SlideShare a Scribd company logo
Laporan Praktikum Biologi Perikanan
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH
(Mystacoleucus padangensis) MELALUI
IKG DAN DAN TKG
Dosen Penanggung Jawab
Indra Lesmana, S.Pi, M.Si
Ani Suryanti, S.Pi, M.Si
Oleh
Tiur Natalia Manalu
120302028
VI / B
LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA
PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) merupakan ikan endemik yang
hidup di Danau Singkarak, Sumatera Utara. Introduksi ikan bilih ke Danau Toba,
Sumatera Utara dilakukan setelah ahli peneliti perikanan mempertimbangkan hasil
kajian ikan bilih di habitat aslinya, Danau Singkarak dan hasil kajian yang
dilakukan di Danau Toba sebagai kandidat perairan untuk introduksi ikan bilih.
Walaupun telah dilakukan kajian tentang bioekologi termasuk kesesuaian untuk
pemakanan, pemijahan, asuhan dan pembesaran ikan bilih sampai dengan
kemungkinan dampaknya terhadap populasi ikan asli dan hasil tangkapan tetapi
umumnya masyarakat mempertanyakan keberadaan dan pertumbuhan ikan bilih
yang sangat cepat apakah dapat merusak ekosistem perairan Danau Toba
mengingat ikan bilih bukan spesies ikan asli perairan Danau Toba. Pertanyaan
tersebut muncul akibat sangat terbatasnya informasi bioekologi ikan yang hidup di
perairan Danau Toba. Kajian bioekologi ikan bilih perlu dilakukan agar tercapai
pengelolaannya yang berkelanjutan di perairan Danau Toba (Panjaitan, 2010).
Bentuk badan ikan bilih sangat mirip dengan ikan genggehek (Jawa Barat)
atau wader (Jawa Tengah dan Timur), yaitu Mystacoleucus merginatus yang
banyak terdapat di perairan umum Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Juga mirip
dengan ikan wader cakul (Jawa Tengah dan Timur), beunteur (Jawa Barat) atau
pora-pora (Sumatera Utara), yaitu Pontius binotatus. Karena ikan pora-pora di
Danau Toba tidak pernah tertangkap lagi sejak tahun 1990-an, maka masyarakat
sekitar danau tersebut menyebut ikan bilih sebagai ikan pora-pora. Nama pora-
pora yang sebenarnya adalah ikan bilih terus melekat dan populer sampai
sekarang. Harga ikan bilih yang ekonomis tinggi menjadikan ikan ini sebagai
komoditas ekspor dalam bentuk kering ke negara jiran, Malaysia dan Singapura.
Ikan bilih melakukan reproduksi atau pemijahan dengan mengikuti aliran air di
sungai yang bermuara di danau. Induk jantan dan betina beruaya ke arah sungai
dengan kecepatan arus berkisar antara 0,3-0,6 m/detik dan kedalaman antara 10-
20 cm. Habitat pemijahan adalah perairan sungai yang jernih, dengan suhu air
3
relatif rendah, berkisar 24,0-26,0°C, dasar sungai yang berbatu kerikil dan atau
pasir (Antoni, 2010).
Salah satu faktor yang diduga sebagai penyebab penurunan kepadatan
populasi ikan bilih adalah tingginya tingkat eksploitasi. Tingkat eksploitasi ikan
bilih telah mencapai 77,84% atau 416,90 ton dari stok ikan bilih yaitu 542,46 ton,
batas maksimum eksploitasi 60%. Tingginya tingkat eksploitasi ikan di perairan
dapat dilihat dari ukuran individu ikan yang tertangkap, terutama yang telah ma-
tang gonad, dimana ukurannya semakin kecil dari tahun ke tahun. Semakin tinggi
frekuensi dan intensitas penangkapan ikan betina dalam kondisi matang gonad
atau bertelur, maka penambahan individu baru ke dalam perairan semakin
berkurang. Jenis dan jumlah alat tangkap yang dioperasikan nelayan, juga
menentukan kepadatan populasi ikan di perairan. Jenis alat tangkap yang dominan
digunakan nelayan dalam kegiatan penangkapan adalah jaring insang atau jaring
langli. Ukuran mata jaring yang digunakan nelayan dalam kegiatan penangkapan
ikan bilih terlalu kecil sehingga ikan bilih banyak tertangkap dalam kondisi
bertelur dan pada ukuran ikan pertama kali matang gonad (Panjaitan, 2010).
Pertumbuhan dapat di defenisikan sebagai perubahan ukuran panjang,
berat dan volume dalam jangka waktu tertentu. Pertumbuhan ikan biasanya
ditunjukkan dari penambahan panjang dan berat yang biasanya bertujuan untuk
mengetahui pola pertumbuhan atau tampilan ikan di alam. Pola pertumbuhan
dalam pengelolaan sumberdaya perikanan sangat bermanfaat dalam penentuan
selektivitas alat tangkap agar ikan-ikan yang tertangkap hanya yang berukuran
layak tangkap. Dalam hubungannya dengan pertumbuhan, analisa hubungan
panjang-berat dimaksudkan untuk mengukur variasi berat harapan untuk panjang
tertentu dari ikan secara individual atau kelompok individu sebagai suatu petunjuk
tentang kegemukan, kesehatan, perkembangan gonad dan sebagainya. Tampilan
pertumbuhan diperoleh berdasarkan nilai ‘b’ yang merupakan slope regresi antara
logaritma hubungan panjang dan berat (Nofrita, dkk., 2013).
Agar kelestarian populasi ikan Bilih tetap terjamin maka dibutuhkan
pengelolaannya. Aspek penting untuk kelestarian populasi ikan Bilih adalah aspek
reproduksi yang merupakan aspek dasar biologi ikan. Keberhasilan reproduksi
ikan akan menunjukkan kelangsungan populasi ikan tersebut dalam lingkungan
4
ikan tersebut. Pengetahuan fekunditas dan indeks gonad somatik (IGS) merupakan
salah satu aspek yang memiliki peran penting dalam biologi perikanan, dimana
fekunditas berkaitan erat dengan studi dinamika populasi, produksi serta stock
recruitment, sedangkan nilai IGS digunakan untuk memprediksi kapan ikan
tersebut akan siap dilakukannya pemijahan. Nilai IGS tersebut akan mencapai
batas kisaran maksimum pada saat akan terjadinya pemijahan. Pemijahan sebagai
salah satu bagian dari reproduksi merupakan mata rantai daur hidup yang
menentukan kelangsungan hidup spesies. Penambahan populasi ikan bergantung
pada keberhasilan. Ikan Bilih perlu dilestarikan melalui pengelolaan habitat serta
pemanfaatan yang memperhatikan reproduksi ikan Bilih (Patrioni, dkk., 2010).
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum yang berjudul ‘Tingkat Kematangan Gonad
Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis) Melalui IKG dan TKG’’ adalah untuk
mengetahui secara langsung kuantitas dan morfologi telur ikan bilih
(Mystacoleucus padangensis), mampu mengidentifikasi telur secara histologi
menggunakan mikroskop, mampu melakukan perhitungan dan analisis IKG
(Indeks Kematangan Gonad), untuk mengetahui TKG (Tingkat Kematangan
Gonad) ikan bilih berdasarkan hasil identifikasi, untuk mengetahui hubungan
TKG dan IKG serta kaitannya dengan faktor lingkungan perairan ikan bilih
(Mystacoleucus padangensis).
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai syarat untuk mengikuti
praktikum Biologi Perikanan serta sebagai sumber informasi bagi yang
membutuhkan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis)
Menurut Antoni (2010), ciri-ciri morfologi ikan bilih adalah: 1) sirip
punggung mempunyai jari-jari keras (berduri) yang rebah ke muka, kadang
kadang duri ini tertutup oleh sisik sehingga tidak kelihatan jika tidak diraba. Sirip
dubur tidak mempunyai jari-jari keras, hanya terdapat 8-9 jari-jari lemah, 2) badan
bulat panjang dan pipih, tinggi badan 2-3 cm, panjang badan maksimum 11,6 cm,
3) sisiknya kecil-kecil dan tipis, terdapat 37-39 baris antara tengah-tengah dasar
sirip punggung dan gurat sisi (lateral line), 4) tubuh ditutupi oleh sisik yang
berwarna keperak-perakan. Punggung dan ekor bagian sebelah sirip berwarna
kehitam-hitaman. Secara sistematik ikan bilih termasuk ke dalam klasifikasi
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Mystacoleucus
Species : Mystacoleucus padangensis
Panjang ikan Bilih dewasa berkisar antara 58,00-107,00 mm dengan
panjang rata-rata 89,00 mm. Berat badan ikan bilih sekitar 3,00-10,50 gr dengan
rata-rata 6,80 gr. Tinggi badan rata-rata 18,50 mm dan ekor bertipe “homocercal”.
Jari-jari pada sirip punggung, dada, dan perut masing-masing terdiri dari jari-jari
keras 1 buah dan jari-jari lemah 8-9 buah. Pada garis sisi (linea literalis) terdapat
sisi yang bersifat sikloid sebanyak 35 buah dan di atas garis sisi sebanyak 5 buah.
Sisik daerah perut sampai ekor bagian bawah berwarna putih keperakan.
Sedangkan sisik diatas garis sisi atau bagian punggung berwarna agak gelap
(kecoklatan) (Yanti, 2012).
Perkembangan populasi ikan bilih yang cepat selain didukung oleh
tersedianya makanan alami terutama fitoplankton dan dentritus juga tersedianya
6
daerah pemijahan yang banyak tersebar di muara-muara sungai yang masuk ke
danau. Sesudah masa larva berakhir bentuk ikan hampir serupa dengan induk.
Beberapa bagian tubuhnya meneruskan pertumbuhannya. Pada umumnya
perubahan tadi hanya merupakan perubahan kecil saja seperti panjang sirip dan
kemontokan ikan. Selain itu terdapat pula perubahan yang bersifat sementara
