Dokumen tersebut membahas latar belakang penelitian tentang upaya meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV tentang sistem pernapasan pada manusia melalui model pembelajaran make a match. Beberapa masalah yang diidentifikasi antara lain rendahnya hasil belajar siswa dan kurang menariknya model pembelajaran yang digunakan. Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dan respon siswa terhadap model pem
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DENGAN PENDEKATAN ...SMK Negeri 6 Malang
Â
Pembelajaran Fisika di kelas VIII E SMP Islam Ma’arif 02 Malang yang selama ini dilakukan dengan metode ceramah bervariasi menyebabkan motivasi dan prestasi belajar rendah. Oleh karena itu, peneliti menerapkan model pengajaran langsung dengan pendekatan kontekstual. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2017/2018. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 39 orang siswa di kelas VIII E. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa meningkat saat penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual, pada siklus I yaitu 66,59% dan pada siklus II yaitu 75,78%. Prestasi belajar siswa sebelum penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual adalah 60,8, pada siklus I adalah 62,26, dan pada siklus II adalah 76,07. Dengan demkian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar.
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...Alfan Fazan Jr.
Â
Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Pembelajaran Kooperatif Model STAD Pada Siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH Tahun Pelajaran 2013/2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DENGAN PENDEKATAN ...SMK Negeri 6 Malang
Â
Pembelajaran Fisika di kelas VIII E SMP Islam Ma’arif 02 Malang yang selama ini dilakukan dengan metode ceramah bervariasi menyebabkan motivasi dan prestasi belajar rendah. Oleh karena itu, peneliti menerapkan model pengajaran langsung dengan pendekatan kontekstual. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2017/2018. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 39 orang siswa di kelas VIII E. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa meningkat saat penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual, pada siklus I yaitu 66,59% dan pada siklus II yaitu 75,78%. Prestasi belajar siswa sebelum penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual adalah 60,8, pada siklus I adalah 62,26, dan pada siklus II adalah 76,07. Dengan demkian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar.
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...Alfan Fazan Jr.
Â
Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Pembelajaran Kooperatif Model STAD Pada Siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH Tahun Pelajaran 2013/2014
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA
DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STAD
DI KELAS X JURUSAN MULTIMEDIA SMK NEGERI 1 GORONTALO
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
Â
Bab i ii ptk
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada kegiatan pembelajaran diperlukan suatu sistem pembelajaran
yang baik dan terarah. Proses pembelajaran yang baik ditandai oleh adanya
interaksi dan interelasi antara komponen. Komponen-komponen tersebut
adalah tujuan, guru, materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran
media dan evaluasi. Seperti contoh, komponen guru berinteraksi dengan
komponen siswa, metode, media, perlengkapan peralatan dan lingkungan
kelas yang terarah pada pencapaian tujuan pembelajaran.
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru merupakan salah satu
komponen yang sangat penting karena guru merupakan penyelenggara dalam
kegiatan pembelajaran, dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai
kegiatan yang bertujuan untuk membelajarkan siswa. Artinya bagaimana
mengoptimalkan siswa dalam melaksanakan aktivitas belajarnya agar mereka
menguasai materi atau tujuan pembelajaran yang harus dicapainya. Selain itu
seorang guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam
implementasi suatu strategi pembelajaran (Usman, 2001:94). Tanpa guru,
bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak
mungkin bisa diaplikasikan.
Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung
pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik dan taktik
pembelajaran dan bahkan pandangan yang berbeda dalam mengajar. Guru
yang menganggap mengajar hanya sebatas menyampaikan materi
pembelajaran akan berbeda dengan guru yang menganggap mengajar adalah
2. suatu proses pemberian bantuan kepada siswa. Masing-masing perbedaan
1
tersebut dapat mempengaruhi baik dalam penyusunan strategi atau
implementasi pembelajaran. Sehingga guru harus mempunyai kemampuan
dalam memilih strategi belajar yang dipandang dapat membelajarkan siswa
melalui proses pengajaran dan membantu siswa menguasai strategi belajar.
