Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Populasi IkanAmos Pangkatana
Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Pengertian ini dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu- individu suatu jenis organisme dapat tersebar luas di muka bumi, namun tidak semuanya dapat saling berhubungan untuk mengadakan perkawinan atau pertukaran informasi genetik, karena tempatnya terpisah
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan IkanAmos Pangkatana
Umur ikan adalah masa kehidupan yang dapat ditempuh oleh suatu individu dari suatu spesies ikan sampai saatnya spesies ikan itu mengalami kematian secara alami atau karena keperluan tertentu maupun disebabkan oleh faktor lainnya.
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Populasi IkanAmos Pangkatana
Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Pengertian ini dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu- individu suatu jenis organisme dapat tersebar luas di muka bumi, namun tidak semuanya dapat saling berhubungan untuk mengadakan perkawinan atau pertukaran informasi genetik, karena tempatnya terpisah
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan IkanAmos Pangkatana
Umur ikan adalah masa kehidupan yang dapat ditempuh oleh suatu individu dari suatu spesies ikan sampai saatnya spesies ikan itu mengalami kematian secara alami atau karena keperluan tertentu maupun disebabkan oleh faktor lainnya.
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...Ari Panggih Nugroho
Ikan herbivora merupakan ikan yang memakan tumbuh-tumbuhan. Ikan hebivora pertumbuhannya cenderung lambat jika di bandingkan jenis ikan omnivora dan karnivora. Kebutuhan protein bagi ikan herbivora tentunya berbeda dengan jenis ikan omnivora dan karnivora.
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...Ari Panggih Nugroho
Ikan herbivora merupakan ikan yang memakan tumbuh-tumbuhan. Ikan hebivora pertumbuhannya cenderung lambat jika di bandingkan jenis ikan omnivora dan karnivora. Kebutuhan protein bagi ikan herbivora tentunya berbeda dengan jenis ikan omnivora dan karnivora.
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)Amos Pangkatana
Secara sederhana, penginderaan jarak jauh (Remote Sensing) dapat didefinisikan sebagai :
“ilmu tentang pengamatan dan pengumpulan informasi mengenai obyek di permukaan bumi, dengan menggunakan sensor tertentu tanpa kontak langsung dengan obyek yang diamati”. Hal ini dilakukan dengan menangkap dan merekam pantulan cahaya atau sumber energi lain, serta menginterpretasikan, menganalisa dan mengaplikasikan data yang terekam.
Padang lamun merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem pesisir, selain mangrove
dan karang. Ketiga ekosistem tersebut memiliki peran yang penting dan saling terkait di
wilayah pesisir sehingga kerusakan pada satu ekosistem kemungkinan dapat memberikan
dampak negatif pada ekosistem lainnya. Oleh karena itu, pemantauan ekosistem lamun
cukup penting untuk menunjang keberlanjutan pemantauan kesehatan karang pada program
COREMAP-CTI.
Terumbu terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium karbonat (CaCO3), yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat.
Makalah tentang Ilmu kimia dalam kehidupan sehari hariAmos Pangkatana
Ilmu Kimia adalah ilmu yang terkait dengan kehidupan sehari-hari atau gejala-gejala alam, karena mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi bangunan, bahan industri elektronik dan bahan produk melibatkan ilmu kimia.
INVENTARISASI JENIS - JENIS IKAN HASIL TANGKAPAmos Pangkatana
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi perikanan yang sangat besar dan beragam. Indonesai memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan 70% dari luas Indonesia adalah lautan (5,8 juta km2) (Budiharsono, 2001).
Lamun (seagrass) atau disebut juga ilalang laut. Istilah lamun untuk seagrass, pertama-tama diperkenalkan oleh Hutomo dimana merupakan satu-satunya kelompok tumbuhan hidup di perairan laut dangkal. Lamun tumbuh padat membentuk padang, sehingga dikenal sebagai padang lamun (seagrass beds).
INVENTARISASI JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA)Amos Pangkatana
Bintang laut adalah jenis yang paling dominan dan beragam dari Filum Echinodermata. Sekitar lebih dari 1800 spesies yang termasuk dalam kelas Asteroidea yang terdiri dari 4 ordo, 26 famili dan 144 genus.
