Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif terhadap kemampuan berpikir kritis matematis dan sikap siswa SMP di Palu. Penelitian eksperimen ini melibatkan 200 siswa yang dibagi menjadi kelas eksperimen dan kontrol. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang diajar dengan pembelajaran berbasis masalah menggunakan strategi konflik kognitif mem
1. PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS
DAN SIKAP SISWA SMP
Dasa Ismaimuza
Abstrak: Kemampuan berpikir kritis matematis, dan sikap positif siswa
terhadap matematika merupakan komponen penting yang harus dimiliki oleh
seorang siswa, sehingga dengan memiliki kemampuan ini akan membantu
siswa dalam memecahkan masalah matematika, maupun masalah sehari-hari.
Salah satu cara mengembangkan kemampuan ini adalah dengan
pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif (PBLKK).
PBLKK merupakan pembelajaran yang berdasarkan masalah, dimana pada
masalah yang dikemukakan terdapat fakta, keadaan, situasi yang
mempertentangkan struktur kognisi siswa. Dalam situasi ini terjadi konflik
antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan situasi yang sengaja
disediakan. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana
kemampuan berpikir kritis matematis dan sikap siswa SMP kelas VIII Palu
berdasarkan model pembelajaran, PAM siswa, dan level sekolah. Penelitian
ini merupakan penelitian eksperimental. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa SMP kelas VIII di kota Palu. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi tes kemampuan matematika, nilai rapor, tes
kemampuan berpikir kritis matematis, skala sikap siswa terhadap
matematika. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah: mengkaji
dan menganalisis perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis, sikap
siswa siswa yang menerima pembelajaran berbasis masalah dengan strategi
konflik kognitif (PBLKK) dan pembelajaran konvensional (KV) ditinjau
dari: a) keseluruhan, pengetahuan awal siswa (tinggi, sedang, dan rendah),
dan level sekolah.
Kata Kunci: PBL, konflik kognitif, berpikir kritis matematis, sikap, PAM, level sekolah
Dari berbagai studi, baik yang 107 dari 177 negara yang diukur.
berskala internasional maupun nasional Cermin dari pengusaan materi
menunjukan bahwa kualitas pendidikan di matematika siswa SMP di Indonesia terlihat
Indonesia masih memprihatinkan. Hal ini dari hasil laporan The Trends International
dapat dilihat dari Human Development in Mathematics and Science Study
Index (HDI) yang dikeluarkan oleh UNDP. (TIMSS) 1999, 2003, dan 2007. Dari hasil
Salah satu indikator dalam menentukan kajian TIMSS menunjukkan bahwa
HDI adalah kualitas pendidikan pada suatu peringkat Indonesia masih dari yang
negara dari tingkat sekolah dasar sampai diharapkan. Sejalan dengan hasil TIMSS,
menengah. HDI Indonesia hanya sebesar hasil tes Programme for International
0,728 dari nilai ideal sebesar satu dan Student Assesment (PISA) 2003 dan 2006
menempatkan Indonesia pada peringkat ke- yang dikoordinir oleh Organization for
Dosen Pendidikan Matematika FKIP Untad Palu
2. Ismaimuza, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah
Economic Co-operation and Development skema yang masuk tidak sama dengan
(OECD) menunjukkkan hasil yang serupa. struktur (skema) kognitif yang dimilikinya.
Hasil TIMSS dan PISA mengungkapkan Ketika seorang berada pada keadaan
bahwa kemampuan matematis siswa disequilibrium, dia akan merespon keadaan
Indonesia untuk soal-soal tidak rutin dan ini, dan berupaya mengingat,
pemahaman konsep masih sangat lemah, memberdayakan konsep yang dimilikinya
namun relatif baik dalam menyelesaikan untuk mencari equilibrium baru dengan
soal-soal fakta dan prosedur (Mullis dkk, lingkungannya. Melalui metakognisi,
2000, 2004, 2008). bertanya pada teman yang tidak mengalami
Bila dilihat nilai rata-rata Ujian konflik, atau scaffolding yang diberikan
Nasional (UN) Matematika siswa sekolah guru maka siswa dapat keluar dari konflik.
