Novel Lovintrique menceritakan perjalanan hidup dua tokoh utama wanita, Stella dan Shally, dalam mewujudkan kebahagiaan mereka. Stella adalah selebriti yang hidupnya dikendalikan oleh ibunya demi keuntungan, sementara Shally berasal dari keluarga bermasalah yang membuatnya menjadi pemurung. Keduanya jatuh cinta pada Jason namun berujung konflik. Akhirnya Stella berkorban untuk menyelamatkan
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
BAHAGIA38
1. BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pada hakitanya sebuah karya sastra adalah replika kehidupan nyata.
Walaupun berbentuk fiksi, misalnya cerpen, novel, dan drama, persoalan yang
disodorkan oleh pengarang tak terlepas dari pengalaman kehidupan nyata sehari-hari.
Hanya saja dalam penyampaiannya, pengarang sering mengemasnya dengan
gaya yang berbeda-beda dan syarat pesan moral bagi kehidupan manusia.
Menurut Iswanto dalam Jabrohim (2003:59), “Karya sastra lahir di tengah-tengah
masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap
gejala-gejala sosial di sekitarnya.” Pendapat tersebut mengandung implikasi
bahwa karya sastra (terutama cerpen, novel, dan drama) dapat menjadi potret
kehidupan melalui tokoh-tokoh ceritanya.
Meskipun demikian, karya sastra yang diciptakan pengarang kadang-kadang
mengandung subjektivitas yang tinggi. Seperti dikemukakan oleh
Siswantoro (2005:2) berikut ini.
Imajinasi yang tertuang dalam karya sastra, meski dibalut dalam semangat
kreativitas, tidak luput dari selera dan kecenderungan subjektif, aspirasi, dan opini
personal ketika merespons objek di luar dirinya, serta muatan-muatan khas
individualistik yang melekat pada diri penulisnya sehingga ekspresi karya bekerja
atas dasar kekuatan intuisi dan khayal, selain kekuatan menyerap realitas
kehidupan. Itulah sebabnya di dalam sebuah cerita, cerpen atau novel, seorang
pengarang sering mengangkat fenomena yang terjadi di masyarakat. Dengan
harapan para pembaca dapat mengambil hikmah dari fenomena tersebut.
Pada dasarnya isi sebuah karya sastra memuat perilaku manusia melalui
karakter tokoh-tokoh cerita. Sangat beragam perilaku manusia yang bisa dimuat
dalam cerita. Kadang-kadang hal ini terjadi perulangan jika diamati secara cermat.
Pola atau keterulangan inilah yang ditangkap sebagai fenomena dan seterusnya
PSIKOSASTRA (Aprilina Savitri) HAL 1
2. diklasifikasikan ke dalam kategori tertentu seperti gejala kejiwaan, sosial, dan
masyarakat. Sebagai misal perilaku yang berhubungan gejala kejiwaan yaitu
fenomena rasa bersalah atau kebencian (hate). Pemahaman kalsifikasi emosi ini
dapat dilakukan dengan mengadakan pendekatan psikologis.
Menurut Semi (1993:79) bahwa pendekatan psikologis menekankan
analisis terhadap karya sastra dari segi intrinsik, khususnya pada penokohan atau
perwatakannya. Penekanan ini dipentingkan, sebab tokoh ceritalah yang banyak
mengalami gejala kejiwaan.
Secara kategori, sastra berbeda dengan psikologi, sebab sebagaimana
sudah kita pahami sastra berhubungan dengan dunia fiksi, drama, esai yang
diklasifikasikan ke dalam seni (art) sedang psikologi merujuk kepada studi ilmiah
tentang perilaku manusia dan proses mental. Meski berbeda, keduanya memiliki
titik temu atau kesamaan, yakni keduanya berangkat dari manusia dan kehidupan
sebagai sumber kajian. Bicara tentang manusia, psikologi jelas terlibat erat,
karena psikologi mempelajari perilaku. Perilaku manusia tidak lepas dari aspek
kehidupan yang membungkusnya dan mewarnai perilakunya. Hal ini dinyatakan
oleh Teeuw (1991:62-64), “Konvensi sastra merupakan alat yang mengarahkan
kemungkinan pemberian makna yang sesuai pada sebuah karya sastra.”
