KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA & PERENCANAAN PESAN-PESAN BISNISHening RN
Dokumen tersebut membahas tentang komunikasi lintas budaya dan perencanaan pesan-pesan bisnis. Komunikasi lintas budaya adalah komunikasi yang memperhatikan faktor budaya di berbagai daerah. Perencanaan pesan bisnis merupakan langkah strategis untuk mencapai tujuan organisasi dengan menentukan tujuan, audiens, dan saluran komunikasi. Budaya suatu masyarakat mempengaruhi pola komunikasi antar individu.
Kerangka acuan kegiatan ini merencanakan pelaksanaan acara "Gebyar Desember Ceria" selama 2 hari untuk mensosialisasikan Ruang Belajar Masyarakat dan hasil pemberdayaan masyarakat, mendorong partisipasi masyarakat, serta membagikan pengalaman terbaik. Acara ini berlokasi di Majalengka dan terdiri dari seminar, pameran, donor darah, seni budaya, dan lomba.
Dokumen tersebut membahas tentang Festival Taman Bacaan Masyarakat yang direncanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada November 2012. Festival ini bertujuan untuk memperluas literasi masyarakat dari hanya kemampuan membaca dan menulis menjadi budaya membaca, serta menanamkan karakter baik melalui buku dan program di Taman Bacaan Masyarakat. Dokumen ini juga memberikan saran untuk meningkatkan kualitas dan jumlah Taman B
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian kearifan lokal, bentuknya, dan ruang lingkupnya. Kearifan lokal didefinisikan sebagai nilai-nilai bijak yang tertanam dalam masyarakat setempat dan diwariskan secara turun-temurun. Bentuk kearifan lokal dapat berwujud seperti bangunan atau tidak berwujud seperti petuah. Ruang lingkup kearifan lokal sangat luas karena m
KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA & PERENCANAAN PESAN-PESAN BISNISHening RN
Dokumen tersebut membahas tentang komunikasi lintas budaya dan perencanaan pesan-pesan bisnis. Komunikasi lintas budaya adalah komunikasi yang memperhatikan faktor budaya di berbagai daerah. Perencanaan pesan bisnis merupakan langkah strategis untuk mencapai tujuan organisasi dengan menentukan tujuan, audiens, dan saluran komunikasi. Budaya suatu masyarakat mempengaruhi pola komunikasi antar individu.
Kerangka acuan kegiatan ini merencanakan pelaksanaan acara "Gebyar Desember Ceria" selama 2 hari untuk mensosialisasikan Ruang Belajar Masyarakat dan hasil pemberdayaan masyarakat, mendorong partisipasi masyarakat, serta membagikan pengalaman terbaik. Acara ini berlokasi di Majalengka dan terdiri dari seminar, pameran, donor darah, seni budaya, dan lomba.
Dokumen tersebut membahas tentang Festival Taman Bacaan Masyarakat yang direncanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada November 2012. Festival ini bertujuan untuk memperluas literasi masyarakat dari hanya kemampuan membaca dan menulis menjadi budaya membaca, serta menanamkan karakter baik melalui buku dan program di Taman Bacaan Masyarakat. Dokumen ini juga memberikan saran untuk meningkatkan kualitas dan jumlah Taman B
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian kearifan lokal, bentuknya, dan ruang lingkupnya. Kearifan lokal didefinisikan sebagai nilai-nilai bijak yang tertanam dalam masyarakat setempat dan diwariskan secara turun-temurun. Bentuk kearifan lokal dapat berwujud seperti bangunan atau tidak berwujud seperti petuah. Ruang lingkup kearifan lokal sangat luas karena m
Makalah ini membahas tentang tradisi sariga, yaitu tradisi tradisional suku Muna di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, yang dilakukan untuk anak berusia 1-10 tahun dengan harapan agar tidak menjadi durhaka terhadap orang tua. Tradisi ini dilakukan dengan membanting-banting kepala anak di atas papan selama 4 hari berturut-turut untuk menanamkan nilai-nilai kepatuhan pada orang tua
Dokumen tersebut membahas tentang gerakan literasi nasional di Indonesia, mencakup beberapa poin utama seperti tantangan literasi di Indonesia yang masih rendah, prinsip gerakan yang menitikberatkan pada koordinasi, komitmen, dan kemitraan, serta sinergi antar lembaga dan masyarakat dalam meningkatkan literasi.
Ritual merupakan bentuk perilaku yang diatur secara kultural yang berkaitan dengan kepercayaan akan kekuatan gaib. Ritual dapat berupa prosesi, kirab budaya, atau acara syukur seperti nyadran yang bertujuan untuk mempererat ikatan sosial dan mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan."
Dokumen tersebut membahas tentang pola dan tema budaya yang dapat ditentukan secara integratif atau sumatif, contohnya gaya hidup orang Indian Pueblo dan pendapat yang mempengaruhi perilaku masyarakat. Dokumen ini juga membahas tentang budaya yang jelas dan tidak jelas, subkultur, unsur universal dan keanekaragaman budaya, serta perilaku rasional, nonrasional, dan tradisi.
1. Struktur-dalam kebudayaan mengandung keyakinan-keyakinan penting yang membentuk cara pandang terhadap realitas.
2. Keluarga, negara, dan agama adalah institusi utama yang mentransmisikan struktur-dalam kebudayaan melalui sejarah.
3. Sejarah tidak hanya peristiwa tetapi juga makna yang diberikan, dan mempengaruhi pembentukan identitas budaya.
Tradisi lisan Kantola di Muna terancam punah karena pengaruh globalisasi. Untuk melestarikan budaya lokal, perlu menghidupkan kembali tradisi lisan ini melalui sosialisasi kepada generasi muda dan pelestarian nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Revitalisasi tradisi lisan diperlukan agar identitas lokal tetap terjaga.
Budaya lokal didefinisikan sebagai budaya yang dianut oleh suku bangsa tertentu, yang paling utama ditentukan oleh bahasa yang digunakan. Faktor demografi seperti wilayah administratif juga digunakan untuk mendefinisikan budaya lokal, namun definisi ini kurang relevan di era modern karena pergeseran penduduk. Budaya lokal merupakan bagian dari skema budaya yang lebih luas yang mencakup budaya regional dan nasional.
Dokumen tersebut membahas tentang komunikasi antar budaya, yang mencakup pentingnya komunikasi antar budaya, definisi dan konsepnya, dimensi keberagaman budaya, kompetensi komunikasi antar budaya, dan hambatan-hambatan komunikasi antar budaya.
