AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
Kajian Persepsi Kenyaman Termal
1. Kajian Persepsi Kenyaman Termal Pada Ruangan ber AC
dan Ruangan Terbuka (non AC)
(Studi Kasus Ahass Marabunta jl. Kyai Muntang No. 03 Wonosobo)
Di susun oleh :
Tunjang Ari Suseno
2014130009
PRODI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER (FASTIKOM)
UNIVERSITAS SAINS AL-QURAN (UNSIQ)
JAWA TENGAH di WONOSOBO
2015
2. Kajian Persepsi Kenyaman Termal Pada Ruangan
ber AC dan Ruangan Terbuka (non AC)
(Studi Kasus Ahass Marabunta jl. Kyai Muntang No. 03 Wonosobo)
Tunjang Ari Suseno
Mahasiswa Arsitektur Fakultas Teknik Dan Ilmu Komputer UNSIQ di Wonosobo
2014130009
Ariseno723@gmail.com
A. ABSTRAK
Tulisan ini mambahas presepsi kenyamanan termal dalam ruangan. Analisa kenyamanan
termal ruang dalam (khususnya ruangan ber AC) dilakukan dengan harapan dapat
menentukan kenyamanan penghuni, kenyamanan melalui media pendinginan alami dan
buatan, terutama di daerah-daerah iklim tropis lembab atau daerah datarn tinggi
khususnya di wilayah kabupaten Wonosobo. Berbagai metode dilakukan untuk
mengurangi pemanfaatan pendinginan buatan , untuk memperoleh kenyamanan termal
ruang dalam (indoor). Pada umumnya para penghuni merasa tidak puas dengan
kondisi kenyamanan yang ada. Oleh karena itu diperlukan tindakan dengan mengatur
sistem ventilasi secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan.
B. KATA KUNCI: Presepsi kenyamanan termal, indoor, ventilasi
C. PENDAHULUAN
Penghuni tiap-tiap rumah tentu punya alasan sendiri kenapa mereka merasa
nyaman atau tidak nyaman terhadap rumah yang didiaminya, banyak faktor-faktor
yang mempengaruhi presepsi kenyamanan termal tersebut, tiap orang memiliki kriteria
dan presepsinya masing-masing. Dalam penelitian ini akan dibahas tentang presepsi
kondisi termal berupa hasil jawaban dari questioner yang diajukan oleh peneliti
terhadap penghuni di AHASS MARABUNTA anatar ruang ber AC dan non AC.Maka
akan diamati perbandingan presepsi termal warga perumahan dari kedua wilayah
yang berbeda tersebut, ada yang mewakili daerah yang mengunakan penghawaan
buatan dan daerah penghawaan alami akan diketahui perbedaan dan persamaannya.
Dalam penelitian ini fokus masalah akan mengarah pada pembahasan mengenai presepsi
kenyamanan termal. dimana pada masing-masing individu tersebut lah yang akan
dicari persepsi keadaan termalnya, hal itulah yang akan dibahas pada makalah ini.
3. Masalah dalam penelitian yang akan diteliti adalah persepsi tentang kenyamanan
termal perumahan di bangunan AHASS MARABUANTA WONOSOBO , maka tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui persepsi tentang kenyamanan termal ruangan
berAC dan non AC. Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian masyarakat pada masalah
kenyamanan termal penghuni bangunan telah menghasilkan banyak penelitian termal
pada berbagai jenis bangunan. Penelitian dilakukan di berbagai negara dengan
kondisi iklim yang berbeda-beda, diantaranya studi tentang sistem ventilasi atau
penghawaan yang dilakukan oleh Lazzerini dkk. (1991); Warden (2004); Howell et
al. (2004), Manz dan Frank (2005); Kunzel et al. (2005); Nugroho (2006);
Roonak et al. (2009). Ada banyak penelitian tentang berbagai cara untuk
memperbaiki dan menentukan kenyamanan termal untuk mengetahui apakah
lingkungan termal cocok untuk hidup nyaman. Kriteria desain tertentu untuk
kenyamanan termal telah mempengaruhi desain bangunan dan sistem control atau
tindakan dalam penelitian.