Ikan karang mempunyai nilai dan arti yang sangat penting dari segi sosial ekonomi dan budaya, karena hampir sepertiga penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pesisir menggantungkan hidupnya dari perikanan laut dangkal.
Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Sumberdaya Pesisir dan LautAmos Pangkatana
Sebagaimana sistem-sistem lain yang tergantung pada data sebagai input utama, kualitas analisa yang dihasilkan oleh SIG akan sangat tergantung pada kualitas sumber datanya.
Sebagian besar kuda laut memiliki musim kawin sepanjang tahun. Biasanya mereka kawin pada pagi atau sore hari. Ada beberapa spesies yang memiliki musim kawin antara bulan Agustus hingga Oktober. Ada pula spesies yang musim kawinnya pada saat bulan purnama (DKP, 2004)
Umur ikan adalah masa kehidupan yang dapat ditempuh oleh suatu individu dari suatu spesies ikan sampai saatnya spesies ikan itu mengalami kematian secara alami atau karena keperluan tertentu maupun disebabkan oleh faktor lainnya.
IDENTIFIKASI JENIS DAN PENGELOMPOKAN TIPE KARANG DI PERAIRAN KAYOPULAU KOTA...Amos Pangkatana
Terumbu karang mempunyai nilai dan arti yang sangat penting dari segi sosial ekonomi dan budaya, karena hampir sepertiga penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pesisir.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
1. TUGAS MAKALAH
DINAMIKA POPULASI IKAN
OLEH:
NAMA : AMOS PANGKATANA
NPM : 121165427140019
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PESISIR
FAKULTAS PERTANIAN KEHUTANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS OTTOW GEISSLER PAPUA
JAYAPURA
2017
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengetahuan tentang populasi sebagai bagian dari penetahuan ekologi telah
berkembang menjadi semakin luas. Dinamika populasi tampaknya telah berkembang
menjadi pengetahuan yang dapat berdiri sendiri. Dalam perkembangannya
pengetahuan itu banyak mengembangkan kaidah-kaidah matematika terutama dalam
pembahasan kepadatan dan pertumbuhan populasi. Pengembangan kaidah-kaidah
matematika itu sangat berguna untuk menentukan dan memprediksikan pertumbuhan
populasi organisme di masa yang akan datang. Penggunaan kaidah matematika itu
tidak hanya memperhatikan pertumbuhan populasi dari satu sisi yaitu jenis organisme
yang di pelajari, tetapi juga memperhatikan adanya pengaruh dari faktor-faktor
lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Pengetahuan tentang dinamika populasi
menyadarkan orang untuk mengendalikan populasi dari pertumbuhan meledak
ataupun punah.
Populasi juga mempunyai sejarah hidup dalam arti mereka tumbuh,
mendadakan pembedaan dan memelihara diri seperti yang di lakukan organisme. Di
samping itu populasi juga mempunyai organisasi dan struktur yang dapat dilukiskan.
Tetapi ada kalanya dalam praktek sehari-hari, pengertian populasi itu dinyatakan
dalam pengertian heterospesies dan polispesies.
Masalah yang akan di bahas dalam makalah ini meliputi pengertian populasi,
ciri-ciri populasi, kerapatan populasi dan cara pengukurannya, pengukuran kerapatan
nisbi, kelangkaan hewan, parameter utama populasi, distribusi individu dalam
populasi, struktur utama populasi, piramida ekologi dan pertumbuhan populasi.
2.1 Tujuan
Diharapkan dengan makalah ini tujuan yang ingin dicapai adalah:
a. Memahami konsep populasi secara tepat individu sejenis dalam suatu habitat.
b. Memahami konsep ukuran dan kepadatan populasi.
c. Memahami konsep pertumbuhan populasi.
d. Memahami metode pengukuran populasi.
3. BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Populasi
Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Pengertian ini
dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu- individu suatu jenis organisme
dapat tersebar luas di muka bumi, namun tidak semuanya dapat saling berhubungan
untuk mengadakan perkawinan atau pertukaran informasi genetik, karena tempatnya
terpisah. Individu- individu yang hidup disuatu tempat tertentu dan antara sesamanya
dapat melakukan perkawinan sehingga dapat mengadakan pertukaran informasi
genetik dinyatakan sebagai satu kelompok yang disebut populasi
Dalam penyebarannya individu-individu itu dapat berada dalam kelompok-
kelompok, dan kelompok-kelompok itu terpisah antara satu dengan yang lain.
