1. LAPORAN
PRAKTIKUM I AGROKLIMATOLOGI
ACARA IV
KELEMBABAN UDARA
NAMA : LISA NURI
NPM : E1J010093
HARI/TANGGAL : SENIN 5 NOVEMBER 2012
NAMA CO,AST : RIAN FERY ANDREAS
LABORATORIUM AGROKLIMAT
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENKULU
2012
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelembaban udara adalah presentase kandungan uap air di dalam udara.
Kelembaban udara juga ditentukan oleh jumlah uap air yang terkandung di dalam
udara.Dalam kehidupan sehari hari kelembaban udara sadalah sesuatu yang sangat
penting, karena ini akan sangat mempengaruhi temperature. Dalam atmosfer (lautan
udara) senantiasa terdapat uap air. Kadar uap air dalam udara disebut kelembaban
(lengas udara). Kadar ini selalu berubah-ubah tergantung pada temperatur udara
setempat. Kelembaban udara adalah persentase kandungan uap air dalam udara.
Kelembaban udara ditentukan oleh jumlah uap air yang terkandung di dalam udara.
Total massa uap air per satuan volume udara disebut sebagai kelembaban absolut.
Perbandingan antara massa uap air dengan massa udara lembab dalam satuan volume
udara tertentu disebut sebagai kelembaban spesifik. Massa udara lembab adalah total
massa dari seluruh gas-gas atmosfer yang terkandung, termasuk uap air. jika massa
uap air tidak diikutkan, maka disebut sebagai massa udara kering.
Kelembaban itu di tentukan oleh jumlah uap air yang terkandung didalam
udara. Total uap air per satuan volume. Udara disebut sebagai kelembaban absolute
(absolute humidity, umumnya dinyatakan dalam satuan kg (m³). Perbandingan antara
massa uap air dengan massa udara lembab dalam satuan volume udara tertentu disebut
sebagai kelembaban spesifik (specific humidity, umumnya dinyatakan dalam satuan
g/kg. Massa udara lembab adalah total massa dari seluruh gas-gas atmosfir yang
terkandung, termasuk uap air. Jika massa uap air tidak diikutkan, maka disebut
sebagai udara kering (dri air).
1.2. Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui penerapan cara perhitungan teoritas matematis dan
kejadian fasis alami kedalam pengukuran praktis kelembaban nisbi udara dengan
menggunakan termometer bola basa dan bola kering dan higrograf.serta diharapkan
mahasiswa mengerti tentang kondisi kelembaban udara pada berbagai tempat dan
berbagai waktu harian.
3. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat
diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif. Alat
untuk mengukur kelembapan disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk
mengatur tingkat kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap
(dehumidifier). Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu
udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu.
Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F),
dan tidak melebihi 0,5% pada 0 °C (32 °F). (Tjasyono, Bayong. 1999)
Kelembaban udara ditentukan oleh banyaknya uap air dalam udara. Kalau tekanan
uap air dalam udara mencapai maksimum . maka mulailah terjadi pengembunan.
Temperature dimana terjadi pengembunan disebut titik embun.Kelembaban mutlak adalah
massa uap air dalam udara per satuan volume.
Sedangkan kelembaban relative adalah perbandingan antara massa uap air per satuan
volume dalam udara dengan massa uap air per satuan volume itu kalau tekananya sama
dengan tekanan maksimum uap air pada temperatur udara, atau ditulis sebagai
Kelembaban relative = Untuk menentukan tekanan uap air dalam udara, digunakan
perumusan (Humpreys, 1940).
P=Pmax-0,00066 B(tk – tb) (1)
Dengan P = tekanan uap air dalam udara
Pm = tekanan uap air maksimum pada termperatur udara
B = barometer
tk = temperature yang ditunjukkan oleh tempreratur kering
tb = temperature yng ditunjukkan oleh temperature basah
Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu
terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak
daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak mengandung uap air
didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu.
Uap air berubah menjadi titik-titik air.
Udara yan mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh.
4. Kelembaban nisbi pada suatu tempat tergantung pada suhu yang menentukan
kapasitas udara untuk menampung uap air serta kandungan uap air aktual di tempat tersebut.
Kandungan uap air yang aktual ini ditentukan oleh ketersediaan air tempat tersebut serta
energi untuk menguapkannya. Jika daerah tersebut basah dan panas seperti daerah-daerah di
kalimantan, maka penguap akan tinggi yang berakibat pada kelembaban mutlak serta
kelembaban nisbi yang tinngi. Sedangkan daerah pegunungan di Indonesia umumnya
mempunyai kelembaban nisbi yang tinggi karena suhunya rendah sehingga kapasitas udara
untuk menampung uap air relatif kecil (Handoko, 1986).
Kelembaban nisbi merupakan perbandingan antara kelembaban aktual dengan
kapasitas udara untuk menampung uap air. Bila kelembaban aktual dinyatakan dengan
tekanan uap aktual, maka kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut merupakan
tekanan uap jenuh. Sehingga kelembaban nisbi (RH) dapat ditulis dengan persen ( Sutrisno,
1986 ).
Kelembaban udara dalam ruang tertutup dapat diatur sesuai dengan keinginan.