D. KAJIAN TEORI
Menurut Fanger (1982), kenyamanan termal mengacu pada tingkat metabolisme
yang dapat dinilai dengan variabel yang meliputi kegiatan, ketahanan pakaian, suhu
udara, kelembaban relatif, kecepatan aliran udara, dan intensitas cahaya. Dua
kelompok variabel yaitu (1) fisiologis pribadi meliputi kegiatan/aktivitas dan tahanan
panas pakaian, dan 2) variabel iklim yang meliputi suhu udara,kecepatan udara,
kelembaban relatif dan suhu radiasi membantu untuk mendefinisikan harapan
kenyamanan termal (Humphreys & Nicol, 2002).Menurut Hoppe (2002) Kenyamaan
termal merupakan kondisi pikir seseorang yang mengekspresikan kepuasan dirinya
terhadap lingkungan thermalnya. Penghitungan prediksi kenyamanan termal pada
awalnya pasti menggunakan model PMV (Predicted Mean Vote) yang ditemukan oleh
Fanger pada tahun 1970-an yang sekarang dikenal dengan nama kenyamanan termal
statik. Saat ini banyak penelitian yang menunjukkan bahwa suhu kenyamanan setiap
orang bervariasi bergantung pada musim dan iklim sehingga peneliti telah banyak
bergeser ke penelitian kenyamanan termal adaptif (Alfata, 2011). Penelitian statik
dinilai oleh beberapa ahli termal kurang sesuai untuk arsitektur tropis khas Indonesia
karena penelitian dilakukan di laboratorium dan di daerah 4 musim yang berbeda
dengan 2 musim.Rumah tradisional diyakini oleh para ahli dapat menciptakan
kenyamanan termal yang lebih baik dibanding dengan rumah modern. Brager dan Dear
(2000); ASHRAE (2004). ASHRAE 55 dan ISO 7730 (ISO 1994) dapat
mengidentifikasi pengukuran fisik dan memverifikasi variabel termal dalam
jangkauan kenyamanan seperti parameter termal dalam ruangan. Menurut Lee dan
Chang (2000), pada umumnya orang menghabiskan waktunya (lebih dari 90%) di
dalam ruangan, sehingga mereka membutuhkan udara yang nyaman dalam ruang
tempat mereka beraktivitas, oleh karenanya kecepatan udara yang baik dalam ruangan
4. sangat bermanfaat bagi mereka. Penyelesaian masalah kenyamanan dalam ruangan
dimungkinkan melalui penyelidikan menyeluruh berdasarkan kecepatan udara di dalam
ruangan (Gosselin dan Chen, 2008). Menurut Cheng et al. (2008), bila menggunakan
kipas, kisaran suhu yang diperoleh dari investigasi langsung dan tidak langsung
masing-masing adalah 28.2 dan 27.2º C. Perpindahan panas konvektif yang
menciptakan distribusi suhu yang hampir sama di seluruh ruangan berasal dari
sirkulasi kuat memakai kipas (Ho dan Lin, 2006). Berdasarkan penelitian Santoso
(2012), penurunan suhu udara dalam ruang dapat dilakukan dengan memberikan
penahan sinar matahari dari tanaman baik yang ditempatkan secara vertikal maupun
horisontal, namun secara umum belum bisa menghasilkan harapan kenyamanan
penghuni, karena baru dapat menurunkan sekitar 1.5 sampai 2ºC suhu udara dalam
ruang.
E. METODE
Penelitian yang dibahas dalam tulisan ini adalah penelitian yang terkait dengan
kenyamanan termal ruang dalam (indoor) tujuan penelitian yaitu terkait dengan
kenyamanan termal ruang dalam (indoor) dan variabel yang mendekati, diantaranya :
suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, radiasi matahari dan tingkat
persepsi penghuni. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi langsung
dengan mengunjungi wilayah tersebut dan mengambil data berupa hasil questioner dan
pengukuran dengan alat khusus. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini
adalah seperangkat alat pengukuran thermal, Kamera, Questioner penelitian, Alat tulis
berupa buku, bulpoint, Alat transportasi berupa sepeda motor.
Artikel penelitian yang direview dipilah berdasarkan tujuan penelitian yaitu terkait
dengan kenyamanan termal ruang dalam (indoor) dan variabel yang mendekati,
diantaranya : suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, radiasi matahari dan
tingkat persepsi penghuni. Temuan dari makalah-makalah diringkas dalam untuk
mengidentifikasi kontribusi asli mereka untuk pengetahuan yang didasarkan pada
beberapa faktor termasuk jenis alat yang digunakan, sistem penghawaan terkait
kenyamanan termal indoor, lokasi penelitian, dan temuan penting dari penelitian.
F. KENYAMANAN TERMAL
Suhu Udara Daerah Tropis Lembab Wilayah yang mempunyai iklim tropis lembab
umumnya ditandai dengan suhu udara tinggi dan kelembaban udara yang relatif tinggi
pula. Diantara wilayah dengan iklim tropis lembab tersebut adalah wilayah negara-
negara Asia Tenggara yang posisinya berdekatan atau bahkan dilalui katulistiwa.
5. Negara-negara ini mempunyai iklim yang sama, namun pada daerah tertentu
mempunyai kekhususan karena letak geografinya, memiliki iklim hujan tropis yang
hangat dan cerah selama musim kering/panas, hujan deras terjadi selama musim
barat dari bulan April sampai September, Laut sekitar Pulau Penang menentukan
iklimnya (Roonak, Kamaruzzaman dan Jalil, 2009). Indonesia, Malaysia dan
Singapura merupakan bagian negara yang beriklim tropis lembab, dengan posisi
antara 1 sampai 11º Lintang Utara. Suhu rata-rata tahunan mencapai 26 - 27º C dan
suhu siang hari tertinggi mencapai 34º C sedangkan kelembaban relatif antara 70 – 90
% (Sabarinah dan Ahmad, 2006. Sementara itu di Indonesia pada daerahdaerah
tertentu (Surabaya-Indonesia misalnya) suhu udara maksimal dapat mencapai 36,4º
C dengan kelembaban mencapai 85 % (Wijaya, 2007)
G. DEFINISI KENYAMANAN TERMAL
Kenyamanan termal dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi pikiran yang
mengekspresikan kepuasan dengan lingkungan termal (Nugroho, 2006). Definisi
yang lain menyebutkan sebagai lingkungan indoor dan faktor pribadi yang akan
menghasilkan kondisi lingkungan termal yang dapat diterima sampai 80% atau lebih
dari penghuni dalam sebuah ruang, namun tidak pernah tepat didefinisikanoleh
standar, secara umum disepakati dalam komunitas riset kenyamanan termal yang
diterima adalah identik dengan 'Kepuasan', dan kepuasan dikaitkan dengan sensasi
panas 'sedikit hangat',' netral', dan 'Sedikit dingin'. Pemaknaan berdasarkan pada
pendekatan psikologis lebih banyak digunakan oleh para pakar pada bidang termal.
ASHRAE (American Society of Heating Refrigating Air Conditioning Engineer)
memberikan definisi kenyamanan thermal sebagai kondisi pikir yang meng
ekspresikan tingkat kepuasan seseorang terhadap lingkungan termalnya. Dengan
pemaknaan kenyamanan thermal sebagai kondisi pikir yang mengekspresikan tingkat
kepuasan seseorang terhadap lingkungan termalnya maka berarti kenyamanan thermal
akan melibatkan tiga aspek yang meliputi fisik, fisiologis dan psikologis, sehingga
pemaknaan kenyamanan termal berdasarkan pendekatan psikologis adalah pemaknaan
yang paling lengkap.
H. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Kondisi Termal Pada Ruangan BerAC
Persepsi umum kenyamanan termal perumahan di ruanagn beAC, tepatnya di Ahass
Marabunta Wonosobo diambil sampel berupa jawaban hasil wawancara dari pegawa
setempat. Setelah kuesioner diisi, maka akan didapatkan suatu hasil gambaran
umum, sedangkangambaran persepsi yang dijelaskan adalah perasaan tentang
kenyamanan termaldengan aktivitas kehidupan sehari-hari di daerah tersebut. Ada
beberapa aspekumum yang diambil persepsinya yaitu :
6. a. Suhu yang dirasakan saat diwawancara nyaman atau tidak nyaman.
b. Kelembaban udara yang dirasakan saat wawancara nyaman atau tidak
c. Pergerakan angin yang dirasakan saat wawancara
d. Persepsi kenyamanan termal secara umum.
Dan di bawah ini pembahasan tentan beberapa data yang telah di jawab oleh penghuni
maupun pengunjung Ahass Marabunta.
Tabel 1
Hasil Survey Penghuni berada pada ruangan Ber AC pada jam 08:00
No. Data Survey Hasil
1 Nama penghuni Intan kumalasari
Pendidikan Sma
3 Alamat Sidomulyo 01/07 wonosobo
4 Jenis Kelamin Perempuan
5 Berat Badan 45 kg
6 Tinggi Badan 161 cm
7 Umur 22 tahun
8 Temperatur netral
9 Kelembaban Sedikit lembap
10 Pergerakan udara Sedikit bergerak
11 Kenyamanan Termal nyaman
12 Temperatur yang
diinginkan
Tidak berubah
13 Kelembaban yang
diinginkan
Sedikit kering
14 Kec.angin yang
diinginkan
tetap
15 Cahaya Sedikit gelap
16 Cahaya yang
diinginkan
Sedikit terang
7 Pakaian yang dipakai celana dalam, bh, celana
panjang sampai mata kaki,
kerudung tanpa tutp kepala,
kaus lengan pendek,
Sumber : Hasil survey peneliti.
Dari jawaban kuisoner dapat disimpulkan bahwa ibu intan kumalasari merasa nyaman
pada suhu di pagi hari namun merasa kurang nyaman pada kelembapan yang di harapkan
agar lebih kering untuk kelembapan pada ruangan tersebut dan untuk cahaya juga agar
lebih terang karena pada ruangan terasa gelap.
7. Gambar 1. Ruangan ber AC pada bangunan Ahass Marabunta Wonosobo
Sumber : Hasil Survey Peneliti
Tabel 2
Hasil Survey Penghuni berada pada ruangan Ber AC pada jam 11:00
No. Data Survey Hasil
1 Nama penghuni Intan kumalasari
Pendidikan Sma
3 Alamat Sidomulyo 01/07 wonosobo
4 Jenis Kelamin Perempuan
5 Berat Badan 45 kg
6 Tinggi Badan 161 cm
7 Umur 22 tahun
8 Temperatur panas
9 Kelembaban Sedikit lembap
10 Pergerakan udara Sedikit bergerak
11 Kenyamanan Termal nyaman
12 Temperatur yang
diinginkan
Tidak berubah
13 Kelembaban yang
diinginkan
Sedikit kering
14 Kec.angin yang
diinginkan
tetap
15 Cahaya terang
16 Cahaya yang
diinginkan
tetap
7 Pakaian yang dipakai celana dalam, bh, celana
panjang sampai mata kaki,
8. kerudung tanpa tutp kepala,
kaus lengan pendek,
Sumber : Hasil survey peneliti.
Dari jawaban kuisoner dapat disimpulkan bahwa ibu intan kumalasari merasa tidak
nyaman pada suhu di di siang hari, karesa merasa kepanasan walau berda pada ruangan
berAc dan ini dikarenakan kurang maksimalnya penyabaran udara oleh penghawaan
buatan (AC) pada ruangan ini.
Tabel 3
Hasil Survey Penghuni berada pada ruangan Ber AC pada jam 15:00
No. Data Survey Hasil
1 Nama penghuni Intan kumalasari
Pendidikan Sma
3 Alamat Sidomulyo 01/07 wonosobo
4 Jenis Kelamin Perempuan
5 Berat Badan 45 kg
6 Tinggi Badan 161 cm
7 Umur 22 tahun
8 Temperatur panas
9 Kelembaban hangat
10 Pergerakan udara Agak hangat
11 Kenyamanan Termal panas
12 Temperatur yang
diinginkan
Tidak berubah
13 Kelembaban yang
diinginkan
Lebih lembab
14 Kec.angin yang
diinginkan
Hembusan angin ingin
diperkeras
15 Cahaya terang
16 Cahaya yang
diinginkan
tetap
7 Pakaian yang dipakai celana dalam, bh, celana
panjang sampai mata kaki,
kerudung tanpa tutp kepala,
kaus lengan pendek,
Sumber : Hasil survey peneliti.
Dari jawaban kuisoner dapat disimpulkan bahwa ibu intan kumalasari merasa tidak
nyaman pada suhu di disore hari, penguin merasakan udara yang panas dengan
kelembapan yang kering dan dengan pergerakan udara hangat. Dan penghuni
mengharapkan agar hembusan angin lebih di perkeras, karena di ruang berAC ini kurang
maksimal pada penyebaran udara.
9. 2. Kondisi termal Pada Ruangan Non AC
Pada ruangan non AC ini terdapat runangan tunggu , servis dan kasir. Dan memang
untuk ruangan-ruangan ini hanya mengan dalkan dari penghawaan alami
Gambar 2. Ruangan non AC pada bangunan Ahass Marabunta Wonosobo
Sumber : Hasil Survey Peneliti
Tabel 4
Hasil Survey Penghuni berada pada ruangan non AC pada jam 08:00
No. Data Survey Hasil
1 Nama penghuni Dwi Pramono
Pendidikan Sma
3 Alamat Sambek, wonosobo
4 Jenis Kelamin Laki-laki
5 Berat Badan 50kg
6 Tinggi Badan 160 cm
7 Umur 23 tahun
8 Temperatur sejuk
9 Kelembaban Agak kering
10 Pergerakan udara Agak berhembus
11 Kenyamanan Termal nyaman
12 Temperatur yang
diinginkan
tetap
13 Kelembaban yang
diinginkan
Lebih lembab
14 Kec.angin yang
diinginkan
tetap
10. 15 Cahaya terang
16 Cahaya yang
diinginkan
tetap
7 Pakaian yang dipakai celana dalam, , celana
panjang sampai mata kaki, ,
kaus hem lengan panjang,
sepatu sol tebal.
Sumber : Hasil survey peneliti.
Tabel 5
Hasil Survey Penghuni berada pada ruangan non AC pada jam 08:00
No. Data Survey Hasil
1 Nama penghuni Shalma Wijayanti
Pendidikan Sma
3 Alamat Sumber sari, Kertek,
Wonosobo
4 Jenis Kelamin perempuan
5 Berat Badan 48 kg
6 Tinggi Badan 157 cm
7 Umur 19 tahun
8 Temperatur panas
9 Kelembaban kering
10 Pergerakan udara diam
11 Kenyamanan Termal panas
12 Temperatur yang
diinginkan
Ingin lebih sejuk
13 Kelembaban yang
diinginkan
Lebih lembab
14 Kec.angin yang
diinginkan
Ingin diperkeras
15 Cahaya terang
16 Cahaya yang
diinginkan
tetap
7 Pakaian yang dipakai celana dalam, bh, celana
panjang sampai mata kaki,
kerudung tanpa tutp kepala,
kaus lengan pendek
Sumber : Hasil survey peneliti.
Dari jawaban kuisoner dapat disimpulkan bahwa bapak Dwi Pramono merasa nyaman
pada suhu di pagi hari namun merasa kurangnyaman dengan kondisi kelembapan yang
ada. Dilihat dari pakaian yang di kenakan bapak Dwi Pramono susasana di daerah
11. tersebut hangat, sementara presepsi ibu Shalma Wijayanti merasa kurang nyaman
terhadap udara, kelembapan dan hanya nyaman dengan keadaan cahaya pada waktu
tersebut.
Tabel 6
Hasil Survey Penghuni berada pada ruangan non AC pada jam 11:00
No. Data Survey Hasil
1 Nama penghuni Dwi Pramono
Pendidikan Sma
3 Alamat Sambek, wonosobo
4 Jenis Kelamin Laki-laki
5 Berat Badan 50kg
6 Tinggi Badan 160 cm
7 Umur 23 tahun
8 Temperatur nyaman
9 Kelembaban Agak sejuk
10 Pergerakan udara Agak berhembus
11 Kenyamanan Termal panas
12 Temperatur yang
diinginkan
Ingin lebih sejuk
13 Kelembaban yang
diinginkan
tetap
14 Kec.angin yang
diinginkan
tetap
15 Cahaya terang
16 Cahaya yang
diinginkan
tetap
7 Pakaian yang dipakai celana dalam, , celana
panjang sampai mata kaki, ,
kaus hem lengan panjang,
sepatu sol tebal.
Sumber : Hasil survey peneliti
Dari jawaban kuisoner dapat disimpulkan bahwa bapak Dwi Pramono merasa nyaman
pada suhu di siang hari hayna kurang nyaman dengan suhu radiasi matahari yang tersasa
panas, dilihat dari pakaianaya bapak Dwi Pramono merasa cukup nyaman.
12. Tabel 7
Hasil Survey Penghuni berada pada ruangan non AC pada jam 13:00
No. Data Survey Hasil
1 Nama penghuni Shalma Wijayanti
Pendidikan Sma
3 Alamat Sumber sari, Kertek,
Wonosobo
4 Jenis Kelamin perempuan
5 Berat Badan 48 kg
6 Tinggi Badan 157 cm
7 Umur 19 tahun
8 Temperatur panas
9 Kelembaban Agak hangat
10 Pergerakan udara Agak hangat
11 Kenyamanan Termal panas
12 Temperatur yang
diinginkan
Ingin lebih sejuk
13 Kelembaban yang
diinginkan
Lebih lembab
14 Kec.angin yang
diinginkan
Ingin diperkeras
15 Cahaya terang
16 Cahaya yang
diinginkan
tetap
7 Pakaian yang dipakai celana dalam, bh, celana
panjang sampai mata kaki,
kerudung tanpa tutp kepala,
kaus lengan pendek
Sumber : Hasil survey peneliti.
Dari jawaban kuisoner dapat disimpulkan bahwa ibu Shalma Wijayanti merasa tidak
nyaman pada suhu di disore hari, penguin merasakan udara yang panas dengan
kelembapan yang kering dan dengan pergerakan udara hangat. Dan penghuni
mengharapkan agar hembusan angin lebih di perkeras, karena di ruang berAC ini kurang
maksimal pada penyebaran udara.
13. 3. Perbedaan dan persamaan kondisi termal antara ruangan ber AC dan non AC
Presepsi tentang kenyamanan suhu antara ruang berAC ini relative kurang nyaman
dibandingkan dengan ruangan yang nonAC atau menggunakan penghawaan alami.
Tabel 8
Hasil Survey Penghuni Pertama berada pada ruangan
No. Jam Suhu globe
dalam
Suhu globe dalam selisih
1 08:00 26.4 25.6 1.20
09:00 26.5 25.6 1.20
3 10:00 27.1 27.6 0.70
4 11:00 28.5 29.3 1.10
5 12:00 29.5 30.6 1.50
6 13:00 30.2 31.2 1.50
7 14:00 31.3 32.02 1.92
8 15:00 29.5 30.8 0.80
9 16:00 30.5 31.5 0.30
10 17:00 30 31.7 0.40
Sumber : Hasil survey peneliti.
Dapat kita lihat dari perbandingan suhu globe di atas terjadi selisih antara suhu pada
ruangan berAC dan non AC, dari data di atas menunjukkan bahwa suhu pada ruangan
AC lebih cenderung lebih panas, dan hal ini yang menyababkan penghuni pada
ruangan tersebut merasa kurang nyaman berada pada ruangan tersebut dan hal ini di
sebabkan oleh faktor-faktor tertentu antara lain sebagai berikut :
a. Penempatan AC yang kurang tepat
b. Arah hadap AC yang tidak mengarah kepada penghuni ruangan
c. Kondisi AC yang sudah rusak
I. KESIMPULAN
Pengamatan dilakukan terhadap persepsi koresponden terhadap kondisi temal pada
ruangan berAC dan ruangan nonAC atau menggunakan penghawaan alami. mulai dari
persepsi secara umum tentang wilayah secara keseluruhan sampai dengan persepsi
kondisi termal secara khusus pada ruangn berAC dan kondisi termal ruangan
nonAC perbedaan pada persepsi kondisi termal dari koresponden antara ruangan-
ruangan di Ahass Marabunta Wonosobo, wilayah ruangan menggunakan penghawaan
alamai (nonAC) lebih nyaman dibandingkan ruangan berAC yang panas dikarenakan
faktor-faktor yang ada.
14. J. DAFTAR PUSTAKA
Hoppe,P. 2002, Different Aspects of Assessing of Indoor & Outdoor Thermal
Comfort, Journal: Energy and Buildings Journal.
ASHRAE. 1992. Thermal Environmental Conditions for Human Occupancy.
Standard 55-1992. American Society of Heating, Refrigerating, and Air-Conditioning
Engineers, Atlanta, USA.
Warden, D. 2004. Dual fan, dual duct goes to school. ASHRAE American Society
of Heating Refrigerating and Air-conditioning Engineers Journal, 46:18–27.
Nugroho, M.A. 2011. A Preliminary Study of Thermal Environment in Malaysia’s
Terraced Houses, Journal and Economic Engeneering: 2(1), 25-28
Fanger. 1982. Thermal Comfort, Analysis and Aplications in Environmental
Enginering, Robert E. Krieger Publishing Company,
Malabar.
Gosselin, J.R. dan Q.Chen. 2008. A dual airflow window for indoor air quality
improvementand energy conservation in buildings,
HVAC&R Research, 14(3): 359-372