SlideShare a Scribd company logo
BAB IV
Tujuan :
Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab IV, diharapkan
mahasiswa dapat :
1.
Menjelaskan fungsi ulir dalam kaitannya dengan perlunya
dilakukan pengukuran ulir.
2.
Menyebutkan bermacam-macam ulir yang banyak
digunakan dalam permesinan.
3.
Menyebutkan elemen-elemen penting dari ulir yang perlu
diukur.
4.
Menjelaskan standar umum dari suatu ulir, baik menurut
sistem metrik maupun menurut sistem inchi.
5.
Memeriksa atau mengukur elemen-elemen penting dari ulir
dengan alat dan cara yang tepat, baik pengukuran secara langsung
maupun pengukuran tak langsung.
6.
Menjelaskan suaian dan toleransi dalam pembuatan
komponen berulir (mur dan baut).
7.
Menganalisis
hasil-hasil
pengukuran
ulir
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 149
Bab IV – Pengukuran Ulir

BAB IV
PENGUKURAN ULIR
Sistem ulir sudah dikenal dan sudah digunakan oleh manusia sejak
beberapa abad yang lalu. Tujuan diciptakannya sistem ulir ini pada
dasarnya adalah mendapatkan cara yang mudah untuk menggabungkan
atau menyambung dua buah komponen sehingga gabungan ini menjadi
satu kesatuan unit yang bermafaat sesuai dengan fungsinya. Sebelum
teknologi industri maju pembuatan ulir hanya dilakukan dengan tangan
dan sudah tentu hasilnya kasar.
Pada abad ke 18 yaitu pada masa Revolusi Industri, Inggris mulai
memproduksi sistem ulir dengan peralatan yang waktu itu sudah
dipunyai. Karena belum ada standarnya maka antara ulir yang satu
dengan ulir yang lain (ulir luar dan ulir dalam) jarang diperoleh kecocokan
waktu digabungkan. Pada tahun 1841 seorang ilmuwan Inggris bernama
Sir Joseph Whitworth mulai mencoba membuat standar ulir yang hasilnya
sampai sekarang dikenal dengan nama ulir yang hasilnya sampai
sekarang dikenal nama ulir Whitworth.
Pada tahun 1864, Wiliam Sellars, seorang ilmuwan Amerika
mengembangkan sistem ulir yang kemudian digunakan di Amerika
Serikat pada masa tersebut. Ulir buatan Sellars ini diberi rekomendasi
oleh Franklin Institut. Meskipun demikian, ulir Sellars tidak cocok
dipasangkan dengan ulir Whitworth karena sudut ulirnya berbeda.
Pada tahun 1935, American Standard mulai mengenalkan standar
sudut ulir sebesar 60°. Akan tetapi masih juga beluM ada standar yang
sama antara beberapa negara seperti Kanada, Inggris dan Amerika.
Akhirnya, pada masa perang dunia kedua, terjadi persetujuan antara
Kanada, Inggris dan Amerika untuk menggabungkan standar ulir Inggris
dan Amerika yang sekarang terkenal dengan nama Ulir Unified. Dengan
ulir unified ini penggunaan sistem ulir di ketiga negara tersebut menjadi
fleksibel karena adanya keseragaman dalam standarnya.
Dari sejarah singkat di atas nampak bahwa sejalan dengan
perkembangan teknologi perindustrian maka penyederhanaan sistem ulir
pun mulai dilakukan. Dalam kaitan ini, Organisasi Standar Internasional
(ISO) pun telah membuat standar tersendiri untuk sistem ulir. Perubahanperubahan dan pengembangan sistem standar ulir ini dilakukan dengan
maksud untuk memperoleh komponen-komponen yang berulir
mempunyai sifat mampu tukar (interchangeability) dan dapat diproduk
dalam jumlah besar.
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 150
Bab IV – Pengukuran Ulir

Kini, penggunaan sistem ulir untuk penyatuan dua komponen
hampir terdapat dalam semua hasil teknologi. Dari hasil teknologi
perindustrian yang tingkat ketelitiannya rendah (kasar) sampai pada hasil
industri yang tingkat ketelitiannya sangat tinggi (presisi) tidak bisa lepas
dari yang namanya ulir. Sistem ulir telah menjadi salah satu faktor
penting dalam kemajuan industri pada semua jenis produksi. Makin tinggi
tingkat ketelitian suatu komponen dibuat berarti makin tinggi pula tingkat
ketelitian sistem ulirnya. Untuk dapat membuat komponen yang berulir
maka perlu dipelajari seluk beluk mengenai ulir khususnya dalam hal
sistem pengukurannya.
A. Jenis Ulir dan Fungsinya
Secara umum jenis ulir dapat dilihat dari gerakan ulir, jumlah ulir
dalam tiap gang (pitch) dan bentuk permukaan ulir. Bisa juga jenis ulir ini
dilihat dari standar yang digunakan, misalnya ulir Whitworth, ulir metrik
dan sebagainya.
1.

Jenis Ulir Menurut Arah Gerakan Jalus Ulir
Menurut arah gerakan ulir dapat dibedakan dua macam ulir yaitu ulir
kiri dan ulir kanan. Untuk mengetahui apakah suatu ulir termasuk ulir kiri
atau ulir kanan dilihat arah kemiringan sudut sisi ulir. Atau bisa juga dicek
dengan memutar pasangan dari komponen-komponen yang berulir
misalnya mur dan baut. Apabila sebuah mur dipasangkan pada baut yang
kemudian diputar ke kanan (searah jarum jam) ternyata murnya bergerak
maju maka ulir tersebut termasuk ulir kanan.
Sebaliknya, bila mur diputar arahnya ke kiri (berlawanan dengan
arah jarum jam) ternyata murnya bergerak maju maka ulir tersebut
termasuk ulir kiri. Jadi, pada ulir kanan, kalau akan melepaskan mur dari
bautnya maka mur harus diputar ke kiri. Sedangkan pada ulir kiri, untuk
melepaskan murnya adalah dengan memutar mur ke kanan. Yang paling
banyak digunakan adalah ulir kanan.

2.

Jenis Ulir Menurut Jumlah Ulir Tiap Gang (Pitch)
Dilihat dari banyaknya ulir tiap gang (pitch) maka ulir dapat di
bedakan menjadi ulir tunggal dan ulir ganda. Ulir ganda artinya dalam
satu putaran (dari puncak ulir yang satu ke puncak ulir yang lain) terdapat
lebih dari satu ulir, misalnya dua ulir, tiga ulir dan empat ulir. Untuk ulir
ganda ini biasanya disebutkan berdasarkan jumlah ulirnya, misalnya
ganda dua, ganda tiga dan ganda empat. Gambar 4.1 menunjukkan
bagan dari ulir tunggal dan ulir ganda. Melihat bentuknya, maka satu
putaran pada ulir ganda dapat memindahkan jarak yang lebih panjang
dari pada satu putaran ulir tunggal.
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 151
Bab IV – Pengukuran Ulir

Gambar 4.1. Ulir tunggal dan ulir ganda.
3. Jenis Ulir Menurut Bentuk Sisi Ulir
Melihat bentuk dari sisi ulir ini maka ulir dapat dibedakan menjadi
ulir segi tiga, segi empat, trapesium, parabol (knuckle). Bentuk ulir ini juga
ada kaitannya dengan standar yang digunakan. Berikut ini berapa contoh
dari bentuk ulir.

Ulir Metrik (ISO)

British Standard Whitworth
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 152
Bab IV – Pengukuran Ulir

Ulir Unified

British Association

Buttress 450

Knuckle

ACME
Gambar 4.2. Jenis-jenis ulir menurut bentuk sisi ulir
4.

Fungsi Ulir
Dengan adanya sistem ulir memungkinkan kita untuk
menggabungkan atau menyambung beberapa komponen menjadi satu
unit produk jadi. Berdasarkan hal ini maka fungsi dari ulir secara umum
dapat dikatakan sebagai berikut:
a. Sebagai alat pemersatu, artinya menyatukan beberapa komponen
menjadi satu unit barang jadi. Biasanya yang digunakan adalah ulirulir segi tiga baik ulir yang menggunakan standar ISO, British
Standard maupun American Standard.
b. Sebagai penerus daya, artinya sistem ulir digunakan untuk
memindahkan suatu daya menjadi daya lain misalnya sistem ulir
pada dongkrak, sistem ulir pada poros berulir (transportir) pada
mesin-mesin produksi, dan sebagainya. Dengan adanya sistem ulir
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 153
Bab IV – Pengukuran Ulir

c.

ini maka beban yang relatif berat dapat ditahan/diangkat dengan
daya yang relatif ringan. Ulir segi empat banyak digunakan disini.
Sebagai salah satu alat untuk mencegah terjadinya kebocoran,
terutama pada sistem ulir yang digunakan pada pipa. Kebanyakan
yang dipakai untuk penyambungan pipa ini adalah ulir-ulir Whitworth.

B. Beberapa Istilah Penting Pada Ulir
Penggunaan kata istilah di atas tidak untuk menunjukkan adanya
arti-arti lain dari ulir, melainkan untuk menunjukkan adanya dimensidimensi yang penting untuk diketahui setiap kali membicarakan masalah
ulir. Beberapa dimensi yang penting dari ulir dapat dilihat pada Gambar
4.3 berikut ini.

Gambar 4.3. Dimensi penting dari ulir
1. Diameter mayor (diameter luar) adalah diameter terbesar dari ulir.
2. Diameter minor (diameter inti) adalah diameter terkecil dari ulir.
3. Diameter pit (diameter tusuk) adalah diameter semu yang letaknya di
antara diameter luar dan diameter inti. Pada radius dari diameter
tusuk inilah letaknya titik-titik singgung antara pasangan dua buah ulir
sehingga pada titik-titik tersebutlah yang akan menerima beban
terberat sewaktu pasangan ulir dikencangkan.
4. Jarak antara puncak ulir yang disebut juga dengan istilah pitch
merupakan dimensi yang cukup besar pengaruhnya terhadap
pasangan ulir. Karena apabila jarak antara puncak ulir yang satu
dengan puncak ulir yang lain tidak sama maka ulir ini tidak bisa
dipasangkan dengan ulir yang lain yang jarak puncak ulirnya masingmasing adalah sama. Kalaupun bisa tentu dengan jalan dipaksa yang
akhirnya juga akan merusakkan ulir yang sudah betul. Akibatnya
pasangan dari beberapa komponen dalam satu unit pun tidak bisa
bertahan lama. Jadi, dalam proses pembuatan jarak puncak ulir harus
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 154
Bab IV – Pengukuran Ulir

diperhatikan betul-betul, sehingga kesalahan yang terjadi pada jarak
puncak ulir masih dalam batas-batas yang diijinkan.
5. Sudut ulir adalah sudut dari kedua sisi permukaan ulir yang
satuannya dalam derajat. Untuk American Standard dan ISO sudut
ulirnya adalah 600. Untuk ulir Whitworth sudut ulirnya 55°.
6. Kedalaman ulir adalah jarak antara diameter inti dengan diameter
luar.
C. Standar Umum untuk Ulir
Yang akan dibicarakan disini adalah ulir menurut ISO Metrik dan ulir
Unified. Ulir ISO metrik satuannya dalam milimeter dan ulir Unified
satuannya dalam inchi. Keterangan selanjutnya dapat dilihat pada
gambar-gambar berikut. Gambar 4.4 adalah bentuk standar ulir menurut
ISO metrik. Gambar 4.5 adalah bentuk standar ulir menurut Unified.
1.

Ulir ISO Metrik

Gambar 4.3 Bentuk ulir ISO Metrik
Dimana:
p
H

H
4
H
8

= jarak puncak ulir, dalam mm
= kedalaman ulir, = 0.86603p
= 0.216551p

H
= 0.14434p
6

= 0.10825p

Rr = 0.14434p
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 155
Bab IV – Pengukuran Ulir

5
H = 0.54127p
8
17
H = 0.61343p
Kedalaman ulir luar (bolt) =
24
Kedalaman ulir dalam (nut) =

2.

Ulir Unified

Gambar 4.5 Bentuk umum ulir unified
Dimana:
n

= jumlah gang per inchi

p

= jarak puncak ulir, dalam inchi =

H

= kedalaman ulir = 0.86603p

hb

= kedalaman ulir luar = 0.361343p =

hm
E

1
n

0.61343 17
=
H
n
24
0.54127 5
= kedalaman ulir dalam = 0.54127p =
= H
n
8

= diameter tusuk = Diameter mayor – 0.64952p
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 156
Bab IV – Pengukuran Ulir

3.

Perbandingan Ukuran Ulir ISO Metrik dan Unified
Ulir ISO Metrik

Ulir Unifield
24 x 3
20 x 2.5
16 x 2
12 x 1.75
10 x 1.5

M = simbol ISO
10 = diameter nominal 8 x 1.25
= 10mm
6x1
1.5 = jarak puncak ulir
5 x 0.8
= 1.5 mm
6g = kualitas dan daerah
4 x 0.7
toleransi ulir
3 x 0.5
2.5 x 0.45
2 x 0.4

1-8
7/8- 9
3/4 - 10
5/8 - 11
9/16 - 12
½ - 13
7/16 - 14
3/8 - 16
5/16 - 18
¼ - 20
12 - 24
10 - 24
8 - 32
6 - 32
5 - 40
4 - 40
3 - 48
2 - 56

2A
UNC
16

= kelas ulir
= seri ulir
= jumlah gang
per inchi
= diameter
mayor =
inchi

Sumber : Center For Metrikc Education, Western Michigan University.
Pembuatan ulir bisa dilakukan dengan bermacam cara antara lain
yaitu dengan: mesin bubut, snei, tap, dan kadang-kadang bisa juga
dengan mesin freis. Yang paling banyak dilakukan adalah dengan mesin
bubut dan dengan snei atau tap. Karena pembuatan ulirnya sebagian
besar dengan mesin maka kesalahan dalam pembuatan bisa saja terjadi.
D. Analisis Kesalahan pada Ulir
Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada waktu membuat
ulir dengan menggunakan mesin antara lain adalah: kesalahan diameter
mayor, kesalahan diameter minor, kesalahan diameter pitch, kesalahan
sudut sisi ulir dan kesalahan pitch. Untuk kesalahan diameter pitch,
kesalahan sudut sisi ulir, dan kesalahan pitch, kesemuanya merupakan
kesalahan yang ada kaitannya dengan kesalahan diameter fungsional.
1. Kesalahan Sudut Sisi Ulir
Kesalahan sudut sisi ulir dapat terjadi karena antara lain adalah
adanya kesalahan sudut pahat (pisau potong) atau adanya kesalahan
penyetelan posisi pahat.
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 157
Bab IV – Pengukuran Ulir

Pengaruh kesalahan sudut sisi ulir pada fungsi dari ulir dapat
dijelaskan sebagai berikut: lihat Gambar 4.6 berikut ini. Gambar ini
menunjukkan pasangan ulir di mana salah satu sudut sisi ulir yang lain
terdapat kesalahan. Kenaikan diameter efektif (diameter tusuk) nya
adalah Ed. Besarnya Ed ini dapat kita cara dengan memperbesar gambar
bagian dari pasangan ulir yang menunjukkan terjadinya kesalahan sudut
sisi ulir, lihat gambar di sebelah kanan 4.6.