Pemisahan kelompok-kelompok itu dapat dibatasi oleh kondisi geografis atau kondisi
cuaca yang menyebabkan individu antar kelompok tidak dapat saling berhubungan
untuk melakukan tukar menukar informasi genetik. Populasi-populasi yang hidup
secara terpisah ini di sebut deme. Sebagai contoh, populasi banteng di Pulau Jawa
terpisah menjadi dua subpopulasi, yang satu terdapat di kawasan Taman Nasional
Baluran yang terletak di ujung timur, yang lain terdapat di kawasan Taman Nasional
Ujung Kulon yang berada di ujung barat Pulau Jawa. Jika isolasi geografis atau cuaca
itu menyebabkan hewan sama sekali tidak dapat melakukan pertukaran informasi
genetik, maka antara kelompok yang satu dengan yang lain bisa terdapat variasi-
variasi genetik sebagai akibat seleksi alam yang terjadi di tempat masing-masing.
Namun, jika ada kejadian yang memungkinkan dua populasi yang terpisah dapat
bersatu, pertukaran informasi genetik dapat berlangsung.
2.2 Ciri-Ciri Dasar Populasi
Ada dua ciri dasar populasi, yaitu :ciri biologis, yang merupakan ciri-ciri yang
dipunyai oleh individu-individu pembangun populasi itu, serta ciri-ciri statistik, yang
merupakan ciri uniknya sebagai himpunan atau kelompok individu-individu yang
berinteraksi satu dengan lainnya.
1. Ciri- ciri biologi
Seperti halnya suatu individu, suatu populasi pun mempunyai ciri- ciri biologi, antara
lain :
a. Mempunyai struktur dan organisasi tertentu, yang si fatnya ada yang konstan
dan ada pula yang berfluktuasi dengan berjalannya waktu (umur)
4. b. Ontogenetik, mempunyai sejarah kehidupan (lahir, tumbuh, berdiferensiasi,
menjadi tua = senessens, dan mati)
c. Dapat dikenai dampak lingkungan dan memberikan respons terhadap
perubahan lingkungan
d. Mempunyai hereditas
e. Terintegrasi oleh faktor- faktor hereditaa oleh faktor- fektor herediter
(genetik) dan ekologi (termasuk dalam hal ini adalah kemampuan beradaptasi,
ketegaran reproduktif dan persistensi. Persistensi dalam hal ini adalah adanya
kemungkinan untuk meninggalkan keturunanuntuk waktu yang lama.
2. Ciri- ciri statistik
Ciri- ciri statistik merupakan ciri- ciri kelompok yang tidak dapat di terapkan
pada individu, melainkan merupakan hasil perjumpaan dari ciri- ciri individu itu
sendiri, antara lain:
a. Kerapatan (kepadatan) atau ukuran besar populasi berikut parameter-
parameter utama yang mempengaruhi seperti natalitas, mortalitas, migrasi, imigrasi,
emigrasi.
b. Sebaran (agihan, struktur) umur
c. Komposisi genetik (“gene pool” = ganangan gen)
d. Dispersi(sebaran individu intra populasi
2.3 Kerapatan Populasi dan Cara Pengukurannya
Kerapatan populasi adalah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan
satuan ruang (area), yang umumnya diteliti dan dinyatakan sebagai jumlah (cacah)
individu dan biomasa persatuan luas, persatuan isi( volume) atau persatuan berat
medium lingkungan yang ditempati. Misalnya, 50 individu tikus sawah per hektar,
300 individu keratela sp (zooplankton) per meter kubik air, 3 ton udang per hektar
luas permukaan tambak, atau 50 individu afik( kutu daun) per daun.
Pengaruh populasi terhadap komunitas dan ekosistem tidak hanya tergantung
kepada jenis apa dari organisme yang terlibat tetapi tergantung kepada jumlahnya
atau kerapatan populasinya kadang kala penting untuk membedakn kerapatan kasar
dari kerapatan ekologi( kerapatanspesifik.
