REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
KARYA ILMIA BUDIDAYA PADI (Oryza sativa) TANAM BENIH LANGSUNG ( TABELA ) DI DESA GALIH SARI
1. 1
KARYA ILMIA
BUDIDAYA PADI (Oryza sativa)
TANAM BENIH LANGSUNG ( TABELA )
DI DESA GALIH SARI
KECAMATAN LALAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN
Disusun oleh:
NAMA : RAHMAT WIJAYA
NIM : 020821643
UPBJJ : UT UPBJJ PALEMBANG
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS BIDANG MINAT PENYULAHAN DAN KOMUNIKASI
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ)
UNIVERSITAS TERBUKA
PALEMBANG
2018
2. 2
KARYA ILMIA
BUDIDAYA PADI (Oryza sativa)
TANAM BENIH LANGSUNG ( TABELA )
DI DESA GALIH SARI
KECAMATAN LALAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN
OLEH :
RAHMAT WIJAYA
NIM : 020821643
ABSTRAK
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras . Bahan makanan ini
merupakan makan pokok bagi sebagian besar penduduk indonesia. Meskipun padi dapat di
gantikan oleh makanan lainnya,namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa
makan nasi dan tidak dapat dengan mudah di gantikan oleh bahan makanan yang lain, tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui lebih dalam dan lebih luas mengenai teknik
budidaya tanaman Padi dengan cara tabur benih langsung ( Tabela ) dibidang pertanian,serta
dapat mengetahui dari proses persiapan lahan, pengolahan lahan, pemilihan benih, perlakuan
benih, teknik tabur benih, pemeliharaan, hingga panen dan pasca panen, serta dapat mengetahui
keadaan masyarakat didaerah tersebut, dan dapat pula mengetahui berapa kali petani di desa
tersebut menanam tanaman pangan kususnya padi dan holtikultura, serta bagimana merubah
perilaku,sikap dan keterampilan petani dalam melakukan budidaya tanam benih langsung
(TABELA) ,budidaya padi Tabela dapat diterapkan pada beragam agroekosistem,meliputi
sawah irigasi, sawah tadah hujan, lahan pasang surut terutama tipe B dan C, serta lahan kering
yang relatif datar. Penerapan Tabela mampu menekan biaya dan mengatasi kelangkaan tenaga
kerja karena tidak memerlukan pesemaian dan pindah tanam.
Kata Kunci : Padi, Budidaya padi tanam benih langsung (TABELA) ,kecamatan lalan.
3. 3
BAB. I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras . Bahan makanan ini
merupakan makan pokok bagi sebagian besar penduduk indonesia. Meskipun padi dapat di
gantikan oleh makanan lainnya,namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa
makan nasi dan tidak dapat dengan mudah di gantikan oleh bahan makanan yang lain.
Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup
bagi tubuh manusia, sebab di dalamnya terkandung bahan yang mudah di ubah menjadi
energi. Oleh karena itu padi di sebut juga makanan energi.
Kebutuhan beras akan terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk.
Berdasarkan realisasi produksi padi dalam 5 tahun terakhir, terindikasi bahwa laju
pertumbuhan produksi padi makin menurun dan biaya produksi per satuan luas lahan makin
meningkat. Oleh karena itu pencapaian target produksi padi ke depan akan semakin sulit.
Untuk mengatasi permasalahan ini Pemerintah mencanangkan peningkatan produksi padi
nasional sebesar 1,5% per tahun. Dalam konteks ini diperlukan berbagai terobosan
peningkatan produksi padi.
