SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
Download to read offline
1	
	
	
No Kode: DAR2/Profesional/575/014/2019
PENDALAMAN MATERI KEPERAWATAN
M6KB3 – TINDAKAN PEMBERIAN OBAT NON INVASIF, OKSIGENASI
DAN FISIOTERAPI DADA
Penulis
Henny Dwi Susanti
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
2019
2	
	
Daftar Isi
Daftar Isi	...........................................................................................................................	2	
Pendahuluan	.....................................................................................................................	3	
A.	 Deskripsi	Materi	...................................................................................................	3	
B.	 Relevansi	...............................................................................................................	3	
C.	 Petunjuk	Belajar	...................................................................................................	3	
Tindakan Pemberian Obat Non Invasif, Oksigenasi dan Fisioterapi Dada	................	4	
A.	 Capaian	Pembelajaran	..........................................................................................	4	
B.	 Sub Capaian Pembelajaran	................................................................................	4	
C.	 Pokok-pokok Materi	...........................................................................................	4	
D.	 Uraian	Materi	.......................................................................................................	5	
1.	 Pemberian	obat	topical	........................................................................................	5	
2.	 Pemberian	obat	oral	.............................................................................................	6	
3.	 Pemberian	obat	tetes	hidung	...............................................................................	7	
4.	 Pemberian	obat	tetes	telinga	...............................................................................	8	
5.	 Pemberian	obat	tetes/salep	mata	.......................................................................	9	
6.	 Pemberian	obat	melalui	supposituria	................................................................	10	
7.	 Beberapa aturan yang harus diperhatikan dalam pemberian obat	..............	12	
8.	 Pengertian	oksigen	.............................................................................................	16	
9.	 Ventilasi	dan	respirasi	(Internal	Dan	External)	..................................................	16	
10.	 Pemeriksaan oksigenasi pada klien	.............................................................	18	
11.	 Alat Yang Sering Digunakan Untuk Oksigenasi	........................................	24	
12.	 Perawatan pada klien yang berkaitan dengan oksigenasi	.........................	26	
13.	 Fisioterapi	Dada	.............................................................................................	27	
Rangkuman	........................................................	Kesalahan!	Bookmark	tidak	ditentukan.	
Tes Formatif	......................................................	Kesalahan!	Bookmark	tidak	ditentukan.	
Daftar Pustaka	...................................................	Kesalahan!	Bookmark	tidak	ditentukan.
3	
	
Pendahuluan
A. Deskripsi Materi
Materi pertama yang dibahas pada materi ini adalah tindakan pemberian
obat non invasif yang meliputi pemberian obat melalui topical, oral, tetes
mata/telinga, dan supposutoria. Fokus materi ini adalah jenis-jenis obat yang
akan diberikan dan bagaimana cara pemberiannya kepada klien.
Materi kedua yang akan kita bahas adalah oksigenasi. Fokus materi ini
adalah menjelaskan definisi oksigenasi, indikasi diberikannya bantuan
oksigenasi, macam-macam alat bantu pernafasan. Dan materi ketiga adalah
fisioterapi dada.
B. Relevansi
Materi ini sangat cocok digunakan siswa keperawatan sebagai salah
satu panduan yang berisi konsep dan praktek. Modul ini juga dapat membantu
siswa dalam membantu klien yang membutuhkan pengobatan non invasif, yang
mengalami gangguan oksigenasi dan bantuan fisioterapi dada.
C. Petunjuk Belajar
Untuk memudahkan bapak/ibu memahami apa itu pengobatan non
invasif, oksigenasi dan fisioterapi dada, marilah kita bersama-sama
memperhatikan point-point dibawah ini:
1. Baca dan pahami judul materi ini
2. Selanjutnya perhatikan tujuan khusus sampai saudara mampu memahami
pokok-pokok materi yang dibahas.
3. Kemudian tandai kalimat yang bapak/ibu anggap penting, bila perlu tulis
di buku catatan.
4. Untuk melengkapi bahan bacaan Bapak/Ibu sekalian, seyogyanya carilah
buku/sumber lain yang relevan dengan materi apabila modul ini masih
dianggap kurang.
5. Apabila Bapak/Ibu sudah mengerti dan memahami isi dari materi ini,
selanjutnya cobalah untuk menjawab soal dan pertanyaan dibagian akhir
materi ini
4	
	
Tindakan Pemberian Obat Non Invasif, Oksigenasi dan Fisioterapi Dada
A. Capaian Pembelajaran
Setelah membaca materi ini, diharapkan siswa mampu menjelaskan
tindakan pemberian medikasi non invasif, oksigenasi dan fisioterapi dada.
B. Sub Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari materi diharapkan peserta PPG mampu:
1. Menjelaskan cara pemberian obat non invasif baik secara topical, oral, tetes
mata/telinga dan supposituria.
2. Memahami aturan yang harus diperhatikan salam pemberian obat
3. Menjelaskan pengertian oksigenasi
4. Menjelaskan ventilasi dan respirasi
5. Menjelaskan pemeriksaan oksigenasi pada klien
6. Menjelaskan alat yang digunakan untuk oksigenasi
7. Menjelasakan perawatan pada klien yang berkaitan dengan oksigenasi
8. Melakukan fisioterapi dada
C. Pokok-pokok Materi
1. Pemberian obat non invasif baik secara topical, oral, tetes mata/telinga dan
supposituria.
2. Aturan yang harus diperhatikan salam pemberian obat
3. Pengertian oksigenasi
4. Ventilasi dan respirasi
5. Pemeriksaan oksigenasi pada klien
6. Alat yang digunakan untuk oksigenasi
7. Perawatan pada klien yang berkaitan dengan oksigenasi
8. Fisioterapi dada
5	
	
D. Uraian Materi
Selamat pagi Bapak/Ibu sekalian, bagaimana kabarnya hari ini?
Semoga selalu sehat wal’afiat Aamiin. Bapak/Ibu sekalian sebelum kita
belajar, marilah kita sama-sama berdoa terlebih dahulu agar kita semua
mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Berdoa sesuai dengan agama dan
keyakinan masing-masin, berdoa mulai, berdoa selesai. Pada pertemuan kali
ini kita akan membahas tentang tiga materi diantaranya yaitu tindakan
pemberian obat non invasif, oksigenasi dan fisioterapi dada. Kita tahu
bahwa peran perawat dalam pemberian pengobatan dan pelayanan
mempunyai peran penting terhadap klien.
Perawat diharapkan mempunyai ketrampilan dan pengetahuan yang
tepat saat membantu klien dalam pemberian obat. Tugas perawat tidak
hanya memberi obat kepada klien, tetapi perawat juga bertugas untuk
melihat efek samping dan melakukan observasi tentang pengobatan yang
diberikan. Modul ini menjelaskan tentang persiapan dan pemberian obat
yang aman, dan juga membahas tentang tindakan pemberian obat non
invasif (topical, oral, tetes mata/telinga, supposutoria), oksigenasi dan
fisioterapi dada.
Materi pertama yang dibahas pada materi ini adalah tindakan
pemberian obat non invasif yang meliputi (topical, oral, tetes mata/telinga,
supposutoria).
1. Pemberian obat topical
Jenis-jenis obat topical yaitu:
a. Salep (salep atau krim), sediaan obat semipadat, hanya dipakai dan
dioleskan bagian luar
b. Gosok biasanya mengandung alkohol, minyak, atau sabun yang
digosokkan pada kulit
c. Lotion, bentuknya cair yang biasanya berfungsi melindungi,
melembabkan, atau membersihkan kulit
d. Plester, diserap melalui kulit lebih lambat dari salep, sering digunakan
untuk melindungi kulit.
e. Ditempel dikulit, diserap melalui kulit secara perlahan dalam jangka
6	
	
waktu yang lama (mis, 24 jam, 1 minggu)
Cara pemberian obat topical
a. Pemberian obat secara topical dengan menggunakan sarung tangan dan
aplikator.
b. Gunakan teknik steril jika pasien memiliki luka terbuka
c. Bersihkan kulit secara menyeluruh dengan mencuci area tersebut secara
lembut dengan sabun dan air
d. Oleskan salep secara merata di atas permukaan
e. Beberapa obat tertentu, terkadang diperlukan kasa untuk menutup luka
f. Apabila obat dalam bentuk gosok, oleskan obat gosok dengan
mengoleskannya dengan lembut pada kulit.
2. Pemberian obat oral
Pemberian obat bisa melalui:
a. Oral langsung ditelan
Obat oral adalah pemberian obat yang paling mudah. Obat diberikan
melalui mult dan ditelan dengan cairan
b. Buccal
Pemberian obat secara buccal adalah dengan meletakkan obat dalam
mulut area pipi. Anjurkan klien untuk tidak mengkonsumsi apapun.
Obat ini bekerja secara local diarea mukosa saat ditelan dengan air liur.
Gambar 1. Pemberian obat tablet secara buccal
(Potter, Perry, Hall, & Stockert, 2013)
c. Sublingual.
Obat jenis ini harus diletakkan dibawah lidah agar larut. Obat ini tidak
boleh ditelan karena jika ditelan akan menghilangkan efek obat yang
7	
	
diinginkan. Anjurkan kepada klien agar tidak mengkonsumsi apapun
sampai obatnya benar-benar larut.
Gambar 1. Pemberian obat tablet secara sublingual
(Potter et al., 2013)
Manfaat pemberian obat melalui oral adalah :
a. Nyaman dan aman untuk klien
b. Ekonomis
c. Mudah pemberiannya
d. Seringkali menghasilkan efek lokal atau sistemik
e. Jarang menyebabkan kecemasan bagi klien.
(Potter et al., 2013)
3. Pemberian obat tetes hidung
Klien dengan perubahan sinus hidung kadang-kadang mendapatkan
obat dengan semprotan, tetes, atau tampon. obat yang paling umum
diberikan adalah semprotan atau tetes yang digunakan untuk meredakan
gejala hidung tersumbat dan pilek.
Lebih mudah untuk mendapatkan semprotan yang diberikan sendiri
oleh klien karena ia mampu mengendalikan semprotan dan menarik napas
saat memasuki saluran hidung.
Untuk pasien yang menggunakan semprotan hidung berulang kali,
periksa nares untuk iritasi. Tetes hidung efektif dalam mengobati infeksi
sinus. Posisikan pasien untuk memungkinkan obat mencapai sinus yang
terkena. Mimisan parah biasanya diobati dengan pembungkus atau tampon
hidung, yang diobati dengan epinefrin, untuk mengurangi aliran darah.
8	
	
