Dokumen tersebut merangkum 3 poin penting:
1. Menguraikan peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengelasan las oksi-asetilen seperti generator, brander, kawat las, dan flux.
2. Menjelaskan alat pelindung diri yang harus dipakai seperti masker, sarung tangan, dan sepatu keselamatan.
3. Menguraikan keselamatan kerja yang perlu diperhatikan seperti menggunakan peralatan sesuai prosedur
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon TinggiAbdul Ghofur
Salah satu cara mengklasifikasikan baja adalah berdasarkan pada komposisi kimianya. Kandungan karbon misalnya. Oleh karenanya kita mengenal penamaan Baja Karbon yang terbagi menjadi tiga jenis yakni Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon Tinggi. Dalam slide ini dijelaskan secara ringkas dan jelas agar dapat memahami perbedaan ketiga jenis baja karbon dengan baik.
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon TinggiAbdul Ghofur
Salah satu cara mengklasifikasikan baja adalah berdasarkan pada komposisi kimianya. Kandungan karbon misalnya. Oleh karenanya kita mengenal penamaan Baja Karbon yang terbagi menjadi tiga jenis yakni Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon Tinggi. Dalam slide ini dijelaskan secara ringkas dan jelas agar dapat memahami perbedaan ketiga jenis baja karbon dengan baik.
Presentasi ini memaparkan mengenai mesin gergaji dan mesin pembesar lubang, termasuk prinsip kerjanya, jenis - jenis serta contoh produk yang dihasilkan.
Presentasi ini memaparkan mengenai mesin gergaji dan mesin pembesar lubang, termasuk prinsip kerjanya, jenis - jenis serta contoh produk yang dihasilkan.
Pembahasan materi mengenai sistem pengelasan, baik itu las listrik maupun las oksi asitelin, mulai dari komponen-komponen/peralatan nya sampai dengan bagaimana cara menggunakan las dengan baik dan benar.
las listrik Electrode welding, Teknik Industri, Randy Suwandyrandy suwandy
Las listrik penjelasan, klasifikasi dan jenis-jenisnya.
Dengan semakin berkembangnya teknologi industri saat ini, tidak bisa mengesampingkan pentingnya penggunaan logam sebagai komponen utama produksi suatu barang, mulai dari kebutuhan yang paling sederhana seperti alat-alat rumah tangga hingga konstruksi bangunan dan konstruksi permesinan. Hal ini menyebabkan pemakaian bahan-bahan logam seperti besi cor, baja, aluminium dan lainnya menjadi semakin meningkat. Sehingga dapat dikatakan tanpa pemanfaatan logam, kemajuan peradaban manusia tidak mungkin terjadi. Dengan kemampuan akalnya, manusia mampu memanfaatkan logam sebagai alat bantu kehidupannya yang sangat vital. Berbagai macam konstruksi mesin, bangunan dan lainnya dapat tercipta dengan adanya logam. Logam tersebut menimbulkan kebutuhan akan teknologi perakitan atau penyambungan. Salah satu teknologi penyambungan tersebut adalah dengan pengelasan. Teknik penyambungan logam sebenarnya terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu : 1. Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu teknik penyambunganlogam yang dapat dilepas kembali. 2. Penyambungan tetap (permanen joint), yaitu teknik penyambungan logam dengan cara mengubah struktur logam yang akan disambung dengan penambahan logam pengisi.
Pada era sekarang ini banyak dilakukan penyambungan pada logam plat dengan mempergunakan arus listrik dimana arus digunakan untuk melumerkan bahan tambah agar dapat menyatukan dua plat yang akan disambung. Pelumeran bahan tambah pada las listrik dilakukan oleh busur elektroda listrik. Busur elektroda listrik ini memberikan panas yang tinggi untuk melumerkan bahan tambah serta bahan yang akan dilas
Definisi las adalah suatu proses penyambungan plat atau logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan. Yaitu, dengan cara logam yang akan disambung dipanaskan terlebih dahulu sehingga meleleh, kemudian baru disambung dengan bantuan perekat (filler). Selain itu las juga bisa didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang timbul akibat adanya gaya tarik antara atom, dan bisa juga dikatakan salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah benda tersebut. Sambungan las mempunyai tingkat kerapatan yang baik serta mempunyai kekuatan sambungan yang memadai. Sambungan las ini juga mempunyai tingkat efisiensi kekuatan sambungan yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan sambungan yang lainnya. Di samping itu segi operasional pengerjaan sambungan konstruksi las lebih sederhana dan relatif murah.