Mengingat fungsi dan peran penting padi tersebut, Pemerintah berupaya untuk
mewujudkan peningkatan produksi padi pada tahun 2015 melalui Gerakan Penerapan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) dan Upaya Khusus (Upsus) lainnya. Sehubungan
dengan hal tersebut, pelaksana program di lapangan memerlukan panduan untuk berbagai
teknologi budidaya padi yang sudah dikembangkan di Indonesia.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) Fakultas Universitas Terbuka
jurusan Agribisnis Bidang Minat Penyuluhan, Dan Komunikasi adalah salah satu bentuk
pembelajaran yang dilaksanakan dalam situasi nyata dilapangan, dengan tujuan untuk
mengetahui lebih dalam dan lebih luas mengenai teknik budidaya tanaman Padi dengan
cara tabur benih langsung ( Tabela ) karena tanaman padi adalah sebagai salah satu
tanaman pokok yang dibutuhkan oleh masyarakat indonesia, sehingga penulis perlu
mengetahui dari proses persiapan lahan, pengolahan lahan, pemilihan benih, perlakuan
benih, teknik tabur benih, pemeliharaan, hingga panen dan pasca panen, serta dapat
4. 4
mengetahui keadaan masyarakat didaerah tersebut untuk dapat menerapkan tekhnologi
yang telah di sampaikan
1.3 Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah:
1. Menambah wawasan dan keterampilan Mahasiswa khususnya menanam tanaman padi
didaerah pasang surut
2. Mahasiswa dapat memiliki sifat mental, disiplin dan kerja sama antar Mahasiswa dan
masyarakat.
3. Melatih Mahasiswa untuk belajar berkomunikasi dengan masyarakat khususnya petani
yang menjadi mitra kerja.
4. Mahasiswa dapat memiliki rasa kekeluargaan dengan masyarakat setempat.
1.4 Rumusan masalah
Salah satu penyebab hasil panen yang kurang optimal yaitu sistem tanam yang masih
tradisional dan sistem budidaya nya tidak dilakukan dengan baik karena keterbatasan
pengetahuan teknik penanaman dan perawatan tanaman padi.
Penulis mengharapkan adanya perubahan wawasan tentang tehnis bercocok tanam
padi.dengan berbagai permasalahan yang ada .di antaranya :
a. Kurangnya tenaga kerja
b. Luasnya kepemilikan lahan
c. Biaya tanam tinggi
d. Masih minimnya alat tanam
5. 5
BAB.II
TUNJAUAN PUSTAKA
2.1. Persiapan lahan, Benih, Tabur dan Pemeliharaan
2.1. PersiapanLahan
Agroekosistem sawah irigasi dilakukan pengolahan lahan sempurna, meliputi
tahapan pembajakan singkal (olah basah) atau pembajakan piringan (olah kering),
penggaruan, dan perataan lahan. Lahan yang diolah basah dibiarkan selama 1
minggu setelah pembajakan dengan kedalaman air 10-20cm. Penggaruan dilakukan
dengan menggunakan garu/‘gelebeg’
1 minggu sebelum perataan lahan.Setelah perataan, air dimasukkan agar tanah
lembab sehingga lahan siap tabur. Pencegahan genangan air saat tabur pada
petakan sistem
Tabela dilakukan dengan membuat saluran cacing mengelilingi petakan sawah
dan caren di dalam petakan sawah. Teknologi Tabela dalam larikan (Atabela) tidak
memerlukan caren di dalam petakan.
Sawah irigasi dan sawah tadah hujan dengan olah lahan kering, dilakukan
pembajakan dan penggaruan hingga rata. Pada saat penggaruan dapat ditambahkan
bahan organik berupa kompos atau pupuk kandang 2 ton/ha.Lahan dibiarkan
selama 1 minggu kemudian dimasukkan air hingga tanah lembab dan siap tabur.
Agroekosistem lahan pasang surut tipe B dilakukan olah tanah basah atau olah
tanah kering menggunakan traktor tangan (hand tractor) dengan kedalaman bajak
kurang dari 20 cm. Perataan tanah dilakukan 1 minggu setelah olah tanah pertama.
Pembuatan saluran air (kanal) mengelilingi petak lahan untuk pengaturan air mikro.