Gambar 4.5. Pasangan ulir luar dan ulir dalam yang menunjukkan adanya
kesalahan sudut.
Dari gambar yang diperbesar dapat dituliskan di sini bahwa :

DF
 sin 
DE
DF DF

 
Bila harga
AD AC

DE 

DF
sin 


sin 
AB
AB
 cos    AC 
Akan tetapi,
AC
cos 

DF  AC dan D 

AB adalah setengah dari tinggi ulir (h), maka :

h

h

2 cos  sin  sin 2
 = kesalahan sudut ulir (dalam radian)
 = sudut ulir
DE 

Seandainya sudut dari kedua-duanya terjadi kesalahan maka harga
koreksi untuk diameter tusuk secara teoritis adalah :

Ed 

Ed

h
1  2 
sin 

= harga koreksi karena kesalahan sudut sisi ulir, dalam
milimeter.
h
= tinggi atau kedalaman teoritis ulir, dalam milimeter.
= sudut ulir , dalam derajat.

1, 2 = kesalahan sudut sisi ulir, baik untuk ulir luar maupun ulir dalam,
dalam radian.
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 158
Bab IV – Pengukuran Ulir

Dengan cara yang sama dapat dilakukan analisis kesalahan sudut
sisi ulir untuk ulir Whitworth. Lihat Gambar 4.7. berikut ini.

Gambar 4.6. Ulir Whitworth dengan r = 0,1373p dan sudut ulir = 550.
Dari gambar di atas dapat dijelaskan hubungan trigoneometri
sebagai berikut :
R = 0.1373p

h = 0.6403p-2r +2BC

BC
Sin 
AB

BC = r sin 
h = 0.6403p – 2r + 2r sin 

Dimasukkan harga r dan  , maka :
h = 0.6403p – 0.2746p (1 + 0.4617)
h = 0.4924p
Pada pembahasan sebelumnya diperoleh harga koreksi kesalahan
sudut sisi ulir secara umum yaitu :

Ed 

h
1  2
sin 2

Dengan memasukkan harga h = 0.4924p maka harga koreksi kesalahan
sudut sisi ulir untuk ulir Whitworth adalah :

0.4924p
1   2x 2
0.8192
360
Ed  0.0105p1  2 
Ed 



= sudut sisi ulir = 240 30’.

 1,  2 = kesalahan susut sisi ulir dari kedua ulir, satuannya dalam
radian, harus diubah dengan jalan mengalikannya dengan
angka

2
.
360
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 159
Bab IV – Pengukuran Ulir

Dengan cara yang sama seperti di atas maka untuk ulir-ulir yang
lain dapat dituliskan hubungan trigonometri sebagai berikut :
Ulir standar British Association dengan sudut ulir 47° 30° harga koreksi
kesalahan sudut sisi ulir adalah:

Ed  0.0091p1  2 
Ulir Unified dengan sudut ulir 600 harga koreksi kesalahan sudut sisi ulir
adalah :

Ed  0.0098p1  2 
Untuk ulir metrik dengan sudut ulir 600 harga koreksi kesalahan sudut sisi
ulir adalah :

Ed  0.00115p1  2 
2. Analisis Kesalahan Jarak Puncak Ulir (pitch)
Untuk mempermudah pembahasan maka kita anggap pembuatan
ulir dilakukan dengan mesin bubut. Dengan mesin bubut maka tingkat
ketelitian jarak puncak ulir yang dibuat akan tergantung pada dua hal
yaitu:
a. kebenaran hasil bagi (rasio) antara kecepatan pemakanan pahat
(gerak translasi) dengan kecepatan potong pahat (kecepatan putar
dari benda kerja),
b. hasil bagi antara kecepatan pemakanan dan kecepatan putar harus
tetap konstan selama proses pemotongan berlangsung.
Apabila syarat pertama tidak dipenuhi maka akan terjadi kesalahan
jarak puncak ulir (pitch) yang disebut dengan istilah kesalahan pit
progresif (progressive pitch error). Sebaliknya, apabila syarat nomor dua
dipenuhi maka akan terjadi kesalahan jarak puncak ulir yang disebut
dengan istilah kesalahan pit periodik (periodic pitch error).
Bila digambarkan secara grafik maka dapat diperoleh bentuk grafik
sebagai berikut:

Gambar 4.8. Kesalahan pit progresif Gambar 4.9. Kesalahan pit periodik
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 160
Bab IV – Pengukuran Ulir

Kesalahan pit progresif dapat disebabkan oleh penggunaan rodaroda gigi pengganti yang tidak tepat. Secara umum kesalahan pit bisa
juga disebabkan adanya kesalahan pit pada poros transportier mesin
bubut atau poros-poros penggerak lainnya. Kalau setiap jarak puncak ulir
terjadi kesalahan sebesar  p, maka untuk setiap puncak ulir sepanjang
benda berulir tersebut terjadi kesalahan n  p, n adalah jumlah ulir yang
dibuat. Dari keadaan seperti itu, bila digambarkan secara grafik maka
diperoleh keadaaan seperti pada Gambar 4.8. di atas.
Kesalahan pit periodik dapat terjadi karena adanya kesalahan rodaroda gigi yang menghubungkan benda kerja dengan poros penggerak
utama atau karena adanya gerakan-gerakan aksial dari poros utama
(lead screw). Keadaan seperti ini akan menyebabkan kesalahan yang
sifatnya siklus. Artinya pada saat tertentu jarak puncak ulir harganya
melebihi harga yang sebenarnya, pada saat-saat yang lain jarak puncak
tersebut justru lebih kecil dari pada harga yang sebenarnya. Kemudian
kembali lagi pada harga yang normal, lalu menuju ke harga yang lebih
besar, kembali ke harga yang normal lagi. Demikian seterusnya. Kalau
digambarkan nampak seperti sinusoida, lihat Gambar 4.9
Apakah kesalahan jarak puncak ulir ini ada pengaruhnya terhadap
diameter efektif atau fungsional? Tentu saja ada pengaruhnya. Untuk
pembahasan ini dapat dilihat Gambar 4.10.

Gambar 4.9. Skema pasangan ulir yang mempunyai kesalahan pit
kumulatif.
Berdasarkan gambar yang disebelah kanan Gambar 4.10. di atas,
dapat dijelaskan sebagai berikut :
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 161
Bab IV – Pengukuran Ulir

kedalaman kumulatif jarak puncak ulir sepanjang pasangan
ulir dan
harga koreksi kesalahan jarak puncak ulir dalam kaitannya
untuk menambah diamter efektif.
Dengan cara yang sama maka diperoleh pula persamaan untuk ulirulir yang lain, misalnya :
Untuk ulir Metrik,
= 1.732  p
Untuk ulir Whitworth

= 1.920  p

E. Cara Pengukuran Ulir
Bagian-bagian penting dari ulir yang harus diukur antara lain
adalah: diameter mayor (luar), diameter minor (inti), diameter efektif
(tusuk/pit), sudut ulir dan jarak puncak ulir.
1. Pengukuran Diameter Mayor Ulir
Untuk pengukuran secara kasar dapat dilakukan dengan
menggunakan mistar ingsut/jangka sorong. Untuk pengukuran yang lebih
teliti lagi dapat digunakan mikrometer yang memang khusus untuk
mengukur ulir, biasanya digunakan mikrometer pana. Untuk mendapat
hasil pengukuran yang lebih teliti lagi, baik dibandingkan dengan
menggunakan mistar ingsut maupun dengan menggunakan mikrometer
pana, adalah dengan menggunakan alat yang disebut Floating Carriage
(Bench) Micrometer.
Untuk melakukan pengukuran diameter mayor ulir dengan
menggunakan Bench Micrometer diperlukan poros atau silinder yang
presisi sebagai silinder starndar. Misalnya diameter silinder standar
adalah Ds. Silinder standar diukur diameternya dengan Bench Micrometer
di mana jarum penunjuk (fiducial indicator) harus menunjukkan posisi nol.
Dari mikrometernya dapat dibaca besarnya diameter silinder menurut
ukuran Bench Micrometer, Misalnya R1. Kemudian silinder standar
dilepas dan diganti dengan ulir yang hendak diukur diameter mayornya.
Dengan cara yang sama, kemudian dicatat harga pengukuran yang
ditunjukkan oleh skala mikrometer, misalnya R2. Dengan demikian dapat
diperoleh besarnya diameter mayor ulir yang besarnya adalah sebagai :
Dm = Ds + (R2 - R1) mm.
Dm = diameter mayor ulir.
Ds = diameter silinder standar.
R1 = pembacaan mikrometer untuk pengukuran silinder standar.
R2 = pembacaan mikrometer untuk pengukruan diameter mayor ulir.
2. Pengukuran Diameter Minor Ulir
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 162
Bab IV – Pengukuran Ulir

Alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur diameter minor (inti)
ulir antara lain adalah mikrometer ulir yang ujung ukurnya berbentuk
runcing dan Bench Micrometer. Bila pengukurannya dengan mikrometer
biasa yang kedua maka ukurnya memang khusus untuk pengukuran
diameter inti ulir maka pembacaan hasil pengukurannya dapat langsung
dibaca pada skala ukur mikrometer tersebut.
Apabila alat ukur yang digunakan adalah Bench Micrometer maka
cara pengukurannya juga sama dengan pengukuran diameter mayornya.
Ambil silinder standar dan ukurlah dengan Bench Micrometer. Misalnya
diameter silinder standar adalah Ds, dan hasil pembacaan mikrometer
terhadap silinder standar misalnya R1. Kemudian silinder standar
dilepaskan dari Bench Micrometer dan diganti dengan ulir yang akan
diukur. Untuk pengukuran diameter inti diperlukan alat bantu lain yaitu
prisma yang biasanya sudah disediakan sebagai pelengkap dari Floating
Carriage Micrometer. Prismanya diletakkan sedemikian rupa sehingga
bagian yang tajam (sisi prisma) masuk pada sudut ulir. Dengan memutar
mikrometer maka batang prisma yang digunakan tepat menyentuh
permukaan ukur dengan catatan bahwa kedudukan fiducial indicator
harus betul-betul pada posisi nol. Dengan mikrometer dapat diketahui
besarnya harga pengukuran, misalnya R2. Dengan hasil ini maka dapat
dihitung besarnya diameter inti dari ulir yaitu :
Di = Ds  (R2 – R1) mm.

Ds = diameter poros standar
(diketahui)
R2 = hasil baca diameter
standar (fiducial incdicator
= 0)
R1 = hasil diameter inti ulir
(fiducial indicator = 0)

Gambar 4.11. Skematis pengukuran diameter inti ulir.
3. Pengukuran Diameter Efektif (Tusuk)
Untuk melakukan pengukuran diameter efektif ulir bisa dilakukan
dengan menggunakan mikrometer ulir dan dengan metode dua atau tiga
kawat.
3.1. Pengukuran Diameter Efektif dengan Mikrometer Ulir
Alat yang digunakan adalah mikrometer biasa, namun ujung dari
sensornya mempunyai bentuk yang khusus sehingga dapat menyentuh
muka ukur dengan posisi yang pas. Dengan adanya ujung kontak
(sensor) yang khusus ini maka hasil pengukurannya dapat dibaca
langsung pada skala ukur mikrometer yang digunakan. Bentuk-bentuk
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 163
Bab IV – Pengukuran Ulir

dari ujung sensor mikrometer pengukur diameter efektif yang dipera. Sisi ujung ini antara lain
adalah sebagai berikut :
pendek. Bentuk ini seing di-

pakai.
b. Bentuk ujung penuh, sering
digunakan untuk ulir dengan
pits yang kecil.
c. Bentuk ujung dengan sudut
yang kecil, biasa untuk
mengukur diameter.

Gambar 4.12. Bentuk ujung sensor mikrometer pengukur
diameter efektif ulir
3.2. Metede Pengukuran dengan Dua Kawat
Cara pengukuran ini adalah dengan jalan meletakkan kawat dengan
diameter tertentu masing-masing pada tempat yang berlawanan. Dengan
menggunakan perhitungan dari beberapa persamaan maka dapat dicari
hubungan antara diameter kawat dengan sudut ulir dan diameter efektif.

Gambar 4.13. Pengukuran dengan metode dua kawat.
Dari gambar tersebut : De = H + 2FG
De
H
X
d
De

= diameter efektif
= X – 2d
= ukuran/jarak bagian luar kawat
= diameter kawat
= X – 2d + 2 FG
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 164
Bab IV – Pengukuran Ulir

Sekarang mencari besarnya G F, bisa dilihat pada hubungan antara
beberapa garis dibawah sebelah kanan. BC merupakan garis diameter
efektif, BC = ½ pitch.

OP 

d cos ec / 2
2

PF 

d cos ec / 2  1
2

P
cot  / 2
4
p cot  / 2 d cos ec / 2  1
GF  PG  PF 

4
2
PG  GC cot  / 2 

Padahal H = X – 2d

2 FG  2.


p cot  / 2 d cos ec / 2  1

4
2

p
cot  / 2  d cos es 2  1
2

Jadi, diameter efektif ulir adalah :

De  X  2 d 

p
cot  / 2  d cos ec / 2  1
2

P = jarak puncak ulir
 = sudut ulir
Untuk menentukan besarnya diameter kawat yang terbaik dapat dihitung
sebagai berikut :

Pada gambar disebelah,
1
AB  diameter kawat
2
1
BC  pitch
4

cos  

Dimana:

BC
AB

BC
Cos
d
p

2 4 cos 
p
Jadi : d 

2 cos
2
AB 
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 165
Bab IV – Pengukuran Ulir

d
p

= diameter kawat terbaik
= jarak puncak ulir
= sudut ulir

Dalam prakteknya sehari-hari agak sulit memperoleh diameter
kawat yang betul-betul tepat. Untuk mempermudah pengukuran maka
perlu juga diketahui adanya diameter kawat maksimum dan minimum.
Berdasarkan pengalaman maka dapat disusun suatu tabel tentang
ukuran diameter kawat untuk pengukuran ulir.
Tabel 18. Ukuran diameter kawat untuk pengukuran diameter efektif ulir.
Diameter
kawat terbaik
Whitworth
550
0.5637p
0
Metrik
60
0.5773p
British Association 47½° 0.5462p
Jenis ulir

Sudut

Diameter kawat
maksimum
0.853p
1.010p
0.730p

Diameter kawat
minimum
0.506p
0.505p
0.498p

p = jarak puncak ulir
3.3. Metode Pengukuran dengan Tiga Kawat
Untuk pengukuran diameter efektif dengan metode tiga kawat juga
dilakukan
dengan
perhitungan-perhitungan
sehingga
diperoleh
persamaan-persamaan tertentu. Dengan adanya persamaan-persamaan
itu maka dapat dihitung hubungan antara diameter kawat dengan sudut
ulir dan diameter efektif. Untuk perhitungannya lihat gambar 4.19

Gambar 4.14. Pengukuran dengan metode tiga kawat
Dari gambar : M
Ed

= jarak luar kawat
= diameter efektif ulir

d

= diameter kawat, r jari-jari kawat =



= sudut ulir

1
d
2
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 166
Bab IV – Pengukuran Ulir

AD = AB cosec


2

= r cosec


2




p
H = DE cot
=
cot
2 2
2
1
p

CD = H  cot
2
4
2
X

= AD – CD
= r cosec



-

2

Jarak luar kawat


p
cot
4
2
= Ed + 2x + 2r

M



p

cot ) +2r
2 4
2


p
= Ed + 2r (1 + cosec
)cot
2
2
2


p
= Ed + d (1 + cosec
)cot
2
2
2

= Ed + 2 (r cosec

-

Apabila persamaan M di atas dipakai untuk mencari diameter efektif
ulir metrik atau Whitworth maka dapat dihitung sebagai berikut :
Kedalaman ulir H = 0.6496p
De = D1 – H
Sudut = 600, maka

Co sec


Cot


2

Gambar 4.20 Ulir Metrik
Telah diketemukan bahwa jarak luar kawat M :
M
M


p
cot
2
2
2
p
= D1 – 0.6496p + (1+2) - (1.732)
2

= De + d (1+cosec



)-

= D1 + 3d – (0.6496 + 0.866) p
M

= Dluar + 3d – 1.515p


2

2

 1.732
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 167
Bab IV – Pengukuran Ulir

Untuk ulir Whitworth juga dapat dilakukan dengan cara yang sama.

