SlideShare a Scribd company logo
No Kode: DAR2/PROFESIONAL/190/6/2019
PENDALAMAN MATERI BIOLOGI
MODUL 6
BIOTEKNOLOGI
KEGIATAN BELAJAR 3
SEL PUNCA
Eko Prasetya, M.Sc
Dra. Cicik Suriani, M.Si
Dr. Martina Restuati, M.Si
Dr. Fauziyah Harahap, M.Si
Drs. Puji Prastowo, M.Si
Ahmad Shafwan S. Pulungan, S.Si, M.Si
Wasis Wuyung Wisnu Brata, S.Pd, M.Pd
Nanda Pratiwi, S.Pd. M.Pd
KEMENTERIAN PENDIDIDKAN DAN KEBUDAYAAN
2019
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI 1
1. PENDAHULUAN 2
1.1. Deskripsi Singkat 2
1.2. Relevansi 2
1.3. Panduan Belajar 2
2. INTI 3
2.1. Capaian Pembelajaran 3
2.2. Sub Capaian Pembelajaran 3
2.3. Pokok Materi 3
2.4. Uraian Materi 4
i
1
2. PENDAHULUAN
1.1. DESKRIPSI SINGKAT
Kegiatan Belajar 3 pada Modul 6 ini mengkaji tentang kultur sel tunggal,
transplantasi inti, serta sel punca (stem cell) pada hewan.
1.2. RELEVANSI
Kegiatan Belajar 3 pada Modul 6 memiliki relevansi sebagai pendalaman
materi bagi guru untuk mempelajari perkembangan ilmu bioteknologi karena
di dalamnya disajikan informasi yang cukup mendalam mengenai prinsip dasar
kultur sel tunggal, transplantasi ini, serta sel punca (stem cell) pada hewan.
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat:
(1) Mampu memahami prinsip dasar kultur sel tunggal.
(2) Mampu memahami prinsip transplantasi inti.
(3) Mampu memahami proses sel punca (stem cell) pada sel hewan.
1.3. PANDUAN BELAJAR
(1) Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan kegiatan belajar ini agar Anda
memahami keterkaitan pokok materi yang dibahas pada kegiatan belajar ini
serta mengetahui kemampuan yang diharapkan dari pembelajaran di
kegiatan belajar ini.
(2) Pelajari setiap pokok materi dari kegiatan belajar ini dan beri tanda pada
konsep-konsep penting sesuai dengan kemampuan yang diharapkan.
(3) Kerjakan latihan dan tes formatif yang tersedia untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari.
(4) Untuk lebih mendalam, diharapkan Anda membaca buku referensi yang
terkait pokok materi dalam kegiatan belajar ini serta manfaatkanlah peluang
pertemuan dengan instruktur dan teman sejawat untuk mendiskusikan hal-
hal yang Anda kurang pahami, oleh karena itu persiapkanlah bahan sebelum
anda melaksanakan tutorial atau berdiskusi dengan instruktur dan teman
sejawat.
2
3. INTI
2.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN
Menguasai materi esensial Mata Pelajaran Biologi SMA termasuk advance
material materi bidang studi biologi yang mencakup:
(1) keragaman dan keseragaman dalam makhluk hidup;
(2) Struktur dan Fungsi dalam makhluk hidup;
(3) Pertumbuhan, perkembangan dan diferensiasi;
(4) Interaksi dan interdependensi;
(5) Energi, materi dan organisasi kehidupan;
(6) Prinsip emeliharaan keseimbangan yang dinamis; dan
(7) Pewarisan sifat dan Evolusi termasuk advance materials yang dapat
menjelaskan aspek ‘apa’ (konten), ‘mengapa’ (filosofi) dan ‘bagaimana’
(penerapan dalam kehidupan keseharian) dalam kerangka biologi sebagai
inkuiri
Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Mampu menganalisis konsep dan prinsip-prinsip esensial prinsip pemeliharaan
keseimbangan yang dinamis.
2.2. POKOK-POKOK MATERI
a. Kultur sel tunggal
b. Transplantasi inti
c. Sel punca (stem cell) pada hewan
3
2.3. URAIAN MATERI
2.3.1. Kultur sel tunggal
Sejalan dengan kemajuan teknologi DNA, ilmuwan telah mengembangkan
dan menyempurnakan metode untuk melakukan kloning pada organisme
multiseluler melalui kultur sel tunggal. Kloning dapat menghasilkan satu atau lebih
organisme yang identik secara genetis dengan induk sel tunggalnya. Kata “Clon”
berasal dari bahasa Yunani yang artinya “ranting”. Saat ini, kloning organisme
melalui sel tunggal sangat penting karena dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
banyak jaringan yang berbeda dari satu sel induk.
Kloning hewan dan tumbuhan telah dilakukan sejak 50 tahun yang lalu
dalam berbagai percobaan untuk menjawab pertanyaan tentang biologi dasar.
Sebagai contoh, teori-teori terkait sel yang menyatakan bahhwa seluruh organisme
berasal dari sel. Banyak para ilmuwan dahulu bertanya-tanya apakah semua sel
dalam tubuh organisme multiseluler memiliki gen yang sama atau apa yang terjadi
jika sebuah sel kehilangan gen selama proses diferensiasi perkembangannya. Salah
satu cara untuk menjawab pertanyaan ini adalah dengan melihat apakah sel yang
berasal dari jaringan berbeda dapat membentuk organisme utuh, dengan kata lain,
apakah kloning organisme itu mungkin untuk dilakukan.
Kultur tanaman melalui sel tunggal telah dilakukan oleh F. C. Steward dan
murid-muridnya pada tahun 1950 di Cornell Univesity menggunakan tanaman
wortel (Gambar 1). Mereka menemukan bahwa sel pada jaringan berbeda pada
wortel jika dibiakkan dalam media yang tepat dapat tumbuh menjadi individu
dewasa yang secara genetis identik dengan tanaman induknya. Pada tumbuhan,
setiap sel dapat berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel pada tumbuhan tersebut
untuk membentuk suatu organisme. Potensi setiap sel seperti itu disebut dengan
Totipotensi.
Kultur tanaman saat ini telah digunakan secara luas pada bidang pertanian.
Pada beberapa tanaman, seperti anggrek, kultur merupakan satu-satunya cara yang
praktis memproduksi tanaman untuk keperluan komersial. Kultur tanaman juga
4
telah digunakan untuk memproduksi tanaman dengan sifat yang unggul seperti
produksi cepat dan tahan terhadap patogen.
Gambar 1. Kultur sel tunggal tanaman wortel (Sumber: Reece, et al., 2011)
Salah satu harapan besar dari para peneliti terhadap proyek besar penelitian
terkait genom tanaman adalah ditemukannya gen unggul untuk dikembangkan
5
melalui bioteknologi. Perkembangan ilmu bioteknologi difasilitasi oleh teknologi
kultur jaringan. Melalui teknologi kultur jaringan, tanaman unggul dapat dengan
mudah diperbanyak hanya menggunakan sel tunggal dari tanaman unggul. Kultur
jaringan pada tumbuhan lebih mudah dibandingkan dengan kultur jaringan pada
hewan yang dikenal dengan istilah kloning. Kemampuan totipotensi mendukung
tanaman untuk tumbuh dari sel somatik dan dapat mengekspresikan gen-gen yang
sebelumnya tidak terekspresi hingga tumbuh dan berkembang menjadi tanaman
yang utuh jika ditempatkan pada kondisi yang sesuai.
Keberhasilan teknik kultur sel, jaringan, atau organ tanaman sangat
ditentukan oleh penggunaan bahan awal berupa media nutrisi yang tepat serta
hormon yang memaksimalkan pertumbuhan dan mendorong terjadinya diferensiasi
pada tanaman. Sebagian besar kultur jaringan tanaman dimulai dari sel eksplan atau
sebagian kecil jaringan dari tanaman utuh yang ditumbuhkan dalam kondisi steril.
Pada kondisi kultur yang tepat, sel-sel tanaman tersebut akan berkembang
membentuk organ (akar, embrio, primordial daun, dan sebagainya) dan bahkan
dapat meregenerasi seluruh tanaman. Pada teknik rekayasa genetika, manipulasi
genetik dapat dilakukan pada tingkat sel tunggal dalam kultur sel tanaman yang
kemudian akan membawa sifat genetik pada tahapan perkembangannya.
Teknik kultur jaringan juga dapat digunakan untuk memproduksi secara
massal tanaman yang identik (klon) dengan sifat unggul. Pendekatan ini digunakan
oleh berbagai produksi komersial dari tanaman dengan sifat unggul pada skala
industri. Teknik kultur jaringan dapat dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan
tipe awal jaringan tanaman yang digunakan sebagai eksplan dan komposisi media
pertumbuhan yang digunakan.
a. Kultur Kalus
Kultur kalus mengacu pada pertumbuhan massa sel tanaman yang tidak
terorganisir dalam kultur. Untuk menghasilkan kultur kalus, sebuah eksplan
umumnya berisi sel meristematik dan diinkubasi pada media pertumbuhan yang
mengandung pengatur pertumbuhan tanaman tertentu seperti auksin dan
6
sitokinin. Sel-sel yang tumbuh dari eksplan yang membentuk massa sel dan
tidak berdiferensiasi disebut dengan kalus. Massa sel yang tumbuh tidak
terorganisir ini analog dengan tumor pada tanaman. Sel dapat berkembang tanpa
batas waktu jika sel ditransfer secara berkala ke media pertumbuhan yang segar.
Namun, jika sel-sel kalus dipindahkan ke media pertumbuhan yang
mengandung nutrisi berbeda dari regulator pertumbuhan tanaman, sel-sel kalus
dapat diarahkan untuk berdiferensiasi menjadi akar atau pucuk. Proses
mengubah pertumbuhan sel tanaman yang tidak terorganisir menjadi
terorganisir untuk memproduksi tunas dan akar disebut organogenesis.
Pertumbuhan kalus hingga cukup jelas perkembangan organ-organ tanamannya
disebut dengan planlet. Ketika plantlet yang diperoduksi melalui mekanisme
organogenesis cukup besar, plantlet dapat ditransfer ke wadah yang lebih besar
dengan nutrisi atau tanah hingga tumbuh menjadi tanaman dewasa.
b. Kultur Suspensi Sel
Kultur suspensi sel tanaman melibatkan pertumbuhan sekelompok sel tunggal
tanaman dalam media pertumbuhan cair. Kultur suspensi sel biasanya diawali
dengan transfer sel kalus pada medium cair yang mengandung kombinasi zat
pengatur tumbuh dan bahan kimia tertentu yang mendorong pemisahan sel
menjadi sel tunggal. Kultur suspensi sel sering digunakan dalam aplikasi
penelitian dimana akses pada sel tunggal menjadi faktor penting dalam
penelitian. Kultur suspensi sel dapat digunakan untuk memilih sel-sel dengan
sifat yang diinginkan seperti kemampuan untuk toleransi terhadap herbisida
atau toleransi terhadap garam. Kultur kalus juga dapat digunakan untuk
memproduksi senyawa metabolit yang dihasilkan oleh sel tanaman tertentu. Hal
ini berkaitan dengan produksi produk tanaman, metabolit nabati penting, bahan
kimia obat, maupun minyak tertentu. Kultur suspensi sel juga dapat
berkembang menjadi tanaman utuh melalui proses embriogenesis sel somatik.
Sel tanaman terpilih dapat diisolasi dan dipindahkan ke media baru untuk
ditumbuhkan menjadi individu yang baru.
7
c. Isolasi dan Kultur Protoplas
Protoplas adalah sel tanaman yang dinding-dinding selnya telah dihilangkan
melalui proses enzimatik hingga tersisa membran plasma. Protoplas tanaman
erat kaitannya dengan penelitian yang terhambat karena adanya dinding sel.
Setelah dinding sel dihilangkan melalui proses enzimatik, secara alami
protoplas tanaman akan mensintesis ulang dinding sel yang baru. Protoplas
tanaman juga lebih mudah ditransformasikan dengan DNA asing. Selain itu,
protoplas yang diisolasi dari tanaman yang berbeda dapat melakukan fusi
dengan protoplas dari tanaman lainnya untuk membentuk hibrid. Jika sel hasil
fusi protoplas diregenerasi menjadi tanaman utuh, tanaman hibrida ini akan
membawa kombinasi genetik baru dari dua sel yang berbeda. Sel hasil fusi daat
ditransfer ke media pertumbuhan yang baru hingga regenerasi dinding sel
terjadi dan diikuti oleh pembelahan sel untuk membentuk kalus hingga terjadi
proses organogenesis untuk membentuk tumbuhan yang baru.
d. Kultur Polen
Pada bunga, kepala sari merupakan organ yang mengandung serbuk sari. Dalam
perkembangan bunga secara normal, kepala sari yang matang dan terbuka
memungkinkan serbuk sari untuk menyebar dengan bantuan angin atau
serangga. Dalam kultur polen, kepala sari dipisahkan dari bunga dan
dipindahkan pada media pertumbuhan yang sesuai. Dalam periode waktu yang
singkat, sel serbuk sari (polen) dapat dimanipulasi untuk membentuk plantlet
yang dapat tumbuh dalam kultur hingga menjadi tanaman dewasa.
Perkembangan planlet pada kultur polen biasanya berlangsung melalui
pembentukan embrio. Tanaman yang diproduksi oleh kultur polen biasanya
haploid karena awalnya hanya berupa sel serbuk sari yang telah mengalami
pembelahan meiosis. Untuk duplikasi kromosom dapat menggunakan metode
poliploid dengan memanfaatkan kolkhisin sehingga memungkinkan terjadinya
8
duplikasi kromosom. Duplikasi kromosom mengubah tanaman haploid yang
steril menjadi tanaman diploid yang subur. Pada kondisi ini, tanaman yang
diproduksi bersifat homozigot bahkan cenderung bersifat resesif. Tanaman
homozigot sangat berguna untuk menguji sifat resesif pada tanaman.
e. Kultur Organ Tanaman
Organ tanaman dapat tumbuh menjadi individu baru pada kondisi yang sesuai
