Artikel Operasi hitung aljabar dengan menggunakan model Kooperatif Tipe Think...reno sutriono
Ini merupakan sebuah artikel yang dihasilkan dari mata kuliah belajar dan pembelajaran matematika, pendidikan matematika universitas sriwijaya dengan penerapan model Kooperatif tipe TPS terhadap operasi hitung aljabar
Artikel Operasi hitung aljabar dengan menggunakan model Kooperatif Tipe Think...reno sutriono
Ini merupakan sebuah artikel yang dihasilkan dari mata kuliah belajar dan pembelajaran matematika, pendidikan matematika universitas sriwijaya dengan penerapan model Kooperatif tipe TPS terhadap operasi hitung aljabar
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Mengajar (teaching) pada hakikatnya adalah membantu siswa memperoleh informasi,
ide, ketrampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara
belajar bagaimana belajar. Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara
implisit dalam pengertian ini terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan
model pembelajaran untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Begitu pula
dengan pembelajaran matematika, pemilihan model pembelajaran untuk mencapai hasil
belajar sangat menentukan dalam keberhasilan pembelajaran matematika
Pemilihan, penetapan, dan pengembangan model ini didasarkan pada kondisi
pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari
perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat
perencanaan atau perancangan (disain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah
sebabnya dalam belajar, siswa tidak berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber
belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran menaruh perhatian pada
bagaimana membelajarkan siswa, dan bukan pada äpa yang dipelajari siswa. Dengan
demikian perlu diperhatikan adalah bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagiaman
cara menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-
sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal.
Jika pemilihan model pembelajaran yang digunakan sudah tepat, sudah sesuai dengan
materi pelajaran dan karakteristik siswa serta semua unsur pembelajaran ideal sudah
terpenuhi maka diharapkan siswa tidak akan mengalami kesulitan dalam memahami konsep
pelajaran matematika, dan akhirnya bisa menerapkan ilmu yang diterimanya dimasa yang
akan datang. Jika siswa memahami konsep dalam setiap kompetensi yang di harapkan maka
hasil belajar (nilai) akan dengan sendirinya menjadi baik, dan siswa berhasil memenuhi
kriteria ketuntasan minimum yang ditetapka oleh gueu mata pelajaran. Dalam hai ini
khususnya guru matematika.
Pada kenyataannya pembelajaran matematika disekolah-sekolah seperti di SMAN 4
Merlung Masih terlihat masalah-masalah seperti: (1) rendahnya hasil belajar pada materi
peluang; (2) guru masih mengajar dengan cara konvensional dan ceramah; (3) sebagian siswa
sering terlambat; (4) siswa mudah menyerah dalam menyelesaikan soal yang dirasakan sulit;
(5) sebagian siswa tidak memperhatikan penjelasan guru; (6) siswa sering tidak mengerjakan
pekerjaan rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah disekolah; (7) siswa malas bertanya; (8)
sebagian siswa kurang aktiv dalam belajar; (9) siswa kurang menguasai materi; (10) siswa
kurang mampu menyelesaikan soal yang berbeda dengan contoh
Tabel 1. Tabel rata-rata hasil ulangan harian siswa mata pelajaran Matematika
No Ulangan Harian (UH) XI IPA XI IPS XII IPS 1 XII IPS 2
1
2
3
UH 1
UH 2
UH 3
70,25
67,5
70,15
54,2
50,4
57,5
68,4
60,3
50,5
49,5
55,3
52,7
Sumber : Guru mata pelajaran
2. Masalah diatas disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kurangnya motivasi
belajar siswa, guru belum menggunakan model pembelajaran atau masih menggunakan
pembelajaran konvensional, guru tidak menggunakan media pembelajaran, guru jarang
menggunakan alat peraga
Diantara permasalahan diatas, menurut penulis yang paling esensial adalah masalah
rendahnya hasil belajar siswa pada materi peluang. Masalah ini tidak dapat dibiarkan karena
akan berdampak pada tujuan pembelajaran menjadi tidak tercapai, motivasi belajar siswa
menjadi menurun, siswa menjadi lemah dalam kemampuan mengambil keputusan yang tepat
dalam kehidupan sehari-hari
Sebagai pengampu mata pelajaran matemtika, penulis berupaya menemukan solusi untuk
mengatasi masalah tersebut. Beberapa diantara adalah sebagai berikut : meningkatkan control
guru dalam KBM, menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe Problem
Based Learning (PBL) dalam pembelajaran peluang, menggunakan model pembelajaran
cooperative learning tipe NHT dalam pembelajaran peluang, memberikan latihan soal mulai
dari soal yang mudah, dan menyusun lembar kerja siswa yang lebih menarik
Pada penelitian ini penulis menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe
problem based learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi peluang
di kelas XI IPS SMAN 4 Merlung. Penulis memilih model pembelajaran cooperative
learning tipe problem based learning karena model ini memiliki keunggulan dalam hal
menekankan pada pemahaman konsep dalam pembelajaran karena Problem Based Learning
(PBL) adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah
melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan memecahkan
masalah (Kamdi, 2007: 77untuk).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
Apakah model pembelajaran cooperative learning tipe problem based learning dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan peluang di kelas XI IPS SMAN 4
Merlung T.A 2017/2018?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran cooperative
learning tipe problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok
bahasan peluang di kelas XI IPS SMAN 4 Merlung T.A 2017/2018
1.4 Mamfaat Penelitian
a. Untuk Guru
Bagi guru penelitian ini berguna sebagai masukan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa kelas XI IPS materi Peluang
b. Untuk siswa
Bagi siswa penelitian in bermamfaat untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas
XI IPS pada materi peluang
c. Untuk Sekolah
3. Untuk sekolah penelitian ini bermmfaat sebagai referensi sekolah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran disekolah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hakikat pembelajaran Matematika
Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) adalah
studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari
berbagai pola,[2][3] merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode
deduksiyang ketat diturunkan dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian.(
https://id.wikipedia.org/wiki/Matematika).