Gambar 3. Pemberian obat melalui hidung
Gambar 4. Pemberian obat melalui hidung
(Potter et al., 2013)
4. Pemberian obat tetes telinga
Struktur telinga internal sangat sensitif terhadap suhu yang ekstrem.
Letakkan obat tetes telinga pada suhu kamar untuk mencegah vertigo,
pusing, atau mual. Meskipun struktur telinga luar tidak steril, larutan steril
digunakan jika gendang telinga pecah. Masuknya larutan yang tidak steril
ke dalam struktur telinga tengah dapat menyebabkan infeksi.
Jika klien mengalami drainase telinga, pastikan gendang telinga
belum pecah. Jangan sekali-kali menyumbat atau menutup saluran telinga
dengan pipet atau jarum suntik yang mengairi. Memaksa pengobatan ke
dalam saluran telinga yang tersumbat dapat menyebabkan tekanan yang
melukai gendang telinga.
9	
	
Gambar 5. Pemberian obat tetes telinga
(Potter et al., 2013)
5. Pemberian obat tetes/salep mata
Obat umum yang digunakan oleh klien adalah obat tetes mata dan
salep. Banyak pasien, terutama orang dewasa yang lebih tua, mendapatkan
obat mata yang diresepkan untuk kondisi mata seperti glaukoma atau
katarak.
Beberapa yang harus diperhatikan saat memberikan obat area mata :
a. Hindari memberikan segala bentuk obat mata langsung ke kornea.
Kornea mata memiliki banyak rasa sakit dan karenanya sangat sensitif
terhadap apa pun.
b. Hindari menyentuh kelopak mata atau struktur mata lainnya dengan
tetes mata atau salep. Risiko penularan infeksi dari satu mata ke mata
lainnya tinggi.
c. Gunakan obat mata hanya untuk mata klien yang sakit
d. Jangan pernah mengizinkan klien menggunakan obat mata klien lain.
Gambar 6. Pemberian obat salep mata
(Potter et al., 2013)
10	
	
Gambar 6. Pemberian obat tetes mata
(Potter et al., 2013)
6. Pemberian obat melalui supposituria
a. Vagina
Obat-obatan vagina tersedia dalam bentuk busa, jeli, atau krim.
Supositoria padat berbentuk oval dikemas dalam bungkus foil dan
terkadang disimpan di lemari es untuk mencegah meleleh. Setelah
supositoria dimasukkan ke dalam rongga vagina, suhu tubuh
menyebabkan obat tersebut mencair dan didistribusikan serta diserap.
Busa, jeli, dan krim diberikan dengan inserter aplikator. Berikan
supositoria dengan menggunakan sarung tangang sesuai dengan
tindakan pencegahan standar.
Pasien lebih suka memberikan obat vagina mereka sendiri dan
membutuhkan privasi. Karena obat-obatan vagina sering diberikan
untuk mengobati infeksi. Ikuti teknik aseptik dan anjurkan klien
kesempatan untuk menjaga kebersihan perineum.
Gambar 7. Pemberian obat pervaginam
11	
	
Gambar 8. Pemberian obat pervaginam dengan menggunakan alat
(Potter et al., 2013)
b. Dubur
Supositoria rektal lebih tipis dan berbentuk peluru. Ujung yang
bundar mencegah trauma anal selama pemasangan. Supositoria rektal
mengandung obat-obatan yang memberikan efek lokal seperti
membantu buang air besar atau efek sistemik seperti mengurangi mual.
Supositoria rektal sering disimpan dalam lemari es sampai diberikan.
Gambar 9. Mengeluarkan obat dari bungkusnya
Gambar 10. Memasukkan obat melalui dubur
12	
	
Gambar 11. Memasukkan obat melalui dubur dengan alat
(Potter et al., 2013)
7. Beberapa aturan yang harus diperhatikan dalam pemberian obat
a. Komponen Obat
Komponen yang harus diperhatikan saat memberikan obat ada 7,
apabila salah satu dari komponen ini tidak ada, perawat tidak boleh
memberikan obat sampai mendapatkan informasi yang benar.
1) Nama klien
2) Tanggal dan waktu
3) Nama obat
Setiap obat memiliki nama dagang (nama perusahaan farmasi yang
membuat obat). Nama dagang kadang-kadang disebut merek atau
nama kepemilikan. Nama dagang obat umumnya dikapitalisasi dan
diikuti oleh R dalam lingkaran seperti pada ®.
4) Dosis obat
Dosis obat berarti jumlah obat yang diresepkan menggunakan
sistem pengukuran apoteker.
5) Rute obat
Rute pemberian obat bisa melalui oral, topikal, inhalan atau
perenteral. Pemberian obat melalui oral lebih aman, lebih
ekonomis dan lebih nyaman dibanding yang lain. Obat peroral
dalam bentuk padat dan cair, dimana obat padat berupa tablet dan
kapsul. Obat cair misalnya syrup, ramuan dan suspensi. Perawat
biasanya memberikan obat cair dengan menggunakan sendok
13	
	
takar, cangkir atau spuit. Pemberian obat peroral, biasanya
diminum dengan cara ditelan.
6) Frekuensi pemberian obat
Frekuensi obat adalah seberapa sering obat diberikan, dengan
menggunakan singkatan seperti:
Stat – diberikan secara langsung
q.d – setiap hari
b.i.d – dua sekali sehari
t.i.d – tiga kali sehari
q.i.d – empat kali sehari
q.h – setiap jam
q4h – setiap empat jam
7) Tanda tangan orang yang memesan obat
b. 6 Benar obat
Untuk menghindari kesalahan dalam memberikan obat kepada klien,
perawat harus memperhatikan 6 benar, yaitu:
1) Benar obat
Sebelum perawat memberi obat kepada pasien, label pada botol
atau kemasannya harus diperiksa sebanyak tiga kali. Pertama pada
saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari tempat
obat, kedua label botol disesuaikan dengan obat yang diminta,
ketiga saat dikembalikan ke tempat obat. apabila labelnya tidak
dapat dibaca, obat tidak boleh digunakan dan harus dikembalikan
ke bagian farmasi untuk segera dicek.
2) Benar dosis
Sebelum perawat memberikan obat kepada pasien, perawat harus
melihat jumlah dosis obat tersebut.
3) Benar rute
Obat yang diberikan kepada pasien bias melalui sejumlah rute yang
berbeda-beda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik
ditentukan oleh kondisi pasien, kecepatan dan respon obat yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang
14	
	
diinginkan. Obat dapat diberikan melalui rute, antara lain: peroral,
sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
4) Benar waktu
Beberapa obat harus diberikan atau diminum sebelum makan,
untuk mendapatkan kadar yang diperlukan, obat harus diberikan
satu jam sebelum makan. Pemberian obat antibiotik tidak boleh
diberikan bersamaan dengan susu, karena susu dapat mengikat
sebagian besar obat sebelum dapat diserap oleh tubuh. Untuk
menghindari terjadi iritasi lambung, beberapa obat harus diminum
setelah makan.
5) Benar klien
Sebelum obat diberikan, identitas klien harus diperiksa dengan
teliti oleh perawat untuk mencegah kesalahan pemberian obat pada
klien yang berbeda.
6) Benar dokumentasi
Setelah perawat memberikan obat kepada klien, dokumentasi harus
dilakukan dengan benar sesuai dengan dosis, rute, waktu dan oleh
siapa obat tersebut diberikan. Apabila klien menolak obat yang
diberikan, perawat harus melaporkan alasan klien menolak
pemberian obat tersebut.
c. Mengenali bahaya obat
Penggunaan obat jangka panjang, sangat berbahaya bagi tubuh, bahaya
yang ditimbulkan diantaranya adalah:
1) Kerusakan organ jantung
2) Penggunaan obat antibiotik yang terlalu lama, dapat
mengakibatkan pengeroposan tulang
3) Reaksi alergi kemungkinan bisa terjadi, terutama obat antibiotik
4) Terlalu sering mengkonsumsi antibiotik, dapat mengakibatkan
resistensi obat tersebut, artinya obat tersebut sudah tidak mampu
menyembuhkan penyakit yang dialami.
5) Kerusakan ginjal kemungkinan bisa terjadi, karena terlalu sering
mengkonsumsi obat.
15	
	
6) Keracunan obat
7) Kematian
8) Pencernaan terganggu, misalnya diare, nyeri pada perut, mual dan
iritasi usus besar.
9) Tanda-tanda alergi obat
Alergi obat adalah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan
tubuh yang bisa membahayakan tubuh bagi yang mengkonsumsinya.
Sebagian besar obat memiliki gejala yang ringan hingga berat apabila
tidak segera ditangani. Apabila saudara mengetahui bahwa obat
tersebut terjadi alergi, maka sesegera mungkin penggunaan obat
dihentikan.
d. Berikut ini adalah tanda dan gejala seseorang mengalami alergi obat:
1) Gatal-gatal pada kulit
2) Batuk-batuk
3) Demam
4) Sesak nafas
5) Mata berair dan gatal
6) Pembengkakan area wajah, bahkan seluruh tubuh
Apabila terjadi reaksi alergi yang berkelanjutan, maka hal ini dapat
mengakibatkan anafilaksis, dimana kondisi tersebut dapat
mengakibatkan kegagalan fungsi sistem tubuh, dan diperlukan penangan
medis secara cepat.
e. Mengenali dampak efek samping dan efek terapi obat
1) Ketergantungan terhadap obat itu sendiri
2) Ketakutan yang berlebihan
3) Emosi yang tidak terkendali
4) Kesulitan tidur
5) Mengalami kebingungan
6) Berhalusinasi
7) Perubahan kebiasaan tidur
8) Pola makan yang berubah
16	
	
