Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim. Gejala umumnya adalah nyeri perut bawah dan perdarahan pervaginam. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik, ultrasonografi, dan kadar hormon kehamilan. Penatalaksanaannya meliputi observasi, kuretase, salpingostomi atau salpingektomi secara laparoskopik.

1. KEHAMILAN EKTOPIK
Stephanie Lexy Louis, SST., M.Biomed

3. Pregnancy of unknown location (PUL)
Tes kehamilan (+) tapi USG (?)
 Pada awal kehamilan  uterus terlalu kecil untuk terlihat di USG
 Telah terjadi abortus  tes kehamilan dapat tetap (+) setelah 2 – 3
minggu setelahnya

4. Lokasi kehamilan ektopik

5. Etiologi
 Semua hal yang dapat mengganggu mekanisme
transport tuba dapat mengarah pada kehamilan ektopik
 Kerusakan tuba dapat disebabkan oleh inflamasi, infeksi,
pembedahan
 Studi histopatologi  adanya perubahan post-inflamasi
(salpingitis kronik, salpingitis isthmica nodosa) pada 90%
kehamilan ektopik di tuba.

6. Crochet JR, Bastian LA, Chireau MV. Does This Woman Have an Ectopic Pregnancy?The Rational
Clinical Examination Systematic Review. JAMA. 2013;309(16):1722-1729.

7. Gejala dan tanda
Gejala sangat bervariasi, biasanya mulai muncul
minggu keenam kehamilan.
- Nyeri perut bawah, kadang hanya satu sisi, intensitas
bisa sangat berat hingga kolaps
- Perdarahan pervaginam
- Nyeri pada bahu/tip scapula
- Perubahan uterus pada 3 bulan pertama karena
pengaruh hormon plasenta
Leveno KJ, et al. Kehamilan Tuba. Obstetri Williams: Panduan Ringkas. Edisi ke-21. Jakarta:EGC;2009:67-75.

8. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
 Anamnesis
 Gejala klinis
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan ginekologis
 Pemeriksaan penunjang

9. Diagnosis
Menstruasi
terlambat
(amenore)
Nyeri perut
bagian
bawah
(supra
pubik)
Perdarahan
pervaginam
Trias klasik kehamilan ektopik

10. Diagnosis
Pemeriksaan Fisik:
 Rahim membesar
 Tumor pada adnexa
 Tanda akut abdomen

11. Diagnosis
Pemeriksaan Ginekologis:
 Spekulum : fluksus sedikit
 PDV : serviks lunak, nyeri goyang (+), adnexa nyeri dan
teraba massa, cavum douglas menonjol dan nyeri

12. Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang :
 Laboratorium : Hb, Leukosit, Plano Test
 USG
 Kuldosintesis
 Laparoskopi

13. Kuldosentesis
Teknik sederhana untuk mengidentifikasi hemoperitoneum
Pada KET:
• Potongan bekuan darah lama yang mengandung cairan
atau
• Cairan mengandung darah yang tidak membeku
Leveno KJ, et al. Kehamilan Tuba. Obstetri Williams: Panduan Ringkas. Edisi ke-21. Jakarta:EGC;2009:67-75.

14. Pemeriksaan ultrasound
 Sonografi abdomen
 Sonografi vagina
Leveno KJ, et al. Kehamilan Tuba. Obstetri Williams: Panduan Ringkas. Edisi ke-21. Jakarta:EGC;2009:67-75.

15. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Keterangan
Hb, Ht, Leukosit Hb, Ht turun; >50% kasus leukosit >30000µL
Pem. urine Latex agglutination inhibition  deteksi hCG
Pem. β-hCG
serum
Sensitivitas 5 -10 mIU/mL  metode paling tepat deteksi
kehamilan
Progesterone
serum
<5ng/mL  janin mati
5-25 ng/mL  inkonklusif
>25ng/mL menyingkirkan kemungkinan KET
Leveno KJ, et al. Kehamilan Tuba. Obstetri Williams: Panduan Ringkas. Edisi ke-21. Jakarta:EGC;2009:67-75.

16. Diagnosis Banding
 Radang panggul
 Kista ovarium pecah
 Abortus imminens
 Endometriosis
 Apendisitis

17. Penatalaksanaan
 Perbaiki keadaan umum
 Jika gejala klinis (+) dan pemeriksaan penunjang (+) 
laparotomi
 Bila dicurigai, observasi & USG. Jika (+)  laparoskopi
 Jika laparoskopi (-) : konservatif
(+) : laparotomi
Leveno KJ, et al. Kehamilan Tuba. Obstetri Williams: Panduan Ringkas. Edisi ke-21. Jakarta:EGC;2009:67-75.

18. Penatalaksanaan
 Laparoskopi  lebih dianjurkan daripada laparotomi karena efektif dan
waktu penyembuhan lebih singkat
Kuretase
• Dianjurkan bila progesterone serum <
5 ng/mL
• β-hCG meningkat abnormal
Salpingostomi
• Mengeluarkan kehamilan kecil
(panjang < 2 cm), di 1/3 distal tuba
fallopi
Salpingotomi
• Tindakan sama dengan
salpingostomi  perbedaan di
jahitan  Vicryl 7-0
Salpingektomi
• Reseksi tuba  dapat dilakukan
pada kehamilan ektopik terganggu
dan tidak terganggu
Leveno KJ, et al. Kehamilan Tuba. Obstetri Williams: Panduan Ringkas. Edisi ke-21. Jakarta:EGC;2009:67-75.

19. Leveno KJ, et al. Kehamilan Tuba. Obstetri Williams: Panduan Ringkas. Edisi ke-21. Jakarta:EGC;2009:67-75.

20.    