Dokumen tersebut membahas tentang budidaya tanaman rambutan, meliputi pengenalan tanaman, klasifikasi, tata cara budidaya, dan pengendalian hama. Secara khusus membahas tentang pentingnya melakukan sanitasi lingkungan dan pemangkasan dalam pengendalian hama pada tanaman rambutan.
1. 90
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan flora dan faunanya.
Letak geografisnya menyebabkan negara ini mempunyai iklim yang sangat cocok
untuk pertumbuhan dan perkembangan berbagai jenis tanaman. Tidak terkecuali
tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Namun, disadari atau
tidak banyak petani di negara berkembang seperti Indonesia yang belum sadar dan
minimnya pengetahuan untuk mengelola lahan budidaya. Petani hanya
mengandalkan kebiasaan nenek moyang dan telah bergantung pada pertanian
konvensional dengan mengguankan pestisida kimia sintetis untuk mengatasi
masalah di lahan budidayanya.
Tanaman rambutan (Nephelium Sp) termasuk keluarga Sapidaceae.
Tanaman ini merupakan tanaman buah-buahan tropis basah asli Indonesia, dan
saat ini telah menyebar luas di daerah beriklim tropis seperti Filipina dan negara-
negara Amerika Latin. Produk rambutan diIndonesia sebagian besar berasal dari
pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Budidaya rumbutan di Indonesia
umumnya masih bersifat pekarangan tindakan agronomis juga kurang
diperhatikan seperti pemeliharaan tanaman pemupukan, pemberatasan hama
penyakit dan lain-lain. Perbaikan-perbaikan dalam tindakan agronomis akan dapat
memperbaiki kualitas dan kuantitas produksi buah rambutan berikutnya (Kalie,
1994).
2. 91
Pengendalian hama didefinisikan sebagai cara pendekatan atau cara berfikir
tentang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang didasarkan
pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan
agroekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan (Terpadu). Dengan
pengertian ini, konsepsi PHT telah sejalan dengan paradigma pembangunan
agribisnis. Konsep PHT muncul dan berkembang sebagai koreksi terhadap
kebijakan pengendalian hama secara konvensional yang menekankan penggunaan
pestisida. Penggunaan pestisida dalam kerangka penerapan PHT secara
konvensional ini menimbulkan dampak negatif yang merugikan baik ekonomi,
kesehatan, maupun lingkungan sebagai akibat penggunaan yang tidak tepat dan
berlebihan.
Sebagai bentuk penerapan pengelolaan yang baik petani di Indonesia sendiri
lebih segan menerapkan apa yang disampaikan dan diaplikasikan secara langsung.
Untuk mendukung hal tersebut diterapkan penyuluhan atau SL-PHT pertanian
yang didalamnya dilengkapi dengan petunjuk lapanng (petlap).
B. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat membuat petunjuk lapang
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui kegunaan petunjuk lapang
3. Agar mahasiswa dapat berlatih memandu dengan topik khusus
3. 92
II. TINJAUAN PUSTAKA
Rambutan (nama botani: Nephelium Lappaceum L.) adalah sejenis pokok
buah saka. Rambutan juga merupakan tanaman tropis yang tergolong ke dalam
suku lerak-lerakan atau sapindaceae, berasal dari daerah kepulauan di Asia
Tenggara. Kata rambutan berasal dari bentuk buahnya yang mempunyai kulit
menyerupai rambut. Penyebaran tanaman rambutan pada awalnya sangat terbatas
hanya di daerah tropis saja, saat ini sudah bisa ditemui di daratan yang
mempunyai iklim subtropis. Hal ini disebabkan oleh karena perkembangan di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan berhasil diciptakannya rumah
kaca. Hingga saat ini rambutan banyak terdapat didaerah tropis seperti Afrika,
Kamboja, Karibia, Amerika Tengah, India, Indonesia, Malaysia, Filipina,
Thailand dan Sri Lanka. (Mahirworo, dkk, 1989)
Rambutan (Nephelium lappaceum) merupakan salah satu jenis buah-buahan
yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh manusia. Tanaman buah
rambutan sengaja dibudidayakan untuk dimanfaatkan buahnya yang mempunyai
