SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
KENYAMANAN THERMAL PADA COFFEE/WARUNG KOPI DI DAERAH
TROPIS
(STUDI KASUS : “COFFEE TIME LHOKSEUMAWE”)
PROPOSAL
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah
Metodology Penelitian Arsitektur
Disusun Oleh :
ISKANDAR
NIM : 150160027
PROGRAM STUDY ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2018
LEMBAR PERSETUJUAN
KENYAMANAN THERMAL PADA COFFEE/WARUNG KOPI DI DAERAH
TROPIS
(STUDI KASUS : “COFFEE TIME LHOKSEUMAWE”)
Oleh:
ISKANDAR
NIM.150160027
Tugas ini telah diterima dan disahkan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan
Tugas Mata Kuliah Metodology Penelitian Jurusan Arsitektur
Universitas Malikussaleh
Disahkan oleh:
Ketua Jurusan
Muhammad Iqbal, ST., M.Sc
NIP. 197905292005011004
Dosen Pembimbing
Nova Purnama Lisa, ST., M.T
NIP.
Mengetahui,
Rektor Universitas Malikussaleh
Prof. Dr. Apridar, SE., M.Si
NIP.
ABSTRACT
Thermal comfort is a “condition of mind that expresses satisfaction on the
environment thermal” (as defined in british standart BS EN ISO 7730/ISO 7730 1994 and
1989, ASHERE also based on the work of Fanger, 1970).
Understanding coffee is aplace to relax and chat where visitors can order drinks and
food. Coffee type resturants but prefer the relaxed atmosphere entertaiment and convenience
of vasitors there provides cmfortable seating and music.
Entertaiment and comfort for vasitors providing comfortable seating and music to
provide a comfortable place to relax, a building (coffe) it must implement a good thermal
comfort, so that visitors who come to the place feel welcome and can enjoy a quiet mealor
drink at the coffee.
Keywords: condition of mind, relaxtion, comfortable place.
ABSTRAK
Kenyaman thermal adalah “kondisi pikiran yang mengekspresikan kepuasan terhadap
lingkungan thermal” (sebagaimana didefinisikan dalam British Standart BS EN ISO
7730/ISO 7730 1994 dan juga ASHERE 1989, berdasarkan kerja dari Fanger, 1970).
Pengertian kafe (coffe) adalah tempat untuk bersantai dan berbicang-bincang dimana
pengunjung dapat memesan minuman dan makanan. Kafe termasuk tipe restoran namun lebih
megutamakan suasanan rileks, hiburan dan kenyamanan pengunjung sehinga menyediakan
tempat duduk yang nyaman dan alunan musik.
Untuk menyediakan tempat yang nyaman untuk rileks, suatu bangunan (Coffee) itu
harus menerapkan kenyamanan thermal yang bagus, sehingga pengunjung yang datang ke
tempat tersebut merasa betah dan bisa tenang menikmati makan atau minum di Caffe
tersebut.
Kata kunci: kondisi pikiran, bersantai, tempat yang nyaman.
KATA PENGANTAR
Dengan Mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya Peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan proposal penelitian ini yang
akan di ajukan guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan mata
kuliah methodology penelitian jurusan Arsitektur Universitas Malikussaleh dengan judul
KENYAMANAN THERMAL PADA COFFEE/WARUNG KOPI DI DAERAH
TROPIS (STUDI KASUS : “COFFEE TIME LHOKSEUMAWE”)
Shalawat beriring salam tidak lupa peneliti sampaikan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan hingga kezaman yang
penuh ilmu pengetahuan seperti ini.
Dalam penulisan proposal penelitian ini peneliti menyadari masih banyak
kemungkinan kesalahan dan kekurangan sesuai dengan kemampuan peneliti, walaupun
peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini
peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang
membantu dalam penyusunan proposal penelitian ini. Terutama kepada :
1. Aman (Ayah) dan Ine (Ibu) yang telah mendo’akan dan memberikan dukungan
berupa semangat juga materi dalam penyusunan Proposal Penelitian ini.
2. Prof. Dr. Apridar, SE., M.Si, selaku Rektor Universitas Malikussaleh.
3. Muhammad Iqbal, ST., M.Sc, selaku Kepala Jurusan Arsitektur niversitas
Malikussaleh
4. Nova PurnamaLisa,ST.,M.T selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan Proposal
Penelitian ini.
5. Teman-teman Angkatan-15 yang telah memberikan kritik dan saran dalam
penyusunan Proposal Penelitian ini.
Harapan Peneliti adalah semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Lhokseumawe, 15 Januari 2018
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................................. ii
ABSTRAK.......................................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
1.1 LatarBelakang Masalah.................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3 Maksud dan Tujuan........................................................................................... 2
1.3.1 Maksud............................................................................................ 2
1.3.2 Tujuan............................................................................................. 3
1.4 Ruang Lingkup.................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 4
2.1 Pengertia Kenyamanan Thermal....................................................................... 4
2.2 Indikator kenyamanan....................................................................................... 4
2.3 Manusia dan Kalor ........................................................................................... 5
2.4 Keseimbangan Thermal dan Kenyamanan........................................................ 5
2.4.1 Suhu Udara ...................................................................................... 7
2.4.2 Kelembapan...................................................................................... 7
2.4.3 Radiant Temperaturt......................................................................... 8
2.4.4 Pergerakan Udara............................................................................. 9
2.4.5 Pakaian............................................................................................. 10
2.4.6 Metabolic Rate................................................................................. 11
2.4.7 Standart Evaluasi Kenyamanan........................................................ 12
2.5 Kenyamanan Thermal Pada Daerah Tropis.................................................... 12
2.5.1 Suhu Nyaman Manusia..................................................................... 12
2.5.2 Strategi Pencapaian Suhu Nyaman Pada Arsitektur Tropis............. 13
2.6 Konsep Kenyamanan Thermal Pada Coffee (Ruang Dalam) ........................... 14
2.7 Konsep Kenyamanan Thermal Pada Coffee Time............................................ 14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 17
3.1 Waktu dan lokasi Penelitian.............................................................................. 17
3.2 Teknik Pengumpulan Data............................................................................... 17
3.3 Sampel Penelitian.............................................................................................. 18
3.4 Instrument Penelitian......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kenyamanan khusunya kenyamanan udara (thermal comfort) adalah salah satu tujuan
utama dalam desain arsitektur. Keberhasilan sebuah bangunan hampir selalu dihubungkan
dengan tingkat kenyamanan ruang yang dihasilkannya. Perkembangan teknologi telah
memungkinkan sisitem untuk mendapatkan kenyamanan udara dengan mengedepankan
mesin mekanis pengolah udara baik menjadi dingin atau hangat, kering atau lemab dengan
memamfaatkan penggunaan energi. Namun, sebenarnya tidak semua fungsi dalam bangunan
memerlukan sisitem kenyamanan aktif ini. Keterbatasan energi dan berkelanjutan lingkungan
adalah isu yang harus diperhatikan bagi perencana, pengguna, dan pemilik bangunan.
Kenyamanan termal merupakan sebuah keniscayaan yang harus dipenuhi oleh sebuah
bangunan untuk fungsi apapun dan dimanapun berada. Sayangnya, penerapan kenyamanan
termal hingga kini masih banyak dipahami sebagai kaidah yang hanya berkaitan dengan
bagaimana menaikkan dan menurunkan suhu dan kelembaban udara dalam bangunan dengan
bukaan (pintu dan jendela).
Jika dimungkinkan, bahkan cukup diselesaikan dengan menggunakan peralatan Air
Condition (AC). Di sisi lain, faktor manusia sebagai pengguna dan lokasi bangunan sebagai
penentu kondisi fisik lingkungan sangatlah penting. Bangunan di daerah tropis dengan
penghuni aktifitas fisik tinggi (petani, dsb) tentu sangat berbeda tingkat kenyamanan
termalnya jika dibandingkan dengan bangunan di daerah sub-tropis dengan penghuni
beraktifitas rendah.
Intensitas matahari yang berbeda, angin, tingkat hujan, kondisi geografis, bahan
bangunan, hingga kondisi personal pengguna semua berperan dalam menentukan tingkat
kenyamanan termal sebuah bangunan. Kombinasi dua dan banyak hal tersedia yang dapat
menghasilkan cukup banyak alternatif yang dapat diperoleh untuk mencapai kenyamanan
tersebut.
Kafe merupakan tempat yang enak untuk berkumpul atau istirahat sambil minum atau
makan untuk melepas lelah sehabis beraktivitas. Kafe dibuat harus nyaman dan membuat
orang betah ketika berada di caffe tersebut. Kenyaman thermal merupakan kebutuhan yang
wajib pada caffe, jika kenyaman thermal sudah diterapakn akan membuat pengunjung
nyaman dan bisa menikmati caffe tersebut dengan maksimal. Di Aceh, khusunya Kota
Lhokseumawe terdapat banyak bangunan caffe, baik caffe yang besar maupun yang terbilang
kecil. Di Kota Lhokseumawe caffe banyak digunakan untuk melepas lelah setelah menjalani
rutinitas yang cukup melelahkan, selain itu caffe di kota Lhokseumawe banyak juga
difungsikan untuk tempat berkumpul, mengerjakan tugas dsb. Kafe time merupakan salah
satu contoh caffe di kota Lhokseumawe. Kafe time terletak di kecamatan Banda Sakti kota
Lhoksemawe. Bangunan caffe ini cukup luas dengan aksesibiltas menuju caffe cukup mudah
dan memiliki fasilitas yang cukup lengkap, desain dari caffe ini tidak jauh berbeda dengan
caffe-Caffe lain yang berada di seputaran kota Lhokseumawe. Kafe ini memiliki view yang
cukup bagus dengan pemandangan laut yang cukup luas membawa pengunjung caffe merasa
betah bila sedang duduk atau bersantai di caffe ini, terutama pada lantai 2. Selain memiliki
view yang bagus, caffe ini memiliki sirkulasi udara yang baik dengan bukaan yang lebar,
membuat angin masuk secara langsung. Dengan keadaan itu pengunjung tidak akan
merasakan kepanasan meskipun pengunjung caffe ramai atau padat.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas, pokok penelitian ini secara khusus
akan membahas permasalahan tentang kenyamanan thermal pada kafe di daerah tropis.
CAFFE TIME merupakan salah satu caffe yang berada di kota Lhokseumawe. Adapun
penelitian ini akan membahas tentang:
1. Bagaimana konsep kenyamanan thermal?
2. Bagaimana konsep kenyamanan thermal yang nyaman di daerah iklim tropis?
3. Bagaimana kenyaman thermal untuk yang cocok untuk sebuah Kafe?
4. Bagaimana kenyamanan thermal yang ada di coffee time?
1.3 Maksud Dan Tujuan
1.3.1 Maksud
Adapun maksud dari penulisan ini adalah:
a. Sebagai satu sumbangan pemikiran dari penulis bagi masyarakat luas tentang
perlunya kenyamanan thermal pada sebuah kafe.
b. Sebagai pengetahuan bagaimana kenyaman thermal sebuah kafe yang berada
di daerah tropis.
c. Untuk meningkatkan pengetahuan bagi penulis untuk di bidang arsitektur
kenyamanan thermal.
1.3.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
Sebagai syarat kelulusan mata kuliah “METODOLOGI PENELITIAN”
1.4 Ruang Lingkup
Penulisan laporan penelitian ini akan dibatasi ruang lingkupnya agar didalam
menguraikan permasalahan yang penulis bahas tidak terlalu luas sehingga pembahasannya
akan menjadi terarah. Penelitian ini akan difokuskan kepada konsep kenyamanan thermal
pada sebuah caffe di daerah tropis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kenyamanan Thermal
Kenyaman thermal adalah “kondisi pikiran yang mengekspresikan kepuasan terhadap
lingkungan thermal” (sebagaimana didefinisikan dalam British Standart BS EN ISO
7730/ISO 7730 1994 dan juga ASHERE 1989, berdasarkan kerja dari Fanger, 1970).
Definisi “kondisi pikiran” berarrti bahwa kenyamanan adalah fenomena psikologis, yang
didasarkan pada kondisi fisik (lingkungan). Ada 2 kategori utama dalam upaya mendapatkan
indeks kenyaman; empiris dan analisis. Empiris didasarkan pada survey 11actor, sementara
analisis didasarakan pada prinsip fisikan aliran panas (Szokolay, 1980:226 dalam Noor
Cholis Idham “Arsitektur Kenyamanan Thermal). Untuk dapat mendapat kenyamanan, perlu
mempertimbangkan berbagai 11actor lingkungan individu yang membentuk ‘lingkungan
thermal manusia’ tersebut.
2.2 Indikator Kenyamanan
Indikator paling dasar yang digunakan untuk kenyamanan thermal adalah suhu udara.
Meskipun merupakan indikator penting yang harus diperhitungkan, suhu udara saja bukanlah
indikator valid atau akurat unruk menyatakan kenyamanan thermal. Suhu udara harus selalu
dipertimbangkan dalam kaitannya dengan faktor-faktor lingkungan fisik dan aspek personal
dan lainnya. Ada enam faktor lingkungan dan personal. Faktor-faktor ini mungkin tidak
berkait satu sama lain, akan tetapi bersama-sama berkontribusi dalam kenyamanan thermal.
Faktor-faktor lingkungan tersebut termasuk; suhu udara,suhu radian, kecepatan udara, dan
kelembaban. Sedangkan faktor pribadi meliputi insulasi pakaian dan metabolisme. Ada juga
beberapa faktor pribadi dalam bentuk non-kuantitatif yang juga memberikan dampak yang
signifikan terhadap prefensi individu termasuk aklimatisasi, usia dan jenis kelamin, bentuk
tubuh, lemak, kondisi, kesehatan, aktivitas, dan makanan dan minuman.
`
Radiasi: Konveksi: Induksi:
Panas dipancarkan langsung Panas matahari memanaskan Panas merambat melalui
(dari matahari) angin dan diteruskan ke bangunan bangunan
Gambar 2.1 Prinsip perpindahan panas pada bangunan;
Radiasi, Konveksi, dan Induksi.
2.3 Manusia dan Kalor
Untuk lebih memahami keyaman thermal dan aspek-aspeknya, studi tentang panas
(kalor) dan trasportasinya adalah penting. Panas adalah salah satu bentuk energi, berbentuk
sebagai gerkan molekul dalam media atau dalam bentuk radiasi di ruang udara. Suhu dapat
dianggap sebagai gejala adanya panas dalam suhu zat. Panas pada dasarnya mengalir dari
zona suhu tinggi menuju suhu zona yang lebih rendah dengan tiga cara yang berbeda, yaitu
konduksi, konveksi, dan radiasi (Gambar 2.1). konduksi adalah perpindahan panas melalui
kontak langsung, konveksi adalah perpindahan panas dari permukaan suatu benda padat ke
cairan seperti gas atau media cair dan sebaliknya. Radiasi adalah perpindahan panas oleh
gelombang elektromagnetik antara dua benda yang memiliki temperatur yang berbeda.
Panas dari lingkungan dapat mencapai permukaan tubuh dan sebaliknya dengan salah
satu, dua, atau semua cara perpindahan panas ditambah kehilangan panas secara evaproratif