9) Nafsu makan menurun
Materi selanjutnya yang akan kita bahas adalah oksigenasi. Semua
makhluk hidup pasti membutuhkan oksigenasi untuk bernafas. Kira-kira
Bapak/Ibu yang hadir disini ada yang tidak memerlukan oksigen?, pasti
tidak ada ya, semua pasti memerlukan oksigen untuk bertahan hidup. Jadi
Oksigen adalah salah satu kebutuhan manusia yang paling dasar yang
diperlukan dalam kehidupan manusia yang mempunyai peran dalam tubuh
sebagai metabolisme. Kebutuhan oksigen dalam tubuh manusia harus
terpenuhi sebagai kelangsungan hidup. Proses pemenuhan oksigen dalam
tubuh manusia dapat dilakukan dengan berbagai cara pemberian melalui
saluran pernafasan, pembebasan jalan nafas dari sumbatan yang
menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ
pernafasan agar berfungsi secara normal. Pemberian oksigen berupa
pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan
menggunakan alat bantu oksigen.
8. Pengertian oksigen
Oksigen, yang berjumlah 21% di atmosfer Bumi, sangat penting
untuk mempertahankan kehidupan manusia. Setiap sel tubuh manusia
menggunakan oksigen untuk memetabolisme nutrisi dan menghasilkan
energi. Tanpa oksigen, kematian sel dalam tubuh akan terjadi dengan cepat.
Modul ini menjelaskan jenis peralatan yang digunakan dalam terapi
oksigen, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi
pernapasan. Teknik untuk manajemen jalan napas, seperti pengisapan dan
metode lain untuk mempertahankan jalan napas paten pada klien yang
mengalami gangguan oksigenasi (Potter et al., 2013)
9. Ventilasi dan respirasi (Internal Dan External)
Elastisitas jaringan paru-paru memungkinkan paru-paru meregang
dan terisi udara selama inspirasi (menarik napas) dan kembali ke posisi
istirahat setelah mengeluarkan nafas. Ventilasi (pergerakan udara masuk
dan keluar dari paru-paru) memfasilitasi pernapasan (pertukaran oksigen
dan karbon dioksida). Respirasi eksternal terjadi pada titik paling berbeda
17	
	
di jalan napas antara membran alveolar-kapiler (Gambar 1). Respirasi
internal terjadi pada tingkat sel melalui hemoglobin dan sel-sel tubuh. Untuk
orang tanpa penyakit, peningkatan kadar karbon dioksida dan ion hidrogen
memicu stimulus untuk bernafas, baik secara kimia maupun neurologis.
Ventilasi dihasilkan dari perubahan tekanan dalam rongga toraks
yang dihasilkan oleh kontraksi dan relaksasi otot pernapasan. Selama
inspirasi, diafragma berkontraksi dan bergerak ke bawah di dada. Otot
interkostae menggerakkan dada ke luar dengan mengangkat tulang rusuk
dan tulang dada. Kombinasi ini memperluas rongga dada. Ekspansi
memberikan lebih banyak ruang dada, menyebabkan tekanan di dalam paru-
paru turun. Karena udara mengalir dari daerah dengan tekanan lebih tinggi
ke tekanan yang lebih rendah, udara masuk melalui hidung, mengisi paru-
paru. Ketika ada kebutuhan akan oksigen, otot tambahan yang dikenal
sebagai otot pernafasan respirasi (pectoralis minor dan sterno-
cleidomastoid) berkontraksi untuk membantu ekspansi dada yang lebih
besar.
Selama ekspirasi, otot-otot pernapasan rileks, rongga toraks
menurun, jaringan paru elastis mengecil, tekanan intratoraks meningkat
akibat ruang paru yang terkompresi, dan udara bergerak keluar dari saluran
pernapasan. Seseorang dapat secara paksa menghembuskan udara tambahan
dengan mengontraksikan otot perut seperti rectus abdominis, abdominis
transversal, dan obliques eksternal dan internal.
18	
	
Gambar 12. Respirasi internal dan external
Gambar 13. Ventilasi dan perubahan tekanan pada torax (A). Inspirasi. (B).
Exspirasi
(Potter et al., 2013)
10. Pemeriksaan oksigenasi pada klien
Perawat dapat menentukan kualitas oksigenasi klien dengan
mengumpulkan data penilaian fisik, memantau gas darah arteri, dan
menggunakan oksimetri nadi. Kombinasi ini membantu mengidentifikasi
tanda-tanda hipoksemia (oksigen yang tidak cukup dalam darah arteri) dan
hipoksia (oksigen yang tidak memadai pada tingkat sel).
19	
	
a. Penilaian Fisik
Perawat secara fisik menilai oksigenasi dengan memantau laju
pernapasan klien, mengamati pola dan upaya pernapasan, memeriksa
simetri dada, dan mengeluarkan suara paru-paru. Penilaian tambahan
termasuk mencatat detak jantung dan tekanan darah, menentukan
tingkat kesadaran klien, dan mengamati warna kulit, selaput lendir,
bibir, dan kuku. Tanda yang sering terjadi karena oksigen inadekuat
adalah :
1) Kekuranngan energi
2) Kegelisahan
3) Napas yang cepat dan dangkal
4) Detak jantung yang cepat
5) Duduk untuk bernafas
6) Pembesaran hidung
7) Penggunaan otot-otot aksesori
8) Hipertensi
9) Kantuk, kebingungan, pingsan, koma
10) Sianosis kulit (selaput lendir pada pasien berkulit gelap), bibir dan
kuku pucat
b. Gas Darah Arteri
Penilaian Arteri Gas Darah (AGD) adalah tes laboratorium yang
menggunakan darah arteri untuk menilai oksigenasi, ventilasi, dan
keseimbangan asam-basa. Dan untuk mengukur tekanan parsial oksigen
terlarut dalam plasma (PaO2), persentase hemoglobin jenuh dengan
oksigen (SaO2), parsial tekanan karbon dioksida dalam plasma
(PaCO2), pH darah, dan tingkat ion bikarbonat (HCO3) (Potter et al.,
2013; van Gastel, Stuijk, & de Haan, 2016). Darah arteri lebih disukai
untuk pengambilan sampel karena arteri memiliki kandungan oksigen
lebih besar daripada vena dan bertanggung jawab untuk membawa
oksigen ke semua sel (Potter et al., 2013; Rogers & McCutcheon, 2015).
20	
	
Tabel 1. Nilai Arteri Gas Darah (AGD) :
(Larkin & Zimmanck, 2015; Potter et al., 2013; Rogers & McCutcheon, 2015)
c. Oksimetri nadi dan dan tanda oksigenasi inadekuat
Oksimetri nadi adalah teknik transkutan non-invasif untuk
memantau saturasi oksigen darah secara berkala. Pulse oksimeter terdiri
dari sensor dan mikroprosesor. inframerah dipancarkan dari satu sisi
pegas atau sensor perekat yang melekat pada jari, kaki, daun telinga,
atau hidung. Sisi berlawanan dari sensor mendeteksi jumlah cahaya
yang diserap oleh hemoglobin. Mikroprosesor kemudian menghitung
informasi dan menampilkannya pada mesin di samping tempat tidur.
Pengukuran saturasi oksigen ketika diperoleh dengan oksimetri nadi
dan dicatat sebagai SpO2 untuk membedakannya dari pengukuran SaO2
yang diperoleh dari darah arteri.
d. Intervensi keperawatan yang digunakan untuk memperbaiki ventilasi
dan oksigenasi.
Banyak faktor yang mempengaruhi ventilasi dan gangguan
pernapasan. Posisi dan pengajaran teknik pernapasan adalah dua
intervensi keperawatan yang sering digunakan untuk memenuhi
kebutuhan oksigenasi. Strip nasal perekat dapat digunakan untuk
meningkatkan oksigenasi dengan mengurangi resistensi jalan napas dan
meningkatkan ventilasi.
21	
	
e. Posisi
Posisi klien disesuaikan dengan kondisinya, klien dengan
hipoksia ditempatkan pada posisi orthopnic (fowler). Posisi ini
memudahkan pernapasan dengan membiarkan organ perut turun dari
diafragma. Akibatnya, paru-paru memiliki potensi untuk diisi dengan
volume udara yang lebih besar.
Sebagai alternatif, klien yang mengalami kesulitan bernapas
dapat mengambil manfaat dari variasi posisi Fowler yang disebut posisi
orthopneic. Ini adalah posisi duduk dengan lengan ditopang pada bantal
atau lengan bertumpu pada kursi, dan klien condong ke depan di atas
meja samping tempat tidur atau kursi belakang. Posisi orthopneic
memungkinkan ruang untuk ekspansi dada vertikal dan lateral
maksimum dan memberikan kenyamanan saat beristirahat atau tidur.
A. Posisi Orthopneic. B. Alternatif posisi orthopneic
Gambar 14. Posisi klien
(Potter et al., 2013)
f. Tekhnik pernafasan
Teknik pernapasan seperti pernapasan dalam dengan atau
tanpa spirometer insentif, pernapasan dengan bibir, dan pernapasan
diafragma membantu klien bernafas dengan lebih efisien.
1) Bernapas dalam.
22	
	
Napas dalam adalah teknik untuk memaksimalkan ventilasi.
Mengambil dalam volume besar udara mengisi alveoli ke kapasitas
yang lebih besar, sehingga meningkatkan pertukaran gas.
Napas dalam adalah terapi bagi klien yang cenderung
bernafas pendek seperti mereka yang tidak aktif atau kesakitan.
Untuk mendorong pernapasan dalam, klien belajar untuk menghirup
udara sebanyak mungkin, menahan napas singkat, dan
menghembuskan napas perlahan. Dalam beberapa kasus akan sangat
membantu untuk menggunakan spirometer insentif; Namun,
pernapasan dalam saja, jika dilakukan secara efektif, cukup
bermanfaat.
Perawat membantu klien dan keluarga dalam perawatan sebagai
berikut:
a) Duduk tegak kecuali dikontraindikasikan.
b) Identifikasi tanda yang menunjukkan tujuan penghirupan.
c) Buang napas secara normal.
d) Katupkan bibir/mulut
e) Tarik napas perlahan dan dalam sampai batas yang ditentukan
volume telah tercapai.
f) Tahan nafas selama 3 hingga 6 detik.
g) Lepaskan dan buang napas secara normal.
h) Bersantai dan bernapaslah dengan normal sebelum napas
berikutnya dengan spirometer.
i) Ulangi latihan 10 hingga 20 kali per jam sesuai advice dokter.
2) Bernafas melalui mulut
Pursed-lip breathing adalah bentuk ventilasi terkontrol di
mana klien secara sadar memperpanjang fase ekspirasi pernapasan.
Ini adalah teknik lain untuk meningkatkan pertukaran gas, yang, jika
dilakukan dengan benar, membantu klien untuk menghilangkan
lebih banyak karbon dioksida dari paru-paru. Pernafasan dengan
bibir yang terengah-engah dan pernapasan diafragma sangat
membantu klien yang memiliki penyakit paru-paru kronis seperti
23	
	
emfisema, yang ditandai oleh hipoksemia kronis dan hiperkarbia
(kadar karbon dioksida yang berlebihan di dalam darah). Klien
melakukan pernafasan dengan bibir sebagai berikut:
a) Tarik napas perlahan melalui hidung sampai hitungan ketiga.
b) Ujung bibir seakan bersiul.
c) Kontraksikan otot perut.
d) Buang napas melalui bibir mengerucut selama enam hitungan
atau lebih.
Lakukan exspirasi selama dua hingga tiga kali lebih lama
dari inspirasi. Tidak semua klien dapat mencapai tujuan ini pada
awalnya, tetapi dengan latihan, masa exspirasi dapat meningkat.
3) Pernapasan Diafragma
Napas diafragma adalah pernapasan yang mendorong
penggunaan diafragma daripada otot dada bagian atas. Ini digunakan
untuk meningkatkan volume pertukaran udara selama inspirasi dan
exspirasi. Dengan melakukan latihan, pernapasan diafragma
mengurangi upaya pernapasan dan meredakan pernapasan cepat dan
tidak efektif.
24	
	