Novel atau cerpen sebagai bagian bentuk sastra, merupakan jagad realita di
dalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan diperbuat manusia
(tokoh). Realita sosial, realita psikologis, realita religius merupakan terma-terma
yang sering kita dengar ketika seseorang menyoal novel sebagai realita
kehidupan. Secara spesifik realita psikologis sebagai misal, adalah kehadiran
fenomena kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama ketika merespons atau
bereaksi terhadap diri dan lingkungan. Sebagai contoh, penampakan gejala
klasifikasi emosi dapat penulis temui di dalam novel Lovintrique oleh Wetry
Febrina. Tokoh utama “Stella dan Shelly” adalah dua orang remaja, yang serupa
tapi tak sama, sama-sama cantik, pintar dan menarik.
PSIKOSASTRA (Aprilina Savitri) HAL 2
3. Novel Lovintrique karangan Wetry Febrina sangat menarik bila dikaji
dengan pendekatan psikologis, khususnya dalam analisis klasifikasi emosi. Novel
ini mempunyai kelebihan di antaranya ialah dua tokoh utama cerita ternyata
mampu dan tegar menghadapi berbagai fenomena hidup meskipun di dalamnya
banyak terjadi konflik. Di lain pihak, melalui tokoh cerita pengarang ingin
menyampaikan pesan moral kepada pembaca bahwa pentingnya orang tua
memberikan pendidikan yang baik kepada anak. apa yang diperbuat oleh sang
tokoh cerita semata-mata akibat dari rasa frustrasi dan kecewa yang berat dengan
kedua orang tuanya.
Lovintrique adalah novel perdana Wetry Febrina, anak sulung dari enam
bersaudara yang lahir tepat dengan hari valentine. Penggemar Dasboard
Confessional dan Red Hot Chilli Peppers ini sudah hobi menulis sejak SMP.
Walau sejumlah cerpennya sudah pernah nongol di beberapa majalah dan tabloid,
ia tetap merasa belum bisa disebut penulis sebelum novelnya terbit.
Novel ini sangat menarik untuk di baca oleh remaja-remaja masa kini.
Banyaknya intrik dalam cerita menjadi kelebihan yang dimilki oleh novel
“Lovintrique”. Dan pelajaran dalam intrik novel ini bisa menjadi pelajaraan bagi
kita. Banyak pelajaran yang kita dapat ketika membaca novel karangan Wetry
Febrina. Orangtua adalah panutan bagi kita. Orangtua juga berperan penting
dalam pertumbuhan kita. Sehingga, orangtua seharusnya bisa menciptakan
suasana harmonis dalam keluarganya guna mencapai hidup rukun dan bahagia.
PSIKOSASTRA (Aprilina Savitri) HAL 3
4. LANDASAN TEORI
Klasifikasi Emosi
Kegembiraan, kemarahan, ketakutan, dan kesedihan kerap kali dianggap
sebagai emosi yang paling mendasar (primary emotions). Situasi yang
membangkitkan perasaan-perasaan tersebut sangat terkait dengan tindakan yang
ditimbulkannya dan mengakibatkan meningkat ketegangan (Krech, 1974:471).
Ciri khas yang menandai perasaan benci ialah timbulnya nafsu atau keinginan
untuk menghancurkan objek yang menjadi sasaran kebencian.
1) Konsep Rasa Bersalah
Bisa disebabkan oleh adanya konflik antara ekspresi impuls dan standar
moral (impuls expression versus moral standards)
2) Rasa Bersalah yang Dipendam
Dalam kasus rasa bersalah,seseorang cenderung merasa bersalah dengan
cara memendam dalam dirinya sendiri, memeng ia biasanya bersikap baik,
tetapi ia seorang yang buruk.
3) Menghukum diri sendiri
Perasaan bersalah yang paling menggangu adalah sebagaimana terdapat
dalam sikap menghukum diri sendiri, si individu terlihat sebagai sumber
dari sikap bersalah.
4) Rasa Malu
Timbulnya rasa malu tanpa terkait rasa bersalah
5) Kesedihan (Dukacita)
Berhubungan dengan kehilangan sesuatu yang penting atau bernilai.
6) Kebencian
Berhubungan erat dengan perasaan marah, cemburu dan iri hati.
7) Cinta
Perasaan cinta bervariasi dalam beberapa bentuk; intensitas pengalaman
pun memiliki rentang dari yang terlembut sampai kepada yang amat
PSIKOSASTRA (Aprilina Savitri) HAL 4
5. mendalam; derajat sayang yang paling tenang sampai pada gelora nafsu
yang kasar dan agitatif.
TUJUAN
1. Inggin mengetahui psikologi sastra yang terdapat dalam sebuah karya
sastra berbentuk novel, ditinjau dari metode, teori dan contoh kasus.
