Pasien anak laki-laki berusia 8 tahun digigit ular di kaki kanannya dan mengalami reaksi anafilaktik setelah diberi antibisa ular. Pasien dirawat di rumah sakit dengan pemberian cairan infus, antibiotik, dan kortikosteroid serta observasi selama beberapa jam."
1. Laporan kasus
snake bite gr 0 dengan reaksi anafilatik
Dr dimas m. zaeni
Dr raisa
Dokter dpjp
Dr Thomas sp.B
DR Hj. Heka sp.A
2. I. IDENTITAS
• A. Identitas Pasien
• Nama : An an M R. A.A
• Umur : 8 Tahun
• Jenis Kelamin : Laki- laki
• Agama : Islam
• Alamat : Karangwangi haurwangi
• Masuk RS : 19/7/2023 jam 23.00
3. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ayah pasien. (Tanggal 19/07/2023)
KELUHAN UTAMA
Nyeri post gigitan ular
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
• Seorang pasien anak laki-laki datang di rujuk dari puskesmas haurwangi datang dengan
keluhan nyeri post terkena gigitan ular pada kaki sebelah kanan. Menurut orang tua
kejadian jam 20.00 disekitar area rumah. Luka dan bengkak pada area gigitan tidak
nampak, sesak nafas disangkal, gatal disangkal. Mual dan nyeri perut disangkal,
pandangan buram juga disangkal.
• Menurut orangtua pasien bentuk warna dan jenis ular tidak jelas. Karena orangtua
khawatir maka pasien dibawa ke puskesmas untuk mendapatkan tatalaksana selanjutnya.
• Pasien datang ke igd tanpa didampingi perawat. Menurut keterangan dari keluarga dan
lembar rujukan puskesma pasien mendapatkan ABU (antibisa ular) dexametason jam
21.30. setelah di observasi di puskesmas pasien disarankan ke Rumah sakit.
4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Pasien belum pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya.
• Riwayat alergi obat- obatan (-)
• Riwayat alergi (-)
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
• Tidak ada
RIWAYAT IMUNISASI DASAR
• Tidak lengkap
5. PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum : Sedang
• Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
• Berat badan : 25 kg
• Tensi : 100/70 mmhg
• Nadi : 114x/menit
• Frekuensi napas : 22x/menit
• Suhu : 36,7 0C
6. Status Generalis
• Kepala : Normocephali
• Mata : Pupil bulat isokor, edema palpebra (+/+) conj anemis -
/- ikterik-
• Telinga : Bentuk normal, sekret (-)
• Hidung : Bentuk normal, nafas cuping hidung (-), sekret (-),
• Mulut : gusi tidak meradang, tidak merah dan bengkak (-)
• Bibir : Bibir kering dan pecah- pecah (-), sianosis (-)
• Lidah : Bercak- bercak putih pada lidah (-), tremor (-)
• Tenggorokan : Tonsil T1- T1 tenang, faring hiperemis (-)
• Leher : Trakea terletak ditengah, pembesaran KGB (-), kel. tiroid
tidak teraba membesar
7. Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba pada linea midclavicularis sinistra ICS 4
Auskultasi : Bunyi jantung 1 & 2 normal reguler, murmur (-) gallop (-)
Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal, pernapasan simetris dalam keadaan statis dan dinamis, retraksi sela iga (-)
Palpasi : fremitus vokal dan taktil simetris dalam statis dan dinamis
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+, ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Abdomen
Inspeksi : Abdomen terlihat datar dbn
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba membesar,
Perkusi : dbn di seluruh regio abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Extremitas : Akral hangat, pitting edema pretibial -/-
10. DIAGNOSA KERJA
• Vulnus morsum ar pedis dextra
• Snake bite grade 0
• Reaksi anafilatik post pemeberian SABU
11. PENATALAKSANAAN
• IVFD Nacl 0.9% 3cc/kgbb + Sabu 1 vial drip
• Dexametason ½ ampul
• Ranitidin ½ ampul
(sudah masuk dari pkm)
• Observasi k/u ttv di igd
• Sabu stop
• Dexametason 2,5 mg iv
• rencana observasi 6 jam setelah terkena gigitan bila tidak ada tanda2
kegawatan rencana BLPL
12. Time Line Tatalaksana Pasien di IGD
• Pasien MAsuk ke IGD tanggal 20 Juli 2023
• 01.38 WIB Pasien di kosulkan ke dr. Thomas Sp.B, Lab-
• 06.59 WIB Advice dr. Thomas Sp.B : Konsul IKA
• 07.05 WIB Konsul ke dr. Heka Sp. A, Lab -
• 08.24 WIB Lapor Hasil Lab ke dr. Heka Sp.A
• 08.31 WIB Advice dr. Heka Sp. A : Cetirizine 2 x 1 cth dan Dexa 3 x 1 ampul.
