SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
33
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agroekosistem pertanian sering mengalami penurunan produktivitas dan
bahkan kegagalan panen. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kejelian petani
dalam melakukan budidaya pertanian. Petani sering kali kesulitan dalam
mengetahui adanya hama maupun patogen di lahan mereka dan biasanya petani
baru menyadari adanya serangan hama maupun patogen setelah tanamannya
rusak, hal ini disebabkan karena sebagian besar hama dan patogen berukuran
mikro (kecil) seperti serangga bahkan lebih kecil lagi. Namun demikan,
bersamaan dengan berkembangnya IPTEK selalu ada cara untuk mendeteksi
keberadaan hama. Salah satu cara yang dapat dipraktekkan secara mudah dan
praktis yaitu dapat dengan mengetahui gejala serangan hama sedini mungkin.
Serangan patogen pada umumnya dapat dapat disebabkan oleh jamur, virus,
ataupun bakteri. Ukuran dari patogen jauh lebih kecil dibandingkan dengan hama,
maka dari itu patogen sangat susah dilihat secara kasat mata. Untuk membantu
melihat patogen harus dengan menggunakan mikroskop.
Gejala serangan hama berbeda dengan gejala serangan patogen. Serangan
hama umumnya memperlihatkan bekas gigitan ataupun belatung yang keluar dari
buah. Sementara gejala serangan patogen biasanya berhubungan dengan proses
fisiologis dari tanaman yang terjangkit patogen, semisal layu. Patogen juga sama
seperti hama dapat membunuh tanaman, tetapi hama membunuh dengan cepat
sementara patogen membunuh secara perlahan. Sebagai tindakan preventif dan
34
kuratif perlua adanya analisis agroekosistem untuk pengambilan keputusan
tindakan tersebut.
B. Tujuan
1. Untuk mengenal patogen utama pada tanaman pangan
2. Untuk mengenal gejala serangan patogen utama pada tanaman pangan di
lapangan
3. Untuk membuat analisis agroekosistem berdasarkan hasil pengamatan
35
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman cabai merupakan tanaman semusim yang tumbuh tegak dengan
batang berkayu dan bercabang banyak. Tinggi tanaman cabai bisa mencapai 120
cm dengan lebar tajuk tanaman sampai 90 cm (Surahmat, 2011). Daun cabai pada
umumnya berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung pada varietasnya.
Daun cabai yang ditopang oleh tangkai daun mempunyai pertulangan daun
menyirip. Bentuk daun umumnya bulat telur, lonjong, dan oval dengan ujung
meruncing, tergantung pada jenis dan varietasnya (Rubatzky, 1998).
Beberapa syarat tumbuh tanaman cabai merah diantaranya adalah keadaan
iklim, suhu dan keadaan tanah, uraian ketiganya adalah sebagai berikut:
1. Keadaan Iklim
Tanaman Cabai dapat tumbuh dengan baik di daerah yang mempunyai
kelembaban udara yang tinggi sampai sedang. Kelembaban udara terlalu
rendah akan mengurangi produksi cabai. Suhu rata-rata yang baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan cabai antara 18-300C. Suhu udara yang terlalu
rendah atau terlalu tinggi akan menyebabkan turunnya produksi cabai. Angin
yang bertiup cukup keras juga akan merusak tanaman cabai, tiupan angin
kencang mematahkan ranting, menggugurkan bunga dan buah, bahkan dapat
merobohkan tanaman. Penguapan yang tinggi dapat menyebabkan produksi
cabai menurun. Untuk mengurangi faktor penguapan, tanaman cabai harus
disiram dua atau tiga hari sekali (Ripangi, 2012).
36
2. Suhu Udara
Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai
berkisar antara 210C – 280C. Suhu harian yang terlalu terik, yakni di atas 320C
menyebabkan tepung sari tanaman cabai tidak berfungsi untuk melakukan
pembuahan. Selain itu juga suhu harian yang terik dapat menyebabkan bunga
dan buahnya terbakar. Suhu tanah pun juga berpengaruh terhadap penyerapan
unsur hara terutama N dan P. Apabila pada waktu berbunga suhu turun di
bawah 150C, maka pembuahan dan pembijiannya terganggu. Pada suhu ini,
unsur mikro yang penting untuk pertumbuhan buah sukar diserap oleh tanaman
cabai sehingga terjadi buah tanpa biji atau partenokarpi. Suhu udara yang
rendah, menyebabkan banyak cendawan penyakit daun menyerang tanaman
cabai teutama apabila disertai dengan kelembaban tinggi. Tanaman cabai
dapat beradaptasi dengan cuaca panas, tetapi tidak dapat menghasilkan buah
yang baik ketika suhu tertinggi pada malam hari mencapai 240C. Pada
umumnya cabai dapat tmbuh dengan baik pada suhu 20-300C. Waktu tanam
yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan (Maret – April).
Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang
sehat serta hama dan penyakit (Pracaya, 1993).
3. Tanah
Secara umum cabai menyukai tanah yang gembur dan banyak unsur hara.
Semua jenis tanah di Indonesia relatif bisa dipakai untuk bertanam cabai. Jenis
tanah yang paling cocok bagi tanaman cabai adalah jenis tanah lempung
berpasir atau tanah ringan yang banyak mengandung bahan organik dan
37
banyak mengandung unsur hara, solum tanah dalam, gembur, dan tidak
berpadas. Jenis tanah gambut (tanah yang berasal dari sisa tumbuhan yang
telah, sedang, atau belum melapuk), juga tanah rawa dan pasang surut tidak
bisa digunakan sebagai lahan tanam karena mempunyai derajat keasaman tanah
(pH) yang terlau tinggi.Tanah asam tidak cocok untuk tanaman karena unsur
aluminium dan besi meningkat sedangkan unsur kalsium, fosfat, dan
magnesium justru merosot. Dalam keadaan tersebut, tanaman bisa keracunan
aluminum dan besi. Selain itupada tanah yang mempunyai derajat keasaman
terlalu tinggi (diatas 7,0) tidak semua unsur dari pupuk bisa terserap oleh akar.
Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk tanaman cabai adalah sesuai
adalah sesuai dengan tanaman pada umumnya (pH netral) yaitu antara 6,0-7,0,
dimana pH ideal berada pada angka 6,5, (Priyadi, 2011).
38
III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan meliputi tanaman cabai, kantong plastik,
gunting, kertas plano dan ATK.
B. Prosedur Kerja
1. Setiap kelompok ditugaskan untuk melakukan pengamatan gejala serangan
patogen di lapang sesuai pembagian kelompok kerjanya
2. Gejala serangan dicatat dan nama penyakit beserta patogen penyebab
penyakitnya yang ditemukan di lapang ditentukan
3. Intensitas serangan diprediksi
4. Bagian tanaman yang diamati dibawa ke laboratorium sebagai koleksi
5. Hasil analisis agroekosistem ditulis pada kertas plano, yang meliputi gambar
keadaan umum agroekosistem, data hasil pengamatan, serangga netral,
pembahasan, simpulan, rencana tindak lanjut.
39
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Gambar 3.1 Analisis Agroekosistem Kondisi Penyakkit
40
B. Pembahasan
Analisis Agroekosistem pada pertanaman cabai yang kami amati
mendapatkan gejala serangan penyakit Antraknosa dan Bercak daun. Berikut
penjelasannya. Penyakit antraknosa termasuk salah satu jenis penyakit penting
yang menyerang tanaman cabe karena bisa menghancurkan panen hingga 20 - 90
% terutama pada saat musim hujan. Gejala yang dapat dikenali akibat serangan
cendawan ini adalah buah yang terserang terlihat bintik-bintik kecil berwarna
kehitaman dan berlekuk. Bintik-bintik ini pada bagian tepi berwarna kuning,
membesar dan memanjang. Sedangkan pada biji dapat menimbulkan kegagalan
berkecambah atau bila telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah
kecambah. Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut
ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan busuk kering
warna cokelat kehitam-hitaman. Cendawan penyebab penyakit antraknosa atau
patek ini berkembang dengan sangat pesat bila kelembaban udara cukup tinggi
yaitu bila lebih dari 80 % rH dengan suhu 32 ΒΊC.
Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh Cendawan
Colletotrichum capsici. Penyakit antraknosa atau patek ini merupakan momok
bagi para petani cabai karena bisa menghancurkan panen hingga 20-100 %
terutama pada saat musim hujan, cendawan penyebab penyakit antraknosa atau
patek ini berkembang dengan sangat pesat bila kelembaban udara cukup tinggi
yaitu bila lebih dari 80 rH dengan suhu 32 derajat selsius biasanya gejala serangan
penyakit antraknosa atau patek pada buah ditandai buah busuk berwarna kuning-
coklat seperti terkena sengatan matahari diikuti oleh busuk basah yang terkadang
41
ada jelaganya berwarna hitam. Sedangkan pada biji dapat menimbulkan kegagalan
berkecambah atau bila telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah
kecambah. Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut
ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan busuk kering
warna cokelat kehitam-hitaman.
Penyakit antraknosa menimbulkan gejala busuk pada buah yang dicirikan
oleh adanya bercak coklat kehitaman pada permukaan buah yang selanjutnya
meluas menjadi busuk lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik-
titik hitam yang terdiri dari sekelompok seta dan konidium cendawan. Serangan
yang berat dapat menyebabkan buah mengering dan keriput sehingga buah yang
seharusnya berwarna merah menjadi seperti jerami (Semangun, 2000).
Intensitas serangan penyakit antraknosa (Colectrichum capsici) dengan total
sampel yang diamati 20 tanaman dari jumlah keseluruh tanaman yaitu 231
tanaman :
kategori 0 = 2
Kategori 1 (1-25%) = 0
Kategori 2 (26-50%) = 0
Kategori 3 (51-75%) = 3
Kategori 4 (76-100%) = 15
I =
𝑁π‘₯𝑉
𝑁π‘₯𝑍
x 100 %
I =
(2π‘₯0)+(0π‘₯1)+(0π‘₯2)+(1π‘₯3)+(15Γ—4)
20 π‘₯ 4
x 100%
=
0+0+0+3+60
80
x 100%
42
=
63
80
x100%
= 77,5%
Pada intensitas ini tergolong berat sekali. Pengendaliannya dapat dilakukan
dengan penggunaan fungisida berbahan aktif Mankozeb, sanitasi lahan dan
pemangkasan serta pembakaran. Petani melakukan tindak lanjut dengan
membenam dan membakar bagian tanaman yang terserang penyakit ini. Dalam
hal ini sebenarnya pembenanamn bagian yang sakit dapat berdampak buruk,
karena cendawan ini dapat menyerang lewat sistem perakaran tanaman cabai.
Pembakaran adalah cara yang paling tepat untuk mengatasi bagian tanaman yang
sudah kehilangan hasil. Selain antraknosa pada tanaman cabai yang diamati ada
bercak daun.
Bercak daun akibat Cercospora capsici dikategorikan sebagai berat.
penyakit ini menurut Agrios (1996) menimbulkan kerusakan pada daun, batang
dan akar. Gejala serangan penyakit ini mulai terlihat dari munculnya bercak bulat
berwarna coklat pada daun dan kering, ukuran bercak bisa mencapai sekitar 1 inci.
Pusat bercak berwarna pucat sampai putih dengan warna tepi lebih tua. Bercak
yang tua dapat menyebabkan lubang-lubang. Bercak daun mampu menimbulkan
kerugian ekonomi yang besar pada budidaya cabai, daun yang terserang akan layu
dan rontok. Penyakit bercak daun ini dapat menyerang tanaman muda di
persemaian, dan cenderung lebih banyak menyerang tanaman tua. Serangan berat
meyebabkan tanaman cabai kehilangan hampir semua daunnya, kondisi ini akan
mempengaruhi kemampuan cabai dalam menghasilkan buah. Kondisi lingkungan
yang selalu hujan mendukung perkembangan dan penyebaran penyakit bercak
43
daun. Pada musim kemarau dan pada lahan yang mempunyai drainase baik,
penyakit layu kurang berkembang.
Intensitas Bercak daun (Cercospora capsici) dengan total sampel yang
diamati dari 20 tanaman dengan jumlah seluruh tanaman yaitu 231 tanaman:
kategori 0 = 2
Kategori 1 (1-25%) = 1
Kategori 2 (26-50%) = 7
Kategori 3 (51-75%) = 10
Kategori 4 (76-100%) = 0
I =
𝑁π‘₯𝑉
𝑁π‘₯𝑍
x 100 %
I =
(2π‘₯0)+(1π‘₯1)+(7π‘₯2)+(10π‘₯3)+(0Γ—4)
20 π‘₯ 4
x 100%
=
0+1+14+30+0
80
x 100%
=
45
80
x100%
= 56,25%
Pada intensitas ini tergolong berat. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan
sanitasi lahan, pemangkasan daun yang terserang dan penggunaan fungisisda
berbahan aktif Benomyl. Kondisi lahan yang cukup bersih pengendalian lanjutan
yang dapat diterapkan adalah dengan Sanitasi dengan cara memusnahkan dan atau
sisa-sisa tanaman yang terinfeksi/terserang, menurut (FAO 2004), menanam bibit
yang bebas patogen pada lahan yang tidak terkontaminasi oleh patogen, baik
dipersemaian maupun di lapangan, Perlakuan benih sebelum tanam, Perbaikan
drainase, Waktu tanam yang tepat adalah musim kemarau dengan irigasi yang
44
baik dan pergiliran tanaman dengan tanaman non solanaceae dan Pengendalian
kimia dapat dilakukan dengan fungisida secara bijaksana, efektif, terdaftar dan
diijinkan oleh Menteri Pertanian, berpedoman pada peramalan cuaca dan populasi
spora di lapangan
45
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penyakit pada cabai yang diamati ialah Antraknosa oleh Collectrotichum
capsici dan Bercak daun oleh Cercospora capsici.
2. Gejala visual yang menunjukkan ciri khas serangan Collectrotichum
capsici yaitu bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair,
berwarna hitam, orange dan coklat.. Sedangkan Cercospora capsici
munculnya bercak bulat berwarna coklat pada daun dan kering, ukuran
bercak bisa mencapai sekitar 1 inci. Pusat bercak berwarna pucat sampai
putih dengan warna tepi lebih tua. Bercak yang tua dapat menyebabkan
lubang-lubang.
B. Saran
Dalam melakukan pengamatan terhadap penyakit pada tanaman ubi jalar
sebaiknya dilakukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi dan adanya panduan
dari asisten supaya penyakit yang terlihat semakin banyak.