sehingga metode ini dapat digunakan untuk mengembangkan tanaman dari
organ tanaman. Sebagai contoh, bunga tanaman pada tomat yang telah diserbuki
dapat dipotong dan dipindahkan pada labu kultur yang mengandung media yang
sesuai. Seiring waktu, bagian ovular tanaman akan berkembang menjadi buah
tomat yang akhirnya akan berubah menjadi tomat matang. Bagian akar tanaman
juga dapat dipotong dan dipindah pada media pertumbuhan cair. Pada media
ini, akar dapat berkembang membentuk akar primer dan sekunder.
2.3.2. Transplantasi inti
Sel hewan yang telah berdiferensiasi pada umumnya tidak dapat
ditumbuhkan dalam kultur sel sehingga sulit untuk mengembangkan kultur sel
tunggal dari sel hewan. Penggunakan sel hewan pada kultur sel menggunakan
pendekatan transplantasi inti. Pendekatan ini dilakukan dengan cara membuang
inti nukleus yang tidak dibuahi atau yang dibuahi dengan nukleus dari organisme
yang berbeda. Nukleus dari sel donor akan mempertahankan kemampuan
genetiknya sehingga sel akan berkembang membentuk seluruh jaringan, organ, dan
sistem organ suatu organisme.
Percobaan transplantasi inti telah dilakukan oleh Robert Briggs dan Thomas
King pada tahun 1950-an dengan menggunakan katak (Rana pipiens) dan Jhon
Gurdon pada tahun 1970 menggunakan spesies katak (Xenopus laevis). Para
peneliti ini mentransplantasikan inti dari sel embrio atau berudu pada telur (inti telur
telah dihilangkan) dari spesies yang sama. Eksperimen Gurdon menunjukkan
9
bahwa transplantasi inti dapat mendukung perkembangan telur secara normal
menjadi berudu (Gambar 2). Gurdon menemukan bahwa transplantasi inti sangat
tergantung dengan usia pendonor nukleus, dimana semakin tua usia nukleus donor,
maka semakin rendah persentase berudu yang berkembang secara normal. Gurdon
menyimpulkan bahwa terjadi perubahan di dalam nukleus ketika sel hewan
berdiferensiasi.
Pada tahun 1970, para peneliti dari Roslin Institute di Skotlandia
menyatakan telah berhasil melakukan kloning pada seekor domba dengan
menggunakan transplantasi inti dari sel yang berbeda (Gambar 3). Para peneliti ini
membiakkan sel dari kelenjar susu pada medium bernutrisi. Nukleus dari sel
kelenjar susu (donor nukleus) kemudian ditransplantasikan pada sel telur domba
dan ditanamkan pada induk pengganti. Sel diploid tersebut kemudian membelah
untuk membentuk embrio awal. Dari beberapa ratus embrio yang ditanam, satu sel
berhasil berkembang secara normal dan menjadi organisme utuh. Domba tersebut
hingga saat ini dikenal dengan nama domba Dolly. Penelitian selanjutnya
menunjukkan bahwa DNA dan kromosom domba Dolly memang identik dengan
DNA dan kromosom donor nukleus. Kematian domba Dolly pada usia 6 tahun yang
diakibatkan oleh komplikasi penyakit paru-paru yang biasanya menyerang domba
yang jauh lebih tua menghadirkan spekulasi bahwa sel dengan nukleus yang berasal
dari donor tidak cukup baik untuk perkembangan domba secara normal.
Saat ini, para peneliti telah melakukan kloning pada banyak mamalia
termasuk tikus, kucing, kuda, sapi, babi, anjing, dan monyet. Hewan hasil kloning
dari spesies yang sama tidak selalu terlihat atau berperilaku identik. Contohnya
pada kucing hasil kloning pertama yang diberi nama CC (carbon copy), memiliki
corak bulu yang berbeda (corak bulu abu-abu) dibandingkan dengan induk donor
nukleusnya (corak bulu jingga dan abu-abu). Selain ciri morfologi, perilaku antara
kucing CC (aktif bermain) juga berbeda jika dibandingkan dengan induk donor
nukleusnya (pendiam). Perbedaan semacam ini diakibatkan aktivasi gen secara
acak yang dipengaruhi oleh lingkungan. Pengaruh lingkungan serta fenomena acak
10
yang terjadi pada DNA memainkan peranan penting selama tahapan
perkembangan.
Gambar 2. Kultur sel dari sel embrionik (belum terdiferensiasi) dan sel usus (sudah
terdiferensiasi) pada katak (Xenopus laevis) (Sumber: Reece, et al., 2011)
11
Gambar 3. Proses kloning domba “Dolly” menggunakan donor sel dan donor
nukleus (Sumber: Reece, et al., 2011)
12
Keberhasilan pada kloning mamalia memunculkan spekulasi tentang
kloning manusia. Beberapa peneliti di seluruh dunia telah mencoba untuk memulai
langkah kloning pada manusia. Pendekatan yang paling umum digunakan adalah
menggunakan transplantasi inti ke telur yang tidak dibuahi, kemudian merangsang
telur untuk membelah. Tahun 2001, sekelompok peneliti di perusahaan
bioteknologi di Massachusetts, negara bagian Amerika Serikat, telah mengamati
pembelahan sel awal pada proses kloning sel manusia. Seoul National university di
Korea Selatan mengklaim telah berhasil mengkloning sel manusia hingga tahap
blastosit, walaupun kemudian hasil penelitian tersebut diragukan karena ditemukan
beberapa kesalahan prosedur. Tahun 2007, Pusat Penelitian Nasional Primata di
Oregon telah berhasil mengkloning embrio primata (macaque) hingga tahap
blastosit. Penemuan ini kemudian mengarahkan teknologi transplantasi inti ini satu
langkah lebih dekat ke kloning manusia.
Percobaan kloning menggunakan teknik transplantasi telah banyak
dilakukan, tetapi hanya sebagian kecil embrio yang mampu berkembang normal
hingga akhir. Para ilmuwan menyatakan bahwa, hewan hasil kloning yang tampak
normal sekalipun ternyata memiliki cacat halus.
Pada nukleus sel yang telah terdiferensiasi, sebagian gen telah diaktifkan
dan sisanya di nonaktifkan. Selama proses transplantasi inti, perubahan nukleus
pada sel donor menyebabkan berubahnya aktivasi gen dari yang seharusnya.
Aktivasi dan inaktivasi gen secara tepat mempengaruhi tahapan perkembangan
awal sel. Para peneliti menemukan bahwa DNA di dalam sel yang telah
terdiferensiasi memiliki lebih banyak kelompok metil daripada DNA di dalam sel
embrio pada spesies yang sama. Penemuan ini menunjukkan bahwa nukleus donor
membutuhkan restrukturisasi kromatin yang tidak lengkap selama prosedur
kloning. Metilasi pada DNA membantu proses ekspresi gen, gugus metil yang tidak
tepat dalam DNA nukleus donor dapat mengganggu pola ekspresi gen yang
diperlukan untuk perkembangan embrio secara normal. Oleh karena itu,
keberhasilan kloning sangat tergantung apakah kromatin dalam nukleus donor
13
dapat dimodifikasi secara artifisial agar menyerupai kondisi kromatin pada saat sel
telur baru dibuahi.
2.3.3. Sel punca (stem cell) pada hewan
Kloning pada manusia tidak bertujuan untuk reproduksi, tetapi bertujuan
untuk memproduksi sel induk yang dapat digunakan untuk pengobatan penyakit
manusia. Sel punca (stem Cell) merupakan sel yang tidak terspesialisasi sehingga
dapat bereproduksi sendiri tanpa batas dan dalam kondisi yang sesuai dapat
berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel. Sel punca mampu mempertahankan
jumlahnya dan dapat menghasilkan sel yang mampu berdiferensiasi.
Embrio hewan banyak mengandung sel punca. Sel punca pada embrio awal
dapat diisolasi pada tahapan blastula (pada manusia disebut blastosit) dan kemudian
dibiakkan dalam medium kultur khusus sehingga sel embrionik ini dapat
memperbanyak diri tanpa batas. Modifikasi medium kultur khusus dapat digunakan
untuk merangsang sel embrionik berdiferensiasi menjadi jenis sel tertentu. Potensi
sel embrionik lebih menjanjikan dari pada sel induk dewasa karena sel embrionik
memiliki potensi pluripoten, yaitu dapat berdiferensiasi menjadi banyak jenis sel
yang berbeda.
Selain sel embrionik, pada tubuh dewasa juga terdapat sel punca yang
berfungsi menggantikan sel-sel tertentu. Sel punca pada tubuh dewasa tidak dapat
berdiferensiasi menjadi seluruh jenis sel dalam organisme seperti pada sel
embrionik, meskipun sel punca tersebut dapat berdiferensiasi menjadi banyak jenis
sel. Sel punca pada sumsum tulang belakang dapat berdiferensiasi menjadi semua
jenis sel darah yang berbeda, sel tulang, tulang rawan, lemak, otot, dan lapisan
pembuluh darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sel punca juga terdapat pada
otak, kulit, rambut, mata, dan pulpa gigi. Penelitian untuk mencari sel punca pada
tubuh dewasa masih dilakukan hingga saat ini. Tujuan utama pencarian ini adalah
menyediakan sel punca untuk memperbaiki organ rusak pada manusia yang
disebabkan oleh penyakit contohnya sel pankreas penghasil insulin, penyakit
Parkinson, atau penyakit Huntington. Sel punca pada sumsum tulang belakang telah
banyak digunakan sebagai sumber untuk sel yang menghasilkan sistem kekebalan
14
pada manusia yang dikarenakan rusaknya sistem kekebalan tersebut karena
kelainan genetik, penyakit, atau kanker (Gambar 4).
Gambar 4. Bekerja dengan sel punca embrionik dan sel punca dewasa
(Sumber: Reece, et al., 2011)
Sel punca memiliki potensi yang luar biasa untuk berkembang menjadi
berbagai jenis sel dalam tubuh selama fase awal kehidupan dan pertumbuhan.
15
Selain itu, pada berbagai jaringan tubuh, sel punca memiliki fungsi sebagai sistem
perbaikan internal yang dapat berdiferensiasi tanpa batas selama organisme masih
hidup. Ketika sel punca bermitosis, setiap sel baru yang dihasilkan memiliki potensi
untuk tetap menjadi sel punca atau menjadi sel lain dengan fungsi khusus seperti
sel otot, sel darah merah, atau sel otak.
Sel punca dapat dibedakan dari jenis sel lainnya berdasarkan dua
karakteristik utama. Pertama, sel punca merupakan sel yang tidak terspesialisasi
dan mampu memperbarui diri melalui pembelahan sel walaupun terkadang tidak
membelah dalam waktu yang lama. Kedua, sel punca dalam kondisi fisiologis
tertentu, dapat diinduksi menjadi sel khusus untuk membentuk jaringan atau organ
dengan fungsi yang khusus. Pada beberapa organ seperti usus dan sumsum tulang,
sel punca secara teratur membelah untuk memperbaiki dan mengganti jaringan
yang rusak. Namun pada organ lain seperti pankreas dan jantung, sel punca hanya
membelah dalam kondisi khusus.
Para ilmuwan membagi sel punca ke dalam dua jenis yaitu sel punca
embrionik dan sel punca somatik atau non-embrionik. Hierarki sel punca disajikan
pada Gambar 5. Para ilmuwan menemukan cara untuk mengisolasi sel punca
embrionik dari embrio tikus pada tahun 1981. Studi lebih detail tentang cara
memperoleh sel punca embrionik pada tikus menginisiasi metode untuk
memperoleh sel punca pada embrio manusia. Embrio digunakan dalam penelitian
dengan tujuan reproduksi dihasilkan melalui prosedur fertilisasi in vitro. Pada tahun
2006 pada peneliti mengidentifikasi kondisi yang memungkinkan beberapa sel
dewasa diprogram ulang secara genetik untuk kembali seperti sel punca. Jenis sel
punca baru ini disebut dengan induced pluripotent stem cells (iPSCs).
Sel punca sangat penting bagi organisme hidup karena berbagai alasan. Pada
saat embrio berusia 3 hingga 5 hari (blastosit), sel-sel pada masa itu mampu
berkembang menjadi berbagai jenis sel hingga terbentuk satu individu utuh. Pada
beberapa jaringan dewasa seperti sumsum tulang, otot, dan otak, populasi sel punca
dewasa menyediaan sel untuk menggantikan sel yang rusak, cidera, atau terkena
penyakit. Dengan kemampuan regeneratifnya yang unik, sel punca memberikan
harapan dan potensi baru untuk mengobati penyakit terkait kerusakan jaringan
16
seperti diabetes dan penyakit jantung. Studi laboratium tentang sel punca
memungkinkan para ilmuwan untuk mempelajari sifat-sifat penting dari sel punca
agar dapat dikembangkan menjadi obat baru untuk mengobati berbagai penyakit
bawaan lahir maupun tidak.
Gambar 5. Hierarki Sel Punca (ICM: Inner Cell Mass; PGCs: Primordial Germ
Cell; ESCs: Embryonic Stem Cells; EGCs: Embryonic Germ Cells; iPSCS: Induced
Pluripotent Stem Cells; FSCs: Follicle Stem Cells; MSCs: Mesenchymal Stem
Cells; HSCs: Hematopoietic Stem Cells; NSCs: Neural Stem Cells) (Sumber:
Forostyak et al., 2016)
17
a. Karakter Sel Punca
Sel punca berbeda dengan jenis sel lainnya di dalam tubuh. Semua sel punca
secara umum memiliki tiga karakter yaitu (1) membelah dan memperbaharui diri
untuk waktu yang lama, (2) tidak terspesialisasi, dan (3) dapat berdiferensiasi
menjadi berbagai tipe sel khusus. Tidak seperti sel otot, sel darah, atau sel saraf