Menurut Andi Hakim Nasution, matematika merupakan ilmu struktur, urutan (order),
serta memiliki hubungan yang meliputi berbagai mcam dasar pengukuran, perhitungan, serta
penggambaran suatu bentuk objek. Sedangkan menurut Hudoyono matematika berkenaan
dengan ide, aturan, hubungan yang diatur dengan logis sehingga matematika memiliki
keterkaitan dengan konsep abstrak.
Hal ini juga senada dengan pendapat Johnson dan Rising, matemtika ialah pola berpikir,
pembuktian yanglogik, pola mengorganisasikan, matematika adalah suatu bahasa dengan
menggunakan istilah yang dapat didefinisikan secara akurat, cermat, dan jelas, representasinya
dengan symbol serta padat, lebih berupa sebuah bahasa symbol tentang ide dibandigkan tentang
bunyi.
Jadi dari beberapa pendapat ahli, dapat di simpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang
mempelajari suatu objek abstrak yang dibangun melalui berbagai proses penalaran.
Pembelajaran matematika adalah aktivitas membelajarkan matematika kepada siswa,
sehingga tujuan pembelajaran matematika tercapai. Adapun tujuan pembelajaran matematika
adalah :
1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menerik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan
penyelidikan, eksplorasi, eksprimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan
ekonsisten.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan
dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, mebuat predeksi
serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan ngrafik, peta, diagram dalam
menjelaskan gagasan.[6] (https://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/14/tujuan-
pembelajaran-matematika/)
2.2 Materi esensial dalam matematika SMA (sampai mengkaji Materi Peluang)
2.2.1 Kaidah Pencacahan
a. Aturan perkalian
Jika terdapat k unsur yang tersedia, dengan :
𝑛1 = banyak cara untuk menyusun unsur pertama
𝑛2 = banyak cara untuk menyusun unsur kedua setelah unsur pertama tersusun
4. 𝑛3 = banyak cara untuk menyusun unsur ketiga setelah unsur kedua tersusun
.
.
.
𝑛 𝑘 = banyak cara untuk menyusun unsur ke-k setelah unsur sebelumnya tersusun
Maka banyak cara untuk menyusun k unsur yang tersedia adalah :
𝑛1 × 𝑛2 × 𝑛3 × …× 𝑛 𝑘
b. Permutasi
Permutasi menyatakan banyaknya penyusunan obyek - obyek dengan
memperhatikan letak / urutan.
1. Permutasi n unsur : n !
Permutasi dengan menggunakan seluruh unsur .
2. Permutasi dengan k unsur yang sama :
𝑛!
𝑛1! 𝑛2! 𝑛3! … 𝑛 𝑘
Dengan n adalah jumlah seluruh unsur
3.Permutasi siklis : (n-1)!
Permutasi melingkar, dimana salah satu unsur merupakan unsur tetap
c. Kombinasi
Kombinasi merupakan penyusunan objek-objek tanpa memperhatikan urutan.
𝐶𝑟
𝑛
=
𝑛!
𝑟! ( 𝑛 − 𝑟)!
2.2.2 Peluang
1. Pengertian Ruang Sampel dan Kejadian
Himpunan S dari semua kejadian atau peristiwa yang mungkin mucul dari suatu percobaan
disebut ruang sampel. Kejadian khusus atau suatu unsur dari S disebut titik sampel atau
sampel. Suatu kejadian A adalah suatu himpunan bagian dari ruang sampel S.
Contoh:
Diberikan percobaan pelemparan 3 mata uang logam sekaligus 1 kali, yang masing-
masing memiliki sisi angka ( A ) dan gambar ( G ). Jika P adalah kejadian muncul dua
angka, tentukan S, P (kejadian)!
Jawab :
S = { AAA, AAG, AGA, GAA, GAG, AGG, GGA, GGG}
P = {AAG, AGA, GAA}
2. Pengertian Peluang Suatu Kejadian
Pada suatu percobaan terdapat n hasil yang mungkin dan masing-masing berkesempatan
sama untuk muncul. Jika dari hasil percobaan ini terdapat k hasil yang merupakan kejadian
A, maka peluang kejadian A ditulis P ( A ) ditentukan dengan rumus :
Contoh :
Pada percobaan pelemparan sebuah dadu, tentukanlah peluang percobaan kejadian muncul
bilangan genap!
Jawab : S = { 1, 2, 3, 4, 5, 6} maka n ( S ) = 6
5. Misalkan A adalah kejadian muncul bilangan genap, maka:
A = {2, 4, 6} dan n ( A ) = 3
3. Kisaran Nilai Peluang Matematika
Misalkan A adalah sebarang kejadian pada ruang sampel S dengan n ( S ) = n, n ( A ) = k
dan
Jadi, peluang suatu kejadian terletak pada interval tertutup [0,1]. Suatu kejadian yang
peluangnya nol dinamakan kejadian mustahil dan kejadian yang peluangnya 1 dinamakan
kejadian pasti
4. Frekuensi Harapan Suatu Kejadian
Jika A adalah suatu kejadian pada frekuensi ruang sampel S dengan peluang P ( A ),
maka frekuensi harapan kejadian A dari n kali percobaan adalah n x P( A )..
5. Peluang Komplemen Suatu Kejadian
Misalkan S adalah ruang sampel dengan n ( S ) = n, A adalah kejadian pada ruang sampel
S, dengan n ( A ) = k dan Ac adalah komplemen kejadian A, maka nilai n (Ac) = n – k,
sehingga :
Jadi, jika peluang hasil dari suatu percobaan adalah P, maka peluang hasil itu tidak terjadi
adalah (1 – P).
6. Peluang Kejadian Majemuk
Gabungan Dua Kejadian
Untuk setiap kejadian A dan B berlaku
:
Catatan : dibaca “ Kejadian A atau B dan dibaca “Kejadian A
dan B”
a . Kejadian-kejadian Saling Lepas
Untuk setiap kejadian
berlaku Jika .
Sehingga Dalam kasus ini, A dan B disebut dua kejadian saling
lepas.
b. Kejadian Bersyarat
Jika P (B) adalah peluang kejadian B, maka P (A|B) didefinisikan sebagai peluang kejadian A
dengan syarat B telah terjadi. Jika adalah peluang terjadinya A dan B,
6. maka Dalam kasus ini, dua kejadian tersebut tidak saling
bebas.
c. Teorema Bayes
Teorema Bayes(1720 – 1763) mengemukakan hubungan antara P (A|B) dengan P ( B|A ) dalam
teorema berikut ini :
d. Kejadian saling bebas Stokhastik
(i) Misalkan A dan B adalah kejadian – kejadian pada ruang sampel S, A dan B disebut dua
kejadian saling bebas stokhastik apabila kemunculan salah satu tidak dipengaruhi kemunculan
yang lainnya atau : P (A | B) = P (A), sehingga:
2.3 Model pembelajaran Matematika
Menurut Slavin (2010), model pembelajaran adalah suatu acuan kepada suatu pendekatan
pembelajaran termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaanya.
Sedangkan menurut Trianto (2009) model pembelajaran merupakan pendekatan yang luas
dan menyeluruh serta dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks
(pola urutannya), dan sifat lingkungan belajarnya.
Model pembelajaran yang baik digunakan sebagai acuan perencanaan dalam
pembelajaran di kelas ataupun tutorial untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran
yang sesuai dengan dengan bahan ajar yang diajarkan (Trianto, 2011).
Kriteria model pembelajaran yang dikatakan baik, jika sesuai dengan kriteria adalah
sebagai berikut : Pertama, sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu :
apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritis yang kuat dan apakah
terdapat konsistensi internal. Kedua, praktis, aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika
para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dapat dikembangakan dapat diterapkan
dan kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tetrsebut dapat diterapkan.
Ketiga, efektif, berkaitan dengan aspek efektifitas sebagai berikut: ahli dan praktisi
berdasarkan pengalamnnnya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan secara
operasional model tersebut memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan (Trianto,
2013)
2.4 Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Problem Based Learning,(pengertian, tujuan,
prinsip, langkah, kelemahan, dan kekuatan model)
a. Cooperative learning
Model pembelajaran koopertif ini dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang
dilahirkan oleh seorang ilmuwan pendidikan bernama Piaget dan Vigotsky. Berdasarkan
penelitiannya, Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak
(dalam Rusman, 2012:201). Dalam pembelajaran ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang
berfungsi sebagai penjembatan keterhubungan antara siswa terhadap pemahaman yang lebih
tinggi dengan penemuan pemahaman siswa sendiri.
Model Pembelajaran Kooperatif merupakan model pembelajaran yang bersifat kerja sama dalam
kelompok. artinya bahwa model pembelajaran kooperatif ini dapat menggalakkan siswa dan
secara tidak langsung siswa dapat termotivasi, senang dalam mengikuti pelajaran/tidak jenuh,
untuk berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. ini artinya ada pertukaran ide antar
7. siswa ke arah suasana yang membangkitkan potensi siswa. Dalam model ini, proses
pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa, namun siswa dapat saling
membelajarkan sesama teman siswa lainnya.
Berikut langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam melaksanakan model kooperatif.
1. Tahap 1 menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa
2. Tahap 2 menyajikan informasi
3. Tahap 3 mengorganisasikan siswa ke dalam beberapa kelompok belajar
4. Tahap 4 membingbing siswa untuk belajar kelompok
5. Tahap 5 melakukan evaluasi
6. Tahap 6 memberikan penghargaan
Ada 5 prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learningyaitu: (1)
saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi
antar anggota, (5) evaluasi proses kelompok (Lie, 2002). Menuntut kerjasama siswa dan saling
ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah. Struktur Tugas, siswa melakukan
kegiatan secara bersama-sama (kerjasama dan sama kerja). Struktur Tujuan, tiap-tiap individu
ikut andil menyumbang dalam pencapai tujuan. Struktur Hadiah, keberhasilan individu adalah
atas usaha secara bersama-sama.
b. Cooperative Learning Tipe Problem BasedLearning
Pembelajaran Berbasis Masalah dalam bahasa inggrisnya diistilahkanProblem-based
learning (PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada
pebelajar dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau openended melalui
stimulus dalam belajar. PBL memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: (1) belajar
dimulai dengan suatu permasalahan, (2) memastikan bahwa permasalahan yang diberikan
berhubungan dengan dunia nyata pebelajar, (3) mengorganisasikan pelajaran di seputar
permasalahan, bukan di seputar disiplin ilmu, (4)
memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada pebelajar dalam mengalami secara langsung
proses belajar mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut pebelajar
untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja
(performance).
Jonassen (1999) mendesain model lingkungan belajar konstruktivistik yang dapat diaplikasikan
dalam pembelajaran kontekstual dengan pendekatan problem-based learning. Model tersebut
memuat komponen-komponen esensial yang meliputi:(1) pertanyaan-pertanyaan, kasus, masalah
atau proyek, (2) kasus-kasus yang saling terkait satu sama lain, (3) sumber-sumber informasi,
(4) cognitive tools, (5) pemodelan yang dinamis, (6) percakapan dan kolaborasi, (7) dukungan
kontekstual/sosial. Masalah dalam model tersebut mengintegrasikan komponen-komponen
konteks permasalahan, representasi atau simulasi masalah, dan manipulasi ruang permasalahan.
kelebihan PBL dibandingkan dengan model pengajaran lainnya adalah 1). mendorong kerjasama
dalam menyelesaikan tugas, 2). mendorong siswa melakukan pengamatan dan dialog dengan
orang lain, 3). melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, 4). membantu siswa menjadi
pembelajar yang mandiri.
8. sama halnya dengan model pengajaran yang lain, PBL juga memiliki beberapa kelemahan dalam
penerapannya. kelemahan pelaksanaan PBL yakni 1). Kondisi kebanyakan sekolah yang tidak
kondusif untuk pendekatan PBL, 2). Pelaksanaan PBL memerlukan waktu yang cukup lama, 3)
Model PBL tidak mencakup semua informasi atau pengetahuan dasar.
c. Kekurangan PBL
Sama halnya dengan model pengajaran yang lain, PBL juga memiliki beberapa
kelemahan/hambatan dalam penerapannya (Ricard I Arends dan Ibrahim dalam Rusmiyati, 2007:
17).
Kelemahan dari pelaksanaan PBL adalah sebagai berikut:
1) Kondisi kebanyakan sekolah tidak kondusif untuk pendekatan PBL. Dalam
pelaksanaannya, PBL memerlukan sarana dan prasarana yang tidak semua sekolah memilikinya.
Sebagai contoh, banyak sekolah yang belum memiliki fasilitas laboratorium cukup memadai
untuk kelengkapan pelaksanaan PBL.
2) Pelaksanaan PBL memerlukan waktu yang cukup lama. Standar 40-50 menit untuk satu
jam pelajaran yang banyak dijumpai di berbagai sekolah tidak mencukupi standar waktu
pelaksanaan PBL yang melibatkan aktivitas siswa di luar sekolah.
3) Model PBL tidak mencakup semua informasi atau pengetahuan dasar.
Model pembelajaran kooperatif memiliki basis pada teori psikologi kognitif dan teori
pembelajaran sosial. Fokus pembelajaran kooperatif tidak saja tertumpu pada apa yang dilakukan
peserta didik tetapi juga pada apa yang dipikirkan peserta didik selama aktivitas belajar
berlangsung. Informasi yang ada pada kurikulum tidak ditransfer begitu saja oleh guru kepada
peserta didik, tetapi peserta didik difasilitasi dan dimotivasi untuk berinteraksi dengan peserta
didik lain dalam kelompok, dengan guru dan dengan bahan ajar secara optimal agar ia mampu
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dalam model pembelajaran kooperatif, guru berperan
sebagai fasilitator, penyedia sumber belajar bagi peserta didik, pembimbing peserta didik dalam
belajar kelompok, pemberi motivasi peserta didik dalam memecahkan masalah, dan sebagai
pelatih peserta didik agar memiliki ketrampilan kooperatif.
d. Kelebihan problem based learning (model pembelajaran berbasis masalah)
1. Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang
belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat
semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik/mahapeserta didik
berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan
2. Dalam situasi PBL, peserta didik/mahapeserta didik mengintegrasikan pengetahuan
dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan
9. 3. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta
didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
e. Langkah-langkah Operasional dalam Proses Pembelajaran
Konsep Dasar (Basic Concept)
Guru atau fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang
diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat
masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan
tujuan pembelajaran
Langkah-langkah Operasional dalam Proses Pembelajaran
a. Pendefinisian Masalah(Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik
melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan
pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul
berbagai macam alternatif pendapat
b. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi.
Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan,
halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
c. Tahap investigasi (investigation)
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan
mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di
kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan
informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
d. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran
mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya
untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok.
Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai
kelompok dan fasilitatornya.
2.5 Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan belajar manusia memperoleh
keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu pengetahuan.
Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai
kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap
semester
Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam
belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai maka harus
ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui
seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa. Hasil
10. belajar siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) adalah
keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan
dalam bentuk angka.
Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Jemmars,
1980:25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud
ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa.
Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar
yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan
dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat
dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya.
Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku
saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu
bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus, guru perlu mengadakan tes
formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai.
Fungsi penelitian ini adalah untuk memberikan umpan balik pada guru dalam rangka
memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang
belum berhasil. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya
memenuhi tujuan pembelajaran khusus dari bahan tersebut.
2. Indikator Hasil Belajar Siswa
Yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
a. Ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik secara individual
maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini biasanya dilakukan dengan
penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM)
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa, baik secara
individual maupun kelompok.
Namun demikian, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (dalam buku Strategi
Belajar Mengajar 2002:120) indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan
adalah daya serap.
3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Secara umum Hasil belajar dipengaruhi 3 hal
atau faktor Faktor-faktor tersebut akan saya uraikan dibawah ini, yaitu :
1. Faktor internal (factor dalam diri)
2. Faktor eksternal (factor diluar diri)
3. Faktor pendekatan belajar
Faktor internal
11. Faktor internal yang mempengaruhi Hasil belajar yang pertama adalah Aspek fisiologis. Untuk
memperoleh hasil Hasil belajar yang baik, kebugaran tubuh dan kondisi panca indera perlu
dijaga dengan cara : makanan/minuman bergizi, istirahat, olah raga. Tentunya banyak kasus anak
yang prestasinya turun karena mereka tidak sehat secara fisik.
Faktor internal yang lain adalah aspek psikologis. Aspek psikologis ini meliputi : inteligensi,
sikap, bakat, minat, motivasi dan kepribadian. Factor psikologis ini juga merupakan factor kuat
dari Hasil belajar, intelegensi memang bisa dikembangkang, tapi sikap, minat, motivasi dan
kepribadian sangat dipengaruhi oleh factor psikologi diri kita sendiri. Oleh karena itu,
berjuanglah untuk terus mendapat suplai motivasi dari lingkungan sekitar, kuatkan tekad dan
mantapkan sikap demi masa depan yang lebih cerah.
Faktor eksternal
Selain faktor internal, Hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor eksternal
meliputi beberapa hal, yaitu:
1. Lingkungan sosial, meliputi : teman, guru, keluarga dan masyarakat.
2. Lingkungan non-sosial, meliputi : kondisi rumah, sekolah, peralatan, alam (cuaca). Non-sosial
seperti hal nya kondiri rumah (secara fisik), apakah rapi, bersih, aman, terkendali dari gangguan
yang menurunkan Hasil belajar. Sekolah juga mempengaruhi Hasil belajar, dari pengalaman
saya, ketika anak pintar masuk sekolah biasa-biasa saja, prestasi mereka bisa mengungguli
teman-teman yang lainnya. Tapi, bila disandingkan dengan prestasi temannya yang memiliki
kualitas yang sama saat lulus, dan dia masuk sekolah favorit dan berkualitas, prestasinya biasa
saja. Artinya lingkungan sekolah berpengaruh. cuala alam, berpengaruh terhadap hasil belajar.
4. Penilaian Hasil Belajar
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (hal 120-121) mengungkapkan, bahwa untuk
mengukur dan mengevaluasi hasil belajar siswa tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi
belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkunya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam
jenis penilaian, sebagai berikut:
a. Tes Formatif, penilaian ini dapat mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan
tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut.
Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dalam waktu tertentu.
b. Tes Subsumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan
dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk
meningkatkan tingkat prestasi belajar atau hasil belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini
dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam
menentukan nilai rapor.
c. Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-
pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua bahan pelajaran.
Tujuannya adalah untuk menetapkan tarap atau tingkat keberhasilan belajar siswa dalam satu
periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun
peringkat (rangking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
12. 2.6 Penelitian yang relevan sebelumnya (jika ada)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMAN 4 Merlung, dengan jumlah 25 orang
siswa. Terdiri atas 13 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Siswa sebagian besar beralamat di
desa Dusun Mudo, sebagian berasal dari desa Bukit Indah SP. 8 dan desa Kemang Manis SP.9
daerah transmigrasi dan 2 orang siswa berasal dari desa Suko Awin Jaya Muaro Jambi. Sebagian
13. besar orang tua siswa berprofesi sebagai petani atau pekebun kepala sawit, sebagian pedagang,
dan buruh tani.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Profil Sekolah
a. Identitas
Nama Sekolah : SMAN 4 Merlung/SMAN 12 Tanjung Jabung Barat
NPSN : 10505960
Jenjang : SMA
Status : Negeri
b. Lokasi
SMAN 4 Merlung terletak di KM. 86, Desa Dusun Mudo, Kecamatan Muara
Papalik, Kabupaten Tajung Jabung Barat
c. Data Pelengkap
SMAN 4 Merlung merupakan sekolah menengah atas satu-satunya di kecamatan
Muara Papalik, sebagian besar siswa berasal dari 6 desa yang berada di Muara
Papalik. Hanya ada 10-15 orang berasal dari desa Suko Awin Jaya Kabupaten
Muaro Jambi.
Aktivitas sekolah di mulai pagi hari pukul 07.00 dan berahir pukul 13.30, dengan
12 guru PNS dan 3 GTT
d. Data Rombel
Tabel 2. Data rombel dan jumlah siswa
No Nama Rombel
Jumlah Siswa
Wali Kelas
L P Jumlah
1 X 1 Kelas 10 18 12 30
DINA ROULI LUMBAN
BATU
2 X 2 Kelas 10 13 15 28 NOVI ANDRI
3 XI IPA Kelas 11 10 11 21 ABDURAHMAN
4 XI IPS 1 Kelas 11 14 8 22 JHON RENOLD SIREGAR
5 XI IPS 2 Kelas 11 15 7 22 DEWI MULASARI
6 XII IPA Kelas 12 7 11 18 ANJUR PARDOSI
7 XII IPS Kelas 12 15 4 19
DAMEANNA
SIMANJUNTAK
Total 92 68 160
3.2.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari – April 2017
dengan rincian sebagai berikut
No Uraian kegiatan
Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perencanaan siklus 1 v V
2
Pelaksanaan tindakan
siklus 1
v v
3 Observasi siklus 1 v v
4 Refleksi siklus 1 v
5 Perencanaan siklus 2 v v
14. 6 Pelaksanaan siklus 2 v v
7 Observasi siklus 2 v v
8 Refleksi siklus 2 v
9
Penyusunan laporan
penelitian
v v v
10
Seminar hasil
penelitian/PTK
v
11 Revisi laporan PTK v v
3.3. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari sklus I dan siklus II. Pada
tiap siklus memiliki tahapan-tahapan tertentu sesuai dengan tahapan dalam tindakan kelas
yang dikemukakan oleh Anonim (2001). Dimana tahapan-tahapan yang dimaksud adalah:
1. Perencanaan (planning)
2. Pelaksanaan tindakan (acting)
3. Observasi (pengamatan) dan evaluasi
4. Analisis dan refleksi (reflecting).
a. Perencanaan
Sebelum pelaksanaan tindakan sangat penting membuat perencanaan terlebih
dahulu dan bentuk kegiatan yang termasuk dalam perencanaan yakni:
1. Membuat rencana pembelajaran
2. Mempersiapkan alat-alat pendukung yang diperlukan di kelas sesuai dengan
perencanaan pembelajaran
3. Membuat lembar observasi aktivitas siswa
4. Membuat lembar observasi aktivitas guru
5. Menyiapkan lembar kerja siswa ( LKS)
6. Mendesai alat evaluasi berupa soal tes dan kunci jawaban
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan ini pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah disiapkan pada persiapan tindakan. Secara umum tahapan dalam
pelaksanaan tindakan ini adalah:
1. Membuat suasana belajar mengajar sebaik mungkin
2. Memberikan semangat dan memotivasi siswa untuk belajar.
3. Melaksanakan kegiatan inti sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disiapkan
dalam perencanaan tindakan.
4. Melakukan evaluasi.
5. Menganalisis hasil evaluasi.
6. Merefleksi pelaksanaan tindakan untuk menentukan perbaikan pada kegiatan
pembelajaran pada siklus berikutnya.
15. c. Observasi (pengamatan) dan Evaluasi
Observasi adalah cara untuk mengadakan penelitian dengan jalan mengadakan
pengamatan secara langsung dan sistematis. Pemantauan terhadap pembelajaran
menggunakan lembar observasi yang hasilnya digunakan untuk menentukan jenis
tindakan perbaikan pada siklus berikutnya.
Evaluasi digunakan untuk dapat mengetahui hasil yang telah dicapai dari proses
pelakasanaan tindakan. Dimana hasil yang dimaksud dapat berupa perubahan kinerja
guru, dan hasil belajar siswa. Evaluasi ini dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar
dan pada setiap akhir siklus dengan memberikan tes akhir untuk melihat tingkatan
keberhasilan siswa dalam memahami materi pelajaran yang telah diberikan.
d. Analisis dan refleksi (reflecting)
Analisis kualitatif diambil dari data hasil observasi tentang situasi belajar mengajar,
yaitu untuk data hasil observasi aktivitas siswa dihitung dengan menggunakan
persamaan:
………........................................................................(3.6)
Keterangan :
A = Aktifitas siswa
Na = Jumlah siswa yang Aktif
N = Jumlah siswa keseluruhan
Dimana perhitungan penilaiannya sebagai berikut:
0 – 20 = Tidak Aktif
21 – 40 = Kurang aktif
41 – 60 = Cukup aktif
61 – 80 = Aktif
81 – 100 = Sangat aktif
Sedangkan data untuk hasil lembaran observasi guru dihitung dengan
menjumlahkan seluruh data sesuai dengan kriteria sesuai yang telah ditentukan.
Analisis kuantitatif untuk hasil belajar siswa diperoleh dari hasil pemberian tes pada
tahap evaluasi dilakukan dengan perhitungan yang dikemukakan oleh Nurkencana ( 1986
), Dengan menggunakan persamaan berikut:
16. …………………................………………....(3.7)
Keterangan: S = Skor
R = Jumlah Jawaban yang benar
Wt = Bobot
W = Jumlah jawaban yang salah
n = Jumlah Option ( banyaknya pilihan jawaban )
Hasil analisis dan refleksi akan menentukan apakah tindakan yang dilakukan dapat
mengatasi masalah. Melihat bagaimana hasil yang telah didapatkan pada siklus-siklus
yang telah dilaksanakan sehingga apabila terdapat kelemahan atau kendala yang di alami
pada siklus yang telah dilakukan untk di jadikan revisi pada siklus berikutnya.
3.4 Indikator Kerja
Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan tindakan kelas yang
dilakukan adalah pada tahap keberhasilan belajar yang diperoleh oleh siswa. Tahap
keberhasilan belajar ini dihitung berdasarkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal mengenai materi pelajaran Limit Fungsi. Tindakan yang diberikan dikatakan
berhasil, jika kriteria sebagai berikut:
1. Perhitungan rata-rata tes formatif pada masing-masing pertemuan belajar terdapat
peningkatan secara signifikan.
2. Bila terjadi peningkatan pada jumlah atau persentase siswa yang mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) dalam belajar (mendapat nilai 75). Menurut Parmin dalam
Yudia (2001), secara klasikal persentase siswa yang berhasil dalam belajar diharapkan
sebesar 85%.
Bila kriteria tersebut terpenuhi, maka penguasaan materi pelajaran dengan model
pembelajaran advance organizer dapat dijadikan usaha dalam peningkatan hasil belajar
matematika, khususnya pada materi limit fungsi.
3.5 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Sehingga prosedur dan
langkah-langkah pelaksanaan penelitian mengikuti prinsip-prinsip dasar yang berlaku
dalam penelitian tindakan. Untuk mengetahui kemampuan awal siswa, dilakukan pretes
17. sebelum tindakan pada tiap siklus. Sedangkan pada akhir pelaksanaan tindakan dilakukan
postes untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Terdapat tiga hal yang diamati dalam
penelitian ini, yaitu peningkatan keterampilan proses sains, peningkatan prestasi belajar,
dan teknis pelaksanaan pembelajaran konstruktivis model siklus belajar yang dapat
meningkatkan keterampilan proses sains dan prestasi belajar.
Langkah-langkah secara lengkap prosedur penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut.
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
B. SIKLUS I
Rencana Tindakan I
PelaksanaanTindakan I
Observasi I
Refleksi I
C. SIKLUS II
Rencana Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Observasi II
Refleksi II
A. Observasi awal
Refleksi awal
18. Secara rinci kegiatan pada masing-masing siklus dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Observasi awal
Tujuan pelaksanaan kegiatan observasi awal adalah untuk memperoleh informasi
mengenai keadaan kelas penelitian saat kegiatan belajar mengajar. Selain melakukan
pengamatan secara langsung, peneliti juga mengadakan wawancara dengan guru mata
pelajaran matematika untuk memperoleh informasi tentang perkembangan belajar
matematika siswa dan permasalahan-permasalahan yang ada dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi awal kemudian dilakukan identifikasi terhadap
permasalahan yang dihadapi siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar
matematika. Hasil dari refleksi observasi awal ini digunakan sebagai acuan untuk
menyusun rencana tindakan pada siklus I.
b. Siklus I
1) Rencana tindakan I
Tindakan yang direncanakan pada siklus I adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi guru dan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar Matematika melalui observasi awal.
2. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari skenario proses pembelajaran,,
serta media pembelajaran.
3. Penyusunan alat perekam data yang berupa lembar observasi aktivitas belajar, soal
tes hasil belajar, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran siklus belajar, lembar
catatan lapangan, dan angket respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran.
4. Melaksanakan pembelajaran siklus belajar sesuai skenario proses pembelajaran
yang telah disusun.
2) Pelaksanaan Tindakan I
Pada tahap ini tindakan dilaksanakan sesuai yang sudah direncanakan, yaitu:
1. Melakukan refleksi dan analisis terhadap permasalahan-permasalahan temuan
observasi awal. Hasil refleksi dan analisis ini kemudian digunakan sebagai acuan
untuk menyusun perangkat pembelajaran dan alat perekam data.
2. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari skenario proses pembelajaran,
serta media pembelajaran.
19. 3. Menyusun alat perekam data yang berupa lembar observasi aktivitas belajar, soal
tes prestasi belajar, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran siklus belajar,
lembar catatan lapangan, dan angket respon siswa terhadap pelaksanaan
pembelajaran siklus belajar.
4. Melaksanakan pembelajaran siklus belajar sesuai rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah disusun. Skenario proses pembelajaran siklus I dapat
digambarkan sebagai berikut.
Tabel 3.1: Skenario Proses Pembelajaran pada Siklus I
Materi Langkah Pembelajaran
Usaha a. Tahap awal
- Siswa diminta mengerjakan soal pretes (2 jp)
b. Tahap eksplorasi (2 jp)
-
d. Tahap Aplikasi (3 jp)
-
e. Tahap akhir (2 jp)
- Siswa diminta mengerjakan soal postes (2 jp)
3) Observasi I
Pada tahap ini dua orang pengamat melakukan pengamatan terhadap proses
belajar mengajar yang dilakukan guru dan aktivitas serta keterampilan proses sains
siswa secara kontinu. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi
pelaksanaan pembelajaran siklus belajar, lembar observasi keterampilan proses sains,
dan lembar catatan lapangan.
4) Analisis dan refleksi I
Berdasarkan hasil pengamatan seluruh kegiatan yang sudah dilakukan
selanjutnya dilakukan analisis, pemaknaan, penjelasan dan penyimpulan data. Hasil
kesimpulan yang didapat berupa tingkat keefektifan rancangan pembelajaran yang
dibuat dan daftar permasalahan serta kendala-kendala yang dihadapi di lapangan. Hasil
20. ini kemudian dijadikan dasar untuk melakukan perencanaan pada siklus II. Analisis
dilakukan secara deskripsi terhadap data pengamatan, yaitu dengan menghitung
persentase skor indikator yang muncul dari aspek-aspek yang diukur.
a. Siklus II
a) Rencana Tindakan II
Rencana kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menentukan alternatif
pemecahan masalah untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I dan
mengembangkan perangkat pembelajaran pada siklus I yang dinilai sudah cukup baik.
Kegiatan ini meliputi:
(1) Merevisi format skenario pembelajaran siklus I sesuai hasil refleksi I.
(2) Menyusun LKS siklus II atau merevisi LKS siklus I sesuai hasil refleksi I.
(3) Menyusun alat evaluasi berupa soal pretes dan postes.
(4) Melaksanakan pembelajaran berdasarkan skenario yang sudah direvisi sesuai hasil
refleksi siklus I.
b) Pelaksanaan Tindakan II
Langkah-langkah pelaksanaan tindakan pada siklus II ini sesuai dengan rencana
tindakan II, yaitu:
(1) Merevisi format skenario pembelajaran siklus I sesuai hasil refleksi I.
(2) Menyusun LKS siklus II atau merevisi LKS siklus I sesuai hasil refleksi I.
(3) Menyusun alat evaluasi berupa soal pretes dan postes.
(4) Melaksanakan pembelajaran berdasarkan skenario yang sudah direvisi sesuai hasil
refleksi siklus I.
c) Observasi II
Pada tahap ini dua pengamat melakukan pengamatan terhadap proses belajar
mengajar yang dilakukan guru dan aktivitas serta keterampilan proses sains siswa
secara kontinu. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan pedoman lembar
observasi pelaksanaan pembelajaran siklus belajar, lembar observasi keterampilan
proses sains, dan lembar catatan lapangan. Pelaksanaan tindakan II ini sesuai dengan
21. rencana tindakan II yang dibuat berdasarkan revisi dari hasil analisis dan refleksi pada
siklus I.
d) Analisis dan refleksi II
Berdasarkan hasil pengamatan seluruh kegiatan yang sudah dilakukan
selanjutnya dilakukan analisis, pemaknaan, penjelasan dan penyimpulan data. Analisis
terhadap peningkatan keterampilan proses sains dilakukan dengan membandingkan
persentase skor tiap aspek keterampilan proses sains yang diamati pada siklus I dan
siklus II. Sedangkan analisis peningkatan prestasi belajar dilakukan dengan:
1) membandingkan hasil pretes postes siklus I dan pretes postes siklus II,
2) membandingkan nilai pretes dan postes pada tiap siklus, dan
3) membandingkan ketuntasan siswa pada tiap siklus.
Hasil analisis dan refleksi digunakan untuk menentukan kesimpulan akhir dari
kegiatan pada siklus II.
3.6 Data dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru Matematika dan siswa kelas XI IPS 2
yang mengikuti proses belajar mengajar. Pada penelitian ini ada 3 variabel yang diamati,
yaitu keterampilan proses sains, prestasi belajar, dan pelaksanaan pembelajaran konstruktivis
model siklus belajar. Sumber data keterampilan proses sains dan prestasi belajar adalah
siswa. Sedangkan sumber data tentang pelaksanaan pembelajaran konstruktivis model siklus
belajar adalah guru dan siswa.
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah: 1) lembar observasi
keterampilan proses sains, 2) tes prestasi, 3) lembar observasi pelaksanaan pembelajaran
siklus belajar, dan 4) angket respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran sebelum dan
selama tindakan dilakukan.
1. Instrumen lembar observasi keterampilan proses sains digunakan sebagai pedoman
pengamatan keterampilan proses sains siswa selama pembelajaran berlangsung.
Aspek keterampilan proses sains yang diamati meliputi:
a. mengamati,
b. meramalkan,
22. c. menafsirkan pengamatan,
d. menggunakan alat dan bahan,
e. menerapkan konsep,
f. merencanakan penelitian,
g. berkomunikasi, dan
h. mengajukan pertanyaan.
Masing-masing aspek keterampilan proses sains yang diamati mempunyai beberapa
indikator. Penyusunan lembar observasi keterampilan proses sains mengacu pada uraian
dari Semiawan (dalam Purwaningsih, 2002), dengan beberapa penyesuaian terhadap
kondisi kemampuan siswa kelas XI IPS2. Kegiatan penyusunan butir-butir indikator tiap
aspek keterampilan proses sains yang diamati dilakukan oleh guru dan peneliti. Bentuk
lembar observasi keterampilan proses sains terdapat di Lampiran.
2. Instrumen tes prestasi berbentuk tes obyektif dengan pertanyaan yang mengacu pada
indikator pembelajaran. Tes ini dilakukan untuk melihat prestasi belajar siswa. Tes
dilaksanakan sebanyak 4 kali, yaitu: 1) sebelum tindakan I dilakukan, untuk mengetahui
prestasi awal siswa, 2) sesudah pelaksanaan tindakan siklus I, dimaksudkan untuk
mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa, 3) sebelum tindakan II dilakukan, dan 4)
sesudah pelaksanaan tindakan pada siklus II, dimaksudkan untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa sebagai dasar penarikan kesimpulan akhir. Bobot soal
serta waktu yang disediakan untuk mengerjakan pretes dan postes pada siklus I dan II
dibuat sama agar kualitas tes pada siklus I dan II setara, sehingga hasilnya bisa
diperbandingkan.
3. Instrumen lembar observasi pelaksanaan pembelajaran siklus belajar digunakan sebagai
pedoman dalam mengamati pelaksanaan pembelajaran siklus belajar yang diterapkan
oleh guru, serta perilaku siswa yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran
konstruktivis model siklus belajar. Penyusunan butir-butir aspek yang diamati mengacu
pada kajian pustaka tentang siklus belajar. Adapun kisi-kisi lembar observasi pelaksanaan
pembelajaran siklus belajar pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Tahap Eksplorasi
a. Guru melakukan demonstrasi dan memotivasi siswa agar menggali masalah dari
gejala yang mereka amati.
b. Siswa mampu menemukan permasalahan dari demonstrasi yang disampaikan
melalui pertanyaan/jawaban/pendapat.
c. Siswa merumuskan hipotesis berdasarkan gejala yang disajikan.
d. Siswa membuktikan kebenaran hipotesis melalui praktikum.
b. Tahap Invensi
a. Siswa menemukan konsep melalui praktikum yang dilakukan.
b. Guru mengembangkan konsep dari temuan siswa.
23. c. Tahap Aplikasi
a. Guru memberikan permasalahan baru untuk diselesaikan.
b. Siswa mengaplikasikan konsep untuk menyelesaikan masalah.
Bentuk lembar observasi pelaksanaan pembelajaran siklus belajar terdapat di Lampiran.
4. Angket respon siswa digunakan sebagai instrumen tambahan untuk mengetahui
tanggapan siswa terhadap tindakan yang dilakukan. Kegiatan penyusunan butir-butir
angket dilakukan oleh guru dan peneliti, dengan rincian kisi-kisi sebagai berikut.
a. Motivasi siswa dalam mempelajari matematika.
b. Keaktifan siswa dalam belajar matematika.
c. Kemudahan yang didapat siswa dalam mempelajari matematika.
d. Pendapat siswa tentang pelajaran matematika.
Angket respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran ada di Lampiran.
3.8 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, tes,
dan angket. Teknik observasi digunakan untuk pengumpulan data yang berkaitan dengan
keterampilan proses sains siswa dan penerapan model pembelajaran siklus belajar.
Teknik tes digunakan untuk pengumpulan data yang berkaitan dengan prestasi belajar
siswa. Sedangkan teknik angket digunakan untuk pengumpulan data yang berkaitan
dengan respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran model siklus belajar.
3.9 Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Terhadap data hasil pengamatan keterampilan proses sains, analisis dilakukan
dengan mencari persentase skor tiap aspek keterampilan proses sains siswa,
Kemudian membandingkan persentase skor tiap aspek keterampilan proses sains
yang diamati pada siklus I dan siklus II.
2. Terhadap data hasil tes prestasi belajar siswa, dilakukan analisis dengan menentukan
rata-rata nilai tes, peningkatan (gain) dari pretes dan postes pada siklus I dan II, serta
jumlah (persentase) siswa yang tuntas belajar pada siklus I dan II. Kemudian
membandingkan hasil yang diperoleh pada siklus I dan II.
3. Terhadap data hasil observasi pelaksanaan pembelajaran siklus belajar dilakukan
analisis kualitatif, yaitu memfokuskan hal-hal pokok dan penting yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran siklus belajar. Hasil observasi dideskripsikan
24. dalam paparan data secara naratif. Analisis kualitatif ini memperoleh data penelitian
yang berupa indikator-indikator perilaku guru dan siswa dalam proses pembelajaran
konstrukitivis model siklus belajar yang dapat menyumbang besar pada peningkatan
keterampilan proses sains dan prestasi belajar siswa.
4. Terhadap data hasil angket respon siswa tentang pelaksanaan pembelajaran
konstruktivis model siklus belajar dilakukan analisis dengan memfokuskan hal-hal
pokok dan penting yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran siklus belajar.
Analisis ini memperoleh informasi tentang tanggapan dan kendala-kendala yang
dihadapi siswa selama pelaksanaan pembelajaran siklus belajar.
4.0 Personalia
Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru matematika satu sekolah sebagai
berikut:
1. Dina Rouli LB, S.Pd : observer I
2. Anjur Pardosi, S.Pd. : Peneliti