Kedalaman ulir H = 0.64p
Sudut ulir = 55°, maka

Gambar 4.21. Ulir Whitworth
De

= Dluar - 0.64p

M

= D1 – 0.64p + d(1+2.1657) -

M

= D1 + 3.1657d – 1.6p

p
(1.921)
2

Apabila harga M (jarak luar kawat) dan d (diameter kawat) diketahui
maka harga dari diameter efektif yang diukur dapat diketahui dengan
menggunakan perhitungan tersebut diatas.
4. Pengukuran Sudut dan Jarak Puncak Ulir
Untuk pengukuran sudut ulir dan jarak puncak ulir bisa digunakan
alat ukur pembanding misalnya mal ulir, juga bisa digunakan proyektor
bentuk (profile projector). Dengan menggunakan mal ulir kita dapat
mengecek langsung besarnya sudut dan juga besarnya jarak puncak ulir,
terutama untuk ulir-ulir dalam ukuran kecil yang jarak puncak ulirnya
berkisar antara 0.25 – 6.00 mm bagi ulir metrik, dan antara 2½ - 28 gang
per inchi untuk ulir inchi.
Gambar 4.17 adalah mal ulir metrik dengan jumlah bilah sebanyak
24 buah dimana yang 23 buah untuk mengecek jarak puncak ulir dan
satu lagi untuk mengecek sudut. Tebal masing-masing bilah adalah 0.5
mm.
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 168
Bab IV – Pengukuran Ulir

Gambar 4.17. Mal ulir ISO Metrik.
Gambar 4.18 adalah gambar mal ulir menurut American National
Standard yang satuannya dalam inchi. Terdiri dari 28 bilah, satu bilah
khusus untuk mengecek sudut ulir dan 27 bilah lainnya untuk mengecek
jarak puncak ulir.

Gambar 4.18. Mal ulir menurut U.S. Standar
Apabila bentuk ulirnya dalam ukuran yang besar tidak
memungkinkan diukur dengan mal ulir maka lebih baik digunakan dua
buah rol baja untuk mencari sudut ulir. Kedua rol baja diameternya harus
berbeda.

M1 = jarak luar rol baja
dengan diameter d1
M2 = jarak luar rol baja
dengan diameter d2
R1 = diameter d1
R2 = diameter d2

Gambar 4.19 Mengukur sudut ulir dengan dua rol baja.

Sin


2



1
M 2  M 1  R 2  R1

AD

= AC – CD
= R1 + (M2 – M1) – R2

CB

= R2 – R1, maka sin





BC
AB

2
R 2  R1
Jadi : Sin 
2 M 2  M 1  R 2  R1


DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 169
Bab IV – Pengukuran Ulir

Selain dengan mal ulir pengukuran sudut ulir dan jarak puncak ulir
bisa juga dengan menggunakan proyektor bentuk, tetapi untuk ulir-ulir
yang berdimensi relatif kecil dan dengan pertimbangan tidak akan
merusakkan kaca landasan ukur dari proyektor bentuk.
Berikut ini dua buah contoh perhitungan pada pemeriksaan
diameter efektif ulir dengan menggunakan kawat.
Contoh 1. Memeriksa baut 10 x 1.5 ISO dengan menggunakan kawat
berdiameter terbaik, maksimum dan minimum.
Diameter kawat terbaik untuk ISO adalah : 0.5773p.
Diameter kawat d = 0.5773 x 1.5 = 0.86595 mm
Jarak luar kawat
M
= Dluar + 3 d – 1.5156p
= 10 + 3 x 0.86595 – 1.5156 x 1.5
M
= 2.60785 + 10 – 2.27340 = 10.33445 mm.
Bila dipakai kawat dengan diameter maksimum maka :
d
= 1.010p = 1.010 x 1.5 = 1.515 mm
M
= 10 + 3 x 1.515 – 1.515 x 1.5
= 12.37160 mm
Dan jika digunakan kawat yang berdiameter minimum maka :
d
= 0.505p = 0.505 x 1.5 = 0.5575 mm
M
= 10 + 3 x 0.5575 – 1.5156 x 1.5
= 9,39910 mm
Contoh 2. Periksalah ulir Whitworth ½ inchi dengan menggunakan kawat
berdiameter terbaik, maksimum dan minimum.
Misalnya jumlah gang per inchi = 10, maka pitch = 0.1 inchi.
Untuk diameter terbaik,
d
= 0.5637p = 0.05637 inchi.
M
= Dluar + 3.1657 x d – 1.6p
= 0.50 + 3.1657 x 0.05637 – 1.6 x 0.1
M
= 0.51846 inchi.
Untuk diameter kawat maksimum,
d
= 0.853p
= 0.853 inchi.
M
= 0.50 + 3.1657 x 0.0853 – 1.6 x 0.1
= 0.6100 inchi.
Untuk diameter minimum,
d

= 0.506p = 0.506 inchi.
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 170
Bab IV – Pengukuran Ulir

M

= 0.50 + 3.1657 x 0.0506 – 1.6 x 0.1
= 0.4400 inchi.

5. Pengukuran Ulir Dalam
Untuk ulir-ulir bagian dalam (lubang-lubang yang berulir)
pengukurannya adalah lebih sulit dari pada pengukuran ulir luar. Untuk
memeriksa besar dan diameter inti biasanya digunakan alat ukur kaliber
batas poros pengukur ulir (thread plug gauge) yang diberi batasan GO
dan NOT GO. Kaliber poros pemeriksa ulir ini mempunyai bentuk ulir
yang agak kurus dengan sudut ulir yang agak kecil serta longgar pada
diameter intinya. Untuk memeriksa diameter efektif ulir dalam dapat
digunakan kaliber poros pemeriksa ulir GO dan NO GO. Pada bagian
diameter puncak dan diameter pembuatannya dilonggarkan, namun
masih tetap mempunyai sudut dan jarak kisar yang tepat. Sedangkan
untuk memeriksa diameter kecilnya bisa digunakan kaliber poros yang
lurus yang permukaannya rata dan halus, disebut juga kaliber poros lurus
GO dan NOT GO (plug plain gauge).
Untuk mengukur sudut dan jarak puncak ulir dapat dilakukan
dengan jalan membuat suatu cetakan sehingga cetakan tersebut
biasanya adalah lilin, belerang atau lak. Pengukuran yang dilakukan
adalah terhadap cetakan yang kita buat dan alat ukur yang digunakan
biasanya dengan proyektor bentuk. Untuk mencetak ulir dalam dengan
lak maka tidak semua muka ulirnya dicetak tetapi cukup sepertiganya
saja.
Bila bahan yang dibuat untuk cetakan adalah lilin maka sebaiknya
lilin itu diberi pegangan, dimasukkan pada pipa yang dicowak (dikurangi
sebaik permukaannya), kemudian lilin yang ada di ujung pipa tersebut
ditekankan pada ulir. Dengan cara-cara tersebut akan diperoleh profilprofil dari ulir dalam yang kemudian dilakukan pengukuran seperti halnya
mengukur ulir luar. Gambar 4.20 menunjukkan contoh dari pembuatan
cetakan dengan lilin dan lak.
Pengecoran dengan
lak pada 1/3 bagian
dari mur

Gambar 4.20 Membuat cetakan untuk pengukuran sudut dan
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 171
Bab IV – Pengukuran Ulir

kisar ulir dalam
F.

Toleransi dan Jenis Suaian Ulir
Untuk pembahasan selanjutnya agar mudah diingat maka
penggunaan istilah ulir luar akan diganti dengan istilah baut dan ulir
dalam akan diganti dengan istilah mur. Dalam membicarakan toleransi
dan suaian dari mur dan baut ini, selain ulir yang dalam metrik juga ulir
yang dalam inchi.
1. Ulir ISO Metrik
Bentuk standar dari ulir ISO Metrik dapat dilihat pada gambar 4.3 di
muka. Untuk merencanakan profil ulir pada mur dan baut dapat dilihat
gambar dan penjelasan berikut ini :

Gambar 4.21. Perencanaan profil ulir ISO Metrik
De = diameter efektif mur
D1 = diameter minor mur
D2 = diameter mayor mur
H = tinggi ulir
p = ulir

de = diameter efektif baut
d1 = diameter minor baut
d2 = diameter mayor baut
R = radius ulir

H1 = kedalaman maksimum pasangan mur dan baut =
He = kedalaman dasar ulir baut =

17
H
24

3
De  d2  2x H  d2  0.64952p
8
3
de  d2  2x H  d2  0.64952p
8
5
H H
D1  de  2x    d2  2H1  d2  2x H
8
2 4
= d2 – 1.08253p

5
H
8
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 172
Bab IV – Pengukuran Ulir

17
H H
d1  de  2x    d2  2x
H
24
2 6
= d2 – 1.22687p

D2  D1 5
 H  0.54127p
2
8
D2  D1 17
He 

H  0.61343p
2
24

H1 

R

H
 0.14434p
6

1.1. Toleransi Ulir
Seperti halnya poros dan lubang, maka untuk mur dan baut juga
berlaku hal yang sama dalam kaitannya dengan masalah toleransi. Untuk
mendefinisikan daerah toleransi dari ada tiga hal yang perlu diperhatikan
yaitu garis nol sebagai garis profil dasar, penyimpangan fundamental dan
posisi daerah toleransi. Untuk ulir baut biasanya daerah toleransinya
adalah e, g, dan h. Sedangkan untuk ulir mur daerah toleransinya adalah
G dan H.
Untuk suaian yang sering digunakan pada pasangan antara mur
dan baut adalah H/g, H/h dan G/h. Misalnya :
untuk ulir M6, digunakan pasangan 6H/6g,
untuk ulir M12 x 1.25, digunakan pasangan 5H/4h,
untuk ulir M20 x 2, digunakan pasangan 7G/6h.
Gambar 4.22. di bawah ini menunjukkan posisi daerah toleransi
untuk ulir mur dan baut.

Gambar 4.22 Posisi daerah toleransi mur dan baut dengan simbol H, G
dan e, g, h.
Dari gambar di atas, penyimpangan fundamental dari mur dan baut
dapat dihitung dengan rumus-rumus sebagai berikut :
Penyimpangan bawah untuk toleransi G adalah :
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 173
Bab IV – Pengukuran Ulir

EIG = + (15 + 11p) m
Penyimpangan bawah untuk toleransi H adalah : EIH = 0.
Penyimpangan atas untuk toleransi e adalah :
Ese = - (50 + 11p) m
Penyimpangan atas untuk toleransi g adalah :
Esg = - (15 + 11p) m
Penyimpangan atas untuk toleransi h adalah : esh = 0.
1.2. Kelas Toleransi Ulir
Menurut IS 4218 toleransi dari ulir ada 7 kelas yaitu kelas 3, 4, 5, 6,
7, 8 dan 9. Kelas 3, 4 dan 5 digunakan untuk ulir-ulir yang presisi, dimana
variasi suaian sedikit/kecil dan jarak/panjang pasangan ulirnya adalah
pendek. Kelas toleransi ulir nomor 6 adalah untuk kelas yang menengah
di mana mur dan baut yang dibuat diperlukan untuk pemasaran. Kelas
toleransi 7, 8 dan 9 adalah untuk ulir-ulir yang kurang presisi.
Berikut ini beberapa kelas toleransi yang digunakan untuk
pembuatan ulir pada mur dan baut, khususnya pada diameter minor dan
diameter mayor.
Diameter minor mur D1 kelas toleransinya

: 4, 5, 6, 7, dan 8.

Diameter mayor baut d2 kelas toleransinya : 4, 6, dan 8.
Diameter efektif mur De kelas toleransinya : 4, 5, 6, 7, 8.
Diameter efektif baut de kelas toleransinya : 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9.
Beberapa rumus yang digunakan menghitung toleransi tersebut
adalah sebagai berikut :
Td2(6) = 1803 p2 

3.15
p

m

Untuk kelas toleransi 4

: Td2 (4) = 0.63 Td2 (6).

Untuk kelas toleransi 8

: Td2(8) = 1.6Td2(6).