gizi, zat tepung, sejenis gula yang mudah terlarut dalam air, zat protein dan asam
amino, zat lemak, zat enzim-enzim yang esensial dan nonesensial, vitamin dan zat
mineral makro, mikro yang menyehatkan keluarga, tetapi adapula masyarakat
yang memanfaatkannya sebagai pohon pelindung di pekarangan sebagai tanaman
hias (Rismundar, 1998)
Tanaman tumbuh dan berbuah baik di dataran rendah hingga ketinggian 500
m dpl dengan tipe iklim basah. Curah hujan 1.500-3.000 mm per tahun. Tanah
4. 93
yang gembur dan subur lebih disenangi. Tanaman ini relatif tahan pada lahan
gambut yang masam dan tanah latosol cokelat dengan pH tanah 4-6,5. Suhu udara
22-35° C. Tipe tanah latosol kuning sangat disenangi. Hembusan angin yang
kering, biasanya di pantai, dapat menyebabkan tepi-tepi daun berwarna
kecokelatan seperti terbakar. Namun, untuk merangsang pembungaan diperlukan
musim kemarau (kering) antara 3-4 bulan. Hujan yang jatuh pada saat tanaman
sedang berbunga menyebabkan banyak bunga berguguran dan mendorong
timbulnya serangan penyakit mildu tepung (Oidium sp.). Bila kemarau
berkepanjangan, buah menjadi kurang berisi (kerempeng) dan bijinya tidak
berkembang (kempis, rudimenter). Pemeliharaannya hanya meliputi pemberian
pupuk bila diperlukan, penyiangan tanah sekitar tanaman, dan pemangkasan yang
biasanya dilakukan usai pemanenan (Mahirworo, dkk, 1989).
Menurut Matnawi (2012) tanaman rambutan dapat di klasifikasikan sebagai
berikut :
Tabel 10.1 Klasifikasi Tanaman Rambutan
Perbanyakan tanaman: Tanaman diperbanyak dengan okulasi.
Perbanyakan dengan susuan dan cangkok jarang dilakukan karena kurang efisien.
Sebagai batang bawah digunakan bibit semai dari varietas sinyonya (tidak
Taksonomi Klasifikasi
Kingdom
Subkingdom
Super Divisi
Divisi
Kelas
Sub Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Plantae
Tracheobionta
Spermatophyta
Magnoliophyta
Magnoliopsida
Rosidae
Sapindales
Sapindaceae
Nephelium
Nephelium lappaceum L.
5. 94
ngelotok). Umur batang bawah yang dapat diokulasi seldtar 6-8 bulan. Untuk
mata tempel, diambil dari cabang tanaman rambutan varietas unggul yang
daunnya mulai menua, tetapi belum tua benar. Biasanya pada cabang tersebut
mata tempelnya masih tidur. Untuk mempercepat mata tempel mulai bangun
(matanya menonjol), dilakukan perompesan daun dari cabang entres yang akan
digunakan sebagai sumber mata tempel antara 2-3 minggu sebelum cabang
dipotong. Biji rambutan adalah monoembrional sehingga semai generatif dari
varietas sinyonya yang digunakan untuk batang bawah pengaruhnya bervariasi
terhadap batang atas. Sifat tanaman rambutan adalah heterozigot dan menyerbuk
silang. Budi daya tanaman: Setelah lahan diolah, dibuat lubang tanaman ukuran
60 cm x 60 cm x 50 cm. Pupuk kandang yang digunakan adalah 40 kg/lubang
tanam. Jarak tanam 10 m x 12 m atau 12 m x 12 m, tergantung pada kondisi lahan.
Pada lahan miring, jarak tanam lebih rapat. Pada lahan gambut atau lahan masam
dengan pH kurang dari 5, perlu ditambahkan kapur mati atau abu dapur. Bibit
ditanam di lahan setelah tingginya lebih dari 75 cm, yakni berumur lebih dari
delapan bulan. Pupuk buatan berupa campuran urea, TSP atau SP-36, dan KCI,
dengan perbandingan 2 : 2: 1 diberikan sebanyak 50-250 gram per tanaman.
Pupuk diberikan tiga kali dengan selang empat bulan sekali. Sesudah tanaman
berumur lebih dari sepuluh tahun, dapat diberi pupuk NPK hingga 500-1.000 g
per pohon (Alexander, 1977).
6. 95
III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Ranting pohon
rambutan, Gunting dan
B. Prosedur Kerja
1. Praktikkan dikelompokkan sesuai dengan rombongannya yang setiap
kelompok terdiri dari 2 mahasiswa.
2. Setiap kelompok bertugas untuk mencari topik dan menyusun petunjuk
lapang.
3. Bahan-bahan untuk pemaparan dibuat menggunakan kertas plano
4. Setiap kelompok mempresentasikan tugas dihadapan praktikan lain dengan
didampingi dosen/asisten.
7. 96
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
(Terlampir)
B. Pembahasan
Pengendalian pada tanaman rambutan penting dilakukan karena hama dan
penyakit tanaman merupakan kendala yang perlu selalu diantisipasi
perkembangannya karena dapat menimbulkan kerugian bagi petani. Kerugian
dapat dirasakan apabila gejala serangan yang ditimbulkan sudah melewati AE
(ambang ekonomi). Kejadian ini akan menjadi musibah bagi para pembudidaya
tanaman rambutan, jadi perlu sekali dilakukan pengendalian hama pada tanaman
rambutan.
Kegiatan pengendalian meliputi pemangkasan dan sanitasi lingkungan
tumbuh. Agar tanaman rambutan mendapatkan tajuk yang rimbun, setelah
tanaman berumur 2 tahun segera dilakukan pemangkasan pada ujung cabang-
cabangnya. Disamping untuk memperoleh tajuk yang seimbang juga berguna
memberi bentuk tanaman, memperbanyak dan mengatur produksi agar tanaman
tetap terpelihara. Cara pemangkasan dibagi menjadi beberapa teknik diantaranya,
Pemangkasan Ringan: Pemangaksan ringan dilakukan pada cabang yang tidak
produktif dan juga menujukkan tanda-tanda kurus dan lebih kecil dari ranting lain,
Pemangkasan Sedang: Pemangkasan sedang dilakukan dengan cara menebang
bagian cabang yang rusak seperti patah atau retak dan Pemangakasan Berat:
8. 97
Pemangkasan berat dilakukan oleh petani yang berpengalam, karena dapat
berakibat pada matinay pohon, pemangkasan berat dilakukan pada saat buah pada
rambutan sudah mulai kurang. Pemangkasan ini dilakukan dengan cara memotong
cabang pohon dengan tua. Pemangkasan ini sebaiknya di ikuti dengan proses
okulasi. Dan Pemangkasan Tunas dimana pemangkasan tunas dilakukan dengan
cara mematahkan tunas atau cikal daun dan ranting pada tanaman rambutan,
Pemangkasan ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan suplay cadangan
makanan utama ke Buah dan dilakukan hanya pada saat tanaman berbuah.
Jadi peranan dalam pengendalian hama pada tanaman rambutan, dimana kali
ini dengan melakukan sanitasi dan pemangkasan. Pada sanitasi sudah pasti sangat
mempengaruhi dikarenakan lahan yang bersih sudah pasti cukup bisa menghindari
dari serangan hama. Dan pada pengendalian dengan pemangkasan memiliki
peranan penting untuk mengurangi kelembaban sehingga tidak sesuai dengan
syarat tumbuh hama dan penyakit pada tanaman dan juga untuk memaksimalkan
fotosintesis dan transport fotosintat (Hilman, 2004).
Dalam pemeliharaannya menurut Arsyad (1998), ada tahapan yang sering
dianggap enteng namun tidak kalah pentingnya dalam menghasilkan jenis buah
yang bermutu adalah tahapan pemeliharaan tanaman. Dalam pemeliharaan
tanaman ini ada beberapa langkah yang perlu dilakukan yakni:
1. Penjarangan dan Penyulaman
Karena kondisi tanah telah gembur dan mudah tanaman lain akan tumbuh
kembali terutama Gulma (tanaman pengganggu), seperti rumput-rumputan
dan harus disiangi sampai radius 1-2 m sekeliling tanaman rambutan. Apabila
9. 98
bibit tidak tumbuh dengan baik segera dilakukan penggantian dengan bibit
cadangan.
2. Perempalan
Agar supaya tanaman rambutan mendapatkan tajuk yang rimbun, setelah
tanaman berumur 2 tahun segera dilakukan perempelan/ pemangkasan pada
ujung cabang-cabangnya. Di samping untuk memperoleh tajuk yang
seimbang juga berguna memberi bentuk tanaman, memperbanyak dan
mengatur produksi agar tanaman tetap terpelihara. Pemangkasan juga perlu
dilakukan setelah masa panen buah berakhir dengan harapan muncul tajuk-
tajuk baru sebagai tempat munculnya bunga baru pada musim berikutnya dan
hasil berikutnya dapat meningkat.
3. Pemupukan
Untuk menjaga agar kesuburan lahan tanaman rambutan tetap stabil perlu
diberikan pupuk secara berkala dengan aturan: Pada tahun ke 2 setelah
penanaman bibit diberikan pada setiap pohon dengan campuran 30 kg pupuk
kandang, 50 kg TSP, 100 gram Urea dan 20 germ ZK dengan cara ditaburkan
di sekeliling pohon/dengan jalan menggali di sekeliling pohon sedalam 30 cm
selebar antara 40-50 cm, kemudian masukkan campuran tersebut dan tutup
kembali dengan tanah galian sebelumnya.Tahun berikutnya perlu dosis
pemupukan perlu ditambah dengan komposisi 50 kg pupuk kandang, 60 kg
TSP, 150 gr Urea dan 250 gr ZK dengan cara pemupukan yang sama, apabila
menggunakan pupuk NPK maka perbandingannya 15:15:15 dengan ukuran di
10. 99
antara 75-125 kg untuk setiap ha, dan bila ditabur dalam musim hujan dan
dengan komposisi 250-350 kg apabila dilakukan saat awal musim penghujan.
4. Pengairan dan Penyiraman
Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari
cangkokan/okulasi ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari,
pagi dan sore. Dan minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi
menjadi satu kali sehari.
Apabila tanaman rambutan telah tumbuh benar-benar kuat frekuensi
penyiraman bisa dikurangi lagi yang dapat dilakukan saat-saat diperlukan
saja. Dan bila turun terlalu lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tidak
tergenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan air.
5. Waktu Penyemprotan Pestisida
Guna mencegah kemungkinan tumbuhnya penyakit/hama karena kondisi
cuaca/hewan-hewan perusak maka perlu dilakukan penyemprotan pestisida
umumnyadilakukan antara 15-20 hari sebelum panen dan juga apabila
kelembaban udara terlalu tinggi akan tumbuh cendawan, apabila musim
penghujan mulai tiba perlu disemprot fungisida beberapa kali selama musim
hujan pestisida dan insektisida.
6. Pemeliharaan Lain
Untuk memacu munculnya bunga rambutan diperlukan larutan KNOq
(Kalsium Nitrat) yang akan mempercepat 10 hari lebih awal dari pada tidak
diberi KNOƒ dan juga mempunyai keunggulan memperbanyak "dompolan"
bunga (tandan) rambutan pada setiap stadium (tahap perkembangan) serta
11. 100
mempercepat pertumbuhan buah rambutan. Dengan melaksanakan tahapan
demi tahapan dalam budi daya tanaman rambutan dengan baik , diharapkan
hasil produksi buah rambutan memiliki kualitas yang unggul dan maksimal.
12. 101
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Petunjuk lapang adalah pedoman untuk membantu calon pemandu lapang
dalam memberikan materi khusus dihadapan para peserta kegiatan, dalam
hal ini petunjuk lapang yang dibuat adalah tentang pengendalian hama
rambutan.
2. Petunjuk lapang berguna untuk memperlancar pemandu lapang dalam
memberikan materi khusus kepada peserta kegiatan yang dilatih dalam SL-
PHT.
3. Topik yang diangkat dalam petunjuk lapang kali ini adalah tentang
pengendalian hama dengan pemangkasan.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan kepada seluruh praktikan adalah kedepannya
diharapkan mampu lebih bersosialisai dan mengajak secara lebih baik terkait
praktikum seperti ini.
13. 102
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, M. 1977. Introduction to Soil Microbiology. 2nd edition. New
York:Jhon Wiley Eastern and Sons Inc. New Delhi.
Arsyad, D.M. dan M. Syam. 1998. Kedelai. Sumber Pertumbuhan produksi dan
Teknik Budidaya. Edisi Revisi. Puslitbangtan. 30 hlm.
Budiman, Arie dan Kuswata Kartawinata. 1989. Peningkatan Penelitian dan
Pengembangan Prasarana Penelitian biologi. Laporan Teknik Lembaga
Biologi Nasional. Bogor
Hilman, Y. A. 2004. Tanaman Hortikultura dan Kontribusi Terhadap Ketahanan
Pangan dan Perkembangan Teknologinya. Dalam
Makarim, et.al.(penyunting). Inovasi Pertanian Tanaman Pangan.
Puslitbangtan Bogor; 95-132 hlm.
Mahisworo, dkk. 1991. Bertanam Rambutan. Penebar Swadaya: Jakarta.
Wahyuni, dkk. 2009. Buah Rambutan. Surya Cipta : Jakarta.
Rismunandar. 1983. Membudidayakan Tanaman Buah-buahan. Bandung : Sinar
Baru