11. Alat Yang Sering Digunakan Untuk Oksigenasi
	
No. Nama Alat Jumlah
Kebutuhan
Oksigen yang
diberikan
Langkah-Langkah Pemasangan
1 Nasal Kanul
(Drake, 2018)
2 – 6 L/min
FIO2 24 – 40%
1. Jelaskan prosedur kepada klien
2. Posisikan klien semi fowler
3. Siapkan oksigen dan humidifier
4. Hubungkan kanul dengan selang oksigen ke
humidifier
5. Oleskan jelly pada kedua ujung kanul
6. Masukkan ujung kanul ke lubang hidung
7. Fiksasi selang oksigen di kedua telingan klien
(lihat gambar)
8. Alirkan oksigen sesuai kebutuhan klien
3 Masker Sederhana 5 – 8 L/min
FIO2 35 – 50%
1. Jelaskan prosedur kepada klien
2. Posisikan klien semi fowler
3. Siapkan oksigen dan humidifier
4. Hubungkan selang oksigen masker sederhana
dengan humidifier
5. Letakkan masker sederhana menutupi hidung
dan mulut klien (lihat gambar)
6. Lingkarkan karet fiksasi masker kebelakang
kepala kliean agar tidak lepas
7. Alirkan oksigen sesuai kebutuhan klien
4 Masker Rebreathing 6 – 10 L/min
FIO2 35 – 60%
1. Jelaskan prosedur kepada klien
2. Hubungkan selang oksigen dengan humidifier
dengan aliran rendah
3. Isi kantong dengan oksigen dengan cara
menutup lubang antara kantung dan sungkup
4. Posisikan tali pengikat sungkup agar rapat dan
25	
	
nyaman.
5. Alirkan oksigen sesuai kebutuhan, sehingga
kantung akan terisi waktu klien ekspirasi dan
menguncup saat inspirasi
5 Masker Non-Rebreathing 6 – 10 L/min
FIO2 60 – 90%
1. Jelaskan prosedur kepada klien
2. Hubungkan selang oksigen dengan humidifier
dengan aliran rendah
3. Isi kantong dengan oksigen dengan cara
menutup lubang antara kantung dan sungkup
4. Posisikan tali pengikat sungkup agar rapat dan
nyaman.
5. Alirkan oksigen sesuai kebutuhan, sehingga
kantung akan terisi waktu klien ekspirasi dan
menguncup saat inspirasi
6 Venturi Mask 4 – 8 L/min
FIO2 24 – 40%
1. Jelaskan prosedur kepada klien
2. Posisikan klien semi fowler
3. Siapkan oksigen dan humidifier
4. Hubungkan venture mask dengan jet adapter
dengan selang oksigen ke humidifier
5. Letakkan masker venturi menutupi hidung dan
mulut klien (lihat gambar)
6. Lingkarkan karet fiksasi masker kebelakang
kepala kliean agar tidak lepas
7. Alirkan oksigen sesuai kebutuhan klien
7 T Piece 4 – 10 L/min
FIO2 24 – 100%
1. Jelaskan prosedur kepada klien
2. Siapkan oksigen dan humidifier
3. Hubungkan T-piece dengan selang oksigen ke
humidifier,
4. Hubungkan ujung T-piece dengan lubang
26	
	
tracheostomy (lihat gambar)
5. Alirkan oksigen sesuai kebutuhan klien
(Gleason, Christian, & Barton, 2018; Potter et al., 2013; Pourmand, Robinson, Dorwart, & O'Connell,
2017)
12. Perawatan pada klien yang berkaitan dengan oksigenasi
a. Tentukan laju pernapasan dan upaya klien.
b. Periksa denyut nadi radial atau apikal.
c. Mengukur tekanan darah klien.
d. Catat tingkat kesadaran dan status mental klien.
e. Kaji batuk dan karakteristiknya.
f. Amati penggunaan otot dada dan perut untuk pernapasan.
g. Amati kontur dada klien.
h. Periksa kulit, selaput lendir mulut, dan alas kuku untuk melihat tanda-tanda
sianosis.
i. Palpasi perut klien untuk mencari bukti adanya distensi yang dapat memecah
diafragma.
j. Perhatikan posisi tubuh klien, yang mungkin atau tidak memudahkan pernapasan.
k. Ukur SpO2 klien dengan oksimeter pulse
l. Tinjau hasil pengukuran gas darah arteri.
m. Suara paru anterior, posterior, dan lateral Auscultate.
n. Minta klien untuk menggambarkan status oksigenasi saat ini.
o. Lakukan penilaian rasa sakit.
p. Tanyakan riwayat medis klien tentang gangguan pernapasan atau kondisi lain
yang dapat memengaruhi ventilasi.
q. Identifikasi riwayat merokok klien.
r. Kaji riwayat pengobatan klien saat ini untuk obat-obatan yang dapat mengganggu
oksigenasi.
27	
	
	
13. Fisioterapi Dada
Materi selanjutnya pada modul ini adalah fisioterapi dada. Untuk membantu
klien mengeluarkan dahak, petugas kesehatan sering menggunakan fisioterapi dada.
Fisioterapi dada biasanya diindikasikan untuk klien dengan penyakit pernapasan
kronis yang mengalami kesulitan batuk atau mengalami peningkatan lendir yang
kental. Beberapa tindakan fisiterapi dada tersebut adalah:
a. Perkusi
Perkusi (pukulan berirama pada dinding dada) membantu mengeluarkan sekret
pernapasan yang menempel pada dinding bronkial. Untuk melakukan perkusi,
perawat menangkupkan tangan, menjaga jari-jari dan ibu jari bersama, seolah-
olah membawa air atau seperti mangkuk. kemudian menggerakkan tangan yang
ditelungkupkan ke dada klien seolah-olah menjebak udara di antara punggung
dan dinding toraks. Perawat melakukan perkusi selama 3 sampai 5 menit, hati-
hati agar tidak membentur payudara klien wanita dan area cedera dada atau
penyakit tulang.
Gambar 15. Perkusi
b. Vibrasi
Getaran menggunakan telapak tangan untuk mengguncang dinding dada klien
dan melonggarkan sekresi yang tertahan. Perawat memposisikan tangan di dada
atau punggung klien selama inhalasi dan kemudian menggetarkannya ketika
klien menghembuskan napas. Getaran digunakan dengan atau sebagai alternatif
untuk perkusi terutama untuk klien yang lemah.
28	
	
c. Postural drainase
Postural drainase adalah teknik untuk melepaskan sekresi dari berbagai segmen
paru-paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.
Gambar 16. Posisi Klien
d. Nafas dalam dan batuk efektif
Nafas dalam adalah latihan pernafasan abdominal dengan menggunakan
diafragma dan pernafasan melalui mulut. Batuk efektif dapat dilakukan
dengan cara berikut ini:
1) Tarik nafas dalam selama 4-5 kali
2) Pada saat nafas dalam yang terakhir kali, tahan selama 1-2 detik
3) Angkat dada dan bahu serta batukkan dengan kuat
4) Selanjutnya keluarkan dahak dengan mengeluarkan suara ha..ha..ha…
5) Batuk efektif ini bias dilakukan berulang kali sesuai kebutuhan klien.
29	
	
Contoh kasus:
1. Seorang laki-laki usia 35 tahun, terbaring di ruang rawat inap penyakit dalam,
hasil pemeriksaan didapatkan klien terpasang infus sebelah kiri. Saat ini klien
akan mendapatkan obat oral antibiotik. Melihat kasus diatas, saudara sebagai
perawat tindakan apa yang seharusnya saudara lakukan sebelum memberikan
obat kepada kien tersebut?
Jawab :
Melihat kondisi klien akan mendapatkan obat oral, sebelum memberikan obat
tersebut, untuk menghindari kesalahan dalam memberikan obat, sebagai
perawat harus memperharikan 6 benar obat, yaitu, benar obat, benar dosis,
benar rute, benar waktu, benar klien, dan benar dokumentasi
2. Seorang klien laki-laki berusia 50 tahun mengeluh batuk sejak 2 hari yang lalu,
dari hasil pemeriksaan terdapat suara rochi, dan terdapat dadak/secret. Melihat
kasus diatas apa yang seharusnya saudara lakukan
Jawab:
Melihat kasus diatas dan untuk emmebantu pengeluaran secret didada klian,
yaitu dengan melakukan perkusi pada klien. tangkupkan kedua tangan dan jaga
jari-jari dan ibu jari bersama, seolah-olah membawa air atau seperti mangkuk.
kemudian menggerakkan tangan yang ditelungkupkan ke dada klien seolah-
olah menjebak udara di antara punggung dan dinding toraks klien

More Related Content

Similar to M6 kb3 tindakan pemberian obat non medikasi,oksigenasi,dan fisioterapi dada-fix

Similar to M6 kb3 tindakan pemberian obat non medikasi,oksigenasi,dan fisioterapi dada-fix (20)

Kb 2 pesiapan akan dilakukan
Kb 2 pesiapan akan dilakukanKb 2 pesiapan akan dilakukan
Kb 2 pesiapan akan dilakukan
 
Kb 2 atraumatic care
Kb 2 atraumatic careKb 2 atraumatic care
Kb 2 atraumatic care
 
Intra mukular
Intra mukularIntra mukular
Intra mukular
 
Intra mukular
Intra mukularIntra mukular
Intra mukular
 
Pemberian obat dan cairanPemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan da...
Pemberian obat dan cairanPemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan da...Pemberian obat dan cairanPemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan da...
Pemberian obat dan cairanPemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan da...
 
cara pemberian obat.pptx
cara pemberian obat.pptxcara pemberian obat.pptx
cara pemberian obat.pptx
 
Modul 4 pedoman praktek
Modul 4   pedoman praktekModul 4   pedoman praktek
Modul 4 pedoman praktek
 
Modul 6 kb 2
Modul 6    kb 2Modul 6    kb 2
Modul 6 kb 2
 
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan imprinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
 
Modul 6 kb 5
Modul 6   kb 5Modul 6   kb 5
Modul 6 kb 5
 
Prosedur Pemberian Nutrisi Per Oral
Prosedur Pemberian Nutrisi Per OralProsedur Pemberian Nutrisi Per Oral
Prosedur Pemberian Nutrisi Per Oral
 
KDK III Modul 3 Kb 1
KDK III Modul 3 Kb 1KDK III Modul 3 Kb 1
KDK III Modul 3 Kb 1
 
Alat peraga
Alat peragaAlat peraga
Alat peraga
 
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
 
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
 
Prinsip-Prinsip Pemberian Obat.pptx
Prinsip-Prinsip Pemberian Obat.pptxPrinsip-Prinsip Pemberian Obat.pptx
Prinsip-Prinsip Pemberian Obat.pptx
 
Prosedur Pemilihan Media Penyuluhan Pertanian.pptx
Prosedur Pemilihan Media Penyuluhan Pertanian.pptxProsedur Pemilihan Media Penyuluhan Pertanian.pptx
Prosedur Pemilihan Media Penyuluhan Pertanian.pptx
 