Untuk diameter minor mur dengan kelas toleransi 6 diperoleh harga
toleransinya :
TD1(6) = 433p – 199p1.22 m, untuk p = 0.2 – 0.8 mm
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 174
Bab IV – Pengukuran Ulir

= 230p0.7 m, untuk p = 1 mm.
Untuk diameter efektif baut dengan kelas toleransi 6 maka harga
toleransinya dapat dihitung dengan :
Tde(6) = 90p0.4 d0.1m,

dengan d = diameter luar ulir
p = kisar

Melihat persamaan-persamaan di atas maka nampaknya kelas
toleransi 6 merupakan dasar untuk menghitung toleransi dari kelas-kelas
yang lain. Berdasarkan pengalaman maka dapat dihitung harga-harga
toleransi untuk kelas toleransi selain 6 yaitu untuk perhitungan diameter
efektifnya baik untuk baut maupun mur.
Rumus-rumus untuk toleransi diameter efektif baut dengan kelas
toleransi 3, 4, 5, 7, 8, dan 9 :
Tde(3) = 0.5 Tde(6)

Tde(4) = 0.63 Tde(6)

Tde(5) = 0.8 Tde(6)

Tde(7) = 1.25 Tde(6)

Tde(8) = 1.6 Tde(6)

Tde(9) = 2 Tde(6)

Rumus-rumus untuk toleransi diameter efektif mur dengan kelas
toleransi 4, 5, 6, 7, dan 8 :
TDe(4) = 0.85 Tde(6)

TDe(5) = 1.06 Tde(6)

TDe(6) = 1.32 Tde(6)

TDe(7) = 1.7 Tde(6)

TDe(8) = 2.12 Tde(6)
Panjang dari pasangan antara mur dan baut dapat bervariasi antara
2.24p.d0.2 sampai 6.7p.d0.2 mm.
1.3. Suaian Ulir
Untuk ulir ISO Metrik ada tiga kelas suaian yang biasa digunakan
untuk membuat pasangan mur dan baut. Ketiga suaian tersebut adalah
suaian close, medium dan free. Pasangan mur dan baut dengan close fit
merupakan pasangan mur dan baut yang memerlukan kerapatan yang
tinggi. Sedangkan untuk medium dan free merupakan pasangan mur dan
baut biasanya digunakan untuk permesinan, terutama yang suaian
dengan sifat sedikit bebas (free) karena memang dibuat untuk maksudmaksud tertentu misalnya untuk perakitan dan reparasi yang memerlukan
waktu cepat dan proses pengerjaannya mudah.
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 175
Bab IV – Pengukuran Ulir

Untuk mendapatkan mur dan baut dengan suaian close, medium
dan free digunakan toleransi H, h dan g. Sedangkan kualitas toleransinya
antara 4, 5, 6, 7 dan 8. Tabel 19 menunjukkan kelas suaian menurut ISO
Metrik.
Tabel 19. Kelas suaian menurut ISO Metrik khusus untuk ulir.
Suaian dan toleransi

Ulir pada

Close Fit

Mur

5H

Medium Fit
6H

Baut

4h

6g

5H

6H

7H

6g

8g

4h

Pasangan
5H/4h

Pasangan
6H/6g

Free Fit
7H
8g

Kelonggaran
minimum

Pasangan
7H/8g

2. Ulir Unified
Ulir unified adalah salah satu jenis ulir yang satuannya dalam inchi.
Bentuk standar ulir unified dapat dilihat pada gambar 4.4 di muka. Untuk
diameter efektifnya maka perhitungan toleransi berkaitan erat dengan
diameter mayor, panjangnya pasangan mur dan baut, dan jarak puncak
ulir.
Secara umum, toleransi dari diameter efektif dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :

TDe  a3 D + bL + cp
Dimana:
D
L
p
a, b, c

= diameter mayor
= panjang pemasangan
= jarak puncak ulir
= konstante

Menurut standar dari British Standard Spesification untuk ulir Whitworth,
besarnya konstanta-konstanta tersebut adalah: a = 0.002, b = 0.003, dan
c = 0.00, semua dalam inchi.
Ulir Unified atau ulir-ulir dengan sistem inchi pada umumnya
mempunyai jenis-jenis suaian sebagai berikut: Free fit, banyak dijual di
toko-toko suku cadang untuk keperluan permesinan secara umum.
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 176
Bab IV – Pengukuran Ulir

Bentuk ulir ini bila diperiksa dengan kaliber ulir maka kaliber ulir dapat
berputar dengan bebas, akan tetapi masih tetap tidak terlalu
longgar/lepas. Medium fit, kebanyakan digunakan pada ulir-ulir yang
dibuat dibengkel (toolroom) untuk keperluan khusus dalam permesinan.
Pada ulir dengan kelas suaian menengah (medium fit), apabila bentuk
ulirnya diperiksa dengan kaliber pemeriksa ulir, maka kaliber pemeriksa
harus diputar dengan sedikit paksaan, tapi tidak terlalu ringan dan tidak
pula terlalu keras memutarnya. Close fit, pada waktu memeriksa ulirnya
dengan kaliber pemeriksa ulir, maka kaliber tersebut harus betul-betul
mempunyai kerapatan yang sempurna dengan permukaan ulir.
Untuk kelas toleransi dari ulir Unified menurut British Standard 1580
ada tiga kelas yaitu kelas 1A, 2A, dan 3A digunakan untuk menunjukkan
kelas toleransi dari ulir luar (baut), sedangkan kelas 1B, 2B dan 3B
digunakan untuk menunjukkan kelas toleransi dari ulir dalam (mur). Kelas
toleransi 1A dan 1B untuk perakitan komponen-komponen yang cepat
dan cara yang mudah, juga diperlukan sedikit kelonggaran pada
pasangannya (free fit). Kelas toleransi 2A dan 2B untuk mur-mur dan
baut-baut yang toleransinya lebih sempit daripada toleransi kelas 1A dan
1B, biasanya digunakan untuk keperluan permesinan secara umum yang
suaian pasangannya termasuk jenis suaian menengah (medium fit).
Kelas toleransi 3A dan 3B digunakan untuk ulir-ulir yang memerlukan
kerapatan yang tinggi di mana ketepatan jarak tempuh kisar (lead) dan
sudut ulir merupakan elemen yang penting. Ulir dengan kelas toleransi
3A dan 3B ini khusus digunakan untuk produksi komponen-komponen
dnegan kualitas tinggi. Adapun simbol untuk ulir dengan toleransi 3B
yang dianjurkan untuk digunakan adalah ½ - 13NC - 3B.
Untuk toleransi diameter efektif kelas 2A dapat dihitung dengan
rumus :
Tde(2A) = 0.0015 3 D + 0.0015L + 0.015p
Dimana:
D = diameter mayor
L = panjang pasangan
P = pitch
Untuk ulir dalam (mur) dengan kelas 2B diameter efektifnya telah dibaut
30% lebih besar dari pada kelas 2A diatas.
Untuk kelas 1A dan 1B diameter efektifnya adalah 1.5 kali harga
toleransi kelas 2A dan 2B. Sedangkan untuk kelas 3A dan 3B toleransi
diameter efektifnya adalah ¾ kali harga toleransi kelas 2A dan 2B.
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 177
Bab IV – Pengukuran Ulir

G. Pertanyaan-pertanyaan
1. Jelaskan fungsi dari ulir dan jelaskan pula mengapa pengukuran ulir
perlu dilakukan.
2. Sebutkan macam-macam ulir menurut arah gerakan jalur ulir, jumlah
ulir tiap gang dan menurut bentuk sisi ulir.
3. Sebutkan beberapa elemen penting dari ulir yang perlu diperiksa.
4. Gambarlah bagan ulir menurut sistem metrik dan sistem inchi (ulir
ISO metrik dan ulir Unified).
5. Jelaskan arti dari simbol-simbol ulir berikut ini :
a. M 12 x 1.75 – 6g
b.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

7
 14UNC  2A
16

Kesalahan sudut sisi ulir dapat terjadi karena apa?
Jelaskan apa yang dimaksud dengan kesalahan diameter fungsional.
Jelaskan dengan gambar apa yang dimaksud dengan kesalahan
pitch progresif dan kesalahan pitch periodik.
Bagaimana rumus menghitung diameter mayor ulir bila
pengukurannya dengan bench micrometer?
Ada berapa cara untuk mengukur diameter tusuk ulir? Jelaskan
dengan singkat.
Hitunglah besarnya diameter kawat yang terbaik untuk pengukuran
diameter tusuk ulir, lengkap dengan gambarnya.
Bagaimana caranya mengukur sudut ulir yang bentuk ulirnya relatif
besar sehingga sulit diukur dengan alat ukur sudut yang biasa
digunakan? Jelaskan dengan gambar.
Jelaskan beberapa cara untuk mengukur ulir dalam.
Sebuah ulir yang dibuat dengan simbol M 10 x 1.5 – 6g diperiksa
dengan metode tiga kawat. Analisislah hasil pengukuran tersebut
termasuk masalah toleransinya.

More Related Content

What's hot

(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)
(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)
(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)Agus Witono
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
Dwi Ratna
 
Mesin Gergaji dan Pembesar Lubang
Mesin Gergaji dan Pembesar LubangMesin Gergaji dan Pembesar Lubang
Mesin Gergaji dan Pembesar Lubang
EssyKarundeng
 
Modul Teknik Pemesinan Frais
Modul Teknik Pemesinan FraisModul Teknik Pemesinan Frais
Modul Teknik Pemesinan Frais
Bambang Utama
 
2 mesin dan pemrograman cnc
2 mesin dan pemrograman cnc2 mesin dan pemrograman cnc
2 mesin dan pemrograman cnc
Mahros Darsin
 
Presentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutPresentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin Bubut
EssyKarundeng
 
2.2 Mesin Frais
2.2 Mesin Frais2.2 Mesin Frais
2.2 Mesin Frais
Amrih Prayogo
 
Memahami Gambar Teknik
Memahami Gambar TeknikMemahami Gambar Teknik
Memahami Gambar Teknik
Ahmad Faozi
 
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Hamid Abdillah
 
Laporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum PengelasanLaporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum Pengelasan
Rizqiana Yogi Cahyaningtyas
 
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambar
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambarPresentation1 menerapkan aturan teknik gambar
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambar
Ahmad Lubis
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Dewi Izza
 
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAULAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
dian haryanto
 
Perancangan Roda Gigi Elemen Mesin 2 Untad Palu.
Perancangan Roda Gigi Elemen Mesin 2 Untad Palu.Perancangan Roda Gigi Elemen Mesin 2 Untad Palu.
Perancangan Roda Gigi Elemen Mesin 2 Untad Palu.
Ilham Al-Buwuly
 
Kerja Pelat
Kerja PelatKerja Pelat
Kerja Pelat
Mahros Darsin
 
Ukuran etiket dan garis tepi menurut standar iso
Ukuran etiket dan garis tepi menurut standar isoUkuran etiket dan garis tepi menurut standar iso
Ukuran etiket dan garis tepi menurut standar isoThoharudin Hanafi
 
Pengenalan kerja bangku
Pengenalan kerja bangkuPengenalan kerja bangku
Pengenalan kerja bangku
SetiaHermayani1
 
Pengukuran roda gigi bab5
Pengukuran roda gigi bab5Pengukuran roda gigi bab5
Pengukuran roda gigi bab5LAZY MAGICIAN
 

What's hot (20)

(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)
(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)
(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
 
Mesin Gergaji dan Pembesar Lubang
Mesin Gergaji dan Pembesar LubangMesin Gergaji dan Pembesar Lubang
Mesin Gergaji dan Pembesar Lubang
 
Modul Teknik Pemesinan Frais
Modul Teknik Pemesinan FraisModul Teknik Pemesinan Frais
Modul Teknik Pemesinan Frais
 
2 mesin dan pemrograman cnc
2 mesin dan pemrograman cnc2 mesin dan pemrograman cnc
2 mesin dan pemrograman cnc
 
Tanda pengerjaan
Tanda pengerjaanTanda pengerjaan
Tanda pengerjaan
 
Presentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutPresentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin Bubut
 
2.2 Mesin Frais
2.2 Mesin Frais2.2 Mesin Frais
2.2 Mesin Frais
 
Memahami Gambar Teknik
Memahami Gambar TeknikMemahami Gambar Teknik
Memahami Gambar Teknik
 
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
 
Laporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum PengelasanLaporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum Pengelasan
 
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambar
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambarPresentation1 menerapkan aturan teknik gambar
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambar
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
 
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAULAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
 
Laporan Praktikum Pemesinan
Laporan Praktikum PemesinanLaporan Praktikum Pemesinan
Laporan Praktikum Pemesinan
 
Perancangan Roda Gigi Elemen Mesin 2 Untad Palu.
Perancangan Roda Gigi Elemen Mesin 2 Untad Palu.Perancangan Roda Gigi Elemen Mesin 2 Untad Palu.
Perancangan Roda Gigi Elemen Mesin 2 Untad Palu.
 
Kerja Pelat
Kerja PelatKerja Pelat
Kerja Pelat
 
Ukuran etiket dan garis tepi menurut standar iso
Ukuran etiket dan garis tepi menurut standar isoUkuran etiket dan garis tepi menurut standar iso
Ukuran etiket dan garis tepi menurut standar iso
 
Pengenalan kerja bangku
Pengenalan kerja bangkuPengenalan kerja bangku
Pengenalan kerja bangku
 
Pengukuran roda gigi bab5
Pengukuran roda gigi bab5Pengukuran roda gigi bab5
Pengukuran roda gigi bab5
 

Viewers also liked

Jenis ulir
Jenis ulirJenis ulir
Jenis uliryohsetyo
 
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
Rumah Belajar
 
Mengenal proses bubut TEKNIK MESIN
Mengenal proses bubut TEKNIK MESINMengenal proses bubut TEKNIK MESIN
Mengenal proses bubut TEKNIK MESINEko Supriyadi
 
Mekanika Teknik dan Elemen Mesin
Mekanika Teknik dan Elemen MesinMekanika Teknik dan Elemen Mesin
Mekanika Teknik dan Elemen Mesin
lombkTBK
 
membuat ulir
membuat  ulirmembuat  ulir
membuat ulirnikkobull
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Dewi Izza
 
Contoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-bautContoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-baut
Edhot Badhot
 
Ulir pada mur dan baut
Ulir pada mur dan bautUlir pada mur dan baut
Ulir pada mur dan baut
Raden Muh Hadi
 
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautKonstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautJunaida Wally
 
Power point simulasi visual
Power point simulasi visualPower point simulasi visual
Power point simulasi visualyastuti480
 
7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat
7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat
7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat
suryadi man ic
 
Pengukuran tirus dalam dan tirus luar
Pengukuran tirus dalam dan tirus luarPengukuran tirus dalam dan tirus luar
Pengukuran tirus dalam dan tirus luar
Ahmad Ramdani
 
1.7.2 ki kd teknik sepeda motor
1.7.2 ki kd teknik sepeda motor1.7.2 ki kd teknik sepeda motor
1.7.2 ki kd teknik sepeda motorSam Suryadi
 
kopling gesek dan rem
kopling gesek dan remkopling gesek dan rem
kopling gesek dan rem
RickyGolan
 
Mengelas Plat Tipis Dengan Las gas OAW
Mengelas Plat Tipis Dengan Las gas OAWMengelas Plat Tipis Dengan Las gas OAW
Mengelas Plat Tipis Dengan Las gas OAW
Nur Ilham
 
Lembar kerja 4
Lembar kerja 4Lembar kerja 4
Lembar kerja 4
Eko Supriyadi
 
161862608201010101
161862608201010101161862608201010101
161862608201010101
Jhon P S
 
MATPEL PEMESINAN Menggunakan alat ukur pembanding
MATPEL PEMESINAN Menggunakan alat ukur pembandingMATPEL PEMESINAN Menggunakan alat ukur pembanding
MATPEL PEMESINAN Menggunakan alat ukur pembandingEko Supriyadi
 

Viewers also liked (20)

Jenis ulir
Jenis ulirJenis ulir
Jenis ulir
 
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
 
Mengenal proses bubut TEKNIK MESIN
Mengenal proses bubut TEKNIK MESINMengenal proses bubut TEKNIK MESIN
Mengenal proses bubut TEKNIK MESIN
 
Mekanika Teknik dan Elemen Mesin
Mekanika Teknik dan Elemen MesinMekanika Teknik dan Elemen Mesin
Mekanika Teknik dan Elemen Mesin
 
membuat ulir
membuat  ulirmembuat  ulir
membuat ulir
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
 
Contoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-bautContoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-baut
 
Baut dan-mur
Baut dan-murBaut dan-mur
Baut dan-mur
 
Ulir pada mur dan baut
Ulir pada mur dan bautUlir pada mur dan baut
Ulir pada mur dan baut
 
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautKonstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
 
Power point simulasi visual
Power point simulasi visualPower point simulasi visual
Power point simulasi visual
 
7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat
7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat
7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat
 
Soal mk3 & mdm
Soal mk3 & mdmSoal mk3 & mdm
Soal mk3 & mdm
 
Pengukuran tirus dalam dan tirus luar
Pengukuran tirus dalam dan tirus luarPengukuran tirus dalam dan tirus luar
Pengukuran tirus dalam dan tirus luar
 
1.7.2 ki kd teknik sepeda motor
1.7.2 ki kd teknik sepeda motor1.7.2 ki kd teknik sepeda motor
1.7.2 ki kd teknik sepeda motor
 
kopling gesek dan rem
kopling gesek dan remkopling gesek dan rem
kopling gesek dan rem
 
Mengelas Plat Tipis Dengan Las gas OAW
Mengelas Plat Tipis Dengan Las gas OAWMengelas Plat Tipis Dengan Las gas OAW
Mengelas Plat Tipis Dengan Las gas OAW
 
Lembar kerja 4
Lembar kerja 4Lembar kerja 4
Lembar kerja 4
 
161862608201010101
161862608201010101161862608201010101
161862608201010101
 
MATPEL PEMESINAN Menggunakan alat ukur pembanding
MATPEL PEMESINAN Menggunakan alat ukur pembandingMATPEL PEMESINAN Menggunakan alat ukur pembanding
MATPEL PEMESINAN Menggunakan alat ukur pembanding
 

Similar to Pengukuran ulir bab4

MACAM-MACAM PROFIL ULIR DAN BENTUK ULIR YANG TERDAPAT DALAM MESIN ATAUPUN PER...
MACAM-MACAM PROFIL ULIR DAN BENTUK ULIR YANG TERDAPAT DALAM MESIN ATAUPUN PER...MACAM-MACAM PROFIL ULIR DAN BENTUK ULIR YANG TERDAPAT DALAM MESIN ATAUPUN PER...
MACAM-MACAM PROFIL ULIR DAN BENTUK ULIR YANG TERDAPAT DALAM MESIN ATAUPUN PER...
Fariq Abdullah dachlan
 
Materi i teknik mesin m6 kb1
Materi i teknik mesin m6 kb1Materi i teknik mesin m6 kb1
Materi i teknik mesin m6 kb1
PPGhybrid3
 
Alat ukur mekanik
Alat ukur mekanikAlat ukur mekanik
Alat ukur mekanik
DennySetiawan43
 
Morse
MorseMorse
Morse
fahmi adni
 
Morse
MorseMorse
Morse
fahmi adni
 
Morse
MorseMorse
Morse
fahmi adni
 
Modul-Kerja-Pipa bagi Piping Engineer Pemula
Modul-Kerja-Pipa bagi Piping Engineer PemulaModul-Kerja-Pipa bagi Piping Engineer Pemula
Modul-Kerja-Pipa bagi Piping Engineer Pemula
YudhaAndrieSasiZen2
 
PENGUKURAN LINIER
PENGUKURAN LINIERPENGUKURAN LINIER
PENGUKURAN LINIER
Imam budiyanto
 
Tugas Kelompok Mistar Varnier Caliper.pptx
Tugas Kelompok Mistar Varnier Caliper.pptxTugas Kelompok Mistar Varnier Caliper.pptx
Tugas Kelompok Mistar Varnier Caliper.pptx
SetyoNugroho68
 
Teknologi Manufaktur MOT 2021.pdf
Teknologi Manufaktur MOT 2021.pdfTeknologi Manufaktur MOT 2021.pdf
Teknologi Manufaktur MOT 2021.pdf
ProgramStudiMesinOto
 
Aplikasi Bentangan Belokan Pipa dengan MATLAB
Aplikasi Bentangan Belokan Pipa dengan MATLABAplikasi Bentangan Belokan Pipa dengan MATLAB
Aplikasi Bentangan Belokan Pipa dengan MATLAB
Isa Rachman
 
Ulir Pipa
Ulir PipaUlir Pipa
Ulir Pipa
yenniyanuar
 

Similar to Pengukuran ulir bab4 (20)

MACAM-MACAM PROFIL ULIR DAN BENTUK ULIR YANG TERDAPAT DALAM MESIN ATAUPUN PER...
MACAM-MACAM PROFIL ULIR DAN BENTUK ULIR YANG TERDAPAT DALAM MESIN ATAUPUN PER...MACAM-MACAM PROFIL ULIR DAN BENTUK ULIR YANG TERDAPAT DALAM MESIN ATAUPUN PER...
MACAM-MACAM PROFIL ULIR DAN BENTUK ULIR YANG TERDAPAT DALAM MESIN ATAUPUN PER...
 
Materi i teknik mesin m6 kb1
Materi i teknik mesin m6 kb1Materi i teknik mesin m6 kb1
Materi i teknik mesin m6 kb1
 
A
AA
A
 
Alat ukur mekanik
Alat ukur mekanikAlat ukur mekanik
Alat ukur mekanik
 
Morse
MorseMorse
Morse
 
Morse
MorseMorse
Morse
 
Morse
MorseMorse
Morse
 
Morse
MorseMorse
Morse
 
Morse
MorseMorse
Morse
 
Morse
MorseMorse
Morse
 
Morse
MorseMorse
Morse
 
Morse
MorseMorse
Morse
 
Morse
MorseMorse
Morse
 
Morse
MorseMorse
Morse
 
Modul-Kerja-Pipa bagi Piping Engineer Pemula
Modul-Kerja-Pipa bagi Piping Engineer PemulaModul-Kerja-Pipa bagi Piping Engineer Pemula
Modul-Kerja-Pipa bagi Piping Engineer Pemula
 
PENGUKURAN LINIER
PENGUKURAN LINIERPENGUKURAN LINIER
PENGUKURAN LINIER
 
Tugas Kelompok Mistar Varnier Caliper.pptx
Tugas Kelompok Mistar Varnier Caliper.pptxTugas Kelompok Mistar Varnier Caliper.pptx
Tugas Kelompok Mistar Varnier Caliper.pptx
 
Teknologi Manufaktur MOT 2021.pdf
Teknologi Manufaktur MOT 2021.pdfTeknologi Manufaktur MOT 2021.pdf
Teknologi Manufaktur MOT 2021.pdf
 
Aplikasi Bentangan Belokan Pipa dengan MATLAB
Aplikasi Bentangan Belokan Pipa dengan MATLABAplikasi Bentangan Belokan Pipa dengan MATLAB
Aplikasi Bentangan Belokan Pipa dengan MATLAB
 
Ulir Pipa
Ulir PipaUlir Pipa
Ulir Pipa
 

More from LAZY MAGICIAN

Buku pegangan-kuliah-dasar-mikroprosesor-lengkap
Buku pegangan-kuliah-dasar-mikroprosesor-lengkapBuku pegangan-kuliah-dasar-mikroprosesor-lengkap
Buku pegangan-kuliah-dasar-mikroprosesor-lengkap
LAZY MAGICIAN
 
Dasar dasar mikroprosesor
Dasar dasar mikroprosesorDasar dasar mikroprosesor
Dasar dasar mikroprosesor
LAZY MAGICIAN
 
Basic avr-microcontroller-tutorial 8535
Basic avr-microcontroller-tutorial 8535Basic avr-microcontroller-tutorial 8535
Basic avr-microcontroller-tutorial 8535
LAZY MAGICIAN
 
Membuat robot-tidak-susah
Membuat robot-tidak-susahMembuat robot-tidak-susah
Membuat robot-tidak-susah
LAZY MAGICIAN
 
Pengukuran sudut bab3
Pengukuran sudut bab3Pengukuran sudut bab3
Pengukuran sudut bab3LAZY MAGICIAN
 
Pengukuran linier bab2
Pengukuran linier bab2Pengukuran linier bab2
Pengukuran linier bab2LAZY MAGICIAN
 
Pengukuran kelurusan bab6
Pengukuran kelurusan bab6Pengukuran kelurusan bab6
Pengukuran kelurusan bab6LAZY MAGICIAN
 
Pengukuran kekasaran permukaan bab7
Pengukuran kekasaran permukaan bab7Pengukuran kekasaran permukaan bab7
Pengukuran kekasaran permukaan bab7LAZY MAGICIAN
 
Materi perkuliahan metrologi industri bab1
Materi perkuliahan  metrologi industri bab1Materi perkuliahan  metrologi industri bab1
Materi perkuliahan metrologi industri bab1LAZY MAGICIAN
 
landasan pendidikan.pip .05
landasan pendidikan.pip .05landasan pendidikan.pip .05
landasan pendidikan.pip .05LAZY MAGICIAN
 

More from LAZY MAGICIAN (11)

Buku pegangan-kuliah-dasar-mikroprosesor-lengkap
Buku pegangan-kuliah-dasar-mikroprosesor-lengkapBuku pegangan-kuliah-dasar-mikroprosesor-lengkap
Buku pegangan-kuliah-dasar-mikroprosesor-lengkap
 
Dasar dasar mikroprosesor
Dasar dasar mikroprosesorDasar dasar mikroprosesor
Dasar dasar mikroprosesor
 
Basic avr-microcontroller-tutorial 8535
Basic avr-microcontroller-tutorial 8535Basic avr-microcontroller-tutorial 8535
Basic avr-microcontroller-tutorial 8535
 
Membuat robot-tidak-susah
Membuat robot-tidak-susahMembuat robot-tidak-susah
Membuat robot-tidak-susah
 
Pengukuran sudut bab3
Pengukuran sudut bab3Pengukuran sudut bab3
Pengukuran sudut bab3
 
Pengukuran linier bab2
Pengukuran linier bab2Pengukuran linier bab2
Pengukuran linier bab2
 
Pengukuran kelurusan bab6
Pengukuran kelurusan bab6Pengukuran kelurusan bab6
Pengukuran kelurusan bab6
 
Pengukuran kekasaran permukaan bab7
Pengukuran kekasaran permukaan bab7Pengukuran kekasaran permukaan bab7
Pengukuran kekasaran permukaan bab7
 
Pendahuluan bab1
Pendahuluan bab1Pendahuluan bab1
Pendahuluan bab1
 
Materi perkuliahan metrologi industri bab1
Materi perkuliahan  metrologi industri bab1Materi perkuliahan  metrologi industri bab1
Materi perkuliahan metrologi industri bab1
 
landasan pendidikan.pip .05
landasan pendidikan.pip .05landasan pendidikan.pip .05
landasan pendidikan.pip .05
 

Recently uploaded

LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
SABDA
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 

Recently uploaded (20)

LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 

Pengukuran ulir bab4

  • 1. BAB IV Tujuan : Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab IV, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan fungsi ulir dalam kaitannya dengan perlunya dilakukan pengukuran ulir. 2. Menyebutkan bermacam-macam ulir yang banyak digunakan dalam permesinan. 3. Menyebutkan elemen-elemen penting dari ulir yang perlu diukur. 4. Menjelaskan standar umum dari suatu ulir, baik menurut sistem metrik maupun menurut sistem inchi. 5. Memeriksa atau mengukur elemen-elemen penting dari ulir dengan alat dan cara yang tepat, baik pengukuran secara langsung maupun pengukuran tak langsung. 6. Menjelaskan suaian dan toleransi dalam pembuatan komponen berulir (mur dan baut). 7. Menganalisis hasil-hasil pengukuran ulir
  • 2. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 149 Bab IV – Pengukuran Ulir BAB IV PENGUKURAN ULIR Sistem ulir sudah dikenal dan sudah digunakan oleh manusia sejak beberapa abad yang lalu. Tujuan diciptakannya sistem ulir ini pada dasarnya adalah mendapatkan cara yang mudah untuk menggabungkan atau menyambung dua buah komponen sehingga gabungan ini menjadi satu kesatuan unit yang bermafaat sesuai dengan fungsinya. Sebelum teknologi industri maju pembuatan ulir hanya dilakukan dengan tangan dan sudah tentu hasilnya kasar. Pada abad ke 18 yaitu pada masa Revolusi Industri, Inggris mulai memproduksi sistem ulir dengan peralatan yang waktu itu sudah dipunyai. Karena belum ada standarnya maka antara ulir yang satu dengan ulir yang lain (ulir luar dan ulir dalam) jarang diperoleh kecocokan waktu digabungkan. Pada tahun 1841 seorang ilmuwan Inggris bernama Sir Joseph Whitworth mulai mencoba membuat standar ulir yang hasilnya sampai sekarang dikenal dengan nama ulir yang hasilnya sampai sekarang dikenal nama ulir Whitworth. Pada tahun 1864, Wiliam Sellars, seorang ilmuwan Amerika mengembangkan sistem ulir yang kemudian digunakan di Amerika Serikat pada masa tersebut. Ulir buatan Sellars ini diberi rekomendasi oleh Franklin Institut. Meskipun demikian, ulir Sellars tidak cocok dipasangkan dengan ulir Whitworth karena sudut ulirnya berbeda. Pada tahun 1935, American Standard mulai mengenalkan standar sudut ulir sebesar 60°. Akan tetapi masih juga beluM ada standar yang sama antara beberapa negara seperti Kanada, Inggris dan Amerika. Akhirnya, pada masa perang dunia kedua, terjadi persetujuan antara Kanada, Inggris dan Amerika untuk menggabungkan standar ulir Inggris dan Amerika yang sekarang terkenal dengan nama Ulir Unified. Dengan ulir unified ini penggunaan sistem ulir di ketiga negara tersebut menjadi fleksibel karena adanya keseragaman dalam standarnya. Dari sejarah singkat di atas nampak bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi perindustrian maka penyederhanaan sistem ulir pun mulai dilakukan. Dalam kaitan ini, Organisasi Standar Internasional (ISO) pun telah membuat standar tersendiri untuk sistem ulir. Perubahanperubahan dan pengembangan sistem standar ulir ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh komponen-komponen yang berulir mempunyai sifat mampu tukar (interchangeability) dan dapat diproduk dalam jumlah besar.
  • 3. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 150 Bab IV – Pengukuran Ulir Kini, penggunaan sistem ulir untuk penyatuan dua komponen hampir terdapat dalam semua hasil teknologi. Dari hasil teknologi perindustrian yang tingkat ketelitiannya rendah (kasar) sampai pada hasil industri yang tingkat ketelitiannya sangat tinggi (presisi) tidak bisa lepas dari yang namanya ulir. Sistem ulir telah menjadi salah satu faktor penting dalam kemajuan industri pada semua jenis produksi. Makin tinggi tingkat ketelitian suatu komponen dibuat berarti makin tinggi pula tingkat ketelitian sistem ulirnya. Untuk dapat membuat komponen yang berulir maka perlu dipelajari seluk beluk mengenai ulir khususnya dalam hal sistem pengukurannya. A. Jenis Ulir dan Fungsinya Secara umum jenis ulir dapat dilihat dari gerakan ulir, jumlah ulir dalam tiap gang (pitch) dan bentuk permukaan ulir. Bisa juga jenis ulir ini dilihat dari standar yang digunakan, misalnya ulir Whitworth, ulir metrik dan sebagainya. 1. Jenis Ulir Menurut Arah Gerakan Jalus Ulir Menurut arah gerakan ulir dapat dibedakan dua macam ulir yaitu ulir kiri dan ulir kanan. Untuk mengetahui apakah suatu ulir termasuk ulir kiri atau ulir kanan dilihat arah kemiringan sudut sisi ulir. Atau bisa juga dicek dengan memutar pasangan dari komponen-komponen yang berulir misalnya mur dan baut. Apabila sebuah mur dipasangkan pada baut yang kemudian diputar ke kanan (searah jarum jam) ternyata murnya bergerak maju maka ulir tersebut termasuk ulir kanan. Sebaliknya, bila mur diputar arahnya ke kiri (berlawanan dengan arah jarum jam) ternyata murnya bergerak maju maka ulir tersebut termasuk ulir kiri. Jadi, pada ulir kanan, kalau akan melepaskan mur dari bautnya maka mur harus diputar ke kiri. Sedangkan pada ulir kiri, untuk melepaskan murnya adalah dengan memutar mur ke kanan. Yang paling banyak digunakan adalah ulir kanan. 2. Jenis Ulir Menurut Jumlah Ulir Tiap Gang (Pitch) Dilihat dari banyaknya ulir tiap gang (pitch) maka ulir dapat di bedakan menjadi ulir tunggal dan ulir ganda. Ulir ganda artinya dalam satu putaran (dari puncak ulir yang satu ke puncak ulir yang lain) terdapat lebih dari satu ulir, misalnya dua ulir, tiga ulir dan empat ulir. Untuk ulir ganda ini biasanya disebutkan berdasarkan jumlah ulirnya, misalnya ganda dua, ganda tiga dan ganda empat. Gambar 4.1 menunjukkan bagan dari ulir tunggal dan ulir ganda. Melihat bentuknya, maka satu putaran pada ulir ganda dapat memindahkan jarak yang lebih panjang dari pada satu putaran ulir tunggal.
  • 4. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 151 Bab IV – Pengukuran Ulir Gambar 4.1. Ulir tunggal dan ulir ganda. 3. Jenis Ulir Menurut Bentuk Sisi Ulir Melihat bentuk dari sisi ulir ini maka ulir dapat dibedakan menjadi ulir segi tiga, segi empat, trapesium, parabol (knuckle). Bentuk ulir ini juga ada kaitannya dengan standar yang digunakan. Berikut ini berapa contoh dari bentuk ulir. Ulir Metrik (ISO) British Standard Whitworth
  • 5. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 152 Bab IV – Pengukuran Ulir Ulir Unified British Association Buttress 450 Knuckle ACME Gambar 4.2. Jenis-jenis ulir menurut bentuk sisi ulir 4. Fungsi Ulir Dengan adanya sistem ulir memungkinkan kita untuk menggabungkan atau menyambung beberapa komponen menjadi satu unit produk jadi. Berdasarkan hal ini maka fungsi dari ulir secara umum dapat dikatakan sebagai berikut: a. Sebagai alat pemersatu, artinya menyatukan beberapa komponen menjadi satu unit barang jadi. Biasanya yang digunakan adalah ulirulir segi tiga baik ulir yang menggunakan standar ISO, British Standard maupun American Standard. b. Sebagai penerus daya, artinya sistem ulir digunakan untuk memindahkan suatu daya menjadi daya lain misalnya sistem ulir pada dongkrak, sistem ulir pada poros berulir (transportir) pada mesin-mesin produksi, dan sebagainya. Dengan adanya sistem ulir
  • 6. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 153 Bab IV – Pengukuran Ulir c. ini maka beban yang relatif berat dapat ditahan/diangkat dengan daya yang relatif ringan. Ulir segi empat banyak digunakan disini. Sebagai salah satu alat untuk mencegah terjadinya kebocoran, terutama pada sistem ulir yang digunakan pada pipa. Kebanyakan yang dipakai untuk penyambungan pipa ini adalah ulir-ulir Whitworth. B. Beberapa Istilah Penting Pada Ulir Penggunaan kata istilah di atas tidak untuk menunjukkan adanya arti-arti lain dari ulir, melainkan untuk menunjukkan adanya dimensidimensi yang penting untuk diketahui setiap kali membicarakan masalah ulir. Beberapa dimensi yang penting dari ulir dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini. Gambar 4.3. Dimensi penting dari ulir 1. Diameter mayor (diameter luar) adalah diameter terbesar dari ulir. 2. Diameter minor (diameter inti) adalah diameter terkecil dari ulir. 3. Diameter pit (diameter tusuk) adalah diameter semu yang letaknya di antara diameter luar dan diameter inti. Pada radius dari diameter tusuk inilah letaknya titik-titik singgung antara pasangan dua buah ulir sehingga pada titik-titik tersebutlah yang akan menerima beban terberat sewaktu pasangan ulir dikencangkan. 4. Jarak antara puncak ulir yang disebut juga dengan istilah pitch merupakan dimensi yang cukup besar pengaruhnya terhadap pasangan ulir. Karena apabila jarak antara puncak ulir yang satu dengan puncak ulir yang lain tidak sama maka ulir ini tidak bisa dipasangkan dengan ulir yang lain yang jarak puncak ulirnya masingmasing adalah sama. Kalaupun bisa tentu dengan jalan dipaksa yang akhirnya juga akan merusakkan ulir yang sudah betul. Akibatnya pasangan dari beberapa komponen dalam satu unit pun tidak bisa bertahan lama. Jadi, dalam proses pembuatan jarak puncak ulir harus
  • 7. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 154 Bab IV – Pengukuran Ulir diperhatikan betul-betul, sehingga kesalahan yang terjadi pada jarak puncak ulir masih dalam batas-batas yang diijinkan. 5. Sudut ulir adalah sudut dari kedua sisi permukaan ulir yang satuannya dalam derajat. Untuk American Standard dan ISO sudut ulirnya adalah 600. Untuk ulir Whitworth sudut ulirnya 55°. 6. Kedalaman ulir adalah jarak antara diameter inti dengan diameter luar. C. Standar Umum untuk Ulir Yang akan dibicarakan disini adalah ulir menurut ISO Metrik dan ulir Unified. Ulir ISO metrik satuannya dalam milimeter dan ulir Unified satuannya dalam inchi. Keterangan selanjutnya dapat dilihat pada gambar-gambar berikut. Gambar 4.4 adalah bentuk standar ulir menurut ISO metrik. Gambar 4.5 adalah bentuk standar ulir menurut Unified. 1. Ulir ISO Metrik Gambar 4.3 Bentuk ulir ISO Metrik Dimana: p H H 4 H 8 = jarak puncak ulir, dalam mm = kedalaman ulir, = 0.86603p = 0.216551p H = 0.14434p 6 = 0.10825p Rr = 0.14434p
  • 8. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 155 Bab IV – Pengukuran Ulir 5 H = 0.54127p 8 17 H = 0.61343p Kedalaman ulir luar (bolt) = 24 Kedalaman ulir dalam (nut) = 2. Ulir Unified Gambar 4.5 Bentuk umum ulir unified Dimana: n = jumlah gang per inchi p = jarak puncak ulir, dalam inchi = H = kedalaman ulir = 0.86603p hb = kedalaman ulir luar = 0.361343p = hm E 1 n 0.61343 17 = H n 24 0.54127 5 = kedalaman ulir dalam = 0.54127p = = H n 8 = diameter tusuk = Diameter mayor – 0.64952p
  • 9. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 156 Bab IV – Pengukuran Ulir 3. Perbandingan Ukuran Ulir ISO Metrik dan Unified Ulir ISO Metrik Ulir Unifield 24 x 3 20 x 2.5 16 x 2 12 x 1.75 10 x 1.5 M = simbol ISO 10 = diameter nominal 8 x 1.25 = 10mm 6x1 1.5 = jarak puncak ulir 5 x 0.8 = 1.5 mm 6g = kualitas dan daerah 4 x 0.7 toleransi ulir 3 x 0.5 2.5 x 0.45 2 x 0.4 1-8 7/8- 9 3/4 - 10 5/8 - 11 9/16 - 12 ½ - 13 7/16 - 14 3/8 - 16 5/16 - 18 ¼ - 20 12 - 24 10 - 24 8 - 32 6 - 32 5 - 40 4 - 40 3 - 48 2 - 56 2A UNC 16 = kelas ulir = seri ulir = jumlah gang per inchi = diameter mayor = inchi Sumber : Center For Metrikc Education, Western Michigan University. Pembuatan ulir bisa dilakukan dengan bermacam cara antara lain yaitu dengan: mesin bubut, snei, tap, dan kadang-kadang bisa juga dengan mesin freis. Yang paling banyak dilakukan adalah dengan mesin bubut dan dengan snei atau tap. Karena pembuatan ulirnya sebagian besar dengan mesin maka kesalahan dalam pembuatan bisa saja terjadi. D. Analisis Kesalahan pada Ulir Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada waktu membuat ulir dengan menggunakan mesin antara lain adalah: kesalahan diameter mayor, kesalahan diameter minor, kesalahan diameter pitch, kesalahan sudut sisi ulir dan kesalahan pitch. Untuk kesalahan diameter pitch, kesalahan sudut sisi ulir, dan kesalahan pitch, kesemuanya merupakan kesalahan yang ada kaitannya dengan kesalahan diameter fungsional. 1. Kesalahan Sudut Sisi Ulir Kesalahan sudut sisi ulir dapat terjadi karena antara lain adalah adanya kesalahan sudut pahat (pisau potong) atau adanya kesalahan penyetelan posisi pahat.
  • 10. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 157 Bab IV – Pengukuran Ulir Pengaruh kesalahan sudut sisi ulir pada fungsi dari ulir dapat dijelaskan sebagai berikut: lihat Gambar 4.6 berikut ini. Gambar ini menunjukkan pasangan ulir di mana salah satu sudut sisi ulir yang lain terdapat kesalahan. Kenaikan diameter efektif (diameter tusuk) nya adalah Ed. Besarnya Ed ini dapat kita cara dengan memperbesar gambar bagian dari pasangan ulir yang menunjukkan terjadinya kesalahan sudut sisi ulir, lihat gambar di sebelah kanan 4.6. Gambar 4.5. Pasangan ulir luar dan ulir dalam yang menunjukkan adanya kesalahan sudut. Dari gambar yang diperbesar dapat dituliskan di sini bahwa : DF  sin  DE DF DF    Bila harga AD AC DE  DF sin   sin  AB AB  cos    AC  Akan tetapi, AC cos  DF  AC dan D  AB adalah setengah dari tinggi ulir (h), maka : h  h  2 cos  sin  sin 2  = kesalahan sudut ulir (dalam radian)  = sudut ulir DE  Seandainya sudut dari kedua-duanya terjadi kesalahan maka harga koreksi untuk diameter tusuk secara teoritis adalah : Ed  Ed h 1  2  sin  = harga koreksi karena kesalahan sudut sisi ulir, dalam milimeter. h = tinggi atau kedalaman teoritis ulir, dalam milimeter. = sudut ulir , dalam derajat.  1, 2 = kesalahan sudut sisi ulir, baik untuk ulir luar maupun ulir dalam, dalam radian.
  • 11. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 158 Bab IV – Pengukuran Ulir Dengan cara yang sama dapat dilakukan analisis kesalahan sudut sisi ulir untuk ulir Whitworth. Lihat Gambar 4.7. berikut ini. Gambar 4.6. Ulir Whitworth dengan r = 0,1373p dan sudut ulir = 550. Dari gambar di atas dapat dijelaskan hubungan trigoneometri sebagai berikut : R = 0.1373p h = 0.6403p-2r +2BC BC Sin  AB BC = r sin  h = 0.6403p – 2r + 2r sin  Dimasukkan harga r dan  , maka : h = 0.6403p – 0.2746p (1 + 0.4617) h = 0.4924p Pada pembahasan sebelumnya diperoleh harga koreksi kesalahan sudut sisi ulir secara umum yaitu : Ed  h 1  2 sin 2 Dengan memasukkan harga h = 0.4924p maka harga koreksi kesalahan sudut sisi ulir untuk ulir Whitworth adalah : 0.4924p 1   2x 2 0.8192 360 Ed  0.0105p1  2  Ed   = sudut sisi ulir = 240 30’.  1,  2 = kesalahan susut sisi ulir dari kedua ulir, satuannya dalam radian, harus diubah dengan jalan mengalikannya dengan angka 2 . 360