melalui penguapan kelembaban kulit. Organ sensorik tubuh meberikan informasi umpan
balik untuk dapat mengatur mekanisme kontrol termal tubuh. Akibatnya, tubuh akan bereaksi
terhadap lingkungan. Tubuh juga terus menghasilkan panas yang dihasilkan oleh proses
metabolisme. Jumlah panas yang dihasilkan oleh metabolisme tergantung pada aktivitas
tubuh, semakin keras aktivitas tubuh, semakin keras aktivitas, semakin besar output panas
yang dihasilkan. Panas juga dihembuskan dari paru-paru selama proses pernapasan atau
respirasi. Perpindahan panas ini sebagian melalui cara konvektif dan sebagai evaporatif.
2.4 Keseimbangan Thermal dan Kenyamanan
Keseimbangan suhu dalam tubuh adalah kunci untuk kesehatan dan kenyamanan
tubuh manusia. Dalam tubuh harus dijaga tetap dalam suhu normal sebesar 37ºC dengan
toleransi antara 35-40ºC (Szokolay, 1980 dalam Noor Cholis Idham “Arsitektur
Kenyamanan Thermal). Panas yang dihasilkan oleh tubuh tergantung pada aktivitas
seseorang dan harus diimbangi oleh jumlah total panas yang hilang atau yang didapatkan dari
waktu ke waktu. Atau dalam rumus, keseimbangan thermal ada jika Met – EVP ± CND ±
CNV = 0 dengan Met: metabolisme, EVP: penguapan , CND: Konduksi dan Rad: radiasi.
Faktor lain dapat ditambahkan sebagai bebab eksternal; energi yang digunakan dalam
melakukan kerja mekanik. Jika jumlah lebih dari nol, maka artinya terjadi elemen
penyimpanan dalam persamaan, sehingga akan terjadi penigkatan suhu tubuh. Peningkatan
ini tidak boleh melebihi 1ºC. Untuk menjaga dalam kondisi optimal, manusia membutuhkan
penyesuaian fsikologis dan prilaku terus-menerus untuk memberikan keseimbangan antara
tubuh dan lingkungan. Proses ini dikenal sebagai termoregulasi.(Noor Cholis Idham
“Arsitektur Kenyamanan Thermal).
Pada lingkunagan yang hangat atau panas, masalah utama adalah panas tubuh yang
tidak sepenuhnya keluar dari ubuh karena suhu udara lebih besar dari suhu tubuh. Tubuh
bereaksi dengan pembesaran pembuluh darah ke dekat kulit (vasodilatasi), sebagai akibat dari
panas yang dikirimkan ke kulit., baik panas radian (radiant heat) ataupun konveksi, sehingga
panas akan semakin meningkat. Jika vasodilatasi tiadk mencukupi, kelenjar keringat
diaktifkan untuk memicu mekanisme pendinginan evaporatif yang memproduksi keringat
sampai 4 liter/jam. Sedangkan pada lingkungan yang lebih dingin dari suhu tubuh, ketika
tingkat disipasi atau pelepasan panas melebihi tingkat produksinya, masalah tubuh pada
lingkungan yang dingin akan terjadi. Akibatnya, terjadi kontraksi pembuluh darah di dekat
kulit (vosokontriksi), transportasi panas ke kulit berkurang dan suhu kulit diturunkan.
Sementara suhu tubuh dalam tetap konstan pada sekitar 37ºC, hal ekstrem pada tubuh akan
terjadi seperti pada jari tangan, jari kaki, dan telinga yang kekurangan darah hingga dapat
beku. Bulu tubuh yang berdiri adalah cara meningkatkan isolasi kulit pada proses
vasokonstriksi, dan selanjutnya menggigil dapat terjadi yang berarti tubuh meningkatkan
metabolisme otot untuk menghasilkan panas. Hifotermia adalah hasil dari kegagalan
mekanisme tubuh. Jika suhu dalam tubuh berkisar antara 30ºC dan 35ºC, kematianpun
akandapat terjadi (Szokolay, 1980:270-271, dalam Noor Cholis Idham “Arsitektur
Kenyamanan Thermal).
Kenyaman manusia sangat sulit untuk didefinisikan karena terkait dengan faktor
lingkungan dan personal. Prefensi individu tentang kenyamanan thermal dapat bervariasi
pada suhu kulit berkisar antara 31º dan 34ºC. Suhu lingkungan harus lebih rendah dari suhu
kulit. Suhu kulit ini dapat dipertahankan hanya jika keseimbangan ada antara masukan panas
ke kulit dan kehilangan panasnya. Namun, intraksi antara manusia dan lingkungan thermal
sangat kompleks sehingga telah menjadi subjek banyak penelitian.
Faktor lain yang mempengaruhi kenyamanan thermal sangat beragam meliputi lokasi
geografis, usia, jenis kelamin, bentuk tubuh, siklus menstruasi, perbedaan etnis, makanan,
irama, irama jantung, perambatan panas tubuh, kesatuan pemanasan atau pendingin tubuh,
warna kulit, dan sebgainya harus diperhitungkan bersama-sam dalam kenyaman thermal
manusia. Tingkat kenyamanan thermal sebenarnya sulit untuk dijadikan standar yang baku.
Metode realistis untuk mendapatkan kenyamanan thermal adalah dengan memuaskan
sebagian besar orang dalam sebuah kelompok. Prinsip ini adalah dasar dari prediksi pendapat
rata-rata atau the predicted mean vote (PMV), yaitu sebuah indeks kenyaman thermal dari
Fanger (1970 dalam Noor Cholis Idham “Arsitektur Kenyamanan Thermal), yang sekarang
diterima juga oleh ISO 7730 (1995). Terdapat bebrapa faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi kenyaman thermal, yaitu:
2.4.1 Suhu Udara
Pembahasan ini berkaitan dengan suhu udara sekitar tubuh yang biasanya diberikan dalam
derajat Celcius (ºC) atau derajat Fahrenhet (ºF). Suhu adalah variabel yang paling penting
dalam menentukan kenyamanan. Pertukaran panas dalam bangunan sebenarnya ditentukan
oleh beberapa variabel, namun suhu udara merupakan aspek dasar yang harus dilihat terlebih
dahulu. Panas dialirkan baik keluar maupun masuk melalui selubung bangunan ditambah
aspek-aspek dalam bangunan., akan menetukan suhu dalam ruang. Jika kita mengetahui suhu
udara luar dan zona nyaman, kita dapat menetukan strategi untuk mengontrol aliran panas
dalam bangunan dan mendapatkan kenyamanan dalam ruangan.
Namun demikian, suhu udara tidak hanya satu-satunya faktor yang dapat menentukan tingkat
panas di udara. Suhu yang digunakan harus disertai dengan data kelembapan untuk
memahami kandungan panas (panas laten) di udara (lihat phychrometry), dan juga kecepatan
angin yang akan mendorong proses perpindahan panas dari dan ke dalam/luar bangunan.
2.4.2 Kelembapan
Humidity atau kelembapan udara adalah kadar air yang terkandung di udara. Kelmbapan
relatif (Relatif Humidity, RH) adalah rasio antara jumlah air yang sebenarnya dari uap air di
udara dan jumlah maksimum uap air yeng dapat ditahan di udara pada suhu tertentu.
Szokolay (1980:277 dalam Noor Cholis Idham “Arsitektur Kenyamanan Thermal)
menjelaskan bahwa kelembapan atmosfer memiliki pengaruh yang kecil pada kenyaman
sensasi panas pada atau sekitar suhu yang nyaman, kecuali kelembapan itu sangat rendah atau
sangat tinggi.
Pada wilayah panas kering, rendahnya tingkat kelembapan menyebabkan penguapan yang
mudah dan cepat. Kondisi dapat dimafaatkan dengan pendinginan evaporatif, yaitu
mendinginkan udara dengan cara mengalirkan uap air. Sebalinya, pada zona tropis tingkat
kelmbapan yang tinggi dapat menjadikan udara sangat tidak nyaman, meskipun suhu udara
tidak tinggi karena uap air suda jenuh. Kondisi ini sering disalahartikan pada lingkungan
hangat-lembab tropis yang dianggap sebagai area dengan tingkat kenyamanan yang rendah
karena panas udara., padahal permasalahan kenyamanan terletak pada tingkat kelembapan
udara yang tinggi. Batasan kenyamanan ini seperti gambar 2.1.
Suhu tertinggi untuk keseimbangan thermal yang dapat dicapai secara efektif dangan teknik
pendinginan evaporatif sangat tergantung pada kelembapan relatif. Suhu tertinggi yang dapat
ditoleransi untuk berbagai nilai RH adalah; 100% RH: 31ºC, 50% RH: 38ºC, 18% RH:45ºC
dan 0% RH:52ºC.
2.4.3 Radiant temperature
Radian temperature adalah suhu ruang yang dipengaruhi berbagai sumber panas dalam suatu
lingkungan. Radiasi termal adalah panas yang terpancar dari benda yang hangat. Panas radian
atau radiant heat dapat terjadi jikaada sumber panas dalam suatu lingkungan. Panas radian
memiliki pengaruh yang lebih besar dari pada suhu udara karena berkaitan dengan kehilangan
atau mendapatkan panas dari atau ke lingkungan. Kulit manusia dapat menyerap panas
hampir sama seperti permukaan hitam meskipun hal ini dapat dikurangi dengan memakai
pakaian yang bersifat reflektif. Contoh sumber panas radian atau radiant heat meliputi:
matahari, api, kompor listrik, tungku, rol uap, oven, kompor, pengering, permukaan dan
mesin panas, logam cair, dan lain-lain.
Akumulasi suhu radiasi atau mean radiant temperature (MRT) inilah yang justru
berdampak cukup pada tingkat suhu ruang. Seperti telah dibahas di atas, pancaran panas dari
matahari, bahan bangunan dan peralatan dilingkungan sekitar kan meningkatkan suhu dalam
bangunan. Untuk mencegahnya, material harus digunakan dengan tepat atau manggunakan
bahan isolasi yang menghambat perambatan panas. Penggunaan material harus diperhatikan
sehinggan tidak memantulkan dan memancarkan panas yang tidak diingankan ke dalam
bangunan. Bahan pemantul ini adalah bahan-bahan yang berwarna terang sedang yang
memancarkan berasal dari bahan baik yang memancarkan secara langsung atau dengan
penundaan sesuai tingkat thermal lag atau kemampuan menyimpan panas masing-masing
benda.
2.4.4 Pergerakan Udara
Kecepatan aliran udara adalah kecepatan bergeraknya udara dan merupakan faktor penting
dalam kenyamanan termal karena orang pada umumnya sensitif terhadap hal tersebut. Udara
yang berhenti di dalam ruangan yang secara artifisial dipanaskan dapat menyababkan oarang
merasakan pengap. Hal ini juga dapat menyebabkan bau yang tidak di harapkan. Udara yang
bergerak meskipun dalam kondisi hangat atau lembab dapat meyebabkan kehilangan panas
melalui konveksi tanpa disertai ada perubahan suhu udara ruangan. Peningkatan gerakan
udara juga dapat dicapai dengan aktivitas fisik. Peningkatan gerakan udara dapat melepaskan
panas dari kulit dengan dua cara, meningkatkan pengalihan panas secara konvektif dan
mempercepat penguapan.
Jika rerata suhu adalah beberapa derajat diatas zona nyaman dan perbedaan terandah dan
tertinggi dibawah 10˚C, maka pergerakan udara dapat digunakan untuk mendapatkan
kenyamanan. Pergerakan udara dapat mengurangi suhu yang terasa dikulit sekitar 2˚C dan
pergerakan suhu pada bangunan dengan masa sedang denagn perlindungan matahari yang
baik. Kipas dilangit-langit dapat digunakan untuk mencapai pergerakan udara walaupun tidak
dibantu dengan pergantian udara dari luar ruangan. Cara ini akan berguna di siang dan sore
hari ketika suhu luar ruang di atas sona nyaman.
Pergerakan udara berpengaruh terhapap tingkat kenyamanan yang dipengaruhi oleh baik
kecepatan ataupun arahnya yang biasanya disajikan dalam set data berupa wind roses.
Pola arah angin secara umum ditentukan oleh pembagian tekanan atmosfer udara, namun
secara khusus dapat ditentukan oleh beberapa faktor seperti waktu siang atau malam ( angian
laut atau darat) dan ketinggian dari permukaan tanah. Wind roses memberikan data kecepatan
dan arah sekaligus intensitasnya dengan persentase dari arah mana angin berhembus.
2.4.5 Pakaian
Pakaian diasumsikan sebagai fungsi dari iklim lingkungan dan juga sosial dari seseorang dan
juga merupakan salah satu faktor yang dapat membnetuk kondisi thermal yang diinginkan.
Pada model perpindahan panas fisika, pakaian diasumsikan sebagai lapisan yang seragam
yang akan mengisolasi tubuh dari lingkungan melalui suhu permukaaan tunggal. Pakaian
ersebut menghalangi kemampuan tubuh untuk kehilangan panas yang di pancarkan ke
lingkungan . kenyamanan termal sangat tergantung pada efek isolasi pakaian pada
pemakainya. Mengenakan pakaian terlalu banyak atau pakaian pelindung dapat menjadi
penyebab utama pengumpulan panas meskipun lingkungan tidak terlalu hangat atau panas.
Jika pakaian tidak menyediakan cukup isolasi, pemakai mungkin beresiko kedinginan.
Hambatan termalpakaian telah diteliti oleh Givoni (1976) dan dinyatakan bahwa faktor yang
menentukan adalah daya tembus dari kain , kekakuan, dan ketat-longgarnya pakaian. Insulasi
pakaian pada umumnya dinyatakan dalam “unit clo” dengan 1 clo = 0,155 m2.K/W yang
selama ini identik atau setara dengan pengguna satu stel pakaian jas lengkap dengan dasi. Set
pakaian ini memungkinkan seseorang dalam kondisi istirahat untuk mendapatkan
keseimbangan termal pada suhu 21˚C dengan ventilasi berkecepatan udara 0,1˚ m/detik. Jika
temperatur lebih tinggi, seseorang akan berkeringat, sedangkan jika terlalu rendah seseorang
akan meresa kedinginan. Meskipun demikian, tampaknya selalu ada masalah besar dengan
standar clo, karena secara budaya dan kebiasaan akan da perbedaan karena baju tebal dalam
satu iklim mungkin dihitung agak tipis di tempat lain.
2.4.6 Metabolic rate
Tingkat metabolisme menggambarkan panas yang kita hasilkan dalam tubuh kita
melakukan aktivitas fisik. Semakin keras pekerjaan fisik yang kita lakukan semakin banyak
panas yang kita hasilkan. Semakin banyak panas yang dihasilkan, semakin banyak panas
yang harus dihilangkan sehingga kita tidak menjadi kepanasan. Dampak dari tingkat
metabolisme pada kenyamanan termal sangat penting.
Metabolic rate juga penting untuk memperhitungkan karateristik fisik seseorang
seperti ukuran dan berat, usia tingkat kebugaran dan jenis kelamin. Kesemuanya dapat
berdampak pada perbedaan perasaan masin-masing, meskipun jika faktor-faktor lain seperti
suhu udara, kelembapan, dan kecepatan udara adalah sama.
Hubungan antara aspek pergerakan udara, kelembapan kulit, tingkat metabolisme, dan
kualitas pakaian dapat dapat saling mempengaruhi untuk tingkat kenyamanan tergantung
pada tingkat suhu udara lingkungan. Pada suhu rendah kenyamanan dapat diperoleh dengan
kualitas pakaian dengan clo tinggi (tebal dan tertutup), dengan kecepatan angin dan
kelembapan kulit yang rendah. Sebaliknya, pada suhu ruangan yang relatif tinggi, diatas
25˚C, tingkat ketertutupan pakaian menjadi berkurang, dan dibutuhkan pergerakan dan
kelembapan kulit yang lebih tinggi, terutama pada ruangan dengan kelembapan udara yang
tinggi pula. Tingkat metabolisme relatif dibutuhkan sama pada lingkungan dengan suhu udara
tinggi ataupun rendah.
2.4.7 Standar evaluasi kenyamanan
Ada banyak skala penilaian persepsi kenyamanan yang dibagi dua kelompok
eksperimental dan anlitis (Hancer, 2005). Yang termasuk kelompok eksperimen meliputi:
Effective Temperature, Corrected Effective Temperature, Equivalent Warmth, Operative
Temperature, Equatorial Comfort Index, Tropical Summer Index, Wind Chill Index,
Bioclimatic Chart, dan New Bioclimatic Chart. Sementara pada kelompok Analytical
Predicted Four Hour Sweat Rate, Heat Stress Index, Indexes Of Skin Wettedness, Wet-Bulb
Globe Temperature, Index Of Ermal Stress, Predicted Mea Vote, Standard Effective
Temperature, dan New Effective Temperature.
Umumnya, indeks tersebut diatas didasarkan pada suhu dan kelembapan sebagai data
iklim utama. Data lain dapat dianggap sebagai sumber pendukung yang juga dapat berguna
untuk menentukan tinkat kenyamanan dalam kasus-kasus tertentu. Dalam pembahasan buku
ini diketengahkan grafik bioclimatic dan grafik psychrometric untuk menganalisis kondisi
iklim. Mahoney table juga digunakan untuk memperoleh penilaian yang lebih rinci, terutama
dalam strategi aklimatisasi tropis.
2.5 Kenyamanan Thermal Pada Daerah Tropis
Wilayah yang mempunyai iklim tropis umumnya ditandai dengan suhu udara tinggi
dan kelembaban udara yang relatif tinggi pula. Diantara wilayah dengan iklim tropis tersebut
adalah wilayah negara-negara Asia Tenggara yang posisinya bredekatan atau bahkan dilalui
katulistiwa. Arsitektur tropis harus diartikan sebagai rancangan spesifik suatu karya arsitektur
yang mengarah pada pemecahan problematik iklim tropis. Iklim tropis sendiri dicirikan oleh
berbagai karakteristik, misalnya kelembaban udara yang tinggi, dapat mencapai angaka di
atas 90%, suhu udara relatif tinggi, antara 15 hingga 35˚C, radiasi matahari yang menyengat
dan mengganggu, serta curah hujan tinggi yang dapat mencapai angka di atas 3000
mm/tahun. Faktor-faktor iklim tersebut berpengaruh sangat besar terhadap aspek kenyamanan
fisik manusia terutama aspek kenyamanan termal (termis).
2.5.1 Suhu Nyaman Manusia Tropis
Disadari atau tidak, aspek ‘kenyamanan termal’ sesungguhnya telah mendominasi
kehidupan manusia dalam rangka berinteraksi dengan lingkungan fisiknya. Hampir pada
setiap kesempatan manusia selalu membicarakan masalah sensasi termisnya terhadap udara di
sekitarnya, seperti misalnya ‘terlalu panas’ atau ‘terlalu dingin’, atau mungkin sekadar
mengatakan bahwa pada saat tertentu mereka merasa ‘kepanasan’, ‘kedinginan’, dan
sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa aspek kenyamanan thermal sangat berpengaruh
terhadap kehidupan manusia sehari-hari.
Dalam teori kenyamanan termal dinyatakan bahwa rasa panas atau dingin yang
dirasakan oleh tubuh manusia sesungguhnya merupakan wujud respon dari sensor perasa
yang terdapat pada kulit terhadap stimuli suhu yang ada di sekitarnya. Sensor perasa berperan
menyampaikan informasi rangsangan rasa kepada otak di manan otak akan memberikan
perintah kepada bagian-bagian tubuh tertentu agar melakukan antisipasi guna
mempertahankan suhu tubuh agar tetap berada pada sekitar 37˚C, di mana hal ini diperlukan
agar organ dalam tubuh dapat menjalankan fungsinya secara baik.
Standar Internasional (ISO 7730:1994 dalam Tri Harso Karyono “Kenyamanan
Termal Dalam Arsitektur Tropis”) menyatakan bahwa sensasi termis yang dialami manusia
merupakan fungsi dari empat faktor iklim yakni, suhu udara, suhu radiasi, kelembaban udara,
kecepatan angin, serta dua faktor individu yakni, tingkat aktifitas yang berkaitan dengan laju
metabolisme tubuh, serta jenis pakaian yang dikenakan. Standar ISO 7730 menyatakan
bahwa kenyamanan termal tidak dipengaruhi secara nyata oleh hal-hal lain misalnya,
perbedaan jenis kelamin, tingkat kegemukan, faktor usia, suku bangsa, adaptasi, tempat
tinggal geografis, faktor kepadatan, warna, dan sebagainya.
2.5.2 Strategi Pencapaian Suhu Nyaman pada Arsitektur Tropis
Masalah yang harus dipecahkan di wilayah iklim tropis seperti Indonesia adalah
bagaimana menciptakan suhu ruang agar berada di bawah 28,3˚C, yakni batas atas untuk
sensasi hangat nyaman, ketika suhu udara luar siang hari berkisar 32˚C (TRI HARSO
KARYONO 5:2016 “Kenyamanan Termal Dalam Arsitektur Tropis”). Secara sederhana ada
dua strategi pencapaian suhu nyaman di dalam bangunan, pertama, dengan pengkondisian
udara mekanis, kedua, dengan perancangan pasif memanfatkan secara optimal ventilasi
alamiah.
Penggunaan mesin pengkondisian udara mekanis, AC, memudahkan pencapaian suhu
ruang di bawah 28,3˚C, di mana kanyamanan akan dicapai. Penggunaan AC mengecilkan
peran arsitek dalam perancangan, karena dengan rancangan apapun, ruang dapat dibuat
nyaman dengan penempatan mesin AC. Modifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi
nyaman dengan cara mekanis lebih merupakan tugas para engineer dibanding arsitek. Untuk
memaksimalkan itu seorang arsitek harus benar-benar memikirkan konsep kenyamanan
tersebut untuk mendapatkan aspek kenyamanan thermal yang bagus.
2.6 Konsep Kenyamanan Thermal Pada Caffe (Ruang Dalam)
Pengertian kafe (coffe) adalah tempat untuk bersantai dan berbicang-bincang dimana
pengunjung dapat memesan minuman dan makanan. Kafe termasuk tipe restoran namun lebih
megutamakan suasanan rileks, hiburan dan kenyamanan pengunjung sehinga menyediakan
tempat duduk yang nyaman dan alunan musik.
Pengertian kafe menurut Dictionary of English Languange and Culture, Longman
adalah restoran kecil yang melayani atau menjual makanan ringan dan minuman, kafe
biasanya digunakan orang untuk rileks. Sedangkan menurut The New Dictionary and
Theosaurus, kafe merupakan restoran murah yang menyediakan makanan yang mudah diolah
atau dihidangkan kembali. Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa kafe
merupakan restoran murah yang menyediakan makanan dan minuman yang digunakan untuk
bersantai atau berbincang yang mengutamakan suasana rileks, hiburan yang mengutamakan
kenyamanan pengunjung dengan menyediakan tempat duduk dan alunan musik untuk
menambah suasana rileksasi.
Jadi untuk mendapatkan suasana nyaman dan membuat pengunjng merasa betah pada
kafe, kenyamanan thermal sangat diperlukan. Untuk menyelenggarakan aktivitasnya di dalam
kafe agar terlaksana dengan baik, manusia memerlukan kondisi fisik tertentu di sekitarnya
yang dianggap nyaman. Salah satu persyaratan kenyamanan thermal supaya manusia nyaman
di dalam kafe adalah suhu nyaman, yaitu suhu kondisi thermal udara di dalam ruang tidak
menggaggu tubuhnya. Suhu ruang terlalu rendah akan mengakibatkan kedinginan atau
menggigil, dan juga sebaliknya jika suhu ruang terlalu panas akan mengakibatkan tubuh
kepanasandan berkeringat, sehingga membuat manusia merasa sangat tidak nyaman saat
berada dalam ruang (kafe) tersebut.
2.7 Konsep Kenyamanan Thermal Pada Coffee Time
Menurut Olgay (1963 dalam James Rilatupa “Aspek Kenyaanan Termal Pada
Pengondisian Runag Dalam”), tingkat produktivitas dan kesehatan manusia sangat
dipengaruhi oleh kondisi iklim setempat. Apabila kondisi iklim (berkaitan dengan suhu
udara, kelembababan, radiasi matahari, angin, hujan, dsbnya) sesuai dengan kebutuhan fisik
manusia, maka tingkat produktivitas dapat mendapat titik maksimum. Coffee Time yang
berada di pesisir pantai memiliki suhu udara yang nyaman karena terdapat banyak bukaan-
bukaan yang lebar untuk mengontrol keluar masuknya udara.
(a) (b)
Gambar 2.2 (a)Tampak Depan Coffee Time (b) Bukaan besar pada lanat 2
(sumber: dokumentasi 2018)
Selain dari letak coffee time yang berada di pesisir pantai yang membuat suhu
menjadi dingin, kondisi bangunan yang berada pada iklim hangat lembab juga sangat
mempengaruhi kenyamanan thermal pada kafe tersebut. Respon terhadap iklim adalah salah
satu alasan utama untuk perbedaan regional dalam arsitektur (Lechner, 1991:2). Untuk
mendapatkan desain yang tepat pada setiap iklim, aspek-aspek yang mempengaruhi sifat dan
karakter fisik lingkungan harus dipahami lebih dahulu. Posisi pada lintang yang berbeda akan
menyebabkan kondisi iklim yang berbeda pula. Semakin dekat dengan garis khatulistiwa,
secara umum iklim akan semakin panas, sedangkan mendekati kutub, iklim semakin dingin.
Penyebab utama dari variasi iklim ini tentu adalah posisi matahari yang relatif berbeda pada
setiap garis lintang. Usaha-usaha untuk mencapai kenyamanan udara disesuiakan apakah
cenderung membutuhkan atau menolak sinar dan panas matahari. Meskipun letak Indonesia
atau lebih spesifiknya Aceh, yang dilintasi garis khatulistiwa yang beriklim tropis tidak
membuat kafe ini menjadi panas atau dingin.
Prinsip utama pertimbangan desain pendingin pasif terhadap iklm adalah untuk
menghilangkan atau mengurangi sumber panas eksternal pada siang hari dengan desain
selubung bangunan. Tujuan dari desain ini adalah untuk memungkinkan suhu waktu siang
hari di dalam bangunan yang lebih rendah dari luar bangunan, juga memamfaatakan suhu
malam yang lebih rendah, dengan memamfaatkan pergerakan udara untuk mendinginkan
bangunan dan penghuninya.
Unsur utama dari desain bangunan untuk pendinginan pasif pada Kafe adalah:
1. Orientasi pemaparan terhadap pendinginan angin akan meningkatkan ventilasi alami
dengan mengurangi hambatan-hambatan jalur udara yang melalui gedung.
Penyediaan kipas angin akan memberikan ventilasi dan pergerakan udara tanpa
adanya angin berhembus.
2. Zonning denah yang memaksimalkan kenyamanan bagi kegiatan-kegiatan di siang
hari dan kenyaman pada malam hari.
3. Bukaan kaca dan jendela yang tepat akan meminimalkan datangnya panas yang
tidak diinginkan dan memaksimalkan ventilasi..
4. Penggunaan shading yang efektif (termasuk yanaman).
5. Penggunaan isolasi yang sesuai dan memadai.
6. Penggunaan massa kontruksi massa thermal yang tinggi di daerah dengan rentang
suhu diurnal signifikan.
7. Penggunaan kontruksi massa thermal rendah di daerah dengan kisaran suhu diurnal
rendah.
Penggunaan atap berwarna terang dan dinding untuk memeantulakan lebih banyak
radiasi matahari dan mengurangi pemasukan panas dan posisi dari bangunan Coffee
Time yang berada di daerah pesisir dengan kondisi sekitar yang mendukung
membuat kenyaman thermal di Kafe ini menjadi nyaman.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Coffee Time yang merupakan salah satu Kafe yang berada
di kota Lokseumawe, Aceh. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember-
Januari 2018 (semester 5 tahun ajaran 2017/2018).
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian di lakukan menggunakan metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang dimaksud untuk mengungkapkan gejala secara holistik-konstektual melalui
pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen
kunci. Penelitian kuantitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis
pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam
penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif lebih menonjol disusun dalam bentuk narasi yang
bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukkan ciri-ciri naturalistik yang penuh dengan
nilai-nilai otentik.
Dengan metode ini akan di kumpulakan data melalui pembagian kuesioner pada
pengunjung yang ada di Kafe tersebut. Dalam kuesioner akan ada beberapa pertanyaan
tentang segala hal mengenai kenyamanan menggunakan jalan tersebut meninjau dari fasilitas
yang ada. Untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak maka akan di lakukan
pengumpulan data dengan teknik wawancara.
Pembagian kuesioner akan di lakukan saat siang dan malam hari supaya didapatkan
perbedaan kenyamanan thermal pada malam dan siang hari. Saat sebelum sampel mengisi
kuesioner maka akan di lakukan penjelasan singkat terlebih dahulu tentang pertanyaan-
pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Kuesioner yang telah di isi akan di kumpulkan satu per
satu agar para sampel tidak terburu-buru dalam mengisinya. Setelah semua kuesioner
terkumpul dari tiap-tiap unit maka akan di lakukan analisis berdasarkan tiap-tiap unit
tersebut. Dari data yang di dapat akan terlihat perbedaan tanggapan dari tiap-tiap unit. Dan
semua kegiatan saat pembagian kuesioner akan di dokumentasikan melalui foto juga video.
Sementara itu wawancara juga di lakukan saat siang hari karena alasan kenyamanan.
Wawancara akan dilakukan di tempat yang di sukai oleh narasumber wawancara agar dia
merasa nyaman saat di ajukan beberapa pertanyaan. Saat melakukan wawancara akan di
lakukan rekaman video sebagai dokumentasi penelitian. Ketika wawancara akan poin-poin
penting dari tanggapan narasumber. Data yang di dapat dari hasil wawancara akan menjadai
data pembantu dari pembagian kuesioner.
3.3 Sampel Penelitian
Dalam penelitian, Probability Sampling akan di gunakan untuk pemilihan dan
penentuan sampel. Teknik ini di gunakan karena semua populasi memiliki kesempatan yang
sama untuk menjadi sampel sehingga dapat menghindari terjadinya pembiasan pada hasil
penelitian karena data yang di dapat lebih akurat. Dalam penelitian nanti salah satu cara yang
akan di laksanakan yaitu mengelompokkan beberapa populasi dari masing-masing unit.
Populasi di sini di kelompokkan lagi berdasarkan beberapa kriteria sesuai dengan kebutuhan
penelititan. Lalu dari masing-masing populasi tersebut akan di ambil beberapa sampel untuk
mewakili populasi tersebut. Tipe yang di gunakan adalah stratified sampling. Dengan teknik
ini semakin banyak sampel yang di ambil maka representasi kesalahannya akan semakin
kecil. Penglompokan sampel akan memudahkan peneliti dalam menganalisi data yang di
dapat.
3.4 Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis
mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di
dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang
sudah ada.
Kuesioner dalam penelitian ini di golongkan berdasarkan sampel yang di tuju,
pertenyaan-pertanyaannya juga di sesuakian agar para sampel dapat memahami segala
pertanyaan yang ada.
2. Protokol Wawancara
Protokol wawancara adalah sebuah berkas yang berisi semua pertanyaan wawancara.
Jumlah wawancara yang di lakukan tidak terlalu banyak, mengingat waktu yang di butuhkan
untuk wawancara sangat banyak. Wawancara akan di lakukan pada mahasiswa dan pedagang
saja sebagai perwakilan dari semua populasi. Pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan
sebagian tidak ada pada kuesioner agar mendapat informasi yang baru.
3. Kamera
Gambar 3.1 Camera Canon
Camera yang di gunakan dalam penelitian nanti adalah camera canon karena memiliki
kualitas gambar yang cukup baik. Camera di gunakan dalam penelitian untuk
mendokumentasikan segala kegiatan penelitian sebagai bukti dokumentasi bahwa data yang
di dapat adalah data asli.
4. Alat tulis
Alat tulis yang di gunakan berupa pulpen, pensil, penghapus dan buku catatan. Pulpen
di gunakan sebagai alat tulis untuk mengisi kuesioner bagi mahasiswa, siswa SMP, pedagang
dan pengguna rumah rakit. Pensil dan penghapus di gunakan oleh siswa SD karena pada
umumnya siswa SD masih menggunakan pensil. Untuk mencatat hasil wawan cara
menggunakan pulpen dan buku catatan.
(a) (b) (c)
Gambar 3.2 (a)Pulpen, (b)Pensil dan Stip, (c)buku catatan
DAFTAR PUSTAKA
Idham, Noor Cholis. 2015. Arsitektur Dan Kenyamanan Termal. Yogyakarta. Penerbit Andi
Tri Harso Karyono. Kenyamanan termal dalam arsitektur tropis. Suatu Bahasan tentang
Indonesia, PT Raja Grafindo.2010. jakarta: jurnal tentang kenyamanan termal dalam
arsitektur tropis
M. Husni Kotta. 2008.Suhu Netral Dan Rentang Suhu Nyaman Manusia Indonesia:
Studi Kasus Penelitian Pada Bangunan Kantor Di Makassar. Makassar. Jurnal tentang
kenyamanan manusia pada suhu ruang
Eddy Imam Santoso. 2012. Kenyamanan Termal Indoor Pada Bangunan Di Daerah
Beriklim Tropis Lembab: Surabaya. Indonesian Green Technology Journal. E-ISSN.2338-
1787
James Rilatupa.2008. Aspek Kenyamanan Termal Pada Pengkondisian Ruang Dalam:
Jakarta. Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No. 3.

More Related Content

Similar to Tugas metodologi 1

Prosiding seminar a vo er 9_2017-maria nur aeni
Prosiding seminar a vo er 9_2017-maria nur aeniProsiding seminar a vo er 9_2017-maria nur aeni
Prosiding seminar a vo er 9_2017-maria nur aeni
iankurniawan019
 
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...
Dicky Audi
 

Similar to Tugas metodologi 1 (20)

Skrining kecelakaan kerja epidemiologi
Skrining kecelakaan kerja epidemiologiSkrining kecelakaan kerja epidemiologi
Skrining kecelakaan kerja epidemiologi
 
Prosiding seminar a vo er 9_2017-maria nur aeni
Prosiding seminar a vo er 9_2017-maria nur aeniProsiding seminar a vo er 9_2017-maria nur aeni
Prosiding seminar a vo er 9_2017-maria nur aeni
 
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...
 
Bahan Ajar Refrigerasi Dasar
Bahan Ajar Refrigerasi DasarBahan Ajar Refrigerasi Dasar
Bahan Ajar Refrigerasi Dasar
 
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...
 
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...
 
Fisika Bangunan_kuliah_1.pdf
Fisika Bangunan_kuliah_1.pdfFisika Bangunan_kuliah_1.pdf
Fisika Bangunan_kuliah_1.pdf
 
Makalah epidemiologi kel5
Makalah epidemiologi kel5Makalah epidemiologi kel5
Makalah epidemiologi kel5
 
KTI NOVITA RAHMAN.pdf
KTI NOVITA RAHMAN.pdfKTI NOVITA RAHMAN.pdf
KTI NOVITA RAHMAN.pdf
 
HANA NURBAITI SOBIHAH HAPSIN-SKR.pdf
HANA NURBAITI SOBIHAH HAPSIN-SKR.pdfHANA NURBAITI SOBIHAH HAPSIN-SKR.pdf
HANA NURBAITI SOBIHAH HAPSIN-SKR.pdf
 
Prosiding semnas avoer 2017 ian kurniawan
Prosiding semnas avoer 2017 ian kurniawanProsiding semnas avoer 2017 ian kurniawan
Prosiding semnas avoer 2017 ian kurniawan
 
Perencanaan sprinkler
Perencanaan sprinklerPerencanaan sprinkler
Perencanaan sprinkler
 
Validasi Penentuan Potensi Tsunami Menggunakan Aplikasi Penentuan Td, Tdur, d...
Validasi Penentuan Potensi Tsunami Menggunakan Aplikasi Penentuan Td, Tdur, d...Validasi Penentuan Potensi Tsunami Menggunakan Aplikasi Penentuan Td, Tdur, d...
Validasi Penentuan Potensi Tsunami Menggunakan Aplikasi Penentuan Td, Tdur, d...
 
Persiapan Implementasi Kurikulum Merdeka 2022 @AminYusuf.pdf
Persiapan Implementasi Kurikulum Merdeka 2022 @AminYusuf.pdfPersiapan Implementasi Kurikulum Merdeka 2022 @AminYusuf.pdf
Persiapan Implementasi Kurikulum Merdeka 2022 @AminYusuf.pdf
 
Filsafat Ilmu dan Metode Riset Normal
Filsafat Ilmu dan Metode Riset NormalFilsafat Ilmu dan Metode Riset Normal
Filsafat Ilmu dan Metode Riset Normal
 
Risky tri kurniawan - proses pelembaban udara untuk budidaya jamur tiram
Risky tri kurniawan - proses pelembaban udara untuk budidaya jamur tiramRisky tri kurniawan - proses pelembaban udara untuk budidaya jamur tiram
Risky tri kurniawan - proses pelembaban udara untuk budidaya jamur tiram
 
31180-Full_Text.pdf
31180-Full_Text.pdf31180-Full_Text.pdf
31180-Full_Text.pdf
 
Penegakan hukum pidana lingkungan oleh korporasi
Penegakan hukum pidana lingkungan oleh korporasiPenegakan hukum pidana lingkungan oleh korporasi
Penegakan hukum pidana lingkungan oleh korporasi
 
Hasna lathifah salma 2104068 alat listrik lab
Hasna lathifah salma 2104068 alat listrik labHasna lathifah salma 2104068 alat listrik lab
Hasna lathifah salma 2104068 alat listrik lab
 
Filsafat ilmu dan metode riset
Filsafat ilmu dan metode risetFilsafat ilmu dan metode riset
Filsafat ilmu dan metode riset
 

Recently uploaded

BENTUK KEMASAN OBAT.pdf yfibfuhbcigkvkcjxjxjcjcjcjcjcjvkvkv
BENTUK KEMASAN OBAT.pdf yfibfuhbcigkvkcjxjxjcjcjcjcjcjvkvkvBENTUK KEMASAN OBAT.pdf yfibfuhbcigkvkcjxjxjcjcjcjcjcjvkvkv
BENTUK KEMASAN OBAT.pdf yfibfuhbcigkvkcjxjxjcjcjcjcjcjvkvkv
sonyaawitan
 
Abortion pills In Kuwait |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills In Kuwait |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills In Kuwait |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills In Kuwait |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
Abortion pills in Riyadh Saudi Arabia !! +966572737505 Get Cytotec pills
Abortion pills in Riyadh Saudi Arabia !! +966572737505 Get Cytotec pillsAbortion pills in Riyadh Saudi Arabia !! +966572737505 Get Cytotec pills
Abortion pills in Riyadh Saudi Arabia !! +966572737505 Get Cytotec pills
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
Monhik1
 
2. perairan darat perairan laut subgai dan rawa
2. perairan darat perairan laut subgai dan rawa2. perairan darat perairan laut subgai dan rawa
2. perairan darat perairan laut subgai dan rawa
mcnoob1
 

Recently uploaded (13)

SUPPLIER JASA PASANG WALLPAPER CUSTOM PROFESIONAL MALANG.pdf
SUPPLIER JASA PASANG WALLPAPER CUSTOM PROFESIONAL MALANG.pdfSUPPLIER JASA PASANG WALLPAPER CUSTOM PROFESIONAL MALANG.pdf
SUPPLIER JASA PASANG WALLPAPER CUSTOM PROFESIONAL MALANG.pdf
 
BENTUK KEMASAN OBAT.pdf yfibfuhbcigkvkcjxjxjcjcjcjcjcjvkvkv
BENTUK KEMASAN OBAT.pdf yfibfuhbcigkvkcjxjxjcjcjcjcjcjvkvkvBENTUK KEMASAN OBAT.pdf yfibfuhbcigkvkcjxjxjcjcjcjcjcjvkvkv
BENTUK KEMASAN OBAT.pdf yfibfuhbcigkvkcjxjxjcjcjcjcjcjvkvkv
 
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 🎰👑
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 🎰👑ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 🎰👑
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 🎰👑
 
KELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghh
KELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghhKELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghh
KELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghh
 
PENYULUHAN CUCI TANGAN DAN SIKAT GIGI.pptx
PENYULUHAN CUCI TANGAN DAN SIKAT GIGI.pptxPENYULUHAN CUCI TANGAN DAN SIKAT GIGI.pptx
PENYULUHAN CUCI TANGAN DAN SIKAT GIGI.pptx
 
Abortion pills In Kuwait |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills In Kuwait |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills In Kuwait |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills In Kuwait |+966572737505 | Get Cytotec
 
Abortion pills in Riyadh Saudi Arabia !! +966572737505 Get Cytotec pills
Abortion pills in Riyadh Saudi Arabia !! +966572737505 Get Cytotec pillsAbortion pills in Riyadh Saudi Arabia !! +966572737505 Get Cytotec pills
Abortion pills in Riyadh Saudi Arabia !! +966572737505 Get Cytotec pills
 
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
 
Tumbuhan dan lingkungannya power point..
Tumbuhan dan lingkungannya power point..Tumbuhan dan lingkungannya power point..
Tumbuhan dan lingkungannya power point..
 
2. perairan darat perairan laut subgai dan rawa
2. perairan darat perairan laut subgai dan rawa2. perairan darat perairan laut subgai dan rawa
2. perairan darat perairan laut subgai dan rawa
 
Cara Menggugurkan Kandungan 082223109953 dgn Obat Aborsi Usia Janin 1-8 Bula...
Cara Menggugurkan Kandungan 082223109953  dgn Obat Aborsi Usia Janin 1-8 Bula...Cara Menggugurkan Kandungan 082223109953  dgn Obat Aborsi Usia Janin 1-8 Bula...
Cara Menggugurkan Kandungan 082223109953 dgn Obat Aborsi Usia Janin 1-8 Bula...
 
MODUL AJAR UI DAN UX UNTUK PEMULA KELAS DESAIN.pdf
MODUL AJAR UI DAN UX UNTUK PEMULA KELAS DESAIN.pdfMODUL AJAR UI DAN UX UNTUK PEMULA KELAS DESAIN.pdf
MODUL AJAR UI DAN UX UNTUK PEMULA KELAS DESAIN.pdf
 
Aksi Nyata Ide-Ide Praktis Pembelajaran.pdf
Aksi Nyata Ide-Ide Praktis Pembelajaran.pdfAksi Nyata Ide-Ide Praktis Pembelajaran.pdf
Aksi Nyata Ide-Ide Praktis Pembelajaran.pdf
 