misalnya perubahan yang berhubungan dengan kematangan gonad. Perubahan-
perubahan itu dinamakan pertumbuhan allometrik atau heterogenik. Apabila pada
ikan terdapat perubahan terus menerus secara proporsionil dalam tubuhnya
dinamakan pertumbuhan isometrik atau isogenik (Antoni, 2010).
2.2 Kematangan Gonad
Tingkat kematangan gonad adalah tahapan perkembangan gonad sebelum
dan sesudah ikan memijah. Informasi mengenai tingkat kematangan gonad
diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan yang matang gonad dengan ikan
yang belum matang gonad dari stok ikan di perairan, selain itu dapat mengetahui
waktu pemijahan, lama pemijahan dalam setahun, frekuensi pemijahan dan umur
atau ukuran ikan pertama kali matang gonad. Ukuran matang gonad tiap spesies
ikan berbeda-beda dan juga pada spesies yang sama jika tersebar pada lintang
yang berbeda lebih dari lima derajat akan mengalami perbedaan ukuran dan umur
pertama kali matang gonad. Faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan
matang gonad ada dua yaitu faktor luar seperti suhu dan arus serta faktor dalam
seperti umur, jenis kelamin, perbedaan spesies, ukuran dan sifat-sifat fisiologis
ikan seperti kemampuan beradaptasi dengan lingkungan (Sheima, 2011).
Dalam Biologi Perikanan pencatatan perubahan atau tahap-tahap
kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang
akan melakukan reproduksi dan yang tidak. Dari pengetahuan tahap kematangan
gonad ini juga akan didapatkan keterangan bilamana ikan itu akan memijah, baru
memijah atau sudah selesai memijah. Mengetahui ukuran ikan untuk pertama kali
gonadnya menjadi masak ada hubungannya dengan pertumbuhan ikan itu sendiri
dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Ukuran dan umur ikan
menjadi tanda masak gonad, apakah ikan sudah dewasa atau belum, memijah atau
belum, kapan masa pemijahannya, berapa lama saat pemijahannya, berapa kali
7
pemijahannya dalam satu tahun dan sebagainya. Umumnya pertambahan berat
gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan pada ikan jantan
sebesar 5-10% (Yanti, 2012).
Semakin tinggi tingkat perkembangan gonad telur yang terkandung di
dalamnya semakin membesar sebagai hasil dari akumulasi kuning telur, hidrasi,
dan pembentukan butir-butir minyak yang berjalan secara bertahap. Secara garis
besar, perkembangan gonad ikan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap
pertumbuhan gonad ikan sampai ikan menjadi dewasa kelamin dan selanjutnya
adalah pematangan gamet. Tahap pertama berlangsung mulai dari ikan menetas
hingga mencapai dewasa kelamin dan tahap kedua dimulai setelah ikan mencapai
dewasa, dan terus berkembang selama fungsi reproduksi masih tetap berjalan
normal. Pada saat menjelang ovulasi akan terjadi peningkatan diameter oosit
karena diisi oleh massa kuning telur yang homogen akibat adanya peningkatan
kadar estrogen dan vitelogenin. Ukuran telur juga berperan dalam kelangsungan
hidup ikan. Benih ikan yang berasal dari telur yang berukuran besar mempunyai
daya hidup yang lebih tinggi daripada benih ikan yang berasal dari telur yang
berukuran kecil. Hal ini terjadi karena kandungan kuning telur yang berukuran
besar lebih banyak sehingga larva yang dihasilkan mempunyai persediaan
makanan yang cukup untuk membuat daya tahan tubuh yang lebih tinggi
dibanding dengan telur-telur yang berukuran kecil (Sinjali, 2010).
Menurut Diana (2007), pengamatan kematangan gonad dapat dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain dengan membuat irisan gonad dan diamati
struktur histologisnya, melihat morfologi gonad secara visual. Pengamatan
morfologi gonad pada ikan betina berupa: bentuk ovarium, besar-kecilnya
ovarium, pengisian ovarium dalam rongga tubuh, warna ovarium, halus-tidaknya
ovarium, secara umum ukuran telur dalam ovarium, kejelasan bentuk dan warna
telur dengan bagianbagiannya, ukuran (garis tengah) telur, dan warna telur.
Sedangkan untuk ikan jantan yang diamati berupa: bentuk testis, besar-kecilnya
testis, pengisian testis dalam rongga tubuh, warna testis, keluar-tidaknya cairan
dari testis (dalam keadaan segar). Tingkat kematangan gonad (TKG) secara umum
adalah sebagai berikut: TKG I (immature), TKG II (maturing), TKG III (maturing
ripe), TKG IV (ripe), dan TKG V (spent) dengan deskripsi:
8
TKG Tahapan Visual Mikroskopis
I Immature Ovari kecil dan testis 1/3 dari
rongga badan, bentuk telur oval.
Warna ovari merah muda,
transparan, testis keputihan.
Telur kecil, tidak
nampak oleh mata
telanjang, diameter
telur 1-16 µm,
transparan.
II Maturing Ovari kecil dan testis 1/2 dari
rongga badan, memanjang.
Warna ovari merah muda,
transparan, testis keputihan agak
simetris.
Telur tidak tampak
oleh mata telanjang,
telur jernih, ukuran
diameter10-21 µm.
III Maturing Ripe Ovari kecil dan testis 1/2-2/3
dari rongga badan, kanan dan
kiri gonad tidak simetris. Warna
ovari kuning, tampak granula
dan pembuluh darah di
permukaan, testis warna
keputihan.
Telur dapat tampak
buram dan tidak
transparan, ukuran
diameternya antara
29-52 µm.
IV Ripe Ovari dan testis 2/3 sampai
penuh dalam rongga badan,
warna orange-merah muda,
pembuluh darah di permukaan,
testis abu-abu dan lembut.
Telur masak semi
transparan, ukuran
diameternya antara
45-70 µm.
V Spent Ovari dan testis 2/3 sampai
penuh dalam rongga badan,
warna orange-merah muda,
pembuluh darah di permukaan,
testis abu-abu dan lembut.
Telur masak semi
transparan, ukuran
diameternya antara
51- 93 µm.
Indeks kematangan gonad dapat menyatakan perubahan yang terjadi
dalam gonad. Indeks ini merupakan persentase perbandingan berat gonad dengan
berat tubuh ikan. Perubahan IKG erat kaitannya dengan tahap perkembangan
9
telur. Umumnya gonad akan semakin bertambah berat dengan bertambahnya
ukuran gonad dan diameter telur. Pada TKG yang sama, IKG ikan jantan akan
berbeda dengan ikan betina. Umumnya kisaran IKG ikan betina lebih besar
dibandingkan dengan kisaran IKG ikan jantan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
ukuran gonad antara ikan jantan dan betina. Biasanya ovarium pada ikan betina
akan lebih berat daripada testis pada ikan jantan. Berat gonad mencapai
maksimum sesaat sebelum ikan akan memijah dan nilai IKG akan mencapai
maksimum pada kondisi tersebut (Sheima, 2011).
Nilai IGS tersebut akan mencapai batas kisaran maksimum pada saat akan
terjadinya pemijahan. Pemijahan sebagai salah satu bagian dari reproduksi
merupakan mata rantai daur hidup yang menentukan kelangsungan hidup spesies.
Di dalam proses reproduksi sebelum terjadi pemijahan, sebagian besar hasil
metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Pertambahan berat gonad terjadi
seiring dengan pertambahan berat tubuh ikan. Umumnya pertambahan berat tubuh
akan mengakibatkan pertambahan berat gonad dan IGS juga akan semakin besar
(Junaidi, dkk., 2009).
Menurut Diana (2007), rumus Indeks Kematangan Gonad adalah sebagai
berikut:
Keterangan :
IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)
Bg = Berat Gonad (gram)
Bt = Berat Tubuh (gram)
Klasifikasi IKG Nilai GI Klasifikasi
I Kurang dari 1 Gonad tidak matang
II 1,0-5,0 Gonad memasak
III 5,1-10,0 Gonad mulai masak
IV 10,1-20,0 Gonad masak
V Lebih dari 20,0 Gonad masak
IKG = Bt x 100%
Bg
10
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Biologi Perikanan dilaksanakan pada hari Senin, 07 April 2014,
pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Biologi Perikanan
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum adalah mikroskop
sebagai alat untuk mengamati gonad ikan bilih, objek gelas dan cover gelas
sebagai media sampel gonad, kamera digital sebagai dokumentasi foto hasil
pengamatan mikroskop, alat tulis untuk mencatat data yang diperoleh, dan kain
lap/tissue untuk membersihkan peralatan yang dipakai.
Bahan yang digunakan adalah gonad ikan bilih yang akan diamati serta
pewarna larutan.
3.3 Prosedur Praktikum
1. Diambil gonad contoh ikan bilih yang akan diamati dan diletakkan diatas
objek gelas kemudian ditutup dengan cover gelas yang diberi pewarna.
2. Diberi tanda pada masing-masing preparat untuk membedakan antara gonad
jantan dan betina.
3. Diindentifikasi preparat dengan mata pada lensa okuler mikroskop dan mulai
diamati bentuk gonad contoh tersebut.
4. Diambil foto hasil pengamatan gonad yang ada dimikroskop dengan
menggunakan kamera digital untuk dokumentasi.
5. Dihitung nilai Indeks Kematangan Gonad ikan bilih dan ditentukan Tingkat
Kematangan Gonadnya.
6. Dicatat data hasil perhitungan yang diperoleh.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