2. Mendeskripsikan secara lengkap bentuk klasifikasi emosi ditinjau dari
novel Lovintrique.
3. Menggambarkan kehidupan dalam novel ini melalui analisis klasifikasi
emosi.
MANFAAT
1. Manfaat keilmuan dalam kasus ini bersifat confirmatory (membenarkan)
bahwa ada hubungan antara psikologi dan sastra sebagai teori yang
dilontarkan oleh pakar-pakar sastra.
2. Memperoleh deskripsi bentuk klasifikasi emosi ditinjau dari segi novel
3. Menambah wawasan penulis mengenai psikologi dan sastra yang tepat
dalam sebuah proses berbahasa pada novel
4. Meningkatkan minat dan apresiasi bagi para pembelajar bahasa Indonesia
5. Menjadi referensi bagi penulis selanjutnya yang akan melakukan
penelitian pada novel
PSIKOSASTRA (Aprilina Savitri) HAL 5
6. BAB II
PEMBAHASAN
SINOPSIS
BAHAGIA DALAM KEDAMAIAN HIDUP
Ø Judul Novel : Lovintrique
Ø Nama Pengarang : Wetry Febriana
Ø Kota Terbit : Jl. Haji Montong No. 57 Ciganjur Jagakarsa
Jakarta Selatan 12630
Tlep. ( Hunting ) : (0271) 788 83030; Ext.: 213, 214, 216
Faks. (0271) 727 0996
E-mail : redaksi@mediakita.com
Situs web : www.mediakita.com
PSIKOSASTRA (Aprilina Savitri) HAL 6
7. Ø Jumlah Halaman : viii+150 halaman
Kebahagiaan, manusia yang hidup di dunia ini pasti ingin hidupnya
bahagia. Tidak ada seorangpun di dunia ini menginginkan hidup sengsara selama
hidupnya. Oleh karena itu demi mencapai hidup bahagia, kita harus berusaha dan
terus berusaha untuk menjalani hidup ini dengan sebaik mungkin. Dengan berusa
semaksimal kita pasti kita dapat merasakan bahagianya hidup ini.
Seperti yang dikisahkan dalam novel karangan Wetry Febrina ini, dua
anak manusia yang bernama Stella dan Shally. Mereka teman sebangku tapi
hubungan mereka mirip kucing dan tikus. Mereka memiliki sifat yang berbeda
jauh . Sama-sama cantik, sama-sama pintar. Dan sama-sama ingin menjalani
hidup yang bahagia. Stella, seorang selebritis yang sedang naik daun, selalu sibuk
dengan pekerjaannya yang sebenarnya menjadi selebritis bukan keinginannya. Dia
kehilangan masa remajanya, karena kesibukannya. Stella yang lahir dari
perselingkuhan mamanya. Papa Stella meninggal, Stella di jadikan ladang emas
oleh mamanya, Untuk menghidupi keluarganya. Stella merasa tersiksa dengan ini
semua.
Sedangkan Shally, orang yang cerdas tapi jutek abis, dan tidak suka
bersosialisasi, ternyata memendam alasan khusus untuk selalu menjadi juara
kelas. Ambisi Shally untuk menjadi juara kelas bukan tanpa alasan. Shally depresi
berat karena kedua orang tuanya mau bercerai, mama Shally seorang pecandu
narkoba, papa Shally seorang selebritis. Setelah perselingkuhan papa Shally
dengan seorang selebritis pendatang baru mencuat ke permukaan, keluarga Shally
semakin kacau. Itu lah penyebabnya kenapa Shally begitu membenci Stella karena
bagi Shally, artis tak lebih dari wanita murahan.
Hubungan Stella dan Shally semakin meruncing karena Jason, anak indo-aussie
yang membuat mereka jatuh hati. Jason lebih menyukai Stella daripada
Shally, tetapi Stella menolak Jason karena iba kepada Shally. Dia ingin Shally
yang mendapatkan Jason, terlebih lagi mama Shally koma karena mencoba
membunuh diri karena tidak tahan dengan kelakuan suaminya. Stella lebih
PSIKOSASTRA (Aprilina Savitri) HAL 7
8. memilih Robby lawan mainnya dalam sebuah sinetron, dengan tujuan Jason
berpaling dari Stella. Stella bertekat untuk memperbaiki hubungannya dengan
Shally, dengan mendonorkan darahnya untuk mama Shally. Karena pengorbanan
Stella, Shally pun luluh. Dan pada akhirnya mereka bersahabat. Orangtua Shally
rujuk, dan sekarang Stella tidak dituntut untuk berkarya di dunia hiburan. Mama
Stella lah yang kini menjadi selebritis. Dan kebahagiaan menjadi milik mereka.