(Gambar 6) yang tidak mereplikasi dirinya sendiri, sel punca dapat bereplikasi
berkali-kali atau berkembang biak. Populasi awal sel punca yang berproliferasi
selama berbulan-bulan di laboratorium dapat menghasilkan jutaan jenis sel.
Gambar 6. Karakter sel punca dapat berdiferensiasi menjadi berbagai tipe sel
(Sumber: Jose, 2017)
Para ilmuwan berusaha memahami dua sifat dasar sel punca yang
berhubungan dengan kemampuan memperbarui diri. Pertanyaan utamanya adalah
mengapa sel punca embrionik mampu berkembang biak selama satu tahun atau
lebih di laboratorium tanpa terjadi diferensiasi sedangkan sel punca somatik tidak
bisa serta apa saja faktor dari dalam organisme hidup yang mengatur proliferasi dan
perbaharuan sel punca. Para ilmuwan butuh hingga dua dekade belajar bagaimana
18
menumbuhkan sel induk embrionik manusia di laboratorium. Hingga saat ini, para
ilmuwan masih telrus mempelajari berbagai sinyal yang memungkinkan sel punca
dapat tumbuh mejadi berbagai jenis jaringan.
Sel punca tidak terspesifikasi. Salah satu sifat dasar dari sel punca adalah
tidak memiliki struktur spesifik jaringan yang memungkinkan sel menjalankan
fungsi-fungsi khusus, namun, sel punca yang tidak terspesialisasi dapat
memunculkan sel khusus termasuk sel otot, sel darah, atau sel saraf.
Sel punca dapat berdiferensiasi menjadi sel khusus. Ketika sel punca yang
tidak terspesialisasi berdiferensiasi menjadi sel khusus, proses tersebut dinamakan
dengan proses diferensiasi. Untuk berdiferensiasi, sel biasanya melalui beberapa
tahapan dan pada setiap tahapan sel menjadi lebih spesifik. Para ilmuwan saat ini
sudah mulai memahami setiap tahapan diferensiasi sel yang berasal dari sinyal
dalam sel dan luar sel yang memicu setiap tahapan dari proses diferensiasi. Sinyal
internal dikendalikan oleh gen di dalam sel. Sinyal eksternal dikendalikan oleh
bahan kimia yang disekresikan oleh sel lain, kontak fisik dengan sel tetangganya,
dan molekul tertentu dalam lingkungan mikro. Interaksi sinyal selama tahapan
diferensiasi mempengaruhi gen di dalam DNA sel.
Sel punca dewasa biasanya menghasilkan jenis sel dari jaringan tempat sel
tersebut berada. Sebagai contoh, sel punca dewasa pembentuk darah di sumsum
tulang biasanya menghasilkan banyak sel darah. Secara umum telah diketahui
bahwa sel pembentuk darah terdapat di sumsum tulang belakang yang disebut
dengan sel punca hematopoietik, tidak dapat berdiferensiasi menjadi jaringan yang
berbeda seperti sel-sel saraf di otak.
b. Sel Punca Embrionik
Sel punca embrionik berasal dari embrio yang berkembang dari sel telur
yang telah dibuahi secara in vitro yang disumbangkan untuk kepentingan penelitian
dengan persetujuan dari donor (Gambar 7). Sel punca yang digunakan umumnya
tidak berasal dari sel telur yang dibuahi dalam tubuh wanita karena hal tersebut
melanggar bioetik.
19
Gambar 7. Sel punca embrionik
Human embryonic stem cells (hESCs) dihasilkan dengan mentransfer sel-
sel dari embrio pada tahapan pra-implantasi ke medium kultur laboratorium yang
berisi nutrisi. Pada metode yang sebenarnya, medium dilapisi oleh sel kulit
embrionik tikus yang diberi perlakuan khusus sehingga tidak akan membelah.
Lapisan ini disebut dengan lapisan pengumpan. Sel-sel embrionik kulit tikus akan
menyediakan permukaan yang lengket sehingga sel punca embrionik dapat
20
menempel. Tapi saat ini, sel punca embrionik dapat ditumbuhkan pada medium
kultur tanpa lapisan pengumpan.
Selama sel punca embrionik dalam kultur ditanam dalam kondisi yang
sesuai, sel punca dapat tetap tidak terdiferensiasi (tidak terspesifikasi). Tetapi jika
sel punca dibiarkan menggumpan membentuk tubuh embrioid, sel punca akan
mulai berdiferensiasi secara spontan. Meskipun proses diferensiasi spontan
merupakan indikasi bahwa sel punca tersebut sehat, namun prosesnya tidak
terkontrol. Jadi, untuk menghasilkan kultur sel yang spesifik, para ilmuwan
mencoba mengendalikan diferensiasi sel punca embrionik. Para ilmuwan
mengubah komposisi kimia media kultur, pengubah permukaan medium kultur,
atau memodifikasi sel dengan memasukkan gen spesifik. Melalui eksperimen
selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah menetapkan beberapa metode dasar
untuk diferensiasi sel punca embrionik menjadi beberapa tipe sel tertentu.
Jika para ilmuwan dapat secara tepat mengarahkan proses diferensiasi sel-
sel punca embrionik pada tipe-tipe sel tertentu, maka dimasa yang akan datang, sel
ini dapat digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu dimasa depan.
Penyakit yang mungkin dapat diobati dengan transplantasi sel yang dihasilkan dari
sel punca embrionik manusia antara lain diabetes, cedera sumsum tulang belakang,
disrofi otot, jantung, gangguan penglihatan dan pendengaran.
c. Sel Punca Dewasa
Sel punca dewasa dianggap sebagai sel yang belum berdiferensiasi karena
ditemukan diantara sel-sel yang berdiferensiasi dalam jaringan atau organ. Sel
punca dewasa dapat memperbaharui dirinya sendiri dan dapat berdiferensiasi untuk
menghasilkan beberapa atau semua jenis sel khusus utama dari jaringan atau organ.
Peran utama sel punca dewasa dalam organisme hidup adalah untuk memelihara
dan memperbaiki jaringan dimana sel tersebut ditemukan. Para ilmuwan
menggunakan istilah sel punca dewasa atau sel punca somatik dan juga sel punca
non-embrionik untuk merujuk dimana tempat ditemukannya sel punca tersebut
(bukan bakal sel kelamin, sel sperma, atau sel telur). Tidak seperti sel punca
21
embrionik, sel punca dewasa hanya terdapat pada beberapa jaringan dewasa dan
masih diteliti hingga saat ini (Gambar 8).
Gambar 8. Sel punca dewasa pada berbagai jaringan dan organ tubuh manusia
Penelitian tentang sel punca dewasa telah membawa perubahan pada
penelitian tentang sel punca. Sel punca dewasa ditemukan lebih banyak dari pada
yang dibayangkan pada awalnya. Temuan ini mengarahkan para peneliti dan dokter
untuk menguji apakah sel punca dewasa dapat digunakan pada pengobatan
transplantasi sel. Faktanya, sel punca hematopoietik yang membentuk darah pada
sumsum tulang telah digunakan pada transplantasi selama lebih 40 tahun. Para
ilmuwan sekarang memiliki bukti bahwa sel punca juga terdapat di otak dan
jantung. Jika diferensiasi sel punca dewasa dapat dikontrol di laboratorium, sel-sel
ini dapat menjadi dasar terapi berbasis transplantasi sel.
Pada tahun 1960-an, para ilmuwan yang mempelajari tikus menemukan
terdapat dua wilayah otang yang mengandung sel pembagi yang akhirnya menjadi
22
sel saraf. Saat itu, sebagian besar ilmuwan percaya bahwa otak dewasa tidak dapat
menghasilkan sel saraf baru. Baru pada tahun 1990-an para ilmuwan sepakat bahwa
otak orang dewasa memang mengandung sel-sel punca yang mampu menghasilkan
tiga jenis sel utama pada otak (astrosit, oligodendrosit, dan neuron).
Sel punca dewasa telah diidentifikasi pada banyak organ dan jaringan
termasuk otak, sumsum tulang, darah tepi, pembuluh darah, otot rangka, kulit, gigi,
jantung, usus, hati, epitel ovarium, dan testis. Sel punca dewasa berada pada area
spesifik dari setiap jaringan. Sel punca mungkin tidak mengalami pembelahan
dalam jangka waktu yang lama hingga sel tersebut diaktifkan untuk perbaikan
jaringan oleh penyakit atau cidera ringan. Biasanya ada sejumlah kecil sel punca di
setiap jaringan dan setelah dikeluarkan dari tubuh, kapasitas sel punca untuk
membelah menjadi terbatas sehingga proses regenerasi sel punca dalam jumlah
besar menjadi sulit.
Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, sel punca dewasa terdapat di
banyak jaringan dan sel tersebut mengalami diferensiasi untuk membentuk sel
khusus sesuai dengan tempat dimana sel tersebut berada. Berikut ini contoh jalur
diferensiasi sel induk dewasa:
1) Sel punca hematopoietik. Sel punca hematopoietik dapat berdiferensiasi
menjadi semua jenis sel darah sperti sel darah merah, limfosit B, limfosit T,
neutrofil, basofil, eosinosil, monosit, dan makrofag (Gambar 9).
2) Sel punca mesenkim. Sel punca mesenkim telah dilaporkan terdapat pada
banyak jaringan. Sel yang berasal dari sumsum tulang (sel punca stroma
sumsum tulang dan sel punca skeletal) dapat berdiferensiasi menjadi berbagai
jenis sel seperti sel tulang (osteoblas dan osteosit), sel tulang rawan (kondrosit),
sel lemak (adiposit), dan sel stroma yang mendukung pembentukan darah
(Gambar 10). Namun belum jelas seberapa mirip atau berbeda sel mesenkim
yang berasal dari sumsum tulang dibandingkan dengan yang berasal dari stroma
sumsum tulang.
23
Gambar9.Selpuncahematopoietikbesertaseldiferensiasinya
24
Gambar 10. Sel punca mesenkim dan sel diferensiasinya
3) Sel punca saraf. Sel punca saraf diotak dapat berdiferensiasi menjadi tiga jenis sel
utama otak seperti sel saraf (neuron) dan dua sel non-nouron (oligodendrosit dan
astrosit) (Gambar 11).
4) Sel punca epitel. Sel punca epitel pada lapisan saluran pencernaan terjadi pada kriptus
dalam dan dapat berdiferensiasi menjadi beberapa tipe sel seperti sel penyerap, sel
piala, sel paneth, dan sel enteroendokrin.
5) Sel punca kulit. Sel punca kulit terdapat pada lapisan basal epidermis dan di pangkal
folikel ramput. Sel punca ini dapat berdiferensiasi menjadi keratinosit yang
25
bermigrasi ke permukaan kulit untuk membentuk lapisan pelindung. Sel punca folikel
dapat berdiferensiasi menjadi folikel rambut dan epidermis.
Gambar 11. Sel punca saraf dan sel diferensiasinya serta molekul kecil, sitokinin, dan
faktor pertumbuhannya
d. Induced Pluripotent Stem Cells (iPSCs)
Induced pluripotent stem cells adalah sel punca dewasa yang telah diprogram
ulang secara genetik pada keadaan seperti sel punca embrionik dengan dipaksa untuk
mengekspresikan gen dan faktor penting untuk mempertahankan sifat-sifat yang
menentukan sel induk embrionik (Gambar 12). Meskipun sel ini telah memenuhi kriteria
sebagai sel punca pluripoten, belum diketahui apakah iPSCs dan sel punca embrionik
berbeda secara klinis. iPSCs pada tikus menunjukkan karakteristik penting dari sel punca
pluripotent, termasuk mengekspresikan penanda sel punca, membentuk tumor yang
26
mengadung sel dari tiga lapisan utama (ektoderm, mesoderm, dan endoderm) dan mampu
membentuk banyak jaringan yang berbeda ketika diintroduksikan pada embrio tikus pada
tahap perkembangan yang sangat awal.
Gambar 12. Skema penggunaan Induced Pluripotent Stem Cells (iPSCs)
27
Gambar 11. Manfaat sel punca pada bidang kesehatan sebagai terapi gen, penemuan obat
baru, dan biomarker untuk diagnosis penyakit
28
e. Potensi dan Manfaat Sel Punca Manusia
Tujuan utama dari penelitian sel punca adalah untuk mengidentifikasi bagaimana
sel punca yang tidak berdiferensiasi menjadi sel yang berdiferensiasi membentuk jaringan
dan organ. Para ilmuwan paham bahwa menghidupkan dan mematikan gen adalah inti
dari seluruh proses diferensiasi ini. Beberapa kondisi medis seperti kanker dan cacat lahir
disebabkan oleh pembelahan sel yang abnormal dan kegagalan diferensiasi. Maka,
pengendalian proliferasi dan diferensiasi sel membutuhkan penelitian tentang sinyal
molekuler dan gen yang mengatur pembelahan dan spesialisasi sel.
Sel punca manusia saat ini digunakan untuk menguji obat baru. Obat-obatan baru
diuji keamanannya pada sel-sel yang dapat dibedakan berdasarkan garis sel pluripoten
manusia. Garis sel kanker misalnya digunakan untuk menyeleksi obat anti kanker
potensial. Ketersediaan sel punca berpotensi luas untuk pengujian berbagai jenis obat
dalam berbagai jenis sel secara luas. Mungkin aplikasi potensial sel punca manusia yang
paling penting adalah pembentukan sel dan jaringan yang dapat digunakan sebagai terapi
berbasis sel. Saat ini, organ dan jaringan yang disumbangkan sering digunakan untuk
menggantikan jaringan yang sakit atau rusak, tetapi kebutuhan akan jaringan dan organ
jauh lebih besar daripada persediaan yang tersedia. Sel punca diarahkan untuk
berdiferensiasi menjadi sel tertentu dan memberikan kemungkinan menjadi sumber
terbarukan dari sel dan jaringan pengganti untuk mengobati berbagai penyakit terkait
jaringan dan organ.
29

More Related Content

What's hot

Virus
VirusVirus
PPT Anatomi Tumbuhan
PPT Anatomi TumbuhanPPT Anatomi Tumbuhan
PPT Anatomi Tumbuhan
Agustin Dian Kartikasari
 
Fisiologi tumbuhan new
Fisiologi tumbuhan newFisiologi tumbuhan new
Fisiologi tumbuhan new
Adriani Adriani
 
Sistem imun
Sistem imunSistem imun
Sistem imun
Jumatil Fajar
 
Materi biologi - Virus .ppt presentation
Materi biologi - Virus .ppt presentationMateri biologi - Virus .ppt presentation
Materi biologi - Virus .ppt presentation
Ismail Lathiif
 
Air dan Tanaman
Air dan Tanaman Air dan Tanaman
Air dan Tanaman
Novie Andari
 
Biologi Sel kelas XI
Biologi Sel kelas XIBiologi Sel kelas XI
Biologi Sel kelas XI
Hanifah Nisrina C
 
Unsur beneficial
Unsur beneficialUnsur beneficial
Unsur beneficialbennysatria
 
Morfologi virus
Morfologi virusMorfologi virus
Morfologi virus
Risa Wahyuningsih
 
Difusi dan Osmosis
Difusi dan OsmosisDifusi dan Osmosis
Difusi dan Osmosis
NURSAPTIA PURWA ASMARA
 
Presentasi Jamur (fungi)
Presentasi Jamur (fungi)Presentasi Jamur (fungi)
Presentasi Jamur (fungi)
Miira Mizhha As-Sauby
 
fisiologi tumbuhan
 fisiologi tumbuhan fisiologi tumbuhan
fisiologi tumbuhan
asnaini marlis
 
Kumpulan pertanyaan dan jawaban biokimia
Kumpulan pertanyaan dan jawaban biokimiaKumpulan pertanyaan dan jawaban biokimia
Kumpulan pertanyaan dan jawaban biokimia
arifah fadlilah
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN TENTANG GERAK PADA TUMBUHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN TENTANG GERAK PADA TUMBUHANLAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN TENTANG GERAK PADA TUMBUHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN TENTANG GERAK PADA TUMBUHANhimabioummy
 
Laporan praktikum ipa 2 kapilaritas
Laporan praktikum ipa 2 kapilaritas Laporan praktikum ipa 2 kapilaritas
Laporan praktikum ipa 2 kapilaritas
Muhammad Ridlo
 
Penyerapan dan Pengangkutan Air
Penyerapan dan Pengangkutan AirPenyerapan dan Pengangkutan Air
Penyerapan dan Pengangkutan Air
NURSAPTIA PURWA ASMARA
 
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganismePpt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Kalisthiana Yi Ku
 
Transpirasi dan respirasi
Transpirasi dan respirasiTranspirasi dan respirasi
Transpirasi dan respirasi
Teknologi Hasil Pertanian
 

What's hot (20)

Virus
VirusVirus
Virus
 
PPT Anatomi Tumbuhan
PPT Anatomi TumbuhanPPT Anatomi Tumbuhan
PPT Anatomi Tumbuhan
 
Fisiologi tumbuhan new
Fisiologi tumbuhan newFisiologi tumbuhan new
Fisiologi tumbuhan new
 
Sistem imun
Sistem imunSistem imun
Sistem imun
 
Materi biologi - Virus .ppt presentation
Materi biologi - Virus .ppt presentationMateri biologi - Virus .ppt presentation
Materi biologi - Virus .ppt presentation
 
2. mekanisme adaptasi sel
2. mekanisme adaptasi sel2. mekanisme adaptasi sel
2. mekanisme adaptasi sel
 
Air dan Tanaman
Air dan Tanaman Air dan Tanaman
Air dan Tanaman
 
Biologi Sel kelas XI
Biologi Sel kelas XIBiologi Sel kelas XI
Biologi Sel kelas XI
 
Unsur beneficial
Unsur beneficialUnsur beneficial
Unsur beneficial
 
Morfologi virus
Morfologi virusMorfologi virus
Morfologi virus
 
Difusi dan Osmosis
Difusi dan OsmosisDifusi dan Osmosis
Difusi dan Osmosis
 
Presentasi Jamur (fungi)
Presentasi Jamur (fungi)Presentasi Jamur (fungi)
Presentasi Jamur (fungi)
 
fisiologi tumbuhan
 fisiologi tumbuhan fisiologi tumbuhan
fisiologi tumbuhan
 
Kumpulan pertanyaan dan jawaban biokimia
Kumpulan pertanyaan dan jawaban biokimiaKumpulan pertanyaan dan jawaban biokimia
Kumpulan pertanyaan dan jawaban biokimia
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN TENTANG GERAK PADA TUMBUHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN TENTANG GERAK PADA TUMBUHANLAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN TENTANG GERAK PADA TUMBUHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN TENTANG GERAK PADA TUMBUHAN
 
Laporan praktikum ipa 2 kapilaritas
Laporan praktikum ipa 2 kapilaritas Laporan praktikum ipa 2 kapilaritas
Laporan praktikum ipa 2 kapilaritas
 
Penyerapan dan Pengangkutan Air
Penyerapan dan Pengangkutan AirPenyerapan dan Pengangkutan Air
Penyerapan dan Pengangkutan Air
 
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganismePpt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
 
Biodiversitas
BiodiversitasBiodiversitas
Biodiversitas
 
Transpirasi dan respirasi
Transpirasi dan respirasiTranspirasi dan respirasi
Transpirasi dan respirasi
 

Similar to BIOLOGI_M6KB3 PDF

Tugas diskusi biology
Tugas diskusi biologyTugas diskusi biology
Tugas diskusi biology
Olga Tiara
 
Makalah kultur jaringan
Makalah kultur jaringanMakalah kultur jaringan
Makalah kultur jaringan
andreanapulu
 
Biologi M3KB1
Biologi M3KB1Biologi M3KB1
Biologi M3KB1
ppghybrid4
 
Biologi M3KB1
Biologi M3KB1Biologi M3KB1
Biologi M3KB1
ppghybrid4
 
Makalah biologi tentang kultur jaringan pada tumbuhan
Makalah biologi tentang kultur jaringan pada  tumbuhanMakalah biologi tentang kultur jaringan pada  tumbuhan
Makalah biologi tentang kultur jaringan pada tumbuhan
gis nargis
 
kultur jaringan kentang
kultur jaringan kentangkultur jaringan kentang
kultur jaringan kentang
Fauzia Hidayati
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
UNESA
 
RPP SMA Biologi Kelas XII
RPP SMA Biologi Kelas XIIRPP SMA Biologi Kelas XII
RPP SMA Biologi Kelas XII
Diva Pendidikan
 
BIOLOGI_M3KB3
BIOLOGI_M3KB3 BIOLOGI_M3KB3
BIOLOGI_M3KB3
ppghybrid4
 
kulturisasi dan diferensiasi stem cell.pptx
kulturisasi dan diferensiasi stem cell.pptxkulturisasi dan diferensiasi stem cell.pptx
kulturisasi dan diferensiasi stem cell.pptx
PoppyFransiscaAmelia
 
Kultur jaringan
Kultur jaringanKultur jaringan
Kultur jaringanafifauliya
 
Makalah bioteknologi kultur jaringan
Makalah bioteknologi kultur jaringanMakalah bioteknologi kultur jaringan
Makalah bioteknologi kultur jaringanDhosma Rainsiwon
 
Makalah biologi ANALISIS KULTUR JARINGAN
Makalah biologi ANALISIS  KULTUR JARINGANMakalah biologi ANALISIS  KULTUR JARINGAN
Makalah biologi ANALISIS KULTUR JARINGAN
Fahrizal Hari
 
Isolasi bakteri
Isolasi bakteriIsolasi bakteri
Isolasi bakterif' yagami
 
IPA Modul 2 KB 3 Rev
IPA Modul 2 KB 3 RevIPA Modul 2 KB 3 Rev
IPA Modul 2 KB 3 Rev
PPGhybrid3
 
KULTUR JARINGAN (1)(1).pptx
KULTUR JARINGAN (1)(1).pptxKULTUR JARINGAN (1)(1).pptx
KULTUR JARINGAN (1)(1).pptx
SofiaTyasni1
 
KULTUR JARINGAN EKOSARI[Compatibility Mode].pdf
KULTUR JARINGAN EKOSARI[Compatibility Mode].pdfKULTUR JARINGAN EKOSARI[Compatibility Mode].pdf
KULTUR JARINGAN EKOSARI[Compatibility Mode].pdf
DebbyUstari1
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Hewan: Kultur Sel Embrio Ayam Menggunakan M...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Hewan: Kultur Sel Embrio Ayam Menggunakan M...Laporan Praktikum Kultur Jaringan Hewan: Kultur Sel Embrio Ayam Menggunakan M...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Hewan: Kultur Sel Embrio Ayam Menggunakan M...
UNESA
 
Makalah Biologi
Makalah BiologiMakalah Biologi
Makalah Biologi
Olivia Ananta Asri
 

Similar to BIOLOGI_M6KB3 PDF (20)

Tugas diskusi biology
Tugas diskusi biologyTugas diskusi biology
Tugas diskusi biology
 
Makalah kultur jaringan
Makalah kultur jaringanMakalah kultur jaringan
Makalah kultur jaringan
 
Biologi M3KB1
Biologi M3KB1Biologi M3KB1
Biologi M3KB1
 
Biologi M3KB1
Biologi M3KB1Biologi M3KB1
Biologi M3KB1
 
Makalah biologi tentang kultur jaringan pada tumbuhan
Makalah biologi tentang kultur jaringan pada  tumbuhanMakalah biologi tentang kultur jaringan pada  tumbuhan
Makalah biologi tentang kultur jaringan pada tumbuhan
 
kultur jaringan kentang
kultur jaringan kentangkultur jaringan kentang
kultur jaringan kentang
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
RPP SMA Biologi Kelas XII
RPP SMA Biologi Kelas XIIRPP SMA Biologi Kelas XII
RPP SMA Biologi Kelas XII
 
BIOLOGI_M3KB3
BIOLOGI_M3KB3 BIOLOGI_M3KB3
BIOLOGI_M3KB3
 
kulturisasi dan diferensiasi stem cell.pptx
kulturisasi dan diferensiasi stem cell.pptxkulturisasi dan diferensiasi stem cell.pptx
kulturisasi dan diferensiasi stem cell.pptx
 
Kultur jaringan
Kultur jaringanKultur jaringan
Kultur jaringan
 
Makalah bioteknologi kultur jaringan
Makalah bioteknologi kultur jaringanMakalah bioteknologi kultur jaringan
Makalah bioteknologi kultur jaringan
 
Makalah biologi ANALISIS KULTUR JARINGAN
Makalah biologi ANALISIS  KULTUR JARINGANMakalah biologi ANALISIS  KULTUR JARINGAN
Makalah biologi ANALISIS KULTUR JARINGAN
 
Isolasi bakteri
Isolasi bakteriIsolasi bakteri
Isolasi bakteri
 
IPA Modul 2 KB 3 Rev
IPA Modul 2 KB 3 RevIPA Modul 2 KB 3 Rev
IPA Modul 2 KB 3 Rev
 
KULTUR JARINGAN (1)(1).pptx
KULTUR JARINGAN (1)(1).pptxKULTUR JARINGAN (1)(1).pptx
KULTUR JARINGAN (1)(1).pptx
 
KULTUR JARINGAN EKOSARI[Compatibility Mode].pdf
KULTUR JARINGAN EKOSARI[Compatibility Mode].pdfKULTUR JARINGAN EKOSARI[Compatibility Mode].pdf
KULTUR JARINGAN EKOSARI[Compatibility Mode].pdf
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Hewan: Kultur Sel Embrio Ayam Menggunakan M...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Hewan: Kultur Sel Embrio Ayam Menggunakan M...Laporan Praktikum Kultur Jaringan Hewan: Kultur Sel Embrio Ayam Menggunakan M...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Hewan: Kultur Sel Embrio Ayam Menggunakan M...
 
Makalah Biologi
Makalah BiologiMakalah Biologi
Makalah Biologi
 

More from ppghybrid4

BIOLOGI_M6KB4 PPT
BIOLOGI_M6KB4 PPTBIOLOGI_M6KB4 PPT
BIOLOGI_M6KB4 PPT
ppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB4 PDF
BIOLOGI_M6KB4 PDFBIOLOGI_M6KB4 PDF
BIOLOGI_M6KB4 PDF
ppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB3 PPT
BIOLOGI_M6KB3 PPTBIOLOGI_M6KB3 PPT
BIOLOGI_M6KB3 PPT
ppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB2 PPT
BIOLOGI_M6KB2 PPTBIOLOGI_M6KB2 PPT
BIOLOGI_M6KB2 PPT
ppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB2 PDF
BIOLOGI_M6KB2 PDFBIOLOGI_M6KB2 PDF
BIOLOGI_M6KB2 PDF
ppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB1 PPT
BIOLOGI_M6KB1 PPTBIOLOGI_M6KB1 PPT
BIOLOGI_M6KB1 PPT
ppghybrid4
 
BIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDFBIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDF
ppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB4 PPT
BIOLOGI_M5KB4 PPTBIOLOGI_M5KB4 PPT
BIOLOGI_M5KB4 PPT
ppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB4 PDF
BIOLOGI_M5KB4 PDFBIOLOGI_M5KB4 PDF
BIOLOGI_M5KB4 PDF
ppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB3 PPT
BIOLOGI_M5KB3 PPTBIOLOGI_M5KB3 PPT
BIOLOGI_M5KB3 PPT
ppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDFBIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDF
ppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB2 PPT
BIOLOGI_M5KB2 PPTBIOLOGI_M5KB2 PPT
BIOLOGI_M5KB2 PPT
ppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB2
BIOLOGI_M5KB2BIOLOGI_M5KB2
BIOLOGI_M5KB2
ppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1
ppghybrid4
 
BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1
ppghybrid4
 
BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4
ppghybrid4
 
BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4
ppghybrid4
 
BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3
ppghybrid4
 
BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3
ppghybrid4
 
BIOLOGI_M4KB2
BIOLOGI_M4KB2BIOLOGI_M4KB2
BIOLOGI_M4KB2
ppghybrid4
 

More from ppghybrid4 (20)

BIOLOGI_M6KB4 PPT
BIOLOGI_M6KB4 PPTBIOLOGI_M6KB4 PPT
BIOLOGI_M6KB4 PPT
 
BIOLOGI_M6KB4 PDF
BIOLOGI_M6KB4 PDFBIOLOGI_M6KB4 PDF
BIOLOGI_M6KB4 PDF
 
BIOLOGI_M6KB3 PPT
BIOLOGI_M6KB3 PPTBIOLOGI_M6KB3 PPT
BIOLOGI_M6KB3 PPT
 
BIOLOGI_M6KB2 PPT
BIOLOGI_M6KB2 PPTBIOLOGI_M6KB2 PPT
BIOLOGI_M6KB2 PPT
 
BIOLOGI_M6KB2 PDF
BIOLOGI_M6KB2 PDFBIOLOGI_M6KB2 PDF
BIOLOGI_M6KB2 PDF
 
BIOLOGI_M6KB1 PPT
BIOLOGI_M6KB1 PPTBIOLOGI_M6KB1 PPT
BIOLOGI_M6KB1 PPT
 
BIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDFBIOLOGI_M6KB1 PDF
BIOLOGI_M6KB1 PDF
 
BIOLOGI_M5KB4 PPT
BIOLOGI_M5KB4 PPTBIOLOGI_M5KB4 PPT
BIOLOGI_M5KB4 PPT
 
BIOLOGI_M5KB4 PDF
BIOLOGI_M5KB4 PDFBIOLOGI_M5KB4 PDF
BIOLOGI_M5KB4 PDF
 
BIOLOGI_M5KB3 PPT
BIOLOGI_M5KB3 PPTBIOLOGI_M5KB3 PPT
BIOLOGI_M5KB3 PPT
 
BIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDFBIOLOGI_M5KB3 PDF
BIOLOGI_M5KB3 PDF
 
BIOLOGI_M5KB2 PPT
BIOLOGI_M5KB2 PPTBIOLOGI_M5KB2 PPT
BIOLOGI_M5KB2 PPT
 
BIOLOGI_M5KB2
BIOLOGI_M5KB2BIOLOGI_M5KB2
BIOLOGI_M5KB2
 
BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1
 
BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1BIOLOGI_M5KB1
BIOLOGI_M5KB1
 
BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4
 
BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4BIOLOGI_M4KB4
BIOLOGI_M4KB4
 
BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3
 
BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3BIOLOGI_M4KB3
BIOLOGI_M4KB3
 
BIOLOGI_M4KB2
BIOLOGI_M4KB2BIOLOGI_M4KB2
BIOLOGI_M4KB2
 

Recently uploaded

Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
lastri261
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 

BIOLOGI_M6KB3 PDF

  • 1. No Kode: DAR2/PROFESIONAL/190/6/2019 PENDALAMAN MATERI BIOLOGI MODUL 6 BIOTEKNOLOGI KEGIATAN BELAJAR 3 SEL PUNCA Eko Prasetya, M.Sc Dra. Cicik Suriani, M.Si Dr. Martina Restuati, M.Si Dr. Fauziyah Harahap, M.Si Drs. Puji Prastowo, M.Si Ahmad Shafwan S. Pulungan, S.Si, M.Si Wasis Wuyung Wisnu Brata, S.Pd, M.Pd Nanda Pratiwi, S.Pd. M.Pd KEMENTERIAN PENDIDIDKAN DAN KEBUDAYAAN 2019
  • 2.
  • 3. DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DAFTAR ISI 1 1. PENDAHULUAN 2 1.1. Deskripsi Singkat 2 1.2. Relevansi 2 1.3. Panduan Belajar 2 2. INTI 3 2.1. Capaian Pembelajaran 3 2.2. Sub Capaian Pembelajaran 3 2.3. Pokok Materi 3 2.4. Uraian Materi 4 i
  • 4.
  • 5. 1 2. PENDAHULUAN 1.1. DESKRIPSI SINGKAT Kegiatan Belajar 3 pada Modul 6 ini mengkaji tentang kultur sel tunggal, transplantasi inti, serta sel punca (stem cell) pada hewan. 1.2. RELEVANSI Kegiatan Belajar 3 pada Modul 6 memiliki relevansi sebagai pendalaman materi bagi guru untuk mempelajari perkembangan ilmu bioteknologi karena di dalamnya disajikan informasi yang cukup mendalam mengenai prinsip dasar kultur sel tunggal, transplantasi ini, serta sel punca (stem cell) pada hewan. Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat: (1) Mampu memahami prinsip dasar kultur sel tunggal. (2) Mampu memahami prinsip transplantasi inti. (3) Mampu memahami proses sel punca (stem cell) pada sel hewan. 1.3. PANDUAN BELAJAR (1) Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan kegiatan belajar ini agar Anda memahami keterkaitan pokok materi yang dibahas pada kegiatan belajar ini serta mengetahui kemampuan yang diharapkan dari pembelajaran di kegiatan belajar ini. (2) Pelajari setiap pokok materi dari kegiatan belajar ini dan beri tanda pada konsep-konsep penting sesuai dengan kemampuan yang diharapkan. (3) Kerjakan latihan dan tes formatif yang tersedia untuk mengetahui sejauh mana pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari. (4) Untuk lebih mendalam, diharapkan Anda membaca buku referensi yang terkait pokok materi dalam kegiatan belajar ini serta manfaatkanlah peluang pertemuan dengan instruktur dan teman sejawat untuk mendiskusikan hal- hal yang Anda kurang pahami, oleh karena itu persiapkanlah bahan sebelum anda melaksanakan tutorial atau berdiskusi dengan instruktur dan teman sejawat.
  • 6. 2 3. INTI 2.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN Menguasai materi esensial Mata Pelajaran Biologi SMA termasuk advance material materi bidang studi biologi yang mencakup: (1) keragaman dan keseragaman dalam makhluk hidup; (2) Struktur dan Fungsi dalam makhluk hidup; (3) Pertumbuhan, perkembangan dan diferensiasi; (4) Interaksi dan interdependensi; (5) Energi, materi dan organisasi kehidupan; (6) Prinsip emeliharaan keseimbangan yang dinamis; dan (7) Pewarisan sifat dan Evolusi termasuk advance materials yang dapat menjelaskan aspek ‘apa’ (konten), ‘mengapa’ (filosofi) dan ‘bagaimana’ (penerapan dalam kehidupan keseharian) dalam kerangka biologi sebagai inkuiri Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Mampu menganalisis konsep dan prinsip-prinsip esensial prinsip pemeliharaan keseimbangan yang dinamis. 2.2. POKOK-POKOK MATERI a. Kultur sel tunggal b. Transplantasi inti c. Sel punca (stem cell) pada hewan
  • 7. 3 2.3. URAIAN MATERI 2.3.1. Kultur sel tunggal Sejalan dengan kemajuan teknologi DNA, ilmuwan telah mengembangkan dan menyempurnakan metode untuk melakukan kloning pada organisme multiseluler melalui kultur sel tunggal. Kloning dapat menghasilkan satu atau lebih organisme yang identik secara genetis dengan induk sel tunggalnya. Kata “Clon” berasal dari bahasa Yunani yang artinya “ranting”. Saat ini, kloning organisme melalui sel tunggal sangat penting karena dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan banyak jaringan yang berbeda dari satu sel induk. Kloning hewan dan tumbuhan telah dilakukan sejak 50 tahun yang lalu dalam berbagai percobaan untuk menjawab pertanyaan tentang biologi dasar. Sebagai contoh, teori-teori terkait sel yang menyatakan bahhwa seluruh organisme berasal dari sel. Banyak para ilmuwan dahulu bertanya-tanya apakah semua sel dalam tubuh organisme multiseluler memiliki gen yang sama atau apa yang terjadi jika sebuah sel kehilangan gen selama proses diferensiasi perkembangannya. Salah satu cara untuk menjawab pertanyaan ini adalah dengan melihat apakah sel yang berasal dari jaringan berbeda dapat membentuk organisme utuh, dengan kata lain, apakah kloning organisme itu mungkin untuk dilakukan. Kultur tanaman melalui sel tunggal telah dilakukan oleh F. C. Steward dan murid-muridnya pada tahun 1950 di Cornell Univesity menggunakan tanaman wortel (Gambar 1). Mereka menemukan bahwa sel pada jaringan berbeda pada wortel jika dibiakkan dalam media yang tepat dapat tumbuh menjadi individu dewasa yang secara genetis identik dengan tanaman induknya. Pada tumbuhan, setiap sel dapat berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel pada tumbuhan tersebut untuk membentuk suatu organisme. Potensi setiap sel seperti itu disebut dengan Totipotensi. Kultur tanaman saat ini telah digunakan secara luas pada bidang pertanian. Pada beberapa tanaman, seperti anggrek, kultur merupakan satu-satunya cara yang praktis memproduksi tanaman untuk keperluan komersial. Kultur tanaman juga
  • 8. 4 telah digunakan untuk memproduksi tanaman dengan sifat yang unggul seperti produksi cepat dan tahan terhadap patogen. Gambar 1. Kultur sel tunggal tanaman wortel (Sumber: Reece, et al., 2011) Salah satu harapan besar dari para peneliti terhadap proyek besar penelitian terkait genom tanaman adalah ditemukannya gen unggul untuk dikembangkan
  • 9. 5 melalui bioteknologi. Perkembangan ilmu bioteknologi difasilitasi oleh teknologi kultur jaringan. Melalui teknologi kultur jaringan, tanaman unggul dapat dengan mudah diperbanyak hanya menggunakan sel tunggal dari tanaman unggul. Kultur jaringan pada tumbuhan lebih mudah dibandingkan dengan kultur jaringan pada hewan yang dikenal dengan istilah kloning. Kemampuan totipotensi mendukung tanaman untuk tumbuh dari sel somatik dan dapat mengekspresikan gen-gen yang sebelumnya tidak terekspresi hingga tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang utuh jika ditempatkan pada kondisi yang sesuai. Keberhasilan teknik kultur sel, jaringan, atau organ tanaman sangat ditentukan oleh penggunaan bahan awal berupa media nutrisi yang tepat serta hormon yang memaksimalkan pertumbuhan dan mendorong terjadinya diferensiasi pada tanaman. Sebagian besar kultur jaringan tanaman dimulai dari sel eksplan atau sebagian kecil jaringan dari tanaman utuh yang ditumbuhkan dalam kondisi steril. Pada kondisi kultur yang tepat, sel-sel tanaman tersebut akan berkembang membentuk organ (akar, embrio, primordial daun, dan sebagainya) dan bahkan dapat meregenerasi seluruh tanaman. Pada teknik rekayasa genetika, manipulasi genetik dapat dilakukan pada tingkat sel tunggal dalam kultur sel tanaman yang kemudian akan membawa sifat genetik pada tahapan perkembangannya. Teknik kultur jaringan juga dapat digunakan untuk memproduksi secara massal tanaman yang identik (klon) dengan sifat unggul. Pendekatan ini digunakan oleh berbagai produksi komersial dari tanaman dengan sifat unggul pada skala industri. Teknik kultur jaringan dapat dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan tipe awal jaringan tanaman yang digunakan sebagai eksplan dan komposisi media pertumbuhan yang digunakan. a. Kultur Kalus Kultur kalus mengacu pada pertumbuhan massa sel tanaman yang tidak terorganisir dalam kultur. Untuk menghasilkan kultur kalus, sebuah eksplan umumnya berisi sel meristematik dan diinkubasi pada media pertumbuhan yang mengandung pengatur pertumbuhan tanaman tertentu seperti auksin dan
  • 10. 6 sitokinin. Sel-sel yang tumbuh dari eksplan yang membentuk massa sel dan tidak berdiferensiasi disebut dengan kalus. Massa sel yang tumbuh tidak terorganisir ini analog dengan tumor pada tanaman. Sel dapat berkembang tanpa batas waktu jika sel ditransfer secara berkala ke media pertumbuhan yang segar. Namun, jika sel-sel kalus dipindahkan ke media pertumbuhan yang mengandung nutrisi berbeda dari regulator pertumbuhan tanaman, sel-sel kalus dapat diarahkan untuk berdiferensiasi menjadi akar atau pucuk. Proses mengubah pertumbuhan sel tanaman yang tidak terorganisir menjadi terorganisir untuk memproduksi tunas dan akar disebut organogenesis. Pertumbuhan kalus hingga cukup jelas perkembangan organ-organ tanamannya disebut dengan planlet. Ketika plantlet yang diperoduksi melalui mekanisme organogenesis cukup besar, plantlet dapat ditransfer ke wadah yang lebih besar dengan nutrisi atau tanah hingga tumbuh menjadi tanaman dewasa. b. Kultur Suspensi Sel Kultur suspensi sel tanaman melibatkan pertumbuhan sekelompok sel tunggal tanaman dalam media pertumbuhan cair. Kultur suspensi sel biasanya diawali dengan transfer sel kalus pada medium cair yang mengandung kombinasi zat pengatur tumbuh dan bahan kimia tertentu yang mendorong pemisahan sel menjadi sel tunggal. Kultur suspensi sel sering digunakan dalam aplikasi penelitian dimana akses pada sel tunggal menjadi faktor penting dalam penelitian. Kultur suspensi sel dapat digunakan untuk memilih sel-sel dengan sifat yang diinginkan seperti kemampuan untuk toleransi terhadap herbisida atau toleransi terhadap garam. Kultur kalus juga dapat digunakan untuk memproduksi senyawa metabolit yang dihasilkan oleh sel tanaman tertentu. Hal ini berkaitan dengan produksi produk tanaman, metabolit nabati penting, bahan kimia obat, maupun minyak tertentu. Kultur suspensi sel juga dapat berkembang menjadi tanaman utuh melalui proses embriogenesis sel somatik. Sel tanaman terpilih dapat diisolasi dan dipindahkan ke media baru untuk ditumbuhkan menjadi individu yang baru.
  • 11. 7 c. Isolasi dan Kultur Protoplas Protoplas adalah sel tanaman yang dinding-dinding selnya telah dihilangkan melalui proses enzimatik hingga tersisa membran plasma. Protoplas tanaman erat kaitannya dengan penelitian yang terhambat karena adanya dinding sel. Setelah dinding sel dihilangkan melalui proses enzimatik, secara alami protoplas tanaman akan mensintesis ulang dinding sel yang baru. Protoplas tanaman juga lebih mudah ditransformasikan dengan DNA asing. Selain itu, protoplas yang diisolasi dari tanaman yang berbeda dapat melakukan fusi dengan protoplas dari tanaman lainnya untuk membentuk hibrid. Jika sel hasil fusi protoplas diregenerasi menjadi tanaman utuh, tanaman hibrida ini akan membawa kombinasi genetik baru dari dua sel yang berbeda. Sel hasil fusi daat ditransfer ke media pertumbuhan yang baru hingga regenerasi dinding sel terjadi dan diikuti oleh pembelahan sel untuk membentuk kalus hingga terjadi proses organogenesis untuk membentuk tumbuhan yang baru. d. Kultur Polen Pada bunga, kepala sari merupakan organ yang mengandung serbuk sari. Dalam perkembangan bunga secara normal, kepala sari yang matang dan terbuka memungkinkan serbuk sari untuk menyebar dengan bantuan angin atau serangga. Dalam kultur polen, kepala sari dipisahkan dari bunga dan dipindahkan pada media pertumbuhan yang sesuai. Dalam periode waktu yang singkat, sel serbuk sari (polen) dapat dimanipulasi untuk membentuk plantlet yang dapat tumbuh dalam kultur hingga menjadi tanaman dewasa. Perkembangan planlet pada kultur polen biasanya berlangsung melalui pembentukan embrio. Tanaman yang diproduksi oleh kultur polen biasanya haploid karena awalnya hanya berupa sel serbuk sari yang telah mengalami pembelahan meiosis. Untuk duplikasi kromosom dapat menggunakan metode poliploid dengan memanfaatkan kolkhisin sehingga memungkinkan terjadinya
  • 12. 8 duplikasi kromosom. Duplikasi kromosom mengubah tanaman haploid yang steril menjadi tanaman diploid yang subur. Pada kondisi ini, tanaman yang diproduksi bersifat homozigot bahkan cenderung bersifat resesif. Tanaman homozigot sangat berguna untuk menguji sifat resesif pada tanaman. e. Kultur Organ Tanaman Organ tanaman dapat tumbuh menjadi individu baru pada kondisi yang sesuai sehingga metode ini dapat digunakan untuk mengembangkan tanaman dari organ tanaman. Sebagai contoh, bunga tanaman pada tomat yang telah diserbuki dapat dipotong dan dipindahkan pada labu kultur yang mengandung media yang sesuai. Seiring waktu, bagian ovular tanaman akan berkembang menjadi buah tomat yang akhirnya akan berubah menjadi tomat matang. Bagian akar tanaman juga dapat dipotong dan dipindah pada media pertumbuhan cair. Pada media ini, akar dapat berkembang membentuk akar primer dan sekunder. 2.3.2. Transplantasi inti Sel hewan yang telah berdiferensiasi pada umumnya tidak dapat ditumbuhkan dalam kultur sel sehingga sulit untuk mengembangkan kultur sel tunggal dari sel hewan. Penggunakan sel hewan pada kultur sel menggunakan pendekatan transplantasi inti. Pendekatan ini dilakukan dengan cara membuang inti nukleus yang tidak dibuahi atau yang dibuahi dengan nukleus dari organisme yang berbeda. Nukleus dari sel donor akan mempertahankan kemampuan genetiknya sehingga sel akan berkembang membentuk seluruh jaringan, organ, dan sistem organ suatu organisme. Percobaan transplantasi inti telah dilakukan oleh Robert Briggs dan Thomas King pada tahun 1950-an dengan menggunakan katak (Rana pipiens) dan Jhon Gurdon pada tahun 1970 menggunakan spesies katak (Xenopus laevis). Para peneliti ini mentransplantasikan inti dari sel embrio atau berudu pada telur (inti telur telah dihilangkan) dari spesies yang sama. Eksperimen Gurdon menunjukkan
  • 13. 9 bahwa transplantasi inti dapat mendukung perkembangan telur secara normal menjadi berudu (Gambar 2). Gurdon menemukan bahwa transplantasi inti sangat tergantung dengan usia pendonor nukleus, dimana semakin tua usia nukleus donor, maka semakin rendah persentase berudu yang berkembang secara normal. Gurdon menyimpulkan bahwa terjadi perubahan di dalam nukleus ketika sel hewan berdiferensiasi. Pada tahun 1970, para peneliti dari Roslin Institute di Skotlandia menyatakan telah berhasil melakukan kloning pada seekor domba dengan menggunakan transplantasi inti dari sel yang berbeda (Gambar 3). Para peneliti ini membiakkan sel dari kelenjar susu pada medium bernutrisi. Nukleus dari sel kelenjar susu (donor nukleus) kemudian ditransplantasikan pada sel telur domba dan ditanamkan pada induk pengganti. Sel diploid tersebut kemudian membelah untuk membentuk embrio awal. Dari beberapa ratus embrio yang ditanam, satu sel berhasil berkembang secara normal dan menjadi organisme utuh. Domba tersebut hingga saat ini dikenal dengan nama domba Dolly. Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa DNA dan kromosom domba Dolly memang identik dengan DNA dan kromosom donor nukleus. Kematian domba Dolly pada usia 6 tahun yang diakibatkan oleh komplikasi penyakit paru-paru yang biasanya menyerang domba yang jauh lebih tua menghadirkan spekulasi bahwa sel dengan nukleus yang berasal dari donor tidak cukup baik untuk perkembangan domba secara normal. Saat ini, para peneliti telah melakukan kloning pada banyak mamalia termasuk tikus, kucing, kuda, sapi, babi, anjing, dan monyet. Hewan hasil kloning dari spesies yang sama tidak selalu terlihat atau berperilaku identik. Contohnya pada kucing hasil kloning pertama yang diberi nama CC (carbon copy), memiliki corak bulu yang berbeda (corak bulu abu-abu) dibandingkan dengan induk donor nukleusnya (corak bulu jingga dan abu-abu). Selain ciri morfologi, perilaku antara kucing CC (aktif bermain) juga berbeda jika dibandingkan dengan induk donor nukleusnya (pendiam). Perbedaan semacam ini diakibatkan aktivasi gen secara acak yang dipengaruhi oleh lingkungan. Pengaruh lingkungan serta fenomena acak
  • 14. 10 yang terjadi pada DNA memainkan peranan penting selama tahapan perkembangan. Gambar 2. Kultur sel dari sel embrionik (belum terdiferensiasi) dan sel usus (sudah terdiferensiasi) pada katak (Xenopus laevis) (Sumber: Reece, et al., 2011)
  • 15. 11 Gambar 3. Proses kloning domba “Dolly” menggunakan donor sel dan donor nukleus (Sumber: Reece, et al., 2011)
  • 16. 12 Keberhasilan pada kloning mamalia memunculkan spekulasi tentang kloning manusia. Beberapa peneliti di seluruh dunia telah mencoba untuk memulai langkah kloning pada manusia. Pendekatan yang paling umum digunakan adalah menggunakan transplantasi inti ke telur yang tidak dibuahi, kemudian merangsang telur untuk membelah. Tahun 2001, sekelompok peneliti di perusahaan bioteknologi di Massachusetts, negara bagian Amerika Serikat, telah mengamati pembelahan sel awal pada proses kloning sel manusia. Seoul National university di Korea Selatan mengklaim telah berhasil mengkloning sel manusia hingga tahap blastosit, walaupun kemudian hasil penelitian tersebut diragukan karena ditemukan beberapa kesalahan prosedur. Tahun 2007, Pusat Penelitian Nasional Primata di Oregon telah berhasil mengkloning embrio primata (macaque) hingga tahap blastosit. Penemuan ini kemudian mengarahkan teknologi transplantasi inti ini satu langkah lebih dekat ke kloning manusia. Percobaan kloning menggunakan teknik transplantasi telah banyak dilakukan, tetapi hanya sebagian kecil embrio yang mampu berkembang normal hingga akhir. Para ilmuwan menyatakan bahwa, hewan hasil kloning yang tampak normal sekalipun ternyata memiliki cacat halus. Pada nukleus sel yang telah terdiferensiasi, sebagian gen telah diaktifkan dan sisanya di nonaktifkan. Selama proses transplantasi inti, perubahan nukleus pada sel donor menyebabkan berubahnya aktivasi gen dari yang seharusnya. Aktivasi dan inaktivasi gen secara tepat mempengaruhi tahapan perkembangan awal sel. Para peneliti menemukan bahwa DNA di dalam sel yang telah terdiferensiasi memiliki lebih banyak kelompok metil daripada DNA di dalam sel embrio pada spesies yang sama. Penemuan ini menunjukkan bahwa nukleus donor membutuhkan restrukturisasi kromatin yang tidak lengkap selama prosedur kloning. Metilasi pada DNA membantu proses ekspresi gen, gugus metil yang tidak tepat dalam DNA nukleus donor dapat mengganggu pola ekspresi gen yang diperlukan untuk perkembangan embrio secara normal. Oleh karena itu, keberhasilan kloning sangat tergantung apakah kromatin dalam nukleus donor
  • 17. 13 dapat dimodifikasi secara artifisial agar menyerupai kondisi kromatin pada saat sel telur baru dibuahi. 2.3.3. Sel punca (stem cell) pada hewan Kloning pada manusia tidak bertujuan untuk reproduksi, tetapi bertujuan untuk memproduksi sel induk yang dapat digunakan untuk pengobatan penyakit manusia. Sel punca (stem Cell) merupakan sel yang tidak terspesialisasi sehingga dapat bereproduksi sendiri tanpa batas dan dalam kondisi yang sesuai dapat berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel. Sel punca mampu mempertahankan jumlahnya dan dapat menghasilkan sel yang mampu berdiferensiasi. Embrio hewan banyak mengandung sel punca. Sel punca pada embrio awal dapat diisolasi pada tahapan blastula (pada manusia disebut blastosit) dan kemudian dibiakkan dalam medium kultur khusus sehingga sel embrionik ini dapat memperbanyak diri tanpa batas. Modifikasi medium kultur khusus dapat digunakan untuk merangsang sel embrionik berdiferensiasi menjadi jenis sel tertentu. Potensi sel embrionik lebih menjanjikan dari pada sel induk dewasa karena sel embrionik memiliki potensi pluripoten, yaitu dapat berdiferensiasi menjadi banyak jenis sel yang berbeda. Selain sel embrionik, pada tubuh dewasa juga terdapat sel punca yang berfungsi menggantikan sel-sel tertentu. Sel punca pada tubuh dewasa tidak dapat berdiferensiasi menjadi seluruh jenis sel dalam organisme seperti pada sel embrionik, meskipun sel punca tersebut dapat berdiferensiasi menjadi banyak jenis sel. Sel punca pada sumsum tulang belakang dapat berdiferensiasi menjadi semua jenis sel darah yang berbeda, sel tulang, tulang rawan, lemak, otot, dan lapisan pembuluh darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sel punca juga terdapat pada otak, kulit, rambut, mata, dan pulpa gigi. Penelitian untuk mencari sel punca pada tubuh dewasa masih dilakukan hingga saat ini. Tujuan utama pencarian ini adalah menyediakan sel punca untuk memperbaiki organ rusak pada manusia yang disebabkan oleh penyakit contohnya sel pankreas penghasil insulin, penyakit Parkinson, atau penyakit Huntington. Sel punca pada sumsum tulang belakang telah banyak digunakan sebagai sumber untuk sel yang menghasilkan sistem kekebalan
  • 18. 14 pada manusia yang dikarenakan rusaknya sistem kekebalan tersebut karena kelainan genetik, penyakit, atau kanker (Gambar 4). Gambar 4. Bekerja dengan sel punca embrionik dan sel punca dewasa (Sumber: Reece, et al., 2011) Sel punca memiliki potensi yang luar biasa untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel dalam tubuh selama fase awal kehidupan dan pertumbuhan.
  • 19. 15 Selain itu, pada berbagai jaringan tubuh, sel punca memiliki fungsi sebagai sistem perbaikan internal yang dapat berdiferensiasi tanpa batas selama organisme masih hidup. Ketika sel punca bermitosis, setiap sel baru yang dihasilkan memiliki potensi untuk tetap menjadi sel punca atau menjadi sel lain dengan fungsi khusus seperti sel otot, sel darah merah, atau sel otak. Sel punca dapat dibedakan dari jenis sel lainnya berdasarkan dua karakteristik utama. Pertama, sel punca merupakan sel yang tidak terspesialisasi dan mampu memperbarui diri melalui pembelahan sel walaupun terkadang tidak membelah dalam waktu yang lama. Kedua, sel punca dalam kondisi fisiologis tertentu, dapat diinduksi menjadi sel khusus untuk membentuk jaringan atau organ dengan fungsi yang khusus. Pada beberapa organ seperti usus dan sumsum tulang, sel punca secara teratur membelah untuk memperbaiki dan mengganti jaringan yang rusak. Namun pada organ lain seperti pankreas dan jantung, sel punca hanya membelah dalam kondisi khusus. Para ilmuwan membagi sel punca ke dalam dua jenis yaitu sel punca embrionik dan sel punca somatik atau non-embrionik. Hierarki sel punca disajikan pada Gambar 5. Para ilmuwan menemukan cara untuk mengisolasi sel punca embrionik dari embrio tikus pada tahun 1981. Studi lebih detail tentang cara memperoleh sel punca embrionik pada tikus menginisiasi metode untuk memperoleh sel punca pada embrio manusia. Embrio digunakan dalam penelitian dengan tujuan reproduksi dihasilkan melalui prosedur fertilisasi in vitro. Pada tahun 2006 pada peneliti mengidentifikasi kondisi yang memungkinkan beberapa sel dewasa diprogram ulang secara genetik untuk kembali seperti sel punca. Jenis sel punca baru ini disebut dengan induced pluripotent stem cells (iPSCs). Sel punca sangat penting bagi organisme hidup karena berbagai alasan. Pada saat embrio berusia 3 hingga 5 hari (blastosit), sel-sel pada masa itu mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel hingga terbentuk satu individu utuh. Pada beberapa jaringan dewasa seperti sumsum tulang, otot, dan otak, populasi sel punca dewasa menyediaan sel untuk menggantikan sel yang rusak, cidera, atau terkena penyakit. Dengan kemampuan regeneratifnya yang unik, sel punca memberikan harapan dan potensi baru untuk mengobati penyakit terkait kerusakan jaringan
  • 20. 16 seperti diabetes dan penyakit jantung. Studi laboratium tentang sel punca memungkinkan para ilmuwan untuk mempelajari sifat-sifat penting dari sel punca agar dapat dikembangkan menjadi obat baru untuk mengobati berbagai penyakit bawaan lahir maupun tidak. Gambar 5. Hierarki Sel Punca (ICM: Inner Cell Mass; PGCs: Primordial Germ Cell; ESCs: Embryonic Stem Cells; EGCs: Embryonic Germ Cells; iPSCS: Induced Pluripotent Stem Cells; FSCs: Follicle Stem Cells; MSCs: Mesenchymal Stem Cells; HSCs: Hematopoietic Stem Cells; NSCs: Neural Stem Cells) (Sumber: Forostyak et al., 2016)