Tugas metodologi 1

  • 1. KENYAMANAN THERMAL PADA COFFEE/WARUNG KOPI DI DAERAH TROPIS (STUDI KASUS : “COFFEE TIME LHOKSEUMAWE”) PROPOSAL Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Metodology Penelitian Arsitektur Disusun Oleh : ISKANDAR NIM : 150160027 PROGRAM STUDY ARSITEKTUR UNIVERSITAS MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE 2018
  • 2. LEMBAR PERSETUJUAN KENYAMANAN THERMAL PADA COFFEE/WARUNG KOPI DI DAERAH TROPIS (STUDI KASUS : “COFFEE TIME LHOKSEUMAWE”) Oleh: ISKANDAR NIM.150160027 Tugas ini telah diterima dan disahkan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Metodology Penelitian Jurusan Arsitektur Universitas Malikussaleh Disahkan oleh: Ketua Jurusan Muhammad Iqbal, ST., M.Sc NIP. 197905292005011004 Dosen Pembimbing Nova Purnama Lisa, ST., M.T NIP. Mengetahui, Rektor Universitas Malikussaleh Prof. Dr. Apridar, SE., M.Si NIP.
  • 3. ABSTRACT Thermal comfort is a “condition of mind that expresses satisfaction on the environment thermal” (as defined in british standart BS EN ISO 7730/ISO 7730 1994 and 1989, ASHERE also based on the work of Fanger, 1970). Understanding coffee is aplace to relax and chat where visitors can order drinks and food. Coffee type resturants but prefer the relaxed atmosphere entertaiment and convenience of vasitors there provides cmfortable seating and music. Entertaiment and comfort for vasitors providing comfortable seating and music to provide a comfortable place to relax, a building (coffe) it must implement a good thermal comfort, so that visitors who come to the place feel welcome and can enjoy a quiet mealor drink at the coffee. Keywords: condition of mind, relaxtion, comfortable place.
  • 4. ABSTRAK Kenyaman thermal adalah “kondisi pikiran yang mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan thermal” (sebagaimana didefinisikan dalam British Standart BS EN ISO 7730/ISO 7730 1994 dan juga ASHERE 1989, berdasarkan kerja dari Fanger, 1970). Pengertian kafe (coffe) adalah tempat untuk bersantai dan berbicang-bincang dimana pengunjung dapat memesan minuman dan makanan. Kafe termasuk tipe restoran namun lebih megutamakan suasanan rileks, hiburan dan kenyamanan pengunjung sehinga menyediakan tempat duduk yang nyaman dan alunan musik. Untuk menyediakan tempat yang nyaman untuk rileks, suatu bangunan (Coffee) itu harus menerapkan kenyamanan thermal yang bagus, sehingga pengunjung yang datang ke tempat tersebut merasa betah dan bisa tenang menikmati makan atau minum di Caffe tersebut. Kata kunci: kondisi pikiran, bersantai, tempat yang nyaman.
  • 5. KATA PENGANTAR Dengan Mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya Peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan proposal penelitian ini yang akan di ajukan guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan mata kuliah methodology penelitian jurusan Arsitektur Universitas Malikussaleh dengan judul KENYAMANAN THERMAL PADA COFFEE/WARUNG KOPI DI DAERAH TROPIS (STUDI KASUS : “COFFEE TIME LHOKSEUMAWE”) Shalawat beriring salam tidak lupa peneliti sampaikan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan hingga kezaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti ini. Dalam penulisan proposal penelitian ini peneliti menyadari masih banyak kemungkinan kesalahan dan kekurangan sesuai dengan kemampuan peneliti, walaupun peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang membantu dalam penyusunan proposal penelitian ini. Terutama kepada : 1. Aman (Ayah) dan Ine (Ibu) yang telah mendo’akan dan memberikan dukungan berupa semangat juga materi dalam penyusunan Proposal Penelitian ini. 2. Prof. Dr. Apridar, SE., M.Si, selaku Rektor Universitas Malikussaleh. 3. Muhammad Iqbal, ST., M.Sc, selaku Kepala Jurusan Arsitektur niversitas Malikussaleh 4. Nova PurnamaLisa,ST.,M.T selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan Proposal Penelitian ini. 5. Teman-teman Angkatan-15 yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan Proposal Penelitian ini. Harapan Peneliti adalah semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Lhokseumawe, 15 Januari 2018 Peneliti
  • 6. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................................. ii ABSTRAK.......................................................................................................................... iii KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iv DAFTAR ISI...................................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1 1.1 LatarBelakang Masalah.................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah.......................................................................................... 2 1.3 Maksud dan Tujuan........................................................................................... 2 1.3.1 Maksud............................................................................................ 2 1.3.2 Tujuan............................................................................................. 3 1.4 Ruang Lingkup.................................................................................................. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 4 2.1 Pengertia Kenyamanan Thermal....................................................................... 4 2.2 Indikator kenyamanan....................................................................................... 4 2.3 Manusia dan Kalor ........................................................................................... 5 2.4 Keseimbangan Thermal dan Kenyamanan........................................................ 5 2.4.1 Suhu Udara ...................................................................................... 7 2.4.2 Kelembapan...................................................................................... 7 2.4.3 Radiant Temperaturt......................................................................... 8 2.4.4 Pergerakan Udara............................................................................. 9 2.4.5 Pakaian............................................................................................. 10 2.4.6 Metabolic Rate................................................................................. 11 2.4.7 Standart Evaluasi Kenyamanan........................................................ 12 2.5 Kenyamanan Thermal Pada Daerah Tropis.................................................... 12 2.5.1 Suhu Nyaman Manusia..................................................................... 12 2.5.2 Strategi Pencapaian Suhu Nyaman Pada Arsitektur Tropis............. 13 2.6 Konsep Kenyamanan Thermal Pada Coffee (Ruang Dalam) ........................... 14 2.7 Konsep Kenyamanan Thermal Pada Coffee Time............................................ 14
  • 7. BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 17 3.1 Waktu dan lokasi Penelitian.............................................................................. 17 3.2 Teknik Pengumpulan Data............................................................................... 17 3.3 Sampel Penelitian.............................................................................................. 18 3.4 Instrument Penelitian......................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 19
  • 8. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kenyamanan khusunya kenyamanan udara (thermal comfort) adalah salah satu tujuan utama dalam desain arsitektur. Keberhasilan sebuah bangunan hampir selalu dihubungkan dengan tingkat kenyamanan ruang yang dihasilkannya. Perkembangan teknologi telah memungkinkan sisitem untuk mendapatkan kenyamanan udara dengan mengedepankan mesin mekanis pengolah udara baik menjadi dingin atau hangat, kering atau lemab dengan memamfaatkan penggunaan energi. Namun, sebenarnya tidak semua fungsi dalam bangunan memerlukan sisitem kenyamanan aktif ini. Keterbatasan energi dan berkelanjutan lingkungan adalah isu yang harus diperhatikan bagi perencana, pengguna, dan pemilik bangunan. Kenyamanan termal merupakan sebuah keniscayaan yang harus dipenuhi oleh sebuah bangunan untuk fungsi apapun dan dimanapun berada. Sayangnya, penerapan kenyamanan termal hingga kini masih banyak dipahami sebagai kaidah yang hanya berkaitan dengan bagaimana menaikkan dan menurunkan suhu dan kelembaban udara dalam bangunan dengan bukaan (pintu dan jendela). Jika dimungkinkan, bahkan cukup diselesaikan dengan menggunakan peralatan Air Condition (AC). Di sisi lain, faktor manusia sebagai pengguna dan lokasi bangunan sebagai penentu kondisi fisik lingkungan sangatlah penting. Bangunan di daerah tropis dengan penghuni aktifitas fisik tinggi (petani, dsb) tentu sangat berbeda tingkat kenyamanan termalnya jika dibandingkan dengan bangunan di daerah sub-tropis dengan penghuni beraktifitas rendah. Intensitas matahari yang berbeda, angin, tingkat hujan, kondisi geografis, bahan bangunan, hingga kondisi personal pengguna semua berperan dalam menentukan tingkat kenyamanan termal sebuah bangunan. Kombinasi dua dan banyak hal tersedia yang dapat menghasilkan cukup banyak alternatif yang dapat diperoleh untuk mencapai kenyamanan tersebut. Kafe merupakan tempat yang enak untuk berkumpul atau istirahat sambil minum atau makan untuk melepas lelah sehabis beraktivitas. Kafe dibuat harus nyaman dan membuat orang betah ketika berada di caffe tersebut. Kenyaman thermal merupakan kebutuhan yang wajib pada caffe, jika kenyaman thermal sudah diterapakn akan membuat pengunjung
  • 9. nyaman dan bisa menikmati caffe tersebut dengan maksimal. Di Aceh, khusunya Kota Lhokseumawe terdapat banyak bangunan caffe, baik caffe yang besar maupun yang terbilang kecil. Di Kota Lhokseumawe caffe banyak digunakan untuk melepas lelah setelah menjalani rutinitas yang cukup melelahkan, selain itu caffe di kota Lhokseumawe banyak juga difungsikan untuk tempat berkumpul, mengerjakan tugas dsb. Kafe time merupakan salah satu contoh caffe di kota Lhokseumawe. Kafe time terletak di kecamatan Banda Sakti kota Lhoksemawe. Bangunan caffe ini cukup luas dengan aksesibiltas menuju caffe cukup mudah dan memiliki fasilitas yang cukup lengkap, desain dari caffe ini tidak jauh berbeda dengan caffe-Caffe lain yang berada di seputaran kota Lhokseumawe. Kafe ini memiliki view yang cukup bagus dengan pemandangan laut yang cukup luas membawa pengunjung caffe merasa betah bila sedang duduk atau bersantai di caffe ini, terutama pada lantai 2. Selain memiliki view yang bagus, caffe ini memiliki sirkulasi udara yang baik dengan bukaan yang lebar, membuat angin masuk secara langsung. Dengan keadaan itu pengunjung tidak akan merasakan kepanasan meskipun pengunjung caffe ramai atau padat. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas, pokok penelitian ini secara khusus akan membahas permasalahan tentang kenyamanan thermal pada kafe di daerah tropis. CAFFE TIME merupakan salah satu caffe yang berada di kota Lhokseumawe. Adapun penelitian ini akan membahas tentang: 1. Bagaimana konsep kenyamanan thermal? 2. Bagaimana konsep kenyamanan thermal yang nyaman di daerah iklim tropis? 3. Bagaimana kenyaman thermal untuk yang cocok untuk sebuah Kafe? 4. Bagaimana kenyamanan thermal yang ada di coffee time? 1.3 Maksud Dan Tujuan 1.3.1 Maksud Adapun maksud dari penulisan ini adalah: a. Sebagai satu sumbangan pemikiran dari penulis bagi masyarakat luas tentang perlunya kenyamanan thermal pada sebuah kafe.
  • 10. b. Sebagai pengetahuan bagaimana kenyaman thermal sebuah kafe yang berada di daerah tropis. c. Untuk meningkatkan pengetahuan bagi penulis untuk di bidang arsitektur kenyamanan thermal. 1.3.2 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan ini adalah: Sebagai syarat kelulusan mata kuliah “METODOLOGI PENELITIAN” 1.4 Ruang Lingkup Penulisan laporan penelitian ini akan dibatasi ruang lingkupnya agar didalam menguraikan permasalahan yang penulis bahas tidak terlalu luas sehingga pembahasannya akan menjadi terarah. Penelitian ini akan difokuskan kepada konsep kenyamanan thermal pada sebuah caffe di daerah tropis.
  • 11. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kenyamanan Thermal Kenyaman thermal adalah “kondisi pikiran yang mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan thermal” (sebagaimana didefinisikan dalam British Standart BS EN ISO 7730/ISO 7730 1994 dan juga ASHERE 1989, berdasarkan kerja dari Fanger, 1970). Definisi “kondisi pikiran” berarrti bahwa kenyamanan adalah fenomena psikologis, yang didasarkan pada kondisi fisik (lingkungan). Ada 2 kategori utama dalam upaya mendapatkan indeks kenyaman; empiris dan analisis. Empiris didasarkan pada survey 11actor, sementara analisis didasarakan pada prinsip fisikan aliran panas (Szokolay, 1980:226 dalam Noor Cholis Idham “Arsitektur Kenyamanan Thermal). Untuk dapat mendapat kenyamanan, perlu mempertimbangkan berbagai 11actor lingkungan individu yang membentuk ‘lingkungan thermal manusia’ tersebut. 2.2 Indikator Kenyamanan Indikator paling dasar yang digunakan untuk kenyamanan thermal adalah suhu udara. Meskipun merupakan indikator penting yang harus diperhitungkan, suhu udara saja bukanlah indikator valid atau akurat unruk menyatakan kenyamanan thermal. Suhu udara harus selalu dipertimbangkan dalam kaitannya dengan faktor-faktor lingkungan fisik dan aspek personal dan lainnya. Ada enam faktor lingkungan dan personal. Faktor-faktor ini mungkin tidak berkait satu sama lain, akan tetapi bersama-sama berkontribusi dalam kenyamanan thermal. Faktor-faktor lingkungan tersebut termasuk; suhu udara,suhu radian, kecepatan udara, dan kelembaban. Sedangkan faktor pribadi meliputi insulasi pakaian dan metabolisme. Ada juga beberapa faktor pribadi dalam bentuk non-kuantitatif yang juga memberikan dampak yang signifikan terhadap prefensi individu termasuk aklimatisasi, usia dan jenis kelamin, bentuk tubuh, lemak, kondisi, kesehatan, aktivitas, dan makanan dan minuman.