menengah di propinsi Sulawesi Tengah Jadi, konflik kognitif merupakan syarat
secara nasional dapat dikatakan masih awal atau stimulus dalam memperoleh
rendah, yaitu 6,11 pada tahun ajaran keseimbangan (equilibrium) baru. Tingkat
2006/2007 dan 5,58 pada tahun ajaran keseimbangan (equilibrium) baru ini lebih
2007/2008. Bila ditinjau dari segi peringkat tinggi tingkatannya dari keseimbangan
propinsi Sulawesi Tengah berada pada (equilibrium) sebelumnya. Ennis (1996, xx)
peringkat 30 pada tahun ajaran 2006/2007 mengemukakan bahwa berpikir kritis
dan peringkat 29 pada tahun ajaran merupakan suatu proses berpikir yang
2007/2008 dari 33 propinsi di Indonesia. bertujuan agar kita dapat membuat
Rendahnya hasil belajar matematika keputusan-keputusan yang masuk akal,
mengindikasikan ada sesuatu yang salah sehingga apa yang kita anggap terbaik
dan belum optimal dalam pembelajaran tentang suatu kebenaran dapat kita lakukan
matematika di sekolah. Hal ini sejalan dengan benar.
dengan hasil penelitian yang dilakukan Pembelajaran berbasis masalah
(Sullivan,1992, IMSTEP-JICA, 1999, merupakan pembelajaran yang menitik
Sutiarso, 2000, Armanto, 2002 dan Dahlan, beratkan pada kegiatan pemecahan
2004). Hasil penelitian mereka masalah, dan masalah yang harus
mengungkapkan bahwa dalam diselesaikan merupakan masalah yang
pembelajaran matematika di sekolah siswa belum jadi atau tidak terstruktur dengan
cendrung pasif, mengutamakan drill dan baik (ill-structured problem), sehingga hal
mekanistik, berpusat pada guru (teacher ini dapat menantang siswa untuk berpikir
oriented), chalk and talk. Guru sebagai dan melakukan diskusi secara
salah satu pusat dalam proses pembelajaran berkelompok. Siswa dihadapkan pada
di kelas masih memandang bahwa belajar masalah nyata atau masalah yang
adalah suatu proses transfer ilmu disimulasikan, siswa bekerjasama secara
pengetahuan (transfer of knowledge) dari berkelompok untuk mengembangkan
pengajar kepada peserta didik. ketrampilan memecahkan masalah
Menurut teori Piaget, tentang proses (problem solving), kemudian siswa
perkembangan kognitif mengatakan mendiskusikan apa yang harus dilakukan
sturktur kognitif yang kita miliki selalu dan bernegoisasi untuk memba
berinteraksi dengan lingkungannya dengan Berdasarkan uraian latar belakang
cara asimilasi dan akomodasi. Jika asimilasi yang dikemukakan, maka masalah yang
dan akomodasi terjadi secara bebas atau dikaji dalam penelitian ini adalah: Apakah
tanpa konflik, maka struktur kognitif terdapat perbedaan kemampuan berpikir
dikatakan berada pada keadaan seimbang kritis matematis dan sikap siswa, antara
(equilibrium) dengan lingkungannya. siswa yang menerima pembelajaran
Namun, jika terjadi konflik maka seseorang berbasis masalah dengan strategi konflik
berada pada keadaan tidak seimbang kognitif (PBLKK) dan siswa yang belajar
(disequilibrium). Hal ini terjadi karena secara konvensional (KV) ditinjau dari:
2
3. JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 4.NO.1 JUNI 2010
keseluruhan, pengetahuan awal matematika Tengah. Sampel penelitian ini sebanyak
siswa (PAM), dan level sekolah? 200 orang siswa, terdiri dari 102 siswa yang
memperoleh pembelajaran PBLKK (kelas
METODE PENELITAN eksperimen) dan 98 siswa yang
memperoleh pembelajaran KV (kelas
Penelitian ini merupakan penelitian kontrol).
eksperimen karena peneliti bermaksud
memberikan perlakuan kepada subjek Instrumen Penelitian
penelitian untuk selanjutnya ingin Untuk memperoleh data dalam
mengetahui pengaruh dari perlakuan penelitian ini digunakan instrumen tes yang
tersebut. Perlakuan tersebut adalah terdiri dari seperangkat soal untuk
pembelajaran berbasis masalah dengan mengukur dan mengetahui kemampuan
strategi konflik kognitif di kelas awal matematika siswa, tes kemampuan
eksperimen dan pembelajaran konvensional berpikir kritis matematis, skala sikap dan
di kelas kontrol. Variabel bebas dalam rapor siswa kelas VII.
penelitian ini adalah pendekatan
pembelajaran berbasis masalah dengan Teknik Analisis Data
strategi konflik kognitif (PBLKK) dan Dari penelitian yang dilakukan
pembelajaran konvensional (KV). Kelas maka diperoleh data kuantitatif. Data
yang diajar dengan PBLKK merupakan kuantitatif didapat melalui tes kemampuan
kelas eksperimen, sedangkan kelas yang berpikir kritis dan skala sikap siswa.
diajar dengan pembelajaran konvensional Setelah data diperoleh, kemudian dianalisis
(KV) merupakan kelas kontrol. untuk didiskripsikan dan diberikan tafsiran-
Variabel terikat dalam penelitian ini tafsiran. Pengolahan data kuantitatif
adalah kemampuan berpikir kritis dilakukan melalui dua tahapan utama.
matematis.. Variabel kontrol dalam 1. Tahap pertama: menguji persyaratan
penelitian ini adalah pengetahuan awal statistik yang diperlukan sebagai dasar
(student prior knowledge) matematika dalam pengujian hipotesis, yaitu uji
siswa (PAM). PAM siswa adalah normalitas sebaran data subyek sampel
pengetahuan matematika yang telah dan uji homogenitas varians.
dimiliki siswa sebelum penelitian ini 2. Tahap kedua: menguji ada atau tidak
dilaksanakan. PAM siswa ditentukan oleh adanya perbedaan dari masing-masing
tes kemampuan awal matematika dan nilai kelompok dengan menggunakan Uji-t,
rapor matematika siswa ketika duduk di ANAVA satu jalur dengan bantuan
kelas VII. perangkat lunak SPSS-17 for Windows.
Disain eksperimen yang digunakan
adalah only postets group disign yang Hasil dan Temuan
digabung dengan disain 3 × 3 × 2 , yaitu Pengetahuan awal matematika
tiga kelompok PAM siswa (tinggi, sedang, (PAM) siswa adalah pengetahuan yang
dan rendah), tiga level sekolah, dan dua dimiliki siswa sebelum proses pembelajaran
model pembelajaran (PBLKK dan KV). berlangsung. Pengetahuan awal matematika
Disain eksperimen yang digunakan pada merupakan rata-rata dari nilai tes
penelitian ini dapat dinyatakan sebagai kemampuan matematika, nilai rapor
berikut: matematika siswa pada semester I dan II di
X O kelas VII SMP.
O Untuk mengetahui kesetaraan
sampel penelitian, telah dilakukan analisis
Subjek Penelitian statistik uji perbedaan rata-rata dari skor
Populasi penelitian ini adalah pengetahuan awal matematika. Sebelum
seluruh siswa SMP di kota Palu Sulawesi dilakukan uji perbedaan rata-rata, terlebih
3
4. Ismaimuza, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah
dahulu dilakukan uji normalitas dan kritis matematis siswa yang diajar dengan
homogenitas varians data, dan didapat pembelajaran PBLKK lebih tinggi
kesimpulan bahwa sampel berasal dari dibandingkan kemampuan berpikir kritis
populasi yang berdistribusi normal. siswa yang diajar dengan pembelajaran
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis konvensional. Jadi kemampuan berpikir
Siswa ditinjau secara Keseluruhan kritis matematis siswa yang memperoleh
Hipotesis yang diuji adalah: pembelajaran PBLKK lebih baik daripada
H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan siswa yang memperoleh pembelajaran KV.