• 08.35 WIB Advice dr. Heka Sp. A Observasi sampai dengan siang, bila perbaikan obat
oral Dexametasone 3 x 1,5 cth
13. Snake Bite pada Anak
• Kasus gigitan ular masih menjadi topik kesehatan yang terabaikan di
banyak negara tropik maupun subtropik. World Health Organization (WHO)
memperkirakan 5.4 juta orang mengalami gigitan ular setiap tahunnya,
dengan 2.7 juta kasus diantaranya merupakan gigitan ular berbisa. Tahun
2007 terdapat 12.739 - 214.883 kasus gigitan ular di Indonesia dengan
estimasi kematian 2000 - 11.581
• Dari 3000 spesies ular di dunia, sekitar 15% diperkirakan berbahaya bagi
manusia. Di Asia Tenggara terdapat 3 jenis ular berbisa yaitu Elapidae,
Viperidae, dan Colubridae yang ketiganya memiliki toksisitas bisa dan
karakteristik manifestasi klinis yang berbeda.
• Spesies ular terbanyak yang menimbulkan kasus gigitan adalah Elapidae
dan Viperidae
17. Diagnosis
• diagnosis gigitan ular dapat ditegakkan secara klinis berdasarkan
anamnesis dari pasien, keluarga, atau orang terdekat. Pertanyaan
penting yang harus ditanyakan meliputi karakteristik jenis ular, lokasi
gigitan, waktu saat pasien tergigit, dan gejala yang dirasakan
18. Manajemen pertolongan pertama
• Pasien harus ditenangkan dan dibuat nyaman karena kondisi
hiperdinamik dapat mempercepat penyebaran bisa ular. Bagian yang
terkena gigitan harus di imobilisasi dan segera dibawa ke rumah sakit
supaya mendapatkan penanganan segera
• Tindakan insisi, mengisap luka gigitan, memanaskan serta memasang
tourniquets sebaiknya dihindari. Tourniquets dapat memperparah
nekrosis lokal yang sudah terjadi
19. Manajemen Gigitan Ular
Hal-hal yang harus dilakukan di RS antara lain :
• Lakukan pemeriksaan klinis secara cepat dan resusitasi termasuk ABC (airway, breathing, circulation), penilaian kesadaran,
dan monitoring tanda vital
• Buat akses intravena, beri oksigen dan resusitasi lain jika diperlukan
• Lakukan anamnesa yang meliputi bagian tubuh mana yang tergigit, waktu terjadinya gigitan dan jenis ular
• Lakukan pemeriksaan fisik :
• Bagian yang digigit untuk mencari bekas gigitan (fang marks), walaupun terkadang bekas tersebut tidak tampak, bengkak
ataupun nekrosis
• Palpasi arteri di distal lesi (untuk mengetahui ada tidaknya kompartemen sindrom)
• Cari tanda-tanda perdarahan (gusi berdarah, perdarahan konjungtiva, perdarahan di tempat gigitan)
• Cari tanda-tanda neurotoksisitas seperti ptosis, oftalmoplegi, paralisis bulbar, hingga paralisis dari otot-otot pernapasan
• Khusus untuk ular laut terdapat tanda rigiditas pada otot
• Pemeriksaan urin untuk mioglobinuri
• Lakukan pemeriksaan darah yang meliputi pemeriksaan darah rutin, tes fungsi ginjal, PPT/PTTK, tes golongan darah dan
cross match
• Anamnesa ulang mengenai riwayat imunisasi, beri anti tetanus toksoid jika merupakan indikasi
• Rawat inap paling tidak selama 24 jam (kecuali jika ular yang menggigit adalah jenis ular yang tidak berbisa)