Paper dan makalah kearifan lokal, ilmu kealaman dasarNanda Saragih
Teks tersebut membahas tentang kearifan lokal, mulai dari definisi, jenis, bentuk, manfaat, dan contoh-contoh kearifan lokal di Indonesia. Kearifan lokal didefinisikan sebagai pengetahuan tradisional yang dikembangkan oleh masyarakat lokal untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Jenis kearifan lokal meliputi makanan, pengobatan, produksi, perumahan, dan hubungan sosial. Bent
Dokumen tersebut merangkum tentang komunikasi antarbudaya, termasuk pengertian, penyebab, prinsip, fungsi, hambatan, dan cara mengatasi hambatan dalam komunikasi antarbudaya. Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi antara orang-orang dengan budaya yang berbeda, dipengaruhi oleh faktor globalisasi dan kemajuan teknologi. Prinsip utama komunikasi antarbudaya adalah relativitas bahasa, kesadaran diri dan
Dokumen tersebut membahas tentang komunikasi antar budaya dan prosesi pernikahan adat Batak. Secara ringkas, dibahas hubungan timbal balik antara komunikasi dan budaya, fungsi komunikasi antar budaya baik pribadi maupun sosial, serta tahapan-tahapan ritual pernikahan adat Batak mulai dari mangarasika, marhori-hori, hingga maningkir tangga.
Tradisi lisan merupakan warisan budaya yang diwariskan secara turun temurun melalui lisan. Dokumen ini menjelaskan pengertian, ciri-ciri, jenis, dan upaya melestarikan tradisi lisan seperti melalui pendidikan, keluarga, hiburan, dan teknologi agar tidak punah di era modern.
Tradisi lisan merupakan tradisi yang menyampaikan pengalaman secara turun temurun secara lisan. Jenis-jenis tradisi lisan meliputi folklor, mitologi, dongeng, dan legenda. Folklor terdiri dari folklor lisan seperti bahasa rakyat, ungkapan tradisional, teka-teki, puisi rakyat, dan cerita prosa rakyat. Mitologi berisi cerita-cerita suci tentang dewa dan makhluk gaib. Dongeng dan legenda sering
Makalah ini membahas tentang tradisi sariga, yaitu tradisi tradisional suku Muna di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, yang dilakukan untuk anak berusia 1-10 tahun dengan harapan agar tidak menjadi durhaka terhadap orang tua. Tradisi ini dilakukan dengan membanting-banting kepala anak di atas papan selama 4 hari berturut-turut untuk menanamkan nilai-nilai kepatuhan pada orang tua
Dokumen tersebut membahas tentang gerakan literasi nasional di Indonesia, mencakup beberapa poin utama seperti tantangan literasi di Indonesia yang masih rendah, prinsip gerakan yang menitikberatkan pada koordinasi, komitmen, dan kemitraan, serta sinergi antar lembaga dan masyarakat dalam meningkatkan literasi.
Ritual merupakan bentuk perilaku yang diatur secara kultural yang berkaitan dengan kepercayaan akan kekuatan gaib. Ritual dapat berupa prosesi, kirab budaya, atau acara syukur seperti nyadran yang bertujuan untuk mempererat ikatan sosial dan mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan."
Dokumen tersebut membahas tentang pola dan tema budaya yang dapat ditentukan secara integratif atau sumatif, contohnya gaya hidup orang Indian Pueblo dan pendapat yang mempengaruhi perilaku masyarakat. Dokumen ini juga membahas tentang budaya yang jelas dan tidak jelas, subkultur, unsur universal dan keanekaragaman budaya, serta perilaku rasional, nonrasional, dan tradisi.
1. Struktur-dalam kebudayaan mengandung keyakinan-keyakinan penting yang membentuk cara pandang terhadap realitas.
2. Keluarga, negara, dan agama adalah institusi utama yang mentransmisikan struktur-dalam kebudayaan melalui sejarah.
3. Sejarah tidak hanya peristiwa tetapi juga makna yang diberikan, dan mempengaruhi pembentukan identitas budaya.
Tradisi lisan Kantola di Muna terancam punah karena pengaruh globalisasi. Untuk melestarikan budaya lokal, perlu menghidupkan kembali tradisi lisan ini melalui sosialisasi kepada generasi muda dan pelestarian nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Revitalisasi tradisi lisan diperlukan agar identitas lokal tetap terjaga.
Budaya lokal didefinisikan sebagai budaya yang dianut oleh suku bangsa tertentu, yang paling utama ditentukan oleh bahasa yang digunakan. Faktor demografi seperti wilayah administratif juga digunakan untuk mendefinisikan budaya lokal, namun definisi ini kurang relevan di era modern karena pergeseran penduduk. Budaya lokal merupakan bagian dari skema budaya yang lebih luas yang mencakup budaya regional dan nasional.
Dokumen tersebut membahas tentang komunikasi antar budaya, yang mencakup pentingnya komunikasi antar budaya, definisi dan konsepnya, dimensi keberagaman budaya, kompetensi komunikasi antar budaya, dan hambatan-hambatan komunikasi antar budaya.
Paper dan makalah kearifan lokal, ilmu kealaman dasarNanda Saragih
Teks tersebut membahas tentang kearifan lokal, mulai dari definisi, jenis, bentuk, manfaat, dan contoh-contoh kearifan lokal di Indonesia. Kearifan lokal didefinisikan sebagai pengetahuan tradisional yang dikembangkan oleh masyarakat lokal untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Jenis kearifan lokal meliputi makanan, pengobatan, produksi, perumahan, dan hubungan sosial. Bent
Dokumen tersebut merangkum tentang komunikasi antarbudaya, termasuk pengertian, penyebab, prinsip, fungsi, hambatan, dan cara mengatasi hambatan dalam komunikasi antarbudaya. Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi antara orang-orang dengan budaya yang berbeda, dipengaruhi oleh faktor globalisasi dan kemajuan teknologi. Prinsip utama komunikasi antarbudaya adalah relativitas bahasa, kesadaran diri dan
Dokumen tersebut membahas tentang komunikasi antar budaya dan prosesi pernikahan adat Batak. Secara ringkas, dibahas hubungan timbal balik antara komunikasi dan budaya, fungsi komunikasi antar budaya baik pribadi maupun sosial, serta tahapan-tahapan ritual pernikahan adat Batak mulai dari mangarasika, marhori-hori, hingga maningkir tangga.
Tradisi lisan merupakan warisan budaya yang diwariskan secara turun temurun melalui lisan. Dokumen ini menjelaskan pengertian, ciri-ciri, jenis, dan upaya melestarikan tradisi lisan seperti melalui pendidikan, keluarga, hiburan, dan teknologi agar tidak punah di era modern.
Tradisi lisan merupakan tradisi yang menyampaikan pengalaman secara turun temurun secara lisan. Jenis-jenis tradisi lisan meliputi folklor, mitologi, dongeng, dan legenda. Folklor terdiri dari folklor lisan seperti bahasa rakyat, ungkapan tradisional, teka-teki, puisi rakyat, dan cerita prosa rakyat. Mitologi berisi cerita-cerita suci tentang dewa dan makhluk gaib. Dongeng dan legenda sering
Dokumen tersebut membahas tentang kegiatan yang bertujuan untuk menumbuhkan apresiasi siswa terhadap budaya dan kearifan lokal Jawa, khususnya di Madiun. Kegiatan ini mencakup pengenalan, pengamatan, dan penampilan drama berdasarkan cerita rakyat Madiun. Tujuannya adalah agar siswa dapat melestarikan budaya lokal dan mengembangkan nilai-nilai kegotongroyongan dan keragaman budaya.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya internalisasi nilai-nilai kearifan lokal dalam pendidikan untuk melestarikan budaya daerah. Internalisasi nilai-nilai kearifan lokal dalam pendidikan bertujuan untuk mendekatkan peserta didik dengan budaya lokal melalui pembelajaran yang relevan dengan kondisi setempat. Namun, terdapat hambatan khususnya kurangnya pemahaman guru akan pentingnya pendidikan kear
Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang penelitian mengenai makna simbol dan nilai-nilai religius dalam pencak silat tradisional Rejang Pat Petulai di Provinsi Bengkulu, termasuk rumusan masalah, tujuan penelitian, dan batasan masalah."
Konseling lintas sosial adalah konseling yang melibatkan konselor dan klien dengan latar belakang sosial dan budaya yang berbeda. Hakikat budaya dalam konseling lintas sosial adalah budaya sebagai sistem yang terintegrasi yang mencakup nilai, keyakinan, dan perilaku yang dibagikan antar generasi, sedangkan konseling lintas sosial melibatkan proses membantu individu mengatasi masalah dengan memahami keragaman sosial dan budaya.
Teks ini membahas tentang komunikasi antarbudaya dan hubungannya dengan pembangunan. Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang dengan budaya yang berbeda. Budaya dan komunikasi saling mempengaruhi satu sama lain. Komunikasi antarbudaya penting dalam proses pembangunan seperti pengembangan ekowisata karena melibatkan interaksi antara kelompok dengan budaya berbeda.
Makalah ini membahas kebudayaan suku Banjar di Kalimantan Selatan, mulai dari definisi kebudayaan, asal usul suku Banjar, sistem kebudayaan material seperti rumah adat, dan sistem kebudayaan non material seperti kesenian, tarian, dan teater rakyat.
Dinamika Perubahan Budaya dan Tantangan Literasi Digital terhadap Masyarakat ...Dadang Solihin
Ceramah ini membahas dinamika perubahan budaya di Indonesia yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, tantangan literasi digital bagi masyarakat, serta rekomendasi untuk meningkatkan literasi digital di Indonesia."
Jurnal komunikasi. hafizah sidi r. (d1212037)Adi Widodo
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pola komunikasi keluarga dalam mengenalkan nilai budaya Sunda kepada anak di keluarga keturunan Kerajaan Sumedang Larang.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Jurnal rizki
1. 1
KONSTRUKSI MAKNA DALAM UPACARA ADAT TRADISI
PACU JAWI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL KABUPATEN TANAH
DATAR PROPINSI SUMATERA BARAT
Nama: Rizki Hidayat
rizkymorteza@gmail.com
Consellour: Noor Efni Salam
Ilmu Komunikasi FISIP UR
ABSTRACT
Pacu jawi is a culture tradition/ habit passed down from generation to
generation from generation to generation, developed to date in the area of Tanah Datar
Regency of West Sumatra Province, the runway is considered to be a tradition that pacu
jawi is full of the philosophy, values and philosophy of life of minangkabau people.
Values and this philosophy is present in the form of a cultural party activities or people's
party, held as a form of entertainment, a tradition pacu jawi conjures the symbols on the
commodification of heritage is understood by society flat land as part of the social life of
the community system itself.Tanah Datar communities interpret this tradition from time
immemorial who later inherited kinship mamak-kamanakan ( uncle - nephew . This is a
qualitative research approach to the study of communication Ethnography through
symbolic interaction and approaches supported by the theory of the construction of social
reality. The subject of research is the traditional art actors of pacu jawi. Informants are
chosen by purposive sampling technique, for key informants amounted to 4 (four) which
consists of custom figures, community leaders, prominent cleric and Chairman of the
porwi, and to support 6 (six) of those who were coming from the participants, cow
owners and the local community supporters of 6 (six) people have derived from the
participants, the owner of the cow and the local community. Research Data obtained
through in-depth interviews, participant observation, documentation, studies, libraries
and search data online. To test the validity of the data using the test of credibility. As for
the data analysis techniques to reduce data, collecting data, presenting data, draw
conclusions and evaluation. Conclusion traditional art culture pacu jawi show a symbol
is understood and interpreted by the players together, where cultural values embodied in
it makes this art as local wisdom Tanah Datar Regency.
Keyword : Construction of Meaning , Symbolic Situation , Social Interactions Products ,
Interpretation , Local Wisdom
Pendahuluan
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang sangat majemuk terdiri dari
berbagai macam suku, budaya, ras dan agama. Setiap suku tersebut memiliki
kebudayaan asli yang menjadi ciri khasnya dan terus dipertahankan. Salah satu
aspek yang menarik dari kebudayaan di Indonesia adalah keaslian budaya daerah
yang masih tetap dipertahankan. Setiap kebudayaan berisikan seperangkat
pedoman yang antara lain dapat digunakan oleh para pendukungnya untuk
2. 2
mewujudkan ketertiban sosial. Budaya tersebut sangat berpengaruh pada suku
tertentu dalam berinteraksi dengan suku lainnya. Hal ini sangat jelas sebab kita
pun berasal dari daerah dan suku yang berbeda dan perbedaan itulah membuat kita
lebih bersatu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita kenal
dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Komunikasi dan kebudayaan adalah dua hal yang berbeda, namun saling
terkait satu sama lain dan sangat penting untuk dipahami. Melalui komunikasi,
manusia bisa menciptakan kebudayaan. Seperti yang diungkapkan oleh ilmuan
antropologi bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
dari manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2002: 180). Dalam teori
komunikasi telah dikatakan juga bahwa “we can not not communicate” yang
berarti kita tidak dapat tidak berkomunikasi. Itulah sebabnya perilaku komunikasi
suatu suku bisa saja berbeda dengan perilaku komunikasi suku lainnya. Di
samping itu, tanpa komunikasi suatu kebudayaan tidak akan bisa diwariskan ke
generasi-generasi selanjutnya. Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh
karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa,
dan bagaimana penyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi-
kondisinya untuk mengirim, memperhatikan, dan menafsirkan pesan. Sebenarnya
seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat bergantung pada budaya tempat kita
dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komunikasi. Bila
budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasi.
