SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
1
MODUL
DASAR OTOMASI RANGKAIAN PNEUMATIK
1. Materi Pokok
Rangkaian pneumatik dasar otomasi.
2. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu mengkaji dasar-dasar teori untuk diterapkan untuk kepentingan
praktis.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisis mekanisme kerja sistem
pembangkit tenaga pneumatik.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisis mekanisme kerja komponen
aktuasi.
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisis mekanisme kerja katup-
katup, baik untuk keperluan signal maupun untuk control aktuasi.
5. Mahasiswa mampu mengkaji cara pembacaan dan identifikasi simbol pneumatik.
6. Mahasiswa mampu mengkaji metode rangkaian intuitif dan mengaplikasikan dalam
bentuk rangkaian otomasi.
7. Mahasiswa mampu mengkaji metode rangkaian cascade dan mengaplikasikan dalam
bentuk rangkaian otomasi.
8. Mahasiswa mampu merakit dan menganalisis rangkaian otomasi multi silinder.
2
3. Materi
Pneumatik merupakan ilmu yang mempelajari teknik pemakaian udara bertekanan (udara
kempa). Banyak industri yang menggunakan sistem pneumatik dalam proses produksi seperti
industri makanan, industri obat-obatan, industri pengepakan barang maupun industri yang
lain.
Penggunaan udara bertekanan sebenarnya masih dapat dikembangkan untuk berbagai
keperluan proses produksi, misalnya untuk melakukan gerakan mekanik yang selama ini
dilakukan oleh tenaga manusia, seperti menggeser, mendorong, mengangkat, menekan, dan
lain sebagainya. Gerakan mekanik tersebut dapat dilakukan juga oleh komponen pneumatik,
seperti silinder pneumatik, motor pneumatik, robot pneumatik translasi, rotasi maupun
gabungan keduanya. Perpaduan dari gerakan mekanik oleh aktuator pneumatik dapat dipadu
menjadi gerakan mekanik untuk keperluan proses produksi yang terus menerus (continue),
dan flexibel. Pemilihan penggunaan udara bertekanan (pneumatik) sebagai sistem kontrol
dalam proses otomasinya, Penggunaan udara kempa dalam sistem pneumatik memiliki
beberapa keuntungan antara lain ketersediaan udara yang tak terbatas, mudah disalurkan,
fleksibilitas temperatur, udara dapat dibebani lebih dengan aman selain itu tidak mudah
terbakar dan tidak terjadi hubungan singkat (kotsleiting) atau meledak sehingga proteksi
terhadap kedua hal ini cukup mudah, udara yang ada di sekitar kita cenderung bersih tanpa
zat kimia yang berbahaya dengan jumlah kandungan pelumas yang dapat diminimalkan
sehingga sistem pneumatik aman digunakan untuk industri obat-obatan, makanan, dan
minuman maupun tekstil, pemindahan daya dan kecepatan sangat mudah diatur,udara dapat
disimpan melalui tabung yang diberi pengaman terhadap kelebihan tekanan udara selain itu
dapat dipasang pembatas tekanan atau pengaman sehingga sistem menjadi aman, udara
mudah dimanfaatkan baik secara langsung.
Selain memiliki kelebihan seperti di atas, pneumatik juga memiliki beberapa kelemahan
antara lain memerlukan instalasi peralatan penghasil udara. Oleh karena itu sistem pneumatik
memerlukan instalasi peralatan yang relatif mahal, seperti kompressor, penyaring udara,
tabung pelumas, pengeering, regulator, dll. Mudah terjadi kebocoran, menimbulkan suara
bising, udara yang bertekanan mudah mengembun.
3
A. Klasifikasi Sistem Pneumatik
B. Komponen Kerja Aktuasi yang Digunakan dalam Praktik Dasar Otomasi
NO
NAMA
KOMPONEN GAMBAR SIMBOL FUNGSI
1. Kompresor Sebagai pensupplay
aliran udara kedalam
rangkaian.
2. Konduktor
(penyaluran)
menyalurkan udara
kempa yang akan
membawa/mentransfe
r tenaga ke
aktuator.
3. Konektor menyambungkan atau
menjepit konduktor
(selang
atau pipa) agar
tersambung erat pada
bodi komponen
pneumatik.
Compressed air supply
4
4. 3/2 Way
Valve
Normally
Closed
Sebagai penerus aliran
udara.
5. 5/2 Way
Valve
Sebagai komponen
untuk memindah
saluran atau memindah
gerakan piston
(actuator)
6. Double acting
cylinder
menghasilkan gerak
atau usaha yang
merupakan hasil akhir
atau output dari sistem
pneumatik.
7. Manometer Untuk membantu saat
memindahkan saluran
8. Valve AND Untuk mengalirkan
udara secara
bersamaan dari kedua
sisinya
9. Valve OR Untuk mengalirkan
udara dari satu sisi.
3/n Way Valv e
5/n Way Valv e
Double acting cy linder
Manometer
Two pressure v alv e
Shuttle v alv e
5
10. Valve counter Untuk menggerakkan
piston beberapa kali,
dapat juga dikatakan
sebagai penyederhana
rangkaian
Cara membaca simbol katup pneumatik
Simbol katup pneumatik
Keterangan :
NO : normally open
NC : Normally Closed
Katup 3/2 adalah katup yang membangkitkan sinyal dengan sifat bahwa sebuah sinyal
keluaran dapat dibangkitkan juga dapat dibatalkan/diputuskan. Katup 3/2 mempunyai 3
Pneumatic counter
6
lubang dan 2 posisi. Ada 2 konstruksi sambungan keluaran : posisi normal tertutup (N/C)
artinya katup belum diaktifkan, pada lubang keluaran tidak ada aliran udara bertekanan yang
keluar serta posisi normal terbuka (N/O) artinya katup belum diaktifkan, pada lubang
keluaran sudah ada aliran udara bertekanan yang keluar.
Katup 4/2 mempunyai 4 lubang dan 2 posisi kontak. Sebuah katup 4/2 dengan
kedudukan piringan adalah sama konstruksi dengan kombinasi gabungan dua katup 3/2 : satu
katup N/C dan satu katup N/O.
Katup 4/3 mempunyai 4 lubang dan 3 posisi kontak.
Katup 5/2 mempunyai 5 lubang dan 2 posisi kontak. Katup ini dipakai sebagai elemen
kontrol akhir untuk menggerakkan silinder.Sebagai elemen kontrol, katup ini memiliki
sebuah piston kontrol yang dengan gerakan horisontalnya menghubungkan atau memisahkan
saluran yang sesuai. Tenaga pengoperasiannya adalah kecil sebab tidak ada tekanan udara
atau tekanan pegas yang harus diatasi (prinsip dudukan bola atau dudukan piring).
Penomoran pada Lubang Katup
Tipe Kontrol Katup
7
Katup Kontrol Aliran/Tekanan/Arah
NO. SIMBOL NAMA
1. Katup penghambat dengan pembatas tetap.
2. Katup pengontrol arus searah dapat disetel.
3. Katup pembatas tekanan, dapat disetel
4. Katup AND
5. Katup OR
C. Sistem Penomoran Tiap Elemen/Grup Pada Rangkaian
0
1,2,3,dst
1.0,2.0,dst
.1
.01,.02,.03, dst
.2,.4,dst
.3,.5, dst
: Catu daya
: Nomor tiap grup atau mata rantai kontrol
: Elemen kerja (aktuator)
: Elemen kontrol
: Elemen yang dipasang antara elemen kontrol dan elemen kerja
: Elemen yang mengaktifkan silinder bergerak keluar (maju)
: Elemen yang mengaktifkan silinder bergerak masuk (mundur)
D. Kode Sambungan
Menurut ISO Menurut CETOP RP.68 Arti
A, B, C, D
P
R, S, T
L
Z, Y, X
2, 4, 6
1
3, 5, 7
9
12, 14, 16, 18
Saluran kerja
Suplai udara
Pembuangan/keluar
Saluran bocoran
Saluran kontrol
8
E. Rangkaian Pneumatik
Berdasarkan silinder yang digerakkan :
Rangkaian intuitif
Adalah rangkaian yang silindernya menggerakkan dirinya sendiri. Karena
menggerakkan diri sendiri itulah maka antara 2 silinder yang sama harus
ditempatkan pada saluran yang berbeda.
Contoh : A+
A-
Rangkaian intuitif
A
B
Saluran 1 Sal 2
Diagram alirnya adalah :
SAL 1 SAL 2
B+
B-
9
Keluaran A0 pindah saluran dari saluran 2 ke saluran 1 menggerakkan maju
silinder A. Silinder A bergerak maju bertemu dengan A1. Keluaran A1 menggerakkan maju
silinder B. Silinder B bergerak maju sehingga bertemu dengan B1. Keluaran B1 pindah
saluran dari saluran 1 ke saluran 2 menggerakkan mundur silinder B. Silinder B bergerak
mundur bertemu dengan B0. Keluaran B0 menggerakkan mundur silinder A. Silinder A
bergerak mundur sehingga bertemu dengan A0.
Rangkaian cascade
Adalah rangkaian yang silindernya menggerakkan silinder lain.
Contoh : A+B+A-B-
A
B
Diagram Alir :
A0 A1 B0 B1
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
2
1 3
A0
2
1 3
A1
2
1 3
B1
2
1 3
B0
4 2
5
1
3
10
Keluaran B0 menggerakkan maju silinder A. Silinder A bergerak maju sehingga
bertemu dengan A1. Keluaran A1 menggerakkan maju silinder B. Silinder B bergerak maju
sehingga bertemu dengan B1. Keluaran B1 menggerakkan mundur silinder silinder A.Silinder
A bergerak mundur sehingga bertemu dengan A0. Keluaran A0 menggerakkan mundur
silinder B. Silinder B bergerak mundur sehingga bertemu dengan B0.
Berdasarkan pergerakan udara :
Rangkaian langsung
Bila katup sinyal/sensor ditekan secara manual, maka udara bertekanan dari
kompressor akan mengalir ke katup tekan 3/2 pembalik pegas (1.1) melalui saluran 1 ke
saluran 2. Udara bertekanan akan diteruskan ke silinder sederhana pembalik pegas (1.0),
sehingga bergerak ke kanan (ON). Bila katup 1.1 di lepas, maka. silinder 1.1 akan kembali
dengan sendirinya akibat adanya gaya pegas di dalamnya. Udara sisa yang ada di dalam
silinder 1.0 akan dikeluarkan melalui katup 1.1 melalui saluran 2 ke saluran 3 selanjutnya
dikembalikan ke udara luar (atmosfer). Rangkaian tersebut termasuk dalam kategori
pengendalian langsung, karena tanpa melalui katup pemroses sinyal. Rangkaian ini hanya
dapat digunakan untuk menggeser/ mengangkat benda kerja paling sederhana.
Contohnya : A+
A-
4 2
5
1
3
2
1 3
B0
2
1 3
B1
A0 A1
4 2
5
1
3
2
1 3
A1
2
1 3
A0
B0 B1
11
Diagram alirnya :
Udara dari kapasitor masuk melalui A0 menggerakkan silinder keluar. Udara dari
kapasitor masuk melalui A1 menggerakkan silinder ke dalam
Rangkaian tidak langsung
Pengendalian tak langsung pada sistem pneumatik karena udara bertekanan tidak
langsung disalurkan untuk menggerakkan aktuator, melainkan disalurkan ke katup kendali
terlebih dahulu. Setelah katup bergeser, baru kemudian udara bertekanan akan mengalir
menggerakan aktuator.
Contoh : A+
A-
A
Diagram alirnya :
2
1 3
2
1 3
A0 A1
4 2
5
1
3
2
1 3
A0
2
1 3
A1
A0 A1
Rizqiana Yogi C
Rangkaian Tak Langsung
Pada rangkaian tak langsung, udara
disalurkan memalui katup kendali
terlebih dahulu sebelum mengalir ke
akuator
Pada rangkaian langsung, udara
langsung mengalir ke akuator
12
Keluaran A0 menggerakkan maju silinder A. A maju sehingga bertemu A1. Keluaran
A1 menggerakkan mundur silinder A.
Rangkaian menggunakan katup aliran OR
Output yang dihasilkan oleh katup sinyal akan diproses melalui katup pemroses
sinyal (prosesor). Sebagai pengolah input/masukan dari katup sinyal, maka hasil pengolahan
sinyal akan dikirim ke katup kendali yang akan diteruskan ke aktuator agar menghasilkan
gerakan yang sesuai dengan harapan. Katup pemroses sinyal terletak antara katup sinyal dan
katup pengendalian. Beberapa katup pemroses sinyal dapat pula dipasang sebelum aktuator,
namun terbatas pada katup pengatur aliran/cekik yang mengatur kecepatan torak, saat maju
atau mundur. Katup pemroses sinyal terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah katup satu
tekan (OR). Contohnya :
Keluaran A0 dan A1 bertemu dengan komponen OR. Komponen OR menggerak -
kan maju silinder A. Keluaran B0 dan B1 bertemu dengan komponen OR. Komponen OR
menggerakkan mundur silinder A.
Rangkaian menggunakan valve counter dan katup aluran AND
Pneumatic Counter atau dalam terjemahannya adalah penghitung Gerakan
Pneumatik adalah salah satu komponen yang ada di festo yang berfungsi untuk
menggerakkan piston beberapa kali. Dapat dikatakan bahwa komponen ini difungsikan
sebagai penyederhana rangkaian. Karena ketika suatu piston harus bergerak maju mundur
sebanyak 5 kali misalnya, tentu akan memakan banyak tempat untuk memasang 3/n Way
13
Valve otomatis apalagi kalau pistonnya kecil. Maka dari itulah, diperlukan Pneumatic
Counter. Dalam pneumatic Counter ini terdapat 4 lubang, masing-masing dengan Simbol (Z
atau 12), (2 atau A), (1 atau P),dan 10 (Y).
Katup dua tekan akan bekerja apabila mendapat tekanan dari dua sisi secara
bersama-sama. Apabila katup ini mendapat tekanan dari arah X (1,2) saja atau dari arah Y
(1,4) saja maka katup tidak akan bekerja (udara tidak dapat keluar ke A). Tetapi apabila
mendapat tekanan dari X (1,2) dan Y (1,4) secara bersama-sama maka katup ini akan dapat
bekerja sesuai fungsinya.
Contohnya :
Diagram Gambar :
A
B
Sal 1 Sal 2 Sal 3
Diagram Alir :
Sal 1 Sal 2 Sal 3
5X
14
Keluaran A0 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 1 menggerakkan maju
silinder A. Silinder A pada saluran 1 bergerak maju sehingga bertemu dengan A1. Keluaran
A1 pindah saluran dari saluran 1 ke saluran 2. Keluaran B0 dari saluran 2 menggerakkan
maju silinder B bertemu dengan B1. Keluaran B1 dari saluran 2 menggerakkan mundur
silinder B. Keluaran valve conter nomor 12 masuk ke keluaran valve yang menggerakkan
silinder B maju. Keluaran valve conter nomor 10 masuk ke saluran sebelum saluran sumber
valve conter yaitu saluran 1. Keluaran valve conter nomor 2 masuk ke masukan valve AND
nomor 1. Keluaran valve conter nomor 1 masuk ke keluaran B1. Keluaran valve conter
nomor 2 masuk ke valve pindah saluran. Silinder A pada saluran 3 bergerak mundur sehingga
bertemu dengan A0.
A0 A1 B0 B1
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
2
1 3
A0
2
1 3
B1
2
1 3
B0
2
1 3
A1
5
12
10
2
1
1 1
2
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
15
4. Rangkuman
Pneumatik mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mudah diperoleh, bersih dari
kotoran dan zat kimia yang merusak, mudah didistribusikan melalui saluran (selang) yang
kecil, aman dari bahaya ledakan dan hubungan singkat, dapat dibebani lebih, tidak peka
terhadap perubahan suhu dan sebagainya. Udara yang digunakan dalam pneumatik sangat
mudah didapat/diperoleh di sekitar kita. Udara dapat diperoleh dimana saja kita berada, serta
tersedia dalam jumlah banyak. Selain itu udara yang terdapat di sekitar kita cenderung bersih
dari kotoran dan zat kimia yang merugikan. Udara juga dapat dibebani lebih tanpa
menimbulkan bahaya yang fatal. Karena tahan terhadap perubahan suhu, maka penumatik
banyak digunakan pula pada industri pengolahan logam dan sejenisnya.
Sistem elemen pada pneumatik memiliki bagian-bagian yang mempunyai fungsi berbeda.
Output biasanya berupa silinder, Pengendali Sinyal berupa Katup Pengendali Sinyal,
Pemroses Sinyal/Prossesor berupa Katup kontrol AND, OR, NOR, dll, Sinyal Input berupa
Katup Tekan, Tuas, Roll, Sensor, dll, Sumber Energi Udara bertekanan berupa Kompresor.
Komponen dalam rangkaian pneumatik memiliki fungsi yang berbeda – beda, seperti
kompresor sebagai pensupplay aliran udara kedalam rangkaian, konduktor (penyaluran)
untuk menyalurkan udara kempa yang akan membawa/mentransfer tenaga ke actuator,
konektor berfungsi menyambungkan atau menjepit konduktor (selang atau pipa) agar
tersambung erat pada bodi komponen pneumatik, 3/2 Way Valve Normally Closed sebagai
penerus aliran udara, 5/2 Way Valve sebagai komponen untuk memindah saluran atau
memindah gerakan piston (actuator), double acting cylinder menghasilkan gerak atau usaha
yang merupakan hasil akhir atau output dari sistem pneumatik, manometer untuk membantu
saat memindahkan saluran, Valve AND untuk mengalirkan udara secara bersamaan dari
kedua sisinya, Valve OR untuk mengalirkan udara dari satu sisi, valve counter untuk
menggerakkan piston beberapa kali, dapat juga dikatakan sebagai penyederhana rangkaian.
Rangkaian intuitif adalah rangkaian yang silindernya menggerakkan dirinya sendiri.
Karena menggerakkan diri sendiri itulah maka antara 2 silinder yang sama harus ditempatkan
pada saluran yang berbeda. Rangkaian cascade adalah rangkaian yang silindernya
menggerakkan silinder lain. Rangkaian langsung adalah rangkaian yang udaranya langsung
masuk ke actuator tanpa melalui katup pemroses sinyal. Rangkaian tidak langsung adalah
rangkaian yang uudara bertekanan tidak langsung disalurkan untuk menggerakkan aktuator,
melainkan disalurkan ke katup kendali terlebih dahulu. Rangkaian dengan valve counter
adalah rangkaian yang silindernya dapat bergerak berkali-kali sesuai dengan jumlah yang kita
inginkan tanpa harus menggunakan valve 3/2 yang terlalu banyak.
16
5. Tugas
1. Sebutkan perbedaan fungsi antara katup OR dengan katup AND!
2. Buat rangkaian dengan gerakan seperti pada diagram langkah berikut dilengkapi
dengan diagram alir, komponen, dan deskripsi pergerakan rangkaian!
A
B
C
3. Gambarlah rangkaian dengan menggunakan 3 unit silinder bergerak manual kerja
ganda dilengkapi dengan diagram gambar, diagram alir, komponen, dan deskripsi