2.2. Benih
1. Pemilihan Varietas
Varietas padi yang digunakan adalah varietas unggul yang
memiliki karakter jumlah anakan sedikit dan bermalai lebat untuk
mencegah serangan hama dan penyakit akibat populasi tanaman yang
tinggi. Agroekosistem sawah irigasi menggunakan varietas unggul antara
lain Inpari 6, Inpari 9, Inpari 10, Inpari 13, Inpari 19, Inpari 24,
Agroekosistem sawah tadah hujan menggunakan Inpari 13, Batutegi,
6. 6
Situ Bagendit, dan Mekongga. Agroekosistem lahan kering
menggunakan Inpago 8, Inpago 9, Batutegi, dan Situ Patenggang.
Agroekosistem lahan pasang surut menggunakan Indragiri, Mendawak,
Banyuasin, Inpara 4, Inpara 8, Inpara 9, Inpari 20, Inpari 30 Ciherang
sub1,Inpari 32.
2 Pemilihan Benih
Benih bermutu baik dan bersertifikat menjamin vigor yang
tinggi,keseragaman tumbuh,bebas pathogen dan biji gulma,serta tidak
tercampur varietas lain.Kebutuhan benih pada system tabela adalah
sekitar 60 – 80 kg/ha sedangkan tabela dengan barisan atau Atabela
memerlukan benih antara 30 – 45 kg/ha.
3 Perlakuan Benih
Perlakuan benih bertujuan mendapatkan benih bernas sehingga
mampu menghasilkan tanaman yang sehat. Benih bernas diseleksi
menggunakan larutan garam 3% atau 30 gr garam dapur per liter air.
Benih yang mengapung pada saat perendaman dibuang dan yang
tenggelam merupakan benih bernas yang akan ditabur (Gambar 2)
Benih yang terpilih direndam air bersih dan jernih selama 1x24
jam, selanjutnya ditiriskan dan diperam selama 1x24 jam sampai benih
mulai tumbuh (Gambar 3). Pemeraman dilakukan dengan
menghamparkan benih di atas terpal secara merata kemudian ditutup
dengan karung atau kain basah. Tabela pada lahan kering tidak
memerlukan perendaman dan pemeraman benih.
Pada wilayah endemik penyakit blas dan Hawar Daun Bakteri
(HDB), sebelum ditabur benih diberi perlakuan pestisida sistemik
berbahan aktif pyroquilon atau agrepdengan dosis 5-10 g/kg benih
dengan cara pencelupan (soaking) atau pelapisan (coating).
2.3. Tabur benih
Pada agroekosistem sawah irigasi penaburan benih dilakukan pada
kondisi tanah lembab atau tidak tergenang air. Tabela hambur (sonor/broadcast),
benih ditabur secara merata (Gambar 6), sedangkan Tabela larikan dengan
menggunakan drum seeder berjarak tanam 25 cm antar barisan.
7. 7
2.4. Pengairan
Pada agroekosistem sawah irigasi, lahan dipertahankan lembab dan tidak
tergenang selama 10 hari setelah tabur. Selanjutnya, air dimasukan dengan
kedalaman menyesuaikan tinggi tanaman hingga kedalaman maksimal 5 cm.
Apabila memungkinkan dapat dilakukan pengairan berselang. Agroekosistem
lahan pasang surut tipe B, dilakukan dengan pengelolaan air mikro
menggunakan sistem folder.