(Mulyana, 2005 : 19)
Salah satu nilai kearifan lokal yang masih diwariskan orang Minangkabau
dan masih dipertahankan keutuhannya oleh masyarakat adat di Kab. Tanah Datar
saat ini adalah prosesi adat yang terdapat pada pelaksanaan budaya pacu jawi.
Ada tiga tahapan pelaksanaan tradisi pacu jawi antara lain; persiapan, pelaksanaan
dan penutupan, dalam setiap tahapan tersebut terkandung beberapa nilai-nilai
lokal diantaranya yang menonjol adalah nilai adat yang tergambar pada prosesi
adat atau upacara adat itu sendiri. berdasarkan hasil wawancara penulis dengan
Bapak Buya Kamaruzzaman, MA tokoh budayawan Minang yang juga berprofesi
sebagai Kabid Kebudayaan dan Pemberdayaan Adat Dinas Pariwisata Kab. Tanah
Datar bahwa prosesi adat alek nagari pacu jawi antara lain; 1) Penerimaan alek
atau tamu secara adat, 2) Pasambahan/ pidato adat minta izin alek, 3)
Mendudukan alek atau posisi duduk, 4) Pidato minum-makan, 5) Pidato maurak
selo (minta pulang) 9) Pidato tagak.Selain kesembilan prosesi tersebut, ada juga
prosesi arak-arakan jawi pemenang atau pawai pada minggu ke-4 atau hari
penutupan.
Merujuk dari hal di atas, dapat dikatakan bahwa tradisi pacu jawi tidak
dianggap hanya sebagai hiburan semata bagi masyarakat Tanah Datar, ajang pacu
jawi merupakan sebuah sarana bagi mereka untuk saling bercengkrama,
bersilaturahmi dan menjalin hubungan yang harmonis. Karena dahulu kegiatan ini
memiliki fungsi sosial dan fungsi spiritual, fungsi sosialnya sebagai bentuk
kunjungan silaturahmi masyarakat kampung lain ke kampung tuan rumah, alek
(pesta) pacu jawi juga menjadi sarana berkumpul di balai-balai bagi masyarakat
untuk berinteraksi, melakukan perjodohan kemanakan, berjualan dan memupuk
3. 3
tali persaudaraan. Dan fungsi religius sebagai simbol ucapan syukur kepada Yang
Maha Kuasa karena telah mendapat bulan baik dan panen yang berlimpah. Maka
dari itu keunikan kegiatan ini tetap dipertahankan keasliannya oleh para
pemangku adat, pemerintah setempat dan organisasi masyarakat. Penelitian ini
difokuskan untuk mengetahui bagaimana makna tradisi pacu jawi di-konstruksi.
Makna merupakan pesan atau maksud tertentu yang terkandung atau dimiliki oleh
suatu tindakan (perilaku), simbol ataupun tanda yang mewakili nilai-nilai tertentu.
Karena hakekatnya pembentukan makna ada pada individu, maka maka semua
tindakan sosial yang dilakukan individu memunculkan pembentukan makna dan
pembentukan makna dikonstruksi oleh setiap individu. Mungkin pembentukan itu
sama, berhimpitan, bahkan bertolak belakang. Sebagian besar sangat ditentukan
oleh kapasitas dan kepentingan masing-masing pihak dalam membentuk makna
itu (Joseph DeVito 1998 dalam Sobur, 2004 : 55).
Dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta
masuknya budaya asing di khawatirkan upacara adat yang memiliki nilai-nilai
luhur ini secara beransur-ansur tergeser oleh nilai-nilai dari luar yang jelas tidak
sesuai dengan kebudayaan Indonesia. Kebanyakan masyarakat hanya mengerti
tata cara adat atau prosesi adat budaya pacu jawi hanya sebatas apa yang mereka
lihat ketika upacara adat berlangsung tanpa memahami betul nilai-nilai yang
terkandung dalam rangkaian kegiatan pelaksanaan upacara tersebut sehingga
proses upacara adat tidak termaknai secara mendalam yang kemudian dianggap
bahwa tata cara tersebut hanya membuang-buang waktu. Padahal tata cara adat
dalam pelaksanaan budaya pacu jawi memiliki nilai-nilai dan tujuan mulia untuk
memupuk dan memelihara solidaritas sosial masyarakat. Maka berdasarkan
fenomena tersebut Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pariwisata
menggalakkan kembali muatan-muatan lokal atau sumber daya lokal yang
terdapat di Kabupaten Tanah Datar dengan salah satu caranya ialah mengemas
kembali tradisi ini menjadi suatu iven wisata yang menarik serta mengembalikan
fungsi dan peran semua pihak tadi sebagaimana mestinya, sehingga nilai lokal
(local value) yang melekat pada tradisi ini tidak punah. Dengan melihat
permasalahan diatas penulis tertarik untuk mengangkat judul penelitian konstruksi
makna dalam upacara adat tradisi pacu jawi sebagai kearifan lokal Kabupaten
Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat.
Tinjauan Pustaka
Konstruksi makna terdiri dari dua kata, konstruksi dan makna. Konstruksi
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai susunan (model, tata
letak) suatu bangunan atau susunan dan hubungan kata dalam kalimat atau
kelompok kata (Departemen Pendidikan Nasional 2005 : 590).Sedangkan menurut
kamus komunikasi, definisi konstruksi adalah suatu konsep, yakni abstraksi
sebagai generalisasi dari hal-hal yang khusus, yang dapat diamati dan diukur
(Effendy 1989 : 264). Makna dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti arti,
maksud pembicara atau penulis. Arti kata “makna” menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, yaitu: (1) arti; (2) maksud pembicara atau penulis; pengertian yang
diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Makna adalah hubungan antara
4. 4
subjek dengan lambangnya. Makna pada dasarnya terbentuk berdasarkan
hubungan antara lambang komunikasi (simbol), akal budi manusia penggunanya
(objek). (Vardiansyah, 2004 : 70-71).