Kerapatan kasar adalah kerapatan yang didasarkan atas kesatuan ruang total,
sedangkan kerapatan ekologi adalah kerapatan yang didasarkan atas ruang yang
benar- benar (sesungguhnya) ditempati (mikrohabitat). Contoh : kerapatan afik (kutu
daun) per pohon dibandingkan dengan kerapatan afik per daun,
Lebih lanjut, kerapatan populasi suatu hewan dapat dinyatakan dalam bentuk
kerapatan mutlak(absolut) dan kerapatan nisbi( relatif). Pada penafsiran kerapatan
mutlak diperoleh jumlah hewan per satuan area, sedangkan pada penafsiran kerapatan
5. nisbi nisbi hal itu tidak diperoleh, melainkan hanya akan menghasilkan suatu indeks
kelimpahan (lebih banyak atau sedikit, lebih berlimpah atau kurang berlimpah).
Pengukuran kerapatan populasi kebanyakan dilakukan dengan sensus atau
metode menggunakan sample (sampling).
1. Kerapatan mutlak
Pengukuran kerapatan mutlak dapat dilakukan dengan cara:
a. Pencacahan Total (perhitungan menyeluruh)
Metode ini disebut juga sensus yang digunakan untuk mengetahui jumlah
nyata dari individu yang hidup dari suatu populasi. Metode ini biasanya diterapkan
kepada daerah yang sempit pada hewan yang hidupnya menetap,misalnya porifera
dan binatang karang. Metode ini juga dapat digunakan untuk menentukan populasi
hewan yang berjalan lambat, misalnya jenis hewan dari coelenterata, siput air dan
lain- lain
b. Metode Sampling (cuplikan)
Pada metode ini, pencacahan dilakukan pada suatu cuplikan (sample), yaitu
suatu proporsi kecil dari populasi dan menggunakan hasil cuplikan tersebut untuk
membuat taksiran kerapatan (kelimpahan) populasi.
Pemakaian metode ini bersangkut paut dengan masalah penentuan ukurann dan
jumlah cuplikan, oleh karena itu bersangkut paut pula dengan metode- metode
statistik.beberapa metode pencuplikan yang digunakan antara lain:
a) Metode kuadrat
Pencuplikan dilakukan pada suatu luasan yang dapat berbentuk bujur sangkar,
persegi enam, lingkaran dan sebagainya. Prosedur yang umum dipakai disini adalah
menghitung semua individu dari beberapa kuadrat yang diketahui ukurannya dan
mengekstrapolasikan harga rata- ratanya untuk seluruh area yang diselidiki.
b) Metoda menangkap- menandai- menangkap ulang
Metode ini dinamakan juga dengan “mark-recapture”, metode ini mengambil
tiga asumsi pokok, yaitu: 1. individu- individu yang tidak bertanda maupun yang
bertanda ditangkap secara acak.2. individu- individu yang diberi tanda mengalami
laju mortalitas yang sama seperti yang tidak bertanda.3. tanda- tanda yang dikenakan
pada individu tidak hilang ataupun tidak tampak.
c) Metode removal (pengambilan)
metode ini umum digunakan untuk menaksir besar populasi mamalia kecil.
Asumsi- asumsi dasar yang digunakan dalm metode pengambilan adalah sebagai
berikut: 1. populasi tetap stasioner selama periode penangkapan.2. peluang setiap
6. individu populasi untuk tertangkap pada setiap perioda panangkapan adalah sama.3.
probabilitas penangkapan individu dari waktu selama perioda penangkapan adalah
sama.
2. Pengukuran kerapatan nisbi (relatif)
Beberapa diantara pengukuran kelimpahan relatif adalah sebagai berikut :
Menggunakan perangkap
Menggunakan jala
Menghitung jumlah felet faeses
Frekuensi vokalisasi, indeks kelimpahan populasi dinyatakan sebagai frekuensi
bunyi persatuan waktu
Tangkaan persatuan usaha
Jumlah artifakta
Daya makan
Kuesioner
Sensus tepi jalan
Umpan manusia
2.4 Parameter Utama Populasi
1. Natalitas
Merupakan kemampuan populasi untuk bertambah atau ntukmeningkatkan
jumlahnya, melalui produsi individu baru yang dilahirkan atau ditetaskan dari teliu
melalui aktifitas perkembangan.
Laju natalitas: jumlah individu baru per individu atau per betina per satuan waktu.