2.5. Penyiangan
Pengendalian gulma dilakukan secara mekanik dan kimiawi. Herbisida
berbahan aktif glifosat diaplikasikan sebelum olah tanah untuk mematikan
semua gulma. Herbisida selektif pratumbuh (pre emergence) digunakan pada
saat 3 hari setelah tabur benih (HSTb). Herbisida selektif pasca tumbuh (post
emergence) digunakan pada saat 14 HSTb atau saat Gambar 6. Tabur benih
(sonor/hambur) Gambar 7. Tabur benih dengan drum seeder atau saat gulma
berdaun 2-4 helai. Tabela larikan dan Atabela, selain menggunakan cara
kimiawi pengendalian gulma juga dapat dilakukan dengan cara manual atau alat,
seperti gasrok (landak rotary) dan mesin penyiang (power weeder) pada umur
kurang dari 21 HSTb
2.6. Pemupukan
Aplikasi pupuk dasar dilakukan pada 5-7 HSTb dengan menggunakan
pupuk NPK sejumlah 200 – 250 kg/ha. Pemupukan susulan urea berdasarkan
pembacaan bagan warna daun (BWD) yang dilakukan setiap 2 minggu.
2.7. Pengendalian OPT
Pemantauan /monitoring populasi OPT dilakukan sejak 2 minggu
sebelum tanam menggunakan lampu perangkap (light trap) Lampu perangkap
dipasang pada jarak 15-20 m dari petakan sawah (Gambar 10). Pengendalian
dilakukan sesuai rekomendasi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan
memperhatikan ambang batas ekonomi dan penggunaan pestisida sesuai
anjuran. Insektisida butiran berbahan aktif karbofuran sejumlah 20 kg/ha
digunakan bersamaan dengan waktu pemupukan dasar. Daerah endemik
8. 8
penggerek batang padi menggunakan insektisida butiran bahan aktif carbofuran
dosis 17-20 kg/ha atau spinetoram (dosis 300ml/ha), rynaxypyr (500 ml/ha),
tiametoxam + rynaxypyr (dosis 250 ml/ha), dan dymehipo (dosis 600 ml/ha).
Daerah endemik wereng batang coklat dan wereng punggung putih digunakan
insektisida berbahan aktif dinotifuran (konsentrasi 1 g/l) atau pymetrozine
(konsentrasi 0,5 g/l). Trap Barrier System (TBS) (Gambar 11) perlindungan
maksimal (full protection) dan gropyokan/fumigasi (Gambar 13) masal
dilakukan di daerah endemik tikus sejak 2 minggu sebelum dan setelah tabur.
Linear Trap Barrier System (LTBS) (Gambar 12) digunakan untuk
mengendalikan migrasi tikus.
Insektisida butiran berbahan aktif karbofuran sejumlah 20 kg/ha
digunakan bersamaan dengan waktu pemupukan dasar. Daerah endemik
penggerek batang padi menggunakan insektisida butiran bahan aktif carbofuran
dosis 17-20 kg/ha atau spinetoram (dosis 300ml/ha), rynaxypyr (500 ml/ha),
tiametoxam + rynaxypyr (dosis 250 ml/ha), dan dymehipo (dosis 600 ml/ha).
Daerah endemik wereng batang coklat dan wereng punggung putih digunakan
insektisida berbahan aktif dinotifuran (konsentrasi 1 g/l) atau pymetrozine
(konsentrasi 0,5 g/l). Trap Barrier System (TBS) (Gambar 11) perlindungan
maksimal (full protection) dan gropyokan/fumigasi (Gambar 13) masal
dilakukan di daerah endemik tikus sejak 2 minggu sebelum dan setelah tabur.
Linear Trap Barrier System (LTBS)
2.8. Panen dan Pasca panen
Panen dilakukan pada saat padi masak fisiologis ,dengan cirri 95% bulir
padi sudah menguning.Panen padi secara manual digunakan dengansabit gergaji
dan mesin perontok (power Threser )( Gambar 14 )atau secara mekanik dengan
menggunakan mesin panen ( Combain Harvester ) ( Gambar 15 ) Gabah yang
telah dipanen dikeringkan dengan ketebalan jemur sekitar 5 cm dan pembalikan
setiap 2 jam hingga kadar air mrncapai 12 – 14 %. Pengeringan juga dapat
dilakukan dengan alat pengering ( Drayer ) bersuhu 500C untuk gabah konsumsi
dan 420C untuk gabah benih.