Pemberian obat
Pemberian obatPemberian obat
Pemberian obat
 
Pemberian obat
Pemberian obatPemberian obat
Pemberian obat
 
Pemberian obat
Pemberian obatPemberian obat
Pemberian obat
 

More from ppghybrid4

BIOLOGI_M6KB4 PPT
BIOLOGI_M6KB4 PPTBIOLOGI_M6KB4 PPT
BIOLOGI_M6KB4 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB4 PDF
BIOLOGI_M6KB4 PDFBIOLOGI_M6KB4 PDF
BIOLOGI_M6KB4 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB3 PPT
BIOLOGI_M6KB3 PPTBIOLOGI_M6KB3 PPT
BIOLOGI_M6KB3 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB3 PDF
BIOLOGI_M6KB3 PDFBIOLOGI_M6KB3 PDF
BIOLOGI_M6KB3 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB2 PPT
BIOLOGI_M6KB2 PPTBIOLOGI_M6KB2 PPT
BIOLOGI_M6KB2 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB2 PDF
BIOLOGI_M6KB2 PDFBIOLOGI_M6KB2 PDF
BIOLOGI_M6KB2 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB1 PPT
BIOLOGI_M6KB1 PPTBIOLOGI_M6KB1 PPT
BIOLOGI_M6KB1 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDFBIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB4 PPT
BIOLOGI_M5KB4 PPTBIOLOGI_M5KB4 PPT
BIOLOGI_M5KB4 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB4 PDF
BIOLOGI_M5KB4 PDFBIOLOGI_M5KB4 PDF
BIOLOGI_M5KB4 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB3 PPT
BIOLOGI_M5KB3 PPTBIOLOGI_M5KB3 PPT
BIOLOGI_M5KB3 PPTppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDFBIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDFppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB2 PPT
BIOLOGI_M5KB2 PPTBIOLOGI_M5KB2 PPT
BIOLOGI_M5KB2 PPTppghybrid4
 

More from ppghybrid4 (20)

BIOLOGI_M6KB4 PPT
BIOLOGI_M6KB4 PPTBIOLOGI_M6KB4 PPT
BIOLOGI_M6KB4 PPT
 
BIOLOGI_M6KB4 PDF
BIOLOGI_M6KB4 PDFBIOLOGI_M6KB4 PDF
BIOLOGI_M6KB4 PDF
 
BIOLOGI_M6KB3 PPT
BIOLOGI_M6KB3 PPTBIOLOGI_M6KB3 PPT
BIOLOGI_M6KB3 PPT
 
BIOLOGI_M6KB3 PDF
BIOLOGI_M6KB3 PDFBIOLOGI_M6KB3 PDF
BIOLOGI_M6KB3 PDF
 
BIOLOGI_M6KB2 PPT
BIOLOGI_M6KB2 PPTBIOLOGI_M6KB2 PPT
BIOLOGI_M6KB2 PPT
 
BIOLOGI_M6KB2 PDF
BIOLOGI_M6KB2 PDFBIOLOGI_M6KB2 PDF
BIOLOGI_M6KB2 PDF
 
BIOLOGI_M6KB1 PPT
BIOLOGI_M6KB1 PPTBIOLOGI_M6KB1 PPT
BIOLOGI_M6KB1 PPT
 
BIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDFBIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDF
 
BIOLOGI_M5KB4 PPT
BIOLOGI_M5KB4 PPTBIOLOGI_M5KB4 PPT
BIOLOGI_M5KB4 PPT
 
BIOLOGI_M5KB4 PDF
BIOLOGI_M5KB4 PDFBIOLOGI_M5KB4 PDF
BIOLOGI_M5KB4 PDF
 
BIOLOGI_M5KB3 PPT
BIOLOGI_M5KB3 PPTBIOLOGI_M5KB3 PPT
BIOLOGI_M5KB3 PPT
 
BIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDFBIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDF
 
BIOLOGI_M5KB2 PPT
BIOLOGI_M5KB2 PPTBIOLOGI_M5KB2 PPT
BIOLOGI_M5KB2 PPT
 
BIOLOGI_M5KB2
BIOLOGI_M5KB2BIOLOGI_M5KB2
BIOLOGI_M5KB2
 
BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1
 
BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1
 
BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4
 
BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4
 
BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3
 
BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3
 

Recently uploaded

Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptpalagoro17
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARElviraDemona
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANGilangNandiaputri1
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfEirinELS
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppthidayatn24
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerakputus34
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANGMESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANGmamaradin
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi PerapotekanPembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi PerapotekanNesha Mutiara
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxJajang Sulaeman
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanAyuApriliyanti6
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfssuser29a952
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxrani414352
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxcupulin
 

Recently uploaded (20)

Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANGMESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi PerapotekanPembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
 

