Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang permasalahan rendahnya hasil belajar matematika siswa SMA Negeri 1 Tanjung Jabung Timur.
2. Peneliti berniat menggunakan metode hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
3. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan metode hypnoteaching dan ekspos
Contoh Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Kelas V SD pada materi Kubus dan Balok. Mungkin saja berguna untuk mahasiswa calon guru sebagai bahan referensi.
Contoh Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Kelas V SD pada materi Kubus dan Balok. Mungkin saja berguna untuk mahasiswa calon guru sebagai bahan referensi.
What was your best learning experience? Our story about using stories to solv...Patrick Lowenthal
“Theory? What does this have to do with anything we’re doing?” Sound familiar? Students may not always verbalize this, but they often think it, especially in courses where the emphasis is on the development of technical skills and the application of those skills to the building of products. Presenting theory in a way that is relevant and engaging can be challenging under these circumstances. This article describes how we addressed this challenge by involving students in an analysis of their “best learning experiences” stories, and then helped them apply their discoveries to the products they built.
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan) nftama77
Teori kognitif dan Gestalt lebih menekankan pada proses mental (proses pemikiran) yang melatar belakangi kegiatan atau aktivitas belajar. Sudut pandang ini didasarkan atas aliran strukturalisme atau aspek neurologi sebagai latar belakang pembentukan teorinya. Kedua teori ini menekankan pada proses sensasi dan persepsi yang melatarbelakangi belajar. Asumsinya, perubahan dalam proses merupakan landasan belajar. Proses perseptual dasar bekerja berdasar prinsip-prinsip Gestal yang mencoba untuk menjelaskan bagaimana individu mengorganisasikan (atau mereorganisasikan) potongan-potongan informasi menjadi suatu keseluruhan yang lebih mempunyai makna.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
Latihan ptk desi r
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan kita sekarang membutuhkan perhatian khusus agar tetap
sesuai dengan tujuan pendidikan. Salah satu faktor yang penting adalah metode
pembelajaran yang digunakan oleh para pengajar. Seorang pengajar dituntut untuk
menguasai metode-metode pembelajaran yang ada untuk dapat membawa peserta
didiknya menghasilkan output yang maksimal, berbagai jenis metode dalam
pengajaran semakin dikembangkan. kemajuan metode-metode belajar ini membuat
proses pembelajaran menjadi semakin efisien dan hasil yang diharapkan dapat
tercapai (Wahab, 2008:85).
Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat
abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam
pembelajaran matematika. Dari hasil wawancara informal dengan salah satu guru
matematika SMA Negeri 1 Tanjung Jabung Timur, didapat informasi bahwa salah
satu kendala yang dihadapi dalam pembelajaran matematika adalah kurangnya
motivasi belajar siswa atau siswa tidak menyenangi matematika karena dirasakan
sulit. Hal ini berdampak pada hasil belajar matematika rendah dan aktivitas siswa di
kelas cenderung tidak aktif.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan salah satu
guru matematika SMA Negeri 1 Tanjung Jabung Timur nilai hasil belajar matematika
2. 2
siswa kelas X semester ganjil SMA Negeri 1 Tanjung Jabung Timur masih rendah,
masih banyak siswa yang belum memenuhi KKM (kriteria ketuntasan minimum), dan
masih banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar untuk mata pelajaran
matematika yang ditentukan. KKM yang digunakan di SMA Negeri 1 Tanjung
Jabung Timur untuk pelajaran matematika rombel X adalah 60 dan syarat ketuntasan
kelas adalah 70% siswa yang mencapai KKM. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1
dari jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas serta persentase ketuntasan hasil
belajar matematika siswa pada ujian semester I tahun ajaran 2016/2017 dikelas X
SMA Negeri 1 Tanjung Jabung Timur.
Tabel 1.1 Persentase ketuntasan hasil belajar matematika siswa semester ganjil kelas X SMA
Negeri 1 Tanjung Jabung Timur T.A 2016/2017
kelas Jumlah
siswa
Jumlah siswa yang
tuntas (≥65)
Jumlah siswa yang
tidak tuntas (< 65)
Ketuntasan
%
X 2 40 15 25 37,5%
X 3 39 18 21 46,15%
X 4 40 20 20 50,00%
X 5 43 19 24 44,18%
X 6 43 21 22 48,83%
Jumlah 205 93 112 226,66%
Sumber : Guru Matematika SMA Negeri 1 Tanjung Jabung Timur
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa kelas X
SMA Negeri 1 Tanjung Jabung Timur masih tergolong rendah karena belum
memenuhi KKM. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru matematika
SMA Negeri 1 Tanjung Jabung Timur, diperoleh informasi bahwa faktor penyebab
rendahnya hasil belajar adalah bahwa guru lebih banyak menerapkan metode
pembelajaran ekspositori dalam pembelajaran matematika siswa itu sendiri, sehingga
siswa kurang tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran matematika yang
3. 3
berlangsung karena proses pembelajaran cenderung terpusat pada guru, guru
menjelaskan materi pembelajaran, memberikan contoh soal, siswa mencatat dan
mengerjakan soal-soal latihan. Guru kurang memfasilitasi siswa, sehingga siswa
menjadi pasif, kurang kreatif dan kurang berpartisipasi dalam proses pembelajaran
(Suyitno, 2004:10). Selain itu suasana kelas yang cenderung tidak nyaman
mempengaruhi pola fikir siswa yang menganggap belajar itu adalah beban yang harus
dijalaninya setiap hari. Sehingga kegiatan proses pembelajaran menjadi tidak
menyenangkan, kaku, dan hasil belajar matematika yang dicapai siswa sering tidak
memuaskan.
Banyak cara yang dapat digunakan oleh guru dalam menciptakan suasana
pembelajaran matematika yang menyenangkan agar siswa lebih mudah dalam
memahami dan menguasai konsep dari materi yang dipelajari, salah satunya yaitu
menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Fatahurrahman dan Sutikno (2007 : 59) dengan menggunakan
metode yang tepat, akan menciptakan suasana yang bergairah serta membuat kondisi
anak didik lebih kreatif. Untuk itu metode Hypnoteaching ini sangat tepat digunakan
pada proses pembelajaran di kelas X tersebut karena metode ini merupakan metode
yang dapat mengubah suasana belajar yang monoton dan membosankan kesuasana
belajar yang menyenangkan dan menggembirakan dengan memadukan potensi diri
dan emosi siswa. Maka metode ini sangat baik untuk diterapkan dalam pengajaran
pada setiap pokok bahasan apapun, termasuk pokok bahasan logika matematika.
4. 4
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Jaya (2010:12) Hypnoteaching adalah
metode pembelajaran yang menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan
bahasa-bahasa bawah sadar. Sehingga perhatian siswa akan tersedot secara penuh
pada materi, siswa akan memperhatikan dan enggan untuk berpaling . Sejalan dengan
itu Noer (2010:9) mengemukakan metode Hypnoteaching merupakan perpaduan dari
konsep aktivitas belajar mengajar dengan ilmu hipnosis. Belajar akan terasa lebih
menyenangkan, damai, tenang, dan rileks. Dalam metode ini siswa diajak untuk turut
serta dalam semua proses pembelajaran, dengan cara ini siswa akan merasakan
suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Sebagaimana yang diungkapkan dengan oleh Acep Supriadi dalam penelitiannya
yang berjudul “Hypnoteaching dalam Peneltian Tindakan Kelas”. Dari hasil
penelitiannya didapatkan peningkatan kecerdasan belajar matematika siswa dari 75%
hingga 85%. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Robert Rosental
dan Lenord Jacobs,yang berjudul “Pygmalion Effect” dalam Jaya (2010:10)
melakukan tes akademis terhadap 3 orang siswa dalam sebuah sekolah dari hasil
penelitian bahwa nilai akademis ketiga orang siswa menjadi lebih baik dari pada
siswa yang lain.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis bahwa di SMA Negeri 1 Tanjung
Jabung Timur, di sekolah tersebut belum pernah menggunakan metode
Hypnoteaching dalam pembelajaran matematika di kelas. Oleh karena itu penulis
melakukan penelitian dengan menerapkan metode Hypnoteaching pada
5. 5
pembelajaran matematika kelas X di sekolah tersebut untuk mengetahui hasil belajar
matematika siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan metode
Hypnoteaching di sekolah ini. Untuk itulah penelitian ini penulis beri judul “ Hasil
Belajar Matematika Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Metode Hypnoteaching
pada Materi Logika Matematika di Kelas X SMA Negeri 1 Tanjung Jabung Timur”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka masalah
yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan
menggunakan metode Hypnoteaching?
2. Bagaiman rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan
menggunakan metode ekspositori?
3. Apakah rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan
metode Hypnoteaching lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar matematika
siswa yang diajar dengan menggunakan metode ekspositori?
1.3 Tujuan penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian
ini adalah :
1. Untuk mengetahui rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan
menggunakan metode Hypnoteaching.
2. Untuk mengetahui rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan
menggunakan metode ekspositori.
6. 6
3. Untuk mengetahui rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan
menggunakan metode Hypnoteaching apakah lebih baik dari pada rata-rata hasil
belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan metode ekspositori.
1.4 Manfaat penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru matematika dalam memilih
metode pembelajaran yang dapat membuat siswa terlibat secara aktif dan
termotivasi dalam proses pembelajaran.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat
bagi sekolah dengan adanya informasi yang diperoleh sehingga dapat dijadikan
sebagai bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah.
3. Dapat menambah pengalaman secara langsung bagaimana penggunaan metode
pembelajaran yang baik dan menyenangkan.
7. 7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Belajar dan Pembelajaran Matematika
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi
kebutuhan dan sekaligus mengembangkan dirinya, oleh karena itu belajar sebagai
suatu kegiatan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau tidak telah dilakukan oleh
manusia. Menurut Fatahurrahman dan Sutikno (2007 : 5) mengartikan belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sedangkan menurut Djamarah (2006:38) belajar adalah perubahan
yang terjadi didalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.
Sejalan dengan itu Purwanto (2010:39) menjelaskan bahwa belajar merupakan proses
dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan
perubahan dalam perilakunya.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku yang dialami seseorang berupa pengetahuan,
pemahaman, keterampilan,dan nilai sikap yang berinteraksi terhadap lingkungannya.
Proses tingkah laku yang diharapkan terhadap siswa didapatkan melalui melalui
proses yang disebut dengan pembelajaran.
8. 8
Menurut Riyanto (2009:131) pembelajaran adalah upaya membelajarkan
siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari
sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Dalam hal ini yang dituntut untuk aktif adalah
siswa, sedangkan guru hanya membimbing dan memberi kesempatan pada siswa
untuk aktif dan kreatif. Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran
hendaknya memikirkan dan mengupayakan agar siswa dapat mempelajari bahan
pelajaran sesuai dengan tujuan dan memperoleh hasil yang baik.
Menurut Bruner (dalam Hudojo, 2003:56) belajar matematika adalah belajar
tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi-
materi yang dipelajari serta menjalankan hubungan antar konsep-konsep dan struktur
itu. Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah menuntut peran guru
dalam menata lingkungan belajar sebaik mungkin sehingga siswa dapat menjalani
proses belajar matematika dengan baik. Pembelajaran matematika hendaknya lebih
bervariasi metode maupun variasinya guna mengoptimalkan potensi siswa.
Guru matematika akan mampu mengajarkan matematika kepada siswa dengan
tujuan pembelajaran bila ia memahmi hakikat matematika dan pengajarannya dengan
menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan efisien.
2.2 Hasil Belajar
Menurut Purwanto (2010:54) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari
proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar diukur untuk
mengetahui pencapaian tujuan pendidikan sehingga hasil belajar harus sesuai dengan
9. 9
tujuan pendidikan. Sejalan dengan itu Kingsley (Sudjana, 2006:22) membagi tiga
macam hasil belajar, yaitu : (1) keterampilan dan kebiasaan: (2) pengetahuan dan
pengertian; (3) sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan
bahan yang ada pada kurikulum sekolah.
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana proses belajar dan pembelajaran telah berjalan secara efektif.
Keefektifan pembelajaran tampak pada kemampuan peserta didik mencapai tujuan
belajar yang telah ditetapkan. Dari segi guru, penilaian hasil belajar akan memberikan
gambaran mengenai keefektifan mengajarnya, apakah pendekatan dan media yang
digunakan mampu membantu peserta didik mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
Tes hasil belajar yang dilakukan pada peserta didik dapat memberikan informasi
sampai dimana penguasaan dan kemampuan yang telah dicapai peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP), setiap mata pelajaran khususnya matematika memiliki ketuntasan standar
belajar minimal (SKBM) untuk stiap aspek penilaian.
. Dalam penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah hasil tes akhir yang
diperoleh siswa tentang tingkat penguasaan materi yang diajarkan dan disajikan
dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran
Hypnoteaching, Quantum Teaching, dan ekspositori.
10. 10
2.3 Metode Pembelajaran Hypnoteaching
Dalam proses pembelajaran perlu adanya pendekatan baru tentang cara
mengajar dan menciptakan keajaiban didalam ruang kelas. Pentingnnya guru
menguasai kelas sangat berpengaruh dalam proses belajar yang efektif. Menurut Jaya
(2010:44-45) ekspresi guru yang menyenangkan tersebut akan terekam dalam benak
dan emosi siswa yang dapat mempengaruhi siswa saat belajar. Untuk menciptakan
proses pembelajaran yang efektif diperlukan metode-metode pembelajaran yang
menyenangkan dan mudah. Salah satunya adalah metode Hypnoteaching.
Metode pembelajaran Hypnoteaching adalah metode pembelajaran yang
penyampain materinya menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar yang mampu
memunculkan ketertarikan tersendiri pada setiap peserta didik, karena alam bawah
sadar lebih besar dominasinya daripada daya kerja otak (Jaya, 2010:24). Pikiran
bawah sadar adalah tempat tersimpannya keyakinan (belief) dan jati diri (self image)
yang terbentuk dan terakumulasi semenjak seseorang lahir. Alam bawah sadar sering
kita pergunakan untuk menggerakan seluruh tubuh untuk melakukan sesuatu, dari
sinilah terbentuk persepsi terhadap suatu informasi subjektif yang masuk. Ketika
informasi itu telah menjadi persepsi maka data keyakinan dan jati diripun bertambah
(Jaya, 2010:43).
Persepsi adalah pintu untuk masuk (start) kedalam proses belajar mengajar
yang lebih efektif dan efisien (Jaya,2010:44). Hal ini sangat berpengaruh pada proses
belajar mengajar selanjutnya, karena persepsi yang positif membuat suasana belajar
siswa menjadi menyenagkan dan nyaman satu sama lain maka motivasi untuk
11. 11
membuat proses belajar mengajar menjadi lebih efektif akan datang dengan
sendirinya.
Aplikasi dalam dunia pendidikan tidak berarti guru menidurkan semua siswa
dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini Hypnoteaching adalah proses
pembelajaran yang membuat siswa untuk nyaman dan betah dalam belajar.
Selanjutnya dengan sugesti yang kita berikan, mereka akan termotivasi untuk terus
menikmati belajarnya (Noer, 2010:121).
Sebelum melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode
Hypnoteaching ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh pengajar agar
tercipta suasana yang menyenangkan sehingga dapat membuat siswa menjadi lebih
aktif dan senang dengan pelajaran matematika.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksaan proses pembelajaran metode
Hypnoteaching adalah :
1. Pacing (menyamakan gerak tubuh)
Pacing berarti menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak
dengan orang lain atau peserta didik. Prinsip dasar di sini adalah “manusia
cenderung, atau lebih suka berkumpul / berinteraksi dengan sejenisnya /
memiliki banyak kesamaan”. Secara alami dan naluriah, setiap orang pasti
akan merasa nyaman dan senang untuk berkumpul dengan orang lain yang
memiliki kesamaan dengannya sehingga akan merasa nyaman berada di
dalamnya. Dengan kenyamanan yang bersumber dari kesamaan gelombang
otak ini, maka setiap pesan yang disampaikan dari orang satu pada orang-
12. 12
orang yang lain akan dapat diterima dan dipahami dengan sangat baik (Jaya,
2010:70).
2. Leading (memimpin/mengarahkan)
Leading berarti memimpin atau mengarahkan setelah proses pacing kita
lakukan. Setelah melakukan pacing, maka peserta didik akan merasa nyaman
dengan kita. Pada saat itulah hampir setiap apapun yang kita ucapkan atau
tugaskan pada peserta didik, maka peserta didik akan melakukannya dengan
suka rela dan bahagia. Sesulit apapun materinya, maka pikiran bawah sadar
peserta didik akan menangkap materi pelajaran kita adalah hal yang mudah,
maka sesulit apapun soal ujian yang diujikan, akan ikut menjadi mudah, dan
peserta didik akan dapat meraih prestasi belajar yang gemilang(Hakim,
2010:80).
3. Gunakan kata positif
Penggunaan kata positif ini sesuai dengan cara kerja pikiran bawah sadar yang
tidak mau menerima kata negatif. Kata-kata yang diberikan oleh pendidik
entah langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi kondisi psikis
peserta didik. Kata-kata yang positif dari pendidik dapat membuat peserta
didik merasa lebih percaya diri dalam menerima materi yang diberikan. Kata-
kata tersebut dapat berupa ajakan dan himbauan (Hakim, 2010:32). Jadi
apabila ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh peserta didik, hendaknya
menggunakan kata ganti yang positif untuk mengganti kata-kata negatif tadi.
Sebagai contoh apabila akan menenangkan kelas yang ramai, biasanya kata
13. 13
perintah yang keluar adalah “jangan ramai”. Kata-kata “jangan ramai” ini
dalam pengaplikasian Hypnoteaching hendaknya diganti dengan “mohon
tenang”, dan sebagainya .
4. Menampilkan peraturan.
Peraturan perlu diterapkan agar pikiran bawah sadar murid mampu
melingkupi apa yang harus menjadi pusat perhatiannya. Peraturan ini bisa
berupa adanya ‘Hypnoteaching and punisment’. Hypnoteaching merupakan
pujian peningkatan harga diri seseorang. Pujian merupakan salah satu cara
untuk membentuk konsep diri seseorang. Namun perlu diingat bahwa setiap
peraturan yang dibuat harus disertakan dengan punishment/hukuman yang
setimpal (Hakim, 2010:51).
5. Modeling
Modeling adalah proses memberi tauladan atau contoh melalui ucapan dan
perilaku yang konsisten. Hal ini sangat perlu dan menjadi salah satu kunci
Hypnoteaching. Setelah peserta didik menjadi nyaman dengan kita. Maka
perlu pula kepercayaan (trust) peserta didik pada kita dimantapkan dengan
perilaku kita yang konsisten dengan ucapan dan ajaran kita. Sehingga kita
selalu menjadi figur yang dipercaya(Jaya, 2010:20).
Dengan memperhatikan hal-hal diatas guru baru bisa melaksanakan proses
pembelajaran yang menggunakan metode Hypnoteaching. Menurut Hakim
(2010:153) langkah-langkah dalam metode pembelajaran ini adalah :
1. Mind (menciptakan ketenangan dalam berfikir)
14. 14
Lingkungan kelas dari guru, ruang kelas, ruangan diluar kelas harus saling
sinergi untuk memberi ketenangan kepada pikiran siswa. Dalam hal ini guru
menciptakan suasana kelas yang rileks dan nyaman antara siswa dan guru.
2. Acquiring the fact (memperoleh fakta)
Pada proses belajar mengajar seorang siswa memerlukan contoh-contoh dan
fakta dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini guru memberikan
motivasi,semangat, dan rangsangan untuk membangkitkan imajinasi siswa
dengan memberikan cerita-cerita yang menarik.
3. Search out the meaning (menemukan arti yang sebenarnya)
Dengan menggunakan kata-kata positif dan bahasa yang sering digunakan
siswa guru memberikan analogi dan penjelasan yang realistis terhadap
maksud dan tujuan dari setiap materi pelajaran.
4. Trigger out memory (memicu memori siswa)
Guru membangkitkan rasa keingintahuan siswa dengan memberikan
penjelasan detail yang lebih menarik. Pertanyaan bisa dibuat semenarik
mungkin dalam bentuk permainan pertanyaan berantai. Secara otomatis, hal
itu memicu setiap murid untuk bertanya.
5. Exhibit (memeragakan)
Guru memberikan contoh soal secara nyata atau dengan melatih soal-soal
yang membantu siswa untuk memahami dan mendalami materi pelajaran.
Serta siswa juga harus bisa memperagakan apa yang telah dipelajari.
6. Reflect (merefleksikan yang telah kita pelajari)
15. 15
Diakhir pelajaran guru mengarahkan siswa untuk menyimpulkan dan
merefleksikan materi pelajaran yang baru diterangkan sesuai bahasanya
sendiri.
Adapun yang menjadi kelebihan pembelajaran dengan menggunakan metode
Hypnoteaching adalah sebagai berikut :
1. Proses belajar mengajar yang lebih dinamis dan ada interaksi yang baik antara
pendidik dan peserta didik
2. Peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya
3. Proses pemberian ketrampilan banyak diberikan disini
4. Proses pembelajarannya lebih beragam
5. Peserta didik dapat dengan mudah menguasai materi, karna termotivasi lebih
untuk belajar
6. Pembelajaran bersifat aktif
7. Pemantauan terhadap peserta didik lebih intensif
8. Peserta didik lebih dapat berimajinasi dan berfikir kreatif
9. Peserta didik akan melakukan pembelajaran dengan senang hati
10. Daya serapnya lebih cepat dan lebih bertahan lama, karena peserta didik tidak
menghafal
11. Perhatian peserta didik akan tersedot penuh terhadap materi
Adapun yang menjadi Kekurangan dari pembelajaran Hypnoteaching adalah:
1. Metode ini belum banyak digunakan oleh para pendidik.
16. 16
2. Banyaknya peserta didik yang ada disebuah kelas, menyebabkan kurangnya
waktu dari pendidik untuk memberi perhatian satu per satu peserta didiknya
3. Perlu pembelajaran agar pendidik bisa melakukan Hypnoteaching
4. Tidak semua pendidik menguasai metode ini
5. Kurangnya sarana dan prasarana yang ada disekolah
2.4 Metode Pembelajaran Ekpositori
Menurut Suherman dan Winataputra (1994:243) pembelajaran ekspositori
sama seperti pembelajaran ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan kepada guru
sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Tetapi pada pembelajaran ekspositori
dominasi guru berkurang, karena tidak terus menerus berbicara. Ia berbicara pada
awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal, dan pada waktu-waktu yang
diperlukan saja. Pada pembelajaran ekspositori siswa mengerjakan latihan soal
sendiri atau disuruh membuatnya dipapan tulis. Sedangkan Menurut Suyitno Amin
(2004: 4) metode ekspositori adalah cara penyampaian pelajaran dari seorang guru
kepada siswa di dalam kelas dengan cara berbicara di awal pelajaran, menerangkan
materi dan contoh soal disertai tanya jawab. Siswa tidak hanya mendengar dan
membuat catatan.
Langkah-langkah pembelajaran ekspositori yang diungkapkan oleh Suherman
dan Winataputra (1994:243) adalah sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan materi pelajaran
2. Guru menjelaskan contoh-contoh soal
17. 17
3. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, sehingga guru dapat
menjelaskan kembali jawaban dari pertanyaan siswa secara klasikal ataupun
individual
4. Guru memberikan soal latihan kepada siswa
5. Guru melakukan evaluasi/membahas latihan yang dikerjakan oleh siswa
Adapun keunggulan dan kelemahan metode pembelajaran ekspositori menurut
Suyitno (2004:10) adalah sebagai berikut:
a. Keunggulan
1. Metode ini dapat dapat digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang
besar.
2. Siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi
pelajaran.
3. Metode ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi yang harus dikuasai
siswa cukup luas.
b. Kelemahan
1. Metode pembelajaran ini cenderung terpusat pada guru sehingga siswa
menjadi pasif, kurang kreatif, dan kurang berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran.
2. Metode pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang
memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
18. 18
3. Metode pembelajaran ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap
individu baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat serta
perbedaan gaya belajar
a. Materi Pokok Logika Matematika
Materi pokok dalam penelitian ini adalah logika matematika
A. PERNYATAAN, NILAI KEBENARAN DAN KALIMAT TERBUKA
I. Pernyataan
Setiap pernyataan adalah kalimat, tetapi tidak semua kalimat merupakan
pernyataan. Perhatikan kalimat-kalimat berikut.
i) Tangkaplah orang itu!
ii) Berapa tinggi gedung itu?
Kalimat diatas tidak termasuk pernyataan karena kalimat-kalimat diatas tidak
menerangkan sesuatu(bukan kalimat deklaratif).
Kalimat yang dapat digolongkan pernyataan adalah kalimat –kalimat yang
menerangkan sesuatu ( disebut kalimat deklaratif). Namun tidak semua kalimat
deklaratif merupakan pernyataan.
1) Menara itu tinggi
2) Nasi soto enak.
Kalimat-kalimat diatas dapat benar saja atau salah saja, tetapi bersifat relatif
(tergantung pada keadaan). Kalimat-kalimat tersebut juga bukan penyataan
Definisi Pernyataan:
19. 19
Pernyataan adalah kalimat yang hanya benar saja atau salah saja, tetapi tidak
dapat sekaligus benar atau salah.
II. Nilai kebenaran
Nilai benar atau nilai salah dari suatu pernyataan disebut nilai kebenaran.
Nilai kebenaran dapat ditentukan memakai dasar empiris dan dasar tak-empiris.
1. Dasar empiris, yaitu menentukan benar atau salah dari sebuah pernyataan
berdasarkan fakta yang ada atau dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dasar tak empiris, yaitu menentukan benar atau salah dari sebuah pernyataan
dengan memakai bukti atau perhitungan-perhitungan dalam
matematika.(kebenaran bersifat mutlak).
Nilai kebenaran dari suatu pernyataan dinotasikan dengan huruf Yunani, yaitu τ
(dibaca: tau) yang berasal dari kata asing truth berarti kebenaran.
Misalkan; p : hasl kali 3 dan 5 adalah 15
Pernyataan p benar, sebab 3, sebab 3×5 = 15. Dengan demikian pernyataan p
memiliki nilai kebenaran B (benar), ditulis τ(p) = B
III. Kalimat Terbuka
Perhatikan kalimat berikut:
a. 2x + 3 = 11
b. Itu adalah benda cair
Kalimat-kalimat diatas tidak dapat dinyatakan benar atau salah sebelum
ditetapkan nilai x dan Itu. Kalimat berciri seperti itu dinamakan kalimat terbuka,
20. 20
sedangkan x dan itu disebut peubah atau variabel. Dengan demikian dapat
disimpulkan:
Kalimat terbuka adalah kalimat yang memuat peubah/variabel, sehingga
belum dapat ditentukan nilai kebenarannya (benar atau salah).
Kalimat terbuka dapat diubah menjadi pernyataan dengan cara mengganti
peubah/variabel. Pada himpunan semestanya.
IV. Ingkaran (negasi) dari suatu Pernyataan
Ingkaran (negasi) dari suatu pernyataan adalah suatu pernyataan baru yang
diperoleh dari pernyataan semula sedemikian sehingga jika pernyataan semula
bernilai benar, maka ingkarannya bernilai salah, dan jika pernyataan semula bernilai
salah, maka ingkarannya bernilai benar. Ingkaran pernyataan p dinotasikan dengan
~p.
Tabel kebenaran yang menunjukkan hubungan antara pernyataan p dan
ingkarannya ~p adalah sebagai berikut:
p ~p
B
S
S
B
Ingkaran pernyataan p dapat diperoleh dengan cara menambahkan
kalimat”tidak benar bahwa” didepan pernyataan p,atau dengan menyisipkan
perkataan”tidak” atau “bukan” didalam pernyataan p.
B. PERNYATAAN MAJEMUK
21. 21
Pernyataan majemuk adalah suatu pernyataan yang dibentuk dari beberapa
pernyataan tunggal dengan kata penghubung logika, seperti dan, atau, sehingga,
jika…maka…, jika dan hanya jika…, meskipun, tetapi.
Dalam matematika dikenal beberapa pernyataan majemuk, yaitu Konjungsi,
disjungsi, implikasi,dan biimplikasi.
1. Konjungsi.
Konjungsi adalah pernyataan majemuk yang dibentuk dari dua pernyataan
tunggal dengan kata hubung “dan”. Konjungsi dari pernyataan p dan q dinotasikan
oleh “ p Λ q” (dibaca: p dan q).
Nilai kebenaran p Λ q ditentukan sebagai berikut.
a. p Λ q benar, jika p benar dan q benar.
b. p Λ q salah, jika salah satu atau q salah, atau jika p salah dan q salah
tabel kebenaran konjungsi (p Λ q)
p Q p Λ q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
S
S
22. 22
2. Disjungsi
Disjungsi adalah pernyataan majemuk yang dibentuk dari dua pernyataan tunggal
dengan menggunakan kata hubung”atau”. Disjungsi dari pernyataan p dan
pernyataan q dinotasikan oleh “ p v q” (dibaca: p atau q)
Nilai kebenaran p v q ditentukan sebagai berikut.
a. p v q benar, jika salah satu p atau q benar, atau jika p dan q keduanya benar
b. p v q salah, jika p dan q keduanya salah
Tabel kebenaran disjungsi (p v q)
p q p v q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
B
B
S
3. Implikasi
Implikasi adalah pernyataan majemuk yang dibentuk dari dua pernyataan
tunggal dengan kata hubung “ jika….maka…”. implikasi dari pernyataan p terhadap
q dinotasikan oleh “p→q” dapat dibaca: jika p maka q, p berimplikasi q, q jika
hanya q.
Nilai kebenaran p → q ditentukan sebagai berikut:
a. p → q salah, jika p benar dan q salah
b. p → q benar, dalam komposisi nilai kebenaran p dan q yang lainnya.
Tabel kebenaran implikasi p → q
23. 23
p q p → q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
B
B
4. Biimplikasi
Biimplikasi adalah pernyataan majemuk yang dibentuk dari dua pernyataan
tunggal dengan menggunakan kata hubung ”…..jika dan hanya jika…”.
Biimplikasi dari pernyataan p dan pernyataan q dinotasikan oleh “p ↔ q”,
dibaca “p jika dan hanya jika q” atau “ jika p maka q dan jika q maka p”.
Nilai kebenaran biimplikasi p ↔ q ditentukan sebagai berikut:
a. p ↔ q benar, jika p dan q memiliki nilai kebenaran yang sama (τ(p)=τ(q))
b. p ↔ q salah, jika p dan q memiliki nilai kebenaran yang tidak sama
(τ(p)≠τ(q))
Tabel kebenaran biimplikasi p ↔ q
p q p ↔ q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
S
B
Ingkaran suatu pernyataan majemuk
a. Ingkaran Konjungsi
Ingkaran konjungsi pΛq adalah ~p v ~q. atau ditulis ~(pΛq)≡ ~p v ~q
b. Ingkaran disjungsi
Ingkaran disjungsi p v q adalah ~p Λ ~q Atau ditulis ~(pvq)≡ ~p Λ ~q
24. 24
c. Ingkaran implikasi
Ingkaran implikasi p→q adalah p Λ ~q Atau ditulis ~(p→q)≡ p Λ ~q
d. Ingkaran biimplikasi
Ingkaran biimplikasi p↔q adalah (p Λ ~q) v (q Λ ~p)
C. KONVERS, INVERS, DAN KONTRAPOSISI
Dari suatu implikasi p→q dapat dibentuk implikasi lain yaitu;
1. q→p, yang disebut konvers dari p→q
2. ~p→~q, yang disebut invers dari p→q
3. ~q→~p, yang disebut kontraposisi dari p→q
Tabel kebenaran dari implikasi-implikasi diatas adalah:
p Q ~p ~q
Implikasi
(p → q)
Konvers
(q → p)
Invers
(~p →~ q)
Kontraposisi
(~q → ~p)
B
B
S
S
B
S
B
S
S
S
B
B
S
B
S
B
B
S
B
B
B
B
S
B
B
B
S
B
B
S
B
B
p → q
~p →~ q
q → p
~q → ~p
Invers Kontraposisi
Konvers
Konvers
Invers
25. 25
D. PERNYATAAN BERKUANTOR
Kuantor artinya pegukur kuantitas atau jumlah. Sehinga pernyataan
berkuantor adalah pernyataan yang memuat ukuran kuantitas atau jumlah, seperti
kata semua, seluruh, setiap, tanpa kecuali, ada, beberapa.
Ingkaran Pernyataan Berkuantor
1. Ingkaran dari pernyataan berkuantor semua p adalah
ada/beberapa/terdapat~p.
Misalkan p :semua orang asing berkulit putih
Maka ~p : tidak benar bahwa semua orang asing berkulit putih.
~p : ada orang asing tidak berkulit putih
~p : beberapa orang asing tidak berkulit putih
2. Ingkaran dari pernyataan berkuantor ada atau terdapat p adalah semua~p
Misalnya p : ada laki-laki yang tidak berkumis.
~p : tidak benar bahwa ada laki-laki ang tidak berkumis.
~p :semua laki-laki berkumis
E. BENTUK EKUIVALEN PERNYATAAN MAJEMUK
Dua pernyataan majemuk dikatakan ekuivalen jika kedua pernyataan
majemuk itu mempunyai nilai kebenaran yang sama.
Ekuivalen dua perrnyataan majemuk dinotasikan dengan “≡”
Berikut ini beberapa pernyataan majemuk yang ekuivalen:
26. 26
p→q≡~p v q
pΛq≡qΛp
p→~q≡q→~p
contoh :
Tentukan pernyataan yang ekuivalen dari pernyataan “ jika ia berusaha maka
ia berhasil”
jawab :
misal p : ia berusaha, berati ~p : ia tidak berusaha
q : ia berhasil
p→q : jika ia berusaha maka ia berhasil
p→q ≡ ~pvq
jadi pernyataan yang ekuivalen ~p v q : ia tidak berusaha atau ia berhasil
F. TAUTOLOGI DAN KONTRADIKSI
Tautologi adalah pernyataan majemuk yang selalu benar untuk semua
kemungkinan nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan komponennya.
Kontradiksi adalah pernyataan majemuk yang selalu salah untuk semua
kemungkinan nilai kebenaran dari pernyataaan-pernyataan komponennya.
Contoh : periksa pernyataan berikut tautologi, kontradiksi, bukan tautologi atau
bukan kontradiksi
a. (p Λ ~q )→p
b. p Λ (~pΛq)
27. 27
c. (pΛ~q)→q
Dengan tabel kebenaran dapat ditentukan :
p q ~p ~q (p Λ ~q )→p p Λ (~pΛq) (pΛ~q)→q
B
B
S
S
B
S
B
S
S
S
B
B
S
B
S
B
B
B
B
B
S
S
S
S
B
S
B
B
Jadi : (p Λ ~q )→p = adalah tautologi karena nilai kebenarannya selalu benar
p Λ (~pΛq) = pernyataan kontradiksi
(pΛ~q)→q = bukan tautologi atau bukan kontradiksi
G. PENARIKAN KESIMPULAN
Penarikan kesimpulan/konklusi diperlukan beberapa pernyataan (premis).
Apabila premis-premisnya bernilai benar, maka kesimpulan/konklusi yang diperoleh
juga bernilai benar. Atau dengan kata lain ,proses penarikan kesimpulannya dikatakan
sah
.
1. Modus Ponens
p→q (B)………premis 1
p (B)………premis 2
∴q (B)………Kesimpulan/konklusi
Modus Ponens merupakan penarikan kesimpulan yang sah sebab pernyataan
[(p→q) Λ p] → q merupakan tautologi.
28. 28
2. Modus Tollens
p→q (B)……..premis 1
~q (B)……..premis 2
∴ ~p (B)….….kesimpulan/konklusi
Modus tollens merupakan kesimpulan yang sah sebab pernyataan [(p→q) Λ
~q] → ~p merupakan tautologi.
3. Silogisme
p→q (B)….…premis 1
q→r (B)….…premis 2
∴ p→r (B)…….kesimpulan/konklusi
Silogisme merupakan penarikan kesimpulan yang sah sebab
pernyataan[(p→q) Λ q→r] → (p→r) merupakan tautologi.
29. 29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian tindakan kelas atau classroom Action Research (CAR)
yaitu sebuah penelitian yang dilakukan di dam kelas, dengan menunjuk pada suatu
kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara atau aturan metodologi
tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti
(Arikunto, Suharsimi, 2007: 2).
Penelitian mengenai Metode Hypnoteacing sebagai upaya meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran logika matematika Kelas X SMA negeri 1
Tanjung Jabung Timur, adalah termasuk jenis Penelitian tindakan kelas, karena arah
dan tujuan penelitian ini untuk memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas
mengenai cara meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
Penelitian ini dilakukan secara bekerjasama artinya peneliti berkolaborasi
atau bekerja sama dengan guru mata pelajaran matematika di kelas sebagai observer.
B. Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas merupakan jenis kolaborasi. Pihak yang melakukan
tindakan adalah penulis sendiri yang juga berperan sebagai guru. Dalam penelitian
ini juga membutuhkan teman sejawat yang berperan sebagai pengamat atau observer.
Desain penelitian tindakan kelas di setiap siklus meliputi perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi terhadap pelaksanaan tindakan, dan refleksi.
Penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus melalui tahap
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi.
30. 30
Secara rinci prosedur pelaksanaan PTK itu dapat digambarkan sebagai
berikut:
SIKLUS I
SIKLUS II
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah menyusun rancangan
yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi, maka rancangan yang akan dilaksanakan adalah mengacu pada
metode Hypnoteacing.
Dalam perencanaan ini peneliti yang akan melakukan tindakan menyusun
dan mengembangkan RPP berdasarkan materi pembelajaran yang akan disampaikan
saat proses pembelajaran. Selain membuat lembar observasi, pedoman wawancara,
jurnal harian dan angket.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, penulis mengembangkan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode Hypnoteaching
PERENCANAAN
REFLEKSI Pelaksanaan 2 kali
pertemuan
PENGAMATAN
PENGAMATAN
Refleksi/Analisa Data akhir
Pelaksanaan 2 kali
pertemuan
PERENCANAAN
31. 31
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sesuai yang telah direncanakan. Pada
siklus I akan dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan mengikuti RPP yang
dirancang dengan penerapan Hypnoteaching.
c. Obseravasi
Obserasidilakukan untuk mengamati mengamati pelaksanaan tindakan yang
dilakukan oleh teman sejawat sebagai pengamat atau observer. Observasi dilakukan
selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilaksanakan untuk mengamati
proses pelaksanaan tindakan.
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis agar
penulis dapat merefleksi diri tentang proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Dengan demikian penulis dapat mengetahui bagaimana melaksanakan strategi dalam
tahap ini. Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan proses
pembelajaran yang dilakukan oleh penulis sehingga dapat digunakan untuk
menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya untuk mengontrol jalannya
penelitian agar sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini akan dilakukan
sebanyak dua siklus, sehingga dapat diharapkan motivasi belajar siswa dapat
meningkat.
2. Siklus Kedua
Pada siklus kedua ini tindakan yang diberikan dimaksudkan untuk
memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus pertama. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah menyusun rancangan
yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi, maka rancangan yang akan dilaksanakan adalah mengacu pada
penerapan Hypnoteaching.
Dalam perencanaan ini peneliti yang akan melakukan tindakan menyusun
32. 32
dan mengembangkan RPP berdasarkan materi pembelajaran yang akan disampaikan
saat proses pembelajaran. Selain membuat lembar observasi, pedoman wawancara,
jurnal harian dan angket.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, penulis mengembangkan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode Hypnoteaching
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sesuai yang telah direncanakan. Pada
siklus II akan dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan mengikuti RPP yang
dirancang dengan penerapan Hypnoteaching.
c. Observasi
Observasiuntuk mengamati pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh teman
sejawat sebagai pengamat atau observer. Observasi dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung. Hal ini dilaksanakan untuk mengamati proses
pelaksanaan tindakan.
b. Refleksi/Analisa data Akhir
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis agar
penulis dapat merefleksi diri tentang proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Dari hasil analisis data maka peneliti dapat mengolah data dan melaporkan hasil
penelitian.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas X SMA Negeri 1 Tanung Jabung Timur. Waktu
penelitiannya adalah pada semester I pada Bulan Oktober—Desember 2013 tahun
ajaran 2013/2014. Jadwal pelaksanaan PTK dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
33. 33
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
No. Kegiatan Oktober November Desember
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan proposaldan
perencanaan tindakan 1
X X
2 Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 X X
3 Pengamatan
Pengumpulan data
X
4 Refleksi siklus 1 X
5 Perencanaan Tindakan Siklus 2 X
6 Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 X X
7 Pengamatan
Pengumpulan Data
X
8 Refleksi Siklus 2 X
9 Penulisan Laporan X
D. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Tanjung
Jabung Timur. Penelitian dilakukan pada kelas X mia I yakni berjumlah 39 siswa.
E. Objek Penelitian
Bentuk-bentuk Hypnoteaching yang dapat diberikan kepada siswa oleh guru
yaitu:
1. Penghargaan berupa ucapan
2. Penghargaan berupa tulisan
3. Penghargaan berupa benda/barang
Adapun untuk melihat tingkat dari motivasi siswa yaitu:
1. Rasa senang
2. Rasa tertarik
3. Rasa ingin tahu
4. Rasa perhatian
5. Rasa antusias
6. Keaktifan
34. 34
7. Kesiapan siswa
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Untuk memperoleh data yang
diinginkan peneliti menggunakan beberapa metode, di antaranya adalah metode
observasi, wawancara, dokumentasi, angket, jurnal harian.
a. Observasi
Nasution (1998) observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para
ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering
dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih. Sehingga benda-benda yang
sangat kecil maupun jauh dapat diobservasi secara jelas.
Observasi ini dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran matematika
dengan menggunakan metode Hypnoteaching di kelas X SMA Negeri 1 Tanung
Jabung Timur. Pengamatan dilakukan oleh penulis sebagai guru dan didampingi oleh
teman sejawat sebagai observer atau pengamat.
b. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Wawancara ini menggunakan wawancara semi restruktur yaitu penulis telah
menyiapkan pertanyaan dan suasana saat wawancara santai.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang akan
35. 35
diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam teknik ini berdasarkan pada laporan tentang diri sendiri atau self-
report atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan keyakinan pribadi (Sugiyono,
2010: 317).
Adapun pihak yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah teman sejawat
yang sama-sama mengajar di kelas X SMA Negeri 1 Tanung Jabung Timur.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen
yang berbentuk tulisan merupakan catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi,
peraturan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya Photo, gambar hidup, sketsa
dan lain-lain.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dari penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara,
akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi
kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja atau masyarakat. Hasil
penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh photo-photo atau karya
tulis akademik dan seni yang telah ada.
Jurnal harian adalah catatan singkat dari penulis tentang hal-hal lain yang
tidak tertulis dalam pedoman observasi. Catatan tersebut dianggap dapat melengkapi
data lain sehingga perlu ditulis.
Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mendapati data
tentang proses pembelajaran, gambaran umum SMP Negeri 43 Merangin dan
dokumentasi lain.
d. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
36. 36
dijawab. Angket ini digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen adalah fasilitas yang digunakan oleh penulis dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam
arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Peneliti
Dalam penelitian kualitatif penelitian merupakan perencanaan, pelaksanaan,
pengumpulan data, analis, penafsiran data dan pada akhirnya peneliti juga menjadi
pelopor hasil penelitiannya.
b. Lembar Observasi
Lembar observasi ini digunakan sebagai alat pemantau kegiatan guru maupun
siswa selama proses pembelajaran IPS. Sebagai alat pemantau kegiatan guru,
observasi juga dilakukan mengamati dan mencatat tindakan yang dilakukan oleh
guru dalam melaksanakan pembelajaran yang dilakukan melalui metode pemberian
Hypnoteaching dalam setiap siklus sehingga kelemahan dapat diperbaiki pada siklus
berikutnya.
c. Pedoman wawancara
Wawancara berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan pada guru-guru
atau teman sejawat yang sama-sama mengajar di kelas X dengan tujuan untuk
mengetahui hal-hal yang kurang jelas pada saat observasi.
d. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengetahui suasana kelas saat proses
pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Hypnoteaching. Alat dokumentasi
37. 37
yang dipakai adalah alat tulis untuk mencatat proses berlangsungnya wawancara.
Kamera digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan siswa selama proses
pelajaran matematika dengan menggunakan metode Hypnoteaching.
e. Jurnal Harian
Jurnal harian yang dimaksud adalah catatan singkat dari peneliti tentang hal-
hal lain yang tidak tertulis dalam pedoman observasi. Catatan tersebut dianggap
dapat melengkapi data lain. Sehingga perlu ditulis.
f. Angket
Angket ini digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran matematika. Angket ini berupa
pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui partisipasi, sikap dan
tanggapan mereka setelah mengikuti pembelajaran dengan metode Hypnoteaching.
Aspek dalam angket ini adalah motivasi siswa. Motivasi siswa dapat
dicirikan dalam beberapa indikator, kemudian masing-masing indikator dijabarkan
menjadi butir-butir item pernyataan.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga
dapat mudah dipahami. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif
yang didukung oleh analisis data kuantitatif. Analisis kualitatif yaitu
menggambarkan data menggunakan kalimat untuk memperoleh keterangan yang
jelas dan terperinci. Langkah-langkah analisa sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses memilih, memusatkan perhatian dan
menyederhanakan melalui seleksi dari data mentah yang muncul dari catatan-
catatan tertulis di lapangan sehingga menjadi informasi yang bermakna.
38. 38
2. Display data
Paparan data dilakukan dengan penyajian ada dalam bentuk uraian singkat,
bagan dan grafik sehingga mudah dibaca. Data yang telah diperoleh melalui
angket, kemudian dihitung dengan persentase. Persentase tersebut dapat
diperoleh dengan rumus berikut:
Persentase (P) = jumlah skorx 100
Skor maksimum
Selanjutnya data kuantitatif tersebut ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat
kualitatif. Setelah diperoleh perhitungan tersebut, kemudian ditafsirkan sebagai
berikut:
Tabel 6
Kriteria Penerapan Hypnoteaching dan Motivasi Belajar Siswa
No Persentase Kualifikasi
1 76%--100% Sangat Tinggi
2 56%--75% Tinggi
3 40%--55% Cukup
4 <40% Kurang
a. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan penelitian ini akan dikatakan berhasil apabila tingkat motivasi
siswa telah mencapai ≥ 56 %. Dan juga dilihat dari penerapan Hypnoteaching yang
diterapkan oleh guru mencapai skor ≥ 56 %.
b. Pengambilan Kesimpulan
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan kemudian disimpulkan secara
39. 39
keseluruhan.
H. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah
ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka peneliti
mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas
data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Dalam
penelitian ini peneliti membandingkan data hasil wawancara, observasi, jurnal harian
dan angket.