More Related Content

What's hot

Makalah hama pohon mahoni
Makalah hama pohon mahoniMakalah hama pohon mahoni
Makalah hama pohon mahoniDina akib
Β 
5 ramlan-pengendalian karat kedelai
5 ramlan-pengendalian karat kedelai5 ramlan-pengendalian karat kedelai
5 ramlan-pengendalian karat kedelaixie_yeuw_jack
Β 
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluansat rahayuwati
Β 
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik PengendaliannyaAnkardiansyah Pandu Pradana
Β 
Penyakit Pasca Panen Pisang
Penyakit Pasca Panen PisangPenyakit Pasca Panen Pisang
Penyakit Pasca Panen PisangMidaalmakwa
Β 
Penyakit Kelapa Sawit Non Infeksius Karena Faktor Lingkungan
Penyakit Kelapa Sawit Non Infeksius Karena Faktor LingkunganPenyakit Kelapa Sawit Non Infeksius Karena Faktor Lingkungan
Penyakit Kelapa Sawit Non Infeksius Karena Faktor Lingkungansat rahayuwati
Β 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelaiMarta Adinata
Β 
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang PanjangHama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang PanjangIda Haerani
Β 
155 budi daya kacang tanah
155 budi daya kacang tanah155 budi daya kacang tanah
155 budi daya kacang tanahHeruSigitSetiawan
Β 
Patah pangkal pelepah
Patah pangkal pelepahPatah pangkal pelepah
Patah pangkal pelepahsat rahayuwati
Β 
Trichoderma
TrichodermaTrichoderma
TrichodermaThiam Hok
Β 
trichoderma loh.
trichoderma loh.trichoderma loh.
trichoderma loh.Ade Kriwandi
Β 
Dpt (penyakit pnting pada lada)
Dpt (penyakit pnting pada lada)Dpt (penyakit pnting pada lada)
Dpt (penyakit pnting pada lada)edhie noegroho
Β 
Teknis budidaya jagung
Teknis budidaya jagungTeknis budidaya jagung
Teknis budidaya jagungsujononasa
Β 
Penyakit kelapa sawit karat jelaga hawar kipas
Penyakit kelapa sawit karat jelaga hawar kipasPenyakit kelapa sawit karat jelaga hawar kipas
Penyakit kelapa sawit karat jelaga hawar kipassat rahayuwati
Β 

What's hot (19)

Makalah hama pohon mahoni
Makalah hama pohon mahoniMakalah hama pohon mahoni
Makalah hama pohon mahoni
Β 
Trichokompos power point
Trichokompos power pointTrichokompos power point
Trichokompos power point
Β 
5 ramlan-pengendalian karat kedelai
5 ramlan-pengendalian karat kedelai5 ramlan-pengendalian karat kedelai
5 ramlan-pengendalian karat kedelai
Β 
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan
Β 
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Β 
Penyakit Pasca Panen Pisang
Penyakit Pasca Panen PisangPenyakit Pasca Panen Pisang
Penyakit Pasca Panen Pisang
Β 
Penyakit Kelapa Sawit Non Infeksius Karena Faktor Lingkungan
Penyakit Kelapa Sawit Non Infeksius Karena Faktor LingkunganPenyakit Kelapa Sawit Non Infeksius Karena Faktor Lingkungan
Penyakit Kelapa Sawit Non Infeksius Karena Faktor Lingkungan
Β 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
Β 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
Β 
Blas padi
Blas padiBlas padi
Blas padi
Β 
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang PanjangHama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
Β 
155 budi daya kacang tanah
155 budi daya kacang tanah155 budi daya kacang tanah
155 budi daya kacang tanah
Β 
Penyakit blas padi
Penyakit blas padiPenyakit blas padi
Penyakit blas padi
Β 
Patah pangkal pelepah
Patah pangkal pelepahPatah pangkal pelepah
Patah pangkal pelepah
Β 
Trichoderma
TrichodermaTrichoderma
Trichoderma
Β 
trichoderma loh.
trichoderma loh.trichoderma loh.
trichoderma loh.
Β 
Dpt (penyakit pnting pada lada)
Dpt (penyakit pnting pada lada)Dpt (penyakit pnting pada lada)
Dpt (penyakit pnting pada lada)
Β 
Teknis budidaya jagung
Teknis budidaya jagungTeknis budidaya jagung
Teknis budidaya jagung
Β 
Penyakit kelapa sawit karat jelaga hawar kipas
Penyakit kelapa sawit karat jelaga hawar kipasPenyakit kelapa sawit karat jelaga hawar kipas
Penyakit kelapa sawit karat jelaga hawar kipas
Β 