M6 kb3 tindakan pemberian obat non medikasi,oksigenasi,dan fisioterapi dada-fix

  • 1. 1 No Kode: DAR2/Profesional/575/014/2019 PENDALAMAN MATERI KEPERAWATAN M6KB3 – TINDAKAN PEMBERIAN OBAT NON INVASIF, OKSIGENASI DAN FISIOTERAPI DADA Penulis Henny Dwi Susanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2019
  • 2. 2 Daftar Isi Daftar Isi ........................................................................................................................... 2 Pendahuluan ..................................................................................................................... 3 A. Deskripsi Materi ................................................................................................... 3 B. Relevansi ............................................................................................................... 3 C. Petunjuk Belajar ................................................................................................... 3 Tindakan Pemberian Obat Non Invasif, Oksigenasi dan Fisioterapi Dada ................ 4 A. Capaian Pembelajaran .......................................................................................... 4 B. Sub Capaian Pembelajaran ................................................................................ 4 C. Pokok-pokok Materi ........................................................................................... 4 D. Uraian Materi ....................................................................................................... 5 1. Pemberian obat topical ........................................................................................ 5 2. Pemberian obat oral ............................................................................................. 6 3. Pemberian obat tetes hidung ............................................................................... 7 4. Pemberian obat tetes telinga ............................................................................... 8 5. Pemberian obat tetes/salep mata ....................................................................... 9 6. Pemberian obat melalui supposituria ................................................................ 10 7. Beberapa aturan yang harus diperhatikan dalam pemberian obat .............. 12 8. Pengertian oksigen ............................................................................................. 16 9. Ventilasi dan respirasi (Internal Dan External) .................................................. 16 10. Pemeriksaan oksigenasi pada klien ............................................................. 18 11. Alat Yang Sering Digunakan Untuk Oksigenasi ........................................ 24 12. Perawatan pada klien yang berkaitan dengan oksigenasi ......................... 26 13. Fisioterapi Dada ............................................................................................. 27 Rangkuman ........................................................ Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan. Tes Formatif ...................................................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan. Daftar Pustaka ................................................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
  • 3. 3 Pendahuluan A. Deskripsi Materi Materi pertama yang dibahas pada materi ini adalah tindakan pemberian obat non invasif yang meliputi pemberian obat melalui topical, oral, tetes mata/telinga, dan supposutoria. Fokus materi ini adalah jenis-jenis obat yang akan diberikan dan bagaimana cara pemberiannya kepada klien. Materi kedua yang akan kita bahas adalah oksigenasi. Fokus materi ini adalah menjelaskan definisi oksigenasi, indikasi diberikannya bantuan oksigenasi, macam-macam alat bantu pernafasan. Dan materi ketiga adalah fisioterapi dada. B. Relevansi Materi ini sangat cocok digunakan siswa keperawatan sebagai salah satu panduan yang berisi konsep dan praktek. Modul ini juga dapat membantu siswa dalam membantu klien yang membutuhkan pengobatan non invasif, yang mengalami gangguan oksigenasi dan bantuan fisioterapi dada. C. Petunjuk Belajar Untuk memudahkan bapak/ibu memahami apa itu pengobatan non invasif, oksigenasi dan fisioterapi dada, marilah kita bersama-sama memperhatikan point-point dibawah ini: 1. Baca dan pahami judul materi ini 2. Selanjutnya perhatikan tujuan khusus sampai saudara mampu memahami pokok-pokok materi yang dibahas. 3. Kemudian tandai kalimat yang bapak/ibu anggap penting, bila perlu tulis di buku catatan. 4. Untuk melengkapi bahan bacaan Bapak/Ibu sekalian, seyogyanya carilah buku/sumber lain yang relevan dengan materi apabila modul ini masih dianggap kurang. 5. Apabila Bapak/Ibu sudah mengerti dan memahami isi dari materi ini, selanjutnya cobalah untuk menjawab soal dan pertanyaan dibagian akhir materi ini
  • 4. 4 Tindakan Pemberian Obat Non Invasif, Oksigenasi dan Fisioterapi Dada A. Capaian Pembelajaran Setelah membaca materi ini, diharapkan siswa mampu menjelaskan tindakan pemberian medikasi non invasif, oksigenasi dan fisioterapi dada. B. Sub Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari materi diharapkan peserta PPG mampu: 1. Menjelaskan cara pemberian obat non invasif baik secara topical, oral, tetes mata/telinga dan supposituria. 2. Memahami aturan yang harus diperhatikan salam pemberian obat 3. Menjelaskan pengertian oksigenasi 4. Menjelaskan ventilasi dan respirasi 5. Menjelaskan pemeriksaan oksigenasi pada klien 6. Menjelaskan alat yang digunakan untuk oksigenasi 7. Menjelasakan perawatan pada klien yang berkaitan dengan oksigenasi 8. Melakukan fisioterapi dada C. Pokok-pokok Materi 1. Pemberian obat non invasif baik secara topical, oral, tetes mata/telinga dan supposituria. 2. Aturan yang harus diperhatikan salam pemberian obat 3. Pengertian oksigenasi 4. Ventilasi dan respirasi 5. Pemeriksaan oksigenasi pada klien 6. Alat yang digunakan untuk oksigenasi 7. Perawatan pada klien yang berkaitan dengan oksigenasi 8. Fisioterapi dada
  • 5. 5 D. Uraian Materi Selamat pagi Bapak/Ibu sekalian, bagaimana kabarnya hari ini? Semoga selalu sehat wal’afiat Aamiin. Bapak/Ibu sekalian sebelum kita belajar, marilah kita sama-sama berdoa terlebih dahulu agar kita semua mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Berdoa sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masin, berdoa mulai, berdoa selesai. Pada pertemuan kali ini kita akan membahas tentang tiga materi diantaranya yaitu tindakan pemberian obat non invasif, oksigenasi dan fisioterapi dada. Kita tahu bahwa peran perawat dalam pemberian pengobatan dan pelayanan mempunyai peran penting terhadap klien. Perawat diharapkan mempunyai ketrampilan dan pengetahuan yang tepat saat membantu klien dalam pemberian obat. Tugas perawat tidak hanya memberi obat kepada klien, tetapi perawat juga bertugas untuk melihat efek samping dan melakukan observasi tentang pengobatan yang diberikan. Modul ini menjelaskan tentang persiapan dan pemberian obat yang aman, dan juga membahas tentang tindakan pemberian obat non invasif (topical, oral, tetes mata/telinga, supposutoria), oksigenasi dan fisioterapi dada. Materi pertama yang dibahas pada materi ini adalah tindakan pemberian obat non invasif yang meliputi (topical, oral, tetes mata/telinga, supposutoria). 1. Pemberian obat topical Jenis-jenis obat topical yaitu: a. Salep (salep atau krim), sediaan obat semipadat, hanya dipakai dan dioleskan bagian luar b. Gosok biasanya mengandung alkohol, minyak, atau sabun yang digosokkan pada kulit c. Lotion, bentuknya cair yang biasanya berfungsi melindungi, melembabkan, atau membersihkan kulit d. Plester, diserap melalui kulit lebih lambat dari salep, sering digunakan untuk melindungi kulit. e. Ditempel dikulit, diserap melalui kulit secara perlahan dalam jangka
  • 6. 6 waktu yang lama (mis, 24 jam, 1 minggu) Cara pemberian obat topical a. Pemberian obat secara topical dengan menggunakan sarung tangan dan aplikator. b. Gunakan teknik steril jika pasien memiliki luka terbuka c. Bersihkan kulit secara menyeluruh dengan mencuci area tersebut secara lembut dengan sabun dan air d. Oleskan salep secara merata di atas permukaan e. Beberapa obat tertentu, terkadang diperlukan kasa untuk menutup luka f. Apabila obat dalam bentuk gosok, oleskan obat gosok dengan mengoleskannya dengan lembut pada kulit. 2. Pemberian obat oral Pemberian obat bisa melalui: a. Oral langsung ditelan Obat oral adalah pemberian obat yang paling mudah. Obat diberikan melalui mult dan ditelan dengan cairan b. Buccal Pemberian obat secara buccal adalah dengan meletakkan obat dalam mulut area pipi. Anjurkan klien untuk tidak mengkonsumsi apapun. Obat ini bekerja secara local diarea mukosa saat ditelan dengan air liur. Gambar 1. Pemberian obat tablet secara buccal (Potter, Perry, Hall, & Stockert, 2013) c. Sublingual. Obat jenis ini harus diletakkan dibawah lidah agar larut. Obat ini tidak boleh ditelan karena jika ditelan akan menghilangkan efek obat yang
  • 7. 7 diinginkan. Anjurkan kepada klien agar tidak mengkonsumsi apapun sampai obatnya benar-benar larut. Gambar 1. Pemberian obat tablet secara sublingual (Potter et al., 2013) Manfaat pemberian obat melalui oral adalah : a. Nyaman dan aman untuk klien b. Ekonomis c. Mudah pemberiannya d. Seringkali menghasilkan efek lokal atau sistemik e. Jarang menyebabkan kecemasan bagi klien. (Potter et al., 2013) 3. Pemberian obat tetes hidung Klien dengan perubahan sinus hidung kadang-kadang mendapatkan obat dengan semprotan, tetes, atau tampon. obat yang paling umum diberikan adalah semprotan atau tetes yang digunakan untuk meredakan gejala hidung tersumbat dan pilek. Lebih mudah untuk mendapatkan semprotan yang diberikan sendiri oleh klien karena ia mampu mengendalikan semprotan dan menarik napas saat memasuki saluran hidung. Untuk pasien yang menggunakan semprotan hidung berulang kali, periksa nares untuk iritasi. Tetes hidung efektif dalam mengobati infeksi sinus. Posisikan pasien untuk memungkinkan obat mencapai sinus yang terkena. Mimisan parah biasanya diobati dengan pembungkus atau tampon hidung, yang diobati dengan epinefrin, untuk mengurangi aliran darah.
  • 8. 8 Gambar 3. Pemberian obat melalui hidung Gambar 4. Pemberian obat melalui hidung (Potter et al., 2013) 4. Pemberian obat tetes telinga Struktur telinga internal sangat sensitif terhadap suhu yang ekstrem. Letakkan obat tetes telinga pada suhu kamar untuk mencegah vertigo, pusing, atau mual. Meskipun struktur telinga luar tidak steril, larutan steril digunakan jika gendang telinga pecah. Masuknya larutan yang tidak steril ke dalam struktur telinga tengah dapat menyebabkan infeksi. Jika klien mengalami drainase telinga, pastikan gendang telinga belum pecah. Jangan sekali-kali menyumbat atau menutup saluran telinga dengan pipet atau jarum suntik yang mengairi. Memaksa pengobatan ke dalam saluran telinga yang tersumbat dapat menyebabkan tekanan yang melukai gendang telinga.
  • 9. 9 Gambar 5. Pemberian obat tetes telinga (Potter et al., 2013) 5. Pemberian obat tetes/salep mata Obat umum yang digunakan oleh klien adalah obat tetes mata dan salep. Banyak pasien, terutama orang dewasa yang lebih tua, mendapatkan obat mata yang diresepkan untuk kondisi mata seperti glaukoma atau katarak. Beberapa yang harus diperhatikan saat memberikan obat area mata : a. Hindari memberikan segala bentuk obat mata langsung ke kornea. Kornea mata memiliki banyak rasa sakit dan karenanya sangat sensitif terhadap apa pun. b. Hindari menyentuh kelopak mata atau struktur mata lainnya dengan tetes mata atau salep. Risiko penularan infeksi dari satu mata ke mata lainnya tinggi. c. Gunakan obat mata hanya untuk mata klien yang sakit d. Jangan pernah mengizinkan klien menggunakan obat mata klien lain. Gambar 6. Pemberian obat salep mata (Potter et al., 2013)
  • 10. 10 Gambar 6. Pemberian obat tetes mata (Potter et al., 2013) 6. Pemberian obat melalui supposituria a. Vagina Obat-obatan vagina tersedia dalam bentuk busa, jeli, atau krim. Supositoria padat berbentuk oval dikemas dalam bungkus foil dan terkadang disimpan di lemari es untuk mencegah meleleh. Setelah supositoria dimasukkan ke dalam rongga vagina, suhu tubuh menyebabkan obat tersebut mencair dan didistribusikan serta diserap. Busa, jeli, dan krim diberikan dengan inserter aplikator. Berikan supositoria dengan menggunakan sarung tangang sesuai dengan tindakan pencegahan standar. Pasien lebih suka memberikan obat vagina mereka sendiri dan membutuhkan privasi. Karena obat-obatan vagina sering diberikan untuk mengobati infeksi. Ikuti teknik aseptik dan anjurkan klien kesempatan untuk menjaga kebersihan perineum. Gambar 7. Pemberian obat pervaginam
  • 11. 11 Gambar 8. Pemberian obat pervaginam dengan menggunakan alat (Potter et al., 2013) b. Dubur Supositoria rektal lebih tipis dan berbentuk peluru. Ujung yang bundar mencegah trauma anal selama pemasangan. Supositoria rektal mengandung obat-obatan yang memberikan efek lokal seperti membantu buang air besar atau efek sistemik seperti mengurangi mual. Supositoria rektal sering disimpan dalam lemari es sampai diberikan. Gambar 9. Mengeluarkan obat dari bungkusnya Gambar 10. Memasukkan obat melalui dubur
  • 12. 12 Gambar 11. Memasukkan obat melalui dubur dengan alat (Potter et al., 2013) 7. Beberapa aturan yang harus diperhatikan dalam pemberian obat a. Komponen Obat Komponen yang harus diperhatikan saat memberikan obat ada 7, apabila salah satu dari komponen ini tidak ada, perawat tidak boleh memberikan obat sampai mendapatkan informasi yang benar. 1) Nama klien 2) Tanggal dan waktu 3) Nama obat Setiap obat memiliki nama dagang (nama perusahaan farmasi yang membuat obat). Nama dagang kadang-kadang disebut merek atau nama kepemilikan. Nama dagang obat umumnya dikapitalisasi dan diikuti oleh R dalam lingkaran seperti pada ®. 4) Dosis obat Dosis obat berarti jumlah obat yang diresepkan menggunakan sistem pengukuran apoteker. 5) Rute obat Rute pemberian obat bisa melalui oral, topikal, inhalan atau perenteral. Pemberian obat melalui oral lebih aman, lebih ekonomis dan lebih nyaman dibanding yang lain. Obat peroral dalam bentuk padat dan cair, dimana obat padat berupa tablet dan kapsul. Obat cair misalnya syrup, ramuan dan suspensi. Perawat biasanya memberikan obat cair dengan menggunakan sendok
  • 13. 13 takar, cangkir atau spuit. Pemberian obat peroral, biasanya diminum dengan cara ditelan. 6) Frekuensi pemberian obat Frekuensi obat adalah seberapa sering obat diberikan, dengan menggunakan singkatan seperti: Stat – diberikan secara langsung q.d – setiap hari b.i.d – dua sekali sehari t.i.d – tiga kali sehari q.i.d – empat kali sehari q.h – setiap jam q4h – setiap empat jam 7) Tanda tangan orang yang memesan obat b. 6 Benar obat Untuk menghindari kesalahan dalam memberikan obat kepada klien, perawat harus memperhatikan 6 benar, yaitu: 1) Benar obat Sebelum perawat memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa sebanyak tiga kali. Pertama pada saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari tempat obat, kedua label botol disesuaikan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke tempat obat. apabila labelnya tidak dapat dibaca, obat tidak boleh digunakan dan harus dikembalikan ke bagian farmasi untuk segera dicek. 2) Benar dosis Sebelum perawat memberikan obat kepada pasien, perawat harus melihat jumlah dosis obat tersebut. 3) Benar rute Obat yang diberikan kepada pasien bias melalui sejumlah rute yang berbeda-beda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh kondisi pasien, kecepatan dan respon obat yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang
  • 14. 14 diinginkan. Obat dapat diberikan melalui rute, antara lain: peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi. 4) Benar waktu Beberapa obat harus diberikan atau diminum sebelum makan, untuk mendapatkan kadar yang diperlukan, obat harus diberikan satu jam sebelum makan. Pemberian obat antibiotik tidak boleh diberikan bersamaan dengan susu, karena susu dapat mengikat sebagian besar obat sebelum dapat diserap oleh tubuh. Untuk menghindari terjadi iritasi lambung, beberapa obat harus diminum setelah makan. 5) Benar klien Sebelum obat diberikan, identitas klien harus diperiksa dengan teliti oleh perawat untuk mencegah kesalahan pemberian obat pada klien yang berbeda. 6) Benar dokumentasi Setelah perawat memberikan obat kepada klien, dokumentasi harus dilakukan dengan benar sesuai dengan dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat tersebut diberikan. Apabila klien menolak obat yang diberikan, perawat harus melaporkan alasan klien menolak pemberian obat tersebut. c. Mengenali bahaya obat Penggunaan obat jangka panjang, sangat berbahaya bagi tubuh, bahaya yang ditimbulkan diantaranya adalah: 1) Kerusakan organ jantung 2) Penggunaan obat antibiotik yang terlalu lama, dapat mengakibatkan pengeroposan tulang 3) Reaksi alergi kemungkinan bisa terjadi, terutama obat antibiotik 4) Terlalu sering mengkonsumsi antibiotik, dapat mengakibatkan resistensi obat tersebut, artinya obat tersebut sudah tidak mampu menyembuhkan penyakit yang dialami. 5) Kerusakan ginjal kemungkinan bisa terjadi, karena terlalu sering mengkonsumsi obat.
  • 15. 15 6) Keracunan obat 7) Kematian 8) Pencernaan terganggu, misalnya diare, nyeri pada perut, mual dan iritasi usus besar. 9) Tanda-tanda alergi obat Alergi obat adalah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh yang bisa membahayakan tubuh bagi yang mengkonsumsinya. Sebagian besar obat memiliki gejala yang ringan hingga berat apabila tidak segera ditangani. Apabila saudara mengetahui bahwa obat tersebut terjadi alergi, maka sesegera mungkin penggunaan obat dihentikan. d. Berikut ini adalah tanda dan gejala seseorang mengalami alergi obat: 1) Gatal-gatal pada kulit 2) Batuk-batuk 3) Demam 4) Sesak nafas 5) Mata berair dan gatal 6) Pembengkakan area wajah, bahkan seluruh tubuh Apabila terjadi reaksi alergi yang berkelanjutan, maka hal ini dapat mengakibatkan anafilaksis, dimana kondisi tersebut dapat mengakibatkan kegagalan fungsi sistem tubuh, dan diperlukan penangan medis secara cepat. e. Mengenali dampak efek samping dan efek terapi obat 1) Ketergantungan terhadap obat itu sendiri 2) Ketakutan yang berlebihan 3) Emosi yang tidak terkendali 4) Kesulitan tidur 5) Mengalami kebingungan 6) Berhalusinasi 7) Perubahan kebiasaan tidur 8) Pola makan yang berubah
  • 16. 16 9) Nafsu makan menurun Materi selanjutnya yang akan kita bahas adalah oksigenasi. Semua makhluk hidup pasti membutuhkan oksigenasi untuk bernafas. Kira-kira Bapak/Ibu yang hadir disini ada yang tidak memerlukan oksigen?, pasti tidak ada ya, semua pasti memerlukan oksigen untuk bertahan hidup. Jadi Oksigen adalah salah satu kebutuhan manusia yang paling dasar yang diperlukan dalam kehidupan manusia yang mempunyai peran dalam tubuh sebagai metabolisme. Kebutuhan oksigen dalam tubuh manusia harus terpenuhi sebagai kelangsungan hidup. Proses pemenuhan oksigen dalam tubuh manusia dapat dilakukan dengan berbagai cara pemberian melalui saluran pernafasan, pembebasan jalan nafas dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar berfungsi secara normal. Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan menggunakan alat bantu oksigen. 8. Pengertian oksigen Oksigen, yang berjumlah 21% di atmosfer Bumi, sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia. Setiap sel tubuh manusia menggunakan oksigen untuk memetabolisme nutrisi dan menghasilkan energi. Tanpa oksigen, kematian sel dalam tubuh akan terjadi dengan cepat. Modul ini menjelaskan jenis peralatan yang digunakan dalam terapi oksigen, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi pernapasan. Teknik untuk manajemen jalan napas, seperti pengisapan dan metode lain untuk mempertahankan jalan napas paten pada klien yang mengalami gangguan oksigenasi (Potter et al., 2013) 9. Ventilasi dan respirasi (Internal Dan External) Elastisitas jaringan paru-paru memungkinkan paru-paru meregang dan terisi udara selama inspirasi (menarik napas) dan kembali ke posisi istirahat setelah mengeluarkan nafas. Ventilasi (pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru) memfasilitasi pernapasan (pertukaran oksigen dan karbon dioksida). Respirasi eksternal terjadi pada titik paling berbeda
  • 17. 17 di jalan napas antara membran alveolar-kapiler (Gambar 1). Respirasi internal terjadi pada tingkat sel melalui hemoglobin dan sel-sel tubuh. Untuk orang tanpa penyakit, peningkatan kadar karbon dioksida dan ion hidrogen memicu stimulus untuk bernafas, baik secara kimia maupun neurologis. Ventilasi dihasilkan dari perubahan tekanan dalam rongga toraks yang dihasilkan oleh kontraksi dan relaksasi otot pernapasan. Selama inspirasi, diafragma berkontraksi dan bergerak ke bawah di dada. Otot interkostae menggerakkan dada ke luar dengan mengangkat tulang rusuk dan tulang dada. Kombinasi ini memperluas rongga dada. Ekspansi memberikan lebih banyak ruang dada, menyebabkan tekanan di dalam paru- paru turun. Karena udara mengalir dari daerah dengan tekanan lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah, udara masuk melalui hidung, mengisi paru- paru. Ketika ada kebutuhan akan oksigen, otot tambahan yang dikenal sebagai otot pernafasan respirasi (pectoralis minor dan sterno- cleidomastoid) berkontraksi untuk membantu ekspansi dada yang lebih besar. Selama ekspirasi, otot-otot pernapasan rileks, rongga toraks menurun, jaringan paru elastis mengecil, tekanan intratoraks meningkat akibat ruang paru yang terkompresi, dan udara bergerak keluar dari saluran pernapasan. Seseorang dapat secara paksa menghembuskan udara tambahan dengan mengontraksikan otot perut seperti rectus abdominis, abdominis transversal, dan obliques eksternal dan internal.
  • 18. 18 Gambar 12. Respirasi internal dan external Gambar 13. Ventilasi dan perubahan tekanan pada torax (A). Inspirasi. (B). Exspirasi (Potter et al., 2013) 10. Pemeriksaan oksigenasi pada klien Perawat dapat menentukan kualitas oksigenasi klien dengan mengumpulkan data penilaian fisik, memantau gas darah arteri, dan menggunakan oksimetri nadi. Kombinasi ini membantu mengidentifikasi tanda-tanda hipoksemia (oksigen yang tidak cukup dalam darah arteri) dan hipoksia (oksigen yang tidak memadai pada tingkat sel).
  • 19. 19 a. Penilaian Fisik Perawat secara fisik menilai oksigenasi dengan memantau laju pernapasan klien, mengamati pola dan upaya pernapasan, memeriksa simetri dada, dan mengeluarkan suara paru-paru. Penilaian tambahan termasuk mencatat detak jantung dan tekanan darah, menentukan tingkat kesadaran klien, dan mengamati warna kulit, selaput lendir, bibir, dan kuku. Tanda yang sering terjadi karena oksigen inadekuat adalah : 1) Kekuranngan energi 2) Kegelisahan 3) Napas yang cepat dan dangkal 4) Detak jantung yang cepat 5) Duduk untuk bernafas 6) Pembesaran hidung 7) Penggunaan otot-otot aksesori 8) Hipertensi 9) Kantuk, kebingungan, pingsan, koma 10) Sianosis kulit (selaput lendir pada pasien berkulit gelap), bibir dan kuku pucat b. Gas Darah Arteri Penilaian Arteri Gas Darah (AGD) adalah tes laboratorium yang menggunakan darah arteri untuk menilai oksigenasi, ventilasi, dan keseimbangan asam-basa. Dan untuk mengukur tekanan parsial oksigen terlarut dalam plasma (PaO2), persentase hemoglobin jenuh dengan oksigen (SaO2), parsial tekanan karbon dioksida dalam plasma (PaCO2), pH darah, dan tingkat ion bikarbonat (HCO3) (Potter et al., 2013; van Gastel, Stuijk, & de Haan, 2016). Darah arteri lebih disukai untuk pengambilan sampel karena arteri memiliki kandungan oksigen lebih besar daripada vena dan bertanggung jawab untuk membawa oksigen ke semua sel (Potter et al., 2013; Rogers & McCutcheon, 2015).