Dalam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua
kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John
M. Echols dan Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom
(kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom
(kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local)
yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti
oleh anggota masyarakatnya. (Sartini, 2004: 111). Kearifan lokal menurut UU
No.32/2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup BAB I Pasal
1 butir 30 adalah adalah “Nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan
masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara
lestari”. Nilai adalah suatu konsepsi, ekspilisit atau implisit, yang menjadi milik
khusus seseorang atau ciri khusus suatu lingkungan sosial (masyarakat) mengenai
sesuatu yang diingini bersama (karena berharga) yang mempengaruhi pemilihan
berbagai cara-cara, alat-alat, dan tujuan sebuah tindakan. Nilai adalah pandangan,
cita-cita, adat, kebiasaan, dan lain-lain yang menimbulkan tanggapan emosional
pada seseorang atau masyarakat tertentu. Dalam pengertian umum istilah nilai
sering dipergunakan untuk hal-hal yang menunjukkan harga atau penghargaan,
guna atau kegunaan baik atau kebaikan, dan sebagainya (Effendy, 2003 : 376).
Dalam eksiklopedi Britanica yang dikutip oleh Sidi Gazalba dikatakan “value is a
determination or quality of an objek which involves any sort or appreciation or
interes”. Nilai adalah suatu penetapan atas kualitas objek menyangkut suatu jenis
apresiasi atau minat. ( Sidi Gazalba, 1986 : 469). Muhaimin (1993 : 110) nilai
bersifat ideal, abstrak dan tak dapat disentuh panca indera, sedangkan yang dapat
ditangkap hanya barang atau tingkah laku yang mengandung nilai tersebut. Dari
beberapa definisi tentang nilai diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan
landasan atau tujuan dari kegiatan sehari-hari yang menentukan dan mengarahkan
bentuk, corak, intensitas, kelenturan, prilaku seseorang atau sekelompok orang,
sehingga menghasilkan bentuk-bentuk bersifat non materi, kegiatan-kegitan
kebudayaan dan kesenian, atau pola dan konsep berfikir yang keseluruhannya
disebut budaya atau kultur.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut
Muliyono penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah instrument kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi. (Muliyono, 2005 : 1). Penulis menganggap tepat menggunakan metode
penelitian kualitatif untuk meneliti nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam
upacara adat tradisi pacu jawi dan penerapannya di Kabupaten Tanah Datar. Alasan
penulis menggunakan penelitian kualitatif : Pertama, untuk memahami makna dibalik
data yang tampak, gejala sosial sering tidak bisa dipahami berdasarkan apa yang
diucapkan dan dilakukan orang. Data untuk mencari makna dari setiap perbuatan
5. 5
tersebut hanya cocok jika diteliti dengan teknik wawancara mendalam, observasi
partisipan dan dokumentasi yang itu semua adalah metode pengumpulan data pada
jenis penelitian kualitatif. Kedua, untuk memahami interaksi sosial yang kompleks
hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan penelitian kualitatif. Ketiga, memahami
perasaan orang sulit jika itu tidak dengan penelitian kualitatif..
Penentuan informan dilakukan dengan cara purposive sampling.
Dinataranya Ketua Porwi (Persatuan Olah Raga Pacu Jawi) / Tokoh Adat, Tokoh
Ulama, Tokoh Cerdik Pandai dan Bundo Kanduang Informan pendukung yang
terdiri dari (Dinas Pariwisata, Tokoh masyarakat, pedagang dan pemilik sapi).
Penelitian ini sendiri berbicara tentang bagaimana fenomena kesenian tradisional
pacu jawi di Kabupaten Tanah Datar dikonstruksikan oleh pelaku kesenian ke
dalam produk interaksi sosial „makna‟, dimana makna tidak melekat pada objek
melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Interpretasi ini juga dapat
menjelaskan pesan apa saja yang terkandung dalam kesenian tradisional pacu
jawi.
Hasil dan Pembahasan
Pada dasarnya rangkaian prosesi adat inilah yang mencerminkan kearifan
lokal Kabupaten Tanah Datar yang masih dipertahankan sampai saat ini. Secara
adat ini adalah hal yang wajib dilakukan sehingga kegiatan formal yaitu kegiatan
inti pelaksanaan pacu jawi tidak akan dimulai jika kegiatan adat tadi belum
dilaksanakan. Begitulah adat yang berkembang di Minangkabau, segalanya harus
berlandaskan prinsip syarak mangato (agama/ syarak berbicara), adat mamakai
(adat melaksanakan).Pasambahan adat/ pantun adat dan apresiasi terhadap kuliner
khas daerah maupun pementasan seni budaya lokal merupakan bentuk kearifan
lokal yang lain. Setiap menjelang pementasan pacu jawi, biasanya si pangka (tuan
rumah) akan menyembah dan mengucapkan salam kepada alek (tamu) yang
berasal dari tiga kecamatan lain.
Adat kebiasaan pada dasarnya teruji secara alamiah dan niscaya bernilai
baik, karena kebiasaan tersebut merupakan tindakan sosial yang berulang-ulang
dan mengalami penguatan (reinforcement). Apabila suatu tindakan tidak dianggap
baik oleh masyarakat maka ia tidak akan mengalami penguatan secara terus-
menerus. Pergerakan secara alamiah terjadi secara sukarela karena dianggap baik
atau mengandung kebaikan. Adat yang tidak baik akan hanya terjadi apabila
terjadi pemaksaan oleh penguasa. Bila demikian maka ia tidak tumbuh secara
alamiah tetapi dipaksakan. Kearifan adat dipahami sebagai segala sesuatu yang
didasari pengetahuan dan diakui akal serta dianggap baik oleh ketentuan agama.
(Kemendikbud, 2011 : 2)
5.1. Nilai-Nilai lokal yang Terkandung Dalam Upacara Adat Pelaksanaan
Tradisi Pacu Jawi di Kabupaten Tanah Datar
Dalam tradisi dan tindakanya orang Minang selalu berpegang teguh
kepada tiga hal : pertama, selalu menjunjung tinggi pandangan hidupnya atau
filsafat hidupnya yang religius dan mistis. Pandangan hidupnya selalu
menghubungkan segala sesuatu dengan Tuhan yang serba rohaniah. Kedua, selalu
6. 6
bersikap etis dan menjunjung tinggi moral dan etika dalam setiap tingkah polah
hidupnya. Budaya gotong royong, saling menghormati, raso jo pareso / tenggang
rasa, tolong menolong, bermusyawarah dan silahturahmi (bersosialisasi) adalah
beberapa contoh dari banyaknya kearifan lokal yang diwariskan oleh nenek
moyang kita. Ketiga, selalu menjadikan alam sebagai contoh terbaik dalam
menjalani kehidupan, falsafah alam takambang jadi guru merupakan warisan
yang berakar dari nenek moyang, yang sampai sekarang masih dipegang teguh
oleh masyarakat Minang sebagai pedoman hidup. Kearifan-kearifan lokal pada
dasarnya dapat dipandang sebagai landasan dalam pembentukan jati diri bangsa
secara nasional sehingga mempunyai kepribadian yang khas. Selain itu, kearifan –
kearifan lokal itulah yang membuat suatu budaya suatu bangsa memiliki akar
yang kuat guna menopang budaya bangsa itu sendiri.