UNSUR INTRINSIK
TEMA
Percintaan, Perjuangan hidup untuk mengapai kebahagiaan.
TOKOH DAN PENOKOHAN
Penokohan pada novel ini digambarkan oleh pengarang denagn
sangat jelas. Melalui cirri-ciri fisik maupun penggambaran sifat. Sifat
tokoh yang digunakan adalah Protagonis dan Tritagonis.
Stella Diatmojo : seorang gadis yang baik hati, pintar, berani
Shally Budianta : seorang gadis cerdas, galak, jutek, tidak
suka bersosialisasi
Mama Stella (Diana) : seorang ibu yang ambisisus, menjadikan
anaknya ladang uang baginya
Jason Jennings : kakak tiri dari Stella, pendendam
Robby : seorang pria baik, setia, tulus, rela
berkorban, sangat mencintai Stella
Marco Budianta : Ayah dari Shally, seorang aktor yang
terlibat perselingkuhan, namun akhirnya ia bertanggung jawab atas
perbuatannya.
ALUR :
Maju mundur (flash back) kaerena menceritakan kejadian
sekarang kemudian menceritakan kejadian masa yang telah
terlewati, kemudian menceritakan kembali kejadian sekarang.
LATAR
PSIKOSASTRA (Aprilina Savitri) HAL 8
9. TEMPAT : Rumah, Kompleks Perunahan, Sekolah, Perkotaan,
Rumah sakit, tempat Syuting, Restoran Padang Sederhana Baru,
Ruang Guru, Ruang Sidang, Mall
WAKTU : pagi, malam, 4.30am, 5.18 am, 6.45 pm, 10.45 am,
12.20 pm, 6.00 pm, 1.00 pm, 2.45 pm, 10.15 pm, 11.10 pm
SUASANA : bahagia, sedih, marah, cemburu, panik, hujan,
mendung, murung,
SUDUT PANDANG
Novel ini menggunakan Sudut pandang Stella dan Shally,
yaitu sudut pandang orang pertama, sudut pandang ini biasanya
menggunakan kata ganti aku atau saya. Dalam hal ini pengarang
seakan-akan terlibat dalam cerita dan bertindak sebagai tokoh
cerita.
GAYA BAHASA
Bahasa yang digunakan tidak terlalu berbelit-belit
mengikuti perkembangan zaman sekarang(modern) dan sesuai
dengan kondisi remaj sekarang, sehingga, memudahkan kita untuk
memahami isi novel ini.
Kata Ganti Orang
Kata-kata ganti orang yang digunakan dalam Lovintrique adalah
gue, loe, saya, aku, kamu, ia, dia, kita.
o Gue-lo digunakan antara tokoh-tokoh remaja yang saling
mengenal.
o Saya digunakan dalam dialog antara tokoh-tokoh remaja dalam
situasi formal dan dialog antara tokoh remaja dengan tokoh
dewasa selain orang tua dalam situasi apa pun. Remaja
menggunakan nama sendiri sebagai kata ganti orang pertama
tunggal bila berbicara dengan orang tuanya.
o Aku digunakan oleh tokoh utama bila sedang merenung atau
berbicara dalam hati pada dirinya sendiri.
PSIKOSASTRA (Aprilina Savitri) HAL 9
10. o Kamu digunakan oleh orang tua terhadap anaknya.
o Tidak ada konsistensi dalam penggunaan dia dan ia, baik dalam
dialog maupun narasi.
o Kita digunakan sebagai kata ganti orang pertama jamak dan
kata ganti orang pertama sekaligus kedua jamak.
Pilihan Kata
Kata-kata dalam dialog-dialog Lovintrique juga banyak
yang menggunakan kata-kata baku, termasuk dalam dialog antara
tokoh-tokoh remaja dalam situasi nonformal.
Kata-kata tidak baku juga banayak dalam narasi ataupun dialog
Lovintrique.
Terdapat banyak ungkapan fatis, baik dalam dialog maupun narasi
Lovintrique seperti deh, tuh, nih, dong, lho, kan, dan sih.
Pengunaan Bahasa Asing
Novel ini juga menggunakan kata-kata dalam bahasa
Inggris (hampir semuanya dicetak miring). Banyak istilah-istilah
lain yang menggunakan kata-kata dalam bahasa Inggris.
