1. BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kajian pragmatik mulai memasuki dunia bahasa atau linguistik pada tahun 1970-an di
Amerika. Pragmatik dalam perkembangannya kini mengalami suatu kemajuan yang pesat.
Banyak ahli bahasa yang semakin lama semakin menyadari bahwa usaha untuk menguak
hakikat bahasa tidak akan berhasil sempurna tnapa disadari pemahaman terhadap pragmatik,
yakni bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi.
Salah satu jenis karya sastra yang menarik untuk dikaji ialah novel. Pengkajian
terhadap salah satu genre karya satra tersebut dimaksudkan selain untuk mengungkapkan
nilai estetis dari jalinan keterikatan antar unsur pembangunan karya satra tersebut, juga
diharapkan dapat mengambil nilai- nilai amanat di dalamnya.
Novel selain untuk di nikmati juga untuk dipahami dan di manfaatkan oleh
masyarakat. Dari sebuah novel dapat diambil banyak manfaat. Karya satra (novel)
menggambarkan pola pikir masyarakat, perubahan tingkah laku masyarakat, tata nilai dan
bentuk kebudayaa lainnya. Karya sastra merupakan potret dari segala aspek kehidupan
masyarakat. Pengarang menyodorkan karya satra sebagai alternatif untuk menghadapi
permasalahan yang ada mengingat karya sastra erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat.
Hal ini sesuai dengan asumsi bahwa satra diciptakan tidak dalam keadaan kekosongan
budaya (Teeuw, 1989:20). Dalam kenyataannya, banyak kita jumpai aneka ragam
praanggapan dengan khas atau karakteristik masing-masing sesuai dengan fungsi dan
pemakaiannya.
Novel Teheran dalam Toples karya Aminatul Faizah yang dijadikan sebagi obyek
analisis ini, kehadirannya tentu tidak dalam kekosongan budaya. Pengarang tentu saja melihat
suatu tata nilai yang terdapat di dalam masyarakat, kemudian ia menanggapinya melalui
karya sastra. Novel Teheran dalam Toples menceritakan kehidupan dari kecil sampai dewasa
perjalanan seorang Leila. Adapun analisis ini menggunakan pendekatan pragmatik, hal ini
sangat ideal karena di dalam novel ini pengarang memiliki tujuan tertentu untuk di sampaikan
kepada pembaca. Novel ini banyak mengandung pesan dan nasehat luhur. Apabila pembaca
mampu mengambil pesan dan amanat ini maka ia akan berhasil dalam menjalani hidup.
PRAGMATIK (Aprilina Savitri) Page 25
2. LANDASAN TEORI
Pragmatik merupakan kajian bahasa yang mencakup tataran makrolinguistik. Hal ini
berarti bahwa pragmatik mengkaji hubungan unsur-unsur bahasa yang dikaitkan dengan
pemakai bahasa, tidak hanya pada aspek kebahasaan dalam lingkup ke dalam saja. Tataran
pragmatik lebih tinggi cakupannya. Secara umum, pragmatik dapat diartikan sebagai kajian
bahasa yang telah dikaitkan dengan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa
dalam hubungannya dengan pengguna bahasa. Agar lebih spesifik, analisis ini berhubungan
dengansalah satu unsur pragmatik yaitu atau biasa disebut juga praanggapan.
Praanggapan merupakan makna tersirat yang sifatnya mendahului makna kalimat
yang terucapkan dan makna tersebut telah dapat disimpulkan oleh pendengar. Masalah yang
diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimanakah praanggapan wacana dialog dalam novel
Seluruh bidang kajian ini tentu berpokok pada penggunaan bahasa dalam konteks.
1. Praanggapan Semantik
Praanggapan semantik adalah praanggapan yang dapat ditarik dari pernyataan atau kalimat
melalui leksikon atau kosakatanya.
2. Praanggapan Pragmatik
Praanggapan pragmatik adalah anggapan yang ditarik berdasarkan konteks suatu kalimat atau
pernyataan itu diucapkan. Konteks disini dapat berupa situasi, pembicara, lokasi, dan lain-lain.