Tabel TKG ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
Kode Sampel TKG Jenis Kelamin
732 II Betina
3298 B III Betina
749 II Jantan
734 III Jantan
746 II Jantan
312 B IV Betina
Gambar gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
No Gambar Keterangan
1 Kode sampel 732
- Ukuran lebih besar
- Pewarnaan gelap kekuning-kuningan
- Telur sudah kelihatan butirnya dengan mata
12
2 Kode sampel 3298 B
- Ovari berwarna kuning
- Secara morfologi telur sudah kelihatan
dengan mata
3 Kode sampel 749
- Ukuran testis lebih besar
- Pewarnaan putih susu
- Bentuk lebih jelas dari TKG I
4 Kode sampel 734
- Tampak lebih jelas
- Testis makin pejal dan rongga tubuh mulai
penuh
- Warna putih susu
5 Kode sampel 746
- Ukuran tetis lebih besar
- Pewarnaan putih susu
- Bentuk lebih jelas dari TKG I
6 Kode sampel 312 B
- Ovari makin besar
- Telur berwarna kuning
- Mudah dipisahkan
- Butir minyak tak tampak
- Mengisi ½- 2/3 rongga tubuh
- Usus teresak.
13
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan praktikum gonad ikan bilih yang di identifikasi
berasal dari tiga ekor individu jantan dan tiga ekor individu betina yang memiliki
bobot dan ukuran gonad yang bervariasi. Menurut literatur Sheima (2011), yang
menyatakan bahwa ukuran matang gonad tiap spesies ikan berbeda-beda dan juga
pada spesies yang sama jika tersebar pada lintang yang berbeda lebih dari lima
derajat akan mengalami perbedaan ukuran dan umur pertama kali matang gonad.
Faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan matang gonad ada dua yaitu
faktor luar seperti suhu dan arus serta faktor dalam seperti umur, jenis kelamin,
perbedaan spesies, ukuran dan sifat-sifat fisiologis ikan seperti kemampuan
beradaptasi dengan lingkungan.
Dari hasil pengamatan secara histologi menggunakan mikroskop,
perkembangan gonad ikan bilih secara rata-rata berada dalam TKG II dan III dan
hanya satu individu betina yang berada dalam TKG IV. Menurut literatur Diana
(2007), yang menyatakan bahwa pada TKG II dan III ikan berada dalam tahap
maturing dan maturing ripe. Pada TKG II jika dilihat secara visualisasi ovari kecil
dan testis 1/2 dari rongga badan, memanjang. Warna ovari merah muda,
transparan, testis keputihan agak simetris dan jika dilihat dengan mikroskop telur
tidak tampak oleh mata telanjang, telur jernih, ukuran diameter 10-21 µm. Pada
TKG III jika dilihat secara visualisasi Ovari kecil dan testis 1/2-2/3 dari rongga
badan, kanan dan kiri gonad tidak simetris. Warna ovari kuning, tampak granula
dan pembuluh darah di permukaan,testis warna keputihan dan jika dilihat
menggunakan mikroskop maka telur tampak bulat tidak transparan, ukuran
diameter telurnya 29-52 µm. Sementara pada TKG IV berada dalam tahap ripe
yang jika dilihat secara visualisasi maka Ovari dan testis 2/3 sampai penuh dalam
rongga badan, warna orange-merah muda, pembuluh darah di permukaan, testis
abuabu dan lembut dan jika dilihat menggunakan mikroskop maka telur masak
semi transparan, ukuran diameternya 45-70 µm.
Hasil pengamatan gonad ikan bilih di laboratorium selain digunakan
sebagai penentu untuk mengetahui tingkat kematangan gonad ikan bilih diperairan
juga sebagai menduga biologi reproduksinya. Hal ini sesuai dengan literatur
Natalia (2008), yang menyatakan bahwa pencatatan perubahan atau tahap-tahap
14
kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang
akan melakukan reproduksi dan yang tidak. Dari pengetahuan tahap kematangan
gonad ini juga akan didapatkan keterangan bilamana ikan itu akan memijah, baru
memijah atau sudah selesai memijah. Mengetahui ukuran ikan untuk pertama kali
gonadnya menjadi masak ada hubungannya dengan pertumbuhan ikan itu sendiri
dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Ukuran dan umur ikan
menjadi tanda masak gonad, apakah ikan sudah dewasa atau belum, memijah atau
belum, kapan masa pemijahannya, berapa lama saat pemijahannya, berapa kali
pemijahannya dalam satu tahun dan sebagainya.
Dari hasil analisis perhitungan IKG sebagian besar ikan bilih memiliki
nilai yang berkisar > 5. Menurut literatur Diana (2007), yang menjelaskan bahwa
pada ikan yang memiliki nilai IKG > 5,00 maka berada dalam tahap III dimana
keadaan gonad mulai masak. Sementara sebagian kecil nilai IKG berkisar antara
0.5 – 2.00 yang berarti berada dalam tahap I dan II dimana gonad masih belum
masak atau berada dalam keadaan memasak.
Adapun kesimpulan dari hasil pengamatan praktikum ini adalah bahwa
kematangan gonad ikan bilih dapat dilihat dari dua aspek, yaitu TKG dan IKG
yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Menurut literatur Sheima
(2011), yang menyatakan bahwa umumnya gonad akan semakin bertambah berat
dengan bertambahnya ukuran gonad dan diameter telur. Pada TKG yang sama,
IKG ikan jantan akan berbeda dengan ikan betina. Umumnya kisaran IKG ikan
betina lebih besar dibandingkan dengan kisaran IKG ikan jantan. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan ukuran gonad antara ikan jantan dan betina. Biasanya
ovarium pada ikan betina akan lebih berat daripada testis pada ikan jantan. Berat
gonad mencapai maksimum sesaat sebelum ikan akan memijah dan nilai IKG
akan mencapai maksimum pada kondisi tersebut. Nilai IKG sangat berkaitan
dengan kematangan gonad ikan. Nilai IKG semakin meningkat dengan
meningkatnya ikan yang matang/dewasa.
15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) yang diidentifikasi berasal
dari tiga ekor individu jantan dan tiga ekor individu betina yang memiliki
perkembangan ukuran gonad yang bervariasi walaupun memiliki tingkat
pertumbuhan yang hampir seragam.
2. Perkembangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) secara rata-rata
berada dalam TKG II dan III dan hanya satu individu betina yang berada
dalam TKG IV.
3. Ukuran dan umur ikan digunakan dalam menentukan keadaan masak gonad,
tingkat kedewasaan, waktu pemijahan, lama pemijahan, jumlah waktu
pemijahan dan sebagainya yang berpengaruh terhadap pendugaan stok ikan
tersebut dilingkungan perairan.
4. Dari hasil analisis perhitungan IKG sebagian besar ikan bilih memiliki nilai
yang berkisar > 5 dan sebagian kecil nilai IKG berkisar antara 0.5 – 2.00,
berat gonad mencapai maksimum sesaat sebelum ikan akan memijah dan nilai
IKG akan mencapai maksimum pada kondisi tersebut.
5. Kisaran IKG ikan betina lebih besar dibandingkan dengan kisaran IKG ikan
jantan hal ini disebabkan oleh perbedaan ukuran gonad antara ikan jantan dan
betina.
5.2 Saran
Sebelum memulai pelaksanaan praktikum sebaiknya praktikan sudah
terlebih dahulu mempelajari dan memahami materi yang akan disampaikan agar
proses praktikum dapat berjalan dengan lancar.
16
DAFTAR PUSTAKA
Antoni, B. 2010. Biologi Reproduksi Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis).
[Skripsi] Jurusan Biologi Universitas Gunadarma, Bandung.
Diana, E. 2007. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Wader (Rasbora Argyrotaenia)
Di Sekitar Mata Air Ponggok Klaten Jawa Tengah. [Skripsi] Jurusan
Biologi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Junaidi, E., Enggar, P dan Fifi, S. 2009. Indeks Gonad Somatik Ikan Bilih
(Mystacoleucus Padangensis Blkr.) yang Masuk ke Muara Sungai
Sekitar Danau Singkarak. Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Sriwijaya, Palembang.
Nofrita, H. S., Dahelmi dan H. T., Djong. 2013. Hubungan Tampilan
Pertumbuhan Dengan Karakteris Habitat Ikan Bilih (Mystacoleucus
padangensis Blekeer). FMIPA Jurusan Biologi Universitas Bung Hatta,
Padang.
Panjaitan, P. 2010. Kajian Bio-Ekologi Populasi Ikan Bilih di Perairan Danau
Toba. [Jurnal] Visi. Volume XVIII, nomor 2 : 254-261. Fakultas Ilmu
Perikanan dan Kelautan Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan
Universitas Pattimura, Ambon.
Patriono, E., Endri, J dan Fifi, S. 2010. Fekunditas Ikan Bilih (Mystacoleucus
padangensis Blkr.) di Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak. Jurnal
Penelitian Sains. Volume XIII, nomor 3: 55-58. Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Sriwijaya, Palembang.
Sheima, I. A. P. 2011. Laju Eksploitasi dan Variasi Temporal Keragaan
Reproduksi Ikan Banban (Engraulis Grayi) Betina di Pantai Utara Jawa
Pada Bulan April – September. [Skripsi]. Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan. Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Sinjali, H. J. 2010. Biologi Reproduksi Ikan. [Modul] Program Pascasarjana
Universitas Andalas, Padang.
Yanti, K. 2012. Hubungan Bobot Tubuh dan panjang total Ikan Bilih
(Mystacoleucus padangensis). [Skripsi] Jurusan Biologi Universitas
Gunadarma, Bandung.