Nilai-nilai budaya dalam upacara adat pacu jawi masih ada dalam
masyarakat lokal meskipun telah mengalami perubahan akibat kemajuan
teknologi. Nilai-nilai ekonomi dan pariwisata yang muncul membuktikan bahwa
kebudayaan merupakan hal yang dinamis, hal itu tergantung pada pelaku kesenian
untuk mempertahankan atau mengadaptasi nilai-nilai yang muncul dan nilai-nilai
lama tidak dihilangkan karena inilah sisi tradisinya. Hal ini sesuai dengan
pendapat ahli atau teori yang mengatakan bahwa kebudayaan sifatnya dinamis,
artinya dari waktu ke waktu pasti mengalami perubahan. Perubahan itu sendiri
bisa berasal dari dalam masyarakatnya atau bisa juga datang dari luar atau
dipengaruhi oleh nilai baru dari kebudayaan lain.
Merujuk pada hasil penelitian sebelumnya, penulis menyimpulkan ada
beberapa nilai penting dalam pelaksanaan tradisi pacu jawi di Kabupaten Tanah
Datar Propinsi Sumatera Barat :
1. Nilai Moral
Masyarakat yang mendukungnya masih mempertahankan nilai-nilai tersebut,
dimana ketika mereka mulai atau menyelesaikan suatu kegiatan yang menyangkut
masyarakat banyak seperti pesta rakyat biasanya diikuti dengan pasambahan kato
atau pidato adat.
2. Nilai sosial
Nilai sosial ini berarti aturan, norma-norma yang telah mendarah daging dalam
masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari orang-orang Minang di Kabupaten
Tanah Datar, melakukan ini secara sadar dan memahami sebagai hukum adat /
hukum tidak tertulis. Nilai sosial kemasyarakatan itu sangat kental dalam
penyelenggaraan alek / pesta rakyat ini, musyawarah, gotong-royong; tolong-
menolong, kekompakan dan kesatuan dan kekeluargaan.
3. Nilai Budaya
Nilai-nilai budaya yang tercermin dalam upacara pacu jawi adalah musik iringan
dan permainan anak nagari lain seperti silat, tari piring, talempok , salunag dan
rabab. Kesenian-kesenian daerah ini menghiasi penyelenggaraan pesta pacu jawi.
Selain memiliki fungsi sebagai nilai-nilai budaya, pelaksanaan tradisi pacu jawi
juga memiliki fungsi sosial dan spiritual, yang sangat penting bagi penduduk
setempat Fungsi sosial pacu jawi antara lain ; 1) sebagai norma-norma sosial , 2)
sarana komunikasi, 3) sarana kontrol sosial dan interaksi untuk mencapai
keseimbangan antar anggota masyarakat.
7. 7
5.2. Makna Simbolik yang Terkandung Dalam Tradisi Pacu Jawi
Seperti yang telah disampaikan pada kerangka teori, penelitian
menfokuskan pada kajian pembentukan makna, JosephDeVito 1998, (dalam
Sobur, 2004: 55) menyampaikan bahwa hakekatnya pembentukan makna ada
pada individu, maka maka semua tindakan sosial yang dilakukan individu
memunculkan pembentukan makna dan pembentukan makna dikonstruksi oleh
setiap individu. Mungkin pembentukan itu sama, berhimpitan, bahkan bertolak
belakang. Sebagian besar sangat ditentukan oleh kapasitas dan kepentingan
masing-masing pihak dalam membentuk makna itu.Ada filosofi tersendiri dalam
penilaian jawi yang dinobatkan sebagai pemenang, pada tradisi ini jawi yang
berjalan lurus dan tidak miring dan tidak melenceng kemana-mana akan dipilih
menjadi jawi yang terbaik. Dan akan lebih baik apabila jawi tersebut dapat
menuntun temannya berjalan lurus. Jika jalannya lurus, itu menandakan jawi
sehat. Dalam satu perlombaan, akan mudah melihat mana jawi yang lurus larinya
dengan jawi yang tak lurus larinya. Bahkan ada yang sampai masuk ke sawah
orang lain. Jadi yang dinilai bukan bentuk struktur tubuhnya saja. Filosofinya,
jawi saja harus berjalan lurus, apalagi manusia yang berjalan lurus tentu lebih
tinggi nilainya dan itulah pemenangnya.
Filosofi pacu jawi itulah yang berlaku juga di dalam kehidupan sehari-hari
manusia. Mengapa harus membandingkan sebuah helat budaya dengan kehidupan
sehari-hari. Untuk menilai sapi yang menang adalah seperti diatas. Begitu juga
dengan manusia, manusia yang akan menjadi juara itu adalah manusia yang
mampu berjalan lurus, tidak keluar dari tatanan agama, budaya dan norma yang
berlaku. Manusia yang mampu mengatur jalan hidupnya untuk tetap dijalur yang
benar dengan menyelaraskan aspek yang berlaku untuk diimplementasikan
kedalam kehidupanya. Hanya dengan begitu manusia bisa menjadi juara sejati.
Arti filosofis yang sangat mendalam yang dipengaruhi oleh falsafah adat
Minangkabau yakni „alam takambang jadi guru’. Bagi orang Minang, alam
sekelilingnya adalah guru sebenar-benar guru. Banyak sifat-sifat alam yang dapat
dijadikan panutan dalam kehidupan sehari-hari. Alam yang dinamis dijadikan
sumber pembelajaran bagi orang Minangkabau. Aspek kehidupan mereka yang
bersumberkan kepada alam diimplementasikan dalam berbagai bentuk. Salah
satunya dalam bentuk seni olah raga seperti alek nagari pacu jawi. Bagi
masyarakat Minang kesadaran bahwa manusia adalah bagian dari alam
menimbulkan pemahaman tentang manusia dan segala macam isi alam saling
berdampingan dan membutuhkan satu sama lainnya. Dibutuhkan keserasian
antara satu sama lainnya sehingga kehidupan berjalan sebagaimana mestinya.. Hal
ini merupakan makna pertama dari filosofi budaya pacu jawi.
Selanjutnya, makna kedua yang tercermin dalam pelaksanaan tradisi ini
adalah mengenai tata pergaulan dalam kehidupan sehari-hari antar individu dalam
masyarakat. Dalam konteks ini, lebih dititikberatkan adalah pada pergaulan anak
muda di Minangkabau. Makanya jika ada anak muda yang suka berbuat keonaran,
atau masyarakat yang menjadi bahan ejekan diistilahkan dengan perangai jawi
ketika berpacu, dinamakan jawi balang puntuang dan jawi sirah. Dahulu ada
beberapa tipe masyarakat yang mirip tingkah lakunya dengan tipe jawi saat
8. 8
lomba, yang kemudian masyarakat lokal meyakini bahwa jawi yang jelek itu ada
dua :
“Pertama bernama jawi balang puntuang berarti apabila didahuluan
manyipak, dikudiankan mananduak (apabila didahulukan menyipak,
apabila di kemudiankan menanduk) manusia ada juga yang sifatnya
seperti itu, maka dari itu sifat jawi yang bagus adalah jawi yang
jalannya lurus tanpa dikendalikan. Sifat yang kedua yaitu jawi sirah,
jawi ini diibaratkan jawi yang egois, dan dimana-mana suka berbuat
onar. Jawi ini seperti pepatah mangguntiang dalam lipatan, artinya
kalau dia dipercaya dia khianat, dalam masyarakat ado urang nan
babuek saperti itu, inyo suko mambuek rusuah di kampuang.” (sindiran
halus bagi masyarakat yang suka mencari keributan atau membuat
rusuh di suatu kampung).(Hasil wawancara Bapak Fahmi, 30 Mei 2013)
Makna ketiga mengenai simbolis dari tatanan sistem pemerintahan
Minangkabau. Dalam hal keselarasan dan keharmonisan dalam tatanan
pemerintahan layaknya pada hubungan tali tiga sepilin, yang dilambangkan
dengan tungku tigo sajarangan. Tali tiga sepilin, merupakan perlengkapan alat
pacu yang tidak akan pernah lepas, sebab untuk melakukan tradisi ini diperlukan
ketiga tali tersebut, antara lain; pertama, tali jawi berfungsi untuk mengarahkan
jawi atau sapi ke depan tali ini terdapat di mulut jawi; kedua, adalah tali andang
atau suluah merupakan penyatu kedua jawi, karena dalam perlombaan tradisi pacu
jawi; aturannya para sapi dilepas secara berpasangan, yang ketiga tali bajak
sebagai pijakan joki. Jadi ketiga tali tersebut, tidak akan pernah ditinggalkan,
wajib di dalam tradisi ini makanya diistilahkan “tali tigo sapilin, tungku tigo
sajarangan” dimana petuah adat ini menggambarkan tatanan sistem pemerintahan
nagari di Minangkabau yang bersumber dari ajaran nenek moyang. Konsep
tungku tigo sajarangan (tungku tiga sejarangan) yang terdiri dari unsur-unsur
sebagai berikut : 1). Kepemimpinan ninik mamak, 2). Kepemimpinan alim ulama
dan 3). Kepemimpinan cerdik pandai. Ketiga bentuk kepemimpinan ini lahir dan
ada, tidak terlepas dari perjalanan sejarah masyarakat Minangkabau sendiri.
Ketiga sistem kepemimpinan tadi dalam masyarakat Minangkabau disebut
“tungku nan tigo sajarangan, tali nan tigo sapilin”. Mereka saling melengkapi
dan menguatkan. Tungku tigo sajarangan, tali tigo sapilin juga merupakan filosofi
dalam kepemimpinan masyarakat Minangkabau. Ketiga unsur tersebut menjadi
simbol kepemimpinan yang memberi warna dan mempengaruhi perkembangan
masyarakat Minangkabau. Keberadaan tiga pemimpin informal tersebut
terlembaga dalam idiom adat.
Istilah tungku tigo sajarangan sangat dekat dengan masyarakat
Minangkabau. Karena istilah ini dipakai dalam kegiatan memasak. Secara
tradisional, peralatan memasak yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau
memakai tungku yang biasanya terbuat dari besi atau batu. Tiga buah batu atau
besi yang dibentuk menyerupai segitiga sama sisi ini, merupakan dasar yang
kokoh untuk menopang berbagai masakan yang dimasak di atasnya. Deskripsi ini
diperkuat dalam pantun adat yang berbunyi :
9. 9
Basilang kayu dalam tungku (Bersilang kayu dalam tungku)
Di situ api mangko hiduik (Di sana api akan hidup)
Artinya melalui ketiga pintu ini maka nyala api dari kayu bakar yang
disilangkan dalam tungku tersebut akan menjadi bagus. Makna falsafah adat di
atas juga menggambarkan kondisi masyarakat Minangkabau yang demokrasi.
Kayu-kayu bakar yang saling silang di dalam tungku merupakan gambaran atas
perbedaan-perbedaan pendapat dikalangan masyarakat Minangkabau. Perbedaan-
perbedaan pendapat ini di musyawarahkan bersama-sama sehingga akhirnya
menghasilkan sebuah keputusan. Tungku yang diumpamakan sebagai tiga unsur
pimpinan di atas, sedangkan kayu merupakan gagasan, pendapat, dan nyala api itu
adalah sebagai media diskusi, dan periuk yang isinya telah dimasak merupakan
hasil keputusan mufakat (Suarman, 2000: 156).
Makna ke empat adalah hubungan sinergis pada tatanan sistem
pemerintahan adat Minangkabau. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, sistem
pemerintahan di minangkabau dikenal dengan tiga tungku sejarangan; ketiga
unsur tersebut adalah niniak mamak, alim ulama, dan cadiak pandai yang
merupakan tiga unsur yang saling melengkapi dan mendukung dalam mengatur
suatu kaum. Dalam perlombaan pemilihan sawah tidak dilakukan secara
sembarangan, tetapi melalui para ahli, yang terlibat dalam hal ini biasanya tetua
adat dan pakar pacu jawi. Pada atribut yang bernama sawah ini juga tersirat suatu
makna yang dikaitkan dengan filosofi tungku tigo sajarangan.
Makna kelima, tradisi pacu jawi adalah warisan nenek moyang, pewarisan
adat Minangkabau kepada generasi muda. Generasi muda adalah anak
kamanakan, baik laki-laki maupun perempuan, dideskripsikan pada sebuah petuah
adat; Anak dipangku, kamanakan dibimbiang (Artinya : anak diberikan nafkah
dan disekolahkan, serta kemenakan dibimbing untuk menjalani kehidupannya)
peran mamak sangat diperlukan dalam kaumnya apalagi kamanakan adalah
tanggung jawab mamak untuk mendidik dan mengarahkannya ke jalan yang
benar. Hal ini dikuatkan oleh Ahli Herskovits (dalam Keontjaraningrat, 2002 : 77)
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Seorang ninik
mamak mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap anak dan kemenakan.