laporan prektek kerja nyata di PT WIJAYA KARYA BOYOLALISyaifa Altari
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata-Praktek (KKN-P) merupakan bagian dari mata kuliah yang harus ditempuh sebagai salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tujuan kegiatan ini dilaksanakan sebagai salah satu bentuk pengaplikasian ilmu-ilmu secara teoritis yang telah didapat selama perkuliahan yang pengimplementasiannya dilakukan dalam kegiatan ini, salah satu ilmu serta teori yang akan diaplikasikan di tempat Kuliah Kerja Nyata-Praktek (KKN-P) adalah menganalisis sistem yang berjalan pada perusahaan/instansi pemerintah. Kegiatan ini juga dapat memupuk disiplin kerja dan profesionalisme dalam bekerja agar dapat mengenal dunia atau lingkungan kerja yang akan bermanfaat bagi mahasiswa setelah menyelesaikan perkuliahan.
Selain itu kebijakan Kuliah Kerja Nyata–Praktek (KKN-P) juga dapat mempererat hubungan kerjasama yang dapat terjalin antara pihak universitas dengan pihak perusahaan. Sehingga penukaran informasi antara kedua pihak dapat terjalin dengan baik dan tidak menimbulkan kesenjangan akibat informasi yang tidak tersampaikan. Kegiatan Kuliah Kerja Nyata–Praktek (KKN-P) ini dilakukan di PT. WIJAYA KARYA BETON. Tbk yang beralamat di jalan Raya Boyolali-Solo km 4,5 Mojosongo, Boyolali.
Ketel uap adalah pesawat untuk memproduksi uap pada suatu jumlah tertentu pada setiap jamnya dengan suatu tekanan dan suhu yang telah ditentukan besarnya. Boiler atau ketel uap adalah suatu bejana/wadah yang di dalamnya berisi air atau fluida lain untuk dipanaskan. Salah satunya yang berada di PT. WIJAYA KARYA BETON. Tbk menggunakan ketel uap sebagai mesin untuk produksi mengolah produk-produknya. Melihat dari peranan tersebut penulis tertarik untuk PERAWATAN MESIN BOILER.
1. i
JOBSHEET 7 PENGELASAN POSISI HORIZONTAL 2F
MENGGUNAKAN LAS OKSI – ASETILEN
LAPORAN PRAKTIKUM
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Praktikum Pengelasan
yang dibina oleh Bapak Prihanto Tri Hutomo, S.T, M.T
Oleh
Rizqiana Yogi Cahyaningtyas (120511427455)
Tegar Satrio Putro (120511427462)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
September 2014
2. ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, inayah, dan hidayah-Nya, karena hanya dengan karunia-Nya itulah penyusunan laporan praktikum ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.
Tugas laporan praktikum ini dikerjakan dalam rangka memenuhi tugas Matakuliah Praktikum Pengelasan di program studi S-1 Pendidikan Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin FT UM yang dibina oleh Bapak Prihanto Tri Hutomo, S.T, M.T.
Terwujudnya tugas laporan praktikum ini telah melibatkan berbagai pihak. Untuk sumbang saran yang konstruktif yang telah diberikan penulis patut menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prihanto Tri Hutomo, S.T, M.T selaku dosen matakuliah Praktikum Pengelasan yang telah membimbing selama proses praktik,
2. Bapak Mesiran selaku laboran di bengkel permesinan Universitas Negeri Malang yang telah memandu dalam pengambilan alat dan bahan praktik,
3. Teman – teman offering A3 yang yang telah berpartisipasi dalam proses praktik,
4. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung mendukung terselesaikannya laporan praktikum ini.
Semoga atas bantuan moril dan materiil tersebut, Allah SWT senantiasa melimpahkan kekuatan dan petunjuk – Nya sebagai amal sholeh dan senantiasa mendapat balasan karunia yang berlimpah dari – Nya.
Malang, September 2014
Penyusun
3. iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3. Tujuan ........................................................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Alat yang Digunakan .................................................................... 3
2.2. Alat Pelindung Diri ....................................................................... 9
2.3. Keselamatan Kerja Las Oksi Asitilen .......................................... 10
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan Waktu ....................................................................... 12
3.2. Alat dan Bahan ............................................................................. 12
3.3. Jobsheet Praktikum Pemesinan .................................................... 12
3.4. Cara Kerja .................................................................................... 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 15
BAB V PENUTUP
5.1.Kesimpulan ................................................................................... 16
5.2.Saran ............................................................................................. 17
DAFTAR RUJUKAN ..................................................................................... 18
4. 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai mahasiswa teknik mesin, penguasaan dalam penyambungan benda kerja harus dipahami dan dikuasai, salah satunya adalah dengan cara mengelas. Praktikum pengelasan melatih mahasiswa agar mampu menggunakan mesin dan perangkat las yang baik dan benar, serta mampu menyambung benda kerja yang memiliki standar tertentu sesuai dengan lembar kerja yang ditentukan. Hal ini dapat tercapai jika mahasiswa melakukan pekerjaan dengan baik sesuai dengan peraturan dan tata cara pengelasan. Kunci kesuksesan dari praktik pengelasan ini adalah kesabaran dan ketelitian dalam bekerja. Ketrampilan serta kemahiran dalam menggunakan alat las ini tidak mungkin dapat dicapai dengan latihan sekali atau dua kali, namun perlu pembiasaan serta berlatih terus-menerus.