  • 20. 20 Tabel 1. Nilai Arteri Gas Darah (AGD) : (Larkin & Zimmanck, 2015; Potter et al., 2013; Rogers & McCutcheon, 2015) c. Oksimetri nadi dan dan tanda oksigenasi inadekuat Oksimetri nadi adalah teknik transkutan non-invasif untuk memantau saturasi oksigen darah secara berkala. Pulse oksimeter terdiri dari sensor dan mikroprosesor. inframerah dipancarkan dari satu sisi pegas atau sensor perekat yang melekat pada jari, kaki, daun telinga, atau hidung. Sisi berlawanan dari sensor mendeteksi jumlah cahaya yang diserap oleh hemoglobin. Mikroprosesor kemudian menghitung informasi dan menampilkannya pada mesin di samping tempat tidur. Pengukuran saturasi oksigen ketika diperoleh dengan oksimetri nadi dan dicatat sebagai SpO2 untuk membedakannya dari pengukuran SaO2 yang diperoleh dari darah arteri. d. Intervensi keperawatan yang digunakan untuk memperbaiki ventilasi dan oksigenasi. Banyak faktor yang mempengaruhi ventilasi dan gangguan pernapasan. Posisi dan pengajaran teknik pernapasan adalah dua intervensi keperawatan yang sering digunakan untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi. Strip nasal perekat dapat digunakan untuk meningkatkan oksigenasi dengan mengurangi resistensi jalan napas dan meningkatkan ventilasi.
  • 21. 21 e. Posisi Posisi klien disesuaikan dengan kondisinya, klien dengan hipoksia ditempatkan pada posisi orthopnic (fowler). Posisi ini memudahkan pernapasan dengan membiarkan organ perut turun dari diafragma. Akibatnya, paru-paru memiliki potensi untuk diisi dengan volume udara yang lebih besar. Sebagai alternatif, klien yang mengalami kesulitan bernapas dapat mengambil manfaat dari variasi posisi Fowler yang disebut posisi orthopneic. Ini adalah posisi duduk dengan lengan ditopang pada bantal atau lengan bertumpu pada kursi, dan klien condong ke depan di atas meja samping tempat tidur atau kursi belakang. Posisi orthopneic memungkinkan ruang untuk ekspansi dada vertikal dan lateral maksimum dan memberikan kenyamanan saat beristirahat atau tidur. A. Posisi Orthopneic. B. Alternatif posisi orthopneic Gambar 14. Posisi klien (Potter et al., 2013) f. Tekhnik pernafasan Teknik pernapasan seperti pernapasan dalam dengan atau tanpa spirometer insentif, pernapasan dengan bibir, dan pernapasan diafragma membantu klien bernafas dengan lebih efisien. 1) Bernapas dalam.
  • 22. 22 Napas dalam adalah teknik untuk memaksimalkan ventilasi. Mengambil dalam volume besar udara mengisi alveoli ke kapasitas yang lebih besar, sehingga meningkatkan pertukaran gas. Napas dalam adalah terapi bagi klien yang cenderung bernafas pendek seperti mereka yang tidak aktif atau kesakitan. Untuk mendorong pernapasan dalam, klien belajar untuk menghirup udara sebanyak mungkin, menahan napas singkat, dan menghembuskan napas perlahan. Dalam beberapa kasus akan sangat membantu untuk menggunakan spirometer insentif; Namun, pernapasan dalam saja, jika dilakukan secara efektif, cukup bermanfaat. Perawat membantu klien dan keluarga dalam perawatan sebagai berikut: a) Duduk tegak kecuali dikontraindikasikan. b) Identifikasi tanda yang menunjukkan tujuan penghirupan. c) Buang napas secara normal. d) Katupkan bibir/mulut e) Tarik napas perlahan dan dalam sampai batas yang ditentukan volume telah tercapai. f) Tahan nafas selama 3 hingga 6 detik. g) Lepaskan dan buang napas secara normal. h) Bersantai dan bernapaslah dengan normal sebelum napas berikutnya dengan spirometer. i) Ulangi latihan 10 hingga 20 kali per jam sesuai advice dokter. 2) Bernafas melalui mulut Pursed-lip breathing adalah bentuk ventilasi terkontrol di mana klien secara sadar memperpanjang fase ekspirasi pernapasan. Ini adalah teknik lain untuk meningkatkan pertukaran gas, yang, jika dilakukan dengan benar, membantu klien untuk menghilangkan lebih banyak karbon dioksida dari paru-paru. Pernafasan dengan bibir yang terengah-engah dan pernapasan diafragma sangat membantu klien yang memiliki penyakit paru-paru kronis seperti
  • 23. 23 emfisema, yang ditandai oleh hipoksemia kronis dan hiperkarbia (kadar karbon dioksida yang berlebihan di dalam darah). Klien melakukan pernafasan dengan bibir sebagai berikut: a) Tarik napas perlahan melalui hidung sampai hitungan ketiga. b) Ujung bibir seakan bersiul. c) Kontraksikan otot perut. d) Buang napas melalui bibir mengerucut selama enam hitungan atau lebih. Lakukan exspirasi selama dua hingga tiga kali lebih lama dari inspirasi. Tidak semua klien dapat mencapai tujuan ini pada awalnya, tetapi dengan latihan, masa exspirasi dapat meningkat. 3) Pernapasan Diafragma Napas diafragma adalah pernapasan yang mendorong penggunaan diafragma daripada otot dada bagian atas. Ini digunakan untuk meningkatkan volume pertukaran udara selama inspirasi dan exspirasi. Dengan melakukan latihan, pernapasan diafragma mengurangi upaya pernapasan dan meredakan pernapasan cepat dan tidak efektif.
  • 24. 24 11. Alat Yang Sering Digunakan Untuk Oksigenasi No. Nama Alat Jumlah Kebutuhan Oksigen yang diberikan Langkah-Langkah Pemasangan 1 Nasal Kanul (Drake, 2018) 2 – 6 L/min FIO2 24 – 40% 1. Jelaskan prosedur kepada klien 2. Posisikan klien semi fowler 3. Siapkan oksigen dan humidifier 4. Hubungkan kanul dengan selang oksigen ke humidifier 5. Oleskan jelly pada kedua ujung kanul 6. Masukkan ujung kanul ke lubang hidung 7. Fiksasi selang oksigen di kedua telingan klien (lihat gambar) 8. Alirkan oksigen sesuai kebutuhan klien 3 Masker Sederhana 5 – 8 L/min FIO2 35 – 50% 1. Jelaskan prosedur kepada klien 2. Posisikan klien semi fowler 3. Siapkan oksigen dan humidifier 4. Hubungkan selang oksigen masker sederhana dengan humidifier 5. Letakkan masker sederhana menutupi hidung dan mulut klien (lihat gambar) 6. Lingkarkan karet fiksasi masker kebelakang kepala kliean agar tidak lepas 7. Alirkan oksigen sesuai kebutuhan klien 4 Masker Rebreathing 6 – 10 L/min FIO2 35 – 60% 1. Jelaskan prosedur kepada klien 2. Hubungkan selang oksigen dengan humidifier dengan aliran rendah 3. Isi kantong dengan oksigen dengan cara menutup lubang antara kantung dan sungkup 4. Posisikan tali pengikat sungkup agar rapat dan
  • 25. 25 nyaman. 5. Alirkan oksigen sesuai kebutuhan, sehingga kantung akan terisi waktu klien ekspirasi dan menguncup saat inspirasi 5 Masker Non-Rebreathing 6 – 10 L/min FIO2 60 – 90% 1. Jelaskan prosedur kepada klien 2. Hubungkan selang oksigen dengan humidifier dengan aliran rendah 3. Isi kantong dengan oksigen dengan cara menutup lubang antara kantung dan sungkup 4. Posisikan tali pengikat sungkup agar rapat dan nyaman. 5. Alirkan oksigen sesuai kebutuhan, sehingga kantung akan terisi waktu klien ekspirasi dan menguncup saat inspirasi 6 Venturi Mask 4 – 8 L/min FIO2 24 – 40% 1. Jelaskan prosedur kepada klien 2. Posisikan klien semi fowler 3. Siapkan oksigen dan humidifier 4. Hubungkan venture mask dengan jet adapter dengan selang oksigen ke humidifier 5. Letakkan masker venturi menutupi hidung dan mulut klien (lihat gambar) 6. Lingkarkan karet fiksasi masker kebelakang kepala kliean agar tidak lepas 7. Alirkan oksigen sesuai kebutuhan klien 7 T Piece 4 – 10 L/min FIO2 24 – 100% 1. Jelaskan prosedur kepada klien 2. Siapkan oksigen dan humidifier 3. Hubungkan T-piece dengan selang oksigen ke humidifier, 4. Hubungkan ujung T-piece dengan lubang
  • 26. 26 tracheostomy (lihat gambar) 5. Alirkan oksigen sesuai kebutuhan klien (Gleason, Christian, & Barton, 2018; Potter et al., 2013; Pourmand, Robinson, Dorwart, & O'Connell, 2017) 12. Perawatan pada klien yang berkaitan dengan oksigenasi a. Tentukan laju pernapasan dan upaya klien. b. Periksa denyut nadi radial atau apikal. c. Mengukur tekanan darah klien. d. Catat tingkat kesadaran dan status mental klien. e. Kaji batuk dan karakteristiknya. f. Amati penggunaan otot dada dan perut untuk pernapasan. g. Amati kontur dada klien. h. Periksa kulit, selaput lendir mulut, dan alas kuku untuk melihat tanda-tanda sianosis. i. Palpasi perut klien untuk mencari bukti adanya distensi yang dapat memecah diafragma. j. Perhatikan posisi tubuh klien, yang mungkin atau tidak memudahkan pernapasan. k. Ukur SpO2 klien dengan oksimeter pulse l. Tinjau hasil pengukuran gas darah arteri. m. Suara paru anterior, posterior, dan lateral Auscultate. n. Minta klien untuk menggambarkan status oksigenasi saat ini. o. Lakukan penilaian rasa sakit. p. Tanyakan riwayat medis klien tentang gangguan pernapasan atau kondisi lain yang dapat memengaruhi ventilasi. q. Identifikasi riwayat merokok klien. r. Kaji riwayat pengobatan klien saat ini untuk obat-obatan yang dapat mengganggu oksigenasi.
  • 27. 27 13. Fisioterapi Dada Materi selanjutnya pada modul ini adalah fisioterapi dada. Untuk membantu klien mengeluarkan dahak, petugas kesehatan sering menggunakan fisioterapi dada. Fisioterapi dada biasanya diindikasikan untuk klien dengan penyakit pernapasan kronis yang mengalami kesulitan batuk atau mengalami peningkatan lendir yang kental. Beberapa tindakan fisiterapi dada tersebut adalah: a. Perkusi Perkusi (pukulan berirama pada dinding dada) membantu mengeluarkan sekret pernapasan yang menempel pada dinding bronkial. Untuk melakukan perkusi, perawat menangkupkan tangan, menjaga jari-jari dan ibu jari bersama, seolah- olah membawa air atau seperti mangkuk. kemudian menggerakkan tangan yang ditelungkupkan ke dada klien seolah-olah menjebak udara di antara punggung dan dinding toraks. Perawat melakukan perkusi selama 3 sampai 5 menit, hati- hati agar tidak membentur payudara klien wanita dan area cedera dada atau penyakit tulang. Gambar 15. Perkusi b. Vibrasi Getaran menggunakan telapak tangan untuk mengguncang dinding dada klien dan melonggarkan sekresi yang tertahan. Perawat memposisikan tangan di dada atau punggung klien selama inhalasi dan kemudian menggetarkannya ketika klien menghembuskan napas. Getaran digunakan dengan atau sebagai alternatif untuk perkusi terutama untuk klien yang lemah.
  • 28. 28 c. Postural drainase Postural drainase adalah teknik untuk melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru-paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Gambar 16. Posisi Klien d. Nafas dalam dan batuk efektif Nafas dalam adalah latihan pernafasan abdominal dengan menggunakan diafragma dan pernafasan melalui mulut. Batuk efektif dapat dilakukan dengan cara berikut ini: 1) Tarik nafas dalam selama 4-5 kali 2) Pada saat nafas dalam yang terakhir kali, tahan selama 1-2 detik 3) Angkat dada dan bahu serta batukkan dengan kuat 4) Selanjutnya keluarkan dahak dengan mengeluarkan suara ha..ha..ha… 5) Batuk efektif ini bias dilakukan berulang kali sesuai kebutuhan klien.
  • 29. 29 Contoh kasus: 1. Seorang laki-laki usia 35 tahun, terbaring di ruang rawat inap penyakit dalam, hasil pemeriksaan didapatkan klien terpasang infus sebelah kiri. Saat ini klien akan mendapatkan obat oral antibiotik. Melihat kasus diatas, saudara sebagai perawat tindakan apa yang seharusnya saudara lakukan sebelum memberikan obat kepada kien tersebut? Jawab : Melihat kondisi klien akan mendapatkan obat oral, sebelum memberikan obat tersebut, untuk menghindari kesalahan dalam memberikan obat, sebagai perawat harus memperharikan 6 benar obat, yaitu, benar obat, benar dosis, benar rute, benar waktu, benar klien, dan benar dokumentasi 2. Seorang klien laki-laki berusia 50 tahun mengeluh batuk sejak 2 hari yang lalu, dari hasil pemeriksaan terdapat suara rochi, dan terdapat dadak/secret. Melihat kasus diatas apa yang seharusnya saudara lakukan Jawab: Melihat kasus diatas dan untuk emmebantu pengeluaran secret didada klian, yaitu dengan melakukan perkusi pada klien. tangkupkan kedua tangan dan jaga jari-jari dan ibu jari bersama, seolah-olah membawa air atau seperti mangkuk. kemudian menggerakkan tangan yang ditelungkupkan ke dada klien seolah- olah menjebak udara di antara punggung dan dinding toraks klien