  • 12. ` Radiasi: Konveksi: Induksi: Panas dipancarkan langsung Panas matahari memanaskan Panas merambat melalui (dari matahari) angin dan diteruskan ke bangunan bangunan Gambar 2.1 Prinsip perpindahan panas pada bangunan; Radiasi, Konveksi, dan Induksi. 2.3 Manusia dan Kalor Untuk lebih memahami keyaman thermal dan aspek-aspeknya, studi tentang panas (kalor) dan trasportasinya adalah penting. Panas adalah salah satu bentuk energi, berbentuk sebagai gerkan molekul dalam media atau dalam bentuk radiasi di ruang udara. Suhu dapat dianggap sebagai gejala adanya panas dalam suhu zat. Panas pada dasarnya mengalir dari zona suhu tinggi menuju suhu zona yang lebih rendah dengan tiga cara yang berbeda, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi (Gambar 2.1). konduksi adalah perpindahan panas melalui kontak langsung, konveksi adalah perpindahan panas dari permukaan suatu benda padat ke cairan seperti gas atau media cair dan sebaliknya. Radiasi adalah perpindahan panas oleh gelombang elektromagnetik antara dua benda yang memiliki temperatur yang berbeda. Panas dari lingkungan dapat mencapai permukaan tubuh dan sebaliknya dengan salah satu, dua, atau semua cara perpindahan panas ditambah kehilangan panas secara evaproratif melalui penguapan kelembaban kulit. Organ sensorik tubuh meberikan informasi umpan balik untuk dapat mengatur mekanisme kontrol termal tubuh. Akibatnya, tubuh akan bereaksi terhadap lingkungan. Tubuh juga terus menghasilkan panas yang dihasilkan oleh proses metabolisme. Jumlah panas yang dihasilkan oleh metabolisme tergantung pada aktivitas tubuh, semakin keras aktivitas tubuh, semakin keras aktivitas, semakin besar output panas yang dihasilkan. Panas juga dihembuskan dari paru-paru selama proses pernapasan atau respirasi. Perpindahan panas ini sebagian melalui cara konvektif dan sebagai evaporatif. 2.4 Keseimbangan Thermal dan Kenyamanan Keseimbangan suhu dalam tubuh adalah kunci untuk kesehatan dan kenyamanan tubuh manusia. Dalam tubuh harus dijaga tetap dalam suhu normal sebesar 37ºC dengan
  • 13. toleransi antara 35-40ºC (Szokolay, 1980 dalam Noor Cholis Idham “Arsitektur Kenyamanan Thermal). Panas yang dihasilkan oleh tubuh tergantung pada aktivitas seseorang dan harus diimbangi oleh jumlah total panas yang hilang atau yang didapatkan dari waktu ke waktu. Atau dalam rumus, keseimbangan thermal ada jika Met – EVP ± CND ± CNV = 0 dengan Met: metabolisme, EVP: penguapan , CND: Konduksi dan Rad: radiasi. Faktor lain dapat ditambahkan sebagai bebab eksternal; energi yang digunakan dalam melakukan kerja mekanik. Jika jumlah lebih dari nol, maka artinya terjadi elemen penyimpanan dalam persamaan, sehingga akan terjadi penigkatan suhu tubuh. Peningkatan ini tidak boleh melebihi 1ºC. Untuk menjaga dalam kondisi optimal, manusia membutuhkan penyesuaian fsikologis dan prilaku terus-menerus untuk memberikan keseimbangan antara tubuh dan lingkungan. Proses ini dikenal sebagai termoregulasi.(Noor Cholis Idham “Arsitektur Kenyamanan Thermal). Pada lingkunagan yang hangat atau panas, masalah utama adalah panas tubuh yang tidak sepenuhnya keluar dari ubuh karena suhu udara lebih besar dari suhu tubuh. Tubuh bereaksi dengan pembesaran pembuluh darah ke dekat kulit (vasodilatasi), sebagai akibat dari panas yang dikirimkan ke kulit., baik panas radian (radiant heat) ataupun konveksi, sehingga panas akan semakin meningkat. Jika vasodilatasi tiadk mencukupi, kelenjar keringat diaktifkan untuk memicu mekanisme pendinginan evaporatif yang memproduksi keringat sampai 4 liter/jam. Sedangkan pada lingkungan yang lebih dingin dari suhu tubuh, ketika tingkat disipasi atau pelepasan panas melebihi tingkat produksinya, masalah tubuh pada lingkungan yang dingin akan terjadi. Akibatnya, terjadi kontraksi pembuluh darah di dekat kulit (vosokontriksi), transportasi panas ke kulit berkurang dan suhu kulit diturunkan. Sementara suhu tubuh dalam tetap konstan pada sekitar 37ºC, hal ekstrem pada tubuh akan terjadi seperti pada jari tangan, jari kaki, dan telinga yang kekurangan darah hingga dapat beku. Bulu tubuh yang berdiri adalah cara meningkatkan isolasi kulit pada proses vasokonstriksi, dan selanjutnya menggigil dapat terjadi yang berarti tubuh meningkatkan metabolisme otot untuk menghasilkan panas. Hifotermia adalah hasil dari kegagalan mekanisme tubuh. Jika suhu dalam tubuh berkisar antara 30ºC dan 35ºC, kematianpun akandapat terjadi (Szokolay, 1980:270-271, dalam Noor Cholis Idham “Arsitektur Kenyamanan Thermal). Kenyaman manusia sangat sulit untuk didefinisikan karena terkait dengan faktor lingkungan dan personal. Prefensi individu tentang kenyamanan thermal dapat bervariasi pada suhu kulit berkisar antara 31º dan 34ºC. Suhu lingkungan harus lebih rendah dari suhu
  • 14. kulit. Suhu kulit ini dapat dipertahankan hanya jika keseimbangan ada antara masukan panas ke kulit dan kehilangan panasnya. Namun, intraksi antara manusia dan lingkungan thermal sangat kompleks sehingga telah menjadi subjek banyak penelitian. Faktor lain yang mempengaruhi kenyamanan thermal sangat beragam meliputi lokasi geografis, usia, jenis kelamin, bentuk tubuh, siklus menstruasi, perbedaan etnis, makanan, irama, irama jantung, perambatan panas tubuh, kesatuan pemanasan atau pendingin tubuh, warna kulit, dan sebgainya harus diperhitungkan bersama-sam dalam kenyaman thermal manusia. Tingkat kenyamanan thermal sebenarnya sulit untuk dijadikan standar yang baku. Metode realistis untuk mendapatkan kenyamanan thermal adalah dengan memuaskan sebagian besar orang dalam sebuah kelompok. Prinsip ini adalah dasar dari prediksi pendapat rata-rata atau the predicted mean vote (PMV), yaitu sebuah indeks kenyaman thermal dari Fanger (1970 dalam Noor Cholis Idham “Arsitektur Kenyamanan Thermal), yang sekarang diterima juga oleh ISO 7730 (1995). Terdapat bebrapa faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kenyaman thermal, yaitu: 2.4.1 Suhu Udara Pembahasan ini berkaitan dengan suhu udara sekitar tubuh yang biasanya diberikan dalam derajat Celcius (ºC) atau derajat Fahrenhet (ºF). Suhu adalah variabel yang paling penting dalam menentukan kenyamanan. Pertukaran panas dalam bangunan sebenarnya ditentukan oleh beberapa variabel, namun suhu udara merupakan aspek dasar yang harus dilihat terlebih dahulu. Panas dialirkan baik keluar maupun masuk melalui selubung bangunan ditambah aspek-aspek dalam bangunan., akan menetukan suhu dalam ruang. Jika kita mengetahui suhu udara luar dan zona nyaman, kita dapat menetukan strategi untuk mengontrol aliran panas dalam bangunan dan mendapatkan kenyamanan dalam ruangan. Namun demikian, suhu udara tidak hanya satu-satunya faktor yang dapat menentukan tingkat panas di udara. Suhu yang digunakan harus disertai dengan data kelembapan untuk memahami kandungan panas (panas laten) di udara (lihat phychrometry), dan juga kecepatan angin yang akan mendorong proses perpindahan panas dari dan ke dalam/luar bangunan. 2.4.2 Kelembapan Humidity atau kelembapan udara adalah kadar air yang terkandung di udara. Kelmbapan relatif (Relatif Humidity, RH) adalah rasio antara jumlah air yang sebenarnya dari uap air di udara dan jumlah maksimum uap air yeng dapat ditahan di udara pada suhu tertentu. Szokolay (1980:277 dalam Noor Cholis Idham “Arsitektur Kenyamanan Thermal)
  • 15. menjelaskan bahwa kelembapan atmosfer memiliki pengaruh yang kecil pada kenyaman sensasi panas pada atau sekitar suhu yang nyaman, kecuali kelembapan itu sangat rendah atau sangat tinggi. Pada wilayah panas kering, rendahnya tingkat kelembapan menyebabkan penguapan yang mudah dan cepat. Kondisi dapat dimafaatkan dengan pendinginan evaporatif, yaitu mendinginkan udara dengan cara mengalirkan uap air. Sebalinya, pada zona tropis tingkat kelmbapan yang tinggi dapat menjadikan udara sangat tidak nyaman, meskipun suhu udara tidak tinggi karena uap air suda jenuh. Kondisi ini sering disalahartikan pada lingkungan hangat-lembab tropis yang dianggap sebagai area dengan tingkat kenyamanan yang rendah karena panas udara., padahal permasalahan kenyamanan terletak pada tingkat kelembapan udara yang tinggi. Batasan kenyamanan ini seperti gambar 2.1. Suhu tertinggi untuk keseimbangan thermal yang dapat dicapai secara efektif dangan teknik pendinginan evaporatif sangat tergantung pada kelembapan relatif. Suhu tertinggi yang dapat ditoleransi untuk berbagai nilai RH adalah; 100% RH: 31ºC, 50% RH: 38ºC, 18% RH:45ºC dan 0% RH:52ºC. 2.4.3 Radiant temperature Radian temperature adalah suhu ruang yang dipengaruhi berbagai sumber panas dalam suatu lingkungan. Radiasi termal adalah panas yang terpancar dari benda yang hangat. Panas radian atau radiant heat dapat terjadi jikaada sumber panas dalam suatu lingkungan. Panas radian memiliki pengaruh yang lebih besar dari pada suhu udara karena berkaitan dengan kehilangan atau mendapatkan panas dari atau ke lingkungan. Kulit manusia dapat menyerap panas hampir sama seperti permukaan hitam meskipun hal ini dapat dikurangi dengan memakai pakaian yang bersifat reflektif. Contoh sumber panas radian atau radiant heat meliputi: matahari, api, kompor listrik, tungku, rol uap, oven, kompor, pengering, permukaan dan mesin panas, logam cair, dan lain-lain. Akumulasi suhu radiasi atau mean radiant temperature (MRT) inilah yang justru berdampak cukup pada tingkat suhu ruang. Seperti telah dibahas di atas, pancaran panas dari matahari, bahan bangunan dan peralatan dilingkungan sekitar kan meningkatkan suhu dalam bangunan. Untuk mencegahnya, material harus digunakan dengan tepat atau manggunakan bahan isolasi yang menghambat perambatan panas. Penggunaan material harus diperhatikan sehinggan tidak memantulkan dan memancarkan panas yang tidak diingankan ke dalam bangunan. Bahan pemantul ini adalah bahan-bahan yang berwarna terang sedang yang memancarkan berasal dari bahan baik yang memancarkan secara langsung atau dengan
  • 16. penundaan sesuai tingkat thermal lag atau kemampuan menyimpan panas masing-masing benda. 2.4.4 Pergerakan Udara Kecepatan aliran udara adalah kecepatan bergeraknya udara dan merupakan faktor penting dalam kenyamanan termal karena orang pada umumnya sensitif terhadap hal tersebut. Udara yang berhenti di dalam ruangan yang secara artifisial dipanaskan dapat menyababkan oarang merasakan pengap. Hal ini juga dapat menyebabkan bau yang tidak di harapkan. Udara yang bergerak meskipun dalam kondisi hangat atau lembab dapat meyebabkan kehilangan panas melalui konveksi tanpa disertai ada perubahan suhu udara ruangan. Peningkatan gerakan udara juga dapat dicapai dengan aktivitas fisik. Peningkatan gerakan udara dapat melepaskan panas dari kulit dengan dua cara, meningkatkan pengalihan panas secara konvektif dan mempercepat penguapan. Jika rerata suhu adalah beberapa derajat diatas zona nyaman dan perbedaan terandah dan tertinggi dibawah 10˚C, maka pergerakan udara dapat digunakan untuk mendapatkan kenyamanan. Pergerakan udara dapat mengurangi suhu yang terasa dikulit sekitar 2˚C dan pergerakan suhu pada bangunan dengan masa sedang denagn perlindungan matahari yang baik. Kipas dilangit-langit dapat digunakan untuk mencapai pergerakan udara walaupun tidak dibantu dengan pergantian udara dari luar ruangan. Cara ini akan berguna di siang dan sore hari ketika suhu luar ruang di atas sona nyaman. Pergerakan udara berpengaruh terhapap tingkat kenyamanan yang dipengaruhi oleh baik kecepatan ataupun arahnya yang biasanya disajikan dalam set data berupa wind roses. Pola arah angin secara umum ditentukan oleh pembagian tekanan atmosfer udara, namun secara khusus dapat ditentukan oleh beberapa faktor seperti waktu siang atau malam ( angian laut atau darat) dan ketinggian dari permukaan tanah. Wind roses memberikan data kecepatan dan arah sekaligus intensitasnya dengan persentase dari arah mana angin berhembus. 2.4.5 Pakaian Pakaian diasumsikan sebagai fungsi dari iklim lingkungan dan juga sosial dari seseorang dan juga merupakan salah satu faktor yang dapat membnetuk kondisi thermal yang diinginkan. Pada model perpindahan panas fisika, pakaian diasumsikan sebagai lapisan yang seragam yang akan mengisolasi tubuh dari lingkungan melalui suhu permukaaan tunggal. Pakaian ersebut menghalangi kemampuan tubuh untuk kehilangan panas yang di pancarkan ke lingkungan . kenyamanan termal sangat tergantung pada efek isolasi pakaian pada
  • 17. pemakainya. Mengenakan pakaian terlalu banyak atau pakaian pelindung dapat menjadi penyebab utama pengumpulan panas meskipun lingkungan tidak terlalu hangat atau panas. Jika pakaian tidak menyediakan cukup isolasi, pemakai mungkin beresiko kedinginan. Hambatan termalpakaian telah diteliti oleh Givoni (1976) dan dinyatakan bahwa faktor yang menentukan adalah daya tembus dari kain , kekakuan, dan ketat-longgarnya pakaian. Insulasi pakaian pada umumnya dinyatakan dalam “unit clo” dengan 1 clo = 0,155 m2.K/W yang selama ini identik atau setara dengan pengguna satu stel pakaian jas lengkap dengan dasi. Set pakaian ini memungkinkan seseorang dalam kondisi istirahat untuk mendapatkan keseimbangan termal pada suhu 21˚C dengan ventilasi berkecepatan udara 0,1˚ m/detik. Jika temperatur lebih tinggi, seseorang akan berkeringat, sedangkan jika terlalu rendah seseorang akan meresa kedinginan. Meskipun demikian, tampaknya selalu ada masalah besar dengan standar clo, karena secara budaya dan kebiasaan akan da perbedaan karena baju tebal dalam satu iklim mungkin dihitung agak tipis di tempat lain. 2.4.6 Metabolic rate Tingkat metabolisme menggambarkan panas yang kita hasilkan dalam tubuh kita melakukan aktivitas fisik. Semakin keras pekerjaan fisik yang kita lakukan semakin banyak panas yang kita hasilkan. Semakin banyak panas yang dihasilkan, semakin banyak panas yang harus dihilangkan sehingga kita tidak menjadi kepanasan. Dampak dari tingkat metabolisme pada kenyamanan termal sangat penting. Metabolic rate juga penting untuk memperhitungkan karateristik fisik seseorang seperti ukuran dan berat, usia tingkat kebugaran dan jenis kelamin. Kesemuanya dapat berdampak pada perbedaan perasaan masin-masing, meskipun jika faktor-faktor lain seperti suhu udara, kelembapan, dan kecepatan udara adalah sama. Hubungan antara aspek pergerakan udara, kelembapan kulit, tingkat metabolisme, dan kualitas pakaian dapat dapat saling mempengaruhi untuk tingkat kenyamanan tergantung pada tingkat suhu udara lingkungan. Pada suhu rendah kenyamanan dapat diperoleh dengan kualitas pakaian dengan clo tinggi (tebal dan tertutup), dengan kecepatan angin dan kelembapan kulit yang rendah. Sebaliknya, pada suhu ruangan yang relatif tinggi, diatas 25˚C, tingkat ketertutupan pakaian menjadi berkurang, dan dibutuhkan pergerakan dan kelembapan kulit yang lebih tinggi, terutama pada ruangan dengan kelembapan udara yang tinggi pula. Tingkat metabolisme relatif dibutuhkan sama pada lingkungan dengan suhu udara tinggi ataupun rendah.