  • 21. 17 a. Karakter Sel Punca Sel punca berbeda dengan jenis sel lainnya di dalam tubuh. Semua sel punca secara umum memiliki tiga karakter yaitu (1) membelah dan memperbaharui diri untuk waktu yang lama, (2) tidak terspesialisasi, dan (3) dapat berdiferensiasi menjadi berbagai tipe sel khusus. Tidak seperti sel otot, sel darah, atau sel saraf (Gambar 6) yang tidak mereplikasi dirinya sendiri, sel punca dapat bereplikasi berkali-kali atau berkembang biak. Populasi awal sel punca yang berproliferasi selama berbulan-bulan di laboratorium dapat menghasilkan jutaan jenis sel. Gambar 6. Karakter sel punca dapat berdiferensiasi menjadi berbagai tipe sel (Sumber: Jose, 2017) Para ilmuwan berusaha memahami dua sifat dasar sel punca yang berhubungan dengan kemampuan memperbarui diri. Pertanyaan utamanya adalah mengapa sel punca embrionik mampu berkembang biak selama satu tahun atau lebih di laboratorium tanpa terjadi diferensiasi sedangkan sel punca somatik tidak bisa serta apa saja faktor dari dalam organisme hidup yang mengatur proliferasi dan perbaharuan sel punca. Para ilmuwan butuh hingga dua dekade belajar bagaimana
  • 22. 18 menumbuhkan sel induk embrionik manusia di laboratorium. Hingga saat ini, para ilmuwan masih telrus mempelajari berbagai sinyal yang memungkinkan sel punca dapat tumbuh mejadi berbagai jenis jaringan. Sel punca tidak terspesifikasi. Salah satu sifat dasar dari sel punca adalah tidak memiliki struktur spesifik jaringan yang memungkinkan sel menjalankan fungsi-fungsi khusus, namun, sel punca yang tidak terspesialisasi dapat memunculkan sel khusus termasuk sel otot, sel darah, atau sel saraf. Sel punca dapat berdiferensiasi menjadi sel khusus. Ketika sel punca yang tidak terspesialisasi berdiferensiasi menjadi sel khusus, proses tersebut dinamakan dengan proses diferensiasi. Untuk berdiferensiasi, sel biasanya melalui beberapa tahapan dan pada setiap tahapan sel menjadi lebih spesifik. Para ilmuwan saat ini sudah mulai memahami setiap tahapan diferensiasi sel yang berasal dari sinyal dalam sel dan luar sel yang memicu setiap tahapan dari proses diferensiasi. Sinyal internal dikendalikan oleh gen di dalam sel. Sinyal eksternal dikendalikan oleh bahan kimia yang disekresikan oleh sel lain, kontak fisik dengan sel tetangganya, dan molekul tertentu dalam lingkungan mikro. Interaksi sinyal selama tahapan diferensiasi mempengaruhi gen di dalam DNA sel. Sel punca dewasa biasanya menghasilkan jenis sel dari jaringan tempat sel tersebut berada. Sebagai contoh, sel punca dewasa pembentuk darah di sumsum tulang biasanya menghasilkan banyak sel darah. Secara umum telah diketahui bahwa sel pembentuk darah terdapat di sumsum tulang belakang yang disebut dengan sel punca hematopoietik, tidak dapat berdiferensiasi menjadi jaringan yang berbeda seperti sel-sel saraf di otak. b. Sel Punca Embrionik Sel punca embrionik berasal dari embrio yang berkembang dari sel telur yang telah dibuahi secara in vitro yang disumbangkan untuk kepentingan penelitian dengan persetujuan dari donor (Gambar 7). Sel punca yang digunakan umumnya tidak berasal dari sel telur yang dibuahi dalam tubuh wanita karena hal tersebut melanggar bioetik.
  • 23. 19 Gambar 7. Sel punca embrionik Human embryonic stem cells (hESCs) dihasilkan dengan mentransfer sel- sel dari embrio pada tahapan pra-implantasi ke medium kultur laboratorium yang berisi nutrisi. Pada metode yang sebenarnya, medium dilapisi oleh sel kulit embrionik tikus yang diberi perlakuan khusus sehingga tidak akan membelah. Lapisan ini disebut dengan lapisan pengumpan. Sel-sel embrionik kulit tikus akan menyediakan permukaan yang lengket sehingga sel punca embrionik dapat
  • 24. 20 menempel. Tapi saat ini, sel punca embrionik dapat ditumbuhkan pada medium kultur tanpa lapisan pengumpan. Selama sel punca embrionik dalam kultur ditanam dalam kondisi yang sesuai, sel punca dapat tetap tidak terdiferensiasi (tidak terspesifikasi). Tetapi jika sel punca dibiarkan menggumpan membentuk tubuh embrioid, sel punca akan mulai berdiferensiasi secara spontan. Meskipun proses diferensiasi spontan merupakan indikasi bahwa sel punca tersebut sehat, namun prosesnya tidak terkontrol. Jadi, untuk menghasilkan kultur sel yang spesifik, para ilmuwan mencoba mengendalikan diferensiasi sel punca embrionik. Para ilmuwan mengubah komposisi kimia media kultur, pengubah permukaan medium kultur, atau memodifikasi sel dengan memasukkan gen spesifik. Melalui eksperimen selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah menetapkan beberapa metode dasar untuk diferensiasi sel punca embrionik menjadi beberapa tipe sel tertentu. Jika para ilmuwan dapat secara tepat mengarahkan proses diferensiasi sel- sel punca embrionik pada tipe-tipe sel tertentu, maka dimasa yang akan datang, sel ini dapat digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu dimasa depan. Penyakit yang mungkin dapat diobati dengan transplantasi sel yang dihasilkan dari sel punca embrionik manusia antara lain diabetes, cedera sumsum tulang belakang, disrofi otot, jantung, gangguan penglihatan dan pendengaran. c. Sel Punca Dewasa Sel punca dewasa dianggap sebagai sel yang belum berdiferensiasi karena ditemukan diantara sel-sel yang berdiferensiasi dalam jaringan atau organ. Sel punca dewasa dapat memperbaharui dirinya sendiri dan dapat berdiferensiasi untuk menghasilkan beberapa atau semua jenis sel khusus utama dari jaringan atau organ. Peran utama sel punca dewasa dalam organisme hidup adalah untuk memelihara dan memperbaiki jaringan dimana sel tersebut ditemukan. Para ilmuwan menggunakan istilah sel punca dewasa atau sel punca somatik dan juga sel punca non-embrionik untuk merujuk dimana tempat ditemukannya sel punca tersebut (bukan bakal sel kelamin, sel sperma, atau sel telur). Tidak seperti sel punca
  • 25. 21 embrionik, sel punca dewasa hanya terdapat pada beberapa jaringan dewasa dan masih diteliti hingga saat ini (Gambar 8). Gambar 8. Sel punca dewasa pada berbagai jaringan dan organ tubuh manusia Penelitian tentang sel punca dewasa telah membawa perubahan pada penelitian tentang sel punca. Sel punca dewasa ditemukan lebih banyak dari pada yang dibayangkan pada awalnya. Temuan ini mengarahkan para peneliti dan dokter untuk menguji apakah sel punca dewasa dapat digunakan pada pengobatan transplantasi sel. Faktanya, sel punca hematopoietik yang membentuk darah pada sumsum tulang telah digunakan pada transplantasi selama lebih 40 tahun. Para ilmuwan sekarang memiliki bukti bahwa sel punca juga terdapat di otak dan jantung. Jika diferensiasi sel punca dewasa dapat dikontrol di laboratorium, sel-sel ini dapat menjadi dasar terapi berbasis transplantasi sel. Pada tahun 1960-an, para ilmuwan yang mempelajari tikus menemukan terdapat dua wilayah otang yang mengandung sel pembagi yang akhirnya menjadi
  • 26. 22 sel saraf. Saat itu, sebagian besar ilmuwan percaya bahwa otak dewasa tidak dapat menghasilkan sel saraf baru. Baru pada tahun 1990-an para ilmuwan sepakat bahwa otak orang dewasa memang mengandung sel-sel punca yang mampu menghasilkan tiga jenis sel utama pada otak (astrosit, oligodendrosit, dan neuron). Sel punca dewasa telah diidentifikasi pada banyak organ dan jaringan termasuk otak, sumsum tulang, darah tepi, pembuluh darah, otot rangka, kulit, gigi, jantung, usus, hati, epitel ovarium, dan testis. Sel punca dewasa berada pada area spesifik dari setiap jaringan. Sel punca mungkin tidak mengalami pembelahan dalam jangka waktu yang lama hingga sel tersebut diaktifkan untuk perbaikan jaringan oleh penyakit atau cidera ringan. Biasanya ada sejumlah kecil sel punca di setiap jaringan dan setelah dikeluarkan dari tubuh, kapasitas sel punca untuk membelah menjadi terbatas sehingga proses regenerasi sel punca dalam jumlah besar menjadi sulit. Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, sel punca dewasa terdapat di banyak jaringan dan sel tersebut mengalami diferensiasi untuk membentuk sel khusus sesuai dengan tempat dimana sel tersebut berada. Berikut ini contoh jalur diferensiasi sel induk dewasa: 1) Sel punca hematopoietik. Sel punca hematopoietik dapat berdiferensiasi menjadi semua jenis sel darah sperti sel darah merah, limfosit B, limfosit T, neutrofil, basofil, eosinosil, monosit, dan makrofag (Gambar 9). 2) Sel punca mesenkim. Sel punca mesenkim telah dilaporkan terdapat pada banyak jaringan. Sel yang berasal dari sumsum tulang (sel punca stroma sumsum tulang dan sel punca skeletal) dapat berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel seperti sel tulang (osteoblas dan osteosit), sel tulang rawan (kondrosit), sel lemak (adiposit), dan sel stroma yang mendukung pembentukan darah (Gambar 10). Namun belum jelas seberapa mirip atau berbeda sel mesenkim yang berasal dari sumsum tulang dibandingkan dengan yang berasal dari stroma sumsum tulang.
  • 28. 24 Gambar 10. Sel punca mesenkim dan sel diferensiasinya 3) Sel punca saraf. Sel punca saraf diotak dapat berdiferensiasi menjadi tiga jenis sel utama otak seperti sel saraf (neuron) dan dua sel non-nouron (oligodendrosit dan astrosit) (Gambar 11). 4) Sel punca epitel. Sel punca epitel pada lapisan saluran pencernaan terjadi pada kriptus dalam dan dapat berdiferensiasi menjadi beberapa tipe sel seperti sel penyerap, sel piala, sel paneth, dan sel enteroendokrin. 5) Sel punca kulit. Sel punca kulit terdapat pada lapisan basal epidermis dan di pangkal folikel ramput. Sel punca ini dapat berdiferensiasi menjadi keratinosit yang
  • 29. 25 bermigrasi ke permukaan kulit untuk membentuk lapisan pelindung. Sel punca folikel dapat berdiferensiasi menjadi folikel rambut dan epidermis. Gambar 11. Sel punca saraf dan sel diferensiasinya serta molekul kecil, sitokinin, dan faktor pertumbuhannya d. Induced Pluripotent Stem Cells (iPSCs) Induced pluripotent stem cells adalah sel punca dewasa yang telah diprogram ulang secara genetik pada keadaan seperti sel punca embrionik dengan dipaksa untuk mengekspresikan gen dan faktor penting untuk mempertahankan sifat-sifat yang menentukan sel induk embrionik (Gambar 12). Meskipun sel ini telah memenuhi kriteria sebagai sel punca pluripoten, belum diketahui apakah iPSCs dan sel punca embrionik berbeda secara klinis. iPSCs pada tikus menunjukkan karakteristik penting dari sel punca pluripotent, termasuk mengekspresikan penanda sel punca, membentuk tumor yang
  • 30. 26 mengadung sel dari tiga lapisan utama (ektoderm, mesoderm, dan endoderm) dan mampu membentuk banyak jaringan yang berbeda ketika diintroduksikan pada embrio tikus pada tahap perkembangan yang sangat awal. Gambar 12. Skema penggunaan Induced Pluripotent Stem Cells (iPSCs)
  • 31. 27 Gambar 11. Manfaat sel punca pada bidang kesehatan sebagai terapi gen, penemuan obat baru, dan biomarker untuk diagnosis penyakit
  • 32. 28 e. Potensi dan Manfaat Sel Punca Manusia Tujuan utama dari penelitian sel punca adalah untuk mengidentifikasi bagaimana sel punca yang tidak berdiferensiasi menjadi sel yang berdiferensiasi membentuk jaringan dan organ. Para ilmuwan paham bahwa menghidupkan dan mematikan gen adalah inti dari seluruh proses diferensiasi ini. Beberapa kondisi medis seperti kanker dan cacat lahir disebabkan oleh pembelahan sel yang abnormal dan kegagalan diferensiasi. Maka, pengendalian proliferasi dan diferensiasi sel membutuhkan penelitian tentang sinyal molekuler dan gen yang mengatur pembelahan dan spesialisasi sel. Sel punca manusia saat ini digunakan untuk menguji obat baru. Obat-obatan baru diuji keamanannya pada sel-sel yang dapat dibedakan berdasarkan garis sel pluripoten manusia. Garis sel kanker misalnya digunakan untuk menyeleksi obat anti kanker potensial. Ketersediaan sel punca berpotensi luas untuk pengujian berbagai jenis obat dalam berbagai jenis sel secara luas. Mungkin aplikasi potensial sel punca manusia yang paling penting adalah pembentukan sel dan jaringan yang dapat digunakan sebagai terapi berbasis sel. Saat ini, organ dan jaringan yang disumbangkan sering digunakan untuk menggantikan jaringan yang sakit atau rusak, tetapi kebutuhan akan jaringan dan organ jauh lebih besar daripada persediaan yang tersedia. Sel punca diarahkan untuk berdiferensiasi menjadi sel tertentu dan memberikan kemungkinan menjadi sumber terbarukan dari sel dan jaringan pengganti untuk mengobati berbagai penyakit terkait jaringan dan organ.
  • 33. 29