9. 9
BAB.III
METODELOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktek kerja lapangan dilaksanakan tepatnya di Kelompok Tani KARYA TRI
TUNGGAL RT. 01 di Desa Galih Sari Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin
Propinsi Sumatera Selatan. Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
dilaksanakan selama 1 bulan dan dimulai hari Kamis, 01-31 Maret 2018.
3.2 SURVEI LOKASI
Luas desa : 2.100 ha
Batas wilayah
a. Sebelah utara : Desa Suka Jadi
b. Sebelah selatan : Desa P.14
c. Sebelah barat : PT.SCK
d. Sebelah Timur : Sungai Musi
Ketinggian tanah dari permukaan laut : 1.4 mdpl
Suhu udara rata-rata : 28oC
Penggunaan lahan
a. Pekarangan : 187 ha
b. Perladangan : 588 ha
c. Perkebunan : 1.325 ha
Kependudukan
a. Jumlah penduduk : 2.596 jiwa
b. Laki-laki : 1.303 jiwa
c. Perempuan : 1.357 jiwa
Peternakan sapi : 18 ekor
Struktur Pemerintah
Pemerintah Desa Galih Sari dipimpin oleh seorang kepala Desa definitive dan
merupakan hasil pemilihan langsung oleh masyarakat. Dalam menjalankan
pemerintahannya dibantu oleh 1 (satu) orang yaitu sekretaris Desa dan 3 orang kepala
Urusan (kaur) dan seorang pembantu Bendahara. Dalam wilayah /Desa dibentuk Dusun
dan tiap dusun dipimpin oleh kepala dusun serta terbagi dalam wilayah Rukun Tetangga
10. 10
(RT). Disamping perangkat Desa ada lembaga desa yang lain yaitu Lembaga
Pemberdayaan Ketua (LPK) yang beranggotakan orang dan diketahui oleh seorang ketua
LPM, serta lembaga yang disebut Badan Perwakilan Desa yang beranggota orang
diketahui oleh seorang ketua BPD. Susunan perangkat Desa dan Lembaga Desa Galih
Saridapat dilihat pada Daftar Tabel 2.
Tabel 2 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa.
No Uraian Jabatan
Jumlah
Pejabat
Ket.
1 Perangkat Desa Kepala Desa 1
Sekretaris Desa 1
Ka. Ur. Desa 3
Bendahara Desa 1
Kepala Dusun 4
Ketua RT. 25
Hansip 15
2
Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Desa (LPM)
Ketua 1
Sekretaris 1
Bendahara 1
Seksi-seksi 25
3
Badan Perwakilan Desa
(BPD)
Ketua 1
Wakil Ketua 1
Sekretaris 1
Anggota 6
Sumber : Organisasi Desa Galih Sari 2018
11. 11
Prasarana Perhubungan
1. Irigasi / Pengairan
a. Pintu air : 4 buah
b. Saluran
Sekunder : 2 km
Tersier : +79.385 km
Primer : +7.530 km
Dermaga : 2 buah
2. Jalan
Jalan desa : +7.530 km
Jembatan beton : 2 buah
Jembatan kayu : 4 buah
Prasarana Pendidikan, Kesehatan dan Agama
1. Prasarana Pendidikan
Gedung PAUD : 1 unit
Gedung TK : 3 unit
Gedung SD : 2 unit
2. Prasarana Kesehatan
Puskesmas pembantu : 1 unit
Rumah bidang : 1 unit
3. Prasarana Keagamaan
Masjid : 4 unit
Musholla : 9 unit
Gereja : 1 unit
Pura : 2 unit
3.3 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) antara
lain : Hand Traktor, cangkul, parang, Hand Sprayer, Transplanter, tau / tambang,, Comb
Combine, karung, terpal, alat timbang dan alat tulis.
12. 12
Sedangkan bahan yang digunakan adalah : pupuk (UREA, SP36, KCL, NPK),
insektisida (Prevaton, scut,sidabas), Roednetisida (Pospit), Herbisida (Gramoxone,
Nomine,Fazero).