Mengelas adalah salah satu bidang keterampilan teknik penyambungan logam yang sangat banyak dibutuhkan di industri. Kebutuhan di industri ini dapat dilihat pada berbagai macam keperluan seperti pada pembuatan : konstruksi rangka baja, konstruksi bangunan kapal, konstruksi kereta api dan sebagainya. Kebutuhan akan juru las di masa mendatang juga akan mengalami peningkatan yang signifikan.
Keterampilan teknik mengelas dapat diperoleh dengan latihan terstruktur mulai dari grade dasar sampai mencapai grade yang lebih tinggi. Beberapa pendekatan penelitian juga merekomendasikan bahwa seorang juru las akan dapat terampil melakukan proses pengelasan dengan melakukan latihan yang terprogram, di samping itu faktor bakat dari dalam diri juru las juga sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai. Keberhasilan seorang juru las dapat dicapai apabila juru las sudah dapat mensinergikan apa yang ada dalam pikiran dengan apa yang harus digerakan oleh tangan sewaktu proses pengelasan berlangsung.
Selain kemahiran menggunakan mesin dan perkakas las, seorang pratikan juga harus memiliki sikap yang baik dalam bekerja. Sikap baik tersebut meliputi
5. 5
pembiasaan menggunakan alat pelindung diri selama bekerja, penggunaan alat pelindung diri tersebut selain untuk menjaga keselamatan diri sendiri juga untuk menjaga keselamatan orang lain dan lingkungannya. Selain itu seorang pratikan juga harus memiliki tanggung jawab terhadap mesin dan alat yang digunakan. Menggunakan mesin dan perkakas las sesuai prosedur, menyalakan dan mematikan sesuai kebutuhan, mengembalikan dan merapikan alat/perkakas pada tempatnya adalah beberapa contoh tindakan bertanggung jawab dalam praktik pemesinan.
Untuk itu pada laporan praktikum ini akan dibahas mengenai alat, perkakas, dan mesin serta cara pengerjaan benda kerja pada jobsheet matakuliah praktikum pengelasan.
1.2. Rumusan Masalah
A. Apa saja peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengelasan las oksi-asetilen?
B. Apa saja alat pelindung diri yang harus dipakai dalam praktikum pengelasan las oksi-asetilen?
C. Bagaimana keselamatan kerja yang harus diperhatikan pratikan dalam praktikum pengelasan las oksi-asetilen?
D. Bagaimana proses pengerjaan jobsheet 7 dalam praktikum pengelasan las oksi-asetilen?
1.3. Tujuan Penulisan
A. Untuk mengetahui peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengelasan las oksi-asetilen.
B. Untuk mengetahui alat pelindung diri yang harus dipakai dalam praktikum pengelasan las oksi-asetilen.
C. Untuk mengetahui keselamatan kerja yang harus diperhatikan pratikan dalam praktikum pengelasan las oksi-asetilen.
D. Untuk mengetahui proses pengerjaan jobsheet 7 dalam praktikum pengelasan las oksi-asetilen.
Teknis penulisan laporan praktikum ini berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Negeri Malang (UM, 2010).
6. 6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pengelasan dengan gas oksi-asetilen dilakukan dengan membakar bahan bakar gas C2H2 dengan O2 sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen, propan atau 6ydrogen.
Diantara ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah asetilen, sehingga las pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asetilen. Karena tidak memerlukan tenaga listrik, maka las oksi-asetilen banyak dipakai di lapangan walaupun pemakaiannya tidak sebanyak las busur elektroda terbungkus.
2.1. Alat yang Digunakan
A. Generator
Generator asetilen merupakan alat yang digunakan untuk memproduksi asetilen melalui proses reaksi kalsium karbida dengan air. Proses kerja generator relatif sederhana, yaitu dengan jalan mempertemukan kalsium karbida dengan air secara proporsional yang selanjutnya akan diikuti dengan terjadinya reaksi sehingga menghasilkan gas asetilen. Pemakaian generator dalam memproduksi asetilen masih terbilang banyak, terutama di daerah yang jauh dari industri asetilen atau daerah terpencil. Keuntungan penggunaan generator dapat menekan biaya operasional bila dibandingkan dengan pemakaian asetilen dalam botol. Namun kelemahan yang dimiliki ialah tekanan asetilen lebih labil dibandingkan dengan asetilen dalam botol.