Jenis-jenis Praanggapan
Praanggapan (presuposisi) sudah diasosiasikan dengan pemakaian sejumlah besar kata, frasa,
dan struktur (Yule, 2006:46). Selanjutnya Gorge Yule mengklasifikasikan praanggapan ke
dalam 6 jenis praanggapan, yaitu presuposisi eksistensial, presuposisi faktif, presuposisi non-faktif,
presuposisi leksikal, presuposisi struktural, dan presuposisi konterfaktual.
1. Presuposisi Esistensial
Presuposisi (praanggapan) eksistensial adalah preaanggapan yang menunjukkan eksistensi/
keberadaan/ jati diri referen yang diungkapkan dengan kata yang definit.
2. Presuposisi Faktif
PRAGMATIK (Aprilina Savitri) Page 26
3. Presuposisi (praanggapan) faktif adalah praanggapan di mana informasi yang dipraanggapkan
mengikuti kata kerja dapat dianggap sebagai suatu kenyataan.
3. Presuposisi Leksikal
Presuposisi (praanggapan) leksikal dipahami sebagai bentuk praanggapan di mana makna
yang dinyatakan secara konvensional ditafsirkan dengan praanggapan bahwa suatu makna
lain (yang tidak dinyatakan) dipahami.
4. Presuposisi Non-faktif
Presuposisi (praanggapan) non-faktif adalah suatu praanggapan yang diasumsikan tidak
benar.
5. Presuposisi Struktural
Presuposisi (praanggapan) struktural mengacu pada sturktur kalimat-kalimat tertentu telah
dianalisis sebagai praanggapan secara tetap dan konvensional bahwa bagian struktur itu
sudah diasumsikan kebenarannya. Hal ini tampak dalam kalimat tanya, secara konvensional
diinterpretasikan dengan kata tanya (kapan dan di mana) seudah diketahui sebagai masalah.
6. Presuposisi konterfaktual
Presuposisi (praanggapan) konterfaktual berarti bahwa yang di praanggapkan tidak hanya
tidak benar, tetapi juga merupakan kebalikan (lawan) dari benar atau bertolak belakang
dengan kenyataan.
TUJUAN
1. Mendeskripsikan secara lengkap bentuk ujaran ditinjau dari segi praanggapan dari
novel Teheran dalam Toples.
2. Menggambarkan kehidupan dalam novel ini melalui analisis praanggapan
MANFAAT
1. Memperoleh deskripsi bentuk ujaran ditinjau dari segi praannggapan
2. Menambah wawasan penulis mengenai pra anggapan yang tepat dalam sebuah proses
berbahasa pada novel
3. Meningkatkan minat dan apresiasi bagi para pembelajar bahasa Indonesia
4. Menjadi referensi bagi penulis selanjutnya yang akan melakukan penelitian pada
novel
PRAGMATIK (Aprilina Savitri) Page 27
4. BAB II PEMBAHASAN
AMINATUL FAIZAH (Penulis)
Penerbit : diva press
Kategori : Novel
No. ISBN : 9786027696051
Kertas / Halaman : Softcover / 487 halaman
Berat : 400 gram
SINOPSIS
Teheran dalam Toples merupakan novel yang menceritakan tentang tokoh utama
bernama Leila sebagai seorang gadis kecil yang cerdas dan selalu bersemangat. Kesepian
yang menghinggapi Leila di awal masa kepindahannya ke Teheran, Iran, luruh saat bertemu
dengan Ali. Ali yang tak mau bicara. Ali yang bagaikan boneka hidup. Ali yang selalu
PRAGMATIK (Aprilina Savitri) Page 28
5. menemani hari-harinya. Dan, Ali juga yang membawanya berkenalan dengan Khafsah serta
tiga anak laki-laki keluarga Khan; Faris, Ma’arif, dan Djalaluddin. Keenamnya terikat
persahabatan yang rumit di bawah langit Teheran. Hingga, Leila memutuskan kembali
kenegara asal ibunya, Indonesia. Setelah beranjak dewasa Leila melanjutkan kuliah di Prancis
dan bekerja disana.