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara survey dan
wawancara dengan kelompok tani yang diikuti dari survey dan wawancara dengan petani
tersebut diperolehlah data primer.
Data primer tersebut diperoleh langsung ari hasil praktek lapangan mengikuti
langsung kelompok Tani Karya Tri Tunggal.Dalam hal ini Bapak Cukup sebagai ketua
kelompok tani Karya Tri Tunggaldan bertindak sebagai petani pendamping. Sedangkan
data sekunder merupakan pendukung terhadap penulisan laporan praktek ini yang
diperoleh dari kantor desa, penyuluh pertanian. Dengan praktek kerja lapangan yang
kami laksanakan.
13. 13
BAB.IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden (petani padi) di Desa
Galih Sari, Maka di peroleh hasil sebagai berikut :
1. Profil Petani
Petani adalah pelaku usaha utama dalam usaha taninya, untuk
mendapatkan hasil dalam tugas melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
di Desa Galih Sari penulis melakukan wawancara pada salah satu petani
maju di kelompok tani Karya Tri Tunggal sebagai perwakilan dalam desa
tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Nama Petani Bpk. Cukup Mulyono
2. Foto Desa Lokasi praktikum kerja lapangan
komoditas tanaman padi berada di Desa
Galih Sari, Kab.Muba
3. Foto lahan sawah Lahan sawah adalah milik Bpk.Cukup
Mulyono yang berada di Rt.01 yang
terdiri dari beberapa petak sawah
4. Varietas padi yang di
tanam
Padi IR 42
5. Luas lahan sawah 2 Ha
2. Persiapan Benih
Sebelum melakukan pengolahan lahan petani di Desa Galih Sari
kususnya pada Bapak Cukup Mulyono yaitu melakukan persiapan benih
jauh-jauh hari (1 minggu – 1 bulan – 1 musim sebelumnya/benih lokal hasil
panen sebelumnya) sehingga setelah lahan di olah dan siap di tanami benih
pun sudah siap untuk di tanam,dalam persiapan benih tersebut yaitu sebagai
berikut :
1. Syarat benih bermutu Varietas bersertifikat dengan
tingkat kemurnian 98%,
14. 14
mempunyai daya tumbuh90%,
bebas dari hama dan penyakit
2. Persiapan benih sebelum di
sonor/tabela
Seleksi benih dilakukan untuk
memperolehbenih bernas dengan
cara di cuci bersih dan di rendam
dalam air yang di campur dengan
garam 3%, setelah benihdi
rendamselama 24 jam kemudian di
tiriskan sekaligus melakukan seed
treatman
3. Tehnik penanaman Dengan cara tabur benih langsung
(tabela) ,dan juga dengan cara
atabela (mrnggunakan alat tanam)
drum seeder
4. Varietas padi yang di tanam IR 42
5. Macam bahan tanam padi Benih berasal dari hasil panen
sebelumnya dan di peroleh dari
toko pertanian
3. Pengolahan Lahan
Tehnik pengolahan lahan yang dilakukan oleh bapak Cukup
Mulyono adalah sebagai berikut :
1. Mulai penggunaan lahan padi Tahun 1990
2. Penggunaan lahan sebelum
padi
Hutan
3. Tehnik pengolahan tanah Pembajakan dan TOT
4. Tehnik pembajakan Pembajakan dilakukan
menggunakan mesin
5. Alat pengolahan tanah Cangkul, hand traktor, traktor
4. Tehnik Penanaman
Tehnik dalam penanaman yang di lakukan oleh Bapak Cukup Mulyono
di Desa Galih Sari adalah sebagai berikut :
15. 15
1. Pola tanam Pergiliran tanaman dengan padi-padi
2. Sistem budidaya Secara konvensional
3. Sistem tanam Tabela dan Atabela
4. Waktu tanam Bulan Oktober 2017
5. Jumlah benih/Ha 60 Kg – 80Kg/Ha