7. 7
Gambar 2.1 : Generator
B. Pembakar (Brander) Las
Merupakan suatu alat yang berfungsi sebagai pencampur asetilen dengan oksigen, pengatur pengeluaran gas, dan pembangkit nyala api. Bagian utama brander las terdiri dari tiga komponen yaitu badan pemegang, katup pengatur nyala, serta batang nozzle. Pemegang brander sesuai dengan namanya digunakan sebagai tempat pegangan juga merupakan dudukan katup pengatur dan penyalur gas ke batang nozel. Katup pengatur pada alat ini terdapat dua buah, yaitu katup penyaluran oksigen dan katup penyaluran asetilen. Melalui kedua katup ini jumlah pengeluaran gas dapat diatur sesuai dengan proporsi yang dibutuhkan. Semakin lebar dibuka saluran gas, semakin banyak gas yang lewat dan pada akhirnya semakin besar/keras pula api yang dihasilkan. Batang nozzle memiliki dua fungsi yaitu sebagai ruang pencampur gas dan sebagai nyala melalui orifisnya. Batang nozzle ini biasanya memiliki ukuran lubang yang berbeda-beda, yang pemakaiannya dapat disesuaikan dengan ketebalan bahan yang akan dilas.
8. 8
Gambar 2.2 : Brander Las
C. Bahan Tambah (Filler).
Bahan tambah yang lazim disebut dengan kawat las atau filler adalah suatu batang logam yang digunakan sebagai bahan pengisi. Kawat ini diperdagangkan di pasaran dalam bentuk batangan yang biasanya dibuat dengan panjang kira-kira 900 mm. Ukuran penampang kawat bervariasi, diantaranya tersedia dengan diameter 1,6, 2,5, 3,2, 4,0, 5,0, 6,0, 8,0, dan 10,0 mm. Penggunaan kawat las pada dasarnya harus disesuaikan dengan logam yang akan di las, kecuali untuk membrazing. Untuk itu kawat las tersedia dari berbagai jenis bahan, seperti baja lunak, besi tuang, stainless steel, tembaga, paduan tembaga, aluminium, dan paduan aluminium. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih kawat las apabila pengelasan akan dilaksanakan, diantaranya jenis bahan yang akan dilas, tebal bahan yang akan dilas, jenis kampuh yang akan dibuat, ukuran lasan, dan kekuatan las yang diperlukan. Hal ini dimaksudkan agar didapati hasil pengelasan yang baik.
D. Flux.
Flux merupakan bahan yang harus digunakan selain bahan tambah untuk pengelasan logam yang bukan baja lunak (mild steel). Ada beberapa jenis logam yang mempunyai sifat mengikat oksigen dengan kuat, seperti aluminium, tembaga, besi tuang, dan stainless steel. Logam ini apabila mengalami proses pemanasan dan pencairan akan mudah menyerap oksigen yang berada pada udara sekitarnya. Penyerapan oksigen sangat tidak dikehendaki, karena akan menimbulkan oksida logam yang memiliki efek jelek terhadap hasil lasan. Untuk itulah dibutuhkan suatu bahan yang dapat melindungi cairan logam dari pengaruh oksidasi, yang disebut dengan flux.
Flux selama proses pembakaran akan bereaksi dengan oksida, melepaskan gas-gas yang timbul dan menghilangkan bahan-bahan yang bukan logam. Di samping itu flux akan membentuk lapisan slag, sehingga dapat melindungi cairan logam dari pengaruh luar. Flux tersedia dalam berbagai bentuk seperti serbuk (tepung), pasta, dan cairan. Untuk pemakaian dapat disesuaikan, misalnya yang berupa tepung dengan jalan mencelupkan kawat las (yang terlebih dahulu sudah
9. 9
dipanasi) ke dalamnya. Flux akan melekat dan menyelimuti kawat las. Untuk yang berupa pasta dan cairan, pemakaian dengan jalan dioleskan.
Ada beberapa jenis bahan flux yang digunakan dalam pengelasan, seperti: borax (Na2B4O7), sodium karbonat (Na2CO3), sodium bikorbonat (NaHCO3), sodium silikat, polassium borat, karbonat, khlorida, sulphat, dan borik acid (H2BO3). Untuk pemakaian flux ini harus diikuti penjelasan pabrik yang membuat. Misalnya, flux jenis borax, keterangan yang diberikan untuk kuningan, maka bahan flux ini hanya baik digunakan untuk pengelasan dengan bahan tambah kuningan.
