SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
SENIN 3-4
KONSEPSI PELAKSANAAN HAK ASASI MANUSIA SEBELUM DAN
SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pendidikan Kewarganegaraan
yang dibina oleh Bapak Gatot Isnani

Oleh
Rizqiana Yogi Cahyaningtyas (32)
085735153073

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
Maret 2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, inayah, dan hidayah-Nya, karena hanya dengan karunia-Nya itulah
penyusunan makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.
Tugas makalah ini dikerjakan dalam rangka memenuhi tugas Matakuliah
Pendidikan Kewarganegaraan di program studi S-1 Pendidikan Teknik Mesin
Jurusan Teknik Mesin FT UM yang dibina oleh Bapak Gatot Isnani.
Teselesaikannnya tugas makalah ini telah melibatkan berbagai pihak. Untuk
sumbang

saran

yang

konstruktif

yang

telah

diberikan,

penulis

patut

menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak

Gatot

Isnani

selaku

dosen

matakuliah

Pendidikan

Kewarganegaraan yang telah membimbing selama proses pembelajaran,
2. Teman – teman offering A3 yang yang telah berpartisipasi dalam proses
pembelajaran,
3. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung mendukung
terselesaikannya makalah ini.
Semoga atas bantuan moril dan materiil tersebut, Allah SWT senantiasa
melimpahkan kekuatan dan petunjuk – Nya sebagai amal sholeh dan senantiasa
mendapat balasan karunia yang berlimpah dari – Nya.

Malang, Maret 2013
Penulis

i1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………..

ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………………………………………………. 1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………….... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Hak Asasi Manusia………………………………. 3
2.2. Pasal – Pasal Lama yang
Mengatur tentang Hak Asasi Manusia……………………….. 3
2.3. Pasal – Pasal Baru yang Mengatur
tentang Hak Asasi Manusia…………………………………... 5
2.4. Pelaksanaan Hak Asasi Manusia Sebelum
dan Sesudah Diamandemennya UUD 1945………………….. 8

BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan……………………………………………………. 13
3.2. Saran…………………………………………………………... 14

DAFTAR RUJUKAN…………………………………………………….. 15

ii 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hasil amandemen UUD 1945 telah mengubah sistem ketatanegaraan
Indonesia salah satunya adalah mengenai jaminan hak asasi manusia yang
semakin meluas. Dari kualitas jaminan hak-haknya, UUD 1945 mengatur jauh
lebih lengkap dibandingkan sebelum amandemen (Wiratraman, 2007:1). Terdapat
tambahan bab baru yang khusus membahas tentang jaminan hak asasi manusia
yaitu BAB XA. Tidak hanya pada bab baru, jaminan terhadap hak asasi manusia
juga dicantumkan di luar bab XA tersebut. Hal ini membuktikan keseriusan
pemerintah dalam mewujudkan cita – cita bangsa Indonesia yang terdapat pada
pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
Meluasnya jaminan hak asasi manusia dalam pasal – pasal UUD 1945 tentu
berpengaruh besar terhadap sistem ketatanegaraan republik Indonesia terutama
berkaitan

tentang

hubungan

antara

pemerintah

dan

rakyat.

Sebelum

diamandemennya UUD 1945 yaitu pada masa orde baru dan orde lama, konsepsi
jaminan hak asasi manusia justru hampir tidak diimplementasikan. Kita tentu
dapat melihat banyaknya pelanggaran hak asasi manusia yang disebabkan oleh
kesewenang – wenangan pemerintah yang cenderung otoriter dan membatasi hak
– hak warga negaranya.
Walaupun demikian, menguatnya hak asasi manusia secara tekstual, tidak
serta merta memberikan jawaban tuntas atas masalah hak asasi manusia secara
implementasinya. Perluasan kepada hak asasi manusia dalam UUD 1945 pasca
amandemen tentu tidak dapat sepenuhnya menjunjung kepentingan warga negara
Indonesia. Terbukti dengan masih adanya pelanggaran hak asasi manusia di
Indonesia dan belum meratanya kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sejarah menunjukkan bahwa penegakan hak asasi manusia lebih berhasil ketika
datang rezim baru menggantikan rezim lama… tetapi mustahil untuk mengatakan
bahwa pergantian rezim di negeri ini berhasil mendudukkan seratus persen rezim
baru yang terbebas dari rezim Soeharto (Lubis, 2006 : 9).
Namun terlepas dari itu, tentu saja penerapan dan pelaksanaan sebuah
undang-undang dasar akan sangat dipengaruhi oleh situasi perkembangan zaman,
11
serta kedewasaan bernegara para pelaksananya. Adanya semangat para
penyelenggara negara yang benar-benar berjiwa kenegarawanan, mutlak
diperlukan untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan rumusan sebuah undangundang dasar. Tanpa itu semua, undang-undang dasar yang baik dan sempurna
pun, dapat diselewengkan ke arah yang berlawanan.
2.1. Rumusan Masalah
1.

Apa pengertian hak asasi manusia?

2.

Apa saja pasal – pasal lama yang mengatur tentang hak asasi
manusia?

3.

Apa saja pasal – pasal baru yang mengatur tentang hak asasi manusia?

4.

Bagaimana pelaksanaan hak asasi manusia sebelum dan sesudah
amandemen UUD 1945?

Teknis penulisan makalah ini berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan
Karya Tulis Ilmiah Universitas Negeri Malang (UM, 2010).

25
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia (HAM) mempunyai arti penting bagi kehidupan
manusia karena persoalannya berkaitan langsung dengan hak dasar yang dimiliki
manusia yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, karena itu pada dasarnya setiap
manusia memiliki martabat yang sama maka, dalam hal hak asasi mereka harus
mendapat perlakuan yang sama, walaupun kondisi mereka berbeda-beda.
Martabat manusia, sebagai substansi sentral hak-hak asasi manusia di dalamnya
mengandung aspek bahwa manusia memiliki hubungan secara eksistensial dengan
Tuhannya (Al-Hakim,dkk, 2012 : 60).
Menurut Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
pasal (1), bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hak itu
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
Dalam bagian Pendekatan dan Substansi TAP MPR No. XVII/MPR/1998
tentang Hak Asasi Manusia dijelaskan bahwa hak asasi manusia adalah hak dasar
yang melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati dan universal sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa, dan berfungsi untuk menjamin kelangsungan
hidup, kemerdekaan, perkembangan manusia, dan masyarakat yang tidak boleh
diabaikan, dirampas, atau diganggu gugat oleh siapapun.
2.2. Pasal – Pasal Lama yang Mengatur tentang Hak Asasi Manusia.
Berbicara tentang posisi hak asasi manusia dalam konstitusi mengharuskan
pembicaraan tentang konsep dasar konstitusi itu sendiri. Konstitusi biasanya
dikaitkan dengan hukum dasar suatu negara. Sebagai hukum dasar, setiap
peraturan yang dibuat atau tindakan negara tidak boleh bertentangan dengan
peraturan di dalam konstitusi. Sebagai hukum tertinggi maka, jaminan hak asasi
manusia dalam UUD 1945 berarti memberi landasan hukum tertinggi di Indonesia
bagi pengakuan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak asasi setiap manusia.
31
Akan tetapi konstitusi tidak cukup hanya dilihat sebagai hukum dasar sebab
konstitusi juga merupakan hasil mediasi dari berbagai kekuatan dan kepentingan.
Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa konstitusi juga dapat dimanipulasi
terutama oleh mereka yang memiliki kekuasaan.
Hal ini pernah dialami konstitusi Indonesia. Sebelum Undang-Undang
Dasar 1945 diamandemen terdapat 6 pasal yang secara eksplisit berurusan dengan
hak asasi manusia, antara lain hak bekerja, berkumpul dan menyatakan pendapat,
berorganisasi, serta hak memeluk agama menurut keyakinan masing-masing
(Panduan Bantuan Hukum di Indonesia : Pedoman Anda Memami dan
Menyelesaikan Masalah Hukum, 2007 : 313). Rumusan hak yang dijamin di
dalam UUD 1945 sebelum amandemen begitu singkat sehingga dapat memberi
kuasa kepada rezim yang berkuasa untuk membuat peraturan berdasarkan
kepentingannya. Akibatnya hak-hak asasi manusia yang dijamin di dalamnya
dapat dengan mudah dikesampingkan bahkan dilanggar.
Tabel 2.1. Pasal – Pasal Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 Sebelum
Amandemen
No.
Pasal
Isi Pasal
1.
Pasal 27 ayat (1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
2.
Pasal 27 ayat (2) Tiap – tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3.
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang – undang.
4.
Pasal 29 ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
5.
Pasal 30 ayat (1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pembelaan negara.
6.
Pasal 31 ayat (1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
7.
Pasal 32
Pemerintah memajukan kebudayaan nasional
Indonesia.
8.
Pasal 33 ayat (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan.
9.
Pasal 33 ayat (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara.
10. Pasal 33 ayat (3) Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
47
11.

