PPT Pemanfaatan TOGA.pptxPPT Pemanfaatan TOGA.pptx
PPT Pemanfaatan TOGA.pptx
 
mATERI alergi.pptx
mATERI alergi.pptxmATERI alergi.pptx
mATERI alergi.pptx
 
6. farmakologi ASMA.pptx
6. farmakologi ASMA.pptx6. farmakologi ASMA.pptx
6. farmakologi ASMA.pptx
 
KONSEP DASAR toga-akupressur.pptx
KONSEP DASAR toga-akupressur.pptxKONSEP DASAR toga-akupressur.pptx
KONSEP DASAR toga-akupressur.pptx
 
Federico Bozzetti, Michael Staun, Andre Van Gossum - Home Parenteral Nutritio...
Federico Bozzetti, Michael Staun, Andre Van Gossum - Home Parenteral Nutritio...Federico Bozzetti, Michael Staun, Andre Van Gossum - Home Parenteral Nutritio...
Federico Bozzetti, Michael Staun, Andre Van Gossum - Home Parenteral Nutritio...
 
2. homeostatis
2. homeostatis2. homeostatis
2. homeostatis
 
3. hematologi
3. hematologi3. hematologi
3. hematologi
 
Buku ajar ppsdmk anatomi dan-fisiologi-manusia-komprehensif
Buku ajar ppsdmk anatomi dan-fisiologi-manusia-komprehensifBuku ajar ppsdmk anatomi dan-fisiologi-manusia-komprehensif
Buku ajar ppsdmk anatomi dan-fisiologi-manusia-komprehensif
 

Recently uploaded

SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 

Recently uploaded (18)

SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 

Rational Use of Drug Medicines (POR).pptx

  • 1. Kerasionalan Terapi Dalam Praktek Kefarmasian apt. Hanik Mariana Dewi
  • 2. Apabila pasien menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang adequate dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat banyak PENGERTIAN : PENGGUNAAN OBAT RASIONAL (POR) The rational use of drugs, Report on the conference of experts Nairobi, 25-29 Nov. 1985 sponsored by W.H.O. Geneva.
  • 3. Masalah Global Utama 1. Penggunaan obat-obatan yang tidak rasional adalah masalah utama di seluruh dunia. 2. WHO memperkirakan bahwa lebih dari setengah dari semua obat diresepkan, dikeluarkan atau dijual secara tidak tepat, 3. Bahwa setengah dari semua pasien gagal meminumnya dengan benar. 4. Penggunaan yang berlebihan, kurang digunakan atau penyalahgunaan obat-obatan World Health Organization. (2011). Promoting rational use of medicines (No. SEA-Drugs-161). WHO Regional Office for South-East Asia.
  • 4. • Pemakaian obat dimana indikasi pemakaian secara medik tidak ada atau samar – samar • Pemilihan obat yang keliru untuk indikasi penyakit tertentu • Cara pemberian obat, dosis, frekuensi dan lama pemberian yang tidak sesuai • Pemakaian obat dengan potensi toksisitas atau efek samping lebih besar padahal ada obat lain sama kemanfaatannya dengan potensi efek samping kecil. • Pemakaian obat - obat mahal padahal alternatif yang lebih murah dengan kemanfaatan dan keamanan yang sama tersedia • Tidak memberikan pengobatan yang sudah diketahui dan diterima kemanfatan dan keamanannya ( Estabilished Eficacy and Safety) CIRI – CIRI PENGGUNAAN OBAT YANG TIDAK RASIONAL
  • 5. Terapi yang tidak Rasional Polifarmasi Penggunaan AB yang tidak bijak Pemakaian sediaan injeksi secara berlebihan Tidak sesuai dengan Guideline terapi Swamedikasi
  • 6. Polifarmasi meliputi:  Duplikasi terapi  Penggunaan 2 atau lebih obat untuk mengatasi satu indikasi  Penggunaan 2 atau lebih obat dalam satu kelas terapi yang sama  Penggunaan 2 atau lebih obat dalam satu golongan  Peresepan obat untuk mengatasi efek samping obat lain (kecuali tidak ada pilihan lain.  Penguunaan lebih dari 5 item obat dalam satu resep 6 Bushardt RL., Massey EB., Simpson TW., Ariail JC., and Simpson KN. Polypharmacy: misleading but manageable. Clinical Interventions in Aging 2008; 3 (2): 383-9
  • 7. Efek obat yang tidak diinginkan / Adverse Drug Events (ADE) ● Mengkonsumsi beberapa obat, resep maupun OTC, dapat meningkatkan resiko terjadinya ADE ● Jumlah dan keparahan ADE meningkat secara tidak proporsional dengan jumlah obat yang diminum ● 2 obat – resiko 15% ● 5 obat – resiko meningkat menjadi 58% ● ≥ 7 obat – resiko meningkat menjadi 82% 1. Bushardt RL., Massey EB., Simpson TW., Ariail JC., and Simpson KN. Polypharmacy: misleading but manageable. Clinical Interventions in Aging 2008; 3 (2): 383-9 2. Fulton MM, Allen ER. Journal of the American Academy of Nurse Practitioners 2005;17(4):123–32. 3. PrybysKM. Emergency Medicine Reports 2002;23(11):145–53. 4. Gallagher LP. Applied Nursing Research 2001;14(4):220–4.
  • 8. DAMPAK PENGGUNAAN OBAT YANG TIDAK RASIONAL Dampak terhadapMutu Pengobatandan Pelayanan Dampak TerhadapBiaya Pelayanan& Pengobatan Dampak terhadap Kemungkinan Efek Samping Obat Dampak Psikososial
  • 9.  Pembentukan badan nasional multidisiplin untuk mengoordinasikan kebijakan penggunaan obat-obatan  Penggunaan pedoman klinis  Pengembangan dan penggunaan daftar obat esensial nasional  Pembentukan komite obat dan terapi di Fasilitas kesehatan  Dimasukkannya pelatihan farmakoterapi berbasis masalah dalam kurikulum sarjana  Melanjutkan pendidikan berkelanjutan pada profesi kesehatan dalam layanan sebagai persyaratan lisensi  Pengawasan, audit, dan umpan balik  Penggunaan informasi independen tentang obat-obatan  Pendidikan publik tentang obat-obatan  Menghindari insentif keuangan  Penggunaan regulasi yang tepat dan harus ditegakkan  Pengeluaran pemerintah yang cukup untuk memastikan ketersediaan obat-obatan WHO menganjurkan 12 intervensi utama untuk mempromosikan penggunaan yang lebih rasional: World Health Organization. (2011). Promoting rational use of medicines (No. SEA-Drugs-161). WHO Regional Office for South-East Asia.
  • 10. Otoritas pengatur nasional adalah lembaga yang mengembangkan dan mengimplementasikan sebagian besar undang-undang dan peraturan tentang farmasi. Memastikan penggunaan yang rasional akan membutuhkan banyak kegiatan tambahan yang akan membutuhkan koordinasi dengan banyak pemangku kepentingan. Dengan demikian diperlukan badan nasional untuk mengkoordinasikan kebijakan dan strategi di tingkat nasional, baik di sektor publik maupun swasta. Bentuk badan ini dapat bervariasi dengan negara, tetapi dalam semua kasus harus melibatkan pemerintah (kementerian kesehatan), profesi kesehatan, akademisi, RA, industri farmasi, kelompok konsumen dan organisasi non-pemerintah yang terlibat dalam perawatan kesehatan. 1. Pembentukan Badan Nasional multidisiplin untuk mengoordinasikan kebijakan penggunaan obat-obatan World Health Organization. (2002). Promoting rational use of medicines: core components (No. WHO/EDM/2002.3). World Health Organization.