Simile
Simile merupakan perbandingan yang bersifat eksplisit,
maksudnya ialah bahwa ia lansung mengatakan sesuatu sama
dengan hal lain. Dalam hal ini bahasa yang membandingkan
mengunakan kata-kata perbandingan, terlihat dalam ketipan
berikut:
Seorang bintang tanpa penggemar itu ibarat malam tanpa
bintang. Kegelapan dan kesepian tanpa cahaya (hlm 4 pargraf dua)
PSIKOSASTRA (Aprilina Savitri) HAL 10
11. Mataku menerawang, percayalah, meski di luar aku
kelihatan tegar, sebenarnya hatiku sangat gamang, seperti
seseorang yang sedang meniti tali di awang-awang. (hlm 111
paragraf lima)
Hiperbola
Adalah gaya bahasa yang mangandung ungkapan yang berlebihan,
dengan membesar-besarkan sesuatu hal Contohnya:
Seseorang yang untuk pertama kalinya, bisa membuat jantungku
berdetak ribut, hanya karena melihat punggungnya dikelas. (hlm 33
prgraf pertama).
Pelipisku berdenyut, Sialan! Cowok berkacamata itu membuatku
hilang ingatan. Dan, mendadak, soal-soal ulangan fisika di papan
tulis jadi sangat sulit dipecahkan. (hlm 34 prgraf satu).
AMANAT
Jangan pernah dendam kepada seseorang. karena hal itu,
selain dapat merugikan diri sendiri, juga dapat merugikan
orang lain.
Kekuatan cinta, dapat mengubah segalanya. Seperti
mengubah sesuatu hal yang paling buruk menjadi sesuatu
yang dapat dimengerti dan disukai banyak orang.
Dalam menghadapi masalah, tidak boleh putus asa, apalagi
melakukan sesuatu yang dapat merugikan diri sendiri, atau
orang lain
Setiap ada kemauan, pasti ada jalan.
Pilihan itu ada, namun tergantung siap atau tidak kita
menanggung resiko dari pilihan yang kita itu.
PSIKOSASTRA (Aprilina Savitri) HAL 11
12. ANALISIS
Konsep Rasa Bersalah
Sekarang aku sedikit menyesal telah menanyakan hal itu, karena
wajah Jason mendadak meberubah mendung dan murung.
Sepertinya aku sudah membuatnya menginggat sesuatu yang pahit.
(Hlm 45 paragraf lima)
Saat Itu Stella sedang bercakap-cakap dengan Jason. Stella
bertanya tentang sesuatu yang bersifat pribadi, dan Jasonpun tidak
berkeberatan menjawabnya. Namun karena pertanyaan Stella
tersebut, Jason menceritakan kisah sedih yang dialami dirinya dan
mamanya, hingga membuat Jason kembali mengingat masa lalunya
yang suram, hal itu tergambar jelas di raut wajahnya. Disana Stella
merasa sangat bersalah karena sudah bertanya hal yang membuat
Jason bersedih, seharusnya ia tidak bertanya yang aneh-aneh.
Akhirnya Stella memutuskan untuk tidak bertanya lagi dan
mengalihkan pada hal yang lain.
Stella menangkap situasi rasa bersalah yang ia alami, ia sadar apa
yang harus dilakukannya dan ia sungguh memahami bahwa ia telah
melanggar suatu keharusan
Rasa Bersalah yang dipendam
“Stella, sejujurnya, bukan loe yang gue benci, tapi orang-orang
yang berfrofesi seperti lo...,”desis Shally pelan. (hlm 104 paragraf
tiga)
Setelah Shally mengamati lebih seksama tentang Stella dari
kejadian di Rumah Sakit. Maka, Shally memiliki perasaan bersalah
yang dipendam. Ternyata tidak semua artis itu kotor dan munafik.
Meskipun sebagian benar tapi Stella tidak seperti itu. Namun disini
Shally belum sepenuhnya bersikap baik, karena setelah bercerita
tentang masa kanak-kanaknya, Shally kembali bersikap buruk
kepada Stella, sehingga rasa bersalahnya terus dipendam.
Aku membeku. Seolah-olah seseorang baru saja menyiram
kepalaku dengan seember es, mendadak tubuhku mati rasa.
“Maksud mama apa, sih?”
AKU TAK MEMPERCAYAI TELINGAKU. “Dia apa? Masak
sih?” tanyaku lemah. Mendadak, aku digeleyuti berton-ton
perasaan bersalah. (hal 131 paragraf lima dan tujuh)
Ketika mendengar dari mamanya bahwa Stellalah yang telah
mendonorkan darah untuk mamanya. Shally merasa sangat
PSIKOSASTRA (Aprilina Savitri) HAL 12
13. bersalah, rasa bersalahnya yang dahulu di pendam kini semakin
menjadi. Rasa bersalah yang dipendam membuatnya ingin
menghukum diri sendiri.