Pasal 34

Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
negara.
(Purwantoro & Sulasmini, 2012 : 8-9)
2.3. Pasal – Pasal Baru yang Mengatur tentang Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia
secara kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa,
meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak
keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak keamanan,

dan hak

kesejahteraan, yang oleh karena itu tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh
siapapun. Selanjutnya manusia juga mempunyai hak dan tanggung jawab yang
timbul sebagai akibat perkembangan kehidupannya dalam masyarakat.
Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1948 telah mengeluarkan Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights). Oleh
karena itu bangsa Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa
mempunyai tanggung jawab untuk menghormati ketentuan yang tercantum dalam
deklarasi tersebut.
Memasukkan hak-hak asasi manusia ke dalam pasal-pasal konstitusi
merupakan salah satu ciri konstitusi modern. Setidaknya, dari 120an
konstitusi di dunia, ada lebih dari 80 persen diantaranya yang telah
memasukkan pasal-pasal hak asasi manusia, utamanya pasal-pasal
dalam DUHAM. Perkembangan ini sesungguhnya merupakan
konsekuensi tata pergaulan bangsa-bangsa sebagai bagian dari
komunitas internasional, utamanya melalui organ Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Sejak dideklarasikannya sejumlah hak-hak asasi
manusia dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia atau biasa
disebut DUHAM 1948 (Universal Declaration of Human Rights),
yang kemudian diikuti oleh sejumlah kovenan maupun konvensi
internasional tentang hak asasi manusia, maka secara bertahap
diadopsi oleh negara-negara sebagai bentuk pengakuan rezim normatif
internasional yang dikonstruksi untuk menata hubungan internasional
(Wiratraman, 2007:3).
DUHAM 1948 kemudian banyak diadopsi dalam Konstitusi RIS maupun
UUD Sementara 1950, dimana konstitusi-konstitusi tersebut merupakan konstitusi
yang paling berhasil memasukkan hak asasi manusia hampir keseluruhan pasalpasal hak asasi manusia yang diatur dalam DUHAM (Poerbopranoto, 1953 : 92).

51
Rujukan yang melatarbelakangi perumusan UUD 1945 Bab XA (Hak Asasi
Manusia) adalah TAP MPR Nomor XII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.
Ketetapan MPR tersebut pula yang kemudian melahirkan Undang – Undang No.
39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
Tabel 2.2 Kualifikasi Pasal – Pasal Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945
Pasca Amandemen
No.
Bab XI A (Hak Asasi Manusia)
Di Luar Bab XI A
Pasal
Tentang
Pasal
Tentang
1.
28A dan 28I
Hak untuk hidup
28
Kemerdekaan
ayat (1)
berserikat dan
berkumpul,
mengeluarkan
pikiran dengan
lisan dan tulisan
2.
28D ayat (1)
Hak atas
29 ayat (2)
Hak untuk
pengakuan,
beragama dan
jaminan,
berkepercayaan
perlindungan, dan
kepastian hokum
yang adil serta
perlakuan yang
sama di hadapan
hukum.
3.
28D ayat (3)
Hak atas
kesempatan yang
sama dalam
pemerintahan
4.
28D ayat (4)
Hak atas status
dan 28E ayat
kewarganegaraan
(1)
dan hak berpindah
5.
28E ayat (1)
Kebebasan
dan 28I ayat
beragama
(1)
6.
28E ayat (2)
Hak atas kebebasan
dan 28I ayat
meyakini
(1)
kepercayaan,
menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai
dengan hati
nuraninya
7.
28E ayat (3)
Hak atas kebebasan
berserikat,
berkumpul, dan
mengeluarkan
pendapat
8.
28F
Hak untuk
69
berkomunikasi dan
memperoleh
informasi
Hak atas rasa aman
dan bebas dari
ancaman
Bebas dari
penyiksaan

9.

28G ayat (1)

10.

11.

28G ayat (2)
dan 28I ayat
(1)
28G ayat (2)

12.

28I ayat (1)

13.

28I ayat (1)

14.

28I ayat (1)

15.

28I ayat (2)

16.

28B ayat (1)

17.

28B ayat (2)

Hak anak

27 ayat (2)

18.

28C ayat (1)

31

19.

28C ayat (2)

Pemenuhan
kebutuhan dasar
dan pendidikan
Hak untuk
memajukan dirinya
secara kolektif

20.

28D ayat (2)

33 ayat (3)

21.

28E ayat (1)

Hak untuk bekerja
serta mendapat
imbalan dan
perlakuan yang adil
dan layak dalam
hubungan kerja
Hak untuk memilih
pendidikan dan
pengajaran

Hak memperoleh
suaka politik
Hak untuk tidak
diperbudak
Hak untuk diakui
sebagai pribadi di
hadapan hukum
Hak untuk tidak
dituntut atas dasar
hukum yang
berlaku surut
Hak untuk tidak
diperlakukan
diskriminatif
Hak untuk memiliki 18B ayat (2)
keturunan

32 ayat (1)

34 ayat (1)

Pengakuan
hukum dan hak
adat tradisional
Hak atas
pekerjaan dan
penghidupan
yang layak
Hak atas
pendidikan
Kebebasan
masyarakat dalam
memelihara dan
mengembangkan
nilai-nilai budaya
Hak atas akses
sumber daya
alam untuk
kesejahteraan
rakyat
Hak untuk
mendapat
pemeliharaan
bagi fakir miskin
71
22.

28E ayat (1)

Hak untuk memilih
pekerjaan
23. 28H ayat (1)
Hak hidup sejahtera
lahir dan batin,
bertempat tinggal,
dan mendapatkan
lingkungan hidup
yang baik dan sehat
24. 28H ayat (1)
Hak atas pelayanan
kesehatan
25. 28H ayat (2)
Hak mendapat
kemudahan dan
perlakuan khusus
untuk memperoleh
kesempatan dan
manfaat yang sama
26. 28H ayat (3)
Hak atas jaminan
sosial
27. 28H ayat (4)
Perlindungan hak
milik
28. 28I ayat (3)
Identitas budaya
dan hak masyarakat
tradisional
(Wiratraman, 2007:5-7)

34 ayat (2)
34 ayat (3)

dan anak-anak
terlantar
Hak atas jaminan
sosial
Hak atas
pelayanan

Dengan pasal-pasal hak asasi manusia yang diperlihatkan di atas, maka
terpetakan bahwa: (1) Pasal-pasalnya tidak hanya di dalam Bab XIA namun
sebagian terlihat pula di luar Bab XIA; (2) UUD 1945 hasil amandemen telah
mengatur jauh lebih banyak dan lebih lengkap dibandingkan sebelumnya; (3)
Banyak sekali ditemukan kesamaan substantif pada sejumlah pasal-pasal hak asasi
manusia, sehingga secara konseptual tumpang tindih, repetitif dan pengaturannya
tidak ramping. Misalnya, hak untuk beragama maupun berkepercayaan diatur
dalam tiga pasal, yakni pasal 28E ayat (2), pasal 28I ayat (1), dan pasal 29.
2.4. Pelaksanaan Hak Asasi Manusia Sebelum dan Sesudah Amandemen UUD
1945.
Harus diakui pada masa Orde Baru dari segi pembangunan fisik memang
ada dan keamanan terkendali, tetapi pada masa Orde Baru demokrasi tidak ada,
kalangan intelektual dibelenggu, pers di daerah dibungkam, KKN dan
pelanggaran hak asasi manusia terjadi di mana-mana.
11
8
Soeharto, presiden Republik Indonesia ke-2, menduduki tahta kepresidenan
Indonesia selama 32 tahun. Itu berarti, Soeharto telah memenangkan sekitar enam
kali pemilihan umum (Pemilu). Presiden Soeharto mengkondisikan kehidupan
politik yang sentralistik untuk melanggengkan kekuasaan sehingga salah satu hak
sebagai warga negara untuk mendapatkan kedudukan dalam pemerintahan
menjadi hak yang sulit didapatkan. Salah satu di antara mekanisme yang
digunakan untuk membantu Golkar agar selalu menang dalam setiap Pemilu
adalah kewajiban bagi para pegawai negeri sipil untuk selalu mendukung Golkar
(Indrayana, 2007 : 143).
Rendahnya transparansi pengelolaan negara juga menjadi salah satu
keburukan pemerintahan Orde Baru. Transparansi merupakan bentuk kredibilitas
dan akuntabilitasnya. Pada masa Orde Baru, hak penyiaran dikekang. Berita-berita
televisi dan surat kabar tidak boleh membicarakan keburukan-keburukan
pemerintahan, kritik terhadap pemerintah, dan berita-berita yang dapat
mengganggu stabilitas dan keamanan nasional. Pemerintah Soeharto menerapkan
sistem sensor yang ketat untuk membatasi kebebasan pers (Indrayana, 2007 :
172). Kemerdekaan berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan dikebiri atas nama stabilisasi politik dan ekonomi, dan hal
tersebut tampak jelas dalam sejumlah kasus seperti pemberangusan simpatisan
PKI di tahun 1965-1967, peristiwa Priok, dan penahanan serta penculikan aktivis
partai pasca kudatuli.
Sementara penyingkiran hak-hak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan terlihat menyolok dalam kasus pembunuhan aktivis buruh
Marsinah, pengusiran warga Kedungombo (Elsam & LCHR, 1995 : 179), dan
pembunuhan 4 petani di waduk Nipah Sampang. Pelajaran berharga di masa itu,
meskipun jaminan hak asasi manusia telah diatur jelas dalam konstitusi, tidak
serta merta di tengah rezim militer otoritarian akan mengimplementasikannya
seiring dengan teks-teks konstitusional untuk melindungi hak-hak asasi manusia.
Lemahnya fungsi lembaga perwakilan rakyat menjadi salah satu keburukan
Orde Baru. Dewan Perwakilan Rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rakyat
menjadi semacam boneka yang dikendalikan oleh pemimpin negara. Dalam hal

91
ini, hak mengeluarkan pendapat yang berupa aspirasi-aspirasi dan keinginan
rakyat tidak mampu diwujudkan oleh pemerintah.
Hukum yang diskriminatif menjadi keburukan Orde Baru selanjutnya.
Hukum hanya berlaku bagi masyarakat biasa atau masyarakat menengah ke
bawah. Pejabat dan kelas atas menjadi golongan yang kebal hukum. Hak
masyarakat untuk mendapatkan perlakukan yang sama di depan hukum menjadi
hal yang sangat langka.
Perlindungan hak asasi manusia dalam Orde Baru memang dirasa masih
lemah. Meski demikian, Orde Baru memperlihatkan peran yang besar untuk
menjaga stabilitas nasional. Stabilitas nasional ini memungkinkan negara untuk
menjaga terlaksananya pelaksanaan perlindungan hak asasi manusia bagi
masyarakat.
Penyebab utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis
moneter tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus
memburuk seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia. KKN semakin
merajalela,

sementara

kemiskinan

rakyat

terus

meningkat.

Terjadinya

ketimpangan sosial yang sangat mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan
sosial. Muncul demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan utama
kaum demonstran adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total.
Periode Reformasi diawali dengan pelengseran Soeharto dari kursi Presiden
Indonesia oleh gerakan reformasi. Pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto
mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden RI dan menyerahkan
jabatannya kepada wakil presiden B.J. Habibie. Peristiwa ini menandai
berakhirnya kekuasaan Orde Baru dan dimulainya Orde Reformasi.
Reformasi dalam bidang politik berhasil mengganti lima paket undangundang masa Orde Baru dengan tiga undang-undang politik yang lebih
demokratis, yaitu : (1) Undang - Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai
Politik, (2) Undang - Undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum,
dan (3) Undang - Undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan
DPR/MPR. Kebijakan dalam bidang politik ini membawa pengaruh pada tata
politik yang adil. Hak warga negara untuk mendapatkan kedudukan di bidang

13
10
politik dan pemerintahan menjadi terbuka. DPR dan MPR mulai berfungsi dengan
baik sebagai aspirasi rakyat untuk memperoleh hak-hak mereka.
Kebebasan berekspresi dalam masyarakat mulai terangkat kembali. Hal ini
terlihat dari munculnya partai-partai politik dari berbagai golongan dan ideologi.
Masyarakat bisa menyampaikan kritik secara terbuka kepada pemerintah. Mereka
bisa dengan bebas dan aktif mendiskusikan isu – isu kritis, termasuk urgennya
mereformasi

UUD

1945.

Kebebasan

berpendapat

dan

berekspresi

ini

mempengaruhi reformasi – reformasi konstitusi yang dihasilkan pada rentang
waktu 1999 – 2002 (Indrayana, 2007 : 172).
Selain itu, hak dalam berpendapat yang diwujudkan dalam kebebasan pers
juga lebih dijunjung tinggi kedudukannya. Dengan pers, masyarakat dapat
menyerukan aspirasi mereka. Hak masyarakat untuk mendapatkan informasi
secara jelas dan terbuka pun mulai dibuka.
Pemerintah Soeharto menerapkan sistem sensor yang ketat untuk
membatasi kebebasan pers. Menteri Penerangan kala itu
mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) No. 01 Tahun 1984
tentang Izin Penerbitan. Peraturan ini memberi kewenangan kepada
Menteri Penerangan untuk mencabut SIUP atau lisensi penerbitan
milik perusahaan media mana pun yang tidak mendukung kebijakan
pemerintah. Pada bulan Juni 1998, pemerintah Habibie mencabut
peraturan ini dan menyederhanakan prosedur pemberian surat izin
bagi dunia penerbitan. Kebijakan ini melahirkan ratusan penerbitan
baru dan era baru dalam kebebasan pers (Indrayana, 2007 : 172).
Kekerasan negara seakan telah berkurang, meskipun sesungguhnya masih
saja kerap terjadi, termasuk pelanggengan impunitas, yaitu kekerasan negara telah
terjadi dalam beberapa kasus, misalnya pasca amandemen UUD 1945, peristiwa
penembakan polisi maupun tentara yang menewaskan sejumlah masyarakat adat
dan petani dalam kasus Bulukumba (Sulawesi Selatan), kasus Manggarai (Nusa
Tenggara Timur), dan kasus Alas Tlogo (Jawa Timur) ; kekerasan terhadap
pekerja pers (Kasus Tomy Winata vs. Tempo, dll.); dan kasus pembunuhan aktivis
pembela HAM Munir.
Lahirnya Undang - Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia; Undang - Undang Nomor. 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia; dan undang - undang lainnya yang didesakkan oleh lembaga –

11 1
lembaga demokrasi dan hak asasi manusia ialah bukti kontribusi masyarakat sipil
dalam mewujudkan demokrasi (Pramudya, 2004 : 54).

15
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1.

Berdasarkan beberapa rumusan tentang definisi hak asasi manusia di
atas, diperoleh suatu kesimpulan bahwa hak asasi manusia merupakan
hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan
fundamental sebagai suatu anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang harus
dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat, dan
negara. Dengan demikian, hakikat penghormatan dan perlindungan
terhadap hak asasi manusia ialah menjaga keselamatan eksistensi
manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan, yaitu keseimbangan
antara hak dan kewajiban, serta keseimbangan antara kepentingan
individu dengan kepentingan umum. Upaya menghormati, melindungi,
dan menjunjung tinggi hak asasi manusia menjadi kewajiban dan
tanggung jawab bersama antara individu dan pemerintah.

2.

Hak asasi manusia dalam UUD 1945 (sebelum amandemen) hanya
tercantum pada pasal 27 sampai dengan pasal 34 saja dan tidak ada
pasal dan bab khusus mengenai hak asasi. Pasal – pasal ini
mencantumkan hak persamaan dalam hukum dan pemerintahan dan hak
mendapat pekerjaan yang layak (pasal 27 ayat (1) dan (2)), jaminan
kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan (pasal 28), jaminan untuk memeluk agama dan
beribadah menurut agama dan kepercayaan (pasal 29 ayat (2)), hak
untuk membela negara (pasal 30 ayat(1)), hak mendapatkan pengajaran
(pasal 31 ayat (1)), hak untuk mengembangkan kebudayaan (pasal 32),
hak berekonomi (pasal 33 ayat (1) sampai dengan (3)), dan hak sosial
bagi fakir miskin dan anak terlantar untuk dipelihara oleh negara (pasal
34).

3.

Setelah amandemen ke-4 tahun 2002, UUD 1945 disempurnakan
rincian tentang HAM menjadi lebih banyak dan lengkap. Di samping
pasal-pasal terdahulu masih dipertahankan, dimunculkan pula bab baru

13 1
yang berjudul bab XA tentang HAM bererta pasal – pasal tambahannya
(pasal 28A sampai 28J).
4.

UUD 1945 hasil amandemen sudah memuat masalah – masalah hak
asasi manusia secara rinci sehingga pelaksanaannya tidak lagi dijadikan
residu kekuasaan melainkan kekuasaanlah yang menjadi residu hak
asasi manusia. Berdasarkan UUD 1945 sebelum amandemen masalah
hak asasi manusia diatur secara singkat yang pelaksanaannya
didistribusikan kepada lembaga legislatif sehingga menjadi alat
kekuasaan. Itulah sebabnya, baik di zaman Orde Lama maupun Orde
Baru banyak terjadi kekerasan dan pelanggaran terhadap hak asasi
manusia. Namun sekarang hal tersebut tak mudah lagi dilakukan karena
UUD 1945 hasil amandemen memuat rincian mengenai hak asasi
manusia, sistem pengawasan politik, serta pengawasan hukum terhadap
pemerintah secara lebih lengkap sehingga tidak dapat dengan mudah
melakukan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Walaupun
demikian, bukan berarti sekarang ini Indonesia bebas dari segala bentuk
pelanggaran hak asasi manusia.