E. Regulator.
Semua gas umumnya disimpan di dalam botol pada tekanan lebih tinggi di atas tekanan kerja atau nyala. Karena itu diperlukan perlengkapan untuk mengurangi tekanan atau dengan kata lain untuk mengatur tekanan menurut keperluan. Alat ini disebut dengan regulator. Regulator dapat juga disebut katup pengurang (pereduksi) tekanan, yang dipasang pada katup botol oksigen, asetilen dan botol-botol lain atau pada pipa saluran. Regulator yang dipasang pada botol, pada dasarnya memiliki dwi fungsi yaitu: Menurunkan tekanan isi botol menjadi tekanan kerja. Mengatur agar tekanan kerja pada pembakar selalu tetap, meskipun tekanan isi botol berubah. Pada regulator juga dilengkapi dengan dua buah alat pengukur yang disebut dengan monometer tekanan tinggi (isi) dan monometer tekanan rendah (kerja).
Fungsi monometer pada regulator tersebut adalah monometer tekanan tinggi (the high pressure gauge) berfungsi untuk menunjukkan tekanan gas dalam botol. Monometer tekanan rendah (the low pressure gauge) berfungsi untuk menunjukkan besarnya tekanan kerja yang sedang digunakan. Oleh karena dalam satu unit pesawat las asetilen digunakan dua buah botol gas, yaitu botol gas oksigen dan botol gas asetilen, maka regulator yang dipasang juga dua buah yaitu regulator oksigen dan regulator asetilen.
10. 10
Gambar 2.3 : Regulator Oksigen dan Regulator Asetilen
Regulator yang digunakan pada botol gas baik untuk mengelas maupun untuk memotong dapat dibedakan atas beberapa kelompok, yaitu:
1. Jenis yang dipakai pada botol dan jenis yang dipakai pada sistem manifold.
2. Jenis kerja lurus (direct acting) dan kerja balik (reverse acting)
3. Jenis bertuas dan tanpa tuas (lever types and non level atau nozzle and stem)
4. Regulator bertingkat tunggal dan regulator bertingkat ganda
5. Regulator bertekanan tinggi (sampai 150 atm) dan tekanan menengah (15-30 atm).
6. Regulator oksigen, asetilen, udara, hidrogen, propane dan lain-lain.
Perbedaan utama regulator asetilen dan oksigen
1. Garis pada regulator asitilen diberi warna merah
2. Ulir sambungan ke katup botol pada regulator asitilen adalah ulir kiri, mur memakai tirus.
3. Skala tekanan pada monometer tekanan rendah sampai 30 atau 50 psi (2,5 atau 4 kg/cm2)
4. Skala tekanan pada monometer tekanan tinggi sampai 400 atau 500 psi (25 atau 35 kg/cm2)
5. Ada tulisan Asetilen
Pemeliharaan dan keselamatan regulator
1. Sebelum memasang regulator pada botol, hendaklah :
11. 11
Katup botol dibuka terlebih dahulu agak sebentar, hal ini bertujuan untuk menghembuskan kotoran-kotoran yang mungkin terdapat pada sambungan katup botol.
Periksa keadaan ulir pada regulator dan sambungkan ke katup botol, mur regulator seharusnya dengan mudah dapat dipasangkan pada katup botol.
2. Gunakan kunci yang cocok untuk menggerakkan sambungan regulator ke botol, dengan arti kata kunci harus sepantasnya mengikat mur regulator. Pastikan bahwa baut pengatur regulator dalam keadaan bebas (longgar) sebelum membuka katup botol.
3. Bukalah katup botol secara perlahan agar tidak jadi aliran jet yang dapat merusakkan regulator.
4. Jangan sekali-kali membiarkan minyak, oli dan gemuk bersentuhan dengan salah satu bagian dari regulator.
5. Jangan sekali-kali mempertukar pemakaian regulator oksigen dengan asetilen.
6. Hindari regulator dari pukulan, goncangan dan hentakan. Dari itu bukalah (lepaskan) regulator dari botol yang hendak dipindahkan.
7. Bila berhenti bekerja dalam waktu yang lama, tutup katup-katup botol, buang gas dari selang dan longgarkan dari baut pengatur.
8. Bila tekanan naik, sedangkan katup kerja tertutup, tutup segera katup botol.
9. Memeriksa kebocoran hanya dengan larutan sabun dan air.
10. Jangan sekali-kali menggunakan regulator untuk setiap gas atau setiap tekanan, selain dari gas dan tekanan yang ditentukan.
F. Selang Gas.
Selang gas digunakan untuk penyaluran gas dari silinder/botol atau generator melalui regulator ke pembakar (brander las). Selang ini dibuat dari bahan karet yang berlapis-lapis. Setiap lapisan ditenun dan dipasang berlainan misalnya dari bahan serat, nilon, kapas, lenen dan sebagainya. Pada bagian dalam di buat karet yang bermutu tinggi, tahan panas dan tekanan.
12. 12
Sedangkan pada bagian luar dibuat dari karet bercampur belerang (vulcanized rubber) dan diberi warna. Kadang-kadang pada karet lapisan luar, juga dilapisi dengan lenen atau asbes guna menghindari kerusakan. Selang gas harus bersifat lemas (elastis), tahan panas dan tahan terhadap tekanan. Untuk selang asetilen harus dapat menahan tekanan sampai 10 kg/cm2 dan untuk selang oksigen harus dapat menahan tekanan dengan 20 kg/cm2. Ukuran selang bermacam-macam yang ditentukan oleh diameter dalamnya. Ada yang dibuat berukuran 5,5; 9,5 dan 13 mm.(Alip,1989)
Gambar 2.4 : Selang Gas
Selang harus ditangani secara hati-hati untuk mencegah kecelakaan, kerusakan, dan kebocoran. Beberapa hal yang harus diperhatikan terhadap selang:
1. Jaga selang agar jangan kusut, sebab akan dapat menghambat pengaliran gas.
2. Jangan diseret pada lantai yang kasar.
3. Lindungi selang dari panas, percikan api, terak panas, dan logam panas.
4. Jangan biarkan selang tergencet, tertekuk atau berbelit-belit.
5. Gunakan klem pengikat yang cocok untuk mengikat selang. Jangan digunakan kawat atau pita isolasi
6. Gulung kembali selang dengan baik setelah selesai menggunakannya.
7. Selang tidak boleh terlindas, terhimpit atau terjepit benda keras seperti besi dan lain sebagainya.
Alat-alat bantu untuk proses pengelasan ini terdiri dari:
1. Alat-alat ukur seperti : penggores, penitik, mistar baja, siku-siku dan sebagainya.
2. Palu Terak
3. Smit Tang, untuk memegang benda kerja yang panas dipergunakan
13. 13
alat (tang) penjepit dengan macam-macam bentuk, seperti bentuk moncong rata, moncong ulat, moncong serigala dan moncong kombinasi.
4. Tang pemotong kawat.
5. Ragum kerja
6. Landasan.
7. Sikat baja, untuk membersihkan hasil las, yaitu pengaruh oksidasi udara luar sehingga rigi-rigi las benar-benar bebas dari terak, selain itu digunakan untuk membersihkan bidang benda kerja sebelum dilas.
2.2. Alat Pelindung Diri
Perlengkapan keselamatan kerja pada pengelasan las OAW ini meliputi:
1. Pakaian Kerja
2. Sepatu Kerja
3. Apron Kulit/Jaket las
4. Sarung Tangan Kulit
5. Helm/Kedok las
6. Topi kerja
7. Masker Las
8. Respirator
Gambar 2.5 : Alat Pelindung Diri
2.3. Keselamatan Kerja Las Oksi Asitilen
Keselamatan kerja untuk pengelasan las oksi-asetilen adalah :
a) Berdoalah sebelum bekerja.
14. 14
b) Jangan bergurau selama menggunakan mesin Jangan gunakan gas asetilen pada tekanan di atas 15 psi.
c) Jangan gunakan peralatan yang rusak (damage).
d) Jangan gunakan minyak (oil) atau gemuk (grease) pada atau disekitar peralatan oksigen.
e) Jangan gunakan oksigen atau gas untuk menghembus kotoran atau debu pada pakaian kerja (clothing) atau peralatan (equipment).
f) Jangan gunakan korek api untuk menghidupkan brander, selalu memakai korek api las.
g) Ketika membuka katup silinder atau oksigen, selalu celah (crack) buka pertama.
h) Selalu pastikan regulator mempunyai mur pengatur dengan memutarnya berlawanan arah jarum jam sampai bebas sebelum katup silinder terbuka.
i) Berdiri pada sisi sebuah regulator, jangan di depannya ketika membuka katup silinder.
j) Selalu pakai kaca mata (goggle) dengan baik, sarung tangan (gloves), pakaian kerja ketika bekerja dengan peralatan oksi-asetilen.
k) Selalu memakai sebuah tabung pemadam api tangan (fire extinguisher handy) ketika bekerja dengan peralatan oksi-asetilen.
l) Selalu menaruh kembali tutup (cap) silinder ketika telah selesai memakai silinder.
15. 15
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Bengkel Las Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang nomor 5 Malang pada tanggal 8 September 2014 sampai 26 September 2014 pukul 12.30 – 16.00 WIB.
3.2. Alat dan Bahan
a. Generator asetilen
b. Pembakar (Brander) Las
c. Filler berupa kawat
d. Flux berupa borax (Na2B4O7)
e. Regulator.
f. Selang Gas.
g. Alat-alat ukur seperti : penggores, Penitik, mistar baja, siku-siku dan sebagainya.
16. 16
h. Palu Terak
i. Smit Tang
j. Ragum kerja
k. Landasan.
l. Sikat baja
m. Pakaian Kerja
n. Sepatu Kerja
o. Apron Kulit/Jaket las
p. Sarung Tangan Kulit
q. Helm/Kedok las
r. Masker Las
3.3. Jobsheet Praktikum Las
Benda kerja adalah plat besi dengan panjang 127 mm, lebar 45 mm, dan tebal 2.5 mm berjumlah 2 buah.
3.4. Cara Kerja
1. Pastikan anda menggunakan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja seperti: pakaian kerja, apron kulit penutup dada, sepatu kerja, sarung tangan kulit, helm las.
2. Siapkan alat dan bahan, Letakkan di atas meja las.
3. Tandai pada benda kerja bagian yang akan di las.
4. Bebaskan permukaan logam yang akan di las dari kotoran yang akan menghambat pencairan di daerah yang akan disambung dengan mesin sikat baja, amplas, kikir, zat kimia sikat baja manual, sikat wool dan lain-lain.
5. Pasanglah penghubung (conector) gas.
Bersihkan lubang katup silinder sampai bersih dan bebaskan dari debu sebelum regulator dipasang
Masukan ulir regulator ke ulir katup pengeluaran gas dari silinder (ulir kanan)
17. 17
Ikuti petunjuk menurut buku pedoman untuk memasang selang gas dengan regulator.
6. Gunakan jenis arus listrik Direct Current (DC) atau arus bolak-balik untuk pengelasan Baja, baja paduan, stainless steels, tembaga, tembaga paduan, nikel, nikel paduan, titanium dan logam reaktif lainnya.
7. Letakkan benda kerja di atas meja las.
8. Bukalah katup asetilen sedikit pada brander, dan langsung nyalakan dengan menggunakan percikan bunga api dari korek api las, maka akan didapati nyala asetilen yang berwarna kemerahan dengan asap yang tebal.
9. Putar katup asetilen sampai nyala yang terjadi bebas dari asap.
10. Bukalah katup oksigen secara perlahan, sehingga didapati perbandingan pengeluaran gas dengan kadar yang sama.
11. Sewaktu proses pengelasan berlangsung sering didapati adanya kecenderungan nyala netral akan sedikit berubah menjadi nyala oksi dari akibat pengaruh tekanan gas. Untuk itu perlu sewaktu-waktu melihat dan menyetel kembali nyala tersebut, sehingga kemungkinan terjadinya kerusakan hasil las karena penggunaan nyala yang salah bisa dihindari.
12. Posisikan dua benda kerja sehingga membentuk posisi horizontal 2F.
13. Kunci benda kerja sebelah kiri dan kanan dengan cara melelehkan benda kerja dan kawat, lalu kawat ditempelkan pada bagian ujung benda kerja yang akan dilas sehingga ketika pengelasan tidak goyang.
14. Cairkan bagian benda kerja yang akan dilas menggunakan nyala oksigen dan asitilen hingga bagian tersebut mencair.
15. Lelehkan kawat dan letakkan kelehannya pada bagian benda kerja yang telah dicairkan.
16. Lakukan secara terus menerus dengan gerakan brander dari kanan ke kiri, atau arah pengelasan maju,dan arah kawat mundur dengan mengayunkan brander secara lurus, setengah lingkaran, zig-zag, atau lingkaran penuh. Sudut yang terbentuk pada arah gerakkan brander membentuk sudut dengan kisaran 70º - 80º. Sewaktu terjadinya proses
18. 18
pengelasan sudut, pengelasan ini harus dijaga tetap konstan. Pada proses pengelasan ini diharapkan jarak brander ke benda kerja ini relatif konstan. Kecepatan pengelasannya pun harus konstan mulai dari saat pengelasan sampai pada penyelesaian pengelasan, karena jika terlalu lama berhenti di bagian tertentu akan dapat menimbulkan lubang. Nyala api juga tidak boleh mendahului lelehan kawat dan benda kerja.
17. Matikan nyala api.
18. Ambil benda kerja menggunakan tang lalu rendam ke dalam air.
19. Bersihkan menggunakan sikat baja jika benda kerja sudah dingin.
20. Matikan las, dan kembalikan alat dan APD pada tempatnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Benda kerja berupa plat besi dengan panjang 147 mm, lebar 45 mm, dan tebal 2,5 mm sebanyak 2 buah dilas menggunakan las oksi-asetilen dengan posisi horizontal 2F sehingga membentuk huruf “T”.
