3. Pengertian Profilaksis Dan Anti Infeksi
Profilaksis (bahasa Yunani "προφύλαξις" untuk menjaga
atau mencegah) adalah prosedur kesehatan masyarakat
untuk mencegah daripada mengobati penyakit. Ukuran
profilastik terbagi antara profilaksis utama (untuk mencegah
perkembangan penyakit) dan kedua (ketika penyakit sudah
berkembang dan pasien terlindungi melawan proses yang
semakin memburuk). Vaksin Flumerupakan
profipaktik. Antibiotika kadang-kadang digunakan secara
profilaktik, contohnya, selama wabah antraks
2001 di Amerika Serikat, pasien diberi ciprofloxacin.
Antiseptika adalah zat-zat yang dapat mematikan atau
menghentikan pertumbuhan kuman-kuman setempat
dijaringan hidup, khususnya di atas kulit dan selaput lendir
(mulut, tenggorokan, dan lain-lain).
4. Desinfektan
Disinfektan adalah zat yang digunakan pada
benda tak hidup untuk mencegah infeksi yang
mematikan mikroorganisme, misalnya
sterilisasi alat kedokteran.
Penggunaan Anti septik :
1. Membersihkan luka dan tempat-tempat
infeksi
2. Pada infeksi kulit dan mukosa
3. Pada infeksi kulit sebgai terapi pelengkap
obat sistemik
4. Preoferatif
5. Berdasarkan sifat kimianya anti seftik di kelompokan dalam
golongan fenol (timol, resorsinor, dan heksasloropon), alcohol,
(etanol 70%, dan glokol), halogen (iodium, povidon, iodium, klor, dan
kaporit) peroksida ( larutan H2O2, kalium) dan logam berat (garam,
perak), dan formaldehid (formalin).
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan
sebagai antiseptik dan desinfektan.Tetapi tidak semua bahan
desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam
penggunaan antiseptik.Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak
merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang
penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu
cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman.
Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat
berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.
6. Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan,
tetapi umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau
golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung gugus -
COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung
gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu
senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus -X;
golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium
kuarterner, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida.
Fenol digunakan sebagai kontrol positif, aquadest sebagai kontrol
negatif dan larutan aldehid dan halogen dalam pengenceran 1 : 100
sampai 1 : 500 dicampur dengan suspensi bakteri Staphylococcus
aureus dan Salmonella typhi resisten ampisilin yang telah
diinokulum, keburaman pada tabung pengenceran menandakan
bakteri masih dapat tumbuh.
7. Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme
penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara
fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi
infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme
patogen.Disinfektan yang tidak berbahaya bagi
permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini
dinamakan antiseptik.
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat
atau menghancurkan mikroorganismepada jaringan
hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda
mati.Desinfektan dapat pula digunakan sebagai
antiseptik atau sebaliknya tergantung dari
toksisitasnya. Sebelum dilakukan desinfeksi, penting
untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris
organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat
menghambat proses disinfeksi.
10. Anti= melawan
Bios= hidup
Zat yang di hasilkan oleh suatu mikroorganisme terutama
fungi yang dapat membasmi mikroorganisme jenis lain.
Antibiotika pertama kali di temukan oleh dr. Alexender Fleming
pada tahun 1928 yang telah menemukan penisillin, tetapi
penemuannya baru digunakan dalam pengobatan pada tahun
1941 oleh dr. Florey.
Antibiotik yang di gunakan untuk pengobatan harus memiliki
sifat toksisitas selektif yang setinggi mungkin. Artinya antibiotik
tersebut harus sangat bersifat toksik terhadap mikroorganisme
, tetapi relative tidak toksis terhadap hospes . untuk
memutuskan perlu tindaknya pemberian antibiotik pada
penyakit infeksi , adalah gejala klinik dan patogenitas
mikroorganisme serta menilai kesanggupan mekanisme daya
tahan tubuh.
11. Antibiotika berdasarkan luas kerjanya :
Antibiotika berspektrum sempit : hanya
aktif terhadap beberapa jenis bakteri
Antibiotika berspektrum luas : aktif
terhadap beberapa jenis bakteri, baik yang
bergram positif maupun negative
12. Antibiotik berdasarkan mekanisme
kerjanya :
Antibiotik yang menghambat metabolisme sel mikroorganisme,
contohnya : sulfonamid, trimetropin
Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel mikroorganisme,
contohnya : antibiotik beta laktam, vancomycin, obat dari kelompok
ini dapat mengakibatkan tekanan osmotic dalam sel kuman lebih
tinggi dari pada di luar sel sehingga menyebabkan terjadinya lisis
Antibiotik yang mengganggu keutuhan membrane sel
mikroorgansme, contohnya : polimiksin, antibiotika dari kelompok
ini dapat merusak membran sel, sehingga menyebabkan keluarnya
berbagai komponen penting dari dalam sel mikroorganisme seperti
protein, asam nukleat, dll.