  • 12. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 159 Bab IV – Pengukuran Ulir Dengan cara yang sama seperti di atas maka untuk ulir-ulir yang lain dapat dituliskan hubungan trigonometri sebagai berikut : Ulir standar British Association dengan sudut ulir 47° 30° harga koreksi kesalahan sudut sisi ulir adalah: Ed  0.0091p1  2  Ulir Unified dengan sudut ulir 600 harga koreksi kesalahan sudut sisi ulir adalah : Ed  0.0098p1  2  Untuk ulir metrik dengan sudut ulir 600 harga koreksi kesalahan sudut sisi ulir adalah : Ed  0.00115p1  2  2. Analisis Kesalahan Jarak Puncak Ulir (pitch) Untuk mempermudah pembahasan maka kita anggap pembuatan ulir dilakukan dengan mesin bubut. Dengan mesin bubut maka tingkat ketelitian jarak puncak ulir yang dibuat akan tergantung pada dua hal yaitu: a. kebenaran hasil bagi (rasio) antara kecepatan pemakanan pahat (gerak translasi) dengan kecepatan potong pahat (kecepatan putar dari benda kerja), b. hasil bagi antara kecepatan pemakanan dan kecepatan putar harus tetap konstan selama proses pemotongan berlangsung. Apabila syarat pertama tidak dipenuhi maka akan terjadi kesalahan jarak puncak ulir (pitch) yang disebut dengan istilah kesalahan pit progresif (progressive pitch error). Sebaliknya, apabila syarat nomor dua dipenuhi maka akan terjadi kesalahan jarak puncak ulir yang disebut dengan istilah kesalahan pit periodik (periodic pitch error). Bila digambarkan secara grafik maka dapat diperoleh bentuk grafik sebagai berikut: Gambar 4.8. Kesalahan pit progresif Gambar 4.9. Kesalahan pit periodik
  • 13. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 160 Bab IV – Pengukuran Ulir Kesalahan pit progresif dapat disebabkan oleh penggunaan rodaroda gigi pengganti yang tidak tepat. Secara umum kesalahan pit bisa juga disebabkan adanya kesalahan pit pada poros transportier mesin bubut atau poros-poros penggerak lainnya. Kalau setiap jarak puncak ulir terjadi kesalahan sebesar  p, maka untuk setiap puncak ulir sepanjang benda berulir tersebut terjadi kesalahan n  p, n adalah jumlah ulir yang dibuat. Dari keadaan seperti itu, bila digambarkan secara grafik maka diperoleh keadaaan seperti pada Gambar 4.8. di atas. Kesalahan pit periodik dapat terjadi karena adanya kesalahan rodaroda gigi yang menghubungkan benda kerja dengan poros penggerak utama atau karena adanya gerakan-gerakan aksial dari poros utama (lead screw). Keadaan seperti ini akan menyebabkan kesalahan yang sifatnya siklus. Artinya pada saat tertentu jarak puncak ulir harganya melebihi harga yang sebenarnya, pada saat-saat yang lain jarak puncak tersebut justru lebih kecil dari pada harga yang sebenarnya. Kemudian kembali lagi pada harga yang normal, lalu menuju ke harga yang lebih besar, kembali ke harga yang normal lagi. Demikian seterusnya. Kalau digambarkan nampak seperti sinusoida, lihat Gambar 4.9 Apakah kesalahan jarak puncak ulir ini ada pengaruhnya terhadap diameter efektif atau fungsional? Tentu saja ada pengaruhnya. Untuk pembahasan ini dapat dilihat Gambar 4.10. Gambar 4.9. Skema pasangan ulir yang mempunyai kesalahan pit kumulatif. Berdasarkan gambar yang disebelah kanan Gambar 4.10. di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut :
  • 14. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 161 Bab IV – Pengukuran Ulir kedalaman kumulatif jarak puncak ulir sepanjang pasangan ulir dan harga koreksi kesalahan jarak puncak ulir dalam kaitannya untuk menambah diamter efektif. Dengan cara yang sama maka diperoleh pula persamaan untuk ulirulir yang lain, misalnya : Untuk ulir Metrik, = 1.732  p Untuk ulir Whitworth = 1.920  p E. Cara Pengukuran Ulir Bagian-bagian penting dari ulir yang harus diukur antara lain adalah: diameter mayor (luar), diameter minor (inti), diameter efektif (tusuk/pit), sudut ulir dan jarak puncak ulir. 1. Pengukuran Diameter Mayor Ulir Untuk pengukuran secara kasar dapat dilakukan dengan menggunakan mistar ingsut/jangka sorong. Untuk pengukuran yang lebih teliti lagi dapat digunakan mikrometer yang memang khusus untuk mengukur ulir, biasanya digunakan mikrometer pana. Untuk mendapat hasil pengukuran yang lebih teliti lagi, baik dibandingkan dengan menggunakan mistar ingsut maupun dengan menggunakan mikrometer pana, adalah dengan menggunakan alat yang disebut Floating Carriage (Bench) Micrometer. Untuk melakukan pengukuran diameter mayor ulir dengan menggunakan Bench Micrometer diperlukan poros atau silinder yang presisi sebagai silinder starndar. Misalnya diameter silinder standar adalah Ds. Silinder standar diukur diameternya dengan Bench Micrometer di mana jarum penunjuk (fiducial indicator) harus menunjukkan posisi nol. Dari mikrometernya dapat dibaca besarnya diameter silinder menurut ukuran Bench Micrometer, Misalnya R1. Kemudian silinder standar dilepas dan diganti dengan ulir yang hendak diukur diameter mayornya. Dengan cara yang sama, kemudian dicatat harga pengukuran yang ditunjukkan oleh skala mikrometer, misalnya R2. Dengan demikian dapat diperoleh besarnya diameter mayor ulir yang besarnya adalah sebagai : Dm = Ds + (R2 - R1) mm. Dm = diameter mayor ulir. Ds = diameter silinder standar. R1 = pembacaan mikrometer untuk pengukuran silinder standar. R2 = pembacaan mikrometer untuk pengukruan diameter mayor ulir. 2. Pengukuran Diameter Minor Ulir
  • 15. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 162 Bab IV – Pengukuran Ulir Alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur diameter minor (inti) ulir antara lain adalah mikrometer ulir yang ujung ukurnya berbentuk runcing dan Bench Micrometer. Bila pengukurannya dengan mikrometer biasa yang kedua maka ukurnya memang khusus untuk pengukuran diameter inti ulir maka pembacaan hasil pengukurannya dapat langsung dibaca pada skala ukur mikrometer tersebut. Apabila alat ukur yang digunakan adalah Bench Micrometer maka cara pengukurannya juga sama dengan pengukuran diameter mayornya. Ambil silinder standar dan ukurlah dengan Bench Micrometer. Misalnya diameter silinder standar adalah Ds, dan hasil pembacaan mikrometer terhadap silinder standar misalnya R1. Kemudian silinder standar dilepaskan dari Bench Micrometer dan diganti dengan ulir yang akan diukur. Untuk pengukuran diameter inti diperlukan alat bantu lain yaitu prisma yang biasanya sudah disediakan sebagai pelengkap dari Floating Carriage Micrometer. Prismanya diletakkan sedemikian rupa sehingga bagian yang tajam (sisi prisma) masuk pada sudut ulir. Dengan memutar mikrometer maka batang prisma yang digunakan tepat menyentuh permukaan ukur dengan catatan bahwa kedudukan fiducial indicator harus betul-betul pada posisi nol. Dengan mikrometer dapat diketahui besarnya harga pengukuran, misalnya R2. Dengan hasil ini maka dapat dihitung besarnya diameter inti dari ulir yaitu : Di = Ds  (R2 – R1) mm. Ds = diameter poros standar (diketahui) R2 = hasil baca diameter standar (fiducial incdicator = 0) R1 = hasil diameter inti ulir (fiducial indicator = 0) Gambar 4.11. Skematis pengukuran diameter inti ulir. 3. Pengukuran Diameter Efektif (Tusuk) Untuk melakukan pengukuran diameter efektif ulir bisa dilakukan dengan menggunakan mikrometer ulir dan dengan metode dua atau tiga kawat. 3.1. Pengukuran Diameter Efektif dengan Mikrometer Ulir Alat yang digunakan adalah mikrometer biasa, namun ujung dari sensornya mempunyai bentuk yang khusus sehingga dapat menyentuh muka ukur dengan posisi yang pas. Dengan adanya ujung kontak (sensor) yang khusus ini maka hasil pengukurannya dapat dibaca langsung pada skala ukur mikrometer yang digunakan. Bentuk-bentuk
  • 16. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 163 Bab IV – Pengukuran Ulir dari ujung sensor mikrometer pengukur diameter efektif yang dipera. Sisi ujung ini antara lain adalah sebagai berikut : pendek. Bentuk ini seing di- pakai. b. Bentuk ujung penuh, sering digunakan untuk ulir dengan pits yang kecil. c. Bentuk ujung dengan sudut yang kecil, biasa untuk mengukur diameter. Gambar 4.12. Bentuk ujung sensor mikrometer pengukur diameter efektif ulir 3.2. Metede Pengukuran dengan Dua Kawat Cara pengukuran ini adalah dengan jalan meletakkan kawat dengan diameter tertentu masing-masing pada tempat yang berlawanan. Dengan menggunakan perhitungan dari beberapa persamaan maka dapat dicari hubungan antara diameter kawat dengan sudut ulir dan diameter efektif. Gambar 4.13. Pengukuran dengan metode dua kawat. Dari gambar tersebut : De = H + 2FG De H X d De = diameter efektif = X – 2d = ukuran/jarak bagian luar kawat = diameter kawat = X – 2d + 2 FG
  • 17. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 164 Bab IV – Pengukuran Ulir Sekarang mencari besarnya G F, bisa dilihat pada hubungan antara beberapa garis dibawah sebelah kanan. BC merupakan garis diameter efektif, BC = ½ pitch. OP  d cos ec / 2 2 PF  d cos ec / 2  1 2 P cot  / 2 4 p cot  / 2 d cos ec / 2  1 GF  PG  PF   4 2 PG  GC cot  / 2  Padahal H = X – 2d 2 FG  2.  p cot  / 2 d cos ec / 2  1  4 2 p cot  / 2  d cos es 2  1 2 Jadi, diameter efektif ulir adalah : De  X  2 d  p cot  / 2  d cos ec / 2  1 2 P = jarak puncak ulir  = sudut ulir Untuk menentukan besarnya diameter kawat yang terbaik dapat dihitung sebagai berikut : Pada gambar disebelah, 1 AB  diameter kawat 2 1 BC  pitch 4 cos   Dimana: BC AB BC Cos d p  2 4 cos  p Jadi : d   2 cos 2 AB 
  • 18. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 165 Bab IV – Pengukuran Ulir d p = diameter kawat terbaik = jarak puncak ulir = sudut ulir  Dalam prakteknya sehari-hari agak sulit memperoleh diameter kawat yang betul-betul tepat. Untuk mempermudah pengukuran maka perlu juga diketahui adanya diameter kawat maksimum dan minimum. Berdasarkan pengalaman maka dapat disusun suatu tabel tentang ukuran diameter kawat untuk pengukuran ulir. Tabel 18. Ukuran diameter kawat untuk pengukuran diameter efektif ulir. Diameter kawat terbaik Whitworth 550 0.5637p 0 Metrik 60 0.5773p British Association 47½° 0.5462p Jenis ulir Sudut Diameter kawat maksimum 0.853p 1.010p 0.730p Diameter kawat minimum 0.506p 0.505p 0.498p p = jarak puncak ulir 3.3. Metode Pengukuran dengan Tiga Kawat Untuk pengukuran diameter efektif dengan metode tiga kawat juga dilakukan dengan perhitungan-perhitungan sehingga diperoleh persamaan-persamaan tertentu. Dengan adanya persamaan-persamaan itu maka dapat dihitung hubungan antara diameter kawat dengan sudut ulir dan diameter efektif. Untuk perhitungannya lihat gambar 4.19 Gambar 4.14. Pengukuran dengan metode tiga kawat Dari gambar : M Ed = jarak luar kawat = diameter efektif ulir d = diameter kawat, r jari-jari kawat =  = sudut ulir 1 d 2
  • 19. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 166 Bab IV – Pengukuran Ulir AD = AB cosec  2 = r cosec  2   p H = DE cot = cot 2 2 2 1 p  CD = H  cot 2 4 2 X = AD – CD = r cosec  - 2 Jarak luar kawat  p cot 4 2 = Ed + 2x + 2r M  p  cot ) +2r 2 4 2   p = Ed + 2r (1 + cosec )cot 2 2 2   p = Ed + d (1 + cosec )cot 2 2 2 = Ed + 2 (r cosec - Apabila persamaan M di atas dipakai untuk mencari diameter efektif ulir metrik atau Whitworth maka dapat dihitung sebagai berikut : Kedalaman ulir H = 0.6496p De = D1 – H Sudut = 600, maka Co sec Cot  2 Gambar 4.20 Ulir Metrik Telah diketemukan bahwa jarak luar kawat M : M M  p cot 2 2 2 p = D1 – 0.6496p + (1+2) - (1.732) 2 = De + d (1+cosec  )- = D1 + 3d – (0.6496 + 0.866) p M = Dluar + 3d – 1.515p  2 2  1.732
  • 20. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 167 Bab IV – Pengukuran Ulir Untuk ulir Whitworth juga dapat dilakukan dengan cara yang sama. Kedalaman ulir H = 0.64p Sudut ulir = 55°, maka Gambar 4.21. Ulir Whitworth De = Dluar - 0.64p M = D1 – 0.64p + d(1+2.1657) - M = D1 + 3.1657d – 1.6p p (1.921) 2 Apabila harga M (jarak luar kawat) dan d (diameter kawat) diketahui maka harga dari diameter efektif yang diukur dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan tersebut diatas. 4. Pengukuran Sudut dan Jarak Puncak Ulir Untuk pengukuran sudut ulir dan jarak puncak ulir bisa digunakan alat ukur pembanding misalnya mal ulir, juga bisa digunakan proyektor bentuk (profile projector). Dengan menggunakan mal ulir kita dapat mengecek langsung besarnya sudut dan juga besarnya jarak puncak ulir, terutama untuk ulir-ulir dalam ukuran kecil yang jarak puncak ulirnya berkisar antara 0.25 – 6.00 mm bagi ulir metrik, dan antara 2½ - 28 gang per inchi untuk ulir inchi. Gambar 4.17 adalah mal ulir metrik dengan jumlah bilah sebanyak 24 buah dimana yang 23 buah untuk mengecek jarak puncak ulir dan satu lagi untuk mengecek sudut. Tebal masing-masing bilah adalah 0.5 mm.
  • 21. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 168 Bab IV – Pengukuran Ulir Gambar 4.17. Mal ulir ISO Metrik. Gambar 4.18 adalah gambar mal ulir menurut American National Standard yang satuannya dalam inchi. Terdiri dari 28 bilah, satu bilah khusus untuk mengecek sudut ulir dan 27 bilah lainnya untuk mengecek jarak puncak ulir. Gambar 4.18. Mal ulir menurut U.S. Standar Apabila bentuk ulirnya dalam ukuran yang besar tidak memungkinkan diukur dengan mal ulir maka lebih baik digunakan dua buah rol baja untuk mencari sudut ulir. Kedua rol baja diameternya harus berbeda. M1 = jarak luar rol baja dengan diameter d1 M2 = jarak luar rol baja dengan diameter d2 R1 = diameter d1 R2 = diameter d2 Gambar 4.19 Mengukur sudut ulir dengan dua rol baja. Sin  2  1 M 2  M 1  R 2  R1 AD = AC – CD = R1 + (M2 – M1) – R2 CB = R2 – R1, maka sin   BC AB 2 R 2  R1 Jadi : Sin  2 M 2  M 1  R 2  R1 
  • 22. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 169 Bab IV – Pengukuran Ulir Selain dengan mal ulir pengukuran sudut ulir dan jarak puncak ulir bisa juga dengan menggunakan proyektor bentuk, tetapi untuk ulir-ulir yang berdimensi relatif kecil dan dengan pertimbangan tidak akan merusakkan kaca landasan ukur dari proyektor bentuk. Berikut ini dua buah contoh perhitungan pada pemeriksaan diameter efektif ulir dengan menggunakan kawat. Contoh 1. Memeriksa baut 10 x 1.5 ISO dengan menggunakan kawat berdiameter terbaik, maksimum dan minimum. Diameter kawat terbaik untuk ISO adalah : 0.5773p. Diameter kawat d = 0.5773 x 1.5 = 0.86595 mm Jarak luar kawat M = Dluar + 3 d – 1.5156p = 10 + 3 x 0.86595 – 1.5156 x 1.5 M = 2.60785 + 10 – 2.27340 = 10.33445 mm. Bila dipakai kawat dengan diameter maksimum maka : d = 1.010p = 1.010 x 1.5 = 1.515 mm M = 10 + 3 x 1.515 – 1.515 x 1.5 = 12.37160 mm Dan jika digunakan kawat yang berdiameter minimum maka : d = 0.505p = 0.505 x 1.5 = 0.5575 mm M = 10 + 3 x 0.5575 – 1.5156 x 1.5 = 9,39910 mm Contoh 2. Periksalah ulir Whitworth ½ inchi dengan menggunakan kawat berdiameter terbaik, maksimum dan minimum. Misalnya jumlah gang per inchi = 10, maka pitch = 0.1 inchi. Untuk diameter terbaik, d = 0.5637p = 0.05637 inchi. M = Dluar + 3.1657 x d – 1.6p = 0.50 + 3.1657 x 0.05637 – 1.6 x 0.1 M = 0.51846 inchi. Untuk diameter kawat maksimum, d = 0.853p = 0.853 inchi. M = 0.50 + 3.1657 x 0.0853 – 1.6 x 0.1 = 0.6100 inchi. Untuk diameter minimum, d = 0.506p = 0.506 inchi.
  • 23. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 170 Bab IV – Pengukuran Ulir M = 0.50 + 3.1657 x 0.0506 – 1.6 x 0.1 = 0.4400 inchi. 5. Pengukuran Ulir Dalam Untuk ulir-ulir bagian dalam (lubang-lubang yang berulir) pengukurannya adalah lebih sulit dari pada pengukuran ulir luar. Untuk memeriksa besar dan diameter inti biasanya digunakan alat ukur kaliber batas poros pengukur ulir (thread plug gauge) yang diberi batasan GO dan NOT GO. Kaliber poros pemeriksa ulir ini mempunyai bentuk ulir yang agak kurus dengan sudut ulir yang agak kecil serta longgar pada diameter intinya. Untuk memeriksa diameter efektif ulir dalam dapat digunakan kaliber poros pemeriksa ulir GO dan NO GO. Pada bagian diameter puncak dan diameter pembuatannya dilonggarkan, namun masih tetap mempunyai sudut dan jarak kisar yang tepat. Sedangkan untuk memeriksa diameter kecilnya bisa digunakan kaliber poros yang lurus yang permukaannya rata dan halus, disebut juga kaliber poros lurus GO dan NOT GO (plug plain gauge). Untuk mengukur sudut dan jarak puncak ulir dapat dilakukan dengan jalan membuat suatu cetakan sehingga cetakan tersebut biasanya adalah lilin, belerang atau lak. Pengukuran yang dilakukan adalah terhadap cetakan yang kita buat dan alat ukur yang digunakan biasanya dengan proyektor bentuk. Untuk mencetak ulir dalam dengan lak maka tidak semua muka ulirnya dicetak tetapi cukup sepertiganya saja. Bila bahan yang dibuat untuk cetakan adalah lilin maka sebaiknya lilin itu diberi pegangan, dimasukkan pada pipa yang dicowak (dikurangi sebaik permukaannya), kemudian lilin yang ada di ujung pipa tersebut ditekankan pada ulir. Dengan cara-cara tersebut akan diperoleh profilprofil dari ulir dalam yang kemudian dilakukan pengukuran seperti halnya mengukur ulir luar. Gambar 4.20 menunjukkan contoh dari pembuatan cetakan dengan lilin dan lak. Pengecoran dengan lak pada 1/3 bagian dari mur Gambar 4.20 Membuat cetakan untuk pengukuran sudut dan
  • 24. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 171 Bab IV – Pengukuran Ulir kisar ulir dalam F. Toleransi dan Jenis Suaian Ulir Untuk pembahasan selanjutnya agar mudah diingat maka penggunaan istilah ulir luar akan diganti dengan istilah baut dan ulir dalam akan diganti dengan istilah mur. Dalam membicarakan toleransi dan suaian dari mur dan baut ini, selain ulir yang dalam metrik juga ulir yang dalam inchi. 1. Ulir ISO Metrik Bentuk standar dari ulir ISO Metrik dapat dilihat pada gambar 4.3 di muka. Untuk merencanakan profil ulir pada mur dan baut dapat dilihat gambar dan penjelasan berikut ini : Gambar 4.21. Perencanaan profil ulir ISO Metrik De = diameter efektif mur D1 = diameter minor mur D2 = diameter mayor mur H = tinggi ulir p = ulir de = diameter efektif baut d1 = diameter minor baut d2 = diameter mayor baut R = radius ulir H1 = kedalaman maksimum pasangan mur dan baut = He = kedalaman dasar ulir baut = 17 H 24 3 De  d2  2x H  d2  0.64952p 8 3 de  d2  2x H  d2  0.64952p 8 5 H H D1  de  2x    d2  2H1  d2  2x H 8 2 4 = d2 – 1.08253p 5 H 8
  • 25. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 172 Bab IV – Pengukuran Ulir 17 H H d1  de  2x    d2  2x H 24 2 6 = d2 – 1.22687p D2  D1 5  H  0.54127p 2 8 D2  D1 17 He   H  0.61343p 2 24 H1  R H  0.14434p 6 1.1. Toleransi Ulir Seperti halnya poros dan lubang, maka untuk mur dan baut juga berlaku hal yang sama dalam kaitannya dengan masalah toleransi. Untuk mendefinisikan daerah toleransi dari ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu garis nol sebagai garis profil dasar, penyimpangan fundamental dan posisi daerah toleransi. Untuk ulir baut biasanya daerah toleransinya adalah e, g, dan h. Sedangkan untuk ulir mur daerah toleransinya adalah G dan H. Untuk suaian yang sering digunakan pada pasangan antara mur dan baut adalah H/g, H/h dan G/h. Misalnya : untuk ulir M6, digunakan pasangan 6H/6g, untuk ulir M12 x 1.25, digunakan pasangan 5H/4h, untuk ulir M20 x 2, digunakan pasangan 7G/6h. Gambar 4.22. di bawah ini menunjukkan posisi daerah toleransi untuk ulir mur dan baut. Gambar 4.22 Posisi daerah toleransi mur dan baut dengan simbol H, G dan e, g, h. Dari gambar di atas, penyimpangan fundamental dari mur dan baut dapat dihitung dengan rumus-rumus sebagai berikut : Penyimpangan bawah untuk toleransi G adalah :
  • 26. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 173 Bab IV – Pengukuran Ulir EIG = + (15 + 11p) m Penyimpangan bawah untuk toleransi H adalah : EIH = 0. Penyimpangan atas untuk toleransi e adalah : Ese = - (50 + 11p) m Penyimpangan atas untuk toleransi g adalah : Esg = - (15 + 11p) m Penyimpangan atas untuk toleransi h adalah : esh = 0. 1.2. Kelas Toleransi Ulir Menurut IS 4218 toleransi dari ulir ada 7 kelas yaitu kelas 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9. Kelas 3, 4 dan 5 digunakan untuk ulir-ulir yang presisi, dimana variasi suaian sedikit/kecil dan jarak/panjang pasangan ulirnya adalah pendek. Kelas toleransi ulir nomor 6 adalah untuk kelas yang menengah di mana mur dan baut yang dibuat diperlukan untuk pemasaran. Kelas toleransi 7, 8 dan 9 adalah untuk ulir-ulir yang kurang presisi. Berikut ini beberapa kelas toleransi yang digunakan untuk pembuatan ulir pada mur dan baut, khususnya pada diameter minor dan diameter mayor. Diameter minor mur D1 kelas toleransinya : 4, 5, 6, 7, dan 8. Diameter mayor baut d2 kelas toleransinya : 4, 6, dan 8. Diameter efektif mur De kelas toleransinya : 4, 5, 6, 7, 8. Diameter efektif baut de kelas toleransinya : 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9. Beberapa rumus yang digunakan menghitung toleransi tersebut adalah sebagai berikut : Td2(6) = 1803 p2  3.15 p m Untuk kelas toleransi 4 : Td2 (4) = 0.63 Td2 (6). Untuk kelas toleransi 8 : Td2(8) = 1.6Td2(6). Untuk diameter minor mur dengan kelas toleransi 6 diperoleh harga toleransinya : TD1(6) = 433p – 199p1.22 m, untuk p = 0.2 – 0.8 mm
  • 27. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 174 Bab IV – Pengukuran Ulir = 230p0.7 m, untuk p = 1 mm. Untuk diameter efektif baut dengan kelas toleransi 6 maka harga toleransinya dapat dihitung dengan : Tde(6) = 90p0.4 d0.1m, dengan d = diameter luar ulir p = kisar Melihat persamaan-persamaan di atas maka nampaknya kelas toleransi 6 merupakan dasar untuk menghitung toleransi dari kelas-kelas yang lain. Berdasarkan pengalaman maka dapat dihitung harga-harga toleransi untuk kelas toleransi selain 6 yaitu untuk perhitungan diameter efektifnya baik untuk baut maupun mur. Rumus-rumus untuk toleransi diameter efektif baut dengan kelas toleransi 3, 4, 5, 7, 8, dan 9 : Tde(3) = 0.5 Tde(6) Tde(4) = 0.63 Tde(6) Tde(5) = 0.8 Tde(6) Tde(7) = 1.25 Tde(6) Tde(8) = 1.6 Tde(6) Tde(9) = 2 Tde(6) Rumus-rumus untuk toleransi diameter efektif mur dengan kelas toleransi 4, 5, 6, 7, dan 8 : TDe(4) = 0.85 Tde(6) TDe(5) = 1.06 Tde(6) TDe(6) = 1.32 Tde(6) TDe(7) = 1.7 Tde(6) TDe(8) = 2.12 Tde(6) Panjang dari pasangan antara mur dan baut dapat bervariasi antara 2.24p.d0.2 sampai 6.7p.d0.2 mm. 1.3. Suaian Ulir Untuk ulir ISO Metrik ada tiga kelas suaian yang biasa digunakan untuk membuat pasangan mur dan baut. Ketiga suaian tersebut adalah suaian close, medium dan free. Pasangan mur dan baut dengan close fit merupakan pasangan mur dan baut yang memerlukan kerapatan yang tinggi. Sedangkan untuk medium dan free merupakan pasangan mur dan baut biasanya digunakan untuk permesinan, terutama yang suaian dengan sifat sedikit bebas (free) karena memang dibuat untuk maksudmaksud tertentu misalnya untuk perakitan dan reparasi yang memerlukan waktu cepat dan proses pengerjaannya mudah.
  • 28. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 175 Bab IV – Pengukuran Ulir Untuk mendapatkan mur dan baut dengan suaian close, medium dan free digunakan toleransi H, h dan g. Sedangkan kualitas toleransinya antara 4, 5, 6, 7 dan 8. Tabel 19 menunjukkan kelas suaian menurut ISO Metrik. Tabel 19. Kelas suaian menurut ISO Metrik khusus untuk ulir. Suaian dan toleransi Ulir pada Close Fit Mur 5H Medium Fit 6H Baut 4h 6g 5H 6H 7H 6g 8g 4h Pasangan 5H/4h Pasangan 6H/6g Free Fit 7H 8g Kelonggaran minimum Pasangan 7H/8g 2. Ulir Unified Ulir unified adalah salah satu jenis ulir yang satuannya dalam inchi. Bentuk standar ulir unified dapat dilihat pada gambar 4.4 di muka. Untuk diameter efektifnya maka perhitungan toleransi berkaitan erat dengan diameter mayor, panjangnya pasangan mur dan baut, dan jarak puncak ulir. Secara umum, toleransi dari diameter efektif dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : TDe  a3 D + bL + cp Dimana: D L p a, b, c = diameter mayor = panjang pemasangan = jarak puncak ulir = konstante Menurut standar dari British Standard Spesification untuk ulir Whitworth, besarnya konstanta-konstanta tersebut adalah: a = 0.002, b = 0.003, dan c = 0.00, semua dalam inchi. Ulir Unified atau ulir-ulir dengan sistem inchi pada umumnya mempunyai jenis-jenis suaian sebagai berikut: Free fit, banyak dijual di toko-toko suku cadang untuk keperluan permesinan secara umum.
  • 29. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 176 Bab IV – Pengukuran Ulir Bentuk ulir ini bila diperiksa dengan kaliber ulir maka kaliber ulir dapat berputar dengan bebas, akan tetapi masih tetap tidak terlalu longgar/lepas. Medium fit, kebanyakan digunakan pada ulir-ulir yang dibuat dibengkel (toolroom) untuk keperluan khusus dalam permesinan. Pada ulir dengan kelas suaian menengah (medium fit), apabila bentuk ulirnya diperiksa dengan kaliber pemeriksa ulir, maka kaliber pemeriksa harus diputar dengan sedikit paksaan, tapi tidak terlalu ringan dan tidak pula terlalu keras memutarnya. Close fit, pada waktu memeriksa ulirnya dengan kaliber pemeriksa ulir, maka kaliber tersebut harus betul-betul mempunyai kerapatan yang sempurna dengan permukaan ulir. Untuk kelas toleransi dari ulir Unified menurut British Standard 1580 ada tiga kelas yaitu kelas 1A, 2A, dan 3A digunakan untuk menunjukkan kelas toleransi dari ulir luar (baut), sedangkan kelas 1B, 2B dan 3B digunakan untuk menunjukkan kelas toleransi dari ulir dalam (mur). Kelas toleransi 1A dan 1B untuk perakitan komponen-komponen yang cepat dan cara yang mudah, juga diperlukan sedikit kelonggaran pada pasangannya (free fit). Kelas toleransi 2A dan 2B untuk mur-mur dan baut-baut yang toleransinya lebih sempit daripada toleransi kelas 1A dan 1B, biasanya digunakan untuk keperluan permesinan secara umum yang suaian pasangannya termasuk jenis suaian menengah (medium fit). Kelas toleransi 3A dan 3B digunakan untuk ulir-ulir yang memerlukan kerapatan yang tinggi di mana ketepatan jarak tempuh kisar (lead) dan sudut ulir merupakan elemen yang penting. Ulir dengan kelas toleransi 3A dan 3B ini khusus digunakan untuk produksi komponen-komponen dnegan kualitas tinggi. Adapun simbol untuk ulir dengan toleransi 3B yang dianjurkan untuk digunakan adalah ½ - 13NC - 3B. Untuk toleransi diameter efektif kelas 2A dapat dihitung dengan rumus : Tde(2A) = 0.0015 3 D + 0.0015L + 0.015p Dimana: D = diameter mayor L = panjang pasangan P = pitch Untuk ulir dalam (mur) dengan kelas 2B diameter efektifnya telah dibaut 30% lebih besar dari pada kelas 2A diatas. Untuk kelas 1A dan 1B diameter efektifnya adalah 1.5 kali harga toleransi kelas 2A dan 2B. Sedangkan untuk kelas 3A dan 3B toleransi diameter efektifnya adalah ¾ kali harga toleransi kelas 2A dan 2B.
  • 30. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 177 Bab IV – Pengukuran Ulir G. Pertanyaan-pertanyaan 1. Jelaskan fungsi dari ulir dan jelaskan pula mengapa pengukuran ulir perlu dilakukan. 2. Sebutkan macam-macam ulir menurut arah gerakan jalur ulir, jumlah ulir tiap gang dan menurut bentuk sisi ulir. 3. Sebutkan beberapa elemen penting dari ulir yang perlu diperiksa. 4. Gambarlah bagan ulir menurut sistem metrik dan sistem inchi (ulir ISO metrik dan ulir Unified). 5. Jelaskan arti dari simbol-simbol ulir berikut ini : a. M 12 x 1.75 – 6g b. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 7  14UNC  2A 16 Kesalahan sudut sisi ulir dapat terjadi karena apa? Jelaskan apa yang dimaksud dengan kesalahan diameter fungsional. Jelaskan dengan gambar apa yang dimaksud dengan kesalahan pitch progresif dan kesalahan pitch periodik. Bagaimana rumus menghitung diameter mayor ulir bila pengukurannya dengan bench micrometer? Ada berapa cara untuk mengukur diameter tusuk ulir? Jelaskan dengan singkat. Hitunglah besarnya diameter kawat yang terbaik untuk pengukuran diameter tusuk ulir, lengkap dengan gambarnya. Bagaimana caranya mengukur sudut ulir yang bentuk ulirnya relatif besar sehingga sulit diukur dengan alat ukur sudut yang biasa digunakan? Jelaskan dengan gambar. Jelaskan beberapa cara untuk mengukur ulir dalam. Sebuah ulir yang dibuat dengan simbol M 10 x 1.5 – 6g diperiksa dengan metode tiga kawat. Analisislah hasil pengukuran tersebut termasuk masalah toleransinya.