19. 19
Namun hasil pengelasan belum sempurna, ada beberapa kekurangan di antaranya penumpukan logam las (overoll), yaitu bentuk logam las yang menumpuk pada sisi jalur las. Pada sisi jalur las tidak terjadi pencairan yang sempurna sehingga, logam las hanya menempel pada logam dasarnya. Kerusakan las ini disebabkan oleh kecepatan pengelasan terlalu lambat, penyetelan amper terlalu rendah, dan posisi elektroda tidak benar. Sehingga dapat diperbaiki dengan cara melelehkan lagi bagian yang telah dilas menggunakan brander yang menyala dan diratakan bagian pada bagian yang terjadi penumpukan logam las.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Semua teknisi atau pratikan yang bekerja pada bengkel las harus dapat menggunakan semua peralatan yang ada di bengkel baik berupa peralatan las maupun perkakas tangan. Hal ini penting karena masing-masing alat mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pada dasarnya manusia dapat bekerja dengan mudah, aman dan dapat menghasilkan benda kerja yang baik.
Keterampilan teknik mengelas dapat diperoleh dengan latihan terstruktur mulai dari grade dasar sampai mencapai grade yang lebih tinggi. Beberapa pendekatan penelitian juga merekomendasikan bahwa seorang juru las akan dapat terampil melakukan proses pengelasan dengan melakukan latihan yang terprogram, di samping itu faktor bakat dari dalam diri juru las juga sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai. Keberhasilan seorang juru las dapat
20. 20
dicapai apabila juru las sudah dapat mensinergikan apa yang ada dalam pikiran dengan apa yang harus digerakan oleh tangan sewaktu proses pengelasan berlangsung. Di samping itu para pekerja di dalam bengkel las harus mengetahui dan mampu mengaplikasikan penggunaan alat pelindung diri serta prosedur bekerja dan sikap di dalam bengkel yang sesuai dengan Standar Operasional (SOP) sehingga praktik tidak membahayakan keselamatan diri sendiri maupun pratikan/orang lain.
Karena praktikum pengelasan merupakan pekerjaan yang harus dikuasai dalam mengerjakan benda kerja bagi seseorang yang berkecimpung dalam bidang teknik mesin, maka praktik pengelasan sangat dibutuhkan untuk melatih mahasiswa agar mampu menggunakan alat kerja serta mesin yang baik dan benar, serta mampu menghasilkan benda kerja yang memiliki standar tertentu sesuai dengan lembar kerja yang ditentukan. Hal ini dapat tercapai jika mahasiswa melakukan pekerjaan dengan baik sesuai dengan peraturan dan tata cara pengerjaan praktik pengelasan.
5.2. Saran
Saran yang ditujukan kepada pengelola sebagai berikut :
Sebagai bengkel yang berada di lingkungan akademik, Bengkel Pengelasan Universitas Negeri Malang tentu harus memiliki sarana dan prasarana yang sesuai standar kelayakan bengkel. Di Bengkel Pengelasan Universitas Negeri Malang ini terdapat 10 unit perangkat las listrik, namun ada beberapa yang tidak berfungsi. Sedangkan untuk las gas oksi-asetilen hanya ada 2 unit untuk 20 mahasiswa. Maka peralatan yang seperti itu harus mendapat perlakuan khusus, seperti perbaikan atau jika perlu dilakukan penambahan atau penggantian dengan yang baru. Karena kurangnya jumlah peralatan dapat mengurangi keefektifan pembelajan serta keefektifan waktu dalam menyelesaikan benda kerja sesuai jobsheet.
Selain itu penambahan pengadaan alat pelindung diri juga perlu, sehingga proses belajar mengajar dan praktik di Bengkel Pengelasan Universitas Negeri
21. 21
Malang dapat terlaksana dengan efektif dan efisien serta mampu menghasilkan peserta didik yang berkompeten di bidangnya.
Selain saran yang ditujukan pada pengelola, saran yang ditujukan kepada mahasiwa antara lain :
1. Dalam praktik pengelasan para mahasiwa harus lebih bertanggung jawab dalam penggunaan alat-alat kerja.
2. Perlunya ketelitian dan kehati-hatian dalam melaksanakan praktik pengelasan sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
3. Perlunya kedisiplinan dalam melaksanakan piket.
4. Mahasiswa harus menjaga kebersihan lingkungan kerja.
5. Demi keamanan praktik mahasiswa diharapkan menerapkan prinsip K3.
DAFTAR PUSTAKA
Ambiyar, dkk. 2008. Teknik Pembentukan Plat Jilid 3 untuk SMK. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah : Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian. Edisi Kelima. Malang : Universitas Negeri Malang.