Antibiotik yang menghambat sintesis protein sel mikroorganisme,
contohnya : aminoglikosid, tetrasiklin, makrolid, klindamisin
Antibiotik yang meng hambat sintesi asam nukleat sel
mikroorganisme, contohnya : rifampisin, fluoroquiolon
13.
14. Bayi neonatus pada umumnya memiliki
organ atau sistem tubuh yang belum
cukup berkembang. Misalnya fungsi hati
dan ginjalnya belum sempurna sehingga
memudahkan terjadinya efek toksik ,
sedangkan orang yang sudah berusia
lanjut seringkali mengalami kemenurunan
fungsi organ atau system tubuhnya
sehingga di perlukan penyesuaian
dosisnya
15. Pemberian obat pada ibu hamil harus di
sertai ketimbangan kemungkinan
terjadinya efek samping, baik terhadap ibu
maupun bayi yang di kandungnya
misalnya pemberian streptomisin pada ibu
yang hamil tua dapat menyebabkan
ketulian
17. Gangguan fungsi hati dan ginjal sangat
mempengaruhi dalam pemberian obat,
misalnya sirosis hati atau hepatitis
menahun dapat meningkatkan toksisitas
tetrasiklin. Memperpanjang waktu penuh
linkomisin, meningkatkan kadar
kloramfenikol dalam darah sehigga dapat
menyebabkan efek toksik.
21. Obat anti tuberkulosis (OAT) merupakan
kombinasi obat yang digunakan untuk
penderita tuberkulosis.Jenis obat anti
tuberkulosis (OAT) meliputi pemberian
jangka pendek (primer) dan jangka
panjang.
22. Pengobatan tuberkulosis primer meliputi :
Isoniazid (H)
Rifampisin (R)
Pirazinamid (Z)
Streptomisin (S)
Ethambutol (E)
Pengobatan tuberkulosis sekunder meliputi :
Kanamisin
PAS (Para Amino Salicylic) Acid
Tiasetazon
Etionamid
Protionamid
Sikloserin
Viomisiun
•Kapreomisin
•Amikasin
•Ofloksasin
•Siprofloksasin
•Klofazimin
23. Kategori I : 2HRZE / 4H3R3
Kategori II : 2HRZES / HRZE / 5H3R3E3
Kategori III : 2HRZ / 4H3R3
Obat sisipan : HRZE
24. Lepra atau kusta adalah suatu penyakit
infeksi kronis yang merusak terutama
jarinngan saraf dan kulit yang disebabkan
olah Mycobacterium Leprae
Mycobakterium Leprae ditemukan oleh
dokter Norwegia Hansen, maka lepra
disebut juga penyakit Hansen.Basil Lepra
sangat ulat karena mengandung lilin yang
sukar di tembus obat, tahan asam dan
pertumbuhannya juga lambat sekali.
25. Sejak dahulu obat satu-satunya terhadap
lepra atau kusta adalah minyak kaulmogra
yang sering kali untuk meredakan gejala
tanpa menyembuhkan penyakit.
Dapson / diaminodifenilsufon
Obat ini mampu menghentikan pertumbuhan
basil lepra walaupun lama dapat
dimusnahkan oleh system tangkis tubuh
sendiri. Pasien dapat di obati secara ambulan
artinya tidak usah dirawat durumah sakit
secara murah dan efektif dirumahnya sendiri.
26. Obat yang bekerja bakterisid antara lain
rifampisin klofazimin. Penyembuhan berlangsug
lebih cepat dan efektif. Dapson dan rifampisin
dapat dengan cepat menimbulkan resistensi,
untuk mengurangi resiko resistensi obat-obat
tersebut,kini tidak dipergunakan lagi sebagai
monoterpi, melainkan dalan kombinasi dari 3
obat (MDT) Multidrug therapy yang dianjurkan
WHO sebagai terapi pilihan pertama adalah :
27. Lepra tuberkuloid : Dapson 100mg 1 kali sehari
dan rifampisin 600mg 1 kali sebulan selama 6
bulan
Lepra leptomatosus : Dapson 100mg 1 kali sehari,
rifampisin 600mg 1 kali sebulan dan klofazimin
500mg 1 kali sehari + 300mg 1 kali selama
minimal 2 tahun dan maksimal 3 tahun.
WHO menganggap penderita yang telah
menyelesaikan kur dan tidak usah minum obat lagi
di anggap “sembuh”,tetapi perlu dipantau selama
8-10 tahun untuk mewaspadai timbulnya residif.
30. Dalam pengobatan, profilaksis adalah
sesuatu yang mencegah atau melindungi
dan Anti-Infeksi adalah Senyawa yang di
gunakan untuk pengobatan penyakit
infeksi yang di sebabkan oleh spesies
tertentu (serangga, metozoa, protozoa,
bakteri, riketsia atau virus).
Seperti pernggunaan desinfektan,
antibiotika, anti tuberculosa, anti lepra.