3.1. Saran
Peraturan tentang pelaksanaan dan jaminan hak asasi manusia memang
penting untuk terus menerus dikoreksi, tidak saja secara konsepsional dan
pengaturannya, tetapi tantangannya adalah bagaimana Indonesia mampu
mengimplementasikan penerapan pelaksanaan peraturan tentang hak asasi
manusia yang sesuai dengan UUD 1945 di tengah situasi yang menyuguhkan
politik hak asasi manusia yang mistifikatif. Dalam situasi demikian, konstitusi
Indonesia perlu terus menerus didorong untuk secara berani dan tegas menjamin
serta melindungi hak-hak asasi manusia yang telah memiliki landasan hukum
tertinggi sebagai hak-hak konstitusional. Dengan begitu, pembatasan kekuasaan
secara sewenang-wenang akan terkelola.

17
14
DAFTAR RUJUKAN

Al Hakim, S. dkk. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan : Dalam Konteks
Indonesia. Malang : Penerbit Universitas Negeri Malang.
Elsam & LCHR. 1995. Atas Nama Pembangunan: Bank Dunia dan Hak Asasi
Manusia di Indonesia. Jakarta: Elsam.
Indrayana, D. 2007. Amandemen UUD 1945 : Antara Mitos dan Pembongkaran.
Bandung : PT Mizan Pustaka.
Lubis, T.M. 2004. Jalan Panjang Hak Asasi Manusia. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Poerbopranoto, K. 1953. Hak Asasi Manusia dan Pancasila Dasar Negara
Republik Indonesia. Jakarta : JB. Wolters.
Pramudya, W.(Ed.). 2004. Cak Munir, Engkau Tak Pernah Pergi. Jakarta : Gagas
Media.
Purwantoro, G., Sulasmini, E. 2012. UUD 1945 Sebelum dan Sesudah
Amandemen & GBHN 33 Propinsi di Indonesia. Surabaya :
Bintang Surabaya.
TAP MPR No. XVII/MPR/1998 Tentang Hak Asasi Manusia. 1998. Majelis
Permusyawatan Rakyat. (Online). (http://www.mpr.go.id). Diakses
31 Maret 2013. Pukul 00:51 WIB.
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah : Skripsi,
Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan
Penelitian. Edisi Kelima. Malang : Universitas Negeri Malang.
UU RI No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional 2005-2025. 2007. Jakarta : PT Sinar Grafika.
UU RI No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. 1999. Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia. (Online). (http://www.komnasham.go.id).
Diakses 20 Maret 2013. Pukul 23:40 WIB.
Wiratraman, R.H.P. 2007. Konsorsium Reformasi Hukum Nasional. Hak – Hak
Konstitusional Warga Negara Setelah Amandemen UUD 1945 :
Konsep, Pengaturan, dan Dinamika Implementasi.1 (1). (Online),
(http://herlambangperdana.files.wordpress.com),
diakses
15
Februari 2013. Pukul 20:30 WIB.
Yayasan Obor Indonesia. 2007. Panduan Bantuan Hukum di Indonesia :
Pedoman Anda Memami dan Menyelesaikan Masalah Hukum.
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

15 1

More Related Content

What's hot

Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraanPancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraanElla Feby
 
Masa Pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru
Masa Pemerintahan Orde Lama dan Orde BaruMasa Pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru
Masa Pemerintahan Orde Lama dan Orde BaruKiki Evi Wahyuliana
 
Latar belakang pendidikan kewarganegaraan bg 1
Latar belakang pendidikan kewarganegaraan bg 1Latar belakang pendidikan kewarganegaraan bg 1
Latar belakang pendidikan kewarganegaraan bg 1Doan Gabriel Silalahi
 
Hierarki peraturan perundang undangan
Hierarki peraturan perundang undanganHierarki peraturan perundang undangan
Hierarki peraturan perundang undanganNailuredha Hermanto
 
Perbandingan 3 UU (UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, UUD Sementara 1950)
Perbandingan 3 UU (UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, UUD Sementara 1950)Perbandingan 3 UU (UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, UUD Sementara 1950)
Perbandingan 3 UU (UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, UUD Sementara 1950)Siti Hardiyanti
 
3 uud indonesia
3 uud indonesia3 uud indonesia
3 uud indonesiaMystic333
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatRika Mouri
 
UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraUUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraRizza Magfira
 
TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...
TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...
TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...Agnes Yodo
 
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa IndonesiaPancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa IndonesiaRiska Yuliatiningsih
 
Hubungan pancasila dan UUD 1945
Hubungan pancasila dan UUD 1945Hubungan pancasila dan UUD 1945
Hubungan pancasila dan UUD 1945Trisna Monalia
 
Bentuk dan kedaulatan negara pkn bab 3
Bentuk dan kedaulatan negara pkn bab 3Bentuk dan kedaulatan negara pkn bab 3
Bentuk dan kedaulatan negara pkn bab 3fatimaharyenfa
 
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasilaJelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasilaSusanti Susanti
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
 
Proses perumusan pancasila sbg dasar negara
Proses perumusan pancasila sbg dasar negaraProses perumusan pancasila sbg dasar negara
Proses perumusan pancasila sbg dasar negaraAna Fitrotunnisa
 

What's hot (20)

Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraanPancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
 
Masa Pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru
Masa Pemerintahan Orde Lama dan Orde BaruMasa Pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru
Masa Pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru
 
Latar belakang pendidikan kewarganegaraan bg 1
Latar belakang pendidikan kewarganegaraan bg 1Latar belakang pendidikan kewarganegaraan bg 1
Latar belakang pendidikan kewarganegaraan bg 1
 
Hierarki peraturan perundang undangan
Hierarki peraturan perundang undanganHierarki peraturan perundang undangan
Hierarki peraturan perundang undangan
 
Perbandingan 3 UU (UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, UUD Sementara 1950)
Perbandingan 3 UU (UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, UUD Sementara 1950)Perbandingan 3 UU (UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, UUD Sementara 1950)
Perbandingan 3 UU (UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, UUD Sementara 1950)
 
Pancasila sebagai Dasar Negara
Pancasila sebagai Dasar NegaraPancasila sebagai Dasar Negara
Pancasila sebagai Dasar Negara
 
3 uud indonesia
3 uud indonesia3 uud indonesia
3 uud indonesia
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat
 
UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraUUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
 
TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...
TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...
TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...
 
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa IndonesiaPancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
 
3. perkembangan ham di dunia
3. perkembangan ham di dunia3. perkembangan ham di dunia
3. perkembangan ham di dunia
 
Hubungan pancasila dan UUD 1945
Hubungan pancasila dan UUD 1945Hubungan pancasila dan UUD 1945
Hubungan pancasila dan UUD 1945
 
Bentuk dan kedaulatan negara pkn bab 3
Bentuk dan kedaulatan negara pkn bab 3Bentuk dan kedaulatan negara pkn bab 3
Bentuk dan kedaulatan negara pkn bab 3
 
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasilaJelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
 
Gagasan Amandemen UUD 1945
Gagasan Amandemen UUD 1945Gagasan Amandemen UUD 1945
Gagasan Amandemen UUD 1945
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
 
Proses perumusan pancasila sbg dasar negara
Proses perumusan pancasila sbg dasar negaraProses perumusan pancasila sbg dasar negara
Proses perumusan pancasila sbg dasar negara
 
Makalah kalimat
Makalah   kalimatMakalah   kalimat
Makalah kalimat
 
Ppt Demokrasi Pancasila
Ppt Demokrasi PancasilaPpt Demokrasi Pancasila
Ppt Demokrasi Pancasila
 

Similar to KONSEPSI PELAKSANAAN HAM SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945

Hak dan kewajiban manusia
Hak dan kewajiban manusiaHak dan kewajiban manusia
Hak dan kewajiban manusiaHafiza .h
 
Hak dan kewajiban warga negara indonesia
Hak dan kewajiban warga negara indonesiaHak dan kewajiban warga negara indonesia
Hak dan kewajiban warga negara indonesiaMuhammadArief525738
 
Hak Dan kewajiban Dapat Menimbulkan Keadilan
Hak Dan kewajiban Dapat Menimbulkan KeadilanHak Dan kewajiban Dapat Menimbulkan Keadilan
Hak Dan kewajiban Dapat Menimbulkan KeadilanSyaifOer
 
hak dan kewajiban negara.pptx
hak dan kewajiban negara.pptxhak dan kewajiban negara.pptx
hak dan kewajiban negara.pptxASMahardika
 
Perlindungan hukum potensi nasional
Perlindungan hukum potensi nasionalPerlindungan hukum potensi nasional
Perlindungan hukum potensi nasionalAhmad Solihin
 
Makalah HAK ASASI MANUSIA
Makalah HAK ASASI MANUSIA Makalah HAK ASASI MANUSIA
Makalah HAK ASASI MANUSIA salsa moyara
 
Pengingkaran kewajiban warga negara
Pengingkaran kewajiban warga negaraPengingkaran kewajiban warga negara
Pengingkaran kewajiban warga negaraPrisma Rozandika
 