Pengaturan kelembaban udara ini didasarkan atas prinsip kesetaraan potensi air antara udara
dengan bahan padat tertentu. Jika suatu ruang tertutup dimasukkan larutan, maka air dari
larutan larutan air tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara potensi air
dengan potensi air larutan. Potensi air udara ber hubungan dengan kelembaban relatif udara
tersebut (Lakitan, 2002)
Kelembaban relatif akan diukur dengan menghembus udara pada dua buah termometer,
salah satu diantaranya dibungkus dengan kain basah (bola basah) dan lainnya kering (bola
kering) pendekatan gravimetricmerupakn pengukuuran langsung (oleh sebab itu merupeken
yang paling akurat. Untuk kelembaban udara dijadikanpatokan untuk kalibrasi instrument_
instrumentpengukuran kelembaban air lainnya. Etimasi kasar (tapi praktis) untuk
kelembaban relative berdasarkan data kerapatan uap air dan suhu udara dapat dilkukan
dengan menggunakan penyajian hubunga antra suhu udra, kerapatan uap air, suhu bola
basah, dan kelembaban (Syehan, 1990).
5. BAB III
METODOLOGI
3.1. Bahan Dan Alat
Termometer bola basah dan bola kering serta hygrograf.
3.2. Cara Kerja
1. Siapkan 2 termometer,basahi salah satu sensor termometer tersebut dengan air bersih
atau aquades setelah diselubungi dengan kain kasa atu kapas.
2. Tempatka pasangan termometer tersebut pada titik ketinggian pengamata yang
diinginkan,diamkan selama 3 menit,baca suhu bola kering dan bola basah secara
bersamaan.alat tidak boleh terkena radiasi langsung.hindri pengaruh udar dari napas
pengamat dan panas badan pengamat.
3. Tempat yg menjadi pengamatan adalah tempat yang terbuka dan dibawah
pohon.pengaatan pada ketinggian 20,50,dan 100 cm dari permukaan tanah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Waktu Ketinggian
WIB 20 cm 50 cm 100 cm
06.00 25ºC 32 ºC 32ºC
08.00 25ºC 25,6 ºC 29,5 ºC
10.00 34ºC 33 ºC 33 ºC
12.00 35,9ºC 34,16 ºC 34,33 ºC
14.00 37,5ºC 38 ºC 38 ºC
16.00 29,5ºC 31 ºC 31 ºC
18.00 31ºC 30 ºC 30 ºC
4.2. Pembahasan
Pada praktikum kelembaban udara yang kami lakukan yaitu bertempat di lapangan
upacara depan rektorat universitas bengkulu, pada saat pengukuran kelembaban cuaca tidak
normal dan tidak menentu, misalnya di jam 10 yang seharusnya masih lembab namun sudah
6. panas, sedangkan pada pukul 12 cuaca mendung dan kelembaban lebih tinggi di banding
pukul 10. Pengukuran kelembaban dilakukan di tempat terbuka dan di bawah pohon,
kelembaban di bawah pohon lebih tinggi di banding kelembaban di tempat terbuka, hal ini di
karenakan di bawah ohon tidak langsung terkena cahaya matahari, sedangkan di tempat
terbuka langsung terkena cahaya matahari. Pada praktikum ini perbedaan antara suhu
/kelembaban udara ditempat yang kering/ terbuka dengan kelembaban disuhu yang gelap atau
tertutup.pada lahan tertutup kelembabn yang terjadfi lebih bessar dari pada ditempat yang
terbukas,dilahan yang tertutup kelembaban yang terjadi akibat adanya uanp air yang
terbentuk mrenjadi embun,embun yang dihasilkan tidak mudah kering karna lahan yang
tertutup dari sinar matahari langsung tidak halnya ditempat yang kering,karna sinar matahari
langsung terkena maka kelembaban yang terjadi tidak seperti ditempat yang tertutup.karna
uanp air yang dihasilkan langsung terkena sinar matahari sehingga duhu tidak lembab
melikan kering.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Suhu bola basah adalah temperatur adiabatik yang jenuh. merupakan suhu yang
ditunjukkan oleh thermometer bola basah yang terkena aliran udara. Diukur
menggunakan thermometer yang terbungkus kain kasa basah
2. suhu bola kering karena dalam mekanisme kerjanya tidak terpengaruh oleh
kelembaban udara.
3. Untuk menentukan tekanan uap air jenuh digunakan unsur tekanan udara pada lokasi
pengamatan. Tabel RH dan Tabel DewPoint yang biasa digunakan di lingkungan
BMKG menggunakan Tekanan Udara Standar dengan nilai 1013 mb.
4. Kelembaban nisbi pada suatu tempat tergantung pada suhu yang menentukan
kapasitas udara untuk menampung uap air serta kandungan uap air aktual di tempat
tersebut. Kandungan uap air yang aktual ini ditentukan oleh ketersediaan air tempat
tersebut serta energi untuk menguapkannya. Jika daerah tersebut basah dan panas
seperti daerah-daerah di kalimantan, maka penguap akan tinggi yang berakibat pada
kelembaban mutlak serta kelembaban nisbi yang tinngi.
5. Kelembaban udara ditentukan oleh banyaknya uap air dalam udara. Kalau tekanan
uap air dalam udara mencapai maksimum . maka mulailah terjadi pengembunan.
7. Temperature dimana terjadi pengembunan disebut titik embun.Kelembaban mutlak
adalah massa uap air dalam udara per satuan volume
Daftar Pustaka
Humpreys,W.J.1940.Physics of the air.The Maple Press Company.York.P.A,hal
15.Yogyakarta, 11 september 2009
Handoko. 1986. Pengamatan Unsur – Unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian .
Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIPA-IPB : Bogor.
Lakitan B, 1994. Dasar-dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Sutrisno. 1986. Fisika Dasar. ITB: Bandung.
Syehan, Ersin.1990. Dasar-dasar Hidrologi. Gajah Mada Universitas Press :
Yogyakarta.
Tjasyono, Bayong. 1999. Klimatologi Umum. Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung