Cara Menggugurkan Kandungan Jual Obat Penggugur Jogja 08561234742
Modul 6 kb 5
1. ASUHAN NEONATUS,
BAYI, BALITA, ANAK
PRA SEKOLAH
MODUL
SEMESTER 3
Konsep Dasar Neonatus dan Bayi
dengan Penyulit dan Komplikasi serta
Permasalahannya
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
Nurlailis Saadah
Australia Indonesia Partnership for
Health System Strengthening
(AIPHSS)
KEGIATAN BELAJAR V
Asuhan Neonatus dan Bayi dengan
Bisulan (Furunkel) dan Infeksi
2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
2
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Pendahuluan
Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir
(neonatus) yang terbanyak disebabkan oleh
kegawat daruratan dan penyulit pada masa
neonatus, seperti bayi berat lahir rendah
(BBLR), asfixia neonatorum, sindromgawat
nafas,hiperbilirubinemia,sepsisneonatorum,
trauma lahir, dan kelainan kongenital. World
healt organization (WHO) dalam pernyataan
tentang neonatorum dunia tahun 2001
melaporkan bahwa penyebab langsung
kematian neonatus adalah infeksi (32%),
asfixia (29%), komplikasi prematuritas
(24%), Kelainan bawaan (10%), dan lain-
lain (5%). Timbulnya penyulit pada masa
neonatus ini sesungguhnya masih dapat di
cegah melalui berbagai upaya antara lain
melalui perbaikan tingkat kesehatan dan
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
ibu dan bayi baru lahir(neonatus).
Modulinidikemasdalambeberapakegiatan
belajar dalam waktu yang berbeda beda
serta tergantung banyak sedikitnya materi
yang dibahas. Adapun pembagian kegiatan
belajarnya sebagai berikut :
Kegiatan belajar 1 : Asuhan Neonatus,
bayi, dan balita dengan Muntah dan Gumoh
Kegiatan Belajar 2 : Asuhan Neonatus,
bayi, dan balita dengan Oral trush dan
Diaper rush
Gambar: Bayi menangis
Kegiatan Belajar 3 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Seborrhea dan Miliariasis
Kegiatan Belajar 4 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Diare dan Obstipasi
Kegiatan Belajar 5 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan furunkel dan infeksi
Kegiatan Belajar 6 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Hemangioma dan Bayi Mati
Mendadak
3. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
3Setelah selesai mempelajari modul ini
diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan
tentang asuhan neonatus yang ada pada
kegiatan belajar di atas.
Pemahaman tentang materi ini bisa
berjalan dengan baik jika mahasiswa selain
menguasai teori minimal pernah melihat dan
mengidentifikasi kasus-kasus tentang penyulit
dan komplikasi pada neonatus.
Proses pembelajaran ini akan berjalan baik dan
lancar apabila saudara juga memahami tentang
upaya terjadinya penyulit dan komplikasi pada
bayi.
Baiklah bagi semua mahasiswa selamat belajar
semoga sukses dalam memahami materi
kuliah ini sesuai dengan tujuan yang telah di
rumuskan.
Proses pembelajaran untuk materi Deteksi
kegawatdaruratan maternal neonatal ini, dapat
berjalan dengan lancar apabila Anda mengikuti
langkah langkah belajar sebagai berikut:
a. Mempelajari dengan seksama, cermat,
dan teliti setiap kegiatan belajar, sehingga
diperoleh pengetahuan, pemahaman yang
mendalam dan menyeluruh.
b. Pada setiap kegiatan belajar disediakan
beberapa tugas, Tugas-tugas tersebut
sebaiknya dikerjakan sesuai dengan
petunjuk yang ada. Apabila ditemukan
kesulitan dalam penyelesaian tugas, perlu
dipelajari kembali materi kegiatan belajar
yang terkait dengan tugas-tugas yang
menyertainya.
c. Setelah belajar dan berlatih dengan baik,
langkah selanjutnya adalah mengerjakan
tes formatif. Hasil tes formatif sebaiknya
diteliti kembali dengan cermat. Jika sudah
yakin mengenai kebenaran hasil tes, barulah
masuk ke langkah pencocokan dengan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Selamat belajar, semoga berhasil
Gambar: Bayi menyusui
kunci jawaban yang tertera dibagian
akhir setiap kegiatan belajar.
d. Membaca umpan balik dan tindak
lanjut. Jika hasil tes baik atau baik sekali,
kegiatan tahap belajar berikutnya
dapat ditempuh. Jika hasil tes cukup
atau kurang, tes formatif harus diulang
sekali lagi. Jika belum berhasil, maka
kegiatan belajar perlu diulang kembali,
baru melaksanakan tes formatif lagi.
e. Jika kegiatan belajar telah diulang,
namun tes formatif masih cukup atau
kurang, perlu dilakukan konsultasi
khusus dengan dosen.
Diharapkan agar petunjuk-petunjuk diatas
dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan
sehingga Anda dapat mencapai hasil
belajar sesuai dengan harapan.
Baiklah Saudara peserta Pendidikan jarak
Jauh, selamat belajar, semoga Anda sukses
memahami pengetahuan yang diuraikan
dalam modul ini sebagai bekal bertugas
sebagai bidan di daerah dengan baik.
4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
4
Kegiatan
Belajar 5
Asuhan Neonatus dan Bayi dengan
Bisulan (Furunkel) dan Infeksi
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Pokok-Pokok Materi
Kemampuan akhir yang diharapkan setelah menempuh kegiatan belajar ini adalah saudara
mampu menjelaskan konsep dasar neonatus dan bayi dengan furunkel dan Infeksi.