Similar to Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN

hama dan penyakit tanaman cengkeh.pptx
hama dan penyakit tanaman cengkeh.pptxhama dan penyakit tanaman cengkeh.pptx
hama dan penyakit tanaman cengkeh.pptxRianRifandi
Β 
penyakit yang disebabkan bakteri dan jamur padatanaman kunyit .pptx
penyakit yang disebabkan bakteri dan jamur padatanaman kunyit .pptxpenyakit yang disebabkan bakteri dan jamur padatanaman kunyit .pptx
penyakit yang disebabkan bakteri dan jamur padatanaman kunyit .pptxradityaadiputra5
Β 
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan optBustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan optAdiluhungAhsan1
Β 
NUR RAHMA CHAIRUNNISA 184110168 TUGAS 4.pptx
NUR RAHMA CHAIRUNNISA 184110168 TUGAS 4.pptxNUR RAHMA CHAIRUNNISA 184110168 TUGAS 4.pptx
NUR RAHMA CHAIRUNNISA 184110168 TUGAS 4.pptxnisachairunnisa2
Β 
137870072 identifikasi-opt
137870072 identifikasi-opt137870072 identifikasi-opt
137870072 identifikasi-optKabayan Baduy
Β 
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdfssuser37d4f01
Β 
Teknik budidaya tanaman tomat
Teknik budidaya tanaman tomatTeknik budidaya tanaman tomat
Teknik budidaya tanaman tomatMara Sutan Siregar
Β 
Teknis budidaya kacang tanah
Teknis budidaya kacang tanahTeknis budidaya kacang tanah
Teknis budidaya kacang tanahsujononasa
Β 
patogen pada jamur bulai jagung
patogen pada jamur bulai jagungpatogen pada jamur bulai jagung
patogen pada jamur bulai jagungDesti Diana Putri
Β 
Praktikum 1 hujan asam
Praktikum 1 hujan asamPraktikum 1 hujan asam
Praktikum 1 hujan asamFurqaan Hamsyani
Β 
struktur tumbuhan.pptx
struktur tumbuhan.pptxstruktur tumbuhan.pptx
struktur tumbuhan.pptxMayaFadhillah3
Β 
struktur tumbuhan.pdf
struktur tumbuhan.pdfstruktur tumbuhan.pdf
struktur tumbuhan.pdfMayaFadhillah3
Β 
Bertanam jamur merang
Bertanam jamur merangBertanam jamur merang
Bertanam jamur merangakmalkojah
Β 
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dedePENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dedediana novitasari
Β 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANdyahpuspita73
Β 

Similar to Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN (20)

hama dan penyakit tanaman cengkeh.pptx
hama dan penyakit tanaman cengkeh.pptxhama dan penyakit tanaman cengkeh.pptx
hama dan penyakit tanaman cengkeh.pptx
Β 
penyakit yang disebabkan bakteri dan jamur padatanaman kunyit .pptx
penyakit yang disebabkan bakteri dan jamur padatanaman kunyit .pptxpenyakit yang disebabkan bakteri dan jamur padatanaman kunyit .pptx
penyakit yang disebabkan bakteri dan jamur padatanaman kunyit .pptx
Β 
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan optBustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Β 
NUR RAHMA CHAIRUNNISA 184110168 TUGAS 4.pptx
NUR RAHMA CHAIRUNNISA 184110168 TUGAS 4.pptxNUR RAHMA CHAIRUNNISA 184110168 TUGAS 4.pptx
NUR RAHMA CHAIRUNNISA 184110168 TUGAS 4.pptx
Β 
OPT Bw.Merah.pptx
OPT Bw.Merah.pptxOPT Bw.Merah.pptx
OPT Bw.Merah.pptx
Β 
OPT DURIAN.pptx
OPT DURIAN.pptxOPT DURIAN.pptx
OPT DURIAN.pptx
Β 
137870072 identifikasi-opt
137870072 identifikasi-opt137870072 identifikasi-opt
137870072 identifikasi-opt
Β 
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf
Β 
Teknik budidaya tanaman tomat
Teknik budidaya tanaman tomatTeknik budidaya tanaman tomat
Teknik budidaya tanaman tomat
Β 
Teknis budidaya kacang tanah
Teknis budidaya kacang tanahTeknis budidaya kacang tanah
Teknis budidaya kacang tanah
Β 
patogen pada jamur bulai jagung
patogen pada jamur bulai jagungpatogen pada jamur bulai jagung
patogen pada jamur bulai jagung
Β 
Tomat
TomatTomat
Tomat
Β 
Praktikum 1 hujan asam
Praktikum 1 hujan asamPraktikum 1 hujan asam
Praktikum 1 hujan asam
Β 
struktur tumbuhan.pptx
struktur tumbuhan.pptxstruktur tumbuhan.pptx
struktur tumbuhan.pptx
Β 
struktur tumbuhan.pdf
struktur tumbuhan.pdfstruktur tumbuhan.pdf
struktur tumbuhan.pdf
Β 
Bertanam jamur merang
Bertanam jamur merangBertanam jamur merang
Bertanam jamur merang
Β 
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dedePENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
Β 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
Β 
Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1
Β 
Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1
Β 

More from Alfian Nopara Saifudin

Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOEDDaftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOEDAlfian Nopara Saifudin
Β 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAlfian Nopara Saifudin
Β 
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEMAcara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEMAlfian Nopara Saifudin
Β 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHAlfian Nopara Saifudin
Β 
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indralaporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indraAlfian Nopara Saifudin
Β 
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)Alfian Nopara Saifudin
Β 

More from Alfian Nopara Saifudin (20)

Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
Β 
Acara 8 fix tekben
Acara 8 fix tekbenAcara 8 fix tekben
Acara 8 fix tekben
Β 
Acara 7 fix tekben
Acara 7 fix tekbenAcara 7 fix tekben
Acara 7 fix tekben
Β 
Acara 6 fix tekben
Acara 6 fix tekbenAcara 6 fix tekben
Acara 6 fix tekben
Β 
Acara 5 fix tekben
Acara 5 fix tekbenAcara 5 fix tekben
Acara 5 fix tekben
Β 
Acara 4 fix tekben
Acara 4 fix tekbenAcara 4 fix tekben
Acara 4 fix tekben
Β 
Acara 3 fix tekben
Acara 3 fix tekbenAcara 3 fix tekben
Acara 3 fix tekben
Β 
Acara 2 fix tekben
Acara 2 fix tekbenAcara 2 fix tekben
Acara 2 fix tekben
Β 
Acara 1 fix tekben
Acara 1 fix tekbenAcara 1 fix tekben
Acara 1 fix tekben
Β 
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOEDDaftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
Β 
Cover UNSOED
Cover UNSOEDCover UNSOED
Cover UNSOED
Β 
Acara 10 PETLAP RAMBUTAN
Acara 10 PETLAP RAMBUTANAcara 10 PETLAP RAMBUTAN
Acara 10 PETLAP RAMBUTAN
Β 
Acara 9 PHPT KAKAO
Acara 9 PHPT KAKAOAcara 9 PHPT KAKAO
Acara 9 PHPT KAKAO
Β 
Acara 8 LALAT BUAH
Acara 8 LALAT BUAHAcara 8 LALAT BUAH
Acara 8 LALAT BUAH
Β 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Β 
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEMAcara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Β 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
Β 
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indralaporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
Β 
Tugas terstruktur sosper
Tugas terstruktur sosperTugas terstruktur sosper
Tugas terstruktur sosper
Β 
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Β 

Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN

  • 1. 33 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroekosistem pertanian sering mengalami penurunan produktivitas dan bahkan kegagalan panen. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kejelian petani dalam melakukan budidaya pertanian. Petani sering kali kesulitan dalam mengetahui adanya hama maupun patogen di lahan mereka dan biasanya petani baru menyadari adanya serangan hama maupun patogen setelah tanamannya rusak, hal ini disebabkan karena sebagian besar hama dan patogen berukuran mikro (kecil) seperti serangga bahkan lebih kecil lagi. Namun demikan, bersamaan dengan berkembangnya IPTEK selalu ada cara untuk mendeteksi keberadaan hama. Salah satu cara yang dapat dipraktekkan secara mudah dan praktis yaitu dapat dengan mengetahui gejala serangan hama sedini mungkin. Serangan patogen pada umumnya dapat dapat disebabkan oleh jamur, virus, ataupun bakteri. Ukuran dari patogen jauh lebih kecil dibandingkan dengan hama, maka dari itu patogen sangat susah dilihat secara kasat mata. Untuk membantu melihat patogen harus dengan menggunakan mikroskop. Gejala serangan hama berbeda dengan gejala serangan patogen. Serangan hama umumnya memperlihatkan bekas gigitan ataupun belatung yang keluar dari buah. Sementara gejala serangan patogen biasanya berhubungan dengan proses fisiologis dari tanaman yang terjangkit patogen, semisal layu. Patogen juga sama seperti hama dapat membunuh tanaman, tetapi hama membunuh dengan cepat sementara patogen membunuh secara perlahan. Sebagai tindakan preventif dan
  • 2. 34 kuratif perlua adanya analisis agroekosistem untuk pengambilan keputusan tindakan tersebut. B. Tujuan 1. Untuk mengenal patogen utama pada tanaman pangan 2. Untuk mengenal gejala serangan patogen utama pada tanaman pangan di lapangan 3. Untuk membuat analisis agroekosistem berdasarkan hasil pengamatan
  • 3. 35 II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman cabai merupakan tanaman semusim yang tumbuh tegak dengan batang berkayu dan bercabang banyak. Tinggi tanaman cabai bisa mencapai 120 cm dengan lebar tajuk tanaman sampai 90 cm (Surahmat, 2011). Daun cabai pada umumnya berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung pada varietasnya. Daun cabai yang ditopang oleh tangkai daun mempunyai pertulangan daun menyirip. Bentuk daun umumnya bulat telur, lonjong, dan oval dengan ujung meruncing, tergantung pada jenis dan varietasnya (Rubatzky, 1998). Beberapa syarat tumbuh tanaman cabai merah diantaranya adalah keadaan iklim, suhu dan keadaan tanah, uraian ketiganya adalah sebagai berikut: 1. Keadaan Iklim Tanaman Cabai dapat tumbuh dengan baik di daerah yang mempunyai kelembaban udara yang tinggi sampai sedang. Kelembaban udara terlalu rendah akan mengurangi produksi cabai. Suhu rata-rata yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan cabai antara 18-300C. Suhu udara yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan menyebabkan turunnya produksi cabai. Angin yang bertiup cukup keras juga akan merusak tanaman cabai, tiupan angin kencang mematahkan ranting, menggugurkan bunga dan buah, bahkan dapat merobohkan tanaman. Penguapan yang tinggi dapat menyebabkan produksi cabai menurun. Untuk mengurangi faktor penguapan, tanaman cabai harus disiram dua atau tiga hari sekali (Ripangi, 2012).
  • 4. 36 2. Suhu Udara Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai berkisar antara 210C – 280C. Suhu harian yang terlalu terik, yakni di atas 320C menyebabkan tepung sari tanaman cabai tidak berfungsi untuk melakukan pembuahan. Selain itu juga suhu harian yang terik dapat menyebabkan bunga dan buahnya terbakar. Suhu tanah pun juga berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara terutama N dan P. Apabila pada waktu berbunga suhu turun di bawah 150C, maka pembuahan dan pembijiannya terganggu. Pada suhu ini, unsur mikro yang penting untuk pertumbuhan buah sukar diserap oleh tanaman cabai sehingga terjadi buah tanpa biji atau partenokarpi. Suhu udara yang rendah, menyebabkan banyak cendawan penyakit daun menyerang tanaman cabai teutama apabila disertai dengan kelembaban tinggi. Tanaman cabai dapat beradaptasi dengan cuaca panas, tetapi tidak dapat menghasilkan buah yang baik ketika suhu tertinggi pada malam hari mencapai 240C. Pada umumnya cabai dapat tmbuh dengan baik pada suhu 20-300C. Waktu tanam yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan (Maret – April). Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta hama dan penyakit (Pracaya, 1993). 3. Tanah Secara umum cabai menyukai tanah yang gembur dan banyak unsur hara. Semua jenis tanah di Indonesia relatif bisa dipakai untuk bertanam cabai. Jenis tanah yang paling cocok bagi tanaman cabai adalah jenis tanah lempung berpasir atau tanah ringan yang banyak mengandung bahan organik dan
  • 5. 37 banyak mengandung unsur hara, solum tanah dalam, gembur, dan tidak berpadas. Jenis tanah gambut (tanah yang berasal dari sisa tumbuhan yang telah, sedang, atau belum melapuk), juga tanah rawa dan pasang surut tidak bisa digunakan sebagai lahan tanam karena mempunyai derajat keasaman tanah (pH) yang terlau tinggi.Tanah asam tidak cocok untuk tanaman karena unsur aluminium dan besi meningkat sedangkan unsur kalsium, fosfat, dan magnesium justru merosot. Dalam keadaan tersebut, tanaman bisa keracunan aluminum dan besi. Selain itupada tanah yang mempunyai derajat keasaman terlalu tinggi (diatas 7,0) tidak semua unsur dari pupuk bisa terserap oleh akar. Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk tanaman cabai adalah sesuai adalah sesuai dengan tanaman pada umumnya (pH netral) yaitu antara 6,0-7,0, dimana pH ideal berada pada angka 6,5, (Priyadi, 2011).
  • 6. 38 III. METODE PRAKTIKUM A. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan meliputi tanaman cabai, kantong plastik, gunting, kertas plano dan ATK. B. Prosedur Kerja 1. Setiap kelompok ditugaskan untuk melakukan pengamatan gejala serangan patogen di lapang sesuai pembagian kelompok kerjanya 2. Gejala serangan dicatat dan nama penyakit beserta patogen penyebab penyakitnya yang ditemukan di lapang ditentukan 3. Intensitas serangan diprediksi 4. Bagian tanaman yang diamati dibawa ke laboratorium sebagai koleksi 5. Hasil analisis agroekosistem ditulis pada kertas plano, yang meliputi gambar keadaan umum agroekosistem, data hasil pengamatan, serangga netral, pembahasan, simpulan, rencana tindak lanjut.