6. Jarak tanam yang
digunakan
Tabela (jarak tanam tidak beraturan)
dan Atabela dengan jarak tanam 20 x 25
7. Tehnik penanaman Tenaga manusia
8. Alat penanaman Secara manual dan drum seeder
5. Pemeliharaan Tanaman Padi
Pemeliharaan tanaman padi yang dilakukan oleh bapak Cukup Mulyono
di Desa Galih Sari adalah sebagai berikut :
1. Penyulaman Umur 14 Hstb
2. Penyiangan Umur 10 Hstb
3. Tehnik penyiangan Menggunakan herbisida selektif
4. Alat penyiangan Hand seprayer/blower
5. Tehnik pengairan Menggunakan pompa
6. Asal sumber air Tadah hujan dan mengandalkan luapan
air pasang
7. Jenis pupuk Anorganik
- Urea : 100 Kg/Ha
- Npk : 150 Kg/Ha
- Sp36 : 50 Kg/Ha
8. Periode pemupukan Umur 7 Hstb
- Urea 50 Kg – npk : 50 Kg – sp36
: 50 Kg
Umur 35 Hstb
- Urea 50 Kg – Npk 100 Kg
9. Waktu pemupukan Pagi hari
10. Tehnik pengendalian
hama dan penyakit
Menggunakan Pestisida
16. 16
6. Panen Dan Pasca Panen
Tehnik panen dan pasca panen yang dilakukan di Desa Galih Sari
khususnya pada Bapak Cukup Mulyono adalah sebagai berikut :
1. Waktu panen 120-125 Hstb
2. Kondisi tanamn
sebelum di panen
Gabah 90% menguning
3. Tehnik pemanenan Secara modern
4. Nama alat Combine harvester
5. Produksi tanaman padi 4,5 Ton
6. Waktu pengeringan
padi
2-3 hari
7. Alat yang digunakan Terpal (mengandalkan panas matahari)
8. Tehnik pengeringan Secara manual
9. Ciri-ciri gabah kering
giling/simpan/benih
Kadar air 12 - 14%
4.2. Pembahasan
Sistem tanam padi sawh yang dilakukan oleh petani hingga saat ini
adalah sistem tabela yang mana dengan sistem tabela tidak memerlukan
(membutuhkan) perlakuan kusus (tidak melakukan kegiatan persemaian).
Dalam melakukan penanaman secar tabela kebutuhan benih cukup
banyak di bandingkan menggunakan sistem tapin (tanam pindah) berkisar 60 Kg
– 80 Kg/Ha, dan apabila menggunakan alat tanam kusus (atabela) benih yang di
butuhkan 30 – 35 Kg/Ha
Petani di Desa Galih Sari pada umumnya melakukan pertanaman secara
tabela di karenakan kepemilika lahan yang luas, kurangnya tenaga kerja, biaya
penanaman tinggi dan minimnya alat tanam. Sedangkan untuk pengolahan lahan
hingga siap tabur umumnya menggunakan hand traktor, sementara penggunaan
traktor mini masih sangat minimm karena kurangnya alat tersebut.
Dengan kepemilikan lahan yang luas minimal 2 Ha/kepala keluarga
berdampak pada sistem tanam tabela, jarak tanam sistem tanam ini tidak
beraturan sehingga sering berdampak pada pertumbuhan yang kurang optimal
17. 17
dan lebih sulit dalam perawatannya dibandingkan dengan sistem Atabela (alat
tanam), sistem yang memiliki jarak tanam teratur.
Setelah tanaman padi berumur 120-125 Hstb biasanya bulir-bulir padi
menampakan bulir padi yang bernas dengan wrana kekuningan berkisar 90%,
berarti padi tersebut siap untuk di panen. Adapun tehnik pemanenan pada
umumnya sudah menggunakan alat modern yaitu menggunakan combine
harvester, dengan menggunakan alat panen ini bisa menekan hilangnya gabah
5% karena proses pemanenan dan mengurangi biaya panen bila dibandingkan
dengan yang menggunakan pemanenan secara manual (power threser), dan hasil
dari proses pemanenan menggunakan combine harvester mempunyai kualitas
gabah yang baik.