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini saudara akan mampu :
1. Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan neonatus dengan furunkel
2. Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan neonatus dengan Infeksi
Dalam kegiatan belajar 5 ini saudara akan mempelajari tentang :
1. Konsep dasar asuhan neonatus dengan furunkel/bisulan
2. Konsep dasar asuhan neonatus dengan Infeksi
5. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
5
Uraian
Materi
FURUNKEL
1. Pengertian
Furunkel (bisul) adalah peradangan pada folikel rambut pada klit dan jaringan sekitarnya
yang sering terjadi pada daerah bokong, kuduk, aksla, badan. Tangkai furunkel dapat
terbentuk pada lebih dari satu tempat yang biasa disebut sebagai furunkulosis. (Endang
Khoirunnisa, 2010)
Furunkel atau bisul adalah penyakit infeksi akut pada folikel rambut dan folikuler, bulat,
nyeri, berbatas tegas yang teratur dengan supurasi di tengah. Jika lebih dari satu disebut
furonkulosis. (Arief Mansjoer, 2000)
Stapholococcus aureus adalah penyebab infeksi piogenik kulit yang paling sering, ia dapat
juga menyebabkan furunkel, karbunkel, osteomelitis, artritis septik, infeksi luka, abses,
pneumonia, empiema, endokarditis, meningitis dan penyakit yang diperantai toksin,
termasuk keracunan makanan. (Ilmu kesehatan anak nelson. Vol 2/editor, Richard E.
Behrman, Hal :919)
2. Etiologi
Furunkel disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah :
a. Iritasi pada kulit
b. Kebersihan kulit yang kurang terjaga
c. Daya tahan tubuh yang rendah
d. Infeksi oleh Staphylococcus Aureus
e. Penyakit bisul yang paling utama jelas adanya infeksi kulit karena ulah mikroorganisme
(bakteri,jamur) dan benda asing lain yang merusak kulit (Potter Patricia A, 1990)
Bisul bisa disebabkan oleh tiga faktor lain, diantarannya :
1) Faktor dari dalam tubuh anak sendiri
Faktor dari dalam tubuh anak misalnya alergi. Jika anak punya bakat alergi, maka hal ini
menyebabkan terjadinya alergi harus dihindari agar tidak timbul bisul. Sebenarnya, tak
ada hubungan langsung antara bisul dengan alergi. Tetapi biasanya anak yang alergi lebih
Semangat..…..bagaimana sudah siap mepelajari materi lanjutan dari kegiatan belajar sebelumnya?
Gambar : BIsul pada kulit
6. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
6
sering mengalami bisulan. Diarenakan,
bila anak sering mengalami alergi
dengan keluhan gatal, anak terangsang
untuk menggaruk. Akibat garukan, dapat
terjadi kerusakan kulit atau luka yang
akhirnya dimasuki kuman lalu muncul
bisul.
2) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan seperti tempat tidur
dan lokasi bermain anak harus dijaga
kebersihan dan diupayakan agar tidak
terlalu lembab. Teman – teman bermain
anak juga harus diawasi. Jangan sampai
anak melakukan kontak fisik dengan anak
yang bisulan. Bakteri penyebab bisul bisa
menempel pada kulit anak yang masih rentan, kontak kulit bisa membuat anak tertular
bisul temannya.
3) Faktor kebersihan tubuh
Salah satu penyebab penyakit bisul yang paling banyak terjadi adalah karena faktor
kebersihan.Tubuhselalubersentuhansengankumandanbakteri,bilajarangdibersihkan,
bakteri ini tentu akan masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan bisul. Selain itu, kotoran
yang menempel pada permukaan kulit bisa menghambat pori-pori kulit, sehingga minyak
yang diproduksi di lapisan bawah kulit tidak bisa keluar, dan hal ini akan menyebabkan
bisulan.
Kebersihan tubuh anak misalnya akibat pemilihan pakaian yang ketat atau terbuat dari
bahan yang kurang menyerap keringat. Ini akan menghambat proses sirkulasi pada kulit
anak, menyebabkan kulit lembab, dan memudahkan berkembangbiaknya kuman. Bedak
juga memicu terjadi bisul karena menghambat keluarnya keringat.
3. Patofisiologi
Infeksi dimulai dari peradangan pada folikel rambut kulit (folikulitis) yang menyebar pada
jaringan sekitarnya. Radang nanah yang dekat sekali dengan kulit disebut pustule. Kulit
diatasnya sangat tipis, sehingga nanah di dalamnya dapat dengan mudah mengalir keluar.
Sedangkan bisulnya sendiri berada pada daerah kulit yang lebih dalam. Terkadang nanah
yang berada di dalam bisul diserap sendiri oleh tubuh tetapi lebih sering mengalir sendiri
melalui lubang pada kulit. Bakteri stafilokokus aureus umumnya masuk melalui luka ,
goresan atau robekan pada kulit. Respon primer host terdapat infeksi stafilokokus aureus
adalah mengerahkan sel PMN ke tempat masuknya kuman tersebut untuk melawan infeksi
yang terjadi. Sel PMN ini ditarik ketempat infeksi oleh komponen bakteri seperti formylate
peptides atau peptidoglikan dan sitokolin TNF (Tumor Necrosis Factor) dan IL (Interleukin)
yang dikeluarkan oleh sel endotel dan makrofak yang teraktivasi, hal tersebut menyebabkan
inflamasi dan terbentuklah pus (gabungan sel darah putih, bakteri, dan sel kulit mati) (Potter
Patricia A, 1990).
4. Gejala Klinis
Gejala yang timbul dari adanya furunkel bervariasi tergantung dari beratnya penyakit. Gejala
yang sering ditemui pada furunkel adalah :
1) Nyeri pada daerah ruam
2) Ruam pada daerah kulit berupa nodus eritematosa yang terbentuk kerucut dan memiliki
pustule.
3) Nodul dapat melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik yang dapat
Gambar : BIsul pada kepala bayi
7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
7
pecah membentuk fistel dan keluar melalui lobus minoris resistenstae.
4) Setelah seminggu kebanyakan akan pecah sendiri dan sebagian dapat menghilang
dengan sendirinya.
5. Penatalaksanaan
Asuhan yang diberikan pada neonatus dengan furunkel tergantung dari penyakit yang
dialaminya. Asuhan yang lazim diberikan adalah :
a. Kebanyakan furunkel tidak membutuhkan pengobatan dan akan sembuh dengan
sendirinya.
b. Pemeliharaan kebersihan daerah sekitar yang mengalami furunkel serta daerah
sekitarnya.
c. Pengobatan topikal, lakukan kompres hangat untuk mengurangi nyeri dan melunakkan
nodul. Kompres hangat dapat dilakukan sambil menutup ruam untuk mencegah
penularan ke daerah lainnya.
d. Jangan memijat furunkel terutama didaerah hidung dan bibir atas karena dapat
menyebabkan penyebaran kuman secara hematogen.
e. Bila furunkel terjadi di daerah yang janggal seperti pada hiding dan telinga maka dapat
berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan insisi.
f. Jika mungkin dapat membuka bisul dengan cara :
1) Beri penjelasan apa yang akan dilakukan atau inform consent
2) Minta seseorang untuk memegangi anak
3) Ambilah pisau bedah yang steril dan bukalah bisul dengan segera pada puncaknya
saja. Kemudian masukkan penjepit dalam luka dan bikalah penjepitnya. Dengan cara
ini, akan membuka jalan keluar
untuk nanah, pisau bedah jangan
sampai masuk ke dalam karena
dapat melukai pembuluh dan
syaraf.
4) Pemberian analgetik, misalnya
aspirin atau paracetamol untuk
mengurangi rasa nyeri.
5) Tutuplah luka dengan kasa kering,
usahakan agar satu sudut dari
kasa dimasukkan agar tetap
terbuka sehingga nanah dapat
keluar
6) Bersihkan alat-alat yang telah
dipakai.
7) Pesankan agar ganti perban
g. Terapi antibiotika dan antiseptic diberikan tergantung kepada luas dan beratnya penyakit.
Misalnya dengan pemberian Achromyem 250 mg, 3 atau 4 kali per hari.
h. Bila furunkel terdiri secara menetap, berulang atau dalam jumlah yang banyak, maka
kenali factor predisposisi adanya diabetes militus.
i. Bila furnkel disertai demam berikan antibiotic sistemik
j. Jika infeksi berat atau pada area berbahaya dosis antibiotic maksimal harus diberikan
dalam bentuk parenteral.
k. Bila lesi besar, nyeri dan fluktuasi, insisi dan drainase sangat diperlukan.
l. Jika infeksi berulang atau ada komplikasi, periksa kultur perlu dilakukan
m. Terapi antimicrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti inflamasi berkurang dan
berubah.
Gambar : BIsul pada kepala bayi
8. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
8
6. Asuhan pada bayi dengan furunkel usia 2 bulan.
a. Pengkajian
1). Data Subyektif
Ibu mengatakan bahwa bayinya mengalami demam selama dua hari dan timbul
benjolan pada lengan atas sebelah kiri dan berwarna kemerahan.
Ibu juga mengatakan bayinya rewel dan tidak bisa tidur.
2). Data Obyektif
a) Tampak benjolan pada lengan atas sebelah kiri
b) Tampak kemerahan pada kulit dan muncul radang nanah di lokasi benjolan
(pustule)
c) Bayi mengalami demam suhu 38oC.
b. Planning
1). Berikan obat analgetik seperti paracetamol dan analgesic (3 x ¼ sehari)
R/ mengurangi rasa nyeri sesuai dengan dosis yang dianjurkan
2). Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
R/ untuk memanta keadaan umum bayi
3). Kompres dengan air hangat selama 20-30 menit sebanyak 3 kali sehari.
R/ pengompresan untuk meningkatkan sirkulasi darah pada benjolan tersebut.
4). Keringkan dan jaga kebersihan lokasi benjolan dengan kain atau tisu yang bersih.
R/ menjaga lokasi benjolan agar tetap bersih dan kering untuk menghindari terjadinya
infeksi kuman.
5). Hindari membubuhi bedak pada lokasi benjolan
R/ menjaga agar pori-pori tidak tersumbat sehingga pus dapat keluar
6). Hindari memencet furunkel sebelum pecah dengan sendirinya.
R/ mencegah furuncel lebih parah karena infeksi pemencetan dengan alat yang tidak
steril
7). Kolaborasi dengan tim medis
R/ agar pengobatan dapat ditangani secara cepat dan tepat.
c. Implementasi
1). Memberikan obat analgetik seperti paracetamol dan analgetik (3 x ¼ sehari)
2). Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital bayi
3). Mengompres dengan air hangat selama 20-30 menit sebanyak 3 kali sehari.
4). Mengeringkan dan jaga kebersihan lokasi benjolan dengan kain atau tisu yang bersih.
5). Menghindari membubuhi bedak pada lokasi benjolan
6). Menghindari memencet furuncel sebelum pecah dengan sendirinya
d. Evaluasi
1). Benjolan furuncel mulai erupsi atau mengempis
2). Kulit kemerahan mulai berkurang
3). Demam mulai turun
Gambar : Menjaga kebersihan bayi
9. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
9
4). Suhu : 37oC, nadi : 125 x/menit, pernafasan : 35 x/menit Bayi tidak rewel
INFEKSI PERINATAL
Pengertian
Infeksi Perinatal dalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa antenatal, intranatal,
dan postnatal (Endang Khoirunnisa, 2010)
Etiologi
Infeksi dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti : escherichia coli, pseudomonas
pyocyaneus, klebsielia, stapylococcus aureus, coccus gonococcus (Endang Khoirunnisa, 2010)
1. Infeksi antenatal
Infeksi yang tejadi pada masa kehamilan dimana kuman masuk ke tubuh janin melalui
sirkulasi darah ibu dan kemudian masuk melewati placenta dan masuk ke dalam sirkulasi
darah umbilicus. Infeksi pada ibu yang dapat terjadi saat hamil antara lain :
a. Infeksi virus pada kehamilan
1). Rubella
Sudah jarang ditemukan di indonesia. Infeksi ini dapat menimbulkan kelainan bawaan
sehingga perlu dilakukan gugur kandung untuk dapat meningkatkn sumber daya
manusia. Bentuk kelainan bawaan diantaranya adalah :
Mata : katarak, glukoa, da mikroftalmia
Telinga : tuli
Jantung : duktus arteriosus persistem, septum jantung tetap
terbuka, stenosis arteria pulmonalis.
Susunan syaraf pusat : meningoensefalitis,mikrosefali,gangguan intelegensia.
Dapat dijumpai kelainan : keterlambatan pertumbuhan janin,
hepatopleponomegali, ikterus, kelainan kromosom, trombositopenia dan anemia.
Bayi merupakan sumber infeksi (karier). Pengobatan tidak ada khas, hanya diberikan
simtomatis gamma globulin atau vaksin rubella (Manuaba, 1998 :276)
2). Infeksi virus setomegalovirus
Jarang dijumpai bersamaan
dengan kehamilan. Pengaruh
dalam kehamilan yaitu :
a). Kelainan kongenital dalam
bentuk :
1. Hidrosefalus
2. Mikrosefalus
3. Mikroftalmia
b). Infeksi yang bersifat kronis
• Ensefalitis
• Kelainan darah.
Pengobatan tidak ada yang
khas, hanya bersifat simtomatis.
(Manuaba, 1998 : 276-277)
3). Viriola (cacar)
4). Infeksi hepatitis infeksiosa
Dapat disebabkan oleh virus tipe A dan tipe B. Gambaran umum penyakit ini dapat
Gambar : Cacar pada bayi
10. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
10
diperberat oleh kehamilan sehingga
manifestasi kliniknya lebih jelas seperti
nafsu makan berkurang (anoreksia), panas
yang tinggi (menngkat), nyeri di daerah hati
(epigastrium), tampak ikterus (kuning), dan
pada pemeriksaan hati dapat membesar.
Pengaruh terhadap kehamilan seperti
dalam bentuk keguguran atau persalinan
prematuris dan kematian dalam janin,
bersumber dari gangguan fungsi hati
dalam mengatur dan mempertahankan
metabolisme tubuh, sehingga aliran tubuh
ke janin dapat terganggu atau berkurang.
Pengobatan tidak ada yang bersifat khas,
kecuali banyak istirahat an makan makanan
yang mengandung banyak gula, sehingga
mengubah metabolisme lemah an protein
ke arah glukosa, untuk meringankan beban
fungsi hati (Manuaba, 1998 : 277).
5). Rubeola
Sebagian besar terjadi pada masa kanak-
kanak. Penyakit rubeola pada kehamilan dapat menimbulkan keguguran, persalinan
prematur, bahkan mungkin cacat bawaan. Penyakit ini bukanlah merupakan petunjuk
untuk melakukan gugur kandung (Manuaba, 1998 : 277)
2. Infeksi kelamin pada kehamilan
1). Sifilis
Penyebab penyakit ini adalah treponema pallidium yang dapat menembus plasenta
setelah kehamilan 16 minggu. Gejala yaitu terdapat luka pada daerah genetalia, mulut
atau tempat lainnya. Pengaruh dalam kehamilan dapat menyebabakan persalinan
prematusris atau kematian dalam rahim dan infeksi bayi dalam bentul lues kongenitas
(pemfigus sifilitus deskuamasi kulit telapak tanan dan kaki, terdapat kelainan pad mulut
dan gigi). Pengonatan mudah sebaiknya diberikan bersama suami (Manuaba, 1998 : 277)
2). Gonorrhea
Penyebab infeksi ini adalah neisseria gonorrhea yang dapat menimbulkan infeksi akut
atau menahun. Penyakit akut dapat menimbulkan gejala klinis seperti infeksi saluran
kemih luar, nyeri saat miksi, infeksi mulut rahim, perlukaan sekitar alat genetalia eksterna,
keputihan yang berwarna seperti nanah, encer dengan jumlah yang banyak, kadang-
kadang terjadi infeksi pada kelenjar bartholini dalam bentuk abses yang memerlukan
pengobatan segera.
Sedangkan penyakit yang kesembuhannya terganggu dapat menimbulkan gejala klinis
seperti infeksi pada lapisan dalam rahim, infeksi saluran indung telur, infeksi genetalia
dalam bagian bawah, penyakit ini berakhir dengan perlekatan sehingga dapat terjadi
kemandulan primer atau sekunder.
Pengaruh terhadap kehamilan tidak ada, tetapi terhdap bayi dapat menimbulkan infeksi
mata konjungtivitas gonorrhea neonatorum (blenorea neonati) yang selanjutnya dapat
menyebabkan kebutaan (Manuaba, 1998 : 278)
3. Infeksi abdominalis pada kehamilan
Gambar : Ibu hamil
11. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
11
1). Tifus abdominalis
Penyakit infeksi tifus abdominalis yang disertai panas badan tinggi kemungkinan
perforasi, sehingga memerlukan diet cair secara tidak langsung dapat menimbulkan
gangguan pada kehamilan dapat terjadi keguguran, persalinan prematuris, atau lahir
mati. Upaya pengobatan perlu bekerja sama dengan ahli penyakit dalam. (Manuaba,
1998 :278).
2). Kolera
Muntah diare yang berlebihan apalagi tidak berkendali dapat membahayakan ibu dan
janin karena kekurangan cairan tubuh yang fungsional, sehingga memerlukan perawatan
pengobatan yang intensif melalui pemberian cairan berganti. (Manuaba, 1998:278)
3). Tetanus
Infeksi tetanus dapat terjadi karena pertolongan persalinan yang kurang legeartis (steril)
diantaranya pada keguguran ilegal karena dukun dan persalinan dukun. Kematian karena
infeksi tetanus cukup tinggi sekalipun tidak banyak dilaporkan. Di samping itu kematian
tetanus neonatorum melalui potongan tali pusat sangat tinggi. Pegobatannya diberikan
vaksinasi tetanus toksoid. (Manuaba, 1998: 278-279).
4). Erisipelas
Penyebabnya adalah steptokokus, yang terdapat pada kulit. Kehamilan yang disertai ini
dapat lebih infeksius, sehingga menimbulkan sepsis dan infeksi kala nifas, kecuali panas
badan tinggi yang sering menimbulkan keguguran.
5) Infeksi protozoa
a) Malaria
Bentuk serangan ini berupa panas badan tinggi dapat disertai menggigil. Di samping
itu penghancuran darah merah menyebabkan anemia sehingga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Infeksi malaria dapat
menyebabkan infeksi plasenta sehingga makin mengganggu pertukaran nutrisi ke
janin dan menimbulkan gangguan perkembangan dan pertumbuhan janin sekunder.
Infeksi malaria pada kehamilan lebih sering terjadi serangan karena daya tahan ibu
hamil makin nenurun terhadap semua bentuk infeksi. Infeksi malaria serebral pada
kehamilan dapat meningkatkan angka kematian.
• Memecahkan butir darah merah, sehingga menimbulkan anemia dan menggangu
penyaluran dan pertukaran nutrisi ke arah janin.
• Infeksi plaseta dapat menghalangi pertukaran dan penyaluran nutrisi ke janin.
• Panas badan tinggi merangsang terjadi dikontraksi otot rahim.
Sebagai akibat gangguan tersebut dapat terjadi :
• Keguguran dan persalinan prematuritas
• Persalinan dismaturitas
• Kematian neonatus yang tinggi
• Ibu mengalami anemia hamil dan kala nifas
• Gangguan persalinan kala II, sehingga memerlukan bantuan tindakn dari luar.
Gambar : Ibu hamil
12. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
12
• Kala uri mungkin terjadi retensio plasenta atau plasenta rest dan perdarahan
karena atonia uteri.
• Kala nifa dapat terjadi : mudah infeksi kala nifas perdarahan sekunder kala nifas.
b). Toksoplasmosis
Infeksi ini disebabkan oleh toksoplasmosis gondili protozoa ini terdapat pada anjing,
kucing, tikus dan binatang lainnya dan dapat menular pada manusia dengan gejala
klinis infeksi pada kelenjar limfe- membengkak, nyeri danmngkin terjadi abses. Infeksi
lainnya dapat terjadi pneumonia, polimilitis, dan miokarditis.
Pengaruh terhadap kehamilan dapat menyebabkan keguguran persalinan
prematuritasdan dapat terjadi cacat bawaan seperti hidrosefalus, mikrosefalus,
anensefalus, meningoensefalitis, dan kelainan pada mata.
c). Trikomonas vaginalis
Penyebabnyatrikomonasvaginalisyangbersifatkomensalpadavaginabersamadengan
candida albikan. Terjadinya perubahan asam basa vagina karena hamil menyebabkan
infeksi menjadi manifis dengan keluhan keputihan yang banyak dan encer, dan gatal
serta dapat menimbulkan perlukaan vagina atau mulut rahim. Pengaruh terhadap
kehamilan tidak banyak, hanya kelhan keputihan dan gatal. Pengobatannya sukar
karena sering kambuh, dan akan hilang setelah perslinan berlangsung.
Obat yang dapat diberikan adalah ikhodozol sebagai obat minum dan obat yang lokal
yang dimasukkan ke vagina setelah umur hamil di atas 16 minggu.
4. Infeksi ginjal dan saluran kemih
Ganjal dan saluran kemih dapat terinfeksi
bersama sama dalam bentuk akut maupun
kronis. Gejalanya :
1). Panas badan yang disertai menggigil
2). Neri pada pinggang atau diatas simpisis
3). Nyeri saat miksi , urine kurang
4). Gejala subjektif yang sering dijumpai
adalah mual, sampai muntah, nafsu
makan berkurang, nyeri kepala, nyeri pada
pinggang yang terkena infeksi.
5). Pada ginjal akut dapat pula dijumpai urin
yang mengandung darah, pembengkakan
tungkai, pengeluaran protein melalui urine
5. Infeksi intranatal
Kandida albikan sering berada dalam keadaan komensial tanpa gejala klinik di dalam mulut,
usus, paru-paru dan vulva vagina.
6. Infesi prenatal
Infeksi terjadi pada masa persalinan, infeksi ini terjadi dengan cara mikro organisme masuk
dari vagina naik dan kemudian masuk ke rongga amnion biasanya setelah kulit ketuban
pecah. Ketuban yang pecah lebih dari 12 jam akan menjadi penyebab timbulnya placentitis
dan amnionitis. Infeksi terjadi pula walaupun air ketuban belum pecah yaitu pada partus
lama yang sering dilakukan manipulasi vagina. Infeksi pula terjadi melalui kontak langsun
dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya pada blennorhoe (Endang Khoiunnisa,
2010).
7. Infeksi post natal
Infeksi pada periode pascanatal dapat terjadi setelah bayi lahir lengkap, misalnya melalui
Gambar : Infeksi saluran kemih
13. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
13kontaminasi langsung dengan alat-alat tidak steril, tindakan yang tidak antiseptik atau
dapat juga terjadi akibat indeksi silang. Misalnya pada fian neonatoru, omfalitis dan lain-lain
(Endang Khoirunnisa, 2010)
Patofisiologis
Berdasarkan patogensisnya, sepsis pada neonatus dapat dibagi menjadi:
a. Sepsis awitan dini ( early – onset sepsis )
Gejala akan timbul pada 5 – 7 hari pertama. Infeksi dapat terjadi transplasenta dari ibu
yang mengalami bakteriema, pada saat peripartum seperti terinfeksinya cairan amnion dan
korioamnionitis akibat ketuban yan pecah sehingga bakteri dari jalan lahir masuk kedalam
cairan amnion atau pada saat kelahiran dimana infeksi biasanya didapat dari jalan lahir.
Sepsis awitan dini ini biasanya mendadak dan berat dengan angka kematian yang tinggi.
b. Sepsis awitan lanjut
Biasanya gejala sepsis akan timbul setelah usia 1 minggu, paling cepat pada usia 5 hari,
penyakitnya biasanya tidak seberat early-onset sepsis. Secara klinis fokus infeksi lebih
jelas dan yang paling sering adalah didapatkan meningits bersamaan dengan sepsisnya.
Sering akibat infeksi yang didapat dengan sumber infeksi bisanya didpat dari jalan lahir, dari
lingkungan sesudah lahir atau peralatan penunjang kesehatan yang digunakan.
c. Sepsis akibat infeksi nosokomial
Infeksi didapat dari lingkungan, bayi prematur khususnya akan lebih sering mengami infeksi
nosokomial yang berhubungan dengan lebih lamanya perawatan di rumah sakit khususnya
di ruangan perawatan insentif dengan segera alat bantu.
Gejala
Gejala infeksi yang umumnya terjadi pada bayi yang mengalami infeksi prenatal adalah :
a. Bayi malas minum atau tidak bisa minum
b. Gelisah mungkin juga terjadi letargi (mengantuk)
c. Gangguan frekuensi pernafasan
d. Berat badan tiba-tiba menurun
e. Pergerakn kurang
f. Muntah
g. Diare
h. Sklerema (kemerahan atau mengeras pada bagian tubuh), edema
i. Perdarahan (purpara)
j. Ubun-ubun tampak cembung
k. Suhu dapat lebih dari 37oC dan teraba panas atau kurang dari 36oC dan teraba dingin.
l. Tanda infeksi lainnya : nanah dari telinga, pusar tampak kemerahan dan meluas ke kulit
perut dan berbau busuk.
Klasifikasi
a. Infeksi sistemik
Apabila bayi tampak mengantuk/letargi atau tidak sadar, kejang disertai tanda-tanda infeksi,
Gambar : Bayi demam
14. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
14
gangguan nafas, malas minum atau tidak
bida minum dengan atau tanpa muntah,
bagian tubuh merah dan mengeras, ubun-
ubun cembung, suhu kurang dari 36oC dan
teraba dingin.
b. Infeksi lokal berat
Apabila ditemukan nanah di daerah mata,
telinga, tali pusat atau umbilikus tampak
kemerahan dan menular ke kulit perut,
bernanah serta ada kerusakan kulit.
c. Infeksi bakteri lokal
Apabila ada nanah keluar dari mata dalam
jumlah sedikit, daerah tali pusat dan
umbilikus kemerahan, berbau busuk dan
terjadi sedikit kerusakan kulit.
Komplikasi
Dapat terjadi syok septik, meningitis purulenta, setatus konfulsi, gagal nafas, hipoglikemi,
asidosis metabolik, koagulopati, gangguan keseimbangan cairan dn elektrolit, DIC, NEC, gagal
ginjal, perdarahan intrakranial, ikterus, gagal jantung.
Penatalaksanaan
Penanganan
a). Mengatur posisi tidur/ semi fowler agar sesak berkurang.
b). Apabila suhu tinggi lakukan kompres dingin.
c). Berikan ASI perlahan-lahan sedikit demi sedikit atau air gula.
d). Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur miring ke kiri atau ke
kanan
e). Apabila ada diare perhatikan personal hygine dan keadaan lingkungan.
f). Perhatikan kadar gula darah agar tidak turun
g). Berikan dosis pertama secara IM untuk infeksi bakteri sistemik dan infeksi bakteri lokal
berat.
h). Beri dosis antibiotik pertama secara oral dengan amoxsilin dan ampisilin untuk infeksi
bakteri lokal
i). Beri penjelasan ibu untuk mempertahankan bayi agar tetap hangat.
j). Beri pengobatan infeksi mata ( sale atau tetes mata 3x sehari ) dan kulit atau pusar ( oleskan
gentian violet 0,5% atau povidone atau salep yang mengandung neomisin dan basitrasin )
k). Rujuk segera dirumah sakit jelaskan pada keluarga untuk inform consent.
Pengobatan
a). Diberikan kombinasi antibiotika golongan ampisilin dosis 200 mg/kgBB/24 jam i.v ( dibagi 2
dosis untuk neonatus umur > 7 hari dibagi 3 dosis ) dan netilmicin ( aminoglikosida ) dosis 7,5
mg/kgBB/per hari IM/ IV dibagi 2 dosis ( hati-hati penggunaan netilmicin dan aminoglikosida
yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dalam waktu pemberian setengan sampai 1
jam pelan-pelan.
b). Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan ( darah lengkap, urine, feses
lengkap, kultur darah, cairan cerebrospinal, urine dan feses ( atas indikasi ), fungsi lumbal
dengan analisa cairan serebrospinal, jumplah sel, kimia, pengecatan gram ) foto polos dada,
pemerikaan CRV kuamtitatif ).
c). Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas
darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
Gambar : Pemberian obat bayi
15. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
15
d). Apabila gejala klinik da pemerisaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah
dan CRV normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.
e). Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRV tetap
abnormal, maka diberikan cvpin 100mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau meropenem dengan
dosis 30 sampai 40 g/kgBB/hari i.v dan amikasin dengan dosis 1 mg/kgBB/per hari i.v i.m (
atas indikasi khusus ).
f). Pemberian antiiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya lama pemberian antibiotika
10-14 hari. Pada kasus meningiti pemberian antibiotika minimal 21 hari pengobatan suportif
meliputi termoregulasi, terapi oksigen/ventlasi mekanik, terapi syok, koreksi metabolik
asidosis, terapi hipoglikemi, hiperglikemi, transfusi darah, plasma, trombosit, terai kejang,
transfusi kejang.
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan Infeksi
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1). Infeksi sistemik
a) bayi tampak megantuk/letargi atau tidak sadar.
b) kejang disertai tanda-tanda infeksi
c) gangguan nafas
d) malas minum atau tidak bisa minum dengan atau tanpa muntah
e) bagian tubuh merah dan mengeras
2). Infeksi lokal berat
a) nanah di daerah mata
b) nanah di daerah telinga
3). Infeksi bakteri lokal
a) apabila ada nanah keluar dar mata dalam jumlah sedikit
b) daerah tali pusat dan umbilikus kemerahan.
b. Data Objektif
1). Infeksi sistemik
a) suhu-suhu kurang dari 36o
C dan teraba dingin.
b) ubun – ubun cembung
2). Infeksi lokal berat
Tali pusat atau umbilikus tampak kemerahan dan meluas ke kulit perut, bernanah
serta ada kerusakan kulit.
3). Infeksi bakteri lokal
daerah tali pust berbau busuk dan terjadi sedikit kerusakan kulit.
2. Diagnosa Masalah
Bayi usia 7 hari, KU bayi baik dengan infeksi neonatorum.
Gambar : Bayi menangis
16. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
16
3. Intervensi
a. Infeksi bakteri sistemik
1). Lakukan penanganan kejang apabila ditemukan tanda dan gejala kejang
2). Lakukan penanganan gangguan pernafasan apabila dijumpai gangguan pernafasan.
3). Lakukan penanganan hipotermi apabila ditemukan hipotermi.
4). Pertahankan kadar gula darah agar tidak turun
5). Berikan dosis antibiotik pertama secara IM
6). Beri penjelasan ibu untuk agar mempertahankan bayi agar tetap hangat
7). Lakukan rujukan segera
b. Infeksi bakteri lokal berat
1). Berikan dosis antibiotik pertama secara oral dengan pilihan amoxsilin dan ampisilin.
2). Berikan penjelasan dan ajari ibu perawatan infeksi lokal
3). Lakukan asuhan dasar bayi muda
4). Berikan penjelasan kapan sebainya bayi dibawa ke petugas kesehatan.
5). Berikan penjelasan kunjungan ulang setelah hari ke dua
4. Implementasi
a. Infeksi bakteri sistemik
1). melakukan penanganan kejang apabila ditemukan tanda dan gejala kejang
2). melakukan penanganan gangguan pernafasan apabila dijumpai gangguan pernafasan.
3). melakukan penanganan hipotermi apabila ditemukan hipotermi.
4). mempertahankan kadar gula darah agar tidak turun
5). memberikan dosis antibiotik pertama secara IM
6). memberi penjelasan ibu untuk agar mempertahankan bayi agar tetap hangat
7). Meletakkan bayi ditempat yang hangat dan berikan pakaian yang nyaman dan hangat
serta selimut.
8). melakukan rujukan segera
b. Infeksi bakteri lokal berat
1). Memberikan dosis antibiotik pertama secara intramuscular
2). Memberikan anieptic lokal sesuai daerah yang terkena dan ajarkan ibu tentang
pengobatan berikut ini.
a). Pengobatan infeksi mata
• mencuci tangan sebelum mengobati
• membersihkan kedua mata 3x sehari dengan kapas atau kapas basah dengan
air hangat
• memberikan salep atau tetes mata tetrasiklin pada kedua mata
• mencuci tangan setelah selesai pengobatan dan lakukan terus sampai
kemerahan sembuh.