pergerakan rangkaian! (B+
B-
A+
A-
C+
C-
)
4. Jelaskan langkah kerja rangkaian di bawah ini dilengkapi dengan diagram gambar,
diagram alir, komponen, dan deskripsi pergerakan rangkaian!
A0 A1 B0 B1 C0 C1
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
2
1 3
A0
2
1 3
C1
2
1 3
C0
2
1 3
B1
2
1 3
A1
2
1 3
B0
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
D0 D1
4 2
5
1
3
2
1 3
D1
2
1 3
D0
4 2
5
1
3
17
5. Gambarlah rangkaian dengan menggunakan 3 unit silinder kerja ganda bergerak
otomatis dilengkapi dengan diagram gambar, diagram alir, komponen, dan deskripsi
pergerakan rangkaian! (A+
(B+
B-
) 5X
C+
C-
A-
)
18
6. Kunci Jawaban
1. Valve AND berfungsi untuk mengalirkan udara secara bersamaan dari kedua sisinya
sedangkan valve OR untuk mengalirkan udara dari satu sisi.
2. Diagram Alir
Sal 1 Sal 2 Sal 3
Komponen
3 unit double acting cylinder
6 unit 3/2 Wave Valve roller spring return
6 unit manometer
5 unit 5/2 wave valve pneumatically control valve
4 unit kompresor
33 buah kabel/selang
Gambar Rangkaian
A0 A1 B0 B1
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
2
1 3
A02
1 3
B0
2
1 3
A1
C0 C1
2
1 3
C0
2
1 3
C1
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
4 2
5
1
32
1 3
B1
19
Mekanisme Kerja
Keluaran C0 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 1 menggerakkan maju
silinder B.
Silinder B bergerak maju sehingga bertemu dengan B1.
Keluaran B1 pindah saluran dari saluran 1 ke saluran 2 menggerakkan mundur
silinder B.
Silinder B bergerak mundur sehingga bertemu dengan B0.
Keluaran B0 menggerakkan maju silinder C.
Silinder C bergerak maju sehingga bertemu dengan C1.
Keluaran C1 menggerakkan maju silinder A.
Silinder A bergerak maju sehingga bertemu dengan A1.
Keluaran A1 berpindah saluran dari saluran 2 ke saluran 3 menggerakkan mundur
silinder A.
Silinder A bergerak mundur sehingga bertemu denga A0.
Keluaran A0 menggerakkan mundur silinder C.
Silinder C bergerak mundur sehingga bertemu dengan C0.
3. Diagram Gambar
A
B
C
Sal 1 Sal 2 Sal 3 Sal 4
Diagram Alir
Sal 1 Sal 2 Sal 3 Sal 4
20
Komponen
3 unit double acting cylinder
6 unit 3/2 Wave Valve roller spring return
1 unit 3/2 Wave Valve manual button spring return
8 unit manometer
6 unit 5/2 wave valve pneumatically control valve
4 unit kompresor
37 buah kabel/selang
Gambar Rangkaian
Mekanisme Kerja
Keluaran C0 pindah saluran dari saluran 4 ke saluran 1 menggerakkan maju
silinder B.
Silinder B bergerak maju sehingga bertemu dengan B1.
Keluaran B1 pindah saluran dari saluran 1 ke saluran 2 menggerakkan mundur
silinder B.
Silinder B bergerak mundur sehingga bertemu dengan B0.
A0 A1 B0 B1 C0 C1
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
2
1 3
A0
2
1 3
C0
2
1 3
C1
2
1 3
B0
2
1 3
B1
2
1 3
A1
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
2
1 3
21
Keluaran B menggerakkan maju silinder A.
Silinder A bergerak maju sehingga bertemu dengan A1.
Keluaran A1 pindah saluran dari saluran 2 ke saluran 3 menggerakkan mundur
silinder A.
Silinder A bergerak mundur sehingga bertemu dengan A0.
Keluaran A0 menggerakkan maju silinder C.
Silinder C bergerak maju sehingga bertemu dengan C1.
Keluaran C1 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 4 menggerakkan mundur
silinder C.
Silinder C bergerak mundur sehingga bertemu dengan C0
4. Diagram gerakan
A
B
C
D
Tahapan Langkah
Komponen yang diperlukan
Nama Komponen Jumlah
Double acting cylinder 4 unit
3/2 Wave Valve roller spring return 8 unit
Manometer 10 unit
5/2 wave valve pneumatically control valve 8 unit
22
Kabel/selang 50 buah
Kompresor 1 unit
Deskripsi pergerakan
Keluaran D0 pindah saluran dari saluran 5 ke saluran 1 menggerakkan maju
silinder A.
Silinder A pada saluran 1 bergerak maju sehingga bertemu dengan A1.
Keluaran A1 pindah saluran dari saluran 1 ke saluran 2 menggerakkan mundur
silinder A.
Silinder A pada saluran 2 bergerak mundur sehingga bertemu dengan A0.
Keluaran A0 pada saluran 2 menggerakkan maju silinder B.
Silinder B pada saluran 2 bergerak maju sehingga bertemu dengan B1.
Keluaran B1 pindah saluran dari saluran 2 ke saluran 3 menggerakkan mundur
silinder B.
Silinder B pada saluran 3 bergerak mundur sehingga bertemu dengan B0.
Keluaran B0 pada saluran 3 menggerakkan maju silinder C.
Silinder C pada saluran 3 bergerak maju sehingga bertemu dengan C1.
Keluaran C1 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 4 menggerakkan mundur
silinder C.
Silinder C pada saluran 4 bergerak mundur sehingga bertemu dengan C0.
Keluaran C0 pada saluran 4 menggerakkan maju silinder D.
Silinder D pada saluran 4 bergerak maju sehingga bertemu dengan D1.
Keluaran D1 pindah saluran dari saluran 4 ke saluran 5 menggerakkan mundur
silinder D.
Silinder D pada saluran 5 bergerak mundur sehingga bertemu dengan D0
23
5. Diagram Gambar
A
B
C
Sal 1 Sal 2 Sal 3 Sal 4
Diagram Alir
Sal 1 Sal 2 Sal 3 Sal 4
Komponen
3 unit double acting cylinder
6 unit 3/2 Wave Valve roller spring return
8 unit manometer
6 unit 5/2 wave valve pneumatically control valve
4 unit kompresor
1 unit valve counter 5 pulses
1 unit valve AND
40 buah kabel/selang
5X
24
Gambar Rangkaian
Mekanisme Kerja
Keluaran A0 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 1 menggerakkan maju
silinder A.
Silinder A pada saluran 1 bergerak maju sehingga bertemu dengan A1.
Keluaran A1 pindah saluran dari saluran 1 ke saluran 2.
Keluaran B0 dari saluran 2 menggerakkan maju silinder B bertemu dengan B1.
Keluaran B1 dari saluran 2 menggerakkan mundur silinder B.
Keluaran valve conter nomor 12 masuk ke keluaran valve yang menggerakkan
silinder B maju.
Keluaran valve conter nomor 10 masuk ke saluran sebelum saluran sumber valve
conter yaitu saluran 1.
Keluaran valve conter nomor 2 masuk ke masukan valve AND nomor 1.
Keluaran valve conter nomor 1 masuk ke keluaran B1.
Keluaran valve conter nomor 2 masuk ke valve pindah saluran.
Silinder C pada saluran 3 bergerak maju sehingga bertemu dengan C1.
A0 A1 B0 B1 C0 C1
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
2
1 3
C0
2
1 3
B0
2
1 3
B1
2
1 3
A1
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
4 2
5
1
3
5
12
10
2
1
1 1
2
2
1 3
A0
2
1 3
C1
25
Keluaran C1 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 4 menggerakkan mundur
silinder C.
Silinder C pada saluran 4 bergerak mundur sehingga bertemu dengan C0.
Keluaran C0 pada saluran 4 menggerakkan mundur silinder A.
Silinder A pada saluran 4 bergerak mundur sehingga bertemu dengan A0.
26
7. LEMBAR KERJA LAPORAN PRAKTIKUM
Diagram gerakan
Tahapan Langkah
Rangkaian
Komponen yang diperlukan
Nama Komponen Jumlah
27
Deskripsi pergerakan
1. ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2. ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3. ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
4. ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
5. ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
6. ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
7. ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
8. ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
9. ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
10. ....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
28
8. DAFTAR RUJUKAN
Assidqi, NR. 2012. Sistem Pneumatik. Gohits. (Online). (http://x-one-
automationpneumatic.blogspot.com/2009/03/katup-kontrol-arah-
kka.html). Diakses 17 Oktober 2013.
Dhimi. 2009. Metode Cascade (Pneumatik). Mechanical and Industrial Club.
(Online). (http://hadimi.blogspot.com/2009/11/metode-cascade-
pneumatik.html). Diakses 17 Oktober 2013.
Saruna, MI., dkk. 2013. Analisis Sistem Penggerak Pneumatik
Alat Angkat Kendaraan Niaga Kapasitas 2 Ton. Universitas Sam Ratulangi. (Online).
Diakses 17 Oktober 2013.
Tim Dosen Pembina Matakuliah Dasar Otomasi. 2012. Laboratorium Otomasi.
Malang : Universitas Negeri Malang.
Wirawan, Pramono. 2012. Bahan Ajar Pneumatik-Hidrolik. Universitas Negeri
Semarang. (Online). (http://www.unnes.ac.id). Diakses 16 Oktober 2013.

