2. BAB II
LINGKARAN WINA
CONTEXT OF
JUSTIFICATION,
RASIONAL KONSTITUTIF (DE
LURE)
LINGKARAN WINA
TOKOH-TOKOH UTAMA
LINGKARAN WINA
KEKACAUAN SUDUT
PANDANG TEOLOGIS,
METAFISIS, DAN SAINS
MANIFESTO
LINGKARAN WINA
KARAKTERISTIK ILMU
PENGETAHUAN
SEBAGAI UNIFIED
SCIENCE
Otto Neurath
Rudolf Carnap
Moritz Schlick
Philip Frank
3. LINGKARAN WINA
• Lingkaran Wina atau The Vienna Circle (Jerman: der
Wiener Kreis) adalah sebuah komunitas yang terdiri dari
para filsuf yang berada di Universitas Wina (1922-1929).
Pengertian
• Kelompok filsuf ini dipimpin Moritz Schlick yang ketika itu
(1922) menjadi ketua Jurusan Filsafat Ilmu Pengetahuan
Induktif di Universitas Wina.
Pemimpin
• Para filsuf tersebut bercita – cita mebangun sesuatu
yang hampir tidak mungkin, yakni filsafat sebagai
ilmu pengetahuan yang mampu meletakkan dasar
yang kokoh tentang bagaimana metodologi ilmu
pengetahuan sebagai satu kesatuan metode yang
solid.
Cita-cita
5. Otto Neurath
• Otto Neurath adalah ahli filsafat ilmu pengetahuan,
sosiologi, dan politik ekonomi. Ia adalah pengajar
ekonomi di WIna, Direktur Deutsches Kriegwirtschafts
museum di Leipzig, penggiat Partai Sosial Demokratik
Jerman, dan pemimpin Perusahaan perencanaan
ekonomi di Munchen.
• Jasa-jasanya dalam pelbagai jenis kegiatan social,
politik, ekonomi, dan ilmu pengetahuan adalah
sebagai berikut:
• Penciptaan Isotype
• Pengembangan Filsafat Ilmu Pengetahuan dalam
Bahasa Formal
6. Rudolf Carnap
• Rudolf Carnap adalah salah satu anggota Lingkaran
Wina yang mempelajari logika matematika dari
Frege dan fisika dari Albert Einstein.
• Karya monumental Carnap meliputi banyak bidang, yakni:
• Empirisme dalam versi yang ketat ditulisnya dalam buku
The Logical Structure of the World.
• Prinsip toleransi yang ditulis dalam buku Logical Syntax of
Language (1934).
• Sintaksis logis (tata bahasa logis
• Penggunaan konsep verifiabilitas dalam sintaksis logis
7. Moritz Schlick
• Moritz Schlick (1882-1936) adalah filsuf Jerman yang
memiliki latar belakang yang sangat kuat dalam fisika. Ia
sering disebut sebagai perintis positivism logis dalam
Lingkaran Wina.
• Bagi Schlick, sebuah pernyataan adalah benar jika dan hanya
jika dibuktikan secara empiris. Pernyataan yang tidak bisa
dibuktikan secara empiris sama dengan “tidak berarti” atau
meaningless atau omong kosong.
• Kecenderungan anti metafisika kemudian berlaku sebagai
prinsip utama penolakan metafisika yang disepakati oleh
semua anggota Lingkaran Wina.
8. Philip Frank
• Philip Frank (1884-1966) adalah seorang ahli dalam banyak
bidang empiris, seperti fisika, matematika, dan filsafat ilmu
pengetahuan. Ia memperjuangkan positivisme logis. Ia belajar
fisika dibawah bimbingan Ludwg Boltzmann. Minatnya pada
fisika dipengaruhi secara kuat oleh Albert Einstein.
• Pandangan Frank tentang fisika lebih condong pada Einstein
daripada Mach. Hal itu ditunjukkan dalam pemikirannya yang
sama dengan Einstein yang melawan Mach, bahwa setiap aksi
yang menempuh jarak tertentu mengalami perlambatan
(missal gerak cahaya dama ruang hampa tidak konstan).
9. KEKACAUAN SUDUT
PANDANG TEOLOGIS, METAFISIS, DAN SAINS
• Sebab utama kekacauan sudut pandang teologis, metafisis, dan sains
adalah runtuhnya cara pandang ilmiah yang didasarkan pada fisika
Aristoteles, yakni:
1.
- Geosentrisme yang didasarkan pada
pemikiran Aristoteles yang mempengaruhi
pandangan teologi dan metafisika Abad
Petengahan mengalami keguncangan akibat
reformasi Protestan, lahirnya Negara-negara
nasional yang ingin melepaskan diri dari
kekuasaan sentralistik Gereja Katolik
Roma,serta runtuhnya teori menara
Ptolomeus yang geosentris oleh penemuan
Kopernikus di bidang astronomi yang
memperkuat teori heliosentrisme.
2.
Lahirnya aliran-aliran besar
sebagai cara pandang baru
tentang ilmu pengetahuan
melanjutkan gelora revolusi ilmu
pengetahuan abad XVII dalam
abad XVIII seperti rasionalisme
Cartesian. Empirisme Humean,
dan kritisme, Kantian.
10. 3.
Timbulnya positivism oleh A. Comte yang menerapkan
konsep epistemology Kantian mengenai pengetahuan
sintesis a priori pada sosiologi abad XIX mempengaruhi
pemahaman atas gejala - gejala social sebagai gejala –
gejala yang sama dengan gejala alam sehingga
memudahkan penggunaan ilmu alam dalam analisis
sosial pada abad XX.
Menurutnya, penerapaan ilmu alam pada ilmu-ilmu
sosial budaya didasarkan pada teori perkembangan
kesadaran manusia yang berlangsung secara linier dalam
tiga tahap: teologis, metafisik, dan sains dalam arti
positivistik.
11. • Penyatuan ilmu pengetahuan modern yang dalam abad XX
dimodelkan oleh pendekatan ilmu alam mengahsilkan dua
kelompok ilmu pengetahuan modern, yakni:
2. Kelompok Ilmu
Pengetahuan
Eksakta
(Ilmu-ilmu eksakta
atau non-empiris
meliputi
matematika, ilmu
ukur, dan filsafat.)
1. Kelompok
Ilmu
Pengetahuan
Non-eksakta
(imu alam, ilmu
sejarah, dan ilmu
kemanusiaan)
12. • Penggambaran mengenai dua kelompok ilmu
pengetahuan empiris/non-eksakta dan ilmu
pengatahuan non-empiris/eksakta memperlihatkan
kedigdayaan positivisme yang mempengaruhi
perkembanagn ilmu pengetahuan dari abad XIX-XX.
• Tampilnya lingkaran Wina, dapat dilihat sebagai reaksi
terhadap positivisme.
• Bagi Lingkaran Wina, positivisme harus membebaskan
diri dari kehendak subjek untuk secara objektif
mengklaim kebenaran hanya atas dasar pembuktian
empiris, bukan kehendak subjek.
13. MANIFESTO LINGKARAN WINA
• Cita-cita Lingkaran Wina adalah memantapkan positivisme logis
sebagai cara pandang ilmu pengetahuan yang secara ketat
memperjuangkan klaim yang dapat dibuktikan dengan argument
empiris.
• Artinya, suatu pernyataan benar jika dan hanya jika pernyataan
tersebut dapat dibuktikan secara empiris menurut prosedur yang
logis.
• Cita-cita mazhab intelektual ini untuk menyatukan metodologi ilmu
pengetahuan melalui positivisme logis dirumuskan dalam sebuah
Manifesto (Wissenschaftliche Weltauffassung) yang diumumkan
pada tahun 1929. Manifesto tersebut ditandatangani oleh Hahn,
Neurath dan Carnap.
14. KARAKTERISTIK ILMU PENGETAHUAN
SEBAGAI UNIFIED SCIENCE
Manisfesto lingkaran Wina meliputi:
2.
metode untuk menilai kebenaran ilmiah adalah analisis logis
atas pengalaman.
Dengan kata lain, klaim tentang kebenaran ilmiah harus menyatakan
kesatuan pengalaman dengan pengetahuan yang diperoleh melalui
analisis logis. Inilah karakteristik ilmu pengetahuan sebagai unified
science.
1.
objek ilmu pengetahuan adalah pengalaman, dan
15. •Tujuan akhir yang ingin dicapai Lingkaran WIna adalah
kesatupaduan ilmu pengetahuan (unified science) sebagai
sebuah konstruksi sistemik yang di dalamnya tiap
pernyataan yang sah dapat dikembalikan dalam bentuk
dasar, yaitu pengalaman itu sendiri sebagai kenyataan atau
fakta.
•Perjuangan akhir ingkaran Wina adalah menyatukan visi
ilmu pengetahuan sebagai unified science, yakni metodologi
yang hanya mengakui pengalaman (fakta) sebagai objek
penegetahuan yang bisa dibuktikan melalui analisis logis
dalam bahasa matematis.