berpikir kritis matematis siswa Kemampuan Berpikir Kritis
antara yang memperoleh berdasarkan PAM
pembelajaran PBLKK dan Hipotesis yang diuji adalah:
pembelajaran KV H0 : Tidak terdapat perbedaan
Ha : Terdapat perbedaan kemampuan kemampuan berpikir kritis
berpikir kritis matematis siswa matematis siswa setelah
antara yang memperoleh memperoleh pembelajaran PBLKK
pembelajaran PBLKK dan berdasarkan pengetahuan awal
pembelajaran KV. matematika (PAM) siswa.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah Ha :Terdapat perbedaan kemampuan
jika nilai sig. lebih besar dari 0,05, maka berpikir kritis matematis siswa
hipotesis nol (H0) diterima. setelah memperoleh pembelajaran
Sebelum hipotesis diuji, diuji PBLKK berdasarkan pengetahuan
normalitas dan homogenitas varians data awal matematika (PAM) siswa.
dari kemampuan berpikir kritis matematis Kriteria pengujian adalah jika nilai sig.
berdasarkan pada pembelajaran PBLKK lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis nol
dan KV. Dari Hasil perhitungan uji diterima.
normalitas kemampuan berpikir kritis Distribusi kemampuan berpikir
matematis dapat disimpulkan bahwa data kritis matematis siswa berdasarkan
kemampuan berpikir kritis matematis pengetahuan awal matematika (PAM) siswa
berdistribusi normal. dapat dilihat pada Tabel 2.
Hasil perhitungan uji-t kemampuan Tabel 2. Distribusi Kemampuan
berpikir kritis berdasarkan pembelajaran Berpikir Kritis Matematis berdasarkan
PBLKK dan KV disajikan pada Tabel 1. PAM Siswa
Tabel 1.Uji –t Kemampuan berpikir
Kritis Matematis berdasarkan
Pembelajaran PAM n Rata-rata Simpangan
Baku
sig.(2- Tinggi 4 92,5000 6,45497
Kemampuan t dk H0
tailed) Sedang 65 71,6923 10,46859
Kritis 2,22 198 0,000 Rendah 33 61,5152 11,55725
Tolak
1
Untuk melihat apakah ada perbedaan
Pada Tabel 1 terlihat bahwa nilai kemampuan kritis matematis berdasarkan
sig. kemampuan berpikir matematis lebih pengetahuan awal matematika (PAM) siswa
kecil dari 0,05. Ini berarti hipotesis nol pada siswa yang memperoleh PBLKK
ditolak. Dengan demikian, terdapat maka dilakukanlah uji ANAVA satu jalur.
perbedaan yang signifikan kemampuan Kriteria pengujian adalah jika nilai sig.
berpikir kritis matematis siswa antara yang lebih kecil dari α = 0,05, maka hipotesis
memperoleh pembelajaran PBLKK dan nol ditolak.
pembelajaran KV. Dari data nilai rata-rata Hasil perhitungan uji ANAVA satu
juga terlihat bahwa kemampuan berpikir jalur kemampuan berpikir kritis matematis
4
5. JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 4.NO.1 JUNI 2010
berdasarkan PAM pada siswa yang Sedang 37 65,1351 12,10409
memperoleh pembelajaran PBLKK Rendah 31 67,0968 10,86080
disajikan pada Tabel 3
Dari Tabel 4 terlihat bahwa rata-rata
Tabel 3. Uji ANAVA Kemampuan Berpikir kemampuan berpikir kritis matematis dari
Kritis Terhadap PAM Siswa siswa yang memperoleh pembelajaran
Jumlah Kuadrat PBLKK pada level sekolah tinggi lebih
Kuadrat dk Rata-rata F Sig. tinggi dari rata-rata siswa dari level sekolah
sedang dan level sekolah rendah. Rata-rata
Antar 4524,166 2 2262,083 19,6 0,000
kemampuan berpikir kritis matematis dari
Klpk 22
level sekolah rendah lebih tinggi dari rata-
Dalam 11413,089 99 115,284 rata siswa dari level sekolah sedang.
Klpk Hipotesis yang diuji adalah:
Total 15937,255 101 H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan
berpikir kritis matematis siswa yang
Pada Tabel 3 terlihat bahwa nilai memperoleh PBLKK berdasarkan
sig. kemampuan berpikir kritis matematis level sekolah.
berdasarkan pengetahuan awal matematika Ha : Terdapat perbedaan kemampuan
(PAM) siswa lebih kecil dari 0,05. Ini berpikir kritis matematis siswa yang
berarti hipotesis nol ditolak. Dengan memperoleh PBLKK berdasarkan
demikian, terdapat perbedaan kemampuan level sekolah.
berpikir kritis matematis siswa berdasarkan Kriteria pengujian adalah jika nilai sig.
pengetahuan awal matematika (PAM) siswa lebih kecil dari α = 0,05, maka hipotesis
pada siswa yang memperoleh pembelajaran nol diterima.
PBLKK. Untuk melihat pada PAM siswa Dari hasil uji Levene dapat
mana saja yang berbeda maka dilakukan uji disimpulkan bahwa varians data
Scheffe. kemampuan berpikir kritis matematis
Berdasarkan hasil uji Scheffe, berdasarkan level sekolah adalah homogen.
perbedaan kemampuan berpikir kritis Untuk melihat ada tidaknya
matematis siswa terjadi untuk PAM siswa perbedaan kemampuan kritis matematis
sedang dengan PAM siswa sedang sebesar pada siswa yang memperoleh pembelajaran
20,81, PAM siswa tinggi dan rendah PBLKK berdasarkan level sekolah
sebesar 30,95, dan PAM sedang dengan digunakan uji ANAVA satu jalur. Hasil
PAM rendah sebesar 10,17 perhitungan uji ANAVAsatu jalur
Kemampuan Berpikir Kritis kemampuan berpikir kritis matematis
berdasarkan Level Sekolah disajikan pada
Distribusi kemampuan berpikir Tabel 5. Uji ANAVA Kemampuan Berpikir Kritis
kritis matematis siswa yang memperoleh berdasarkan Level Sekolah
pembelajaran PBLKK berdasarkan level
sekolah dapat dilihat pada Tabel 4. Jumlah Kuadrat
Kuadrat dk rata-rata F Sig.
Antar 2135,986 2 1067,993 7,661 0,001
Tabel 4.Distribusi Kemampuan Berpikir Klpk
Kritis Matematis berdasarkan Level
Sekolah Dalam 13801,269 99 139,407
Klpk
Total 15937,255 101
Level Rata- Simpangan Pada Tabel 5. terlihat bahwa nilai
n
Sekolah rata Baku sig. kemampuan berpikir kritis matematis
Tinggi 34 75,5882 12,29466 siswa yang memperoleh pembelajaran
5
6. Ismaimuza, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah
PBLKK berdasarkan level sekolah lebih demikian, dapat disimpulkan bahwa
kecil dari 0,05. Ini berarti hipotesis nol terdapat perbedaan sikap siswa antara yang
ditolak. Dengan demikian, terdapat memperoleh pembelajaran PBLKK dan
perbedaan kemampuan berpikir kritis pembelajaran KV. Artinya, sikap siswa
matematis siswa yang memperoleh yang diajar dengan pembelajaran PBLKK
pembelajaran PBLKK berdasarkan level lebih positif dibandingkan dengan sikap
sekolah. Untuk melihat pada level sekolah siswa yang diajar dengan pembelajaran
mana saja yang berbeda maka dilakukan uji konvensional.
Scheffe. Hasil uji Scheffe menunjukkan Distribusi sikap siswa berdasarkan
bahwa kemampuan berpikir kritis level sekolah dapat dilihat pada Tabel 7.
matematis berbeda berdasarkan level
sekolah. Kemampuan berpikir kritis Tabel 7.Distribusi Sikap Siswa
matematis yang berbeda adalah untuk level berdasarkan Level Sekolah
sekolah tinggi dengan level sekolah sedang
sebesar 10,45, dan level sekolah tinggi Level Simpangan
n Rata-rata
dengan level sekolah rendah sebesar 8,49, Skolah Baku
sedangkan untuk level sekolah sedang Tinggi 34 105,9706 10,91700
dengan level sekolah rendah tidak berbeda. Sedang 37 109,2432 7,93167
Rendah 31 109,9677 11,77705
Sikap Siswa terhadap Matematika
Dari Tabel 7 terlihat bahwa rata-rata
Hipotesis yang diuji adalah: sikap siswa level sekolah tinggi lebih
H0 : Tidak terdapat perbedaan sikap siswa rendah dari rata-rata sikap siswa level
terhadap matematika antara yang sekolah sedang dan rata-rata sikap level
memperoleh pembelajaran PBLKK sekolah rendah. Rata-rata sikap siswa level
dan pembelajaran KV sekolah rendah relatif lebih baik dari rata-
Ha : Terdapat perbedaan sikap siswa rata sikap siswa level sekolah sedang.
terhadap matematika antara yang Untuk melihat ada tidaknya perbedaan
memperoleh pembelajaran PBLKK skala sikap siswa yang memperoleh
dan pembelajaran KV. PBLKK berdasarkan level sekolah
Kriteria pengujian adalah jika nilai sig. digunakan uji ANAVA satu jalur. Hasil
lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol perhitungan uji ANAVA satu jalur skala
diterima. sikap siswa yang memperoleh PBLKK
Untuk melihat apakah ada menunjukkan bahwa nilai sig.adalah 0,240
perbedaan sikap siswa berdasarkan lebih besar dari 0,05. Ini berarti hipotesis
pembelajaran maka digunakan uji-t. nol diterima. Dengan demikian, tidak
Hasil perhitungan uji-t sikap siswa terdapat perbedaan sikap siswa terhadap
berdasarkan pembelajaran PBLKK, dan KV matematika yang memperoleh
disajikan pada Tabel 6. pembelajaran PBLKK berdasarkan level
sekolah. Hal ini juga didukung oleh uji
Tabel 6. Uji –t Sikap Siswa Berdasarkan Scheffe yang menunjukkan bahwa semua
Pembelajaran nilai sig. untuk setiap level sekolah lebih
besar dari 0,05. Sehingga dapat
sig.(2- disimpulkan sikap siswa yang memperoleh
t dk H0
tailed) PBLKK tidak berbeda berdasarkan level
Sikap 3,740 198 0,000 Tolak sekolah. Jadi pada setiap level sekolah
sikap siswa adalah sama.
Pada Tabel 6 terlihat bahwa nilai Perbandingan rata-rata kemampuan
sig. sikap siswa lebih kecil dari 0,05, ini berpikir kritis matematis berdasarkan level
berarti hipotesis nol ditolak. Dengan sekolah disajikan pada Diagram 1.
6
7. JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 4.NO.1 JUNI 2010
100
90
Kemampuan Berpikir Kritis
80 75,59
67,1 69,22
70 65,48 65,14
61,15 60,92
60 55,54
50 PBLKK
40 KV
30
20
10
0
Tinggi Sedang Rendah Total
Diagram.1
Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis Matematis berdasarkan Level Sekolah
Rata-rata kemampuan berpikir kritis memperoleh pembelajaran konvensional.
matematis siswa pada level sekolah tinggi = Perbandingan kemampuan berpikir
75,59, sedang = 65,14, dan rendah = 67,10 kritis matematis berdasarkan PAM siswa
yang memperoleh pembelajaran PBLKK dapat dilihat pada Diagram 2. Dari
masih lebih tinggi dari rata-rata Diagram 2 terlihat bahwa berdasarkan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa PAM siswa, maka kemampuan berpikir
pada level sekolah tinggi = 65,48, sedang kritis siswa yang memperoleh pembelajaran
= 61,152, dan rendah = 55,54 dengan PBLKK masih lebih baik dari siswa yang
pembelajaran KV. Jadi pada setiap level memperoleh pembelajaran konvensional.
sekolah rata-rata kemampuan berpikir kritis Perbandingan rata-rata kemampuan
siswa yang memperoleh pembelajaran berpikir kritis matematis berdasarkan PAM
PBLKK lebih tinggi daripada siswa yang siswa disajikan pada diagram 2.
100 92,5
87,5
90
80 71,69
70 64,64 61,52
60
48,85
50 PBLKK
40 KV
30
20
10
0
PAM Tinggi PAM Sedang PAM Rendah
Diagram 2
Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis Matematis berdasarkan PAM
Dari Diagram 2 terlihat rata-rata
7
8. Ismaimuza, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah
kemampuan kritis matematis siswa yang di UNESA Surabaya.
memperoleh pembelajaran PBLKK dengan Baron, J. B and Sternberg, R. J. (1987).
PAM tinggi = 92,50, sedang = 71,69 dan Teaching Thinking Skills : Theory
rendah = 61,52. Rata-rata ini masih lebih and Practice, New York : W. H.
tinggi dari rata-rata kemampuan kritis Freeman and Company.
matematis siswa yang memperoleh Dahlan, J.A.(2004). Meningkatkan
pembelajaran KV dengan PAM tinggi = Kemampuan penalaran dan
87,500, sedang = 64,64 dan rendah = 48,85. Pemahaman Siswa SLTP Melalui
Jadi siswa yang memperoleh pembelajaran Pendekatan Pembelajaran Open-
PBLKK lebih tinggi dari siswa yang Ended. Bandung: Disertasi SPS
memperoleh pembelajaran konvensional UPI tidak diterbitkan.
berdasarkan PAM siswa. Delishe, R. (1997). How to Use Problem-
Kesimpulan Based Learning in The
1. Kemampuan berpikir kritis matematis Classroom. New York. ASCD.
siswa yang memperoleh pembelajaran Ennis, R. H, (1996). Critical Thinking,
PBLKK lebih baik daripada siswa yang United States of America:
memperoleh pembelajaran KV. Prentice-Hall Inc.
2. Kemampuan berpikir kritis matematis Fisher, R. (1995). Thinking Children to
siswa yang memperoleh pembelajaran Think, Cheltenham, United
BPLKK berbeda berdasarkan Kingdom : Stanley Thornes Ltd
pengetahuan awal matematika (PAM) Fogarty, R. (1997). Problem-Based
siswa, yaitu untuk PAM siswa tinggi Learning and the Other
dengan PAM siswa sedang, PAM siswa Curriculum Models for Multiple
tinggi dengan PAM siswa rendah, dan Intelegences Classroom. Hawker
untuk PAM siswa sedang dengan PAM Brownlow Education.
siswa rendah. Gijselaers, W.H.(1996). Connecting
3. Kemampuan berpikir kritis matematis Problem-Based Practice with
yang memperoleh pembelajaran Educational Theory. Dalam
PBLKK berbeda menurut level sekolah. Wilkerson, L.(Ed). New Direction
Perbedaan kemampuan berpikir kritis for Theaching and Learning.
adalah untuk level sekolah tinggi No.68. Josey-Bass Publisher.
dengan level sekolah sedang, dan level IMSTEP-JICA (1999). Permasalahan
sekolah tinggi dengan level sekolah Pembelajaran Matematika SD,
rendah, sedangkan untuk level sekolah SLTP, dan SMU di Kota
sedang dengan level sekolah rendah Bandung: Bandung: FMIPA UPI.
tidak berbeda. Krulik, S. (1980), Problem Solving in
4. Sikap siswa yang diajar dengan School Mathematics. NCTM.
pembelajaran PBLKK lebih positif Marzano, R. J et.al. (1989). Dimention of
dibandingkan dengan sikap siswa yang Thingking : A Framework for
diajar dengan pembelajaran Curricullum and Instruction.
konvensional Alexanderia US : Association for
Supervision and Curriculum
Development
DAFTAR PUSTAKA Mullis, I.V.S dkk. (2000, 2004, 2008).
TIMSS 2007: Trends in
Armanto, D. (2001) Upaya Peningkatan Mathematics and Science Study:
Pembelajaran Matematika SD Assessment Frameworks and
Melalui Pendidikan Matematika Specifications International
Realistik (PMR). Seminar Report. Boston: The International
Nasional Pendidikan Matematika Study Center
8
9. JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 4.NO.1 JUNI 2010
Ngeow, K.K. dan San, Y. (1997). Learning
to learn: Preparing Teachers and
Student for Problem-Based
Learning . [On-Line}, Tersedia :
http//www. Eric Indiana.edu.
Panduan Lengkap KTSP (2007), Jakarta.
Pustaka Yustisia.
Sutiarso, S. (2000). Problem Posing,
Strategi Efektif Meningkatkan
Aktifitas Siswa dalam
Pembelajaran Matematika.
Makalah pada Seminar di
Bandung: tidak diterbitkan.
9