Karena strategi belajar atau strategi kognitif merupakan alat untuk membantu
siswa belajar dengan kemampuan sendiri.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanaan pada bulan Agustus
tahun 2015 tentang pembelajaran IPA siswa kelas IV di sekolah SD Pekayon
10 adalah pada saat berlangsungnya proses pembelajaran IPA dikelas
interaksi aktif positif antara siswa dengan guru, atau siswa dengan siswa
jarang terjadi.Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya
tentang materi yang diajarkan dan kurang bisa bekerja dalam kelompok
diskusi.mereka cenderung belajar sendiri-sendiri bahkan banyak di antara
mereka yang melakukan aktivitas lain di luar proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, diketahui bahwa sikap
siswa terhadap pelajaran IPA rendah, dimana siswa malas mengikuti
pelajaran dan kurang menyukai pelajaran IPA. Evaluasi terhadap hasil belajar
siswa menunjukkan masih tergolong rendah yaitu 59,74 dikatakan rendah
karena belum mencapai nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah. Nilai KKM
yang ditentukan oleh sekolah 65. Dari jumlah keseluruhan siswa yang dapat
mencapai standar kelulusan minimal.
Berdasarkan hasil pengamatan, banyak faktor yang menyebabkan hal
tersebut terjadi, salah satu diantaranya adalah pembelajaran terpusat pada
guru, dimana guru dominan menggunakan metode ceramah sehingga
pengetahuan yang didapat oleh siswa berasal dari guru bukan dibangun
1
Jasa point,penerapan model pembelajaran Make a Match, https://www.academia.edu, 18 mei
2017 pukul 21:00
3. sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri, selain itu,
kemampuan guru dalam menyampaikan materi kurang memadai sehingga
pembelajaran terasa kurang menarik dan cenderung membosankan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, diperoleh informasi bahwa
rendahnya hasil belajar IPA siswa juga disebabkan materi yang dipelajari
bersifat tidak kompleks sehingga guru merasa kesulitan mengajar dan siswa
kesulitan memahami materi. Salah satu materi yang bersifat kompleks adalah
materi sistem pernapasan pada manusia.
Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi adalah dengan mengembangkan metode pembelajaran yang dapat
menciptakan suasana belajar yang aktif, menyenangkan, membantu siswa
memahami materi pelajaran yang sulit, dan membantu guru mengajarkan
materi yang kompleks, adalah metode pembelajaran make - a match.
Penerapan metode pembelajaran ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh
menyesuaikan gambar sistem pernapasan pada manusia yang dimana gambar-
gambar tersebut belum tersusun rapih dan pada teknik tersebut siswa di
berikan waktu untuk menyesuaikan gambar dengan benar, setelah itu siswa
akan diberikan poin oleh guru bila siswa tersebut dapat menyelesaikan
gambar tersebut. .
Metode pembelajaran make - a match digunakan untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi karena metode pembelajaran ini dapat memupuk kerja
sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan gambar yang
ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dimana tampak
sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, keaktifan
siswa tampak sekali pada saat siswa menyusun gambar sistem pernapasan
pada manusia, dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
diperkuat dengan hasil penelitian Eni Astriani (2015), bahwa pembelajaran
4. metode make - a match mampu meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu pada
tes awal, rata-rata hasil belajar siswa mencapai 55, siklus I rata-rata 63,08,
siklus II rata-rata 75,08, dan tes akhir rata-rata 80,73.
Pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan menuntut siswa untuk
bekerja sama dan berinteraksi dalam mengembangkan ide dan pemikirannya.
Selain siswa dituntut untuk bekerja sama dan berinteraksi, siswa juga dapat
merasakan suasana belajar yang rileks dan menyenangkan karena proses
pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan ini menghendaki siswa dapat
bebas menikmati pelajaran dengan ekspresinya masing-masing tanpa
menghilangkan makna belajar itu sendiri serta siswa tidak hanya bertanggung
jawab terhadap dirinya sendiri tetapi bertanggung jawab terhadap
kelompoknya atau pasangannya, sehingga pembelajaran ini dapat memupuk
pembelajaran kelompok kerja positif yang meniadakan persaingan individu.