Nasib akhirnya membawa Leila kembali ke Teheran lima belas tahun kemudian.
Menelusuri jejak masa kecilnya, Leila mendapati segalanya telah berubah.
Perjuangan Leila mengumpulkan mozaik masa lalu demi mengisi kekosongan hatinya, perlu
perjuangan yang sangat besar. Apa yang telah terjadi pada kelima sahabatnya ternyata tak
seindah masa kanak-kanak mereka. Hingga pada akhirnya ia harus merelakan kepergian dau
sahabatnya, Khafsah yang terkena AIDS dan Ali dengan membawa cinta masa kecinya.
Dengan perpaduan latar Teheran, Indonesia, dan Prancis yang apik, kisah demi kisah
yang tersaji mengajak Anda melakukan perjalanan akan pencarian makna persahabatan dan
cinta. Sungguh menyentuh!
Ini adalah Teheran dalam toplesku. Toples yang menyimpan segalanya dengan sangat
rapi dan ringkas. Toples yang sangat berharga dan bisa aku bawa ke mana pun. Isinya tak
mampu ditawar oleh siapa pun, termasuk jutawan kaya.
Tema Cerita : Persahabatan dan cinta
Setting Cerita : Perpaduan latar Teheran, Indonesia, dan Prancis.
Tokoh- tokoh dan Watak :
Leila : Seorag gadis cerdas yang selalu bersemangat, setia kawan, menjadi
fotografer majalah terkenal di Prancis. Sangat mencintai Ali, namun tak bisa
memiliki, karena saat kembali bertemu ketika dewasa Ali sudah menikah.
Ibu : Penulis terkenal di indonesia, sangat bijaksana dan menjadi inspirsi
bagi anak-anaknya
Ali : Seorang pemuda yang memiliki kekurangan pada waktu kecil, namun
karena bantuan leila ia bisa sembuh dan menjadi seorang dokter anak. Pengecut, tidak
berani, selalu bersyukur, Sangat mencintai Leila
Khafsah : Gadis miskin yang baik hati, namun harus teraniaya karna faktor
ekonomi, selalu bersyukur dan setia kawan.
Fariz : Termasuk Klan Khan, pemberani, bertanggung jawab, setia. Ia
menjadi koki terkenal dan sangat mencintai Leila
PRAGMATIK (Aprilina Savitri) Page 29
6. Ma’Arif : Termasuk Klan Khan, baik, bijaksana, setia kawan, seorang polisi
Djalaludin : Termasuk Klan Khan, baik, humoris, penggila syair, harus kehilangan
cintanya pada Khafsah
Alur Cerita: Maju dan Mundur
Amanat: Janganlah kita terpaku pada masa lalu kita, masa lalu jadikannlah pelajaran untuk
menata hal-hal yang lebih baik di masa depan.
ANALISIS NOVEL
o “Anakmu mengalami trauma,” kata Ibu sambil melihat dalam-dalam wajah anak
lelaki itu. “kenapa bisa begini?”
“Ia melihat ledakan mobil secara tak sengaja” (hal 19 paragraf dua dan tiga)
Analisis : Melihat seorang anak laki-laki yang sorot matanya berisikan
kehancuran dan ketakutan ketika melihat tetangga baru, Ibu Leila langsung memiliki
praanggapan leksikal, dan ternyata itu dibenarkan oleh ibu anak laki-laki tersebut
o Ini kue daganganmu? tanya ibu sambil melirik sekeranjang kue itu
Bukan khanum, itu untuk anda. Hadiah ini sangat tak pantas untuk anda. Maaf jika
anda merasa tersindir.” (hal 20 paragraf 3 dan 4)
Analisis : Sebelumnya Ibu Leila bertanya tentang pekerjaan wanita yang
berkunjung kerumahnya, dan melirik sekeranjang kue yang dibawa oleh tetangganya,
lalu memiliki praanggapan non faktif, dan ternyata pernyataan tersebut salah.
o Kukira itulah wajah kakek yang tak pernah aku lihat sebelumnya.
Tuan, bagaimana kabar Tuan?”. Kata tuan yang diucapkan Ayah membuat hatiku
menciut (hal 34 paragraf pertama).
Analisis : Melihat seseorang yang sudah tua, berpakaian rapi, yang sangat dekat
ketika bertemu ayahnya. Leila sangat senang dan memiliki praanggapan non faktif.
Leila yang belum pernah melihat kakeknya, mengangap pria tua yang berkunjung ke
rumahnya adalah kakeknya. Betapa kecewanya Ia ketika tau bahwa itu bukan
kakeknya melainkan Guru ngaji ayahnya
o Kali ini, ia membentuk bayangan yang sama dengan ayunan. Aku terbangun seolah
mendapati ilham baru. Aku berlari, menuruni tangga, menuju ayah yang sedang
membaca koran.
“Ayah, aku mau ayunan.” (hal 39 paragraf dua dan tiga)
PRAGMATIK (Aprilina Savitri) Page 30
7. Analisis : Ketika Ali sedang bersama Leila, Ali membentuk sebuah bayangan.
Leila lalu memiliki praanggapan pragmatik. Ia langsung memeinta kepada ayahnya
karena ia ingin melihat Ali bahagia, tersenyum dan berbicara kepadanya. Ternyata
setelah ayunan dibuatkan oleh ayahnya Ali dan Leila sangat bahagia, walaupun Ali
tetap tidak bicara.
o Kau tau, Ali? Aku sangat menyukainya. Akhirnya kau tersenyum kepadaku”
Aku mengayunkan lagi ayunan itu dan Ali tersenyum melihatku.
“Ali, kau suka dengan ayunan kan? Sudah aku duga. Aku sempat marah karena kau
tak mempedulikanku.” (hal 49 paragraf stu,dua dan tiga)
Analisis : Leila melihat perubahan pada diri Ali, Ali yang tadinya diam saja kini
mulai tersenyum kepadanya, Leila mempunyai praanggapan leksikal, karena dari
tatapan matanya Ali terlihat sangat senang. Ternyata apa yang Leila pikirkan tidak
meleset.
o _“Dasar budak Afgan,” kata seorang gadis yang membuatku malas menatapnya. (hal
88 paragraf ke tiga)
_“Hei lihat, di atasnya ada Afghanistan,” kata Zahro. Lalu ia melirikku dan berkata,
“Harusnya, kau tak sekolah di sini. Kau kan orang Afgan.” (hal 115 paragraf ke dua)
Analisis : Semua temanya di sekolah, kecuali sahabatnya Khafsah, memiliki
praanggapan non faktif. Leila adalah orang Afgan karena Leila memiliki kulit dan
wajah yang berbeda diantara yang lain. Ternyata itu salah besar karena Ibunya berasal
dari Indonesia, dan ayahnya berkebabgsaan Turki.
o “Leila,cari adikmu sana! Kata ayah
“Ayah ..., panas, nanti aku hitam.” (hal 172 paragraf pertama)
Analisis : Leila yang baru datang ke Indonesia ketika di minta ayahnya mencari
adiknya, ia merasa malas. Leila memiliki praanggapan semantik, karena pada saat itu
matahari sangatlah terik.
o “Ah, dasar anak orang kaya. Tak mau uang. Orang kaya memeng sulit dimengerti
ya?” (hal 190 paragraf ke empat)
Analisis : Sebelumnya Reni dan Leila sedang membicarakan tentang masa
depannya, ketika reni mendengar Leila ingin menjadi juru foto, ia merasa aneh.
Leila termasuk orang pandai dikelasnya, dan ia tau bahwa juru foto hanya memiliki
gaji yang kecil. Lalu ia memiliki praanggapan Faktif. Karena sebenarnya leila ingin
bekerja bukan untuk gaji, tapi kesenangan.
o “Nenekmu bukan nenek sihir kan?” tanyaku sambil melihat Ali tersenyum
PRAGMATIK (Aprilina Savitri) Page 31
8. “Bukan,”kata Faris
“Tapi ia sungguh mirip nenek sihir” kataku.(hal 206, paragraf ke dua dan ke tiga)
Analisis : Pada saat itu Leila dan lima sahabatnya sedang mengintai nenek Faris
yang sedang memasak. Leila menyatakan praanggapan konterfaktual. Memang nenek
faris berwajah keriput, rambut putih, hidung mancung, mata hijau yang tajam, komat
kamit plus spatula serta kuali besar yang mengeluarkan asap tebal seperti pada film
yang mereka lihat. Namun nenek itu bukan nenek sihir walaupun anak-anak itu
beranggapan demikian.
o “Sudah jangan mengasihani aku.”