Ada dua aspek yang berkaitan dengan natalitas ini antara lain :
a. fertilitas
tingkat kinerja perkembangbiakan yang direalisasikan dalm populasi, dan
tinggi rendahnya aspek ini diukur dari jumlah telur yang di ovovivarkan atau jumlah
anak yang dilahirkan.
b. fekunditas
tingkat kinerja potensial populasi itu untuk menghasilkan individu baru.
Dalam ekologi dikenal dua macam natalitas yaitu: 1.natalitas maksimum= n. mutlak
(absolut)=n. 2. natalitas ekologi= pertambahan populasi dibawah kondisi lingkungan
yang spesifik atau sesungguhnya.
7. 2. Mortalitas
Menunjukkan kematian individu dalam populasi.
Juga dapat dibedakan dalam dua jenis yakni:
a. Mortalitas = mortalitas yang direalisasikan yakni,matinya individu dibawah
kondisi lingkungan tertentu.
b. Mortalitas minimum(teoritis), yakni matinya individu dalam kondisi
lingkungan yang ideal, optimum dan mati semata- mata karena usia tua.
3. Emigrasi, imigrasi dan migrasi.
Ketiga istilah diatas bersangkut paut dengan perpindahan.
a. Emigrasi : perpindahan keluar dari area suatu populasi.
b. Imigrasi : perpindahan masuk ke dalam suatu area populasi dan
mengakibatkan meningkatkan kerapatan
c. Migrasi : menyangkut perpindahan (gerakan) periodik berangkat dan
kembali dari populasi.
2.5 Distribusi Individu dalam Populasi
Distribusi individu dalam populasi, sering kali disebut sebagai dispersi atau
pola penjarakan (pola penyebaran) secara umum dapat di bedakan atas 3 pola utama
yaitu:
a. Acak (Random)
Pada pola sebaran ini peluang suatu individu untuk menempati sesuatu situs
dalam area yang di tempati adalah sama, yang memberikan indikasi bahwa kondisi
lingkungan bersifat seragam. Keacakan berarti pula bahwa kehadiran individu
lainnya. Dalam sebaran statistik, sebaran acak ini ditunjukkan oleh varians (s2) yang
sama dengan rata-rata (x).
b. Teratur (Seragam, unity):
Pola sebaran ini terjadi apabila diantara individu-individu dalam populasi
terjadi persaingan yang keras atau ada antagonisme positif oleh adanya teritori-teritori
terjadi penjarakan yang kurang lebih merata. Pola sebaran teratur ini relatif jarang
terdapat di alam. Lewat pendekatan statistik, pola sebaran teratur ini di tunjukkan
oleh varians (s2) yang lebih kecil dari rata-rata (x)
c. Mengelompok (Teragregasi, Clumped)
Merupakan pola sebaran yang relatif paling umum terdapat di alam
pengelompokan itu sendiri dapat terjadi oleh karena perkembangbiakan, adanya
8. atraksi sosial dan lain-lain. Lewat pendekatan statistik, pola sebaran menelompok ini
varians (s2) yang lebih besar dari rata-rata (x)
2.6 Struktur Umur Populasi
Untuk menggambarkan sebaran umur dalam populasi, dapat di lakukan
dengan mengatur data kelompok usia dalam bentuk suatu poligon atau piramida
umur. Dalam hal ini jumlah individu atau persentase jumlah individu dari tiap kelas
usia di gambarkan sebagai balok-balok horizontal dengan panjang relatif tertentu.
Secara hipotesis, ada tiga bentuk piramida umur populasi, yakni :
1. populasi yang sedang berkembang
2. populasi yang stabil
3. populasi yang senesens (tua)
2.7 Piramida Ekologi
Struktur trofik pada ekosistem dapat disajikan dalam bentuk piramida ekologi.
Ada 3 jenis piramida ekologi, yaitu piramida jumlah, piramida biomassa, dan
piramida energi.
1. Piramida jumlah
Organisme dengan tingkat trofik masing - masing dapat disajikan dalam
piramida jumlah, seperti kita Organisme di tingkat trofik pertama biasanya paling
melimpah, sedangkan organisme di tingkat trofik kedua, ketiga, dan selanjutnya
makin berkurang. Dapat dikatakan bahwa pada kebanyakan komunitas normal,
jumlah tumbuhan selalu lebih banyak daripada organisme herbivora. Demikian pula
jumlah herbivora selalu lebih banyak daripada jumlah karnivora tingkat 1. Kamivora
tingkat 1 juga selalu lebih banyak daripada karnivora tingkat 2. Piramida jumlah ini
di dasarkan atas jumlah organisme di tiap tingkat trofik.