Hak dan Kewajiban Warga Negara - Kelompok 1.pptx
Hak dan Kewajiban Warga Negara - Kelompok 1.pptxHak dan Kewajiban Warga Negara - Kelompok 1.pptx
Hak dan Kewajiban Warga Negara - Kelompok 1.pptxRenggiNovinta
 
Hak asasi manusia
Hak asasi manusiaHak asasi manusia
Hak asasi manusiairvan sidik
 
Tugas pendidikan kewarganegaraan
Tugas pendidikan kewarganegaraan Tugas pendidikan kewarganegaraan
Tugas pendidikan kewarganegaraan Risky Saputra
 
Makalah landasan hubungan uud 1945 dan negara kesatuan indonesia
Makalah landasan hubungan uud 1945 dan negara kesatuan indonesiaMakalah landasan hubungan uud 1945 dan negara kesatuan indonesia
Makalah landasan hubungan uud 1945 dan negara kesatuan indonesiaRekha Zahari
 
Buku pelaksanaan pancasila dan uud 1945
Buku pelaksanaan pancasila dan uud 1945Buku pelaksanaan pancasila dan uud 1945
Buku pelaksanaan pancasila dan uud 1945juniska efendi
 

Similar to KONSEPSI PELAKSANAAN HAM SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945 (20)

PKWN.pptx
PKWN.pptxPKWN.pptx
PKWN.pptx
 
Hak dan kewajiban manusia
Hak dan kewajiban manusiaHak dan kewajiban manusia
Hak dan kewajiban manusia
 
Hak dan kewajiban warga negara indonesia
Hak dan kewajiban warga negara indonesiaHak dan kewajiban warga negara indonesia
Hak dan kewajiban warga negara indonesia
 
Makalah pkn
Makalah pknMakalah pkn
Makalah pkn
 
Kelompok 5.pptx
Kelompok 5.pptxKelompok 5.pptx
Kelompok 5.pptx
 
Presentasi uud 1945
Presentasi uud 1945Presentasi uud 1945
Presentasi uud 1945
 
Hak Dan kewajiban Dapat Menimbulkan Keadilan
Hak Dan kewajiban Dapat Menimbulkan KeadilanHak Dan kewajiban Dapat Menimbulkan Keadilan
Hak Dan kewajiban Dapat Menimbulkan Keadilan
 
hak dan kewajiban negara.pptx
hak dan kewajiban negara.pptxhak dan kewajiban negara.pptx
hak dan kewajiban negara.pptx
 
Perlindungan hukum potensi nasional
Perlindungan hukum potensi nasionalPerlindungan hukum potensi nasional
Perlindungan hukum potensi nasional
 
Makalah HAK ASASI MANUSIA
Makalah HAK ASASI MANUSIA Makalah HAK ASASI MANUSIA
Makalah HAK ASASI MANUSIA
 
Pkn
Pkn Pkn
Pkn
 
ham.pptx
ham.pptxham.pptx
ham.pptx
 
Pengingkaran kewajiban warga negara
Pengingkaran kewajiban warga negaraPengingkaran kewajiban warga negara
Pengingkaran kewajiban warga negara
 
Hak dan Kewajiban Warga Negara - Kelompok 1.pptx
Hak dan Kewajiban Warga Negara - Kelompok 1.pptxHak dan Kewajiban Warga Negara - Kelompok 1.pptx
Hak dan Kewajiban Warga Negara - Kelompok 1.pptx
 
Hak dan kewajiban warga negara
Hak dan kewajiban warga negaraHak dan kewajiban warga negara
Hak dan kewajiban warga negara
 
Hak asasi manusia
Hak asasi manusiaHak asasi manusia
Hak asasi manusia
 
Tugas pendidikan kewarganegaraan
Tugas pendidikan kewarganegaraan Tugas pendidikan kewarganegaraan
Tugas pendidikan kewarganegaraan
 
Pancasila
PancasilaPancasila
Pancasila
 
Makalah landasan hubungan uud 1945 dan negara kesatuan indonesia
Makalah landasan hubungan uud 1945 dan negara kesatuan indonesiaMakalah landasan hubungan uud 1945 dan negara kesatuan indonesia
Makalah landasan hubungan uud 1945 dan negara kesatuan indonesia
 
Buku pelaksanaan pancasila dan uud 1945
Buku pelaksanaan pancasila dan uud 1945Buku pelaksanaan pancasila dan uud 1945
Buku pelaksanaan pancasila dan uud 1945
 

More from Rizqiana Yogi Cahyaningtyas

RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas1 (rizqiana)
RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas1 (rizqiana)RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas1 (rizqiana)
RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas1 (rizqiana)Rizqiana Yogi Cahyaningtyas
 
PESAWAT ANGKAT : Derek Uap, Alat Pengangkat Mobil, dan Kran Hidrolik
PESAWAT ANGKAT : Derek Uap, Alat Pengangkat Mobil, dan Kran HidrolikPESAWAT ANGKAT : Derek Uap, Alat Pengangkat Mobil, dan Kran Hidrolik
PESAWAT ANGKAT : Derek Uap, Alat Pengangkat Mobil, dan Kran HidrolikRizqiana Yogi Cahyaningtyas
 
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran_Dasar Kompetensi Kejuruan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran_Dasar Kompetensi KejuruanRencana Pelaksanaan Pembelajaran_Dasar Kompetensi Kejuruan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran_Dasar Kompetensi KejuruanRizqiana Yogi Cahyaningtyas
 

More from Rizqiana Yogi Cahyaningtyas (20)

2 RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas2
2 RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas22 RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas2
2 RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas2
 
RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas1 (rizqiana)
RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas1 (rizqiana)RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas1 (rizqiana)
RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas1 (rizqiana)
 
RPP Pembuatan Inti dan Cetakan
RPP Pembuatan Inti dan CetakanRPP Pembuatan Inti dan Cetakan
RPP Pembuatan Inti dan Cetakan
 
Presentasi Turbin Air
Presentasi Turbin AirPresentasi Turbin Air
Presentasi Turbin Air
 
Laporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum PengelasanLaporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum Pengelasan
 
Laporan Observasi PLTMH dan PLTS
Laporan Observasi PLTMH dan PLTSLaporan Observasi PLTMH dan PLTS
Laporan Observasi PLTMH dan PLTS
 
MAKALAH Mesin Pendingin
MAKALAH Mesin PendinginMAKALAH Mesin Pendingin
MAKALAH Mesin Pendingin
 
Portofolio Evaluasi Pendidikan
Portofolio Evaluasi PendidikanPortofolio Evaluasi Pendidikan
Portofolio Evaluasi Pendidikan
 
Perencanaan Poros Pisau Mesin Pemarut Kelapa
Perencanaan Poros Pisau Mesin Pemarut KelapaPerencanaan Poros Pisau Mesin Pemarut Kelapa
Perencanaan Poros Pisau Mesin Pemarut Kelapa
 
PESAWAT ANGKAT : Derek Uap, Alat Pengangkat Mobil, dan Kran Hidrolik
PESAWAT ANGKAT : Derek Uap, Alat Pengangkat Mobil, dan Kran HidrolikPESAWAT ANGKAT : Derek Uap, Alat Pengangkat Mobil, dan Kran Hidrolik
PESAWAT ANGKAT : Derek Uap, Alat Pengangkat Mobil, dan Kran Hidrolik
 
Rangkuman Teknik Tenaga Listrik
Rangkuman Teknik Tenaga ListrikRangkuman Teknik Tenaga Listrik
Rangkuman Teknik Tenaga Listrik
 
Laporan Praktikum Pemesinan
Laporan Praktikum PemesinanLaporan Praktikum Pemesinan
Laporan Praktikum Pemesinan
 
Makalah Tes dan Nontes
Makalah Tes dan NontesMakalah Tes dan Nontes
Makalah Tes dan Nontes
 
Presentasi Tes dan Non Tes
Presentasi Tes dan Non Tes Presentasi Tes dan Non Tes
Presentasi Tes dan Non Tes
 
Perawatan Mesin Bubut
Perawatan Mesin Bubut Perawatan Mesin Bubut
Perawatan Mesin Bubut
 
Makalah Pengujian Tarik Tekan
Makalah Pengujian Tarik TekanMakalah Pengujian Tarik Tekan
Makalah Pengujian Tarik Tekan
 
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran_Dasar Kompetensi Kejuruan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran_Dasar Kompetensi KejuruanRencana Pelaksanaan Pembelajaran_Dasar Kompetensi Kejuruan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran_Dasar Kompetensi Kejuruan
 
Modul Dasar Otomasi
Modul Dasar OtomasiModul Dasar Otomasi
Modul Dasar Otomasi
 
Makalah Jangka Sorong dan Mikrometer
Makalah Jangka Sorong dan MikrometerMakalah Jangka Sorong dan Mikrometer
Makalah Jangka Sorong dan Mikrometer
 
Portofolio Pengantar Pendidikan
Portofolio Pengantar PendidikanPortofolio Pengantar Pendidikan
Portofolio Pengantar Pendidikan
 

KONSEPSI PELAKSANAAN HAM SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945

  • 1. SENIN 3-4 KONSEPSI PELAKSANAAN HAK ASASI MANUSIA SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945 MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Pendidikan Kewarganegaraan yang dibina oleh Bapak Gatot Isnani Oleh Rizqiana Yogi Cahyaningtyas (32) 085735153073 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN Maret 2013
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, inayah, dan hidayah-Nya, karena hanya dengan karunia-Nya itulah penyusunan makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Tugas makalah ini dikerjakan dalam rangka memenuhi tugas Matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan di program studi S-1 Pendidikan Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin FT UM yang dibina oleh Bapak Gatot Isnani. Teselesaikannnya tugas makalah ini telah melibatkan berbagai pihak. Untuk sumbang saran yang konstruktif yang telah diberikan, penulis patut menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak Gatot Isnani selaku dosen matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah membimbing selama proses pembelajaran, 2. Teman – teman offering A3 yang yang telah berpartisipasi dalam proses pembelajaran, 3. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung mendukung terselesaikannya makalah ini. Semoga atas bantuan moril dan materiil tersebut, Allah SWT senantiasa melimpahkan kekuatan dan petunjuk – Nya sebagai amal sholeh dan senantiasa mendapat balasan karunia yang berlimpah dari – Nya. Malang, Maret 2013 Penulis i1
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………………… i DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………………………………………………. 1 1.2. Rumusan Masalah………………………………………….... 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Hak Asasi Manusia………………………………. 3 2.2. Pasal – Pasal Lama yang Mengatur tentang Hak Asasi Manusia……………………….. 3 2.3. Pasal – Pasal Baru yang Mengatur tentang Hak Asasi Manusia…………………………………... 5 2.4. Pelaksanaan Hak Asasi Manusia Sebelum dan Sesudah Diamandemennya UUD 1945………………….. 8 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan……………………………………………………. 13 3.2. Saran…………………………………………………………... 14 DAFTAR RUJUKAN…………………………………………………….. 15 ii 3
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hasil amandemen UUD 1945 telah mengubah sistem ketatanegaraan Indonesia salah satunya adalah mengenai jaminan hak asasi manusia yang semakin meluas. Dari kualitas jaminan hak-haknya, UUD 1945 mengatur jauh lebih lengkap dibandingkan sebelum amandemen (Wiratraman, 2007:1). Terdapat tambahan bab baru yang khusus membahas tentang jaminan hak asasi manusia yaitu BAB XA. Tidak hanya pada bab baru, jaminan terhadap hak asasi manusia juga dicantumkan di luar bab XA tersebut. Hal ini membuktikan keseriusan pemerintah dalam mewujudkan cita – cita bangsa Indonesia yang terdapat pada pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Meluasnya jaminan hak asasi manusia dalam pasal – pasal UUD 1945 tentu berpengaruh besar terhadap sistem ketatanegaraan republik Indonesia terutama berkaitan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat. Sebelum diamandemennya UUD 1945 yaitu pada masa orde baru dan orde lama, konsepsi jaminan hak asasi manusia justru hampir tidak diimplementasikan. Kita tentu dapat melihat banyaknya pelanggaran hak asasi manusia yang disebabkan oleh kesewenang – wenangan pemerintah yang cenderung otoriter dan membatasi hak – hak warga negaranya. Walaupun demikian, menguatnya hak asasi manusia secara tekstual, tidak serta merta memberikan jawaban tuntas atas masalah hak asasi manusia secara implementasinya. Perluasan kepada hak asasi manusia dalam UUD 1945 pasca amandemen tentu tidak dapat sepenuhnya menjunjung kepentingan warga negara Indonesia. Terbukti dengan masih adanya pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia dan belum meratanya kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Sejarah menunjukkan bahwa penegakan hak asasi manusia lebih berhasil ketika datang rezim baru menggantikan rezim lama… tetapi mustahil untuk mengatakan bahwa pergantian rezim di negeri ini berhasil mendudukkan seratus persen rezim baru yang terbebas dari rezim Soeharto (Lubis, 2006 : 9). Namun terlepas dari itu, tentu saja penerapan dan pelaksanaan sebuah undang-undang dasar akan sangat dipengaruhi oleh situasi perkembangan zaman, 11
  • 5. serta kedewasaan bernegara para pelaksananya. Adanya semangat para penyelenggara negara yang benar-benar berjiwa kenegarawanan, mutlak diperlukan untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan rumusan sebuah undangundang dasar. Tanpa itu semua, undang-undang dasar yang baik dan sempurna pun, dapat diselewengkan ke arah yang berlawanan. 2.1. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian hak asasi manusia? 2. Apa saja pasal – pasal lama yang mengatur tentang hak asasi manusia? 3. Apa saja pasal – pasal baru yang mengatur tentang hak asasi manusia? 4. Bagaimana pelaksanaan hak asasi manusia sebelum dan sesudah amandemen UUD 1945? Teknis penulisan makalah ini berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Universitas Negeri Malang (UM, 2010). 25
  • 6. BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Hak Asasi Manusia Hak Asasi Manusia (HAM) mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia karena persoalannya berkaitan langsung dengan hak dasar yang dimiliki manusia yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, karena itu pada dasarnya setiap manusia memiliki martabat yang sama maka, dalam hal hak asasi mereka harus mendapat perlakuan yang sama, walaupun kondisi mereka berbeda-beda. Martabat manusia, sebagai substansi sentral hak-hak asasi manusia di dalamnya mengandung aspek bahwa manusia memiliki hubungan secara eksistensial dengan Tuhannya (Al-Hakim,dkk, 2012 : 60). Menurut Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal (1), bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hak itu merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Dalam bagian Pendekatan dan Substansi TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia dijelaskan bahwa hak asasi manusia adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati dan universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, dan berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan manusia, dan masyarakat yang tidak boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu gugat oleh siapapun. 2.2. Pasal – Pasal Lama yang Mengatur tentang Hak Asasi Manusia. Berbicara tentang posisi hak asasi manusia dalam konstitusi mengharuskan pembicaraan tentang konsep dasar konstitusi itu sendiri. Konstitusi biasanya dikaitkan dengan hukum dasar suatu negara. Sebagai hukum dasar, setiap peraturan yang dibuat atau tindakan negara tidak boleh bertentangan dengan peraturan di dalam konstitusi. Sebagai hukum tertinggi maka, jaminan hak asasi manusia dalam UUD 1945 berarti memberi landasan hukum tertinggi di Indonesia bagi pengakuan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak asasi setiap manusia. 31
  • 7. Akan tetapi konstitusi tidak cukup hanya dilihat sebagai hukum dasar sebab konstitusi juga merupakan hasil mediasi dari berbagai kekuatan dan kepentingan. Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa konstitusi juga dapat dimanipulasi terutama oleh mereka yang memiliki kekuasaan. Hal ini pernah dialami konstitusi Indonesia. Sebelum Undang-Undang Dasar 1945 diamandemen terdapat 6 pasal yang secara eksplisit berurusan dengan hak asasi manusia, antara lain hak bekerja, berkumpul dan menyatakan pendapat, berorganisasi, serta hak memeluk agama menurut keyakinan masing-masing (Panduan Bantuan Hukum di Indonesia : Pedoman Anda Memami dan Menyelesaikan Masalah Hukum, 2007 : 313). Rumusan hak yang dijamin di dalam UUD 1945 sebelum amandemen begitu singkat sehingga dapat memberi kuasa kepada rezim yang berkuasa untuk membuat peraturan berdasarkan kepentingannya. Akibatnya hak-hak asasi manusia yang dijamin di dalamnya dapat dengan mudah dikesampingkan bahkan dilanggar. Tabel 2.1. Pasal – Pasal Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 Sebelum Amandemen No. Pasal Isi Pasal 1. Pasal 27 ayat (1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 2. Pasal 27 ayat (2) Tiap – tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. 3. Pasal 28 Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang – undang. 4. Pasal 29 ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. 5. Pasal 30 ayat (1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara. 6. Pasal 31 ayat (1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. 7. Pasal 32 Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia. 8. Pasal 33 ayat (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. 9. Pasal 33 ayat (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. 10. Pasal 33 ayat (3) Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. 47
  • 8. 11. Pasal 34 Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. (Purwantoro & Sulasmini, 2012 : 8-9) 2.3. Pasal – Pasal Baru yang Mengatur tentang Hak Asasi Manusia Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak keamanan, dan hak kesejahteraan, yang oleh karena itu tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun. Selanjutnya manusia juga mempunyai hak dan tanggung jawab yang timbul sebagai akibat perkembangan kehidupannya dalam masyarakat. Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1948 telah mengeluarkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights). Oleh karena itu bangsa Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa mempunyai tanggung jawab untuk menghormati ketentuan yang tercantum dalam deklarasi tersebut. Memasukkan hak-hak asasi manusia ke dalam pasal-pasal konstitusi merupakan salah satu ciri konstitusi modern. Setidaknya, dari 120an konstitusi di dunia, ada lebih dari 80 persen diantaranya yang telah memasukkan pasal-pasal hak asasi manusia, utamanya pasal-pasal dalam DUHAM. Perkembangan ini sesungguhnya merupakan konsekuensi tata pergaulan bangsa-bangsa sebagai bagian dari komunitas internasional, utamanya melalui organ Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sejak dideklarasikannya sejumlah hak-hak asasi manusia dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia atau biasa disebut DUHAM 1948 (Universal Declaration of Human Rights), yang kemudian diikuti oleh sejumlah kovenan maupun konvensi internasional tentang hak asasi manusia, maka secara bertahap diadopsi oleh negara-negara sebagai bentuk pengakuan rezim normatif internasional yang dikonstruksi untuk menata hubungan internasional (Wiratraman, 2007:3). DUHAM 1948 kemudian banyak diadopsi dalam Konstitusi RIS maupun UUD Sementara 1950, dimana konstitusi-konstitusi tersebut merupakan konstitusi yang paling berhasil memasukkan hak asasi manusia hampir keseluruhan pasalpasal hak asasi manusia yang diatur dalam DUHAM (Poerbopranoto, 1953 : 92). 51
  • 9. Rujukan yang melatarbelakangi perumusan UUD 1945 Bab XA (Hak Asasi Manusia) adalah TAP MPR Nomor XII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Ketetapan MPR tersebut pula yang kemudian melahirkan Undang – Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Tabel 2.2 Kualifikasi Pasal – Pasal Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 Pasca Amandemen No. Bab XI A (Hak Asasi Manusia) Di Luar Bab XI A Pasal Tentang Pasal Tentang 1. 28A dan 28I Hak untuk hidup 28 Kemerdekaan ayat (1) berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan 2. 28D ayat (1) Hak atas 29 ayat (2) Hak untuk pengakuan, beragama dan jaminan, berkepercayaan perlindungan, dan kepastian hokum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. 3. 28D ayat (3) Hak atas kesempatan yang sama dalam pemerintahan 4. 28D ayat (4) Hak atas status dan 28E ayat kewarganegaraan (1) dan hak berpindah 5. 28E ayat (1) Kebebasan dan 28I ayat beragama (1) 6. 28E ayat (2) Hak atas kebebasan dan 28I ayat meyakini (1) kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya 7. 28E ayat (3) Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat 8. 28F Hak untuk 69
  • 10. berkomunikasi dan memperoleh informasi Hak atas rasa aman dan bebas dari ancaman Bebas dari penyiksaan 9. 28G ayat (1) 10. 11. 28G ayat (2) dan 28I ayat (1) 28G ayat (2) 12. 28I ayat (1) 13. 28I ayat (1) 14. 28I ayat (1) 15. 28I ayat (2) 16. 28B ayat (1) 17. 28B ayat (2) Hak anak 27 ayat (2) 18. 28C ayat (1) 31 19. 28C ayat (2) Pemenuhan kebutuhan dasar dan pendidikan Hak untuk memajukan dirinya secara kolektif 20. 28D ayat (2) 33 ayat (3) 21. 28E ayat (1) Hak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja Hak untuk memilih pendidikan dan pengajaran Hak memperoleh suaka politik Hak untuk tidak diperbudak Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut Hak untuk tidak diperlakukan diskriminatif Hak untuk memiliki 18B ayat (2) keturunan 32 ayat (1) 34 ayat (1) Pengakuan hukum dan hak adat tradisional Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak Hak atas pendidikan Kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya Hak atas akses sumber daya alam untuk kesejahteraan rakyat Hak untuk mendapat pemeliharaan bagi fakir miskin 71
  • 11. 22. 28E ayat (1) Hak untuk memilih pekerjaan 23. 28H ayat (1) Hak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat 24. 28H ayat (1) Hak atas pelayanan kesehatan 25. 28H ayat (2) Hak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama 26. 28H ayat (3) Hak atas jaminan sosial 27. 28H ayat (4) Perlindungan hak milik 28. 28I ayat (3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional (Wiratraman, 2007:5-7) 34 ayat (2) 34 ayat (3) dan anak-anak terlantar Hak atas jaminan sosial Hak atas pelayanan Dengan pasal-pasal hak asasi manusia yang diperlihatkan di atas, maka terpetakan bahwa: (1) Pasal-pasalnya tidak hanya di dalam Bab XIA namun sebagian terlihat pula di luar Bab XIA; (2) UUD 1945 hasil amandemen telah mengatur jauh lebih banyak dan lebih lengkap dibandingkan sebelumnya; (3) Banyak sekali ditemukan kesamaan substantif pada sejumlah pasal-pasal hak asasi manusia, sehingga secara konseptual tumpang tindih, repetitif dan pengaturannya tidak ramping. Misalnya, hak untuk beragama maupun berkepercayaan diatur dalam tiga pasal, yakni pasal 28E ayat (2), pasal 28I ayat (1), dan pasal 29. 2.4. Pelaksanaan Hak Asasi Manusia Sebelum dan Sesudah Amandemen UUD 1945. Harus diakui pada masa Orde Baru dari segi pembangunan fisik memang ada dan keamanan terkendali, tetapi pada masa Orde Baru demokrasi tidak ada, kalangan intelektual dibelenggu, pers di daerah dibungkam, KKN dan pelanggaran hak asasi manusia terjadi di mana-mana. 11 8
  • 12. Soeharto, presiden Republik Indonesia ke-2, menduduki tahta kepresidenan Indonesia selama 32 tahun. Itu berarti, Soeharto telah memenangkan sekitar enam kali pemilihan umum (Pemilu). Presiden Soeharto mengkondisikan kehidupan politik yang sentralistik untuk melanggengkan kekuasaan sehingga salah satu hak sebagai warga negara untuk mendapatkan kedudukan dalam pemerintahan menjadi hak yang sulit didapatkan. Salah satu di antara mekanisme yang digunakan untuk membantu Golkar agar selalu menang dalam setiap Pemilu adalah kewajiban bagi para pegawai negeri sipil untuk selalu mendukung Golkar (Indrayana, 2007 : 143). Rendahnya transparansi pengelolaan negara juga menjadi salah satu keburukan pemerintahan Orde Baru. Transparansi merupakan bentuk kredibilitas dan akuntabilitasnya. Pada masa Orde Baru, hak penyiaran dikekang. Berita-berita televisi dan surat kabar tidak boleh membicarakan keburukan-keburukan pemerintahan, kritik terhadap pemerintah, dan berita-berita yang dapat mengganggu stabilitas dan keamanan nasional. Pemerintah Soeharto menerapkan sistem sensor yang ketat untuk membatasi kebebasan pers (Indrayana, 2007 : 172). Kemerdekaan berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dikebiri atas nama stabilisasi politik dan ekonomi, dan hal tersebut tampak jelas dalam sejumlah kasus seperti pemberangusan simpatisan PKI di tahun 1965-1967, peristiwa Priok, dan penahanan serta penculikan aktivis partai pasca kudatuli. Sementara penyingkiran hak-hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan terlihat menyolok dalam kasus pembunuhan aktivis buruh Marsinah, pengusiran warga Kedungombo (Elsam & LCHR, 1995 : 179), dan pembunuhan 4 petani di waduk Nipah Sampang. Pelajaran berharga di masa itu, meskipun jaminan hak asasi manusia telah diatur jelas dalam konstitusi, tidak serta merta di tengah rezim militer otoritarian akan mengimplementasikannya seiring dengan teks-teks konstitusional untuk melindungi hak-hak asasi manusia. Lemahnya fungsi lembaga perwakilan rakyat menjadi salah satu keburukan Orde Baru. Dewan Perwakilan Rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rakyat menjadi semacam boneka yang dikendalikan oleh pemimpin negara. Dalam hal 91