  • 11. Pedoman klinis berbasis bukti sangat penting untuk mempromosikan penggunaan obat- obatan secara rasional. Pertama, memberikan tolok ukur diagnosis dan pengobatan yang memuaskan di mana perbandingan perawatan yang sebenarnya dapat dilakukan. Terbukti untuk mempromosikan penggunaan obat-obatan yang lebih rasional asalkan: (1) dikembangkan dengan cara partisipatif yang melibatkan pengguna akhir; (2) mudah dibaca; (3) diperkenalkan dengan peluncuran resmi, pelatihan dan diseminasi luas; dan (4) diperkuat dengan audit resep dan umpan balik. 2. Clinical guidelines World Health Organization. (2002). Promoting rational use of medicines: core components (No. WHO/EDM/2002.3). World Health Organization.
  • 12. 1. Menggunakan daftar obat esensial membuat manajemen obat lebih mudah dalam segala hal; Pengadaan, penyimpanan, dan distribusi lebih mudah dengan lebih sedikit item, Daftar Obat esensial nasional harus didasarkan pada pedoman klinis nasional. Pemilihan obat harus dilakukan oleh komite pusat dengan keanggotaan yang disepakati dan menggunakan kriteria eksplisit yang telah disepakati sebelumnya, berdasarkan kemanjuran, keamanan, kualitas, biaya (yang akan bervariasi secara lokal) dan efektivitas biaya. 2. Daftar Obat Esensial harus diperbarui secara berkala dan pengenalannya disertai dengan peluncuran, pelatihan, dan penyebaran resmi. 3. Pengadaan dan distribusi obat-obatan sektor publik harus dibatasi terutama untuk obat-obatan di EML, dan harus dipastikan bahwa hanya petugas kesehatan yang disetujui untuk menggunakan obat-obatan tertentu yang benar-benar dipasok bersama mereka. 3. Daftar Obat Esensial World Health Organization. (2002). Promoting rational use of medicines: core components (No. WHO/EDM/2002.3). World Health Organization.
  • 13. 1. Pemerintah dapat mendorong rumah sakit untuk memiliki KFT dengan menjadikannya persyaratan akreditasi untuk berbagai Fasilitas kesehatan. Anggota KFT harus mewakili semua spesialisasi utama dan administrasi; mereka juga harus independen dan menyatakan konflik kepentingan. 2. Seorang dokter senior biasanya akan menjadi ketua dan kepala apoteker, sekretari 4. Pembentukan komite obat dan terapi di Fasilitas kesehatan World Health Organization. (2002). Promoting rational use of medicines: core components (No. WHO/EDM/2002.3). World Health Organization.
  • 14. 1. Pelatihan farmakoterapi rasional, terkait dengan pedoman klinis dan daftar obat- obatan esensial, dapat membantu membangun kebiasaan resep yang baik. Pelatihan lebih berhasil jika berbasis masalah, berkonsentrasi pada kondisi klinis umum, memperhitungkan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa, dan ditargetkan untuk persyaratan resep masa depan siswa. 2. Panduan untuk Peresepan yang Baik menjelaskan pendekatan berbasis masalah, yang telah diadopsi di sejumlah sekolah kedokteran. 5. Dimasukkannya pelatihan farmakoterapi berbasis masalah dalam kurikulum sarjana World Health Organization. (2002). Promoting rational use of medicines: core components (No. WHO/EDM/2002.3). World Health Organization.
  • 15. 1. pemerintah harus mendukung upaya departemen universitas dan asosiasi profesional nasional untuk memberikan penilaian kompetensi secara independen 6. Melanjutkan Pendidikan Berkelanjutan pada profesi kesehatan dalam layanan sebagai persyaratan Ijin Praktek World Health Organization. (2002). Promoting rational use of medicines: core components (No. WHO/EDM/2002.3). World Health Organization.
  • 16. 1. Pengawasan sangat penting untuk memastikan kualitas perawatan yang baik. Pengawasan yang bersifat suportif, edukatif dan tatap muka, akan lebih efektif dan lebih diterima oleh pemberi resep daripada pemeriksaan dan hukuman sederhana. 2. Bentuk pengawasan yang efektif termasuk audit resep dan umpan balik, tinjauan sejawat dan proses kelompok. 7. Pengawasan, Audit, dan Umpan balik World Health Organization. (2002). Promoting rational use of medicines: core components (No. WHO/EDM/2002.3). World Health Organization.
  • 17. 1. Seringkali, satu-satunya informasi tentang obat-obatan yang diterima praktisi disediakan oleh industri farmasi dan mungkin bias. Oleh karena itu, penyediaan informasi yang independen (tidak bias) sangat penting. 2. Siapa pun yang menjalankan PIO atau buletin harus • independen dari pengaruh luar dan mengungkapkan konflik kepentingan keuangan atau lainnya, dan • menggunakan obat berbasis bukti dan transparan untuk semua rekomendasi yang dibuat. 8. Pelayanan Informasi Obat yang independen World Health Organization. (2002). Promoting rational use of medicines: core components (No. WHO/EDM/2002.3). World Health Organization.
  • 18. 1. Tanpa pengetahuan yang cukup tentang risiko dan manfaat menggunakan obat- obatan dan kapan dan bagaimana menggunakannya, orang sering tidak akan mendapatkan hasil klinis yang diharapkan dan mungkin menderita efek samping. Ini berlaku untuk obat-obatan yang diresepkan, serta obat-obatan yang digunakan tanpa saran dari para profesional kesehatan. 2. Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memastikan kualitas obat-obatan dan kualitas informasi tentang obat-obatan yang tersedia bagi konsumen 9. Edukasi masyarakat
  • 19. 1. Contohnya termasuk: 2. Resep yang mendapatkan uang dari penjualan obat-obatan 3. meresepkan lebih banyak obat, dan obat-obatan yang lebih mahal Oleh karena itu sistem kesehatan harus diatur agar pemberi resep tidak mengeluarkan atau menjual obat-obatan. • Biaya resep tetap, yang mencakup semua obat dalam jumlah berapa pun dalam satu resep, 10. Menghindari insentif keuangan yang tidak sesuai
  • 20. Langkah-langkah pengaturan untuk mendukung penggunaan rasional 1. • pendaftaran obat-obatan untuk memastikan bahwa hanya obat-obatan berkhasiat yang aman dengan kualitas baik yang tersedia di pasar dan bahwa obat-obatan non-berkhasiat yang tidak aman dilarang; 2. • membatasi resep obat berdasarkan tingkat resep; Ini termasuk membatasi obat-obatan tertentu untuk tersedia hanya dengan resep dan tidak tersedia over-the-counter; 3. • menetapkan standar pendidikan untuk profesional kesehatan dan mengembangkan serta menegakkan kode etik; ini membutuhkan kerja sama dari masyarakat profesional dan universitas; 4. • lisensi profesional kesehatan – dokter, apoteker, perawat, paramedis – untuk memastikan bahwa semua praktisi memiliki kompetensi yang diperlukan sehubungan dengan diagnosis, peresepan, dan pengeluaran; 5. • perizinan gerai obat – toko eceran, grosir – untuk memastikan bahwa semua gerai pasokan mempertahankan standar distribusi dan pengeluaran yang diperlukan; 6. • memantau dan mengatur promosi obat untuk memastikan bahwa itu etis dan tidak memihak. 11. Penggunaan regulasi yang tepat dan harus ditegakkan
  • 21. 1. Obat-obatan esensial mengarah pada penggunaan obat-obatan yang tidak penting, dan kurangnya personel yang terlatih dengan tepat menyebabkan peresepan yang tidak rasional oleh personel yang tidak terlatih. Selain itu, tanpa personel dan keuangan yang kompeten yang memadai, tidak mungkin untuk melaksanakan salah satu komponen inti dari program nasional untuk mempromosikan penggunaan obat- obatan secara rasional. 2. Hasil klinis yang buruk, penderitaan yang tidak perlu dan pemborosan ekonomi adalah alasan yang cukup untuk investasi pemerintah yang besar. 12. Peran pemerintah yang cukup untuk memastikan ketersediaan obat-obatan dan tenaga kesehatan
  • 22. PROSES PENGOBATAN ANAMNESIS ( Mencari berbagai informasi yang berkaitan dengan penyaki pasien ) PEMERIKSAAN : Fisik - Laboratorium - Penunjang / Diagnostik PENEGAKKAN DIAGNOSIS Setiap keputusan intervensi terapi harus berdasarkan diagnosis kerja yang paling sesuai INTERVENSI PENGOBATAN : Intervensi tanpa obat - Intervensi Obat - Intervensi Gabungan (obat & non obat) PEMBERIAN INFORMASI : Prosedur pengobatan, Jenis penyakit & cara mengatasinya dampak negatip pengobatan PENILAIAN HASIL PENGOBATAN ( FOLLOW UP )
  • 23. REQUIREMENT FOR RATIONAL USE OF DRUG D O K T E R Patient Compliance Correct Prescribing F A R M A S I S Appropriate Dispensing Adequat Diagnosis PATIENT OPTIMAL TREATMENT & PHARMACOECONOMIC OUTCOMES
  • 24. Komunikasi antara profesional dan konsumen sangat penting untuk peningkatan penggunaan obat-obatan secara rasional World Health Organization. (2006). The role of education in the Rational Use of Medicines (No. Technical Publication No. 45). WHO Regional Office for South-East Asia.
  • 25. Ada 3 hal Apoteker dapat berperan dalam proses peresepan :  Sebelum resep ditulis Masukan apoteker klinis dalam penyusunan kebijakan: penyusunan Formularium RS, kebijakan peresepan, pedoman pengobatan dll  Selama resep ditulis Mempengaruhi penulis resep dengan mempengaruhi pengetahuannya, sikap dan prioritas dalam penulisan resep ( masuk dalam tim multidisiplin ); mis : tim TPN, tim kemoterapi sitotoksik, tim pemantauan terapi obat dll.  Sesudah resep ditulis  Mengkoreksi atau menyempurnakan kualitas peresepan. Hal ini terjadi sesaat setelah resep dituliskan atau sebagai bagian proses penatalaksanaan obat secara rutin  Apoteker dapat mengambil peran bermakna dalam audit medis dan klinis  Pemantauan pasien dan peresepan menjadi tugas utama apoteker klinis
  • 26. PERESEPAN YANG RASIONAL Pasien receive appropriate medicines according to their clinical needs at an appropriate dosage, administration & duration and in a way that encourages the patient compliance and at the lowest cost to the community Appropriate pasient ( Tepat Pasien ) Appropriate indication ( Tepat Indikasi ) Appropriate cost ( Tepat biaya ) Appropriate drug ( Tepat Obat ) Appropriate information ( Tepat Information ) Appropriate administration, dosage & duration ( Tepat pemberian, dosis, lama pemberian )
  • 27. “ Diagnosis yang tepat menentukan pengobatan yang tepat. “ Setiap pasien mempunyai respon yang berbeda terhadap obat “ Tepat pasien adalah ketepatan dalam menilai kondisi pasien dengan mempertimbangkan : # Adanya penyakit yang menyertai. * Kelainan ginjal Obat yang mempengaruhi Ginjal ( Nefrotoksik ) : Kaptopril, Aminoglikosida, Lithium, Simetidine * Kelainan hati Obat yang mempengaruhi hati ( Hepatotoksik ) Parasetamol, Halotan, Isoniazid TEPAT PASIEN
  • 28. “ Tidak semua pasien memerlukan Intervensi Obat “ Ketepatan Indikasi Penggunaan Obat apabila ada indikasi yang benar( sesuai dengan diagnosa Dokter ) untuk penggunaan obat tersebut dan telah terbukti manfaat terapetiknya. Contoh : * Pasien dengan diagnosa TB Paru SO, diberikan Obat dengan komposisi INH, Rifampisin, Ethambutol dan Pirazinamid * Pasien dengan Diagnosa DM Type 2 diberikan : Glibenclamid, Humulin Injeksi dll. TEPAT INDIKASI
  • 29. “ Efek Klinik apa yang diharapkan ? “ Tepat Obat adalah Ketepatan pemilihan obat apabila dalam proses pemilihan obat mempertimbangkan : # Ketepatan Kelas Terapi & Jenis Obat (Efek terapi yang diperlukan) Contoh : # Kemanfaatan dan Keamanan sudah terbukti ( Resiko Efek Samping maupun adanya kondisi Kontra Indikasi ) Contoh : # Jenis obat paling mudah didapat # Sedikit Mungkin Jumlah Jenis obat TEPAT OBAT
  • 30. “ Efek Obat yang maksimal diperlukan penentuan dosis, cara dan lama pemberian yang tepat “ # Besar dosis, cara dan frekuensi pemberian umumnya didasarkan pada sifat Farmakokinetika dan farmakodinamik obat serta kondisi pasien. # Sedang lama pemberian berdasarkan pada sifat penyakit: ( akut atau kronis, kambuh berulang dsb) * Tepat Dosis adalah Jumlah obat yang diberikan berada dalam rangeterapi TEPAT PEMBERIAN, DOSIS DAN LAMA PEMBERIAN
  • 31. Tepat Cara Pemberian adalah Pemilihan rute pemberian obat yang tepat sesuai dengan kondisi pasien. Mis : per Oral, per Rektal, Intravena, subcutan dll • Tepat Frekuensi / Interval adalah Pemilihan yang tepat frekuensi / interval pemberian obat . Mis : per 4 jam, per 6 jam, per 8 jam, per 12 jam dan per 24 jam dll • Tepat Lama Pemberian adalah Penetapan lama pemberian obat selam 3 hari, 5 hari, 10 hari, 3 bulan dll • Tepat Saat Pemberian adalah pemilihan saat yang tepat pemberian obat disesuaikan dengan kondisi profik PK/PD obat dan keadaan pasien. Mis : sebelum makan ( antecoenum, postcoenum, pre operasi atau post operasi )
  • 32.  Apabila informasi yang diberikan jelas ( tidak bias ) tentang obat yang digunakan oleh pasien dan informasi lain yang menunjang perbaikan pengobatan Misalnya : Cara pemakaian, efek samping, kegagalan terapi bila tidak taat, upaya yang dilakukan bila penyakit makin memburuk, mencegah faktor resiko yang terjadinya penyakit dll. TEPAT INFORMASI
  • 33. Apabila biaya ( harga obat dan biaya pengobatan hendaknya dipilih yang paling terjangkau oleh kondisi keuangan pasien ) Contoh : Mengutamakan meresepkan obat –obat Generik dibandingkan dengan obat –obat patent yang biaya / harga jelas lebih mahal TEPAT BIAYA
  • 34. —KESIMPULAN Penggunaan Obat yang Rasional mempunyai dampak yang cukup besar didalam meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan dan penurunan biaya kesehatan masyarakat
  • 35. DAFTAR PUSTAKA ● World Health Organization. (2006). The role of education in the Rational Use of Medicines (No. Technical Publication No. 45). WHO Regional Office for South-East Asia. ● Reddenna, L. (2014). Rational use of Medicines: Can We Promote. PharmaTutor, 2(4), 43-49. ● The rational use of drugs, Report on the conference of experts Nairobi, 25-29 Nov. 1985 sponsored by W.H.O. Geneva. ● World Health Organization. (2011). Promoting rational use of medicines (No. SEA-Drugs-161). WHO Regional Office for South-East Asia. ● Bushardt RL., Massey EB., Simpson TW., Ariail JC., and Simpson KN. Polypharmacy: misleading but manageable. Clinical Interventions in Aging 2008; 3 (2): 383-9 ● Fulton MM, Allen ER. Journal of the American Academy of Nurse Practitioners 2005;17(4):123–32. ● PrybysKM. Emergency Medicine Reports 2002;23(11):145–53. ● Gallagher LP. Applied Nursing Research 2001;14(4):220–4. 35
  • 36. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon and infographics & images by Freepik THANKS!

Editor's Notes

  1. Kebiasaan peresepan yang tidak rasional akan mempengaruhi mutu pengobatan dan pelayanan secara langsung dan tidak langsung. Misalnya : #Pemberian antibiotika dan anti diare pada kasus – kasus diare akut tanpa disertai pemberian campuran rehidrasi ( oralit ) yang memadai, akan berdampak terhadap upaya penurunan angka mortalitas diare. 2. Penulisan resep tanpa indikasi yang jelas, untuk kondisi – kondisi yang sebenarnya tidak memerlukan terapi obat merupakan pemborosan baik dipandang dari sisi pasien maupun sistem pelayanan Misalnya : # Peresepan dengan obat – obat paten yang mahal, jika ada alternatif obat generik dengan mutu dan keamanan yang sama merupakan salah satu bentuk ketidakrasionalan karena meningkatkan beban pembiayaan 3. Peresepan yang tidak rasional / berlebihan baik dalam jenis dan dosis dapat meningkatkan resiko efek samping obat Misalnya : # Pemakaian Antibiotika secara berlebihan juga berkaitan dengan meningkatnya resistensi kuman terhadap antibiotika yang bersangkutan terhadap populasi. 4. Peresepan yang tidak rasional / berlebihan baik dalam jenis dan dosis dapat meningkatkan resiko efek samping obat Misalnya : # Pemakaian Antibiotika secara berlebihan juga berkaitan dengan meningkatnya resistensi kuman terhadap antibiotika yang bersangkutan terhadap populasi.