Suasana belajar dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang di
antara sesama anggota kemungkinan siswa untuk mengerti dan memahami
materi pelajaran dengan lebih baik. Proses pembelajaran tersebut juga dapat
membantu siswa yang kurang berminat menjadi lebih bergairah dalam
belajar.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pokok
Bahasan Proses Pernapasan Pada Manusia Melalui Penggunaan Model
Make a Match Siswa Kelas IV di SD Pekayon 10”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka ada
beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan yaitu :
5. 1. Kegiatan belajar IPA dianggap suatu kegiatan yang membosankan dan
menyulitkan bagi siswa
2. Hasil belajar siswa menjadi rendah sehingga tidak memenuhi standar
nilai KKM
3. Proses pelaksanaan pembelajaran di sekolah belum kondusif
khususnya pada mata pelajaran IPA
4. Model pembelajaran yang digunakan menggunakan model ceramah
sehingga menjadi membosankan
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah di
uraikan, maka penelitian ini dibatasi untuk menghindari terlalu luasnya
masalah yang akan dibahas maka masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah :
1. Model pembelajaran dalam penelitian ini adalah model make a
match pada kelas IV
2. Hasil belajar IPA materi sistem pernafasan pada manusia
D. Perumusan masalah
Bertolak dari latar belakang diatas, maka masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah meningkat hasil belajar siswa setelah ditetapkannya model
pembelajaran mencari pasangan (make a match)?
2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran mencari pasangan
(make a match) dalam mempengaruhi hasil belajar siswa?
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk :
6. 1. Mengetahui cara bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pelajaran IPA melalui model pembelajaran mencari pasangan (make
a match)
2. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran IPA setelah di
terapkan model pembelajaran mencari pasangan (make a match)
3. Mengetahi perbedaan hasil belajar siswa antara siswa yang
mendapatkan pembelajaran IPA dengan model pembelajaran mencari
pasangan (make a match) dengan siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan model pembelajaran ceramah
F. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu:
1. Memberikan masukan kepada guru mengenai model pembelajaran
koooperati yang dapat dijadikan alternative model pembelajaran
sebagai upaya mengaktifkan siswa dan meningkatkan hasil belajar
siswa
2. Dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam belajar
3. Dapat digunakan di sekolah sebagai salah satu model pembelajaran
yang dapat meningkatkan suatu lulusannya
4. Acuan bagi peneliti sebagai calon guru untuk meningkatkan kinerja
yang lebih baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang
7. BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskripsi Teori
1. Hasil Belajar IPA
a. Pengertian Belajar
Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada
diri individu dimana tingkah laku dalam arti luas ditimbulkan
melalui praktek atau latihan, yang mana dalam prakteknya belajar
juga menyangkut dengan suasana lingkungan eksternal yang
mendukung baik cuaca, kondisi tempat yang senang dari
kegaduhan dan kondisi lainnya yang mempengaruhi sikap dan
reaksi individu dalam aktivitas belajarnya.(Soemanto, 2003).
Sudjana dalam buku Evaluasi Pembelajaran (Jihad, 2008:2)
berpendapat “Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil
proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar”.
Selanjutnya menurut Slameto (2003 : 2) merumuskan “Belajar
sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”.2
2
Ibid hal 7
8. Berdasarkan pendapat beberapa para ahli tersebut diatas
dapat disimpulkan bahwa maksud dari belajar adalah proses atau
rangkaian yang dilakukan oleh individu dengan dasar dalam
interaksi dengan lingkungannya yang mengakibatkan adanya
perubahan dalam diri individu tersebut, baik berupa pengalaman,
keterampilan, maupun sikap yang diperoleh sebagai hasil
pengalaman itu sendiri.
b. Tujuan Belajari
Belajar harus diarahkan kepada cita-cita tertentu dimana
cita-cita yang harus diperjuangkan dengan berbagai kegiatan
belajar, akan menjadi tujuan belajar setiap saat. Biasanya tujuan
belajar itu bersambung dengan cita-cita akan mendorong siswa
untuk belajar sungguh-sungguh. Tanpa motif tertentu semangat
belajar siswa akan mudah padam karena tidak merasa mempunyai
suatu kepentingan yang harus diperjuangkan dengan benar.
Sardiman (2007:26) mengungkapkan secara umum tujuan
belajar ada tiga jenis, yaitu : untuk mendapatkan pengetahuan,
penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.
Sedangkan dalam tujuan belajar menurut Soemanto (2002) adalah
untuk memperoleh kualitatif individu sehingga tingkah laku
berkembang.
Kemudian tujuan belajar yang dikemukakan oleh Sukardi
(2003:18) dalam bukunya Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di
Sekolah yaitu untuk mengadakan perubahan tingkah laku dan
perbuatannya. Perubahan itu dapat dinyatakan sebagai suatu
kecakapan, keterampilan, suatu kebiasaan, sikap, pengertian,
sebagai pengertian atau penerimaan dan penghargaan.
9. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan
belajar adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan,
penanaman sikap mental dan perbuatan kearah yang lebih baik.
2. Faktor-Faktor Psikologis Belajar
Menurut Slameto (2003:60-71) menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi 2 jenis yaitu:
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri.
Adapun yang termasuk dalam faktor ini adalah faktor jasmaniah
(misalnya faktor kesehatan, cacat tubuh) dan faktor psikologis yaitu
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejiwaan siswa, misalnya
intelegensi, perhatian, minat, bakat, dan motivasi.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor
ekstern yang mempengaruhi belajar ada 3 yaitu : faktor keluarga, faktor
sekolah, dan faktor masyarakat.
Menurut Staton dalam buku Interaksi dan Motivasi Belajar
(Sardiman, 2007:39) menguraikan enam macam faktor psikologis,
yaitu :
a. Motivasi, dalam hal ini meliputi dua hal : 1) mengetahui
apa yang akan dipelajari, dan 2) memahami mengapa hal
tersebut patut dipelajari, b. Konsentrasi, dimaksudkan
memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi
belajar, c. Reaksi, sebagai suatu wujud reaksi diperlukan
keterlibatan unsur fisik maupun mental didalam kegiatan
belajar, d. Organisasi, dimaksudkan sebagai kegiatan
10. mengorganisasikan, menata atau menempatkan bagian-
bagian bahan pelajaran kedalam suatu kesatuan pengertian, e.
Pemahaman, dapat diartikan menguasai sesuatu dengan
pikiran dengan begitu siswa dapat memahami suatu situasi, f.
Ulangan, untuk mengatasi kelupaan dalam belajar diperlukan
kegiatan ulangan agar kemampuan para siswa untuk
mengingat pekerjaan atau fakta yang sudah dipelajari akan
semakin bertambah.
Sardiman (2007:45) mengklafikasikan faktor-faktor psikologis
dalam belajar itu adalah sebagai berikut :
a. Perhatian, maksudnya adalah pemusatan energi psikis yang
tertuju kepada suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan
sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai
aktivitas belajar,
b. Pengamatan, adalah cara mengenal dunia riil, baik dirinya
sendiri maupun lingkungan dengan segenap panca indera,
c. Tanggapan, yang dimaksud adalah gambaran/bekas yang
tinggal dalam ingatan setelah orang melakukan
pengamatan,
d. Fantasi, adalah sebagai kemampuan untuk membentuk
tanggapan-tanggapan baru berdasarkan atas tanggapan
yang ada atau sebagai suatu fungsi yang memungkinkan
individu untuk berorientasi dalam alam imajiner,
menerobos dunia realitas,
e. Ingatan, merupakan kecakapan untuk menerima,
menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan didalam
belajar,
11. f. Berpikir, adalah aktivitas mental untuk dapat merumuskan
pengertian, menyintesis, dan menarik kesimpulan,
g. Bakat, adalah kemampuan untuk melakukan suatu kegiatan
dan sudah ada sejak manusia itu ada,
h. Motif, dapat diartikan daya penggerak yang ada didalam
diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi
tercapainya suatu tujuan3
.
3. Pengertian Hasil Belajar
Belajar dapat terjadi kapan saja, dan dimana saja terlepas dari
ada atau tidaknya orang yang mengajari kita. Peristiwa yang terjadi
dalam hidup kita walau tanpa kita sadari banyak mengandung
hikmah yang dapat kita petik dan kita pelajari, karena proses belajar
terjadi jika adanya interaksi antara individu dan lingkungan.
Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar
terutama belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian
belajar. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan
suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh
aspek tingkah laku.