“Hei,Non, siapa yang mengasihani? Kau yang mulai kan,?(hal 226 paragraf ke tiga)
Analisis : Leila memiliki praanggapan struktural kepada Jane Faktif. Jane
adalah sahabatnya di Paris ia satu kamar dengan Leila, dan ia menyadari perubahan
leila yang kini banyak terdiam.
o “Itu Gula” “benarkah? Boleh aku mencicipi gulanya? ”
“Duh,duhh..Asin. Ini garam kan?”
“Tentu ini garam,nak. Garam menetralisir agar rasa pahit dalam zaitun hilang,” kata
ibunya khafsah sambil memberiku segelas air.( hal 231 paragraf ke dua)
Analisis : ketika leila bermain di rumah khafsah, ia mencicipi bubuk putih yang
ditaburkan di zaitun. Praanggapan Konterfaktual yang dialami Leila menjadikannya
mencicipi garam yang ia pikir adalah gula.
o “Isaac apa mereka akan menerimaku lagi?’
“Mungkin, Tujuh puluh persen, mereka akan menerimamu lagi,” katanya sambil
melirikku. (hal 242 paragraf ke lima)
Analisis : Isaac memiliki praanggapan struktural, karena ketika itu Isaac
mendengar Leila menceritakan bagaimana indahnya persahabatan mereka dulu, dan
saat itu Leila bertanya apa dia akan diterima kembali di Teheran karena dia sudah
meninggalkan para sahabatnya begitu lama
o ‘Kau belum makan”
“belum,” jawabku singkat
Jane lalu berjalan beberapa langkah, menyuguhkan aku sekotak makanan India.(hal
354 paragraf dua)
Analisis ; Praanggapan pragmatik. Jane tau Leila sedang bersedih dan bila
seperti itu Leila suka lupa makan.
BAB III PENUTUP
PRAGMATIK (Aprilina Savitri) Page 32
9. SIMPULAN
Dari hasil analisis sederhana yang telah diuraikan di atas, dapat di ambil
kesimpulan, pertama bahwa fungsi praanggapan pada umumnya bersifat menerka
sesuatu hal yang bermakna sesuai dengan konteks. Hal ini menunjukan bahwa
peristiwa Praanggapan selalu terjadi pada setiap aktifitas dan komunikasi yang
menggunakan bahasa sebagai medianya.
Kedua bahwa keberadaan praanggapan yang ditulis berdasarkan hasil
pengamatan analisis novel sastra “Teheran dalam Toples” melalui Praanggapan
(Pragmatik) yang terdapat novel tersebut ialah (1) Praanggapan Semantik(2)
praanggapan pragmatik (3) Praanggapan faktif (4) Praanggapan leksikal (5)
Praanggapan struktural. Praanggapan terdapat, pada dialog dan pernyataan antara
Leila dan teman-temanya..
SARAN
Melalui analisis Novel sastra “Teheran dalam Toples”. Saya berharap akan
ada analisis-analisis praanggapan lainnya yang jauh lebih baik dari saya, sehingga
sayapun dapat belajar lebih banyak lagi. Dengan menganalisis, menambah wawasan
saya tentang budaya iran dan juga prancis dalam satu buku. sungguh bangus bukan
main novelnya. Demikian yang dapat saya paparkan mengenai analisis pragmatik ,
tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul novel ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
analisis ini dan penulisan di kesempatan - kesempatan berikutnya. Semoga analisis ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Faizah Aminatul. 2012.Teheran dalamToples. Jogjakarta :Diva Press
PRAGMATIK (Aprilina Savitri) Page 33