  • 18. 2.4.7 Standar evaluasi kenyamanan Ada banyak skala penilaian persepsi kenyamanan yang dibagi dua kelompok eksperimental dan anlitis (Hancer, 2005). Yang termasuk kelompok eksperimen meliputi: Effective Temperature, Corrected Effective Temperature, Equivalent Warmth, Operative Temperature, Equatorial Comfort Index, Tropical Summer Index, Wind Chill Index, Bioclimatic Chart, dan New Bioclimatic Chart. Sementara pada kelompok Analytical Predicted Four Hour Sweat Rate, Heat Stress Index, Indexes Of Skin Wettedness, Wet-Bulb Globe Temperature, Index Of Ermal Stress, Predicted Mea Vote, Standard Effective Temperature, dan New Effective Temperature. Umumnya, indeks tersebut diatas didasarkan pada suhu dan kelembapan sebagai data iklim utama. Data lain dapat dianggap sebagai sumber pendukung yang juga dapat berguna untuk menentukan tinkat kenyamanan dalam kasus-kasus tertentu. Dalam pembahasan buku ini diketengahkan grafik bioclimatic dan grafik psychrometric untuk menganalisis kondisi iklim. Mahoney table juga digunakan untuk memperoleh penilaian yang lebih rinci, terutama dalam strategi aklimatisasi tropis. 2.5 Kenyamanan Thermal Pada Daerah Tropis Wilayah yang mempunyai iklim tropis umumnya ditandai dengan suhu udara tinggi dan kelembaban udara yang relatif tinggi pula. Diantara wilayah dengan iklim tropis tersebut adalah wilayah negara-negara Asia Tenggara yang posisinya bredekatan atau bahkan dilalui katulistiwa. Arsitektur tropis harus diartikan sebagai rancangan spesifik suatu karya arsitektur yang mengarah pada pemecahan problematik iklim tropis. Iklim tropis sendiri dicirikan oleh berbagai karakteristik, misalnya kelembaban udara yang tinggi, dapat mencapai angaka di atas 90%, suhu udara relatif tinggi, antara 15 hingga 35˚C, radiasi matahari yang menyengat dan mengganggu, serta curah hujan tinggi yang dapat mencapai angka di atas 3000 mm/tahun. Faktor-faktor iklim tersebut berpengaruh sangat besar terhadap aspek kenyamanan fisik manusia terutama aspek kenyamanan termal (termis). 2.5.1 Suhu Nyaman Manusia Tropis Disadari atau tidak, aspek ‘kenyamanan termal’ sesungguhnya telah mendominasi kehidupan manusia dalam rangka berinteraksi dengan lingkungan fisiknya. Hampir pada setiap kesempatan manusia selalu membicarakan masalah sensasi termisnya terhadap udara di sekitarnya, seperti misalnya ‘terlalu panas’ atau ‘terlalu dingin’, atau mungkin sekadar mengatakan bahwa pada saat tertentu mereka merasa ‘kepanasan’, ‘kedinginan’, dan
  • 19. sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa aspek kenyamanan thermal sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Dalam teori kenyamanan termal dinyatakan bahwa rasa panas atau dingin yang dirasakan oleh tubuh manusia sesungguhnya merupakan wujud respon dari sensor perasa yang terdapat pada kulit terhadap stimuli suhu yang ada di sekitarnya. Sensor perasa berperan menyampaikan informasi rangsangan rasa kepada otak di manan otak akan memberikan perintah kepada bagian-bagian tubuh tertentu agar melakukan antisipasi guna mempertahankan suhu tubuh agar tetap berada pada sekitar 37˚C, di mana hal ini diperlukan agar organ dalam tubuh dapat menjalankan fungsinya secara baik. Standar Internasional (ISO 7730:1994 dalam Tri Harso Karyono “Kenyamanan Termal Dalam Arsitektur Tropis”) menyatakan bahwa sensasi termis yang dialami manusia merupakan fungsi dari empat faktor iklim yakni, suhu udara, suhu radiasi, kelembaban udara, kecepatan angin, serta dua faktor individu yakni, tingkat aktifitas yang berkaitan dengan laju metabolisme tubuh, serta jenis pakaian yang dikenakan. Standar ISO 7730 menyatakan bahwa kenyamanan termal tidak dipengaruhi secara nyata oleh hal-hal lain misalnya, perbedaan jenis kelamin, tingkat kegemukan, faktor usia, suku bangsa, adaptasi, tempat tinggal geografis, faktor kepadatan, warna, dan sebagainya. 2.5.2 Strategi Pencapaian Suhu Nyaman pada Arsitektur Tropis Masalah yang harus dipecahkan di wilayah iklim tropis seperti Indonesia adalah bagaimana menciptakan suhu ruang agar berada di bawah 28,3˚C, yakni batas atas untuk sensasi hangat nyaman, ketika suhu udara luar siang hari berkisar 32˚C (TRI HARSO KARYONO 5:2016 “Kenyamanan Termal Dalam Arsitektur Tropis”). Secara sederhana ada dua strategi pencapaian suhu nyaman di dalam bangunan, pertama, dengan pengkondisian udara mekanis, kedua, dengan perancangan pasif memanfatkan secara optimal ventilasi alamiah. Penggunaan mesin pengkondisian udara mekanis, AC, memudahkan pencapaian suhu ruang di bawah 28,3˚C, di mana kanyamanan akan dicapai. Penggunaan AC mengecilkan peran arsitek dalam perancangan, karena dengan rancangan apapun, ruang dapat dibuat nyaman dengan penempatan mesin AC. Modifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi nyaman dengan cara mekanis lebih merupakan tugas para engineer dibanding arsitek. Untuk memaksimalkan itu seorang arsitek harus benar-benar memikirkan konsep kenyamanan tersebut untuk mendapatkan aspek kenyamanan thermal yang bagus.
  • 20. 2.6 Konsep Kenyamanan Thermal Pada Caffe (Ruang Dalam) Pengertian kafe (coffe) adalah tempat untuk bersantai dan berbicang-bincang dimana pengunjung dapat memesan minuman dan makanan. Kafe termasuk tipe restoran namun lebih megutamakan suasanan rileks, hiburan dan kenyamanan pengunjung sehinga menyediakan tempat duduk yang nyaman dan alunan musik. Pengertian kafe menurut Dictionary of English Languange and Culture, Longman adalah restoran kecil yang melayani atau menjual makanan ringan dan minuman, kafe biasanya digunakan orang untuk rileks. Sedangkan menurut The New Dictionary and Theosaurus, kafe merupakan restoran murah yang menyediakan makanan yang mudah diolah atau dihidangkan kembali. Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa kafe merupakan restoran murah yang menyediakan makanan dan minuman yang digunakan untuk bersantai atau berbincang yang mengutamakan suasana rileks, hiburan yang mengutamakan kenyamanan pengunjung dengan menyediakan tempat duduk dan alunan musik untuk menambah suasana rileksasi. Jadi untuk mendapatkan suasana nyaman dan membuat pengunjng merasa betah pada kafe, kenyamanan thermal sangat diperlukan. Untuk menyelenggarakan aktivitasnya di dalam kafe agar terlaksana dengan baik, manusia memerlukan kondisi fisik tertentu di sekitarnya yang dianggap nyaman. Salah satu persyaratan kenyamanan thermal supaya manusia nyaman di dalam kafe adalah suhu nyaman, yaitu suhu kondisi thermal udara di dalam ruang tidak menggaggu tubuhnya. Suhu ruang terlalu rendah akan mengakibatkan kedinginan atau menggigil, dan juga sebaliknya jika suhu ruang terlalu panas akan mengakibatkan tubuh kepanasandan berkeringat, sehingga membuat manusia merasa sangat tidak nyaman saat berada dalam ruang (kafe) tersebut. 2.7 Konsep Kenyamanan Thermal Pada Coffee Time Menurut Olgay (1963 dalam James Rilatupa “Aspek Kenyaanan Termal Pada Pengondisian Runag Dalam”), tingkat produktivitas dan kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim setempat. Apabila kondisi iklim (berkaitan dengan suhu udara, kelembababan, radiasi matahari, angin, hujan, dsbnya) sesuai dengan kebutuhan fisik manusia, maka tingkat produktivitas dapat mendapat titik maksimum. Coffee Time yang berada di pesisir pantai memiliki suhu udara yang nyaman karena terdapat banyak bukaan- bukaan yang lebar untuk mengontrol keluar masuknya udara.
  • 21. (a) (b) Gambar 2.2 (a)Tampak Depan Coffee Time (b) Bukaan besar pada lanat 2 (sumber: dokumentasi 2018) Selain dari letak coffee time yang berada di pesisir pantai yang membuat suhu menjadi dingin, kondisi bangunan yang berada pada iklim hangat lembab juga sangat mempengaruhi kenyamanan thermal pada kafe tersebut. Respon terhadap iklim adalah salah satu alasan utama untuk perbedaan regional dalam arsitektur (Lechner, 1991:2). Untuk mendapatkan desain yang tepat pada setiap iklim, aspek-aspek yang mempengaruhi sifat dan karakter fisik lingkungan harus dipahami lebih dahulu. Posisi pada lintang yang berbeda akan menyebabkan kondisi iklim yang berbeda pula. Semakin dekat dengan garis khatulistiwa, secara umum iklim akan semakin panas, sedangkan mendekati kutub, iklim semakin dingin. Penyebab utama dari variasi iklim ini tentu adalah posisi matahari yang relatif berbeda pada setiap garis lintang. Usaha-usaha untuk mencapai kenyamanan udara disesuiakan apakah cenderung membutuhkan atau menolak sinar dan panas matahari. Meskipun letak Indonesia atau lebih spesifiknya Aceh, yang dilintasi garis khatulistiwa yang beriklim tropis tidak membuat kafe ini menjadi panas atau dingin. Prinsip utama pertimbangan desain pendingin pasif terhadap iklm adalah untuk menghilangkan atau mengurangi sumber panas eksternal pada siang hari dengan desain selubung bangunan. Tujuan dari desain ini adalah untuk memungkinkan suhu waktu siang hari di dalam bangunan yang lebih rendah dari luar bangunan, juga memamfaatakan suhu malam yang lebih rendah, dengan memamfaatkan pergerakan udara untuk mendinginkan bangunan dan penghuninya. Unsur utama dari desain bangunan untuk pendinginan pasif pada Kafe adalah: 1. Orientasi pemaparan terhadap pendinginan angin akan meningkatkan ventilasi alami dengan mengurangi hambatan-hambatan jalur udara yang melalui gedung.
  • 22. Penyediaan kipas angin akan memberikan ventilasi dan pergerakan udara tanpa adanya angin berhembus. 2. Zonning denah yang memaksimalkan kenyamanan bagi kegiatan-kegiatan di siang hari dan kenyaman pada malam hari. 3. Bukaan kaca dan jendela yang tepat akan meminimalkan datangnya panas yang tidak diinginkan dan memaksimalkan ventilasi.. 4. Penggunaan shading yang efektif (termasuk yanaman). 5. Penggunaan isolasi yang sesuai dan memadai. 6. Penggunaan massa kontruksi massa thermal yang tinggi di daerah dengan rentang suhu diurnal signifikan. 7. Penggunaan kontruksi massa thermal rendah di daerah dengan kisaran suhu diurnal rendah. Penggunaan atap berwarna terang dan dinding untuk memeantulakan lebih banyak radiasi matahari dan mengurangi pemasukan panas dan posisi dari bangunan Coffee Time yang berada di daerah pesisir dengan kondisi sekitar yang mendukung membuat kenyaman thermal di Kafe ini menjadi nyaman.
  • 23. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Coffee Time yang merupakan salah satu Kafe yang berada di kota Lokseumawe, Aceh. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember- Januari 2018 (semester 5 tahun ajaran 2017/2018). 3.2 Teknik Pengumpulan Data Penelitian di lakukan menggunakan metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk mengungkapkan gejala secara holistik-konstektual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian kuantitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif lebih menonjol disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukkan ciri-ciri naturalistik yang penuh dengan nilai-nilai otentik. Dengan metode ini akan di kumpulakan data melalui pembagian kuesioner pada pengunjung yang ada di Kafe tersebut. Dalam kuesioner akan ada beberapa pertanyaan tentang segala hal mengenai kenyamanan menggunakan jalan tersebut meninjau dari fasilitas yang ada. Untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak maka akan di lakukan pengumpulan data dengan teknik wawancara. Pembagian kuesioner akan di lakukan saat siang dan malam hari supaya didapatkan perbedaan kenyamanan thermal pada malam dan siang hari. Saat sebelum sampel mengisi kuesioner maka akan di lakukan penjelasan singkat terlebih dahulu tentang pertanyaan- pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Kuesioner yang telah di isi akan di kumpulkan satu per satu agar para sampel tidak terburu-buru dalam mengisinya. Setelah semua kuesioner terkumpul dari tiap-tiap unit maka akan di lakukan analisis berdasarkan tiap-tiap unit tersebut. Dari data yang di dapat akan terlihat perbedaan tanggapan dari tiap-tiap unit. Dan semua kegiatan saat pembagian kuesioner akan di dokumentasikan melalui foto juga video. Sementara itu wawancara juga di lakukan saat siang hari karena alasan kenyamanan. Wawancara akan dilakukan di tempat yang di sukai oleh narasumber wawancara agar dia
  • 24. merasa nyaman saat di ajukan beberapa pertanyaan. Saat melakukan wawancara akan di lakukan rekaman video sebagai dokumentasi penelitian. Ketika wawancara akan poin-poin penting dari tanggapan narasumber. Data yang di dapat dari hasil wawancara akan menjadai data pembantu dari pembagian kuesioner. 3.3 Sampel Penelitian Dalam penelitian, Probability Sampling akan di gunakan untuk pemilihan dan penentuan sampel. Teknik ini di gunakan karena semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel sehingga dapat menghindari terjadinya pembiasan pada hasil penelitian karena data yang di dapat lebih akurat. Dalam penelitian nanti salah satu cara yang akan di laksanakan yaitu mengelompokkan beberapa populasi dari masing-masing unit. Populasi di sini di kelompokkan lagi berdasarkan beberapa kriteria sesuai dengan kebutuhan penelititan. Lalu dari masing-masing populasi tersebut akan di ambil beberapa sampel untuk mewakili populasi tersebut. Tipe yang di gunakan adalah stratified sampling. Dengan teknik ini semakin banyak sampel yang di ambil maka representasi kesalahannya akan semakin kecil. Penglompokan sampel akan memudahkan peneliti dalam menganalisi data yang di dapat. 3.4 Instrumen Penelitian 1. Kuesioner Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. Kuesioner dalam penelitian ini di golongkan berdasarkan sampel yang di tuju, pertenyaan-pertanyaannya juga di sesuakian agar para sampel dapat memahami segala pertanyaan yang ada. 2. Protokol Wawancara Protokol wawancara adalah sebuah berkas yang berisi semua pertanyaan wawancara. Jumlah wawancara yang di lakukan tidak terlalu banyak, mengingat waktu yang di butuhkan untuk wawancara sangat banyak. Wawancara akan di lakukan pada mahasiswa dan pedagang saja sebagai perwakilan dari semua populasi. Pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan sebagian tidak ada pada kuesioner agar mendapat informasi yang baru.
  • 25. 3. Kamera Gambar 3.1 Camera Canon Camera yang di gunakan dalam penelitian nanti adalah camera canon karena memiliki kualitas gambar yang cukup baik. Camera di gunakan dalam penelitian untuk mendokumentasikan segala kegiatan penelitian sebagai bukti dokumentasi bahwa data yang di dapat adalah data asli. 4. Alat tulis Alat tulis yang di gunakan berupa pulpen, pensil, penghapus dan buku catatan. Pulpen di gunakan sebagai alat tulis untuk mengisi kuesioner bagi mahasiswa, siswa SMP, pedagang dan pengguna rumah rakit. Pensil dan penghapus di gunakan oleh siswa SD karena pada umumnya siswa SD masih menggunakan pensil. Untuk mencatat hasil wawan cara menggunakan pulpen dan buku catatan. (a) (b) (c) Gambar 3.2 (a)Pulpen, (b)Pensil dan Stip, (c)buku catatan
  • 26. DAFTAR PUSTAKA Idham, Noor Cholis. 2015. Arsitektur Dan Kenyamanan Termal. Yogyakarta. Penerbit Andi Tri Harso Karyono. Kenyamanan termal dalam arsitektur tropis. Suatu Bahasan tentang Indonesia, PT Raja Grafindo.2010. jakarta: jurnal tentang kenyamanan termal dalam arsitektur tropis M. Husni Kotta. 2008.Suhu Netral Dan Rentang Suhu Nyaman Manusia Indonesia: Studi Kasus Penelitian Pada Bangunan Kantor Di Makassar. Makassar. Jurnal tentang kenyamanan manusia pada suhu ruang Eddy Imam Santoso. 2012. Kenyamanan Termal Indoor Pada Bangunan Di Daerah Beriklim Tropis Lembab: Surabaya. Indonesian Green Technology Journal. E-ISSN.2338- 1787 James Rilatupa.2008. Aspek Kenyamanan Termal Pada Pengkondisian Ruang Dalam: Jakarta. Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No. 3.