Terhadap anaknya sendiri dia pangku, kemenakannya ia bimbing dan selanjutnya
ia arif pula terhadap orang kampungnya yang harus ditenggang atau diperhatikan
pula dengan penerapan adat istiadat yang berlaku.
Makna keenam adalah pacu jawi sebagai media sosialisasi nilai-nilai atau
fungsi sebagai penyebaran nilai. Nilai-nilai itu antara lain musyawarah mufakat
yang tergambar pada awal prosesi pelaksanaan yaitu penentuan lokasi pacu itu
tidak dilakukan oleh tokoh masyarakat maupun wali nagari (kepala desa), namun
melalui tokoh adat atau para pemangku adat yang diistilahkan tungku tigo
sajarangan. Nilai kedua adalah gotong royong yang tercermin pada prinsip rotasi
atau alek dilakukan secara bergiliran pada empat kecamatan pelaksana, nilai
ketiga silahturahmi pada intinya kegiatan pacu jawi adalah sarana berkumpulnya
masyarakat dari empat kampung tadi. Nilai keempat adalah kekompakan,
kesatuan dan tolong-menolong.
10. 10
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diketahui :
1. Nilai-nilai lokal yang terkandung dalam upacara adat pelaksanaan tradisi pacu
jawi di Kabupaten Tanah Datar : Pertama, filosofi pacu jawi, filosofi ini
berakar dari falsafah hidup orang Minangkabau yang terkenal yaitu „Alam
takambang jadi guru‟ yang berarti bahwa alam yang ada di semesta ini dapat
kita jadikan panutan atau guru, jadi menurut filosofinya budaya ini
menggambarkan bahwa ada sifat jawi yang dapat dijadikan contoh atau
pengalaman, seperti yang diungkapkannya dalam pembahasan penelitian ini.
Kedua, dengan demikian pacu jawi memenuhi syarat sebagai sebuah
kebudayaan yang menjelaskan pemenuhan dari tiga komponen kebudayaan
secara wujud. Pertama wujud ide; gagasan-gagasan (ideas), filosofi, nilai-
nilai, dan norma-norma adat (prosesi adat) yang berfungsi mengatur dan pacu
jawi suatu tradisi yang dilakukan berulang-ulang merupakan wujud kedua
(behaviors) dari suatu kebudayaan dan wujud ketiga ialah benda hasil
kebudayaan (things) ialah alat kesenian berupa alat musik pengiring dan
pakaian adat. Ketiga, pacu jawi merupakan perwujudan dari perpaduan unsur
seni, adat dan agama. Perpaduan berbagai elemen tadi merepresentasikan
bahwa kesenian tradisional pacu jawi mampu mempengaruhi sendi-sendi
kehidupan masyarakat yang menyentuh aspek kognitif, afektif dan konatif
masyarakat. Perpaduan tersebut memberikan bentuk bahwa tradisi ini
merupakan tradisi yang memasyarakat, prosesi adat dalam pacu jawi
menandakan bahwa identitas keunikan masyarakat Minang di Tanah Datar
masih dipertahankan keasliannya, melalui kesenian tradisional pacu jawi
memberikan peluang untuk merevitalisasi kembali atau menghidupkan
kembali nilai-nilai vital yang terdapat pada suku Minangkabau.
2. Makna simbolik yang terkandung dalam tradisi pacu jawi sangat bervariasi,
karena disebabkan oleh kapasitas dan kepentingan setiap individu dalam
memaknai budaya ini, antara lain; a) Sosial, terjalinnya hubungan antar
masyarakat selama terutama dalam prosesi pelaksanaan, yang tujuan untuk
menambah keakraban masyarakat dan memupuk silahturahmi dan
kekeluargaan masyarakat kampung di empat nagari tersebut, b) Spiritual,
budaya pacu jawi adalah kegiatan budaya yang menjadi tradisi turun-temurun
sejak diperkenalkan yang merupakan simbol ucapan syukur para petani karena
mendapat hasil panen yang baik., dan c) Ekonomi, pacu jawi mampu
meningkatkan perekonomian penduduk setempat secara dramatis. pemilik
sapi dapat imbasnya dengan naiknya harga jawi¸ bahkan jawi primadona bisa
sampai dengan harga 80 juta, secara logika tidak akan masuk akal.
Saran -saran
Adapun saran-saran yang diberikan peneliti berdassarkan hasil penelitian yang
teelah dilakukan adalah sebagai berikut:
11. 11
1. Kepada seluruh unsur masyarakat dan semua elemen pemerintahan, ninik
mamak, alim ulama, cerdik pandai dan bundo kanduang diharapkan ikut aktif
dan terlibat ditengah masayarakat dalam rangka mengembangkan dan
membangkitkan kembali nilai-nilai lokal ini, karena dengan merevitalisasi
nilai-nilai tersebut, kita akan menyempurnakan jati diri dari bangsa Indonesia
ini yang dikenal sebagai bangsa berbudaya dan berkarakter.
2. Kepada generasi muda atau anak kamanakan diberi amanah yang besar untuk
jadi tonggak estafet berikutnya dalam upaya pelestarian budaya-budaya lokal,
dengan ini diharapkan pada bidang pendidikan untuk memberikan mata
pelajaran tentang budaya lokal sehingga sedini mungkin ditanamkan
kecintaan pada anak-anak terhadap budaya asal sendiri yang tentu akan
menjadi modal penting dalam keberadaan budaya lokal di tengah –tengah
kemegahan budaya asing yang jelas tidak sesuai dengan adat kebiasaan
masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Amir MS, 2001, Adat Minangkabau: Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang.
Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.
Bungin, Burhan. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
_______. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana
_______. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta : Kencana
Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta :
Balai Pustaka
Effendy, Onong Uchjana. 1989. Kamus Komunikasi: Polarisasi. Bandung:
Mandar Maju.
_______. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi Cetakan II. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Tim Penyusun Kementrian Kebudayaan dan Pariwista Republik Indonesia
(Kemendikbud), 2011, Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi. Jakarta :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan
Pariwisata RI
12. 12
Gazalba, Sidi. 1981. Sistematika Filsafat. Jakarta : Bulan Bintang
Muhaimin dan Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filosofis
dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya. Bandung : Trigenda Karya
Mulyana, Deddy dan Rakhmat. 2005. Komunikasi Antar Budaya: Panduan
Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
UU No.32/2009 BAB I Pasal 1 butir 30
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Antropologi Pokok-Pokok Etnografi II.
Jakarta: Rineka Cipta.
Vardiansyah, D. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.