  • 7. 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Gambar 3.1 Analisis Agroekosistem Kondisi Penyakkit
  • 8. 40 B. Pembahasan Analisis Agroekosistem pada pertanaman cabai yang kami amati mendapatkan gejala serangan penyakit Antraknosa dan Bercak daun. Berikut penjelasannya. Penyakit antraknosa termasuk salah satu jenis penyakit penting yang menyerang tanaman cabe karena bisa menghancurkan panen hingga 20 - 90 % terutama pada saat musim hujan. Gejala yang dapat dikenali akibat serangan cendawan ini adalah buah yang terserang terlihat bintik-bintik kecil berwarna kehitaman dan berlekuk. Bintik-bintik ini pada bagian tepi berwarna kuning, membesar dan memanjang. Sedangkan pada biji dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah kecambah. Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan busuk kering warna cokelat kehitam-hitaman. Cendawan penyebab penyakit antraknosa atau patek ini berkembang dengan sangat pesat bila kelembaban udara cukup tinggi yaitu bila lebih dari 80 % rH dengan suhu 32 ΒΊC. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh Cendawan Colletotrichum capsici. Penyakit antraknosa atau patek ini merupakan momok bagi para petani cabai karena bisa menghancurkan panen hingga 20-100 % terutama pada saat musim hujan, cendawan penyebab penyakit antraknosa atau patek ini berkembang dengan sangat pesat bila kelembaban udara cukup tinggi yaitu bila lebih dari 80 rH dengan suhu 32 derajat selsius biasanya gejala serangan penyakit antraknosa atau patek pada buah ditandai buah busuk berwarna kuning- coklat seperti terkena sengatan matahari diikuti oleh busuk basah yang terkadang
  • 9. 41 ada jelaganya berwarna hitam. Sedangkan pada biji dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah kecambah. Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan busuk kering warna cokelat kehitam-hitaman. Penyakit antraknosa menimbulkan gejala busuk pada buah yang dicirikan oleh adanya bercak coklat kehitaman pada permukaan buah yang selanjutnya meluas menjadi busuk lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik- titik hitam yang terdiri dari sekelompok seta dan konidium cendawan. Serangan yang berat dapat menyebabkan buah mengering dan keriput sehingga buah yang seharusnya berwarna merah menjadi seperti jerami (Semangun, 2000). Intensitas serangan penyakit antraknosa (Colectrichum capsici) dengan total sampel yang diamati 20 tanaman dari jumlah keseluruh tanaman yaitu 231 tanaman : kategori 0 = 2 Kategori 1 (1-25%) = 0 Kategori 2 (26-50%) = 0 Kategori 3 (51-75%) = 3 Kategori 4 (76-100%) = 15 I = 𝑁π‘₯𝑉 𝑁π‘₯𝑍 x 100 % I = (2π‘₯0)+(0π‘₯1)+(0π‘₯2)+(1π‘₯3)+(15Γ—4) 20 π‘₯ 4 x 100% = 0+0+0+3+60 80 x 100%
  • 10. 42 = 63 80 x100% = 77,5% Pada intensitas ini tergolong berat sekali. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan penggunaan fungisida berbahan aktif Mankozeb, sanitasi lahan dan pemangkasan serta pembakaran. Petani melakukan tindak lanjut dengan membenam dan membakar bagian tanaman yang terserang penyakit ini. Dalam hal ini sebenarnya pembenanamn bagian yang sakit dapat berdampak buruk, karena cendawan ini dapat menyerang lewat sistem perakaran tanaman cabai. Pembakaran adalah cara yang paling tepat untuk mengatasi bagian tanaman yang sudah kehilangan hasil. Selain antraknosa pada tanaman cabai yang diamati ada bercak daun. Bercak daun akibat Cercospora capsici dikategorikan sebagai berat. penyakit ini menurut Agrios (1996) menimbulkan kerusakan pada daun, batang dan akar. Gejala serangan penyakit ini mulai terlihat dari munculnya bercak bulat berwarna coklat pada daun dan kering, ukuran bercak bisa mencapai sekitar 1 inci. Pusat bercak berwarna pucat sampai putih dengan warna tepi lebih tua. Bercak yang tua dapat menyebabkan lubang-lubang. Bercak daun mampu menimbulkan kerugian ekonomi yang besar pada budidaya cabai, daun yang terserang akan layu dan rontok. Penyakit bercak daun ini dapat menyerang tanaman muda di persemaian, dan cenderung lebih banyak menyerang tanaman tua. Serangan berat meyebabkan tanaman cabai kehilangan hampir semua daunnya, kondisi ini akan mempengaruhi kemampuan cabai dalam menghasilkan buah. Kondisi lingkungan yang selalu hujan mendukung perkembangan dan penyebaran penyakit bercak
  • 11. 43 daun. Pada musim kemarau dan pada lahan yang mempunyai drainase baik, penyakit layu kurang berkembang. Intensitas Bercak daun (Cercospora capsici) dengan total sampel yang diamati dari 20 tanaman dengan jumlah seluruh tanaman yaitu 231 tanaman: kategori 0 = 2 Kategori 1 (1-25%) = 1 Kategori 2 (26-50%) = 7 Kategori 3 (51-75%) = 10 Kategori 4 (76-100%) = 0 I = 𝑁π‘₯𝑉 𝑁π‘₯𝑍 x 100 % I = (2π‘₯0)+(1π‘₯1)+(7π‘₯2)+(10π‘₯3)+(0Γ—4) 20 π‘₯ 4 x 100% = 0+1+14+30+0 80 x 100% = 45 80 x100% = 56,25% Pada intensitas ini tergolong berat. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan sanitasi lahan, pemangkasan daun yang terserang dan penggunaan fungisisda berbahan aktif Benomyl. Kondisi lahan yang cukup bersih pengendalian lanjutan yang dapat diterapkan adalah dengan Sanitasi dengan cara memusnahkan dan atau sisa-sisa tanaman yang terinfeksi/terserang, menurut (FAO 2004), menanam bibit yang bebas patogen pada lahan yang tidak terkontaminasi oleh patogen, baik dipersemaian maupun di lapangan, Perlakuan benih sebelum tanam, Perbaikan drainase, Waktu tanam yang tepat adalah musim kemarau dengan irigasi yang
  • 12. 44 baik dan pergiliran tanaman dengan tanaman non solanaceae dan Pengendalian kimia dapat dilakukan dengan fungisida secara bijaksana, efektif, terdaftar dan diijinkan oleh Menteri Pertanian, berpedoman pada peramalan cuaca dan populasi spora di lapangan
  • 13. 45 V. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Penyakit pada cabai yang diamati ialah Antraknosa oleh Collectrotichum capsici dan Bercak daun oleh Cercospora capsici. 2. Gejala visual yang menunjukkan ciri khas serangan Collectrotichum capsici yaitu bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair, berwarna hitam, orange dan coklat.. Sedangkan Cercospora capsici munculnya bercak bulat berwarna coklat pada daun dan kering, ukuran bercak bisa mencapai sekitar 1 inci. Pusat bercak berwarna pucat sampai putih dengan warna tepi lebih tua. Bercak yang tua dapat menyebabkan lubang-lubang. B. Saran Dalam melakukan pengamatan terhadap penyakit pada tanaman ubi jalar sebaiknya dilakukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi dan adanya panduan dari asisten supaya penyakit yang terlihat semakin banyak.