  • 13. ini, hak mengeluarkan pendapat yang berupa aspirasi-aspirasi dan keinginan rakyat tidak mampu diwujudkan oleh pemerintah. Hukum yang diskriminatif menjadi keburukan Orde Baru selanjutnya. Hukum hanya berlaku bagi masyarakat biasa atau masyarakat menengah ke bawah. Pejabat dan kelas atas menjadi golongan yang kebal hukum. Hak masyarakat untuk mendapatkan perlakukan yang sama di depan hukum menjadi hal yang sangat langka. Perlindungan hak asasi manusia dalam Orde Baru memang dirasa masih lemah. Meski demikian, Orde Baru memperlihatkan peran yang besar untuk menjaga stabilitas nasional. Stabilitas nasional ini memungkinkan negara untuk menjaga terlaksananya pelaksanaan perlindungan hak asasi manusia bagi masyarakat. Penyebab utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis moneter tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia. KKN semakin merajalela, sementara kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya ketimpangan sosial yang sangat mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial. Muncul demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan utama kaum demonstran adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total. Periode Reformasi diawali dengan pelengseran Soeharto dari kursi Presiden Indonesia oleh gerakan reformasi. Pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden RI dan menyerahkan jabatannya kepada wakil presiden B.J. Habibie. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde Baru dan dimulainya Orde Reformasi. Reformasi dalam bidang politik berhasil mengganti lima paket undangundang masa Orde Baru dengan tiga undang-undang politik yang lebih demokratis, yaitu : (1) Undang - Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik, (2) Undang - Undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum, dan (3) Undang - Undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan DPR/MPR. Kebijakan dalam bidang politik ini membawa pengaruh pada tata politik yang adil. Hak warga negara untuk mendapatkan kedudukan di bidang 13 10
  • 14. politik dan pemerintahan menjadi terbuka. DPR dan MPR mulai berfungsi dengan baik sebagai aspirasi rakyat untuk memperoleh hak-hak mereka. Kebebasan berekspresi dalam masyarakat mulai terangkat kembali. Hal ini terlihat dari munculnya partai-partai politik dari berbagai golongan dan ideologi. Masyarakat bisa menyampaikan kritik secara terbuka kepada pemerintah. Mereka bisa dengan bebas dan aktif mendiskusikan isu – isu kritis, termasuk urgennya mereformasi UUD 1945. Kebebasan berpendapat dan berekspresi ini mempengaruhi reformasi – reformasi konstitusi yang dihasilkan pada rentang waktu 1999 – 2002 (Indrayana, 2007 : 172). Selain itu, hak dalam berpendapat yang diwujudkan dalam kebebasan pers juga lebih dijunjung tinggi kedudukannya. Dengan pers, masyarakat dapat menyerukan aspirasi mereka. Hak masyarakat untuk mendapatkan informasi secara jelas dan terbuka pun mulai dibuka. Pemerintah Soeharto menerapkan sistem sensor yang ketat untuk membatasi kebebasan pers. Menteri Penerangan kala itu mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) No. 01 Tahun 1984 tentang Izin Penerbitan. Peraturan ini memberi kewenangan kepada Menteri Penerangan untuk mencabut SIUP atau lisensi penerbitan milik perusahaan media mana pun yang tidak mendukung kebijakan pemerintah. Pada bulan Juni 1998, pemerintah Habibie mencabut peraturan ini dan menyederhanakan prosedur pemberian surat izin bagi dunia penerbitan. Kebijakan ini melahirkan ratusan penerbitan baru dan era baru dalam kebebasan pers (Indrayana, 2007 : 172). Kekerasan negara seakan telah berkurang, meskipun sesungguhnya masih saja kerap terjadi, termasuk pelanggengan impunitas, yaitu kekerasan negara telah terjadi dalam beberapa kasus, misalnya pasca amandemen UUD 1945, peristiwa penembakan polisi maupun tentara yang menewaskan sejumlah masyarakat adat dan petani dalam kasus Bulukumba (Sulawesi Selatan), kasus Manggarai (Nusa Tenggara Timur), dan kasus Alas Tlogo (Jawa Timur) ; kekerasan terhadap pekerja pers (Kasus Tomy Winata vs. Tempo, dll.); dan kasus pembunuhan aktivis pembela HAM Munir. Lahirnya Undang - Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia; Undang - Undang Nomor. 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia; dan undang - undang lainnya yang didesakkan oleh lembaga – 11 1
  • 15. lembaga demokrasi dan hak asasi manusia ialah bukti kontribusi masyarakat sipil dalam mewujudkan demokrasi (Pramudya, 2004 : 54). 15 12
  • 16. BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan 1. Berdasarkan beberapa rumusan tentang definisi hak asasi manusia di atas, diperoleh suatu kesimpulan bahwa hak asasi manusia merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat, dan negara. Dengan demikian, hakikat penghormatan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia ialah menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan, yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan umum. Upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama antara individu dan pemerintah. 2. Hak asasi manusia dalam UUD 1945 (sebelum amandemen) hanya tercantum pada pasal 27 sampai dengan pasal 34 saja dan tidak ada pasal dan bab khusus mengenai hak asasi. Pasal – pasal ini mencantumkan hak persamaan dalam hukum dan pemerintahan dan hak mendapat pekerjaan yang layak (pasal 27 ayat (1) dan (2)), jaminan kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan (pasal 28), jaminan untuk memeluk agama dan beribadah menurut agama dan kepercayaan (pasal 29 ayat (2)), hak untuk membela negara (pasal 30 ayat(1)), hak mendapatkan pengajaran (pasal 31 ayat (1)), hak untuk mengembangkan kebudayaan (pasal 32), hak berekonomi (pasal 33 ayat (1) sampai dengan (3)), dan hak sosial bagi fakir miskin dan anak terlantar untuk dipelihara oleh negara (pasal 34). 3. Setelah amandemen ke-4 tahun 2002, UUD 1945 disempurnakan rincian tentang HAM menjadi lebih banyak dan lengkap. Di samping pasal-pasal terdahulu masih dipertahankan, dimunculkan pula bab baru 13 1
  • 17. yang berjudul bab XA tentang HAM bererta pasal – pasal tambahannya (pasal 28A sampai 28J). 4. UUD 1945 hasil amandemen sudah memuat masalah – masalah hak asasi manusia secara rinci sehingga pelaksanaannya tidak lagi dijadikan residu kekuasaan melainkan kekuasaanlah yang menjadi residu hak asasi manusia. Berdasarkan UUD 1945 sebelum amandemen masalah hak asasi manusia diatur secara singkat yang pelaksanaannya didistribusikan kepada lembaga legislatif sehingga menjadi alat kekuasaan. Itulah sebabnya, baik di zaman Orde Lama maupun Orde Baru banyak terjadi kekerasan dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Namun sekarang hal tersebut tak mudah lagi dilakukan karena UUD 1945 hasil amandemen memuat rincian mengenai hak asasi manusia, sistem pengawasan politik, serta pengawasan hukum terhadap pemerintah secara lebih lengkap sehingga tidak dapat dengan mudah melakukan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Walaupun demikian, bukan berarti sekarang ini Indonesia bebas dari segala bentuk pelanggaran hak asasi manusia. 3.1. Saran Peraturan tentang pelaksanaan dan jaminan hak asasi manusia memang penting untuk terus menerus dikoreksi, tidak saja secara konsepsional dan pengaturannya, tetapi tantangannya adalah bagaimana Indonesia mampu mengimplementasikan penerapan pelaksanaan peraturan tentang hak asasi manusia yang sesuai dengan UUD 1945 di tengah situasi yang menyuguhkan politik hak asasi manusia yang mistifikatif. Dalam situasi demikian, konstitusi Indonesia perlu terus menerus didorong untuk secara berani dan tegas menjamin serta melindungi hak-hak asasi manusia yang telah memiliki landasan hukum tertinggi sebagai hak-hak konstitusional. Dengan begitu, pembatasan kekuasaan secara sewenang-wenang akan terkelola. 17 14
  • 18. DAFTAR RUJUKAN Al Hakim, S. dkk. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan : Dalam Konteks Indonesia. Malang : Penerbit Universitas Negeri Malang. Elsam & LCHR. 1995. Atas Nama Pembangunan: Bank Dunia dan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Jakarta: Elsam. Indrayana, D. 2007. Amandemen UUD 1945 : Antara Mitos dan Pembongkaran. Bandung : PT Mizan Pustaka. Lubis, T.M. 2004. Jalan Panjang Hak Asasi Manusia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Poerbopranoto, K. 1953. Hak Asasi Manusia dan Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia. Jakarta : JB. Wolters. Pramudya, W.(Ed.). 2004. Cak Munir, Engkau Tak Pernah Pergi. Jakarta : Gagas Media. Purwantoro, G., Sulasmini, E. 2012. UUD 1945 Sebelum dan Sesudah Amandemen & GBHN 33 Propinsi di Indonesia. Surabaya : Bintang Surabaya. TAP MPR No. XVII/MPR/1998 Tentang Hak Asasi Manusia. 1998. Majelis Permusyawatan Rakyat. (Online). (http://www.mpr.go.id). Diakses 31 Maret 2013. Pukul 00:51 WIB. Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah : Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian. Edisi Kelima. Malang : Universitas Negeri Malang. UU RI No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025. 2007. Jakarta : PT Sinar Grafika. UU RI No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. 1999. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. (Online). (http://www.komnasham.go.id). Diakses 20 Maret 2013. Pukul 23:40 WIB. Wiratraman, R.H.P. 2007. Konsorsium Reformasi Hukum Nasional. Hak – Hak Konstitusional Warga Negara Setelah Amandemen UUD 1945 : Konsep, Pengaturan, dan Dinamika Implementasi.1 (1). (Online), (http://herlambangperdana.files.wordpress.com), diakses 15 Februari 2013. Pukul 20:30 WIB. Yayasan Obor Indonesia. 2007. Panduan Bantuan Hukum di Indonesia : Pedoman Anda Memami dan Menyelesaikan Masalah Hukum. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. 15 1