More Related Content

What's hot

Bahan biologi perikanan bpk ir, syachradjad frans m.p.
Bahan biologi perikanan bpk  ir, syachradjad frans m.p.Bahan biologi perikanan bpk  ir, syachradjad frans m.p.
Bahan biologi perikanan bpk ir, syachradjad frans m.p.Rahmadani Dani
 
Breeding dan Reproduksi
Breeding dan ReproduksiBreeding dan Reproduksi
Breeding dan Reproduksi
MazAeldyVanHouten
 
BDPP_Pertemuan 3_prinsip prinsip akuakultur
BDPP_Pertemuan 3_prinsip prinsip akuakulturBDPP_Pertemuan 3_prinsip prinsip akuakultur
BDPP_Pertemuan 3_prinsip prinsip akuakultur
Fisheries and Marine Department
 
Power point pembenihan udang galah
Power point pembenihan udang galahPower point pembenihan udang galah
Power point pembenihan udang galah
ZulfikarRaihanMalah
 
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptx
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptxP. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptx
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptx
AndangHastuP
 
osmoregulasi
osmoregulasiosmoregulasi
osmoregulasi
Yoga Amanta
 
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudaPpt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
firmanahyuda
 
KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN LAUT
KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN LAUTKUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN LAUT
Laporan praktikum ikhtiologi
Laporan praktikum ikhtiologiLaporan praktikum ikhtiologi
Laporan praktikum ikhtiologi
Abd Taj Khalwatiyah
 
1 kultur pakan alami
1 kultur pakan alami1 kultur pakan alami
1 kultur pakan alami
dadangsopian05
 
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPBProgram Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK IPB
 
Morfologi ikan
Morfologi ikanMorfologi ikan
Morfologi ikan
Siti Mahmudah
 
1. presentasi bd perikanan laut dan pantai sebagai alternatif pemenuhan
1. presentasi bd perikanan laut dan pantai sebagai alternatif pemenuhan1. presentasi bd perikanan laut dan pantai sebagai alternatif pemenuhan
1. presentasi bd perikanan laut dan pantai sebagai alternatif pemenuhan
VOCATIONAL HIGH SCHOOL KAINUI SERUI
 
Teknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikananTeknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikanan
Heru Pramono
 
Kebiasaan dan cara memakan ikan
Kebiasaan dan cara memakan ikanKebiasaan dan cara memakan ikan
Kebiasaan dan cara memakan ikan
Sawargi Ppmkp
 
Pakan ikan
Pakan ikanPakan ikan
Pakan ikan
Sawargi Ppmkp
 

What's hot (20)

Bahan biologi perikanan bpk ir, syachradjad frans m.p.
Bahan biologi perikanan bpk  ir, syachradjad frans m.p.Bahan biologi perikanan bpk  ir, syachradjad frans m.p.
Bahan biologi perikanan bpk ir, syachradjad frans m.p.
 
Breeding dan Reproduksi
Breeding dan ReproduksiBreeding dan Reproduksi
Breeding dan Reproduksi
 
BDPP_Pertemuan 3_prinsip prinsip akuakultur
BDPP_Pertemuan 3_prinsip prinsip akuakulturBDPP_Pertemuan 3_prinsip prinsip akuakultur
BDPP_Pertemuan 3_prinsip prinsip akuakultur
 
Power point pembenihan udang galah
Power point pembenihan udang galahPower point pembenihan udang galah
Power point pembenihan udang galah
 
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptx
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptxP. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptx
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptx
 
osmoregulasi
osmoregulasiosmoregulasi
osmoregulasi
 
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudaPpt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
 
Pembesaran ikan
Pembesaran ikanPembesaran ikan
Pembesaran ikan
 
KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN LAUT
KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN LAUTKUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN LAUT
KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN LAUT
 
Laporan praktikum ikhtiologi
Laporan praktikum ikhtiologiLaporan praktikum ikhtiologi
Laporan praktikum ikhtiologi
 
1 kultur pakan alami
1 kultur pakan alami1 kultur pakan alami
1 kultur pakan alami
 
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPBProgram Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB
 
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
 
Morfologi ikan
Morfologi ikanMorfologi ikan
Morfologi ikan
 
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO  (Clarias gariepinus) SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO  (Clarias gariepinus)
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
 
Planktonologi
PlanktonologiPlanktonologi
Planktonologi
 
1. presentasi bd perikanan laut dan pantai sebagai alternatif pemenuhan
1. presentasi bd perikanan laut dan pantai sebagai alternatif pemenuhan1. presentasi bd perikanan laut dan pantai sebagai alternatif pemenuhan
1. presentasi bd perikanan laut dan pantai sebagai alternatif pemenuhan
 
Teknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikananTeknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikanan
 
Kebiasaan dan cara memakan ikan
Kebiasaan dan cara memakan ikanKebiasaan dan cara memakan ikan
Kebiasaan dan cara memakan ikan
 
Pakan ikan
Pakan ikanPakan ikan
Pakan ikan
 

Viewers also liked

Induksi maturasi belut sawah secara hormonal
Induksi maturasi belut sawah secara hormonalInduksi maturasi belut sawah secara hormonal
Induksi maturasi belut sawah secara hormonal
Putra putra
 
Jurnal Ekonomi Lingkungan vol.17 no.1 IPB
Jurnal Ekonomi Lingkungan vol.17 no.1 IPBJurnal Ekonomi Lingkungan vol.17 no.1 IPB
Jurnal Ekonomi Lingkungan vol.17 no.1 IPB
M Maksum
 
parameter penelitian reproduksi ikan
parameter penelitian reproduksi ikanparameter penelitian reproduksi ikan
parameter penelitian reproduksi ikan
Putra putra
 
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan Gurame
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan GuramePedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan Gurame
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan Gurame
Warta Wirausaha
 
Integrasi Nasional
Integrasi NasionalIntegrasi Nasional
Integrasi Nasional
Sandyarini Melati Irawan
 
Integrasi nasional
Integrasi nasional Integrasi nasional
Integrasi nasional
Nadya Syabilla Arviadea
 
Integrasi nasional ppt
Integrasi nasional pptIntegrasi nasional ppt
Integrasi nasional ppt
Sherly Anggraini
 
Bab 6 integrasi nasional
Bab 6 integrasi nasionalBab 6 integrasi nasional
Bab 6 integrasi nasional
muliajayaabadi
 
Ppt. integrasi nasional dari kelompok 2 prodi pend. BK UNSRI
Ppt. integrasi nasional dari kelompok 2 prodi pend. BK UNSRIPpt. integrasi nasional dari kelompok 2 prodi pend. BK UNSRI
Ppt. integrasi nasional dari kelompok 2 prodi pend. BK UNSRI
Reni H_dika BK
 
Ancaman Terhadap Integrasi Nasional
Ancaman Terhadap Integrasi NasionalAncaman Terhadap Integrasi Nasional
Ancaman Terhadap Integrasi NasionalEkinanda Anggita
 

Viewers also liked (12)

Induksi maturasi belut sawah secara hormonal
Induksi maturasi belut sawah secara hormonalInduksi maturasi belut sawah secara hormonal
Induksi maturasi belut sawah secara hormonal
 
Bab ii fungsi fungsi tataniaga
Bab ii fungsi fungsi tataniagaBab ii fungsi fungsi tataniaga
Bab ii fungsi fungsi tataniaga
 
Jurnal Ekonomi Lingkungan vol.17 no.1 IPB
Jurnal Ekonomi Lingkungan vol.17 no.1 IPBJurnal Ekonomi Lingkungan vol.17 no.1 IPB
Jurnal Ekonomi Lingkungan vol.17 no.1 IPB
 
Budidaya Ikan Nila
Budidaya Ikan NilaBudidaya Ikan Nila
Budidaya Ikan Nila
 
parameter penelitian reproduksi ikan
parameter penelitian reproduksi ikanparameter penelitian reproduksi ikan
parameter penelitian reproduksi ikan
 
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan Gurame
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan GuramePedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan Gurame
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan Gurame
 
Integrasi Nasional
Integrasi NasionalIntegrasi Nasional
Integrasi Nasional
 
Integrasi nasional
Integrasi nasional Integrasi nasional
Integrasi nasional
 
Integrasi nasional ppt
Integrasi nasional pptIntegrasi nasional ppt
Integrasi nasional ppt
 
Bab 6 integrasi nasional
Bab 6 integrasi nasionalBab 6 integrasi nasional
Bab 6 integrasi nasional
 
Ppt. integrasi nasional dari kelompok 2 prodi pend. BK UNSRI
Ppt. integrasi nasional dari kelompok 2 prodi pend. BK UNSRIPpt. integrasi nasional dari kelompok 2 prodi pend. BK UNSRI
Ppt. integrasi nasional dari kelompok 2 prodi pend. BK UNSRI
 
Ancaman Terhadap Integrasi Nasional
Ancaman Terhadap Integrasi NasionalAncaman Terhadap Integrasi Nasional
Ancaman Terhadap Integrasi Nasional
 

Similar to Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)

goo1 bl01102
goo1 bl01102goo1 bl01102
goo1 bl01102Rfie Lei
 
Laporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza sLaporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza sAngga Asc
 
43-86-1-SM.pdf
43-86-1-SM.pdf43-86-1-SM.pdf
43-86-1-SM.pdf
wibowo36
 
Sinopsis vera ardelia
Sinopsis vera ardeliaSinopsis vera ardelia
Sinopsis vera ardelia
ardelia2508
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
asyawalarkan
 
Proposal pertamina sobat bumi fix
Proposal pertamina sobat bumi fixProposal pertamina sobat bumi fix
Proposal pertamina sobat bumi fixAlbab Ulil
 
Analisa kebiasaan makan ikan beronang (siganus virgatus) di kep karimunjawa, ...
Analisa kebiasaan makan ikan beronang (siganus virgatus) di kep karimunjawa, ...Analisa kebiasaan makan ikan beronang (siganus virgatus) di kep karimunjawa, ...
Analisa kebiasaan makan ikan beronang (siganus virgatus) di kep karimunjawa, ...
Mujiyanto -
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
asyawalarkan
 
PPT 123-12.pptx
PPT 123-12.pptxPPT 123-12.pptx
PPT 123-12.pptx
MirandaYusuf
 
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Mujiyanto -
 
Status Pemanfaatan Berdasarkan ukuran ikan hias injel napoleon (Pomacanthus ...
Status Pemanfaatan  Berdasarkan ukuran ikan hias injel napoleon (Pomacanthus ...Status Pemanfaatan  Berdasarkan ukuran ikan hias injel napoleon (Pomacanthus ...
Status Pemanfaatan Berdasarkan ukuran ikan hias injel napoleon (Pomacanthus ...
Dr. Mauli Kasmi
 
Kepiting Bakau
Kepiting BakauKepiting Bakau
Kepiting Bakau
NURRIJAL RIJAL
 
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
Umar Tangke
 
29190 article text-95073-2-10-20200220
29190 article text-95073-2-10-2020022029190 article text-95073-2-10-20200220
29190 article text-95073-2-10-20200220
Muhammad Sahibuddin
 
Makalah biokrus pak wiwit
Makalah biokrus pak wiwitMakalah biokrus pak wiwit
Makalah biokrus pak wiwit
AyuLuvitasari
 
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya lautBab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya lautRohman Efendi
 
Pembahasan
PembahasanPembahasan
Pembahasan
Ferry Askari
 
Osmoregulasi
OsmoregulasiOsmoregulasi
Osmoregulasi
DianPramandaPutriPan
 

Similar to Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) (20)

KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
 
goo1 bl01102
goo1 bl01102goo1 bl01102
goo1 bl01102
 
Laporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza sLaporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza s
 
43-86-1-SM.pdf
43-86-1-SM.pdf43-86-1-SM.pdf
43-86-1-SM.pdf
 
Sinopsis vera ardelia
Sinopsis vera ardeliaSinopsis vera ardelia
Sinopsis vera ardelia
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
 
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
 
Proposal pertamina sobat bumi fix
Proposal pertamina sobat bumi fixProposal pertamina sobat bumi fix
Proposal pertamina sobat bumi fix
 
Analisa kebiasaan makan ikan beronang (siganus virgatus) di kep karimunjawa, ...
Analisa kebiasaan makan ikan beronang (siganus virgatus) di kep karimunjawa, ...Analisa kebiasaan makan ikan beronang (siganus virgatus) di kep karimunjawa, ...
Analisa kebiasaan makan ikan beronang (siganus virgatus) di kep karimunjawa, ...
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
 
PPT 123-12.pptx
PPT 123-12.pptxPPT 123-12.pptx
PPT 123-12.pptx
 
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
 
Status Pemanfaatan Berdasarkan ukuran ikan hias injel napoleon (Pomacanthus ...
Status Pemanfaatan  Berdasarkan ukuran ikan hias injel napoleon (Pomacanthus ...Status Pemanfaatan  Berdasarkan ukuran ikan hias injel napoleon (Pomacanthus ...
Status Pemanfaatan Berdasarkan ukuran ikan hias injel napoleon (Pomacanthus ...
 
Kepiting Bakau
Kepiting BakauKepiting Bakau
Kepiting Bakau
 
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
 
29190 article text-95073-2-10-20200220
29190 article text-95073-2-10-2020022029190 article text-95073-2-10-20200220
29190 article text-95073-2-10-20200220
 
Makalah biokrus pak wiwit
Makalah biokrus pak wiwitMakalah biokrus pak wiwit
Makalah biokrus pak wiwit
 
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya lautBab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
 
Pembahasan
PembahasanPembahasan
Pembahasan
 
Osmoregulasi
OsmoregulasiOsmoregulasi
Osmoregulasi
 

More from Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat

More from Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat (13)

GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora) GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
 
PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...
PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...
PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...
 
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
 
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
 
LAYOUT PETA JAWA BARAT
LAYOUT PETA JAWA BARATLAYOUT PETA JAWA BARAT
LAYOUT PETA JAWA BARAT
 
DIGITASI PETA JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN MapInfo 6.0
DIGITASI PETA JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN MapInfo 6.0DIGITASI PETA JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN MapInfo 6.0
DIGITASI PETA JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN MapInfo 6.0
 
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius)  DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)  USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius)  DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
 
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
 
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP IKAN MAS (Cyprinus carpio)
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP  IKAN MAS (Cyprinus carpio) PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP  IKAN MAS (Cyprinus carpio)
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP IKAN MAS (Cyprinus carpio)
 
Rasio Kelamin Ikan Guppy
Rasio Kelamin Ikan GuppyRasio Kelamin Ikan Guppy
Rasio Kelamin Ikan Guppy
 
Adaptasi Fisiologis Hewan Air
Adaptasi  Fisiologis Hewan AirAdaptasi  Fisiologis Hewan Air
Adaptasi Fisiologis Hewan Air
 
Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname
Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang VanamePengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname
Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname
 
Bab i udangku
Bab i udangkuBab i udangku
Bab i udangku
 

Recently uploaded

PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
emiliawati098
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
nadyahermawan
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
ProfesorCilikGhadi
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
athayaahzamaulana1
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
emiliawati098
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
ArumNovita
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
almiraulimaz2521988
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
LEESOKLENGMoe
 

Recently uploaded (8)

PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
 

Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)

  • 1. Laporan Praktikum Biologi Perikanan KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI IKG DAN DAN TKG Dosen Penanggung Jawab Indra Lesmana, S.Pi, M.Si Ani Suryanti, S.Pi, M.Si Oleh Tiur Natalia Manalu 120302028 VI / B LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
  • 2. 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) merupakan ikan endemik yang hidup di Danau Singkarak, Sumatera Utara. Introduksi ikan bilih ke Danau Toba, Sumatera Utara dilakukan setelah ahli peneliti perikanan mempertimbangkan hasil kajian ikan bilih di habitat aslinya, Danau Singkarak dan hasil kajian yang dilakukan di Danau Toba sebagai kandidat perairan untuk introduksi ikan bilih. Walaupun telah dilakukan kajian tentang bioekologi termasuk kesesuaian untuk pemakanan, pemijahan, asuhan dan pembesaran ikan bilih sampai dengan kemungkinan dampaknya terhadap populasi ikan asli dan hasil tangkapan tetapi umumnya masyarakat mempertanyakan keberadaan dan pertumbuhan ikan bilih yang sangat cepat apakah dapat merusak ekosistem perairan Danau Toba mengingat ikan bilih bukan spesies ikan asli perairan Danau Toba. Pertanyaan tersebut muncul akibat sangat terbatasnya informasi bioekologi ikan yang hidup di perairan Danau Toba. Kajian bioekologi ikan bilih perlu dilakukan agar tercapai pengelolaannya yang berkelanjutan di perairan Danau Toba (Panjaitan, 2010). Bentuk badan ikan bilih sangat mirip dengan ikan genggehek (Jawa Barat) atau wader (Jawa Tengah dan Timur), yaitu Mystacoleucus merginatus yang banyak terdapat di perairan umum Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Juga mirip dengan ikan wader cakul (Jawa Tengah dan Timur), beunteur (Jawa Barat) atau pora-pora (Sumatera Utara), yaitu Pontius binotatus. Karena ikan pora-pora di Danau Toba tidak pernah tertangkap lagi sejak tahun 1990-an, maka masyarakat sekitar danau tersebut menyebut ikan bilih sebagai ikan pora-pora. Nama pora- pora yang sebenarnya adalah ikan bilih terus melekat dan populer sampai sekarang. Harga ikan bilih yang ekonomis tinggi menjadikan ikan ini sebagai komoditas ekspor dalam bentuk kering ke negara jiran, Malaysia dan Singapura. Ikan bilih melakukan reproduksi atau pemijahan dengan mengikuti aliran air di sungai yang bermuara di danau. Induk jantan dan betina beruaya ke arah sungai dengan kecepatan arus berkisar antara 0,3-0,6 m/detik dan kedalaman antara 10- 20 cm. Habitat pemijahan adalah perairan sungai yang jernih, dengan suhu air
  • 3. 3 relatif rendah, berkisar 24,0-26,0°C, dasar sungai yang berbatu kerikil dan atau pasir (Antoni, 2010). Salah satu faktor yang diduga sebagai penyebab penurunan kepadatan populasi ikan bilih adalah tingginya tingkat eksploitasi. Tingkat eksploitasi ikan bilih telah mencapai 77,84% atau 416,90 ton dari stok ikan bilih yaitu 542,46 ton, batas maksimum eksploitasi 60%. Tingginya tingkat eksploitasi ikan di perairan dapat dilihat dari ukuran individu ikan yang tertangkap, terutama yang telah ma- tang gonad, dimana ukurannya semakin kecil dari tahun ke tahun. Semakin tinggi frekuensi dan intensitas penangkapan ikan betina dalam kondisi matang gonad atau bertelur, maka penambahan individu baru ke dalam perairan semakin berkurang. Jenis dan jumlah alat tangkap yang dioperasikan nelayan, juga menentukan kepadatan populasi ikan di perairan. Jenis alat tangkap yang dominan digunakan nelayan dalam kegiatan penangkapan adalah jaring insang atau jaring langli. Ukuran mata jaring yang digunakan nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan bilih terlalu kecil sehingga ikan bilih banyak tertangkap dalam kondisi bertelur dan pada ukuran ikan pertama kali matang gonad (Panjaitan, 2010). Pertumbuhan dapat di defenisikan sebagai perubahan ukuran panjang, berat dan volume dalam jangka waktu tertentu. Pertumbuhan ikan biasanya ditunjukkan dari penambahan panjang dan berat yang biasanya bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan atau tampilan ikan di alam. Pola pertumbuhan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan sangat bermanfaat dalam penentuan selektivitas alat tangkap agar ikan-ikan yang tertangkap hanya yang berukuran layak tangkap. Dalam hubungannya dengan pertumbuhan, analisa hubungan panjang-berat dimaksudkan untuk mengukur variasi berat harapan untuk panjang tertentu dari ikan secara individual atau kelompok individu sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan, perkembangan gonad dan sebagainya. Tampilan pertumbuhan diperoleh berdasarkan nilai ‘b’ yang merupakan slope regresi antara logaritma hubungan panjang dan berat (Nofrita, dkk., 2013). Agar kelestarian populasi ikan Bilih tetap terjamin maka dibutuhkan pengelolaannya. Aspek penting untuk kelestarian populasi ikan Bilih adalah aspek reproduksi yang merupakan aspek dasar biologi ikan. Keberhasilan reproduksi ikan akan menunjukkan kelangsungan populasi ikan tersebut dalam lingkungan
  • 4. 4 ikan tersebut. Pengetahuan fekunditas dan indeks gonad somatik (IGS) merupakan salah satu aspek yang memiliki peran penting dalam biologi perikanan, dimana fekunditas berkaitan erat dengan studi dinamika populasi, produksi serta stock recruitment, sedangkan nilai IGS digunakan untuk memprediksi kapan ikan tersebut akan siap dilakukannya pemijahan. Nilai IGS tersebut akan mencapai batas kisaran maksimum pada saat akan terjadinya pemijahan. Pemijahan sebagai salah satu bagian dari reproduksi merupakan mata rantai daur hidup yang menentukan kelangsungan hidup spesies. Penambahan populasi ikan bergantung pada keberhasilan. Ikan Bilih perlu dilestarikan melalui pengelolaan habitat serta pemanfaatan yang memperhatikan reproduksi ikan Bilih (Patrioni, dkk., 2010). 1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum yang berjudul ‘Tingkat Kematangan Gonad Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis) Melalui IKG dan TKG’’ adalah untuk mengetahui secara langsung kuantitas dan morfologi telur ikan bilih (Mystacoleucus padangensis), mampu mengidentifikasi telur secara histologi menggunakan mikroskop, mampu melakukan perhitungan dan analisis IKG (Indeks Kematangan Gonad), untuk mengetahui TKG (Tingkat Kematangan Gonad) ikan bilih berdasarkan hasil identifikasi, untuk mengetahui hubungan TKG dan IKG serta kaitannya dengan faktor lingkungan perairan ikan bilih (Mystacoleucus padangensis). 1.3 Manfaat Praktikum Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai syarat untuk mengikuti praktikum Biologi Perikanan serta sebagai sumber informasi bagi yang membutuhkan.
  • 5. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis) Menurut Antoni (2010), ciri-ciri morfologi ikan bilih adalah: 1) sirip punggung mempunyai jari-jari keras (berduri) yang rebah ke muka, kadang kadang duri ini tertutup oleh sisik sehingga tidak kelihatan jika tidak diraba. Sirip dubur tidak mempunyai jari-jari keras, hanya terdapat 8-9 jari-jari lemah, 2) badan bulat panjang dan pipih, tinggi badan 2-3 cm, panjang badan maksimum 11,6 cm, 3) sisiknya kecil-kecil dan tipis, terdapat 37-39 baris antara tengah-tengah dasar sirip punggung dan gurat sisi (lateral line), 4) tubuh ditutupi oleh sisik yang berwarna keperak-perakan. Punggung dan ekor bagian sebelah sirip berwarna kehitam-hitaman. Secara sistematik ikan bilih termasuk ke dalam klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Mystacoleucus Species : Mystacoleucus padangensis Panjang ikan Bilih dewasa berkisar antara 58,00-107,00 mm dengan panjang rata-rata 89,00 mm. Berat badan ikan bilih sekitar 3,00-10,50 gr dengan rata-rata 6,80 gr. Tinggi badan rata-rata 18,50 mm dan ekor bertipe “homocercal”. Jari-jari pada sirip punggung, dada, dan perut masing-masing terdiri dari jari-jari keras 1 buah dan jari-jari lemah 8-9 buah. Pada garis sisi (linea literalis) terdapat sisi yang bersifat sikloid sebanyak 35 buah dan di atas garis sisi sebanyak 5 buah. Sisik daerah perut sampai ekor bagian bawah berwarna putih keperakan. Sedangkan sisik diatas garis sisi atau bagian punggung berwarna agak gelap (kecoklatan) (Yanti, 2012). Perkembangan populasi ikan bilih yang cepat selain didukung oleh tersedianya makanan alami terutama fitoplankton dan dentritus juga tersedianya
  • 6. 6 daerah pemijahan yang banyak tersebar di muara-muara sungai yang masuk ke danau. Sesudah masa larva berakhir bentuk ikan hampir serupa dengan induk. Beberapa bagian tubuhnya meneruskan pertumbuhannya. Pada umumnya perubahan tadi hanya merupakan perubahan kecil saja seperti panjang sirip dan kemontokan ikan. Selain itu terdapat pula perubahan yang bersifat sementara misalnya perubahan yang berhubungan dengan kematangan gonad. Perubahan- perubahan itu dinamakan pertumbuhan allometrik atau heterogenik. Apabila pada ikan terdapat perubahan terus menerus secara proporsionil dalam tubuhnya dinamakan pertumbuhan isometrik atau isogenik (Antoni, 2010). 2.2 Kematangan Gonad Tingkat kematangan gonad adalah tahapan perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Informasi mengenai tingkat kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan yang matang gonad dengan ikan yang belum matang gonad dari stok ikan di perairan, selain itu dapat mengetahui waktu pemijahan, lama pemijahan dalam setahun, frekuensi pemijahan dan umur atau ukuran ikan pertama kali matang gonad. Ukuran matang gonad tiap spesies ikan berbeda-beda dan juga pada spesies yang sama jika tersebar pada lintang yang berbeda lebih dari lima derajat akan mengalami perbedaan ukuran dan umur pertama kali matang gonad. Faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan matang gonad ada dua yaitu faktor luar seperti suhu dan arus serta faktor dalam seperti umur, jenis kelamin, perbedaan spesies, ukuran dan sifat-sifat fisiologis ikan seperti kemampuan beradaptasi dengan lingkungan (Sheima, 2011). Dalam Biologi Perikanan pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang tidak. Dari pengetahuan tahap kematangan gonad ini juga akan didapatkan keterangan bilamana ikan itu akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Mengetahui ukuran ikan untuk pertama kali gonadnya menjadi masak ada hubungannya dengan pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Ukuran dan umur ikan menjadi tanda masak gonad, apakah ikan sudah dewasa atau belum, memijah atau belum, kapan masa pemijahannya, berapa lama saat pemijahannya, berapa kali
  • 7. 7 pemijahannya dalam satu tahun dan sebagainya. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan pada ikan jantan sebesar 5-10% (Yanti, 2012). Semakin tinggi tingkat perkembangan gonad telur yang terkandung di dalamnya semakin membesar sebagai hasil dari akumulasi kuning telur, hidrasi, dan pembentukan butir-butir minyak yang berjalan secara bertahap. Secara garis besar, perkembangan gonad ikan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertumbuhan gonad ikan sampai ikan menjadi dewasa kelamin dan selanjutnya adalah pematangan gamet. Tahap pertama berlangsung mulai dari ikan menetas hingga mencapai dewasa kelamin dan tahap kedua dimulai setelah ikan mencapai dewasa, dan terus berkembang selama fungsi reproduksi masih tetap berjalan normal. Pada saat menjelang ovulasi akan terjadi peningkatan diameter oosit karena diisi oleh massa kuning telur yang homogen akibat adanya peningkatan kadar estrogen dan vitelogenin. Ukuran telur juga berperan dalam kelangsungan hidup ikan. Benih ikan yang berasal dari telur yang berukuran besar mempunyai daya hidup yang lebih tinggi daripada benih ikan yang berasal dari telur yang berukuran kecil. Hal ini terjadi karena kandungan kuning telur yang berukuran besar lebih banyak sehingga larva yang dihasilkan mempunyai persediaan makanan yang cukup untuk membuat daya tahan tubuh yang lebih tinggi dibanding dengan telur-telur yang berukuran kecil (Sinjali, 2010). Menurut Diana (2007), pengamatan kematangan gonad dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan membuat irisan gonad dan diamati struktur histologisnya, melihat morfologi gonad secara visual. Pengamatan morfologi gonad pada ikan betina berupa: bentuk ovarium, besar-kecilnya ovarium, pengisian ovarium dalam rongga tubuh, warna ovarium, halus-tidaknya ovarium, secara umum ukuran telur dalam ovarium, kejelasan bentuk dan warna telur dengan bagianbagiannya, ukuran (garis tengah) telur, dan warna telur. Sedangkan untuk ikan jantan yang diamati berupa: bentuk testis, besar-kecilnya testis, pengisian testis dalam rongga tubuh, warna testis, keluar-tidaknya cairan dari testis (dalam keadaan segar). Tingkat kematangan gonad (TKG) secara umum adalah sebagai berikut: TKG I (immature), TKG II (maturing), TKG III (maturing ripe), TKG IV (ripe), dan TKG V (spent) dengan deskripsi:
  • 8. 8 TKG Tahapan Visual Mikroskopis I Immature Ovari kecil dan testis 1/3 dari rongga badan, bentuk telur oval. Warna ovari merah muda, transparan, testis keputihan. Telur kecil, tidak nampak oleh mata telanjang, diameter telur 1-16 µm, transparan. II Maturing Ovari kecil dan testis 1/2 dari rongga badan, memanjang. Warna ovari merah muda, transparan, testis keputihan agak simetris. Telur tidak tampak oleh mata telanjang, telur jernih, ukuran diameter10-21 µm. III Maturing Ripe Ovari kecil dan testis 1/2-2/3 dari rongga badan, kanan dan kiri gonad tidak simetris. Warna ovari kuning, tampak granula dan pembuluh darah di permukaan, testis warna keputihan. Telur dapat tampak buram dan tidak transparan, ukuran diameternya antara 29-52 µm. IV Ripe Ovari dan testis 2/3 sampai penuh dalam rongga badan, warna orange-merah muda, pembuluh darah di permukaan, testis abu-abu dan lembut. Telur masak semi transparan, ukuran diameternya antara 45-70 µm. V Spent Ovari dan testis 2/3 sampai penuh dalam rongga badan, warna orange-merah muda, pembuluh darah di permukaan, testis abu-abu dan lembut. Telur masak semi transparan, ukuran diameternya antara 51- 93 µm. Indeks kematangan gonad dapat menyatakan perubahan yang terjadi dalam gonad. Indeks ini merupakan persentase perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan. Perubahan IKG erat kaitannya dengan tahap perkembangan
  • 9. 9 telur. Umumnya gonad akan semakin bertambah berat dengan bertambahnya ukuran gonad dan diameter telur. Pada TKG yang sama, IKG ikan jantan akan berbeda dengan ikan betina. Umumnya kisaran IKG ikan betina lebih besar dibandingkan dengan kisaran IKG ikan jantan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan ukuran gonad antara ikan jantan dan betina. Biasanya ovarium pada ikan betina akan lebih berat daripada testis pada ikan jantan. Berat gonad mencapai maksimum sesaat sebelum ikan akan memijah dan nilai IKG akan mencapai maksimum pada kondisi tersebut (Sheima, 2011). Nilai IGS tersebut akan mencapai batas kisaran maksimum pada saat akan terjadinya pemijahan. Pemijahan sebagai salah satu bagian dari reproduksi merupakan mata rantai daur hidup yang menentukan kelangsungan hidup spesies. Di dalam proses reproduksi sebelum terjadi pemijahan, sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Pertambahan berat gonad terjadi seiring dengan pertambahan berat tubuh ikan. Umumnya pertambahan berat tubuh akan mengakibatkan pertambahan berat gonad dan IGS juga akan semakin besar (Junaidi, dkk., 2009). Menurut Diana (2007), rumus Indeks Kematangan Gonad adalah sebagai berikut: Keterangan : IKG = Indeks Kematangan Gonad (%) Bg = Berat Gonad (gram) Bt = Berat Tubuh (gram) Klasifikasi IKG Nilai GI Klasifikasi I Kurang dari 1 Gonad tidak matang II 1,0-5,0 Gonad memasak III 5,1-10,0 Gonad mulai masak IV 10,1-20,0 Gonad masak V Lebih dari 20,0 Gonad masak IKG = Bt x 100% Bg
  • 10. 10 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum Biologi Perikanan dilaksanakan pada hari Senin, 07 April 2014, pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Biologi Perikanan Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. 3.2 Alat dan Bahan Praktikum Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum adalah mikroskop sebagai alat untuk mengamati gonad ikan bilih, objek gelas dan cover gelas sebagai media sampel gonad, kamera digital sebagai dokumentasi foto hasil pengamatan mikroskop, alat tulis untuk mencatat data yang diperoleh, dan kain lap/tissue untuk membersihkan peralatan yang dipakai. Bahan yang digunakan adalah gonad ikan bilih yang akan diamati serta pewarna larutan. 3.3 Prosedur Praktikum 1. Diambil gonad contoh ikan bilih yang akan diamati dan diletakkan diatas objek gelas kemudian ditutup dengan cover gelas yang diberi pewarna. 2. Diberi tanda pada masing-masing preparat untuk membedakan antara gonad jantan dan betina. 3. Diindentifikasi preparat dengan mata pada lensa okuler mikroskop dan mulai diamati bentuk gonad contoh tersebut. 4. Diambil foto hasil pengamatan gonad yang ada dimikroskop dengan menggunakan kamera digital untuk dokumentasi. 5. Dihitung nilai Indeks Kematangan Gonad ikan bilih dan ditentukan Tingkat Kematangan Gonadnya. 6. Dicatat data hasil perhitungan yang diperoleh.
  • 11. 11 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Gambar ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) Tabel TKG ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) Kode Sampel TKG Jenis Kelamin 732 II Betina 3298 B III Betina 749 II Jantan 734 III Jantan 746 II Jantan 312 B IV Betina Gambar gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) No Gambar Keterangan 1 Kode sampel 732 - Ukuran lebih besar - Pewarnaan gelap kekuning-kuningan - Telur sudah kelihatan butirnya dengan mata
  • 12. 12 2 Kode sampel 3298 B - Ovari berwarna kuning - Secara morfologi telur sudah kelihatan dengan mata 3 Kode sampel 749 - Ukuran testis lebih besar - Pewarnaan putih susu - Bentuk lebih jelas dari TKG I 4 Kode sampel 734 - Tampak lebih jelas - Testis makin pejal dan rongga tubuh mulai penuh - Warna putih susu 5 Kode sampel 746 - Ukuran tetis lebih besar - Pewarnaan putih susu - Bentuk lebih jelas dari TKG I 6 Kode sampel 312 B - Ovari makin besar - Telur berwarna kuning - Mudah dipisahkan - Butir minyak tak tampak - Mengisi ½- 2/3 rongga tubuh - Usus teresak.
  • 13. 13 4.2 Pembahasan Dari hasil pengamatan praktikum gonad ikan bilih yang di identifikasi berasal dari tiga ekor individu jantan dan tiga ekor individu betina yang memiliki bobot dan ukuran gonad yang bervariasi. Menurut literatur Sheima (2011), yang menyatakan bahwa ukuran matang gonad tiap spesies ikan berbeda-beda dan juga pada spesies yang sama jika tersebar pada lintang yang berbeda lebih dari lima derajat akan mengalami perbedaan ukuran dan umur pertama kali matang gonad. Faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan matang gonad ada dua yaitu faktor luar seperti suhu dan arus serta faktor dalam seperti umur, jenis kelamin, perbedaan spesies, ukuran dan sifat-sifat fisiologis ikan seperti kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. Dari hasil pengamatan secara histologi menggunakan mikroskop, perkembangan gonad ikan bilih secara rata-rata berada dalam TKG II dan III dan hanya satu individu betina yang berada dalam TKG IV. Menurut literatur Diana (2007), yang menyatakan bahwa pada TKG II dan III ikan berada dalam tahap maturing dan maturing ripe. Pada TKG II jika dilihat secara visualisasi ovari kecil dan testis 1/2 dari rongga badan, memanjang. Warna ovari merah muda, transparan, testis keputihan agak simetris dan jika dilihat dengan mikroskop telur tidak tampak oleh mata telanjang, telur jernih, ukuran diameter 10-21 µm. Pada TKG III jika dilihat secara visualisasi Ovari kecil dan testis 1/2-2/3 dari rongga badan, kanan dan kiri gonad tidak simetris. Warna ovari kuning, tampak granula dan pembuluh darah di permukaan,testis warna keputihan dan jika dilihat menggunakan mikroskop maka telur tampak bulat tidak transparan, ukuran diameter telurnya 29-52 µm. Sementara pada TKG IV berada dalam tahap ripe yang jika dilihat secara visualisasi maka Ovari dan testis 2/3 sampai penuh dalam rongga badan, warna orange-merah muda, pembuluh darah di permukaan, testis abuabu dan lembut dan jika dilihat menggunakan mikroskop maka telur masak semi transparan, ukuran diameternya 45-70 µm. Hasil pengamatan gonad ikan bilih di laboratorium selain digunakan sebagai penentu untuk mengetahui tingkat kematangan gonad ikan bilih diperairan juga sebagai menduga biologi reproduksinya. Hal ini sesuai dengan literatur Natalia (2008), yang menyatakan bahwa pencatatan perubahan atau tahap-tahap
  • 14. 14 kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang tidak. Dari pengetahuan tahap kematangan gonad ini juga akan didapatkan keterangan bilamana ikan itu akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Mengetahui ukuran ikan untuk pertama kali gonadnya menjadi masak ada hubungannya dengan pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Ukuran dan umur ikan menjadi tanda masak gonad, apakah ikan sudah dewasa atau belum, memijah atau belum, kapan masa pemijahannya, berapa lama saat pemijahannya, berapa kali pemijahannya dalam satu tahun dan sebagainya. Dari hasil analisis perhitungan IKG sebagian besar ikan bilih memiliki nilai yang berkisar > 5. Menurut literatur Diana (2007), yang menjelaskan bahwa pada ikan yang memiliki nilai IKG > 5,00 maka berada dalam tahap III dimana keadaan gonad mulai masak. Sementara sebagian kecil nilai IKG berkisar antara 0.5 – 2.00 yang berarti berada dalam tahap I dan II dimana gonad masih belum masak atau berada dalam keadaan memasak. Adapun kesimpulan dari hasil pengamatan praktikum ini adalah bahwa kematangan gonad ikan bilih dapat dilihat dari dua aspek, yaitu TKG dan IKG yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Menurut literatur Sheima (2011), yang menyatakan bahwa umumnya gonad akan semakin bertambah berat dengan bertambahnya ukuran gonad dan diameter telur. Pada TKG yang sama, IKG ikan jantan akan berbeda dengan ikan betina. Umumnya kisaran IKG ikan betina lebih besar dibandingkan dengan kisaran IKG ikan jantan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan ukuran gonad antara ikan jantan dan betina. Biasanya ovarium pada ikan betina akan lebih berat daripada testis pada ikan jantan. Berat gonad mencapai maksimum sesaat sebelum ikan akan memijah dan nilai IKG akan mencapai maksimum pada kondisi tersebut. Nilai IKG sangat berkaitan dengan kematangan gonad ikan. Nilai IKG semakin meningkat dengan meningkatnya ikan yang matang/dewasa.
  • 15. 15 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) yang diidentifikasi berasal dari tiga ekor individu jantan dan tiga ekor individu betina yang memiliki perkembangan ukuran gonad yang bervariasi walaupun memiliki tingkat pertumbuhan yang hampir seragam. 2. Perkembangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) secara rata-rata berada dalam TKG II dan III dan hanya satu individu betina yang berada dalam TKG IV. 3. Ukuran dan umur ikan digunakan dalam menentukan keadaan masak gonad, tingkat kedewasaan, waktu pemijahan, lama pemijahan, jumlah waktu pemijahan dan sebagainya yang berpengaruh terhadap pendugaan stok ikan tersebut dilingkungan perairan. 4. Dari hasil analisis perhitungan IKG sebagian besar ikan bilih memiliki nilai yang berkisar > 5 dan sebagian kecil nilai IKG berkisar antara 0.5 – 2.00, berat gonad mencapai maksimum sesaat sebelum ikan akan memijah dan nilai IKG akan mencapai maksimum pada kondisi tersebut. 5. Kisaran IKG ikan betina lebih besar dibandingkan dengan kisaran IKG ikan jantan hal ini disebabkan oleh perbedaan ukuran gonad antara ikan jantan dan betina. 5.2 Saran Sebelum memulai pelaksanaan praktikum sebaiknya praktikan sudah terlebih dahulu mempelajari dan memahami materi yang akan disampaikan agar proses praktikum dapat berjalan dengan lancar.
  • 16. 16 DAFTAR PUSTAKA Antoni, B. 2010. Biologi Reproduksi Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis). [Skripsi] Jurusan Biologi Universitas Gunadarma, Bandung. Diana, E. 2007. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Wader (Rasbora Argyrotaenia) Di Sekitar Mata Air Ponggok Klaten Jawa Tengah. [Skripsi] Jurusan Biologi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Junaidi, E., Enggar, P dan Fifi, S. 2009. Indeks Gonad Somatik Ikan Bilih (Mystacoleucus Padangensis Blkr.) yang Masuk ke Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sriwijaya, Palembang. Nofrita, H. S., Dahelmi dan H. T., Djong. 2013. Hubungan Tampilan Pertumbuhan Dengan Karakteris Habitat Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blekeer). FMIPA Jurusan Biologi Universitas Bung Hatta, Padang. Panjaitan, P. 2010. Kajian Bio-Ekologi Populasi Ikan Bilih di Perairan Danau Toba. [Jurnal] Visi. Volume XVIII, nomor 2 : 254-261. Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Pattimura, Ambon. Patriono, E., Endri, J dan Fifi, S. 2010. Fekunditas Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.) di Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak. Jurnal Penelitian Sains. Volume XIII, nomor 3: 55-58. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sriwijaya, Palembang. Sheima, I. A. P. 2011. Laju Eksploitasi dan Variasi Temporal Keragaan Reproduksi Ikan Banban (Engraulis Grayi) Betina di Pantai Utara Jawa Pada Bulan April – September. [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sinjali, H. J. 2010. Biologi Reproduksi Ikan. [Modul] Program Pascasarjana Universitas Andalas, Padang. Yanti, K. 2012. Hubungan Bobot Tubuh dan panjang total Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis). [Skripsi] Jurusan Biologi Universitas Gunadarma, Bandung.