Gambar : Bayi di Rumah Sakit
17. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
17
b). Pengobatan infeksi
• mencuci tangan sebelum mengobati
• membersihkan nanah dan krusta dengan air matang atau sabun secara hati-
hati.
• mengeringkan daerah sekitar mata dengan kain bersih dan kering
• mengoleskan gentian violet 0,5 % atau vovidoneiodine atau salep yang
mengandung neomisin dan bassitrasin.
• mencuci tangan setelah selesai pengobatan dan lakukan terus ampai
kemerahan sembuh.
c). Infeksi bakteri lokal
• memberikan dosis antibiotik pertama secara oral dengan pilihan amoksilin
dan ampisislin
• memberikan dan penjelasan dan ajar ibu cara penjelasan dan ajari ibu cara
perawatan infeksi lokal
• memberikan penjelasan kapan dan sebaiknya bayi dibawa kepetugas
kesehatan, yaitu saat ada gejala-gejala infeksi sesegera mungkin harus dibawa
kepetugas kesehatan.
• memberikan penjelasan kunjungan ulang setelah kunjungan ulang.
•
5. Evaluasi
a. Infeksi sistemik
1. Suhu 36,5-37,5oC
2. Ubun-ubun tidak cembung
b. Infeksi lokal berat
Tali pusat atau umbilikus tidak tampak kemerahan dan meluas ke kulit perut, bernanah
serta tidak ada kerusakan kulit.
c. Infeksi bakteri lokal
Daerah tali pusat tidak berbau busuk dan tida terjadi sedikit kerusaan kulit.
Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut pada kulit dan jaringan sekitarnya sering
terjadi pada bokong, kuduk dan axilla.
Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa antenatal, intranatal, dan
post natal, infeksi dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti Escheria coli, pseudomonas,
pyocyaneus, klebsiella, staphylococcus aureus, dan gonococcus.
Gejaladariinfeksiyaitutiba-tibaberatbadan,muntah,gelisah,pergerakanterganggu,danmasih
banyak lagi lainnya. Komplikasi yang dapat ditimbulkan yaitu terjadi syok septic, meningitis
purulenta, status konvulsi, gagal nafas, hipoglikemi, asidosis metabolik, dll
Rangkuman
18. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
18
Petunjuk:
• Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
• Pilihlah :
A. Jika jawaban 1,2 dan 3 benar
B. Jika jawaban 1 dan 3 benar
C. Jika jawaban 2 dan 4 benar
D. Jika hanya 4 saja yang benar
E. Jika semua benar
1. Peradangan pada folikel rambut pada kulit dan jaringan sekitarnya terjadi pada bokong,
mudah disebut dengan
A. Miliariasis
B. Furunkel/bisulan
C. Diaper Rush
D. Seborrhea
E. Infeksi
2. Penyebab terjadi furunkel pada bayi adalah
1 Iritasi kulit
2 Kebersihan kulit kurang terjaga
3 Daya tahan tubuh rendah
4 Infeksi stapicococus aurses
3. Bisulan pada bayi bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain
1 Faktor tubuh anak
2 Faktor lingkungan
3 Faktor kebersihan tubuh
4 Faktor kekebalan
4. Pengertian infeksi perinatal adalah infeksi yang terjadi pada saat
A. Antenatal ,intranatal, post natal
B. Antenatal , post natal
C. Post natal, antenatal
D. Intranatal, post natal
E. Intranatal saja
5. Infeksi pada ibu saat hamil adalah
1. Hidrocephalus
2. Inflasi automegalo virus
3. Mikrocephalus
Evaluasi
Formatif
19. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
19
4. Rubella
6. Akibat infeksi dari protozoa adalah kecuali
a) Persalinan dismatur
b) Keguguran
c) Kematian neonatus tinggi
d) Plasenta kering
e) Retensi plasenta
7. Klasifikasi infeksi antara lain
1. Infeksi siskemik
2. Infeksi total berat
3. Infeksi bakteri lokal
4. Infeksi general
8. Infeksi kelainan pada kehamilan
1. Sipilis
2. Gonorhea
3. Raja singa
4. Gatal-gatal
9. Infeksi virus citomegalovirus pengaruh trhadap kehamilan
1. Hidrocephalus
2. Mikrocephalus
3. Mikroftalmia
4. Makrosomia.
10. Infeksi pada kehamilan
1. Abdomenalis
2 Tifus abdominalis
3 Kolera
4 Tetanus
5 Erisipelas
20. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
20
Tugas
Mandiri
Coba saudara identifikasi kejadian furunkel pada sekeliling saudara dan anda catat dan saudara
identifikasi juga infeksi antenatal,intranatal dan postnatal, setelah saudara buat rangkuman
maka laporkan hasilnya pada pembimbing saudara
Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian
akhir Kegiatan Belajar 4, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban
yang benar adalah:
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% -79% : cukup
kurang dari 70% : kurang
Kalau Anda memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Anda Bagus! Anda telah
menyelesaikan Kegiatan Belajar 4 ini dan dapat melanjutkan pada kegiatan belajar 5.
Tetapi jika pencapaian Anda kurang dari 80%, maka sebaiknya ulangilah Kegiatan Belajar 4,
terutama bagian-bagian yang belum Anda kuasai!
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KUNCI JAWABAN
1. B
2. E
3. A
4. A
5. C
6. A
7. A
8. A
9. A
10. E