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya” (Slameto, 2002:2). Menurut Purwanto
(2004:84) “Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku
3
Syahrul budiman,factor proses belajar, https://www.academia.edu, 19 Mei 2017 pukul 22:00
12. yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada
tingkah laku yang lebih baru”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh ilmu
pengetahuan sehingga menghasilkan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah
laku, dimana perubahan itu dapat mengarahkan kita kepada tingkah
laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada
tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah
kepada tingkah laku yang buruk. Tingkah laku yang mengalami
perubahan karena karena belajar menyangkut berbagai aspek
kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam
pengertian, pemecahan suatu masalah atau berfikir, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan, maupun sikap.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru sebagai pengajar
sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang
besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan siswa
dalam belajar. Di samping itu juga keberhasilan siswa dipengaruhi
oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.
Dalam kegiatan belajar mengajar, hasil belajar yang baik merupakan
harapan bagi guru dan murid.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan
belajar dan tindak mengajar dan biasanya pada individu yang belajar
(Dimyati dan Mudjiono, 2002:36). Menurut Sudjana (2006:22) hasil
belajar ialah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar pada hakikatnya
13. ialah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar, pada pengertian
yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian hasil
belajar dapat disimpulkan bahwa hasil ialah hasil yang dicapai siswa
setelah mengikuti kegiatan belajar untuk suatu mata pelajaran
tentang pemahaman dan penguasaan materi dalam waktu tertentu dan
dilambangkan dengan angka.
4. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan
proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan
peserta didik berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan
pada diri peserta didik.
Menurut Dahlan (dalam Isjoni, 2009:49) “Model adalah sebagai
suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum,
mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di
kelas”. Sedangkan pembelajaran menurut Surya (dalam Isjoni, 2009:49)
merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan prilaku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Menurut Joice dan Weil dalam Isjoni (2009:50) “Model
pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan
sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur
materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelasnya”
Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran ialah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
14. pada pengelolaan pembelajaran di dalam kelas untuk mencapai tujuan
belajar yang telah ditentukan.
5. Model Pembelajaran Mencari Pasangan
Teknik belajar mencari pasangan dikembangkan oleh Curran
(1994). Dalam model pembelajaran tipe ini siswa disuruh untuk mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas
waktunya yang dapat mencocokkan kartunya diberi nilai.
Menurut Isjoni (2009:16) dalam model pembelajaran gotong
royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang
terstruktur.
Dari kedua pendapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tipe
mencari pasangan ialah model pembelajaran yang meminta siswa untuk
berinteraksi dengan teman sekelasnya dalam mencari pasangan dari kartu
yang dimilikinya sebelum batas waktu yang ditentukan dengan suasana
yang menyenangkan.
Menurut Suyatno (2009:121) langkah-langkah model pembelajaran
mencari pasangan (Make-A-Match) ialah:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau
topik yang cocok untuk sesi review ( persiapan menjelang tes atau
ujian) sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu
jawaban.
2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu
3) Tiap siswa memikirkan jawaban /soal dari kartu yang dipegang
4) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya (soal jawaban)
15. 5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum bebas waktu
diberi poin
6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu
yang berbeda dari sebelumnya
7) Demikian seterusnya
8) Kesimpulan /penutup
Menurut Lie (2002:55-56) langkah-langkah model pembelajaran
mencari pasangan (Make-A-Match) ialah :
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau
topik yang mungkin cocok untuk sisi review (persiapan menjelang tes
atau ujian)
2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu
3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya
4) Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang
memegang kartu yang cocok.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan ialah:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau
topik yang cocok untuk sesi review, yang terdiri dari satu bagian kartu
soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu dan memikirkan jawaban
dari kartu yang dipegangnya.
3) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas
waktu diberi nilai
4) Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang
memegang kartu yang cocok
16. 5) Kesimpulan dan penutup 4
B. Penelitian Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain:
1. Hasil penelitian Magfiratullah (2011), yang berjudul “Eksperimentasi
Model Pembelajaran make a match pada Siswa Kelas IV SD Pekayon 10
Di Pasar Rebo Kecamatan Jakarta Timur”, menunjukkan bahwa prestasi
belajar siswa model pembelajaran Make a match lebih baik dari pada
dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement
Divisions (STAD). Persamaan penelitian di atas dengan skripsi penulis
yaitu, menerapkan model pembelajaran Make a match dan mengaktifkan
siswa melalui diskusi (bertukar pikiran). Perbedaan penelitian di atas
membandingkan penerapan model pembelajaran Make a Match dengan
model pembelajaran STAD. Penelitian Magfiratullah mengukur prestasi
siswa sedangkan peneliti mengukur minat belajar siswa.