2. Piramida biomassa
Seringkali piramida jumlah yang sederhana kurang membantu dalam
memperagakan aliran energi dalam ekosistem. Penggambaran yang lebih realistik
dapat disajikan dengan piramida biomassa. Biomassa adalah ukuran berat materi
hidup di waktu tertentu. Untuk mengukur biomassa di tiap tingkat trofik maka rata-
rata berat organisme di tiap tingkat harus diukur kemudian barulah jumlah organisme
di tiap tingkat diperkirakan.
Piramida biomassa berfungsi menggambarkan perpaduan massa seluruh
organisme di habitat tertentu, dan diukur dalam gram. Untuk menghindari kerusakan
habitat maka biasanya hanya diambil sedikit sampel dan diukur, kemudian total
9. seluruh biomassa dihitung. Dengan pengukuran seperti ini akan didapat informasi
yang lebih akurat tentang apa yang terjadi pada ekosistem.
3. Piramida energi
Seringkali piramida biomassa tidak selalu memberi informasi yang kita
butuhkan tentang ekosistem tertentu. Lain dengan Piramida energi yang dibuat
berdasarkan observasi yang dilakukan dalam waktu yang lama. Piramida energi
mampu memberikan gambaran paling akurat tentang aliran energi dalam ekosistem.
Pada piramida energi terjadi penurunan sejumlah energi berturut-turut yang
tersedia di tiap tingkat trofik. Berkurang-nya energi yang terjadi di setiap trofik
terjadi karena hal-hal berikut.
a. Hanya sejumlah makanan tertentu yang ditangkap dan dimakan oleh tingkat
trofik selanjutnya.
b. Beberapa makanan yang dimakan tidak bisa dicemakan dan dikeluarkan
sebagai sampah.
c. Hanya sebagian makanan yang dicerna menjadi bagian dari tubuh organisme.
2.8 Faktor-faktoryang mempengaruhi penyebaran populasi:
Distribusi sumberdaya
Perilaku sosial (pada hewan)
Faktorlain (interaksiorganisme, tempatberlindung,oksigen terlarut, dll)
Kepadatan dan pola penyebaran populasi merupakan faktor penting untuk
analisis dinamika populasi
1. Pertumbuhan Populasi
Suatu populasi akan mengalami pertumbuhan, apabila laju kelahiran di dalam
populasi itu lebih besar dar laju kematian, dengan mengasumsikan bahwa laju
emigrasi.
Dikenal dua macam bentuk pertumbuhan populasi, yakni bentuk pertumbuhan
eksponensial ( dengan bentuk kurva J) dan bentuk pertumbuhan sigmoid (dengan
bentuk kurva S)
2. Pertumbuhan Eksponensial
Pertumbuhan populasi bentuk eksponensial ini terjadi bilamana populasi ada
dalam sesuatu lingkungan ideal baik, yaitu ketersediaan makanan, ruang dan kondisi
lingkungan lainnya tidak beroperasi membatasi, tanpa da persaingan dan lain
sebagainya. Pada pertumbuhan populasi yang demikian kerapatan bertambah dengan
10. cepat secara eksponensial dan kemudian berhenti mendadak saat berbagai faktor
pembatas mulai berlaku mendadak.
3. Pertumbuhan Sigmoid
Pada pertumbuhan populasi yang berbentuk sigmoid ini, populasi mula-mula
meningkat sangat lambat (fase akselerasi positif). Kemudian makin capet sehingga
mencapai laju peningkatan secara logaritmik (fase logaritmik), namun segera
menurun lagi secara perlahan dengan makin meningkatnya pertahanan lingkungan,
misalnya yang berupa persaingan intra spesies (fase akselerasi negatif) sehingga
akhirnya mencapai suatu tingkat yang kurang lebih seimbang (fase keseimbangan).
Tingkat populasi yang merupakan asimptot atas dari kurva sigmod, yang menandakan
bahwa populasi tidak dapat meningkat lagi di sebut daya dukung (K= suatu
konstanta). Jadi daya dukung suatu habitat adalah tingkat kelimpahan populasi
maksimal (kerapatan jumlah atau biomasa) yang kelulus hidupannya dapat di dukung
oleh habitat tersebut.
2.9 Faktor pembatas pertumbuhan populasi :
Tergantung kepadatan : makanan dan ruangan
tergantung kepadatan :iklim dan bencana alam
Faktor pembatasmenyebabkan spesies menerapkan strategi untuk bertahan hidup.
1. Kelangkaan Hewan
Kelangkaan suatu hewan dapat ditinjau dari aspek kelimpahan, tepatnya
intensitas (kerapatan) dan prevalensi menunjukkan jumlah atau ukuran area-area yang
di tempati spesies itu atau cacah dan besarnya daerah yang dialami oleh makhluk di
dalam kawasan secara keseluruhan.
Suatu spesies hewan yang prevalensinya tinggi (= prevalen) dapat lebih sering
dijumpai, sebab daerah penyebarannya luas, maka lebih sering dijumpai, sebab
daerah penyebarannya luas, maka lebih mudah di jumpai dimana-mana. Berbada
halnya dengan suatu spesies yang prevalensinya rendah, karena daerah
penyebarannya sempit hanya dapat di jumpai pada tempat-tempat tertentu saja (=
terlokalisasi).
Adapun faktor-faktor penyebab punahnya hewan yang berkaitan dengan tindakan
manusia itu antara lain sebagai berikut:
2. Habitat hilang atau mengalami degradasi
Manusia banyak mengganggu habitat dalam melakukan tindakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Gangguan habitat itu ada yang sampai menyebabkan
11. habitat hilang, ada yang mengalami degradasi dan paling tidak ada habitat yang
terganggu. Beberapa contoh habitat yang hilang, rusak atau terganggu karena
terganggu oleh perbuatan manusia adalah sebagai berikut.
a. Hutan di tebang untuk di jadikan daerah pemukiman. Ini merupakan contoh
hilangnya habitat. Perubahan hutan menjadi daerah perumahan, terutama
perumahan di daerah perkotaan menyebabkan pohon-pohonan dan tumbuhan
lain di tebang habis.
b. Kerusakan terumbu karang karena ledakan dinamit yang di gunakan orang
untuk menangkap ikan. Penangkapan ikan dengan menggunakan dinamit pada
umumnya di lakukan di daerah yang dangkal yang banyak di huni oleh
hewan-hewan karang. Ledakan dinamit di tempat tersebut dapat merusak
terumbu karang
3. Fragmentasi habitat
Pembuatan jalan, pengembangan daerah pertanian dan pembuatan daerah
pemukiman di lingkungan habitat yang luas tidak menghilangkan habitat secara
keseluruhan. Jalan, perkebunan, dan kota yang di bangun orang menyebabkan habitat
terpisah-terpisah. Pemisahan itu menyebabkan habitat terpecah menjadi kecil-kecil,
sehingga menyebabkan hewan terkungkung pada lingkungan sempit yang tidak
memungkinkan hewan tumbuh dan berkembangbiak secara optimal.
4. Pemburuan komersial.
Pemburuan komersial adalah pemburuan binatang sebagai upaya untuk
memperoleh penghasilan bukan untuk rekreasi.
5. Faktor lain
Di negara-negara yang wilayahnya luas, misalnya Amerika Serikat, jalan raya
yang menghubungkan kota dengan kota lain amat panjang. Jalan itu melintasi tempat-
tempat yang masih di huni oleh hewan liar, masalnya hutan dan padang rumput. Jalan
itu memisahkan kawasan tersebut menjadi dua bagian, yaitu di kiri dan di kanan
jalan. Hewan-hewan liar yang hidup di kawasan itu sering kali menyeberang jalan
pada malam hari. Di antara hewan-hewan itu banyak yang terlindas kendaraan yang
melintas di jalan tersebut.
2.10 Dinamika Populasi
Merupakan ilmu yang mempelajari pertumbuhan serta pengaturan populasi.
Hal ini tentu berkaitan dengan parameter populasi. Khusus di dalam pengaturan
kerapatan populasi dikenal adanya mekanisme “density dependent” (mekanisme yang
12. bergantung kepada kerapatan) dan mekanisme “density independent” (mekanisme
yang tak bergantung pada kerapatan).
Merupakan perubahan ukuran populasi yang terjadi sepanjang waktu.
Dinamika populasi membahas cara populasi spesies tertentu berkembang dan
menyusut serta sebab-sebab peningkatan dan penurunan jumlah populasi tersebut.
Penelitian yang cermat terhadap gerakan fluktuasi populasi mengungkapkan bahwa
bahkan dalam system alam yang tampaknya sangat stabil itu, ada kekuatan-kekuatan
dinamis yang dapat menimbulkan efek dramatis dan menghasilkan perubahan drastis
dalam jumlah populasi. Contohnya pada lemming, binatang pengerat yang kecil ini
hidup di wilayah yang sangat dingin dibelahan bumi utara. Setiap tiga atau empat
tahun jumlah lemming menjadi amat banyak, lalu terlihat binatang ini melakukan
migrasi besar-besaran. Diduga ini terjadi karena persediaan makanan yang ada telah
habis. Cerita-cerita mengenai lemming yang bunuh diri muncul berdasarkan fakta
bahwa binatang ini akan menyeberangi sungai untuk mencari makan. Ketika
mencapai laut, mereka juga mencoba menyeberangi laut tersebut dan akibatnya
mereka mati tenggelam.
Hal ini tentu berkaitan dengan parameter populasi. Khusus di dalam
pengaturan kerapatan populasi dikenal adanya mekanisme “density dependent”
(mekanisme yang bergantung kepada kerapatan) : faktor yang mengendalikan
populasi lebih berpengaruh pada populasi yang besar dibandingkan populasi yang
kecil. Contohnya : kompetisi, predasi dan parasitisme. Dan mekanisme “density
independent” (mekanisme yang tak bergantung pada kerapatan) : faktor yang
mengendalikan populasi tidak tergantung dengan ukuran populasi. Contohnya :
kebakaran hutan, kekeringan,letusan gunung berapi.
Secara umum, aspek-aspek yang dipelajari dalam dinamika populasi adalah:
1. Populasi sebagai komponen dari sistem lingkungan.
2. Perubahan jumlah individu dalam populasi.
3. Tingkat penurunan, peningkatan, penggantian individu dan proses yang
menjaga kestabilan jumlah individu dalam populasi.
4. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan jumlah individu dalam
populasi.
13. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Dinamika populasi adalah pengetahuan yang mempelajari pertumbuhan populasi
organisme. Populasi adalah individu-individu yang hidup disuatu tempat tertentu
dan antara sesamanya dapat melakukan perkawinan sehingga dapat mengadakan
pertukaran informasi genetik dinyatakan sebagai satu kelompok.
b. Kerapatan (kepadatan) populasi adalah ukuran besar populasi yang berhubungan
dengan satuan ruang (area), yang umumnya diteliti dan dinyatakan sebagai jumlah
(cacah) individu dan biomasa persatuan luas, persatuan isi( volume) atau
persatuan berat medium lingkungan yang ditempati.
c. Ukuran populasi menyatakan banyaknya individu anggota populasi di suatu
daerah tertentu. Jika daerah penyebaran populasi luas sehingga pengukuran
populasi secara menyeluruh sulit di lakukan, besarnya ukuran populasi yang di
gunakan adalah kepadatan populasi, yang menyatakan individu persatuan luas
tertentu. Ukuran dan kepadatan populasi dapat di ukur dengan metode sensus,
sampling atau pengukuran nisbi.
d. Populasi dapat tumbuh cepat atau lambat. Kecepatan pertumbuhan populasi di
tentukan dengan perbedaan angka kelahiran dan angka kematian. Kecepatan
pertumbuhan populasi itu di pengaruhi oleh jumlah kematian sebelum mencapai
umur reproduktif, dan ketahanan hidup pada umur tertentu.
3.2 Saran
a. Mungkin hanya itu yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan makalah ini
dan penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi paparan materi
ataupun penulisan. Penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi terciptanya tugas berikutnya yang lebih
sempurna.
14. DAFTAR PUSTAKA
Susanto, pudyo. 2000. Ekologi Hewan. Jakarta :Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Tim Dosen. 2008. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Medan : FMIPA UNIMED
Zulkifli, hilda. 1996. Biologi Lingkungan. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
www.google.co.id//ekologi hewan//populasi hewan/d/?//