More Related Content

What's hot

Ppt sistem hidrolik dan pneumatik
Ppt sistem hidrolik dan pneumatikPpt sistem hidrolik dan pneumatik
Ppt sistem hidrolik dan pneumatikIrwanWitono
 
Sistem Hidrolik Pada Mesin
Sistem Hidrolik Pada MesinSistem Hidrolik Pada Mesin
Sistem Hidrolik Pada MesinJoko Prasetiyo
 
Menggunakan cx programmer
Menggunakan  cx programmerMenggunakan  cx programmer
Menggunakan cx programmerBonanza Pratama
 
Sistim pneumatik dan hidrolik
Sistim pneumatik dan hidrolikSistim pneumatik dan hidrolik
Sistim pneumatik dan hidrolikmacyie9897
 
Sistem Penomoran diagram pneumatic
Sistem Penomoran diagram pneumaticSistem Penomoran diagram pneumatic
Sistem Penomoran diagram pneumaticSaoloan Naiborhu
 
Alat penyortir botol minum berbasis plc
Alat penyortir botol minum berbasis plcAlat penyortir botol minum berbasis plc
Alat penyortir botol minum berbasis plcDeva Saputra
 
Hidrolik dan Elektro-Hidrolik (Hydraulic and Electrical-Hidraulic)
Hidrolik dan Elektro-Hidrolik (Hydraulic and Electrical-Hidraulic)Hidrolik dan Elektro-Hidrolik (Hydraulic and Electrical-Hidraulic)
Hidrolik dan Elektro-Hidrolik (Hydraulic and Electrical-Hidraulic)gunawanzharfan
 
Jobsheet Pemeriksaan Sistem Pengapian Pada Kendaraan
Jobsheet Pemeriksaan Sistem Pengapian Pada KendaraanJobsheet Pemeriksaan Sistem Pengapian Pada Kendaraan
Jobsheet Pemeriksaan Sistem Pengapian Pada KendaraanCharis Muhammad
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 1 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 1 okkMekanika fluida 2 pertemuan 1 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 1 okkMarfizal Marfizal
 
Macam-Macam dan Fungsi dari Valve
Macam-Macam dan Fungsi dari ValveMacam-Macam dan Fungsi dari Valve
Macam-Macam dan Fungsi dari ValveRisnadi Syarif
 
aplikasi PLC omron CP1L
aplikasi PLC omron CP1Laplikasi PLC omron CP1L
aplikasi PLC omron CP1Lrezon arif
 
Fungsi alih sistem kontrol
Fungsi alih sistem kontrolFungsi alih sistem kontrol
Fungsi alih sistem kontrolarie eric
 
sistem-pelumasan.ppt
sistem-pelumasan.pptsistem-pelumasan.ppt
sistem-pelumasan.pptAchmadSafii4
 
Artikel Counter sinkron dan asinkron
Artikel Counter sinkron dan asinkronArtikel Counter sinkron dan asinkron
Artikel Counter sinkron dan asinkronIGustingurahKanha
 

What's hot (20)

Ppt sistem hidrolik dan pneumatik
Ppt sistem hidrolik dan pneumatikPpt sistem hidrolik dan pneumatik
Ppt sistem hidrolik dan pneumatik
 
Sistem Hidrolik Pada Mesin
Sistem Hidrolik Pada MesinSistem Hidrolik Pada Mesin
Sistem Hidrolik Pada Mesin
 
Timer dan counter
Timer dan counterTimer dan counter
Timer dan counter
 
Menggunakan cx programmer
Menggunakan  cx programmerMenggunakan  cx programmer
Menggunakan cx programmer
 
Sistim pneumatik dan hidrolik
Sistim pneumatik dan hidrolikSistim pneumatik dan hidrolik
Sistim pneumatik dan hidrolik
 
Isi pneumatik
Isi pneumatikIsi pneumatik
Isi pneumatik
 
pompa
pompapompa
pompa
 
Sistem Penomoran diagram pneumatic
Sistem Penomoran diagram pneumaticSistem Penomoran diagram pneumatic
Sistem Penomoran diagram pneumatic
 
Alat penyortir botol minum berbasis plc
Alat penyortir botol minum berbasis plcAlat penyortir botol minum berbasis plc
Alat penyortir botol minum berbasis plc
 
Hidrolik dan Elektro-Hidrolik (Hydraulic and Electrical-Hidraulic)
Hidrolik dan Elektro-Hidrolik (Hydraulic and Electrical-Hidraulic)Hidrolik dan Elektro-Hidrolik (Hydraulic and Electrical-Hidraulic)
Hidrolik dan Elektro-Hidrolik (Hydraulic and Electrical-Hidraulic)
 
Jobsheet Pemeriksaan Sistem Pengapian Pada Kendaraan
Jobsheet Pemeriksaan Sistem Pengapian Pada KendaraanJobsheet Pemeriksaan Sistem Pengapian Pada Kendaraan
Jobsheet Pemeriksaan Sistem Pengapian Pada Kendaraan
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 1 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 1 okkMekanika fluida 2 pertemuan 1 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 1 okk
 
Macam-Macam dan Fungsi dari Valve
Macam-Macam dan Fungsi dari ValveMacam-Macam dan Fungsi dari Valve
Macam-Macam dan Fungsi dari Valve
 
aplikasi PLC omron CP1L
aplikasi PLC omron CP1Laplikasi PLC omron CP1L
aplikasi PLC omron CP1L
 
Fungsi alih sistem kontrol
Fungsi alih sistem kontrolFungsi alih sistem kontrol
Fungsi alih sistem kontrol
 
Komponen hydrolik
Komponen hydrolikKomponen hydrolik
Komponen hydrolik
 
TURBIN AIR
TURBIN AIRTURBIN AIR
TURBIN AIR
 
03 a termo2
03 a termo203 a termo2
03 a termo2
 
sistem-pelumasan.ppt
sistem-pelumasan.pptsistem-pelumasan.ppt
sistem-pelumasan.ppt
 
Artikel Counter sinkron dan asinkron
Artikel Counter sinkron dan asinkronArtikel Counter sinkron dan asinkron
Artikel Counter sinkron dan asinkron
 

Viewers also liked

dasar otomasi, rangkaian langsung & tak langsung
dasar otomasi, rangkaian langsung & tak langsungdasar otomasi, rangkaian langsung & tak langsung
dasar otomasi, rangkaian langsung & tak langsungAsfiyak Zuhairi
 
Silabus biologi reproduksi i
Silabus biologi reproduksi iSilabus biologi reproduksi i
Silabus biologi reproduksi iEvi Rinata
 
Soal ujian dan lembar jawaban nomor 1
Soal ujian dan lembar jawaban nomor 1Soal ujian dan lembar jawaban nomor 1
Soal ujian dan lembar jawaban nomor 1adrul_55
 
Rpkps biologi reproduksi i
Rpkps biologi reproduksi iRpkps biologi reproduksi i
Rpkps biologi reproduksi iEvi Rinata
 
07 pengendalian-pneumatik-dengan-plc
07 pengendalian-pneumatik-dengan-plc07 pengendalian-pneumatik-dengan-plc
07 pengendalian-pneumatik-dengan-plcBambang Gastomo
 
Bahan ajar-tmd218-pneumatik-hidrolik
Bahan ajar-tmd218-pneumatik-hidrolikBahan ajar-tmd218-pneumatik-hidrolik
Bahan ajar-tmd218-pneumatik-hidrolikherdwihascaryo
 
Konsep dasar otomasi sistem produksi
Konsep dasar otomasi sistem produksiKonsep dasar otomasi sistem produksi
Konsep dasar otomasi sistem produksiWirdi Ian
 

Viewers also liked (9)

dasar otomasi, rangkaian langsung & tak langsung
dasar otomasi, rangkaian langsung & tak langsungdasar otomasi, rangkaian langsung & tak langsung
dasar otomasi, rangkaian langsung & tak langsung
 
Silabus biologi reproduksi i
Silabus biologi reproduksi iSilabus biologi reproduksi i
Silabus biologi reproduksi i
 
Soal ujian dan lembar jawaban nomor 1
Soal ujian dan lembar jawaban nomor 1Soal ujian dan lembar jawaban nomor 1
Soal ujian dan lembar jawaban nomor 1
 
Rpkps biologi reproduksi i
Rpkps biologi reproduksi iRpkps biologi reproduksi i
Rpkps biologi reproduksi i
 
Kopling guru
Kopling guruKopling guru
Kopling guru
 
07 pengendalian-pneumatik-dengan-plc
07 pengendalian-pneumatik-dengan-plc07 pengendalian-pneumatik-dengan-plc
07 pengendalian-pneumatik-dengan-plc
 
Bahan ajar-tmd218-pneumatik-hidrolik
Bahan ajar-tmd218-pneumatik-hidrolikBahan ajar-tmd218-pneumatik-hidrolik
Bahan ajar-tmd218-pneumatik-hidrolik
 
Sistem pneumatik
Sistem pneumatikSistem pneumatik
Sistem pneumatik
 
Konsep dasar otomasi sistem produksi
Konsep dasar otomasi sistem produksiKonsep dasar otomasi sistem produksi
Konsep dasar otomasi sistem produksi
 

Similar to Rangkaian Dasar

Sistem Pneumatik N Hidrolik
Sistem Pneumatik N HidrolikSistem Pneumatik N Hidrolik
Sistem Pneumatik N HidrolikMOHD SHUKRI
 
Asas Sistem pneumatik -123
Asas Sistem pneumatik -123Asas Sistem pneumatik -123
Asas Sistem pneumatik -123KEN KEN
 
Buku Pintar MIGAS INDONESIA - Sistem pneumatik
Buku Pintar MIGAS INDONESIA - Sistem pneumatikBuku Pintar MIGAS INDONESIA - Sistem pneumatik
Buku Pintar MIGAS INDONESIA - Sistem pneumatikAriyandi Yuda Prahara
 
Belajar kontrol
Belajar kontrolBelajar kontrol
Belajar kontrolketutjuan
 
Pneumatik pertemua 1.pdf
Pneumatik pertemua 1.pdfPneumatik pertemua 1.pdf
Pneumatik pertemua 1.pdfTulusArdiyanto
 
Sistem pneumatik
Sistem pneumatikSistem pneumatik
Sistem pneumatikWahyu Pram
 
Sistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolikSistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolikIndo Permana
 
Sistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolikSistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolikIrwan Dony
 
Sistem pneumatik
Sistem pneumatikSistem pneumatik
Sistem pneumatikArya Shandy
 
J4012 pneumatik dan hidraulik unit1
J4012 pneumatik dan hidraulik unit1J4012 pneumatik dan hidraulik unit1
J4012 pneumatik dan hidraulik unit1Asraf Malik
 
Sistem Pneumatik & Hidrolik
Sistem Pneumatik & HidrolikSistem Pneumatik & Hidrolik
Sistem Pneumatik & HidrolikDYA_25
 
sistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdf
sistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdfsistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdf
sistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdfTriHutagalung2
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptxAlfianto4
 
PPT LAPORAN KP IMAM AJI.pptx
PPT LAPORAN KP IMAM AJI.pptxPPT LAPORAN KP IMAM AJI.pptx
PPT LAPORAN KP IMAM AJI.pptxBukanOrang6
 

Similar to Rangkaian Dasar (20)

Kp4a
Kp4aKp4a
Kp4a
 
Cara kerja pneumatik
Cara kerja pneumatikCara kerja pneumatik
Cara kerja pneumatik
 
Sistem Pneumatik N Hidrolik
Sistem Pneumatik N HidrolikSistem Pneumatik N Hidrolik
Sistem Pneumatik N Hidrolik
 
Asas Sistem pneumatik -123
Asas Sistem pneumatik -123Asas Sistem pneumatik -123
Asas Sistem pneumatik -123
 
Buku Pintar MIGAS INDONESIA - Sistem pneumatik
Buku Pintar MIGAS INDONESIA - Sistem pneumatikBuku Pintar MIGAS INDONESIA - Sistem pneumatik
Buku Pintar MIGAS INDONESIA - Sistem pneumatik
 
Belajar kontrol
Belajar kontrolBelajar kontrol
Belajar kontrol
 
Sistem pneumatik
Sistem pneumatikSistem pneumatik
Sistem pneumatik
 
Laporan
LaporanLaporan
Laporan
 
Pneumatik pertemua 1.pdf
Pneumatik pertemua 1.pdfPneumatik pertemua 1.pdf
Pneumatik pertemua 1.pdf
 
Sistem pneumatik
Sistem pneumatikSistem pneumatik
Sistem pneumatik
 
Sistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolikSistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolik
 
Sistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolikSistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolik
 
Pneumatik
PneumatikPneumatik
Pneumatik
 
Sistem pneumatik
Sistem pneumatikSistem pneumatik
Sistem pneumatik
 
J4012 pneumatik dan hidraulik unit1
J4012 pneumatik dan hidraulik unit1J4012 pneumatik dan hidraulik unit1
J4012 pneumatik dan hidraulik unit1
 
Unit1
Unit1Unit1
Unit1
 
Sistem Pneumatik & Hidrolik
Sistem Pneumatik & HidrolikSistem Pneumatik & Hidrolik
Sistem Pneumatik & Hidrolik
 
sistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdf
sistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdfsistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdf
sistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdf
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptx
 
PPT LAPORAN KP IMAM AJI.pptx
PPT LAPORAN KP IMAM AJI.pptxPPT LAPORAN KP IMAM AJI.pptx
PPT LAPORAN KP IMAM AJI.pptx
 

More from Rizqiana Yogi Cahyaningtyas

RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas1 (rizqiana)
RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas1 (rizqiana)RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas1 (rizqiana)
RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas1 (rizqiana)Rizqiana Yogi Cahyaningtyas
 
PESAWAT ANGKAT : Derek Uap, Alat Pengangkat Mobil, dan Kran Hidrolik
PESAWAT ANGKAT : Derek Uap, Alat Pengangkat Mobil, dan Kran HidrolikPESAWAT ANGKAT : Derek Uap, Alat Pengangkat Mobil, dan Kran Hidrolik
PESAWAT ANGKAT : Derek Uap, Alat Pengangkat Mobil, dan Kran HidrolikRizqiana Yogi Cahyaningtyas
 
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran_Dasar Kompetensi Kejuruan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran_Dasar Kompetensi KejuruanRencana Pelaksanaan Pembelajaran_Dasar Kompetensi Kejuruan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran_Dasar Kompetensi KejuruanRizqiana Yogi Cahyaningtyas
 
KONSEPSI PELAKSANAAN HAM SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945
KONSEPSI PELAKSANAAN HAM SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945KONSEPSI PELAKSANAAN HAM SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945
KONSEPSI PELAKSANAAN HAM SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945Rizqiana Yogi Cahyaningtyas
 

More from Rizqiana Yogi Cahyaningtyas (20)

2 RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas2
2 RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas22 RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas2
2 RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas2
 
RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas1 (rizqiana)
RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas1 (rizqiana)RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas1 (rizqiana)
RPP Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas1 (rizqiana)
 
RPP Pembuatan Inti dan Cetakan
RPP Pembuatan Inti dan CetakanRPP Pembuatan Inti dan Cetakan
RPP Pembuatan Inti dan Cetakan
 
Presentasi Turbin Air
Presentasi Turbin AirPresentasi Turbin Air
Presentasi Turbin Air
 
Laporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum PengelasanLaporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum Pengelasan
 
Laporan Observasi PLTMH dan PLTS
Laporan Observasi PLTMH dan PLTSLaporan Observasi PLTMH dan PLTS
Laporan Observasi PLTMH dan PLTS
 
MAKALAH Mesin Pendingin
MAKALAH Mesin PendinginMAKALAH Mesin Pendingin
MAKALAH Mesin Pendingin
 
Portofolio Evaluasi Pendidikan
Portofolio Evaluasi PendidikanPortofolio Evaluasi Pendidikan
Portofolio Evaluasi Pendidikan
 
Perencanaan Poros Pisau Mesin Pemarut Kelapa
Perencanaan Poros Pisau Mesin Pemarut KelapaPerencanaan Poros Pisau Mesin Pemarut Kelapa
Perencanaan Poros Pisau Mesin Pemarut Kelapa
 
PESAWAT ANGKAT : Derek Uap, Alat Pengangkat Mobil, dan Kran Hidrolik
PESAWAT ANGKAT : Derek Uap, Alat Pengangkat Mobil, dan Kran HidrolikPESAWAT ANGKAT : Derek Uap, Alat Pengangkat Mobil, dan Kran Hidrolik
PESAWAT ANGKAT : Derek Uap, Alat Pengangkat Mobil, dan Kran Hidrolik
 
Rangkuman Teknik Tenaga Listrik
Rangkuman Teknik Tenaga ListrikRangkuman Teknik Tenaga Listrik
Rangkuman Teknik Tenaga Listrik
 
Laporan Praktikum Pemesinan
Laporan Praktikum PemesinanLaporan Praktikum Pemesinan
Laporan Praktikum Pemesinan
 
Makalah Tes dan Nontes
Makalah Tes dan NontesMakalah Tes dan Nontes
Makalah Tes dan Nontes
 
Presentasi Tes dan Non Tes
Presentasi Tes dan Non Tes Presentasi Tes dan Non Tes
Presentasi Tes dan Non Tes
 
Perawatan Mesin Bubut
Perawatan Mesin Bubut Perawatan Mesin Bubut
Perawatan Mesin Bubut
 
Makalah Pengujian Tarik Tekan
Makalah Pengujian Tarik TekanMakalah Pengujian Tarik Tekan
Makalah Pengujian Tarik Tekan
 
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran_Dasar Kompetensi Kejuruan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran_Dasar Kompetensi KejuruanRencana Pelaksanaan Pembelajaran_Dasar Kompetensi Kejuruan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran_Dasar Kompetensi Kejuruan
 
Makalah Jangka Sorong dan Mikrometer
Makalah Jangka Sorong dan MikrometerMakalah Jangka Sorong dan Mikrometer
Makalah Jangka Sorong dan Mikrometer
 
KONSEPSI PELAKSANAAN HAM SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945
KONSEPSI PELAKSANAAN HAM SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945KONSEPSI PELAKSANAAN HAM SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945
KONSEPSI PELAKSANAAN HAM SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945
 
Portofolio Pengantar Pendidikan
Portofolio Pengantar PendidikanPortofolio Pengantar Pendidikan
Portofolio Pengantar Pendidikan
 

Rangkaian Dasar

  • 1. 1 MODUL DASAR OTOMASI RANGKAIAN PNEUMATIK 1. Materi Pokok Rangkaian pneumatik dasar otomasi. 2. Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa mampu mengkaji dasar-dasar teori untuk diterapkan untuk kepentingan praktis. 2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisis mekanisme kerja sistem pembangkit tenaga pneumatik. 3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisis mekanisme kerja komponen aktuasi. 4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisis mekanisme kerja katup- katup, baik untuk keperluan signal maupun untuk control aktuasi. 5. Mahasiswa mampu mengkaji cara pembacaan dan identifikasi simbol pneumatik. 6. Mahasiswa mampu mengkaji metode rangkaian intuitif dan mengaplikasikan dalam bentuk rangkaian otomasi. 7. Mahasiswa mampu mengkaji metode rangkaian cascade dan mengaplikasikan dalam bentuk rangkaian otomasi. 8. Mahasiswa mampu merakit dan menganalisis rangkaian otomasi multi silinder.
  • 2. 2 3. Materi Pneumatik merupakan ilmu yang mempelajari teknik pemakaian udara bertekanan (udara kempa). Banyak industri yang menggunakan sistem pneumatik dalam proses produksi seperti industri makanan, industri obat-obatan, industri pengepakan barang maupun industri yang lain. Penggunaan udara bertekanan sebenarnya masih dapat dikembangkan untuk berbagai keperluan proses produksi, misalnya untuk melakukan gerakan mekanik yang selama ini dilakukan oleh tenaga manusia, seperti menggeser, mendorong, mengangkat, menekan, dan lain sebagainya. Gerakan mekanik tersebut dapat dilakukan juga oleh komponen pneumatik, seperti silinder pneumatik, motor pneumatik, robot pneumatik translasi, rotasi maupun gabungan keduanya. Perpaduan dari gerakan mekanik oleh aktuator pneumatik dapat dipadu menjadi gerakan mekanik untuk keperluan proses produksi yang terus menerus (continue), dan flexibel. Pemilihan penggunaan udara bertekanan (pneumatik) sebagai sistem kontrol dalam proses otomasinya, Penggunaan udara kempa dalam sistem pneumatik memiliki beberapa keuntungan antara lain ketersediaan udara yang tak terbatas, mudah disalurkan, fleksibilitas temperatur, udara dapat dibebani lebih dengan aman selain itu tidak mudah terbakar dan tidak terjadi hubungan singkat (kotsleiting) atau meledak sehingga proteksi terhadap kedua hal ini cukup mudah, udara yang ada di sekitar kita cenderung bersih tanpa zat kimia yang berbahaya dengan jumlah kandungan pelumas yang dapat diminimalkan sehingga sistem pneumatik aman digunakan untuk industri obat-obatan, makanan, dan minuman maupun tekstil, pemindahan daya dan kecepatan sangat mudah diatur,udara dapat disimpan melalui tabung yang diberi pengaman terhadap kelebihan tekanan udara selain itu dapat dipasang pembatas tekanan atau pengaman sehingga sistem menjadi aman, udara mudah dimanfaatkan baik secara langsung. Selain memiliki kelebihan seperti di atas, pneumatik juga memiliki beberapa kelemahan antara lain memerlukan instalasi peralatan penghasil udara. Oleh karena itu sistem pneumatik memerlukan instalasi peralatan yang relatif mahal, seperti kompressor, penyaring udara, tabung pelumas, pengeering, regulator, dll. Mudah terjadi kebocoran, menimbulkan suara bising, udara yang bertekanan mudah mengembun.
  • 3. 3 A. Klasifikasi Sistem Pneumatik B. Komponen Kerja Aktuasi yang Digunakan dalam Praktik Dasar Otomasi NO NAMA KOMPONEN GAMBAR SIMBOL FUNGSI 1. Kompresor Sebagai pensupplay aliran udara kedalam rangkaian. 2. Konduktor (penyaluran) menyalurkan udara kempa yang akan membawa/mentransfe r tenaga ke aktuator. 3. Konektor menyambungkan atau menjepit konduktor (selang atau pipa) agar tersambung erat pada bodi komponen pneumatik. Compressed air supply
  • 4. 4 4. 3/2 Way Valve Normally Closed Sebagai penerus aliran udara. 5. 5/2 Way Valve Sebagai komponen untuk memindah saluran atau memindah gerakan piston (actuator) 6. Double acting cylinder menghasilkan gerak atau usaha yang merupakan hasil akhir atau output dari sistem pneumatik. 7. Manometer Untuk membantu saat memindahkan saluran 8. Valve AND Untuk mengalirkan udara secara bersamaan dari kedua sisinya 9. Valve OR Untuk mengalirkan udara dari satu sisi. 3/n Way Valv e 5/n Way Valv e Double acting cy linder Manometer Two pressure v alv e Shuttle v alv e
  • 5. 5 10. Valve counter Untuk menggerakkan piston beberapa kali, dapat juga dikatakan sebagai penyederhana rangkaian Cara membaca simbol katup pneumatik Simbol katup pneumatik Keterangan : NO : normally open NC : Normally Closed Katup 3/2 adalah katup yang membangkitkan sinyal dengan sifat bahwa sebuah sinyal keluaran dapat dibangkitkan juga dapat dibatalkan/diputuskan. Katup 3/2 mempunyai 3 Pneumatic counter
  • 6. 6 lubang dan 2 posisi. Ada 2 konstruksi sambungan keluaran : posisi normal tertutup (N/C) artinya katup belum diaktifkan, pada lubang keluaran tidak ada aliran udara bertekanan yang keluar serta posisi normal terbuka (N/O) artinya katup belum diaktifkan, pada lubang keluaran sudah ada aliran udara bertekanan yang keluar. Katup 4/2 mempunyai 4 lubang dan 2 posisi kontak. Sebuah katup 4/2 dengan kedudukan piringan adalah sama konstruksi dengan kombinasi gabungan dua katup 3/2 : satu katup N/C dan satu katup N/O. Katup 4/3 mempunyai 4 lubang dan 3 posisi kontak. Katup 5/2 mempunyai 5 lubang dan 2 posisi kontak. Katup ini dipakai sebagai elemen kontrol akhir untuk menggerakkan silinder.Sebagai elemen kontrol, katup ini memiliki sebuah piston kontrol yang dengan gerakan horisontalnya menghubungkan atau memisahkan saluran yang sesuai. Tenaga pengoperasiannya adalah kecil sebab tidak ada tekanan udara atau tekanan pegas yang harus diatasi (prinsip dudukan bola atau dudukan piring). Penomoran pada Lubang Katup Tipe Kontrol Katup
  • 7. 7 Katup Kontrol Aliran/Tekanan/Arah NO. SIMBOL NAMA 1. Katup penghambat dengan pembatas tetap. 2. Katup pengontrol arus searah dapat disetel. 3. Katup pembatas tekanan, dapat disetel 4. Katup AND 5. Katup OR C. Sistem Penomoran Tiap Elemen/Grup Pada Rangkaian 0 1,2,3,dst 1.0,2.0,dst .1 .01,.02,.03, dst .2,.4,dst .3,.5, dst : Catu daya : Nomor tiap grup atau mata rantai kontrol : Elemen kerja (aktuator) : Elemen kontrol : Elemen yang dipasang antara elemen kontrol dan elemen kerja : Elemen yang mengaktifkan silinder bergerak keluar (maju) : Elemen yang mengaktifkan silinder bergerak masuk (mundur) D. Kode Sambungan Menurut ISO Menurut CETOP RP.68 Arti A, B, C, D P R, S, T L Z, Y, X 2, 4, 6 1 3, 5, 7 9 12, 14, 16, 18 Saluran kerja Suplai udara Pembuangan/keluar Saluran bocoran Saluran kontrol
  • 8. 8 E. Rangkaian Pneumatik Berdasarkan silinder yang digerakkan : Rangkaian intuitif Adalah rangkaian yang silindernya menggerakkan dirinya sendiri. Karena menggerakkan diri sendiri itulah maka antara 2 silinder yang sama harus ditempatkan pada saluran yang berbeda. Contoh : A+ A- Rangkaian intuitif A B Saluran 1 Sal 2 Diagram alirnya adalah : SAL 1 SAL 2 B+ B-
  • 9. 9 Keluaran A0 pindah saluran dari saluran 2 ke saluran 1 menggerakkan maju silinder A. Silinder A bergerak maju bertemu dengan A1. Keluaran A1 menggerakkan maju silinder B. Silinder B bergerak maju sehingga bertemu dengan B1. Keluaran B1 pindah saluran dari saluran 1 ke saluran 2 menggerakkan mundur silinder B. Silinder B bergerak mundur bertemu dengan B0. Keluaran B0 menggerakkan mundur silinder A. Silinder A bergerak mundur sehingga bertemu dengan A0. Rangkaian cascade Adalah rangkaian yang silindernya menggerakkan silinder lain. Contoh : A+B+A-B- A B Diagram Alir : A0 A1 B0 B1 4 2 5 1 3 4 2 5 1 3 2 1 3 A0 2 1 3 A1 2 1 3 B1 2 1 3 B0 4 2 5 1 3
  • 10. 10 Keluaran B0 menggerakkan maju silinder A. Silinder A bergerak maju sehingga bertemu dengan A1. Keluaran A1 menggerakkan maju silinder B. Silinder B bergerak maju sehingga bertemu dengan B1. Keluaran B1 menggerakkan mundur silinder silinder A.Silinder A bergerak mundur sehingga bertemu dengan A0. Keluaran A0 menggerakkan mundur silinder B. Silinder B bergerak mundur sehingga bertemu dengan B0. Berdasarkan pergerakan udara : Rangkaian langsung Bila katup sinyal/sensor ditekan secara manual, maka udara bertekanan dari kompressor akan mengalir ke katup tekan 3/2 pembalik pegas (1.1) melalui saluran 1 ke saluran 2. Udara bertekanan akan diteruskan ke silinder sederhana pembalik pegas (1.0), sehingga bergerak ke kanan (ON). Bila katup 1.1 di lepas, maka. silinder 1.1 akan kembali dengan sendirinya akibat adanya gaya pegas di dalamnya. Udara sisa yang ada di dalam silinder 1.0 akan dikeluarkan melalui katup 1.1 melalui saluran 2 ke saluran 3 selanjutnya dikembalikan ke udara luar (atmosfer). Rangkaian tersebut termasuk dalam kategori pengendalian langsung, karena tanpa melalui katup pemroses sinyal. Rangkaian ini hanya dapat digunakan untuk menggeser/ mengangkat benda kerja paling sederhana. Contohnya : A+ A- 4 2 5 1 3 2 1 3 B0 2 1 3 B1 A0 A1 4 2 5 1 3 2 1 3 A1 2 1 3 A0 B0 B1
  • 11. 11 Diagram alirnya : Udara dari kapasitor masuk melalui A0 menggerakkan silinder keluar. Udara dari kapasitor masuk melalui A1 menggerakkan silinder ke dalam Rangkaian tidak langsung Pengendalian tak langsung pada sistem pneumatik karena udara bertekanan tidak langsung disalurkan untuk menggerakkan aktuator, melainkan disalurkan ke katup kendali terlebih dahulu. Setelah katup bergeser, baru kemudian udara bertekanan akan mengalir menggerakan aktuator. Contoh : A+ A- A Diagram alirnya : 2 1 3 2 1 3 A0 A1 4 2 5 1 3 2 1 3 A0 2 1 3 A1 A0 A1 Rizqiana Yogi C Rangkaian Tak Langsung Pada rangkaian tak langsung, udara disalurkan memalui katup kendali terlebih dahulu sebelum mengalir ke akuator Pada rangkaian langsung, udara langsung mengalir ke akuator
  • 12. 12 Keluaran A0 menggerakkan maju silinder A. A maju sehingga bertemu A1. Keluaran A1 menggerakkan mundur silinder A. Rangkaian menggunakan katup aliran OR Output yang dihasilkan oleh katup sinyal akan diproses melalui katup pemroses sinyal (prosesor). Sebagai pengolah input/masukan dari katup sinyal, maka hasil pengolahan sinyal akan dikirim ke katup kendali yang akan diteruskan ke aktuator agar menghasilkan gerakan yang sesuai dengan harapan. Katup pemroses sinyal terletak antara katup sinyal dan katup pengendalian. Beberapa katup pemroses sinyal dapat pula dipasang sebelum aktuator, namun terbatas pada katup pengatur aliran/cekik yang mengatur kecepatan torak, saat maju atau mundur. Katup pemroses sinyal terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah katup satu tekan (OR). Contohnya : Keluaran A0 dan A1 bertemu dengan komponen OR. Komponen OR menggerak - kan maju silinder A. Keluaran B0 dan B1 bertemu dengan komponen OR. Komponen OR menggerakkan mundur silinder A. Rangkaian menggunakan valve counter dan katup aluran AND Pneumatic Counter atau dalam terjemahannya adalah penghitung Gerakan Pneumatik adalah salah satu komponen yang ada di festo yang berfungsi untuk menggerakkan piston beberapa kali. Dapat dikatakan bahwa komponen ini difungsikan sebagai penyederhana rangkaian. Karena ketika suatu piston harus bergerak maju mundur sebanyak 5 kali misalnya, tentu akan memakan banyak tempat untuk memasang 3/n Way
  • 13. 13 Valve otomatis apalagi kalau pistonnya kecil. Maka dari itulah, diperlukan Pneumatic Counter. Dalam pneumatic Counter ini terdapat 4 lubang, masing-masing dengan Simbol (Z atau 12), (2 atau A), (1 atau P),dan 10 (Y). Katup dua tekan akan bekerja apabila mendapat tekanan dari dua sisi secara bersama-sama. Apabila katup ini mendapat tekanan dari arah X (1,2) saja atau dari arah Y (1,4) saja maka katup tidak akan bekerja (udara tidak dapat keluar ke A). Tetapi apabila mendapat tekanan dari X (1,2) dan Y (1,4) secara bersama-sama maka katup ini akan dapat bekerja sesuai fungsinya. Contohnya : Diagram Gambar : A B Sal 1 Sal 2 Sal 3 Diagram Alir : Sal 1 Sal 2 Sal 3 5X
  • 14. 14 Keluaran A0 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 1 menggerakkan maju silinder A. Silinder A pada saluran 1 bergerak maju sehingga bertemu dengan A1. Keluaran A1 pindah saluran dari saluran 1 ke saluran 2. Keluaran B0 dari saluran 2 menggerakkan maju silinder B bertemu dengan B1. Keluaran B1 dari saluran 2 menggerakkan mundur silinder B. Keluaran valve conter nomor 12 masuk ke keluaran valve yang menggerakkan silinder B maju. Keluaran valve conter nomor 10 masuk ke saluran sebelum saluran sumber valve conter yaitu saluran 1. Keluaran valve conter nomor 2 masuk ke masukan valve AND nomor 1. Keluaran valve conter nomor 1 masuk ke keluaran B1. Keluaran valve conter nomor 2 masuk ke valve pindah saluran. Silinder A pada saluran 3 bergerak mundur sehingga bertemu dengan A0. A0 A1 B0 B1 4 2 5 1 3 4 2 5 1 3 2 1 3 A0 2 1 3 B1 2 1 3 B0 2 1 3 A1 5 12 10 2 1 1 1 2 4 2 5 1 3 4 2 5 1 3
  • 15. 15 4. Rangkuman Pneumatik mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mudah diperoleh, bersih dari kotoran dan zat kimia yang merusak, mudah didistribusikan melalui saluran (selang) yang kecil, aman dari bahaya ledakan dan hubungan singkat, dapat dibebani lebih, tidak peka terhadap perubahan suhu dan sebagainya. Udara yang digunakan dalam pneumatik sangat mudah didapat/diperoleh di sekitar kita. Udara dapat diperoleh dimana saja kita berada, serta tersedia dalam jumlah banyak. Selain itu udara yang terdapat di sekitar kita cenderung bersih dari kotoran dan zat kimia yang merugikan. Udara juga dapat dibebani lebih tanpa menimbulkan bahaya yang fatal. Karena tahan terhadap perubahan suhu, maka penumatik banyak digunakan pula pada industri pengolahan logam dan sejenisnya. Sistem elemen pada pneumatik memiliki bagian-bagian yang mempunyai fungsi berbeda. Output biasanya berupa silinder, Pengendali Sinyal berupa Katup Pengendali Sinyal, Pemroses Sinyal/Prossesor berupa Katup kontrol AND, OR, NOR, dll, Sinyal Input berupa Katup Tekan, Tuas, Roll, Sensor, dll, Sumber Energi Udara bertekanan berupa Kompresor. Komponen dalam rangkaian pneumatik memiliki fungsi yang berbeda – beda, seperti kompresor sebagai pensupplay aliran udara kedalam rangkaian, konduktor (penyaluran) untuk menyalurkan udara kempa yang akan membawa/mentransfer tenaga ke actuator, konektor berfungsi menyambungkan atau menjepit konduktor (selang atau pipa) agar tersambung erat pada bodi komponen pneumatik, 3/2 Way Valve Normally Closed sebagai penerus aliran udara, 5/2 Way Valve sebagai komponen untuk memindah saluran atau memindah gerakan piston (actuator), double acting cylinder menghasilkan gerak atau usaha yang merupakan hasil akhir atau output dari sistem pneumatik, manometer untuk membantu saat memindahkan saluran, Valve AND untuk mengalirkan udara secara bersamaan dari kedua sisinya, Valve OR untuk mengalirkan udara dari satu sisi, valve counter untuk menggerakkan piston beberapa kali, dapat juga dikatakan sebagai penyederhana rangkaian. Rangkaian intuitif adalah rangkaian yang silindernya menggerakkan dirinya sendiri. Karena menggerakkan diri sendiri itulah maka antara 2 silinder yang sama harus ditempatkan pada saluran yang berbeda. Rangkaian cascade adalah rangkaian yang silindernya menggerakkan silinder lain. Rangkaian langsung adalah rangkaian yang udaranya langsung masuk ke actuator tanpa melalui katup pemroses sinyal. Rangkaian tidak langsung adalah rangkaian yang uudara bertekanan tidak langsung disalurkan untuk menggerakkan aktuator, melainkan disalurkan ke katup kendali terlebih dahulu. Rangkaian dengan valve counter adalah rangkaian yang silindernya dapat bergerak berkali-kali sesuai dengan jumlah yang kita inginkan tanpa harus menggunakan valve 3/2 yang terlalu banyak.
  • 16. 16 5. Tugas 1. Sebutkan perbedaan fungsi antara katup OR dengan katup AND! 2. Buat rangkaian dengan gerakan seperti pada diagram langkah berikut dilengkapi dengan diagram alir, komponen, dan deskripsi pergerakan rangkaian! A B C 3. Gambarlah rangkaian dengan menggunakan 3 unit silinder bergerak manual kerja ganda dilengkapi dengan diagram gambar, diagram alir, komponen, dan deskripsi pergerakan rangkaian! (B+ B- A+ A- C+ C- ) 4. Jelaskan langkah kerja rangkaian di bawah ini dilengkapi dengan diagram gambar, diagram alir, komponen, dan deskripsi pergerakan rangkaian! A0 A1 B0 B1 C0 C1 4 2 5 1 3 4 2 5 1 3 4 2 5 1 3 2 1 3 A0 2 1 3 C1 2 1 3 C0 2 1 3 B1 2 1 3 A1 2 1 3 B0 4 2 5 1 3 4 2 5 1 3 4 2 5 1 3 D0 D1 4 2 5 1 3 2 1 3 D1 2 1 3 D0 4 2 5 1 3
  • 17. 17 5. Gambarlah rangkaian dengan menggunakan 3 unit silinder kerja ganda bergerak otomatis dilengkapi dengan diagram gambar, diagram alir, komponen, dan deskripsi pergerakan rangkaian! (A+ (B+ B- ) 5X C+ C- A- )
  • 18. 18 6. Kunci Jawaban 1. Valve AND berfungsi untuk mengalirkan udara secara bersamaan dari kedua sisinya sedangkan valve OR untuk mengalirkan udara dari satu sisi. 2. Diagram Alir Sal 1 Sal 2 Sal 3 Komponen 3 unit double acting cylinder 6 unit 3/2 Wave Valve roller spring return 6 unit manometer 5 unit 5/2 wave valve pneumatically control valve 4 unit kompresor 33 buah kabel/selang Gambar Rangkaian A0 A1 B0 B1 4 2 5 1 3 4 2 5 1 3 2 1 3 A02 1 3 B0 2 1 3 A1 C0 C1 2 1 3 C0 2 1 3 C1 4 2 5 1 3 4 2 5 1 3 4 2 5 1 32 1 3 B1
  • 19. 19 Mekanisme Kerja Keluaran C0 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 1 menggerakkan maju silinder B. Silinder B bergerak maju sehingga bertemu dengan B1. Keluaran B1 pindah saluran dari saluran 1 ke saluran 2 menggerakkan mundur silinder B. Silinder B bergerak mundur sehingga bertemu dengan B0. Keluaran B0 menggerakkan maju silinder C. Silinder C bergerak maju sehingga bertemu dengan C1. Keluaran C1 menggerakkan maju silinder A. Silinder A bergerak maju sehingga bertemu dengan A1. Keluaran A1 berpindah saluran dari saluran 2 ke saluran 3 menggerakkan mundur silinder A. Silinder A bergerak mundur sehingga bertemu denga A0. Keluaran A0 menggerakkan mundur silinder C. Silinder C bergerak mundur sehingga bertemu dengan C0. 3. Diagram Gambar A B C Sal 1 Sal 2 Sal 3 Sal 4 Diagram Alir Sal 1 Sal 2 Sal 3 Sal 4
  • 20. 20 Komponen 3 unit double acting cylinder 6 unit 3/2 Wave Valve roller spring return 1 unit 3/2 Wave Valve manual button spring return 8 unit manometer 6 unit 5/2 wave valve pneumatically control valve 4 unit kompresor 37 buah kabel/selang Gambar Rangkaian Mekanisme Kerja Keluaran C0 pindah saluran dari saluran 4 ke saluran 1 menggerakkan maju silinder B. Silinder B bergerak maju sehingga bertemu dengan B1. Keluaran B1 pindah saluran dari saluran 1 ke saluran 2 menggerakkan mundur silinder B. Silinder B bergerak mundur sehingga bertemu dengan B0. A0 A1 B0 B1 C0 C1 4 2 5 1 3 4 2 5 1 3 4 2 5 1 3 2 1 3 A0 2 1 3 C0 2 1 3 C1 2 1 3 B0 2 1 3 B1 2 1 3 A1 4 2 5 1 3 4 2 5 1 3 4 2 5 1 3 2 1 3
  • 21. 21 Keluaran B menggerakkan maju silinder A. Silinder A bergerak maju sehingga bertemu dengan A1. Keluaran A1 pindah saluran dari saluran 2 ke saluran 3 menggerakkan mundur silinder A. Silinder A bergerak mundur sehingga bertemu dengan A0. Keluaran A0 menggerakkan maju silinder C. Silinder C bergerak maju sehingga bertemu dengan C1. Keluaran C1 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 4 menggerakkan mundur silinder C. Silinder C bergerak mundur sehingga bertemu dengan C0 4. Diagram gerakan A B C D Tahapan Langkah Komponen yang diperlukan Nama Komponen Jumlah Double acting cylinder 4 unit 3/2 Wave Valve roller spring return 8 unit Manometer 10 unit 5/2 wave valve pneumatically control valve 8 unit
  • 22. 22 Kabel/selang 50 buah Kompresor 1 unit Deskripsi pergerakan Keluaran D0 pindah saluran dari saluran 5 ke saluran 1 menggerakkan maju silinder A. Silinder A pada saluran 1 bergerak maju sehingga bertemu dengan A1. Keluaran A1 pindah saluran dari saluran 1 ke saluran 2 menggerakkan mundur silinder A. Silinder A pada saluran 2 bergerak mundur sehingga bertemu dengan A0. Keluaran A0 pada saluran 2 menggerakkan maju silinder B. Silinder B pada saluran 2 bergerak maju sehingga bertemu dengan B1. Keluaran B1 pindah saluran dari saluran 2 ke saluran 3 menggerakkan mundur silinder B. Silinder B pada saluran 3 bergerak mundur sehingga bertemu dengan B0. Keluaran B0 pada saluran 3 menggerakkan maju silinder C. Silinder C pada saluran 3 bergerak maju sehingga bertemu dengan C1. Keluaran C1 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 4 menggerakkan mundur silinder C. Silinder C pada saluran 4 bergerak mundur sehingga bertemu dengan C0. Keluaran C0 pada saluran 4 menggerakkan maju silinder D. Silinder D pada saluran 4 bergerak maju sehingga bertemu dengan D1. Keluaran D1 pindah saluran dari saluran 4 ke saluran 5 menggerakkan mundur silinder D. Silinder D pada saluran 5 bergerak mundur sehingga bertemu dengan D0
  • 23. 23 5. Diagram Gambar A B C Sal 1 Sal 2 Sal 3 Sal 4 Diagram Alir Sal 1 Sal 2 Sal 3 Sal 4 Komponen 3 unit double acting cylinder 6 unit 3/2 Wave Valve roller spring return 8 unit manometer 6 unit 5/2 wave valve pneumatically control valve 4 unit kompresor 1 unit valve counter 5 pulses 1 unit valve AND 40 buah kabel/selang 5X
  • 24. 24 Gambar Rangkaian Mekanisme Kerja Keluaran A0 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 1 menggerakkan maju silinder A. Silinder A pada saluran 1 bergerak maju sehingga bertemu dengan A1. Keluaran A1 pindah saluran dari saluran 1 ke saluran 2. Keluaran B0 dari saluran 2 menggerakkan maju silinder B bertemu dengan B1. Keluaran B1 dari saluran 2 menggerakkan mundur silinder B. Keluaran valve conter nomor 12 masuk ke keluaran valve yang menggerakkan silinder B maju. Keluaran valve conter nomor 10 masuk ke saluran sebelum saluran sumber valve conter yaitu saluran 1. Keluaran valve conter nomor 2 masuk ke masukan valve AND nomor 1. Keluaran valve conter nomor 1 masuk ke keluaran B1. Keluaran valve conter nomor 2 masuk ke valve pindah saluran. Silinder C pada saluran 3 bergerak maju sehingga bertemu dengan C1. A0 A1 B0 B1 C0 C1 4 2 5 1 3 4 2 5 1 3 4 2 5 1 3 2 1 3 C0 2 1 3 B0 2 1 3 B1 2 1 3 A1 4 2 5 1 3 4 2 5 1 3 4 2 5 1 3 5 12 10 2 1 1 1 2 2 1 3 A0 2 1 3 C1
  • 25. 25 Keluaran C1 pindah saluran dari saluran 3 ke saluran 4 menggerakkan mundur silinder C. Silinder C pada saluran 4 bergerak mundur sehingga bertemu dengan C0. Keluaran C0 pada saluran 4 menggerakkan mundur silinder A. Silinder A pada saluran 4 bergerak mundur sehingga bertemu dengan A0.
  • 26. 26 7. LEMBAR KERJA LAPORAN PRAKTIKUM Diagram gerakan Tahapan Langkah Rangkaian Komponen yang diperlukan Nama Komponen Jumlah
  • 27. 27 Deskripsi pergerakan 1. .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 2. .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 3. .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 4. .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 5. .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 6. .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 7. .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 8. .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 9. .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 10. .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
  • 28. 28 8. DAFTAR RUJUKAN Assidqi, NR. 2012. Sistem Pneumatik. Gohits. (Online). (http://x-one- automationpneumatic.blogspot.com/2009/03/katup-kontrol-arah- kka.html). Diakses 17 Oktober 2013. Dhimi. 2009. Metode Cascade (Pneumatik). Mechanical and Industrial Club. (Online). (http://hadimi.blogspot.com/2009/11/metode-cascade- pneumatik.html). Diakses 17 Oktober 2013. Saruna, MI., dkk. 2013. Analisis Sistem Penggerak Pneumatik Alat Angkat Kendaraan Niaga Kapasitas 2 Ton. Universitas Sam Ratulangi. (Online). Diakses 17 Oktober 2013. Tim Dosen Pembina Matakuliah Dasar Otomasi. 2012. Laboratorium Otomasi. Malang : Universitas Negeri Malang. Wirawan, Pramono. 2012. Bahan Ajar Pneumatik-Hidrolik. Universitas Negeri Semarang. (Online). (http://www.unnes.ac.id). Diakses 16 Oktober 2013.