“Lalu kenapa Pa?” tanyaku terisak. “Kenapa Papa nggak pernah
cerita?” Aku menutup wajah dengan telapak tangan. Stella..., ya,
Tuhan. (hlm 132 pargraf pertama dan ketiga)
Shally sangat menyesal dengan segala hal yang telah ia perbuat
kepada Stella, selama ini Shally selalu berbuat Jahat kepada Stella
hanya karena profesi Stella sama dengan wanita simpanan
papanya. Akhirnya, demi menebus rasa bersalah yang
dipendamnya selama ini Shally akan berbicara di persidangan
untuk membantu Stella.
Menghukum diri sendiri
“Gue frustasi,” keluh Robby seraya kembali mengisap lintingan
ganjanya. “Orangtua gue cerai. Bokap gue balik ke Belanda.
Nyokap gue dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Sekolah gue ancur
karena gue bodoh, disleksia pula. (hlm 76 paragraf tiga)
Perasaan bersalah yang dimiliki Robby atas kehidupannya,
membuat Robby menghukum diri sendiri dengan terjun kedalam
hal-hal negatif. Ia merasa tidak berguna dan tidak memiliki cahaya
dalam hidupnya.
Kalau lo mau nerima gue, gue janji akan berubah. Gue akan
berhenti dugem, berhenti ngeganja, berhenti melakukan apapun
yang elo nggak suka!" Katanya lagi.
Jika Stella menerima cinta Robby maka Robby akan menghukum
dirinya sendiri dengan tidak melakukan segala hal yang Stella tidak
suka. Robby rela tidak melakukan hal yang biasanya ia lakukan
demi cintanya kepada Stella.
Rasa Malu
“Kamu memeng benar-benar memalukan Stella,” Mama berdecak
kesal. “Mama benar-benar kehilangan muka di depan Marco! ( hlm
99 pargraf tiga)
Saat itu Mama Stella sangat malu di depan Marco, mamanya
merasa Stella sudah keterlaluan. Stella hanya sekedar kolega di
dunia seni peran tidak pantas berkata hal yang menyinggung
perasaan terhadap orang yang memiliki pengaruh besar dalam
dunia seni peran, begitu pikir mamanya
PSIKOSASTRA (Aprilina Savitri) HAL 13
14. “Ya ampun, Stella. Mama malu...! Mama malu, nak!: teriak
mamaku histeris. “Mau ditaruh dimana mukaku ini, Mas hendar?
Aduh, Stella....Mama bilang juga apa?jauhi Robby! Eh malah
kamu pake pacaran segala sama dia. Lihat sendiri, kan,
akibatnya?!” (hlm 125 paragraf dua dan empat)
Sebagai Ibu sekaligus manager Stella, Diana sangat tidak tenang.
Anaknya yang merupakan artis terkenal diduga terlibat kasus
narkoba. Berita dimana-mana membuat mama Stella panik, ia
merasa malu luar biasa, karena itu merupakan ancaman sosial
baginya, ia tidak mau pamor Stella menurun. Mama Stella
memandang bahwa apa yang telah terjadi pada anaknya akibat
pengaruh pergaulan dengan anak yang kelas sosialnya sama.
Kesedihan
“KITA BERCERAI SAJA!” samar-samar kudengar papaku
berteriak. Membuatku mendadak menggigil pilu. Segera saja aku
berlari menerjang kamar tidur orangtuaku, mengamuk!
Mengapa? AKU TAK KEBERATAN KALIAN BERTENGKAR
TIAP HARI, ASAL JANGAN BERCERAI! Tolong, Pa, Ma. Aku
ngak mau jadi anak yatim piatu!” teriakku setengah meratap,
dengan pandangan kabur oleh air mata. (hal 39, paragraf satu dua
tiga)
Pada saat itu kedua orang tua Shally sedang bertengkar, sebagai
seorang anak tunggal Shally merasa sangat sedih, iaa tidak mau
kehilangan salah satu dari kedua orang tuanya. Shally memohon
kepada orang tuanya agar tidak bercerai, setiap hari bertengkar saja
sudah membuatnya sangat sedih, apalagi bercerai, itu akan
menghancurkannya.
Tetesan-tetesan hangat menetes di bahuku saat tubuh mama
berguncang menahan isak. (hlm 107 paragraf enam)
Shally dan mamanya berpelukan dengan kesedihan yang sama
mereka sangat berharap papanya bisa seperti dahulu. Tapi
kenyataan tidak bisa dibohongi dia sangat sedih karena tidak bisa
berkumpul seperti dahulu. Dia berharap papanya akan kembali.
Andai dia seperti Stella pasti bisa bertemu dengan papanya setiap
hari. Karena sangat sedih mama Shelly melampiaskannya pada
ganja. Mereka berdua berharap bisa bahagia bersama papanya
sampai akhirnya mamanya menangis.
PSIKOSASTRA (Aprilina Savitri) HAL 14
15. Mataku menerawang, percayalah, meski di luar aku kelihatan
tegar, sebenarnya hatiku sangat gamang, seperti seseorang yang
sedang meniti tali di awang-awang. (hlm 111 paragraf lima)
Saat itu Shally sedang bersedih karena kondisi mamanya
memburuk namun ia tetap berusaha tegar dihadapan papanya.
Ia juga tak mau melihat papanya bertambah sedih jika melihatnya
juga tengah bersedih.
“Ibu saya sedang koma di rumah sakit.” Beliau kekurangan
darah, “ucap Shally terbata. “Rumah sakit tak punya lagi
persediaan golongan darah AB resus positif. Kalau tidak
secepatnya ditransfusi, mama saya... mama saya...” (hlm 112
paragraf tiga)
Shally sangat berharap bisa mendapatkan donor darah yang sama
dengan mamanya. Maka dari itu dia menyiarkan permohonan
tersebut malalui media TV. Tapi kalimatnya terputus karena
Shally terisak di depan kamer, ia tidak dapat membendung rasa
sedihnya sehingga sampai menangis dan tidak melanjutkan kata-katanya.
Aku menopang kepalaku. Terlalu sedih untuk menangis. Aku leleh
menangis. Aku lelah diinterogasi. Aku lelah menghadapi semua
ini. (hlm 124 pararaf tiga)
Stella sedang berada di kantor polisi. Intensitas rasa sedih yang
sangat mendalam membuat Stella tidak mampu untu menangis
lagi. Ia berat menerima kenyataan itu, karena ia harus bertanggung
jawab atas sesuatu yang tidak ia lakukan.
Kebencian
“AKU BENCI PAPA! PAPA YANG MEMBUNUH MAMA, KAN?”
(hlm 84 paragraf kedua)
Pada saat itu Shally sangat marah ketika melihat mamanya nya tak
berdaya, sementara papanya persis berada di depan sang mama
dengan berlumuran darah. Seketika Shally sangat benci papanya ia
berteriak-teriak pada papanya sebagai sasaran kebenciannya.
Kalau mama mati, aku akan bunuh diri. Shit! aku benci papa! Aku
dendam pada papa! Gelap di sekelilingku. Tubuhku mendadak
dingin dan beku. (hlm 85 paragraf pertama)
PSIKOSASTRA (Aprilina Savitri) HAL 15
16. Shally berada diatas kebencian yang membara, papanya menampar
pipi Shally untuk pertama kalinya.
Aku mendengus jijik. “Kenapa sih, Papa selalu membela Stella?
Seolah olah, di mata Papa, Stella itu seperti malaikat saja. (hlm 129
prgraf lima)
Rasa benci Shally terhadap Stella sangat jelas tergambar dalam
ucapannya. Apalagi orang yang dia sukai Jason juga menyukai
Stella dan papanya pun membela Stella. Ia semakin cemburu
kepada Stella sehingga menjadi sangat benci kepada Stella
“Dia adik tiri saya. Anak wanita yang telah merampas ayah saya.
Anak wanita yang menyebabkan ibu saya menderita, kembali ke
kampung halamannya di Australia, lalu mati karena penyakit
peneumonia. (hal 138 paragraf dua)
Jason sangat membenci Stella, karena Stella adalah anak dari
wanita yang telah merebut papanya. Maka dari itu Jason sangat
ingin mencelakai Stella, membuat hidup Stella menderita dan
hancur seperti apa yang pernah ia rasakan. Membalas dendam agar
dia merasa puas
Watch Out, Stella! Nerakamu belum berakhir! Selama aku hidup,
nerakamu tak akan pernah berakhir! (hal 147 paragraf dua)
Kebencian Jason tak kunjung hilang walaupun ia sudah menerima
hukuman atas perbuatannya pada Stella. Ia tidak akan pernah
merasa puas sebelum menghancurkannya.
Cinta
Aku jatuh cinta? Terlalu dini untuk mengatakannya, karenacowok
berkacamata minus dan berambut ikal cokelat keemasan itu baru
kemarin masuk kesekolah ini. (hal 11 paragraf dua)
Pada saat itu Stella sedang mengamati murid baru di sekolahnya
dan ia merasa tertarik kepada cowok tersebut, namun dalam tahap
ini cinta Stella pada murid baru itu baru sebatas suka
Aku jatuh cinta?
Terlalu dini untuk mengatakannya, karena cowok berwajah bule
dan berkacamata minus itu baru kemarin masuk ke sekolah ini.
PSIKOSASTRA (Aprilina Savitri) HAL 16
17. Sesekali aku mencuri pandang ke arah bangku ketiga dari depan
itu. Gelenyer-gelenyer aneh mulai berdenyut di dadaku setiap kali
dia balas memendang (hal 33 paragraf lima dan enam)
Pada saat itu Shally sedang mengamati murid baru di sekolahnya
dan ia merasa tertarik kepada cowok tersebut, namun dalam tahap
ini cinta Shally pada murid baru itu baru sebatas suka
“Ngak masalah, lo cinta ama gue atau ngak. Gue Cuma mau, lo ada
di sisi gue, itu saja! Save my life, Stella. Cuma lo yang bisa,
Please....” (hlm 83 pargraf lima)
Saat itu Robby sedang memohon kepada Stella untuk menerima
cintanya. Robby tidak peduli Stella akan balas mencintainya atau
tidak, yang paling penting Stella selalu ada mendampinggi Robby.
Robby berjongkok di sebelahku, menggenggam tanganku. “Stella,
gue nggak mungkin bikin lo celaka,” katanya lembut. “Lo tau kan
gue cinta banget sama lo!?”
Robby berusaha meyakinkan Stella akan cinta tulus yang dia
miliki, dia tidak mungkin mencelakai gadis yang sangat di
cintainya itu. Dia berusaha membuat Stella merasa aman berada di
sampingnya. Robby pun tidak marah ketika Stella bertanya tentang
hal yang tidak mungkin ia lakukan.
PSIKOSASTRA (Aprilina Savitri) HAL 17
18. BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Dari hasil analisis sederhana yang telah diuraikan di atas, dapat di
ambil kesimpulan, Novel Lovinrique cukup berhasil menggambarkan
kejiwaan anak-anak remaja saat ini. Dengan sifat-sifat khasnya yang
mencoba mencari pemahaman terhadap dunia. Tokoh Stella dan Shally
digambarkan memiliki karakter yang gigih. Berjuang sekuat tenaga
dengan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Usaha
Stella dan Shally tidak mendapat jalan yang mudah. Banyak mendapat
kendala. Juga banyak konflik yang ikut menyertainya. Antara lain konflik
dengan dirinya sendiri dan konflik dengan tokoh lain. Tapi keduanya tidak
putus asa dan terus melakukan perjuangannya.
Pembaca yang pas untuk novel ini adalah anak-anak remaja SMA
dan ABG . Hal ini karena logika-logika dan pengetahuan yang tergambar
di dalam novel cukup sulit untuk dipahami oleh anak-anak di bawah usia
lima belas tahun, dan dikhawatirkan akan meniru.
Keberadaan klasifikasi emosi yang ditulis berdasarkan hasil
pengamatan analisis yang terdapat dalam novel sastra “Lovintrique” ialah
(1) Konsep Rasa Bersalah (2) Rasa Bersalah yang Dipendam (3) Rasa
Malu (4) Kesedihan (5) Kebencian (6) Cinta . Klasifikasi Emosi terdapat,
pada dialog dan pernyataan antara Stella, Shally dan tokoh lainnya.
SARAN
Melalui analisis Novel sastra “Lovintrique”. Saya berharap akan
ada analisis-analisis psikosastra lainnya yang jauh lebih baik dari saya,
sehingga sayapun dapat belajar lebih banyak lagi. Dengan menganalisis,
PSIKOSASTRA (Aprilina Savitri) HAL 18
19. menambah wawasan saya tentang psikologi dan sastra dalam satu
buku. Demikian yang dapat saya paparkan mengenai analisis psikosastra,
tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul novel ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang
budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penulis demi sempurnanya analisis ini dan penulisan di kesempatan -
kesempatan berikutnya. Semoga analisis ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Febrina Wetry 2007. Lovintrique. Jakarta: Media Kita
Ahmadi, H.Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta
PSIKOSASTRA (Aprilina Savitri) HAL 19