18. 18
BAB.V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Budidaya padi Tabela dapat diterapkan pada beragam agroekosistem,meliputi
sawah irigasi, sawah tadah hujan, lahan pasang surut terutama tipe B dan C, serta lahan
kering yang relatif datar. Penerapan Tabela mampu menekan biaya dan mengatasi
kelangkaan tenaga kerja karena tidak memerlukan pesemaian dan pindah tanam. Selain
itu, Tabela juga dapat memperpendek periode pertanaman padi untuk meningkatkan
indeks pertanaman dan menghindari kekeringan. Perbaikan teknologi Tabela
ditekankan pada pemecahan masalah kelangkaan tenaga kerja melalui mekanisasi
pertanian, seperti traktor, drum seeder, dan combine harvester. Penggunaan drum seeder
dapat menghemat penggunaan benih sekitar 40%, demikian juga penggunaan combine
harvester dapat menekan kehilangan hasil dari 20% menjadi kurang dari 5%.
5.2. Saran
Pelaksanaan kegiatan PKL peran wanita tani sangat diharapkan agar informasi
yang diterima petani bisa di tindak lanjuti oleh keluarga tani (peran aktif masyarakat)
sehingga bisa merubah perilaku, sikap, dan keterampilan untuk selalu berinovasi di
segala bidang kususnya pertanian dan rela berbagi informasi bagi yang membutuhkan.
Kegiatan praktikum budidaya tanaman pangan yang dilakukan berjalan dengan
baik, namun lebih baik lagi jika masyarakat dan penulis bisa menjaga kekompakan
selama melakukan praktek di lapanagan.
19. 19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1996. Aspek budidaya dan pengembangan padi tanam benih langsung. Makalah
Seminar Analisis Keragaan Sistem Usaha Tani Berbasis Padi (SUTPA). Cisarua 2-
4April 1996. Badan Litbang Pertanian.Puslitbang Pertanian.Balai Penelitian Tanaman
Padi Sukamandi. Subang.
Gurning, T.M. 1995. Budidaya padi sebar langsung. Balai Penelitian Tanaman Padi
Sukamandi. Subang.
Noor, E.S. 2008. Percepatan tanam padi dengan sistem tabela di kawasan tertier lahan irigasi
waduk jati luhur. Prosiding Seminar Nasional Padi 2008. Sukamandi.
Sriyani, N, Soesiladi, E. Widodo, M. Kamal, A. Karyanto, P. Setiawan, D.J. Sembodo, E.
Pramono, M.S Hadi. 1998. Peningkatan produksi padi nasional melalui sistem
tabelapadi sawah dan pemanfaatan lahan kurang produktif. Prosiding Seminar Nasional.
Lampung 9-10 Desember. Himpunan Ilmu Gulma Indonesia (HIGI). Komda Lampung.
Suryana, A., Suyamto, S. Abdulrachman, I.P. Wardana, H. Sembiring, dan I.N. Widiarta. 2007.
Petunjuk Teknis Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi:
Pedoman Bagi Penyuluh Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian. Jakarta.
Suryana, A., Suyamto, H. Pane, Suwarno, B. Kustianto, A.K. Makarim, Sutrisno dan H.
Sembiring. 2007. Petunjuk Teknis Lapang Pengolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi
Rawa Lebak: Pedoman Bagi Penyuluh Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta
Suparyono, Dr & Agus Setyono, Dr. 1994. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta
BPTP Jambi. 2010. Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian
Badan Litbang Pertanian. 2009. Pedoman Umum PTT Padi Sawah. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian
Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi Subang Jawa Barat
AAK. 1995. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta