SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat di sarana pelayanan kesehatan umumnya belum rasional.
Penggunaan obat yang tidak tepat ini dapat berupa penggunaan berlebihan,
penggunaan yang kurang dari seharusnya, kesalahan dalam penggunaan resep
atau tanpa resep, polifarmasi, dan swamedikasi yang tidak tepat (WHO, 2010).
Secara praktis, menurut Kementrian RI, (2011) penggunaan obat dikatakan
rasional jika memenuhi kriteria :
1. Tepat Diagnosis
Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan dengan diagnosis
yang tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan
obat akan terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut.
Akibatnya obat yang diberikan juga tidak akan sesuai dengan indikasi
yang seharusnya.
2. Tepat Indikasi Penyakit
Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik. Antibiotik,
misalnya di indikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian,
pemberian obat ini hanya di anjurkan untuk pasien yang member gejala
adanya infeksi bakteri.
3. Tepat Pemilihan Obat
Keputusan untuk melakukan upaya terapi di ambil setelah
diagnosis ditegakkan dengan benar.Dengan demikian obat yang dipilih
harus yang memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit.
4. Tepat Dosis
Dosis, cara dan lama pemberian obat sangan berpengaruh terhadap
efek terapi obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat
yang dengan rentang terapi yang sempitakan sangat beresiko timbulnya
efek samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin
tercapinya kadar terapi yang di harapkan.
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
5
a. Tepat Cara Pemberian
Obat antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian
pula antibiotik tidak boleh dicapur dengan susu, karena akan
membentuk ikatan, sehingga menjadi tidak dapat diabsorpsi dan
menurunkan efektivitasnya.
b. Tepat Waktu Interval Pemberian
Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan
praktis, agar mudah di taati oleh pasien. Makin sering frekuensi
pemberian obat per hari (misalnya 4 kali sehari), semakin rendah
tingkat ketaatan minum obat. Obat yang harus diminum 3 x sehari
harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan interval
setiap 8 jam.
c. Tepat Lama Pemberian
Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing –
masing. Untuk tuberkolosis dan kusta, lama pemberian paling singkat
adalah 6 bulan. Lama pemberian kloramfenikol pada demam tifoid
adalah 10-14 hari. Pemberian obat yang terlalu singkat atau terlalu
lama dari yang seharusnya akan berpengaruh terhadap hasil
pengobatan.
5. Waspada Terhadap Efek Samping
Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek
tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi,
karena itu muka merah setelah pemberian atropine bukan alergi, tetapi
efek samping sehubugan vasodilatasi pembuluh darah di wajah. Pemberian
tetrasiklin tidak boleh dilakukan pada anak kurang dari 12 tahun, karena
menimbulkan kelainan pada gigi dan tulang yang sedang tumbuh.
6. Tepat Penilaian Kondisi Pasien
Respon individu terhadap efek obat sangat beragam.Hal ini lebih
jelas terlihat pada beberapa jenis obat seperti teofilin dan aminoglikosida.
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
6
7. Tepat Informasi
Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat
penting dalam menunjang keberhasilan terapi.
8. Tepat Tindak Lanjut (Follow-up)
Pada saat memutuskan pemberian terapi, harus sudah
dipertimbangkan upaya tindak lanjut yang diperlukan, misalnya jika
pasien tidak sembuh atau mengalami efek samping.
9. Tepat Penyerahan Obat (Dispensing)
Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser sebagai
penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen.
Pada saat resep dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di
Puskesmas, apoteker/asisten apoteker menyiapkan obat yang dituliskan
peresep pada lembar resep untuk kemudian diberikan kepada pasien.
Proses penyiapan dan penyerahan harus dilakukan secara tepat, agar
pasien mendapatkan obat sebagaimana harusnya. Dalam menyerahkan
obat juga petugas juga harus memberikan informasi yang tepat kepada
pasien.
10. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan, ketidaktaatan
minum obat umumnya terjadi pada keadaan beikut :
a. Jenis dan/atau jumlah obat yang diberikan terlalu banyak
b. Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
c. Jenis sediaan obat terlalu beragam
d. Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
e. Pasien tidak mendapatkan informasi/penjelasan yang cukup mengenai
cara minum/menggunakan obat.
f. Timbulnya efek samping (misalnya ruam kulit dan nyeri lambung),
atau efek ikatan (urin menjadi merah karena minum rifamfisin) tanpa
diberikan penjelasan terlebih dahulu.
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
7
B. Obat dengan resep (Prescribing Drug)
1. Obat Keras
Obat keras adalah obat – obatan yang tidak digunakan untuk
keperluan tekhnik, yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan,
membaguskan, mendesinfeksikan dan lain – lain tubuh manusia, baik
dalam bungkusan maupun tidak, yang ditetapkan oleh Secretaris Van
Staat, Hoofd van het Departement van Gesondheid, menurut ketentuan
pasal 2 (UU Obat Keras, 1949).
Menurut United Health Care, (2013) Obat – obat yang umumnya
masuk ke dalam golongan obat keras (Prescription Drug List) ini antara
lain:
a. Anti-Invective
Terdiri dari antibiotika, antifungi, antivirus.
b. Kardiovaskular/Heart Disease
Terdiri dari terapi koagulasi, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan
lainnya.
c. Obat Sistem Saraf Pusat
Terdiri dari depresi, migrain, multiple sclerosis, sedative/hipnotik dan
lainnya.
d. Dermatologi
e. Diabetes
Terdiri dari monitoring gula darah, insulin, non insulin.
f. Endokrin
Terdiri dari growth hormone.
g. Eye Condition
Terdiri dari, alergi, antibiotika dan glaucoma.
h. Gastrointestinal
Terdiri dari, penekan asam, mual muntah.
i. Men’s Health
Terdiri dari, disfungsi ereksi, prostat.
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
8
j. Miscellaneous
Terdiri dari miscellaneous, overactive bladder.
k. Musculoskeletal
Terdiri dari, osteoporosis, pain relief, rheumatoid arthritis,dan lainnya.
l. Pernafasan
Terdiri dari, Asma, COPD, nasal allergi, oral allergi
m. Women’s Health
Terdiri dari, kontrasepsi, estrogen/progesterone, vitamin saat hamil.
2. Psikotropik
Psikotropik adalah obat bukan golongan narkotik yang berkhasiat
mempengaruhi susunan syaraf pusat. Obat ini dapat menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Obat golongan ini
hanya boleh dijual dengan resep dokter dan diberi tanda huruf K dalam
lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contohnya : Diazepam,
Phenobarbital (Depkes RI, 2008).
3. Narkotika
Narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintesis ataupun sem sintesis , yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Obat ini
hanya dapat diperoleh dengan resep dari dokter. Contohnya : Morfin,
Petidin (Permenkes RI, 2015).
C. Obat tanpa Resep (Over The Counter Drug)
OTC Adalah obat non resep yang biasanya tidak tercakup oleh
mediacare rencana obat resep, serta digunakan untuk pengobatan kondisi
medis seperti, demam dan batuk, nyeri, diare dan ketidaknyamananan perut
(OTC Medication Guide, 2011).
Golongan obat yang termasuk kedalam OTC adalah obat bebas, obat
bebas terbatas dan obat wajib apotek (OWA). Menurut National OTC
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
9
Medicines Program, (2015) daftar obat yang termasuk kedalam obat tanpa
resep (OTC) adalah sebagai berikut :
1. Analgetik
Analgetik pada OTC dimaksudkan untuk penangan nyeri dan demam
sementara. Contohnya : parasetamol, ibuprofen, asam asetilsalisilat.
2. Obat batuk
Sebagai pengencer dahak. Contohnya : bromhexin, guaifenesin.
3. Antialergi
Antialergi yang biasa digunakan adalah tablet antihistamin, contohnya
cetirizine, loratadine.
4. Obat gastrointestinal
Dimaksudkan untuk perawatan gejala gastrointestinal, yang paling sering
digunakan adalah obat pencahar dan obat obat utuk pengobatan sakit
maag. Contoh: antasida, sukralfat.
5. Sistem fungi sebagai suplmen pengobatan topical
Biasanya yang tersedia sebagai OTC yaitu kapsul Flukonazol.
D. Media Sosial Sebagai Sarana Edukasi
1. Edukasi
Edukasi atau pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha
untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau
individu. Tujuan dari pesan tersebut adalah agar mereka dapat
memperoleh pengetahuan yang lebih baik tentang kesehatan (Notoatmojo,
2003).
2. Media sosial
a. Definisi
Media sosial adalah suatu media yang dipahami sebagai
sekelompok jenis media online, yang terbagi atas lima karakteristik
menurut volt, 2013 yaitu:
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
10
1) Partisipasi
Sosial media mendorong kontribusi dan umpan balik dari setiap
orang yang tertarik.Hal ini mengaburkan batas antara media dan
penonton.
2) Keterbukaan
Media sosial terbuka untuk umpan balik dan partisipasi. media
mendorong voting, komentar dan berbagi informasi. Jarang ada
hambatan untuk mengakses dan memanfaatkan konten – konten
yang disukai.
3) Percakapan
Apabila media tradisional adalah tentang “broadcast” (konten
ditransmisikan atau didistribusikan kepada audiens) media sosial
lebih baik dilihat sebagai percakapan dua arah.
4) Komunitas
Media sosial memungkinkan komunitas untuk terbentuk dengan
cepat dan berkomunikasi secara efektif.Komunitas berbagi
kepentingan bersama.
5) Keterhubungan
Sebagian besar jenis media sosial berkembang pada keterhubungsn
mereka, memanfaatkan link ke situs lain, sumber daya dan orang
orang di dalamnya.
b. Keuunggulan Media Sosial
Media sosial memiliki banyak keunggulan yang diantaranya yaitu
dapat digunakan untuk mempublikasikan diri, pekerjaan, pendapat pribadi,
kejadian sehari - hari dari diri sendiri. Dengan media sosial,
berkomunikasi secara online dapat dilakukan dengan lebih mudah dan
murah daripada harus bertatap muka. Kemudian kolaborasi dan
komunikasi antar wilayah, antar benua (lintas batas) dapat dimungkinkan
dalam media sosial ini, hal tersebut brarti menghilangkan hambatan-
hambatan bagi orang – orang yang ingin berhubungan dengan orang lain,
tanpa memperhitungkan hambatan jarak, hambatan waktu, hambatan
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
11
biaya, hambatan sosial budaya, termasuk hambatan gender dan usia
(Kaplan, 2010).
Salah satu bentuk media sosial adalah jejaring sosial, berguna untuk
memudahkan pencarian informasi tentang subjek dan objek apapun juga
dan dari mana saja. Dengan dekian dapat memberikan konteks dan nilai
tambah pengetahuan dan dunia edukasi (Kaplan, 2010).
3. WhatssApp Messanger
WhatssApp messanger (WA) adalah salah satu aktor perkembangan
mobile messanger yang paling bayak digemari oleh pengguna di seluruh
dunia. WA merupakan aplikasi lintas platform yag memungkinkan kita
bertukar pesan tanpa biaya SMS, karena WA menggunakan paket data
internet yang sama untuk email, browsing web, dan lain-lainnya. Aplikasi
WA menggunakan 3G atau WiFi untuk berkomunikasi data. Dengan
menggunakan WA, kita dapat melakukan obrolan online, mengirim
berbagai file, bertukar foto, sharring informasi, dan lain-lainnya
(Primariawan, 2014).
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016

More Related Content

What's hot

Penggolongan obat berdasarkan jenisnya
Penggolongan obat berdasarkan jenisnyaPenggolongan obat berdasarkan jenisnya
Penggolongan obat berdasarkan jenisnyaRonaldo Tempone
 
Materi Kuliah 1. Penggolongan Obat
Materi Kuliah 1. Penggolongan ObatMateri Kuliah 1. Penggolongan Obat
Materi Kuliah 1. Penggolongan ObatRobby Candra Purnama
 
Farmakologi penggolongan obat
Farmakologi penggolongan obatFarmakologi penggolongan obat
Farmakologi penggolongan obatJohan Bernardus
 
Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1
Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1
Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1Danang Setiawan
 
Kebijakan obat tradisional nasional tahun 2007
Kebijakan obat tradisional nasional tahun 2007Kebijakan obat tradisional nasional tahun 2007
Kebijakan obat tradisional nasional tahun 2007Ulfah Hanum
 
Kepmenkes 187 2017 formularium ramuan obat tradisional indonesia(1)
Kepmenkes 187 2017 formularium ramuan obat tradisional indonesia(1)Kepmenkes 187 2017 formularium ramuan obat tradisional indonesia(1)
Kepmenkes 187 2017 formularium ramuan obat tradisional indonesia(1)Puskesmas Duduksampeyan
 
Makalah OWA dan Obat Keras
Makalah OWA dan Obat KerasMakalah OWA dan Obat Keras
Makalah OWA dan Obat KerasNata Dev
 
Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat nisha althaf
 
FARMAKOLOGI, jenis-jenis Penggolongan obat
FARMAKOLOGI, jenis-jenis Penggolongan obatFARMAKOLOGI, jenis-jenis Penggolongan obat
FARMAKOLOGI, jenis-jenis Penggolongan obatRizkiUlinaSari1
 
Penggunaan obat rasional
Penggunaan obat rasionalPenggunaan obat rasional
Penggunaan obat rasionalSelvia Agueda
 
Penggolongan Obat
Penggolongan Obat Penggolongan Obat
Penggolongan Obat pjj_kemenkes
 
Sejarah perkembangan obat
Sejarah perkembangan obatSejarah perkembangan obat
Sejarah perkembangan obatNina Vianti
 
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...pjj_kemenkes
 
Arti lingkaran pada obat
Arti lingkaran pada obatArti lingkaran pada obat
Arti lingkaran pada obatNs. Lutfi
 

What's hot (20)

Obat
ObatObat
Obat
 
Penggolongan obat berdasarkan jenisnya
Penggolongan obat berdasarkan jenisnyaPenggolongan obat berdasarkan jenisnya
Penggolongan obat berdasarkan jenisnya
 
Materi Kuliah 1. Penggolongan Obat
Materi Kuliah 1. Penggolongan ObatMateri Kuliah 1. Penggolongan Obat
Materi Kuliah 1. Penggolongan Obat
 
Farmakologi penggolongan obat
Farmakologi penggolongan obatFarmakologi penggolongan obat
Farmakologi penggolongan obat
 
Makalah farma
Makalah farmaMakalah farma
Makalah farma
 
Gemacermat
GemacermatGemacermat
Gemacermat
 
Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1
Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1
Jtptunimus gdl-arifusdika-5308-2-bab1
 
Kebijakan obat tradisional nasional tahun 2007
Kebijakan obat tradisional nasional tahun 2007Kebijakan obat tradisional nasional tahun 2007
Kebijakan obat tradisional nasional tahun 2007
 
Kepmenkes 187 2017 formularium ramuan obat tradisional indonesia(1)
Kepmenkes 187 2017 formularium ramuan obat tradisional indonesia(1)Kepmenkes 187 2017 formularium ramuan obat tradisional indonesia(1)
Kepmenkes 187 2017 formularium ramuan obat tradisional indonesia(1)
 
Makalah OWA dan Obat Keras
Makalah OWA dan Obat KerasMakalah OWA dan Obat Keras
Makalah OWA dan Obat Keras
 
Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat
 
FARMAKOLOGI, jenis-jenis Penggolongan obat
FARMAKOLOGI, jenis-jenis Penggolongan obatFARMAKOLOGI, jenis-jenis Penggolongan obat
FARMAKOLOGI, jenis-jenis Penggolongan obat
 
Obat tradisional
Obat tradisionalObat tradisional
Obat tradisional
 
Farmakologi pengertian obat.pdf
Farmakologi   pengertian obat.pdfFarmakologi   pengertian obat.pdf
Farmakologi pengertian obat.pdf
 
Penggunaan obat rasional
Penggunaan obat rasionalPenggunaan obat rasional
Penggunaan obat rasional
 
Penggolongan Obat
Penggolongan Obat Penggolongan Obat
Penggolongan Obat
 
Sejarah perkembangan obat
Sejarah perkembangan obatSejarah perkembangan obat
Sejarah perkembangan obat
 
Pengembangan obat herbal
Pengembangan obat herbalPengembangan obat herbal
Pengembangan obat herbal
 
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
 
Arti lingkaran pada obat
Arti lingkaran pada obatArti lingkaran pada obat
Arti lingkaran pada obat
 

Similar to Penggunaan obat rasional

Penggunaan Obat Rasional.pptx
Penggunaan Obat Rasional.pptxPenggunaan Obat Rasional.pptx
Penggunaan Obat Rasional.pptxYenny Tanjung
 
Konsep dasar pemberian obat
Konsep dasar pemberian obatKonsep dasar pemberian obat
Konsep dasar pemberian obatRetno Wulan
 
3-6peran komunikasi farmasi..ppt
3-6peran komunikasi farmasi..ppt3-6peran komunikasi farmasi..ppt
3-6peran komunikasi farmasi..pptAsepSaepudin211095
 
Penggunaan obat rasional
Penggunaan obat rasionalPenggunaan obat rasional
Penggunaan obat rasionalSelvia Agueda
 
Prinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian Obat
Prinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian ObatPrinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian Obat
Prinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian Obatpjj_kemenkes
 
Prinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian Obat
Prinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian ObatPrinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian Obat
Prinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian Obatpjj_kemenkes
 
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptxMFerdyYahyaRamadhan
 
(Pertemuan 2) Pengantar Swamedikasi.pptx
(Pertemuan 2) Pengantar Swamedikasi.pptx(Pertemuan 2) Pengantar Swamedikasi.pptx
(Pertemuan 2) Pengantar Swamedikasi.pptxTiaraChaerulZhanah
 
KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN.pptx
KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN.pptxKONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN.pptx
KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN.pptxawaldarmawan3
 
Penggolongan Obat berdasarkan per UU .pptx
Penggolongan Obat berdasarkan per UU .pptxPenggolongan Obat berdasarkan per UU .pptx
Penggolongan Obat berdasarkan per UU .pptxfatunStikes
 
PEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptx
PEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptxPEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptx
PEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptxawaldarmawan3
 
pharmaceutical care
pharmaceutical carepharmaceutical care
pharmaceutical careDokter Tekno
 
Materi 1 Penyuluhan Penyalahgunaan Obat.pptx
Materi 1 Penyuluhan Penyalahgunaan Obat.pptxMateri 1 Penyuluhan Penyalahgunaan Obat.pptx
Materi 1 Penyuluhan Penyalahgunaan Obat.pptxfarmasiabe
 
PPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptx
PPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptxPPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptx
PPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptxNanaNurhasanah5
 

Similar to Penggunaan obat rasional (20)

Penggunaan Obat Rasional.pptx
Penggunaan Obat Rasional.pptxPenggunaan Obat Rasional.pptx
Penggunaan Obat Rasional.pptx
 
Konsep dasar pemberian obat
Konsep dasar pemberian obatKonsep dasar pemberian obat
Konsep dasar pemberian obat
 
3-6peran komunikasi farmasi..ppt
3-6peran komunikasi farmasi..ppt3-6peran komunikasi farmasi..ppt
3-6peran komunikasi farmasi..ppt
 
Penggunaan obat rasional
Penggunaan obat rasionalPenggunaan obat rasional
Penggunaan obat rasional
 
Prinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian Obat
Prinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian ObatPrinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian Obat
Prinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian Obat
 
Kb 3
Kb 3Kb 3
Kb 3
 
Prinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian Obat
Prinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian ObatPrinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian Obat
Prinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian Obat
 
POR .pptx
POR .pptxPOR .pptx
POR .pptx
 
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
 
(Pertemuan 2) Pengantar Swamedikasi.pptx
(Pertemuan 2) Pengantar Swamedikasi.pptx(Pertemuan 2) Pengantar Swamedikasi.pptx
(Pertemuan 2) Pengantar Swamedikasi.pptx
 
KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN.pptx
KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN.pptxKONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN.pptx
KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN.pptx
 
Penggolongan Obat berdasarkan per UU .pptx
Penggolongan Obat berdasarkan per UU .pptxPenggolongan Obat berdasarkan per UU .pptx
Penggolongan Obat berdasarkan per UU .pptx
 
PEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptx
PEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptxPEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptx
PEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptx
 
Farmakologi dasar
Farmakologi dasarFarmakologi dasar
Farmakologi dasar
 
Farmakologi dasar AKPER PEMKAB MUNA
Farmakologi dasar  AKPER PEMKAB MUNA Farmakologi dasar  AKPER PEMKAB MUNA
Farmakologi dasar AKPER PEMKAB MUNA
 
pharmaceutical care
pharmaceutical carepharmaceutical care
pharmaceutical care
 
Materi 1 Penyuluhan Penyalahgunaan Obat.pptx
Materi 1 Penyuluhan Penyalahgunaan Obat.pptxMateri 1 Penyuluhan Penyalahgunaan Obat.pptx
Materi 1 Penyuluhan Penyalahgunaan Obat.pptx
 
PPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptx
PPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptxPPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptx
PPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptx
 
Makalah pengobatan mata 2
Makalah pengobatan mata 2Makalah pengobatan mata 2
Makalah pengobatan mata 2
 
Makalah pengobatan mata 2
Makalah pengobatan mata 2Makalah pengobatan mata 2
Makalah pengobatan mata 2
 

Recently uploaded

penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 

Recently uploaded (19)

penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 

Penggunaan obat rasional

  • 1. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penggunaan Obat yang Rasional Penggunaan obat di sarana pelayanan kesehatan umumnya belum rasional. Penggunaan obat yang tidak tepat ini dapat berupa penggunaan berlebihan, penggunaan yang kurang dari seharusnya, kesalahan dalam penggunaan resep atau tanpa resep, polifarmasi, dan swamedikasi yang tidak tepat (WHO, 2010). Secara praktis, menurut Kementrian RI, (2011) penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria : 1. Tepat Diagnosis Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan dengan diagnosis yang tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat akan terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat yang diberikan juga tidak akan sesuai dengan indikasi yang seharusnya. 2. Tepat Indikasi Penyakit Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik. Antibiotik, misalnya di indikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian obat ini hanya di anjurkan untuk pasien yang member gejala adanya infeksi bakteri. 3. Tepat Pemilihan Obat Keputusan untuk melakukan upaya terapi di ambil setelah diagnosis ditegakkan dengan benar.Dengan demikian obat yang dipilih harus yang memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit. 4. Tepat Dosis Dosis, cara dan lama pemberian obat sangan berpengaruh terhadap efek terapi obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang terapi yang sempitakan sangat beresiko timbulnya efek samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapinya kadar terapi yang di harapkan. Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
  • 2. 5 a. Tepat Cara Pemberian Obat antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula antibiotik tidak boleh dicapur dengan susu, karena akan membentuk ikatan, sehingga menjadi tidak dapat diabsorpsi dan menurunkan efektivitasnya. b. Tepat Waktu Interval Pemberian Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis, agar mudah di taati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat per hari (misalnya 4 kali sehari), semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang harus diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan interval setiap 8 jam. c. Tepat Lama Pemberian Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing – masing. Untuk tuberkolosis dan kusta, lama pemberian paling singkat adalah 6 bulan. Lama pemberian kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10-14 hari. Pemberian obat yang terlalu singkat atau terlalu lama dari yang seharusnya akan berpengaruh terhadap hasil pengobatan. 5. Waspada Terhadap Efek Samping Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, karena itu muka merah setelah pemberian atropine bukan alergi, tetapi efek samping sehubugan vasodilatasi pembuluh darah di wajah. Pemberian tetrasiklin tidak boleh dilakukan pada anak kurang dari 12 tahun, karena menimbulkan kelainan pada gigi dan tulang yang sedang tumbuh. 6. Tepat Penilaian Kondisi Pasien Respon individu terhadap efek obat sangat beragam.Hal ini lebih jelas terlihat pada beberapa jenis obat seperti teofilin dan aminoglikosida. Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
  • 3. 6 7. Tepat Informasi Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting dalam menunjang keberhasilan terapi. 8. Tepat Tindak Lanjut (Follow-up) Pada saat memutuskan pemberian terapi, harus sudah dipertimbangkan upaya tindak lanjut yang diperlukan, misalnya jika pasien tidak sembuh atau mengalami efek samping. 9. Tepat Penyerahan Obat (Dispensing) Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser sebagai penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen. Pada saat resep dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di Puskesmas, apoteker/asisten apoteker menyiapkan obat yang dituliskan peresep pada lembar resep untuk kemudian diberikan kepada pasien. Proses penyiapan dan penyerahan harus dilakukan secara tepat, agar pasien mendapatkan obat sebagaimana harusnya. Dalam menyerahkan obat juga petugas juga harus memberikan informasi yang tepat kepada pasien. 10. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan, ketidaktaatan minum obat umumnya terjadi pada keadaan beikut : a. Jenis dan/atau jumlah obat yang diberikan terlalu banyak b. Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering c. Jenis sediaan obat terlalu beragam d. Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi e. Pasien tidak mendapatkan informasi/penjelasan yang cukup mengenai cara minum/menggunakan obat. f. Timbulnya efek samping (misalnya ruam kulit dan nyeri lambung), atau efek ikatan (urin menjadi merah karena minum rifamfisin) tanpa diberikan penjelasan terlebih dahulu. Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
  • 4. 7 B. Obat dengan resep (Prescribing Drug) 1. Obat Keras Obat keras adalah obat – obatan yang tidak digunakan untuk keperluan tekhnik, yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, membaguskan, mendesinfeksikan dan lain – lain tubuh manusia, baik dalam bungkusan maupun tidak, yang ditetapkan oleh Secretaris Van Staat, Hoofd van het Departement van Gesondheid, menurut ketentuan pasal 2 (UU Obat Keras, 1949). Menurut United Health Care, (2013) Obat – obat yang umumnya masuk ke dalam golongan obat keras (Prescription Drug List) ini antara lain: a. Anti-Invective Terdiri dari antibiotika, antifungi, antivirus. b. Kardiovaskular/Heart Disease Terdiri dari terapi koagulasi, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan lainnya. c. Obat Sistem Saraf Pusat Terdiri dari depresi, migrain, multiple sclerosis, sedative/hipnotik dan lainnya. d. Dermatologi e. Diabetes Terdiri dari monitoring gula darah, insulin, non insulin. f. Endokrin Terdiri dari growth hormone. g. Eye Condition Terdiri dari, alergi, antibiotika dan glaucoma. h. Gastrointestinal Terdiri dari, penekan asam, mual muntah. i. Men’s Health Terdiri dari, disfungsi ereksi, prostat. Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
  • 5. 8 j. Miscellaneous Terdiri dari miscellaneous, overactive bladder. k. Musculoskeletal Terdiri dari, osteoporosis, pain relief, rheumatoid arthritis,dan lainnya. l. Pernafasan Terdiri dari, Asma, COPD, nasal allergi, oral allergi m. Women’s Health Terdiri dari, kontrasepsi, estrogen/progesterone, vitamin saat hamil. 2. Psikotropik Psikotropik adalah obat bukan golongan narkotik yang berkhasiat mempengaruhi susunan syaraf pusat. Obat ini dapat menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Obat golongan ini hanya boleh dijual dengan resep dokter dan diberi tanda huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contohnya : Diazepam, Phenobarbital (Depkes RI, 2008). 3. Narkotika Narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis ataupun sem sintesis , yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dari dokter. Contohnya : Morfin, Petidin (Permenkes RI, 2015). C. Obat tanpa Resep (Over The Counter Drug) OTC Adalah obat non resep yang biasanya tidak tercakup oleh mediacare rencana obat resep, serta digunakan untuk pengobatan kondisi medis seperti, demam dan batuk, nyeri, diare dan ketidaknyamananan perut (OTC Medication Guide, 2011). Golongan obat yang termasuk kedalam OTC adalah obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek (OWA). Menurut National OTC Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
  • 6. 9 Medicines Program, (2015) daftar obat yang termasuk kedalam obat tanpa resep (OTC) adalah sebagai berikut : 1. Analgetik Analgetik pada OTC dimaksudkan untuk penangan nyeri dan demam sementara. Contohnya : parasetamol, ibuprofen, asam asetilsalisilat. 2. Obat batuk Sebagai pengencer dahak. Contohnya : bromhexin, guaifenesin. 3. Antialergi Antialergi yang biasa digunakan adalah tablet antihistamin, contohnya cetirizine, loratadine. 4. Obat gastrointestinal Dimaksudkan untuk perawatan gejala gastrointestinal, yang paling sering digunakan adalah obat pencahar dan obat obat utuk pengobatan sakit maag. Contoh: antasida, sukralfat. 5. Sistem fungi sebagai suplmen pengobatan topical Biasanya yang tersedia sebagai OTC yaitu kapsul Flukonazol. D. Media Sosial Sebagai Sarana Edukasi 1. Edukasi Edukasi atau pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu. Tujuan dari pesan tersebut adalah agar mereka dapat memperoleh pengetahuan yang lebih baik tentang kesehatan (Notoatmojo, 2003). 2. Media sosial a. Definisi Media sosial adalah suatu media yang dipahami sebagai sekelompok jenis media online, yang terbagi atas lima karakteristik menurut volt, 2013 yaitu: Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
  • 7. 10 1) Partisipasi Sosial media mendorong kontribusi dan umpan balik dari setiap orang yang tertarik.Hal ini mengaburkan batas antara media dan penonton. 2) Keterbukaan Media sosial terbuka untuk umpan balik dan partisipasi. media mendorong voting, komentar dan berbagi informasi. Jarang ada hambatan untuk mengakses dan memanfaatkan konten – konten yang disukai. 3) Percakapan Apabila media tradisional adalah tentang “broadcast” (konten ditransmisikan atau didistribusikan kepada audiens) media sosial lebih baik dilihat sebagai percakapan dua arah. 4) Komunitas Media sosial memungkinkan komunitas untuk terbentuk dengan cepat dan berkomunikasi secara efektif.Komunitas berbagi kepentingan bersama. 5) Keterhubungan Sebagian besar jenis media sosial berkembang pada keterhubungsn mereka, memanfaatkan link ke situs lain, sumber daya dan orang orang di dalamnya. b. Keuunggulan Media Sosial Media sosial memiliki banyak keunggulan yang diantaranya yaitu dapat digunakan untuk mempublikasikan diri, pekerjaan, pendapat pribadi, kejadian sehari - hari dari diri sendiri. Dengan media sosial, berkomunikasi secara online dapat dilakukan dengan lebih mudah dan murah daripada harus bertatap muka. Kemudian kolaborasi dan komunikasi antar wilayah, antar benua (lintas batas) dapat dimungkinkan dalam media sosial ini, hal tersebut brarti menghilangkan hambatan- hambatan bagi orang – orang yang ingin berhubungan dengan orang lain, tanpa memperhitungkan hambatan jarak, hambatan waktu, hambatan Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
  • 8. 11 biaya, hambatan sosial budaya, termasuk hambatan gender dan usia (Kaplan, 2010). Salah satu bentuk media sosial adalah jejaring sosial, berguna untuk memudahkan pencarian informasi tentang subjek dan objek apapun juga dan dari mana saja. Dengan dekian dapat memberikan konteks dan nilai tambah pengetahuan dan dunia edukasi (Kaplan, 2010). 3. WhatssApp Messanger WhatssApp messanger (WA) adalah salah satu aktor perkembangan mobile messanger yang paling bayak digemari oleh pengguna di seluruh dunia. WA merupakan aplikasi lintas platform yag memungkinkan kita bertukar pesan tanpa biaya SMS, karena WA menggunakan paket data internet yang sama untuk email, browsing web, dan lain-lainnya. Aplikasi WA menggunakan 3G atau WiFi untuk berkomunikasi data. Dengan menggunakan WA, kita dapat melakukan obrolan online, mengirim berbagai file, bertukar foto, sharring informasi, dan lain-lainnya (Primariawan, 2014). Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016