4
Anita Lie,Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo 2008 hlm 50
17. 24
2. Hasil penelitian Tri Hastuti (2010), yang berjudul “Upaya Peningkatan Minat dan Hasil
Belajar IPA tentang Sistem Pernapasan pada manusia Melalui Model Pembelajaran Make
a match bagi siswa kelas IV SD Margahayu 10 Semester I Tahun Pembelajaran
2010/2011. Hasil penelitian model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan
minat dan hasil belajar IPA. Persamaan penelitian di atas dengan skripsi penulis yaitu,
menerapkan model pembelajaran Make a Match dan mengaktifkan siswa melalui diskusi
(bertukar pikiran). Perbedaan penelitian di atas mengukur minat dan hasil belajar siswa,
sedangkan peneliti hanya mengukur tentang minat belajar siswa.
C. Kerangka Pikir
Permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran IPA pada siswa kelas IV
SD Pekayon 10 adalah pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, aktivitas
belajar siswa rendah bahkan banyak diantaranya yang melakukan aktivitas lain di luar
kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru evaluasi
terhadap hasil belajar siswa menunjukkan masih tergolong rendah yaitu 59,74 dikatakan
rendah karena belum mencapai nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah. Nilai KKM
yang ditentukan oleh sekolah 65.dari jumlah keseluruhan siswa yang dapat mencapai
standar kelulusan minimal. Berdasarkan hasil pengamatan, faktor yang menyebabkan hal
tersebut terjadi adalah guru dominan menggunakan metode ceramah sehingga
pengetahuan yang didapat oleh siswa berasal dari guru bukan dibangun sendiri secara
18. bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri, selain itu kemampuan guru dalam
menyampaikan materi kurang memadai sehingga pembelajaran terasa kurang menarik
dan cenderung membosankan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, diperoleh
informasi bahwa rendahnya hasil belajar IPA siswa juga disebabkan materi yang
dipelajari bersifat kompleks sehingga guru merasa kesulitan mengajar dan siswa kesulitan
memahami materi. Salah satu materi yang bersifat kompleks adalah materi sistem
pernapasan pada manusia.
Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah di atas adalah
dengan mengembangkan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar
yang aktif, menyenangkan, membantu siswa memahami materi pelajaran yang sulit, dan
membantu guru mengajarkan materi yang kompleks, adalah metode pembelajaran make
- a match. Penerapan metode pembelajaran ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh
mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktu yang
ditentukan. Siswa dapat mengurutkan sistem pernapasan pada manusia dengan cara
permainan puzzle.
Metode make - a match digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
karena metode pembelajaran ini dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab
pertanyaan dengan mencocokkan gambar yang ada di tangan mereka, proses
pembelajaran lebih menarik dimana tampak sebagian besar siswa lebih antusias
mengikuti proses pembelajaran, keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari
pasangan kartunya masing-masing, dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa
(Rahayu,2009). Peningkatkan aktivitas dan menyenangkan pada akhirnya akan
meningkatkan hasil belajar Biologi siswa.
19. C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan di atas,
maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut
“Jika metode pembelajaran make - a match diterapkan dalam pembelajaran IPA, maka
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas IV SD Pekayon 10”
Kondisi
awal
Tindakan
Hasil
Akhir
Guru:
Belum menggunakan
model pembelajaran make
a match
Menggunakan model
Pembelajaran make a
match
Di duga Aktivitas dan
hasil belajar IPA akan
meningkat
Siswa :
Aktifitas belajar dan
hasil belajar IPA rendah
Siklus I
Penggunaan Model
Pembelajaran make a
macth secara kelompok
besar
Siklus II:
Penggunaan Model
Pembelajaran make a
match secara kelompok
kecil